Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kelompok 4 BK Belajar
Makalah Kelompok 4 BK Belajar
MAKALAH ILMIAH
Oleh :
Maya Alia (2115004)
Nadia Wulan Agatha (2115006)
Yarni Safitri (2115008)
Zakia (2115009)
Frisca Saputri (2115011)
Afdilla Rizkiani (2115013)
Fakultas : Tarbiyah
Program Studi : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Kepada :
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho
allah SWT. karena atas rahmat dan ridhonya kita dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Wahyudi, M.pd. selaku
dosen pengampu dari mata kuliah bimbingan dan konseling belajar. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kami yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas tentang “ Teori
Belajar Kognitif dan Konstruktivisme”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah-ubah idealnya
pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi
sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan
membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan
dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan
datang. Pendidikan yang baik ialah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para peserta didiknta untuk suatu profesi atau jabatan tetapi
pendidikan yang memberi pengalaman bagi peserta didik menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar semestinya peserta didik tidak
dijadikan layaknya penonton yang hanya duduk manis dan hanya
mendengarkan tentang ilmu pengetahuan dan informasi dari guru saja.
Namun lebih dari itu seorang guru dituntut untuk dapat menciptakan
suasana yang memungkinkan peserta didik untuk aktif dalam menemukan,
memproses, mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baru
ditemui atau yang telah dimiliknya.
Proses belajar mengajar yang memungkinkan peserta didik aktif
menemukan, memproses, dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan
keterampilan baru cenderung mempertemukan ilmu pengetahuan secara
langsung melalui pengalaman. Belajar sebagai suatu proses yang dilakukan
dengan sadar yaitu kegiatan pembelajaran dalam rangka
menumbuhkembangkan proses dari pembelajaran tersebut 1
Peserta didik
dapat terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
Dalam konteks pendidikan formal, ada banyak teori belajar atau
pembelajaran yang menggambarkan cara peserta didik mendapatkan
1
Esti Regina Boiliu, “Aplikasi Teori Belajar Sosial Albert Bandura Terhadap PAK Masa
Kini”, Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol.3 No.2, 2022, Hal 134.
1
pengetahuan dan perubahan-perubahan dalam perilakunya. Sebagian
beraliran behaviorisme dan sebagian yang lain beraliran kognitivisme.
Setiap teori berangkat dari Analisa dan penelitian yang dilakukan oleh
pencetusnya. Diantara teori tersebut adalah teori yang dicetuskan oleh
Albert Bandura yang dikenal dengan teori kognitif sosial. Selain itu juga
terdapat teori konstruktivisme yang dicetuskan oleh Jean Piaget dan lav
Vygotsky.2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dan konsep dasar teori kognitif?
2. Bagaimana karakteristik dan prinsip-prinsip teori kognitif?
3. Bagaimana pengertian dan konsep dasar teori konstruktivisme?
4. Bagaimana karakteristik dan prinsip-prinsip teori konstruktivisme?
5. Bagaimana pengaplikasian teori kognitif dan teori konstruktivisme
dalam BK Belajar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dasar teori kognitif.
2. Untuk mengetahui karakteristik dan prinsip-prinsip teori kognitif.
3. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dasar teori konstruktivisme.
4. Untuk mengetahui karakteristik dan prisnip teori konstruktivisme.
5. Untuk mengetahui pengaplikasian teori kognitif dan teori
konstruktivisme dalam BK belajar.
2
Rachmat Tullah, Amiruddin, “Penerapan Teori Sosial Albert Bandura Dalam Proses
Belajar”, Jurnal Pendidikan Islam Vol 6, No 1, 2020, Hal 49.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif
1. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif adalah teori yang menggambarkan bahwa
belajar terdiri dari beberapa proses, antara lain, analisis, mengolah
informasi, prediksi, dan problem solving. Teori ini lebih mengutamakan
proses belajar daripada hasil belajarnya. Definisi “Cognitive” berasal dari
kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan “knowing” yang
berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan
penataan, penggunaan pengetahuan . Teori belajar kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin
menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-
peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu
belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik,
teori belajar kognitif leih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti
model belajar behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk
teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak .3
3
Nurhadi, Teori Kognitifisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran, Jurnal Edukasi Dan
Sains Vol.2 No.1, hal 77-79.
3
2. Konsep Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif menekankan bahwa bagian-bagian bahawa dari
sistuasi salaing berhubungan dengan seluruh kontek situasi tersebut.
Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi /materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-
pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang
ssangat komplek. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan
stimulus yang diitrerima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki dan sudah terbentuk dalam diri sesorang berdasarkan
pemahman dan pengalaman-pengalaman sebelumnnya. Dalam praktek
pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan
seperti: “tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget,
advance organizer oleh ausubel, pemahaman konsep oleh bruner, hirarki
belajar oleh gagne, webteacing oleh norman dan sebagainya. Teori belajar
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu
proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri
manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya
untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif
dan berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu
dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi
kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan,
dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu
perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai
kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah,
4
menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan
dan sebagainya .4
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah
hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui
proses asimilasidan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa
belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan
lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau
tingkah laku.
Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan
media yang konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara
absimpun. Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar, yaitu :
1) Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.
2) Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
4
Leny Marinda, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dan Problematikanya Pada
Anak Usia Sekolah Dasar, Jurnal Kajian Perempuan Dan Keislaman Vol.13 No.1, hal.120
5
tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir
internal yang terjadi selama proses belajar.
Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat
diamati). Konsep dasar teori belajar kognitif adalah teori yang
menggambarkan bahwa belajar terdiri dari beberapa proses, antara lain,
analisis, mengolah informasi, prediksi, dan problem solving. Teori ini lebih
mengutamakan proses belajar daripada hasil belajarnya.5
5
Yossita Wisman, Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses Pembelajaran,
Jurnal Ilmiah, ( Universitas Palangkaraya: 2020), Hal.210
6
mendorong mereka untuk mengambil inisiatif sendiri serta terlibat secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelas, Piaget menekankan
pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat
penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu
(discovery) melalui interaksi spontan dengan lingkungannya.
Oleh karena itu guru dituntut mempersiapkan berbagai kegiatan
secara langsung dengan dunia fisik. Dengan demikian, mengutamakan
peran siswa dalam inisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar adalah tentang menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih
bermakna, mendalam, dan relevan bagi siswa, sambil membantu mereka
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses dalam
kehidupan mereka.
c. Memaklumi Akan Adanya Perbedaan Individual Dalam Hal Kemajuan
Perkembangan.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya pengakuan dan
penghormatan terhadap perbedaan individu dalam hal perkembangan dan
kemajuan mereka. Ini mencerminkan pemahaman bahwa setiap individu
memiliki tingkat dan pola perkembangan yang unik. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada
kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan upaya untuk
mengatur kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil dari pada bentuk
kelas yang utuh6.
Dengan memaklumi adanya perbedaan individual dalam
perkembangan, kita menciptakan lingkungan yang lebih inklusif,
mendukung, dan berempati di berbagai konteks, termasuk pendidikan,
pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari. Ini mempromosikan pengembangan
penuh potensi setiap individu, tanpa memandang perbedaan mereka.
6
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, Dan Implementasinya, Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ( Jakarta: Bumi Aksara, 2019). Hal 18.
7
4. Prinsip-Prinsip Teori Bealajar Kognitif
Teori belajar kognitif telah banyak digunakan sebagai dasar dalam
melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsipnya.
Menurut Hartley dan Davies prinsip-prinsip kognitivisme adalah sebagai
berikut7.
1) Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
7
Daryanto & Rachmawati, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidi,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), Hal 67-68.
8
Muhamad Hasan, dkk, Media Pembelajaran, (Klaten : Tahta Media Grup, 2021), Hal
139-141.
8
Dari beberapa penjelelasan beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan
bahwa prinsip belajar kognitif ini berpusat pada siswa, dimana proses lebih
penting daripada hasil dan pembelajaran merupakan proses aktif di mana
individu menggunakan pengetahuan dan pemahaman mereka untuk
memproses informasi baru, memecahkan masalah, dan mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam.
9
Dominggus Tahya & Mryone Saija, Buku Ajar Pembelajaran inovatif, (Sulawesi Tengah:
CV Feniks Muda Sejahtera, 2023), hlm. 73-74.
9
Piaget. Konstruktivis sosial-kultur Vygotsky menekankan pentingnya
keaktifan seseorang dalam belajar. Pendekatan konstruktivis dalam
pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top down dari pada bottom
up berarti peserta didik mulai dengan masalah-masalah yang kompleks
untuk dipecahkan dan selanjutnya menemukan dengan bantuan guru
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Pendekatan top down
processing ini berlawanan dengan strategi bottom up tradisional
menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar secara bertahap
dibangun menjadi keterampilan yang lebih kompleks.10
Konstruktivis ini juga dipahami sebagai bagian dari ilmu sosial
(ISS) yang menggunakan orientasi konstruksionis yang mengasumsi orang
membentuk realitas dari interaksi dan keyakinan mereka serta maknayang
diciptakan dan yang digunakan mereka secara mendasar membentuk
neutika yang dimana hal ini menekankan upaya melakukan pembacaan teks
yang sangat dekat dan terperinci untuk mendapatkan pemahaman
mendalam.
10
Radita Gora, Riset Kualitatif Public Relations, (Surabaya : CV. Jakad Publishing, 2019)
hlm. 15 (gora, 2019)7-158
10
adalah bahwa belajar itu ditemukan, meskipun apabila kita menyampaikan
sesuatu kepada siswa, mereka harus melakukan operasi mental dengan
informasi itu untuk membuat informasi itu masuk ke dalam pemahaman
mereka.11
Teori konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang
lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan
dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar
juga dinilai penting. Dengan demikian, belajar menurut teori
konstruktivisme bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Teori kontruktivisme juga mendefinisikan belajar sebagai aktivitas yang
benar-benar aktif, diamana peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya, mencari makna sendiri, mencari tahu tentang yang
dipelajarinya dan menyimpulkan konsep dan ide baru dengan pengetahuan
yang sudah ada dalam dirinya. Membangun dan merestrukturisasi
pengetahuan dan keterampilan individu dalam lingkungan sosial dalam
upaya peningkatan konseptual secara konsisten. Oleh sebab itu,
pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan peserta didik
dalam memproses gagasannya bukan semata-mata olahan peserta didik dan
lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya
yang dikatakan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai ijazah dan
sebagainya.
11
H. Su’udi, Pembelajaran Konstruktivistik PAI dan Budi Pekerti Sebagai Implementasi
Pendidkan Karakter, (Jawa Tengah : PT Nasya Expanding Management, 2022), hlm. 32-33
11
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
12
Feida Noorleila Isti’adah, Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan, (Jawa Barat: Edu
Publisher, 2020), hlm. 215-221
13
Ahmad Suryadi, Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (Jawa Barat: CV Jejak
Anggota Ikapi, 2022), hal.17.
12
belajar autentik diperlukan untuk meyakinkan adanya pembelajaran yang
bermakna.
Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana,karakteristik
konstruktivisme adalah sebagai berikut:14
a. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b. Proses pembelajaran merupakan integrasi pe- ngetahuan baru
dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik
c. Pandangan yang berbeda di antara peserta didikdihargai tradisi
dalam proses pembelajaran.
d. Dalami proses pembelajaran peserta didik didorong untuk
menemukan berbagai kemungkinan menyintesiskan secara
terintegrasi.
e. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam mendorong peserta
didik dalam proses pencarian yang dialami.
f. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan
kompetitif dikalangan peserta. didik secara aktif, kreatif, inovatif
dan menyenangkan.
g. Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual yaitu diarahkan
pada pengalaman nyata.
Pandangan lain terkait karakteristik konstruk-tivisme dikemukakan
oleh Winaputera, meliputi:15
a. Mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan
menganalisis informasi.
b. Dimungkinkan perspektif jamak (multiple perspective) dalam
proses belajar.
c. Peserta didik memegang peran utama dalam proses belajar.
d. Penggunaan Scaffolding dalam pembelajaran.
e. Pendidik berperan sebagai tutor, fasilitator dan mentor.
14
Ibid,.hal. 21
15
Hanafiah dan Nanang C Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika
Afitama, 2010), hal. 63.
13
Berdasarkan pendapat beberapa pakar tentang karakteristik
pembelajaran konstruktivisme dapat di- simpulkan bahwa konstruktivisme
memiliki karakteristik dalam proses pembelajaran yakni berpusat pada
peserta didik, pembelajaran berbasis masalah, proses menemukan, interaksi
sosial, dan pengetahuan atau pemahaman baru.
16
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), hal.145.
17
Udin Winaputera, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta; Universitas Terbuka, 2008),
hal. 6.
14
kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik. Belajar menjadi lebih
baik jika tuntunan kognitif, sosial, dan emosional dari kuri- kulum dapat
dicapai oleh peserta didik.
Pembelajaran yang berlandaskan cara pandang konstruktivisme
meliputi empat tahap yaitu:
1) tahap apersepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan
motivasi belajar peserta didik), (2) tahap eksplorasi, (3) tahap diskusi dan
penjelasan konsep, dan (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme meliputi empat kegiatan,
antara lain yaitu: (1) melibatkan pengetahuan awal (prior knowledge)
peserta didik, (2) melibatkan pengalaman nyata (real experiences), (3)
terjadinya interaksi sosial (social interaction), dan (4) mem- bangun
kepekaan terhadap masalah lingkungan (making sense of environment),
Dari prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme di atas, dapat
dipahami bahwa pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Artinya dalam proses pembelajaran guru hanya
bertindak sebagai fasilitator, sedangkan peserta didik lah yang menjadi titik
sentral dalam pembelajaran.18
18
Abd. Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2013), hal. 39.
15
b. Memprediksi
Peserta didik memiliki kemampuan mengantisipasi hasil Tindakan
dan memilih perilaku mana yang dapat memberi keberhasilan dan perilaku
yang mana untuk menghindari kegagalan.
c. Reaksi diri
Peserta didik lebih dari sekedar berencana dan merenungkan
perilaku kedepan karena manusia juga sanggup memberikan reaksi diri
dalam proses motivasi dan meregulasi diri terhadap setiap perbuatan yang
dilakukan.
d. Refleksi diri
Peserta didik adalah makhluk yang dilengkapi dengan kemampuan
merefleksi diri. Kemampuan manusia merefleksi diri, membentuk
kepercayaan diri dari manusia bahwa manusia sanggup melakukan tindakan
yang akan menghasilkan pengaruh yang diharapkan.
Pada dasarnya ada dua model Penerapan teori konstruktivisme
dalam pembelajaran Kerangka berpikir teori konstruktivisme khsuusnya
dalam praktek pendidikan, sejatinya tidak terlepas dari Jean Piaget dan
Vygotsky. Piaget dalam teorinya proses skema, asimilasi, akomodasi dan
equlibrasi dapat mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang. Ia juga
mengatakan bahwa potensi seseorang dapat berkembang dan berhasil
darena dirinya sendiri yang membentuk. Sedangkan Vygotsky mengatakan
peserta didik dapat mengembangkan konsep yang lebih logis, sistematis,
rasional karena adanya dialog dengan orang disekitarnya yang memiliki
kompetensi yang lebih.
Berdasarkan pemaparan diatas, satu pembelajaran yang sesuai dan
sering digunakan dalam teori konstruktivistik yaitu19 :
a) Discovery learning (pembelajaran menemukan)
Orientasi dari pembelajaran ini adalah bagaimana anak
mecoba mengingat kembali apa yang ia pelajari dari pengalaman
19
M. Nugraha Adi Saputro, Poetri Leharia pakpahan, “Mengukur Keefektifan Teori
Konstruktivisme Dalam Pembelajaran… Hal 31
16
atau percobaan yang telah dilakukan, hal ini bisa melalui bacaan
bisa juga pada saat melakukan uji laboratorium atau lainnya,
namun hal yang lebih ditekankan adalah saat melakukan uji
percobaan berdasarkan pengalaman, karena hal demikian lebih
dianggap mendalam dari sekedar membaca.
Belajar melalui pengalaman dalam bentuk eksplorasi dan
memanipulasi akan menjadikan sesuatu yang dipelajari dapat
diingat dengan jangka waktu yang cukup lama. Biasanya hal ini
banyak terjadi pada anak-anak disekolah dasar. Dalam teori
perkembangan anak usia sekolah dasar akan lebih mudah belajar
dan memahami dari suatu fenomena yang konkret, dibandingkan
mendengar dari penjelasan guru.
b) Problem based learning (pembelajaran berbasis masalah)
Musaji menjelaskan pembelajaran berbasis masalah (PBM)
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada masalah.
Istilah berpusat dipahami sebagai tema, unit, atau isi sebagai
fokus utama belajar. Belajar berbasis masalah adalah interaksi
antara stimulus dengan respom, hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan dimana pengalaman anak diperoleh dari
lingkungan akan menjadikan bahan dan materi guna
memperoleh pengertian serta dapat dijadikan pedoman dan
tujuan belajarnya.
Artinya adalah pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir betul-
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja tim atau diskusi. Sehingga
PBM ini dinilai dapat memperdayakan, menguji, mengasah dan
mengambangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar kognitif adalah teori yang menggambarkan bahwa
belajar terdiri dari beberapa proses, antara lain, analisis, mengolah
informasi, prediksi, dan problem solving. Teori kognitif menekankan bahwa
bagian-bagian bahawa dari sistuasi salaing berhubungan dengan seluruh
kontek situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi
/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Teori konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang
belajar yang lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Hasil belajar
sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan
strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dengan demikian, belajar
menurut teori konstruktivisme bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi
proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu menambah
wawasan serta pengetahuan kepada pembaca terkait teori belajar kognitif
dan konstruktivisme sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, R. T. (2020). Penerapan Teori Sosial Albert Bandura Dalam Proses
Belajar. Jurnal Pendidikan.
Boiliu, E. R. (2022). Aplikasi Teori Belajar Sosial Albert Bandura Terhadap Pak
Masa Kini. Jurnal Ilmu Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen Vol.3 No.2.
Gora, R. (2019). Kualitatif Public Relations. Surabaya: CV. Jakad Publishing.
Hasan, M. (2021). Media Pembelajaran. Klaten: Tahta Media Guru.
Isti'adah, F. N. (2020). Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan. Jawa Barat: Edu
Publisher.
Jufri, A. W. (2013). Belajar Dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka
Cipta.
M.Nugraha Adi Saputro, P. L. (N.D.). Mengukur Keefektifan Teori Konstruktivisme
Dalam Pembelajaran.
Marinda, L. (2020). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dan
Problematikanya Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Kajian Perempuan
Dan Keislaman .
Nurhadi. (2020). Teori Kognitifisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran.
Jurnal Edukasi Dan Sains.
Putera, U. W. (2008). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Rachmawati, D. D. (2015). Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran Yang
Mendidik . Yogyakarta : Gava Media.
Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Saija, D. T. (2023). Buku Ajar Pembelajaran Inovatif. Sulawesi Tengah: CV.
Feniks Muda Sejahtera.
Suhana, H. D. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: Refika Afitama.
Suryadi, A. (2022). Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jawa Barat: CV
Jejak Anggota Ikapi.
Su'udi, H. (2022). Pembelajan Konstruktivisme PAI Dan Budi Pekerti Sebagai
Implementasi Pendidikan Karakter. Jawa Tengah: PT Nasya Expanding
Management.
Trianto. (2019). Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, Dan
Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Wisman, Y. (2020). Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah.