Professional Documents
Culture Documents
CAMPURAN
CAMPURAN
JUDUL LAPORAN
Penyuluhan Pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Masa Pandemi Covid-19 di Posyandu
Pekalongan, Dusun Temor Sabe, Kabupaten Sampang
LATAR BELAKANG
Coronavirus merupakan sebuah virus baru yang menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan
pada manusia dan dapat menular sesama manusia, virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan,
China. Virus Corona ini menyebar dari cairan yang biasanya disebut droplet atau cairan
pernafasan yang keluar saat batuk dan bersin. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari
hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas (Kementrian Kesehatan, 2020).
Upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan berbagai upaya pencegahan, salah satunya adalah
mencuci tangan menggunakan sabun atau yang sering kita dengar dengan istilah CTPS (Cuci
Tangan Pakai Sabun). CPTS adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah
sedikitnya 10 penyakit seperti diare, masalah saluran napas, disentri, iritasi kulit, biang keringat,
radang tenggorokan, mata merah, jerawat, bau badan dan tifus (Ibrahim, 2020).
Mencuci tangan menggunakan sabun dilakukan karena tangan merupakan agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak
tidak langsung maupun kontak langsung (menggunakan permukaan lain seperti handuk dan
gelas) (Kemenkes RI, 2013).
Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah
kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi
ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku
cuci tangan (Depkes , 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah kegiatan “Penyuluhan Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) Pada Masa Pandemi Covid-19”. Dalam kegiatan ini dilakukan penyuluhan
tentang cara cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar untuk menghindari masuknya bakteri
ke dalam tubuh yang menempel pada tangan serta mencegah penyebaran coronavirus. Hal ini
perlu dilakukan mengingat masih kurangnya pengetahuan warga tentang mencuci tangan yang
baik dan benar serta mendorong kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
PERMASALAHAN
WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemic. Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat
634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah
ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian. Penyakit saluran
pernapasan seperti COVID-19 yang disebabkan coronavirus menyebar ketika percikan dahak
yang mengandung virus masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau tenggorokan. Akan
tetapi, yang paling sering terjadi adalah melalui tangan (WHO, 2020).
Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan menggunakan sabun merupakan suatu
upaya yang memiliki dampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare
dan ISPA, namun mencuci tangan masih belum menjadi kebiasaan pada masyarakat. Tentunya
hal ini masih dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya karena rendahnya pengetahuan,
pendidikan dan kesadaran terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun (Kemenkes RI, 2014).
Mencegah penularan COVID-19 dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan
hal yang sangat penting dalam kondisi ini. Meskipun upaya keras telah diusahakan oleh
Pemerintah dan mitra pembangunan untuk memutus rantai penularan Covid-19. Beberapa
permasalahan telah diidentifikasi seperti, kurangnya perilaku cuci tangan dengan sabun yang
merupakan salah satu perilaku hidup sehat, belum mengetahui pentingnya pengetahuan terhadap
cara mencuci tangan yang baik dalam prilaku hidup bersih dan sehat, serta kurangnya
pemahaman terhadap penyakit-penyakit yang ditimbulkan/ditularkan jika mereka tidak
menerapkan perilaku cuci tangan dengan sabun. Faktor kebiasaan masyarakat yang hanya
mencuci tangan dengan air dan tidak disertai dengan penggunaan sabun. Penggunaan sabun pada
saat mencuci tangan menjadi penting karena sabun sangat membantu menghilangkan kuman dan
mencegah penularan penyakit.
Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu penyuluhan dengan sasaran semua
masyarakat yang hadir di Posyandu Desa Pekalongan, Dusun Temor Sabe, Kabupaten Sampang.
Penyuluhan mengenai tentang akan pentingnya mencuci tangan dengan sabun di masa
pandemi untuk memutus rantai penularan. Keadaan-keadaan yang memerlukan cuci tangan
seperti, mencuci tangan dengan sabun dapat dilakukan ketika selesai BAB dan BAK, sebelum
makanan disiapkan, sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan, sehabis bermain pada anak,
setelah batuk atau bersin serta setelah membuang ingus. Penyakit yang dapat dicegah seperti,
diare, ISPA, dan cacingan, serta langkah-langkah CTPS yang benar.
Langkah-langkah CTPS yang benar adalah menggosok telapak tangan secara bersamaan,
menggosok punggung kedua tangan, jalinkan kedua telapak tangan lalu digosok-gosokkan,
tautkan jari-jari antara kedua telapak tangan secara berlawanan, gosok ibu jari secara memutar
dilanjutkan dengan daerah antara jari telunjuk dan ibu jari secara bergantian, gosok kedua
pergelangan tangan dengan arah memutar, bilas dengan air dan keringkan. Hal terpenting dalam
CTPS bukan berapa lama waktu mencuci tangan, tetapi cara mencuci tangannya (Kemenkes RI,
2014).
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan
sasaran semua masyarakat di Posyandu Desa Pekalongan, Dusun Temor Sabe, Kabupaten
Sampang dengan jumlah sasaran sebanyak 65 orang yang diselenggarakan pada tanggal 8 Maret
2021 . Kegiatan diawali dengan penyuluhan serta sesi tanya jawab. Materi yang dibawakan
diawali dengan topik pengertian Covid-19 dan hal-hal yang dapat memutuskan rantai penularan
Covid-19 yaitu salah satunya dengan mencuci tangan pakai sabun, disertai contoh cara mencuci
tangan yang baik dan meminta semua warga yang ikut dalam penyuluhan untuk mengikuti
gerakan yang telah dicontohkan. Kemudian di akhir sesi adanya sesi tanya jawab.
Secara keseluruhan penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis
yang terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para peserta posyandu juga merespon dengan baik,
ditandai dengan adanya pertanyaan dan respon dalam mengikuti gerakan cara mencuci tangan
dengan sabun yang baik dan benar.
Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya ketersediaan tempat yang terbatas. Selain
itu, terdapat pula beberapa ibu-ibu yang perhatiannya terganggu karena anak balitanya menangis
dan terlalu aktif.
Pemantauan lebih lanjut tentang kebiasaan cuci tangan pakai sabun di rumah masing-masing
warga oleh para kader.
F1.2
JUDUL LAPORAN
Penyuluhan Pemahaman Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Era Pandemi Covid-19 di
SMP Negeri 1 Sampang, Kabupaten Sampang
LATAR BELAKANG
Coronavirus merupakan sebuah virus baru yang menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan
pada manusia dan dapat menular sesama manusia, virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan,
China. Virus Corona ini menyebar dari cairan yang biasanya disebut droplet atau cairan
pernafasan yang keluar saat batuk dan bersin. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari
hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas (Kementrian Kesehatan, 2020).
Perhatian publik terutama negara Indonesia saat ini sedang ramai dengan adanya wabah pandemi
virus Corona atau Covid-19. Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang
dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Penyebab dari wabah ini adalah
coronavirus jenis baru yang disebut dengan novel coronavirus 2019 (2019-nCoV). Penyakit ini
termasuk dalam golongan virus yang sama dengan virus penyebab severe acute respiratory
syndrome (SARS) dan Middle-East respiratory syndrome (MERS). Infeksi virus Corona yang
disebut COVID-19 ini pertama kali terjadi di kota Wuhan, China dan sekarang telah ditemukan
di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Kondisi tersebut pada akhirnya membawa pemerintah Indonesia pada pemahaman untuk
menerapkan kebijakan new normal atau tatanan kehidupan normal baru / Adaptasi Kebiasaan
Baru sebagai respons realistis terhadap eksistensi COVID-19 serta diperkuat dengan estimasi
penemuan vaksin sebagai satu-satunya senjata untuk menanggulangi COVID-19. Dapat
disimpulkan bahwa kebijakan tatanan kehidupan normal baru muncul sebagai kalkulasi rasional
terhadap prakiraan kondisi ekonomi nasional, kompromi terhadap rentang waktu yang cukup
lama hingga vaksin ditemukan, serta pemahaman realistis bahwa kemungkinan besar COVID-19
tidak akan pernah hilang dari muka bumi, sehingga masyarakat harus menjajaki kemungkinan
untuk hidup berdampingan secara damai.
WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemic. Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat
634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah
ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian. Penyakit saluran
pernapasan seperti COVID-19 yang disebabkan coronavirus menyebar ketika percikan dahak
yang mengandung virus masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau tenggorokan. Akan
tetapi, yang paling sering terjadi adalah melalui tangan (WHO, 2020).
Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku Percepatan Penanganan COVID-19 yaitu new normal
sendiri dimaknai sebagai perubahan perilaku masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas
secara normal. New normal juga diartikan sebagai skenario untuk mempercepat penanganan
COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi. Dalam konteks Indonesia, pemerintah
mengumumkan rencana untuk pengimplementasian kebijakan new normal dengan
mempertimbangkan analisis pada studi epidemiologis dan kesiapan masing-masing wilayah.
Prinsip utama dari rencana new normal yang akan diterapkan ini adalah adaptasi kebiasaan baru
dengan pola hidup yang akan terciptanya kehidupan dan perilaku baru masyarakat. Kebijakan
new normal akan dikawal oleh penerapan protokol kesehatan secara ketat. Tentunya hal ini
masih dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya karena rendahnya pengetahuan, pendidikan dan
kesadaran masyarakat.
Mencegah penularan COVID-19 dengan menerapkan new normal/ AKB (Adaptasi Kebiasaan
Baru) merupakan hal yang sangat penting dalam kondisi ini. Meskipun upaya keras telah
diusahakan oleh Pemerintah dan mitra pembangunan untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Beberapa permasalahan telah diidentifikasi seperti, kurangnya kesadaran masyarakat untuk
mengikuti protokol kesehatan, masih tidak percayanya masyarakat akan adanya Covid-19 karena
masih percayanya berita hoax, serta kurangnya pemahaman tentang Covid-19 yang
ditimbulkan/ditularkan jika mereka tidak mematuhi AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru).
Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu penyuluhan dengan sasaran 20
siswa/siswi SMP Negeri 1 Sampang, Kabupaten Sampang.
Media dan alat yang digunakan yaitu dengan menggunakan Power Point dan LCD .
Penyuluhan mengenai tentang Pemahaman Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Era
Pandemi Covid-19 untuk memutus rantai penularan. Penyuluhan tentang definisi, etiologi, cara
penularan, gejala klinis, serta pencegahannya dengan melakukan adaptasi kebiasaan baru.
Adaptasi kebiasaan baru meliputi 5 M yaitu, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/
handsanitizer, menjaga jarak, membatasi mobilitas dan interaksi dan menjauhi kerumunan.
PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan
sasaran siswa/siswi SMP Negeri 1 Sampang, Kabupaten Sampang dengan jumlah sasaran
sebanyak 20 orang yang diselenggarakan pada tanggal 29 Maret 2021 . Kegiatan diawali dengan
penyuluhan serta sesi tanya jawab. Materi yang dibawakan diawali dengan topik pengertian
Covid-19 dan hal-hal yang dapat memutuskan rantai penularan Covid-19 yaitu seperti cara
memakai dan melepas masker dengan benar dan disertai contoh cara mencuci tangan pakai sabun
yang baik dan meminta semua siswa/siswi yang ikut dalam penyuluhan untuk mengikuti gerakan
yang telah dicontohkan. Kemudian di akhir sesi adanya sesi tanya jawab.
Secara keseluruhan penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis
yang terjadi selama penyuluhan berlangsung. Murid-murid cukup antusias terhadap kegiatan ini,
terlihat dari keaktifan beberapa murid saat dilakukan sesi tanya jawab dan praktek memakai dan
melepas masker serta mengikuti gerakan cara mencuci tangan dengan sabun yang baik dan
benar. Dari kegiatan ini berharap para generasi muda ini dapat membantu memberikan
pengertian terhadap kelurgadan lingkungan sekitar.
Dukungan dari tokoh masyarakat sangat berpengaruh untuk memulai memahami akan penyakit
yang sedang mewabah di Indonesia ini.
F1.3
JUDUL LAPORAN
Penyuluhan Diit Hipertensi Saat Survey Keluarga Sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong,
Kabupaten Sampang.
LATAR BELAKANG
Hipertensi atau dikenal dengan darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (the silent
killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala- gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Retno W, 2013)
Saat ini penyakit hipertensi masih cukup tinggi dan masih cendurung meningkat, yang
disebabkan penderita tidak patuh melaksanakan diet karena kurangnya pengetahuan tentang diet
hipertensi sehingga penyakit hipertensi sering tidak terkontrol. . Pemberian nutrisi dan pola diet
yang optimal pada lansia perlu mendapat perhatian yang lebih. Diet yang optimal merupakan
kunci agar tekanan darah terkontrol.
Makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kestabilan
tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium memiliki kaitan yang erat dengan
munculnya hipertensi. Pelaksanaan diet yang teratur dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan
mengurangi makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan
yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahraga (Julianti, 2005).
Diet DASH (Dietary Approaches to stop Hypertension) merupakan suatu diet yang untuk
menghentikan tekanan darah tinggi. Prinsip diet DASH adalah tinggi bahan makanan yang
berasal dari buah dan sayuran, dengan menggunakan produk susu rendah lemak, serta konsumsi
ikan secukupnya, kacang dan unggas yang bersumber Saturated Fatty Acid (SAFA). Diet ini
direkomendasikan sebagai bagian dari pengobatan hipertensi . Penelitian tentang diet DASH
bertujuan untuk mengetahui pola diet terhadap tekanan darah membuktikan bahwa kombinasi
diet DASH dan diet rendah garam mempunyai pengaruh yang sangat baik dalam penurunan
tekanan darah, yaitu menurunkan tekanan darah sistolik pada kelompok hipertensi sebesar 1,5
mmHg dan diastolik sebesar 5 mmHg (Sacks FM, et al, 2001).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah kegiatan “Penyuluhan Diit Hipertensi”.
Dalam kegiatan ini dilakukan penyuluhan tentang diit hipertensi meliputi, pengaturan makanan,
tujuan Diet Hipertensi, syarat Diet Hipertensi, cara mengatur Diet. Hal ini perlu dilakukan
mengingat masih kurangnya pengetahuan tentan diit hipertensi yang disebabkan penderita tidak
patuh melaksanakan diet. Oleh Karena itu, pentingnya diadakan penyuluhan tentang diet pada
pasien hipertensi.
PERMASALAHAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang serius yang secara signifikan
meningkatkan risiko jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. Diperkirakan 1,13 miliar orang
di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita
menderita hipertensi. Kurang dari 1 dari 5 orang dengan hipertensi memiliki masalah terkendali.
Hipertensi adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Salah satu target global untuk
penyakit tidak menular adalah untuk mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 25% pada tahun
2025 (WHO, 2019).
Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk dengan tekanan
darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan 36,85% lebih
tinggi dibanding dengan laki-laki 31,34%. Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi 34,43%
dibandingkan dengan perdesaan 33,72% (Riskesdas, 2018).
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang,
sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskesdas,
2018).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur
55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta
32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi
tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Kemenkes
RI, 2018).
Kurangnya pengetahuan tentang diet hipertensi, serta kebiasaan masyarakat Madura termasuk
masyarakat desa Tanggumong khususnya yang gemar konsumsi makanan dengan kadar garam
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Oleh karena itu, penyuluhan ini
dimaksudkan agar masyarakat lebih aware terhadap kesehatan diri masing-masing, khususnya
agar setiap orang sadar pentingnya mengukur tekanan darah secara berkala serta teratur
konsumsi obat pengontrol tekanan darah dan mengetahui makanan apa saja yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi bagi penderita hipertensi.
1. Pengaturan makanan: bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi serta yang dihindari
pada penderita hipertensi
Pengaturan Makanan
BAHAN MAKANAN DIANJURKAN : • Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein
nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat. • Makanan yang
diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu bubuk. • Sumber protein
hewani: penggunaan daging/ ayam/ ikan paling banyak 100 gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1
butir/ hari. • Susu segar 200 ml/ hari
BAHAN MAKANAN YANG DIHINDARI : • Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing •
Makanan yang diolah menggunakan garam natrium - Crackers, pastries, dan kue lain- lain -
Krupuk, kripik dan makanan kering yang asin • Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden,
sosis, kornet, sayuran dan buah-buahan dalam kaleng • Makanan yang diawetkan: dendeng,
abon, ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai kacang, acar, manisan
buah • Mentega dan keju • Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya • Makanan yang mengandung alkohol misalnya:
durian, tape
b. Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema atau bengkak *)
a. Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah, gula pasir, bawang merah,
bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu lain yang tidak mengandung atau sedikit
garam Na.
c. Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakan garam beryodium (30 – 80 ppm),
tidak lebih dari ½ sendok teh/ hari
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan sasaran
anggota keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong,
Kabupaten Sampang saat Survey Rumah Sehat yang diselenggarakan pada tanggal 16 Maret
2021 . Kegiatan diawali dengan kunjungan setiap rumah untuk melakukan pertanyaan, inspeksi,
dan screening (pemeriksaan tensi darah) sesuai dengan 12 indikator keluarga sehat. Jika
ditemukan salah satu anggota keluarga yang menderita hipertensi maka akan dilakukannya
edukasi diet hipertensi untuk terciptanya keluarga sehat.
Secara keseluruhan, upaya kunjungan keluarga sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong
berjalan dengan lancar dan baik, hal ini juga karena dukungan dari para kader aktif. Semua
anggota keluarga yang dikunjungi berpartisipasi dalam kegiatan ini. Anggota keluarga juga
antusias mengikuti kegiatan dan informasi yang diberikan cukup diterima. Pada saat proses
penyuluhan terdapat interaksi atau feed back antara pemberi penyuluhan dan sasaran untuk
menilai tingkat pengetahuan yang telah dicapai.
Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya terdapat beberapa keluarga yang hanya
ingin diperiksa saja, namun tidak mempedulikan tercapainya 12 indikator keluarga sehat, seperti
terdapat salah satu keluarga yang mempunyai hipertensi namun dianggap biasa saja dan tidak
berobat.
Latar belakang
Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia
meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan
setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas
makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa.Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi
dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem
yang harus diatasi (Litbang, 2008).
Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita
yang tidak cukup.Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal
perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko
mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi
berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang, 2007).
Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sementara pengelolaannya memerlukan kerjasama yang
komprehensif dari semua pihak.Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga dari
pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama maupun pemerintah.Pemuka
masyarakat maupun pemuka agama sangat dibutuhkan dalam membantu pemberian edukasi pada
masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos yang salah pada pemberian makanan
pada anak. Demikian juga posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan skrining
atau deteksi dini dan pelayanan pertama dalam pencegahan kasus gizi buruk (Nency, 2006)
Permasalahan
Status gizi pada anak saat ini kurang menjadi perhatian, padahal gizi merupakan elemen penting dalam
masa tumbuh kembang anak. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi juga
berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas.
Kecerdasan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan berupa
stimulasi, melainkan juga faktor gizi atau nutrisi. Untuk memperoleh anak yang cerdas dan sehat
dibutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang sehat dan seimbang dalam makanan sehari-hari. Dari
penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hubungan antara malnutrisi dengan tingkat inteligensi dan
prestasi akademik yang rendah. Untuk negara-negara berkembang dimana kejadian malnutrisi sering
dijumpai, hal ini akan berdampak serius terhadap keberhasilan pembangunan nasional.
Perencanaan dan pemilihan intervensi
Berdasarkan masalah di atas, maka diadakan penyuluhan tentang gizi buruk, pengenalan makanan yang
bersih dan bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan, serta pemberian bubur kacang hijau bagi balita
yang hadir dalam kegiatan penyuluhan
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pengenalan tentang gizi buruk, pengenalan makanan yang bersih dan bergizi
untuk menunjang masa pertumbuhan ini dilaksanakan di Posyandu Desa Pungging Kamis tanggal 22
April 2021 dan dihadiri oleh warga sekitar dan kader-kader posyandu.
Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan gizi buruk berupa definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis,
pengobatan, komplikasi, dan pencegahan terjadinya gizi buruk. Selain itu, dilakukan pula pengenalan
tentang makanan dan minuman yang sebaiknya dikonsumsi oleh anak-anak pada masa pertumbuhan.
Kegiatan ini dirangkaikan pula dengan kegiatan bulanan posyandu yaitu pengukuran tumbuh kembang
balita dan pada akhir kegiatan dilakukan pemberian bubur kacang hijau kepada balita yang hadir.
Monitoring
Kegiatan berjalan kondusif, dimana para warga kelurahan Mappala menyimak materi dengan baik
selama kegiatan berlangsung Setelah kegiatan penyuluhan berlangsung pun, warga aktif bertanya.
Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya
pemberian gizi yang baik, benar, dan seimbang kepada anggota keluarganya agar terhindar dari gizi
buruk.
Namun, masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksaan kegiatan ini, diantaranya kendala dalam
berbahasa, di mana terdapat beberapa peserta yang tidak fasih dalam berbahasa Indonesia. Selain itu,
masih banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan posyandu
secara rutin tiap bulannya dikarenakan alasan kerja atau dengan alasan apabila anak mereka ikut
posyandu dan mendapaat imunisasi, maka anak mereka akan menjadi sakit. Diharapkan kedepannya,
kader puskesmas yang tinggal disekitar warga dapat lebih aktif mengajak warga untuk menghadiri
kegiatan-kegiatan puskesmas demi peningkatan pengetahuan dan kualitas hidup serta kesehatan
masyarakat Indonesia.
F1 Judul Laporan
Penyuluhan Tentang Rabies
Latar belakang
Rabies juga disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf
pusat (otak) disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit zoonosis
yaitu penyakit infeksi yang ditularkan oleh hewan ke manusia melalui pajanan atau Gigitan
Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar, kucing. Sebagian besar
sumber penularan rabies ke manusia di Indonesia, disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi
rabies (98%), dan lainnya oleh kera dan kucing. lnfeksi rabies baik pada hewan maupun pada
manusia yang telah menunjukkan gejala dan tanda klinis rabies pada otak (Encephalomyelitis)
berakhir dengan kematian sekitar 150 negara di dunia telah terjangkit rabies, dan sekitar 55.000
orang meninggal karena rabies setiap tahun. Lebih dari 15 juta orang yang terpajan/digigit
hewan penular rabies di dunia, yang terindikasi mendapatkan pengobatan profilaksis Vaksin
Anti Rabies (VAR) untuk mencegah timbulnya rabies. Sekitar 40% dari orang yang digigit
hewan penular rabies adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Sampai saat ini belum terdapat
obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Akan tetapi rabies dapat dicegah dengan
pengenalan dini gigitan hewan penular rabies dan pengelolaan/penatalaksanaan kasus
gigitan/pajanan sedini mungkin (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Hari
Rabies Sedunia, 2016).
Permasalahan
Banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingnya pengetahuan mengenai rabies,
mengenali tanda dan gejalanya, serta pertolongan pertama pada luka akibat gigitan hewan
terutama anjing.
Pelaksanaan
KIE diberikan pada pasien yang mengalami gigitan anjing liar maupun peliharaan yang datang
ke UGD UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Selatan dengan metode
ceramah selama 5 menit dan memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
Monev
Meminta pasien menjelaskan kembali sehingga diharapkan pasien mengerti mengenai rabies dan
dapat segera mencari pertolongan ke fasilitas terdekat bila pasien/lingkungan sekitarnya terkena
gigitan anjing
F2.2
JUDUL LAPORAN
Program Kesehatan lingkungan, Survey Keluarga Sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kabupaten
Sampang
LATAR BELAKANG
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga adalah salah satu program kesehatan yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan dengan cara mengunjungi setiap keluarga dengan fokus
sasaran kesehatan yang lebih kecil.
Keluarga sehat adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial
yang kemudian memungkinkan terciptanya keluarga utuh agar bisa hidup normal secara sosial
maupun ekonomi. Didalam keluarga nantinya akan terjalin hubungan yang bersifat
multifungsional yang didalamnya akan terdapat banyak interkasi. Interasksi tersebut adalah
hubungan antara suami dan istri, orangtua dan anak, serta adik dan kakak. (Notoatmodjo,2010).
Adapun ciri-ciri Keluarga Sehat yaitu, sehat badan dan jiwa, tercukupinya makanan bergizi
terciptanya lingkungan bersih dan interaksi sosial dengan etika dan hukum (Achjar,2011). Dalam
rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk
penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah kegiatan “ Survey Kelurga Sehat” karena
dianggap penting untuk berpartisipasi dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan melalui
pencapaian program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Langkah-langkah manajemen
pendekatan keluarga yang diawali dengan survey pendataan keluarga dengan instrument
indikator keluarga sehat. Data hasil survey dapat dimanfaatkan sebagai data dasar dan informasi
profil kesehatan keluarga untuk pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.
PERMASALAHAN
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan secara nasional persentase penduduk yang
merokok setiap hari 28,2%, rumah tangga yang memiliki jamban sehat 55,4%, ibu yang melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan 6-8 jenis pemeriksaan hanya 56,8% dan balita yang ditimbang
selama 6 bulan terakhir sebesar 67,1%.
Menkes mengimbau kepada Gubernur, Bupati, Walikota, dan segenap masyarakat di seluruh Indonesia
untuk terus berupaya meningkatkan perilaku sehat keluarga sejak dini, sehingga dapat tercapainya PHBS
di rumah tangga mencapai hingga 70%. Melalui upaya peningkatan PHBS di rumah tangga secara terus
menerus diharapkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan meningkat.
Permasalahan kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan sendiri, perlu dukungan
dari berbagai pihak baik dari lintas sektor, organisasi masyarakat, LSM, maupun dunia usaha. Menkes
berpesan agar seluruh komponen dapat berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan
melalui upaya pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan PHBS dalam keluarga.
Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu melakukan kunjungan rumah untuk menilai 12
indikator keluarga sehat serta bekerjasama dengan tokoh masyarakat (kader) untuk memberikan
award dan punishment sebagai bentuk motivasi pada warga bagi kriteria rumah yang bisa diubah
(kebiasaan). Kegiatan ini meliputi sasaran semua masyarakat yang berada di Dusun Pliyang, Desa
Tanggumong, Kabupaten Sampang.
1) kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan keluarga dan peremajaan
(updating) pangkalan datanya
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dasar pencapaian indikator
keluarga sehat sebagai acuan dalam pengembangan pembangunan kesehatan.
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan
sasaran semua masyarakat yang berada di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kabupaten Sampang
yang diselenggarakan pada tanggal 16 Maret 2021 . Kegiatan diawali dengan kunjungan setiap
rumah untuk melakukan pertanyaan, inspeksi, dan screening (pemeriksaan tensi darah) sesuai
dengan 12 indikator keluarga sehat. Melakukan edukasi untuk terciptanya keluarga sehat.
Secara keseluruhan, upaya kunjungan keluarga sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong berjalan
dengan lancar dan baik, hal ini juga karena dukungan dari para kader aktif. Semua anggota keluarga
yang dikunjungi berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya terdapat keluarga yang bekerja ke sawah saat
tenaga kesehatan berkunjung. Selain itu, terdapat pula beberapa keluarga yang hanya ingin diperiksa
saja, namun tidakmempedulikan 12 indikator keluarga sehat (Seperti terdapat salah satu keluarga yang
mempunyai hipertensi namun dianggap biasa saja dan tidak berobat).
Untuk perkembangan kedepan diharapkan semua anggota keluarga melakukan 12 indikator keluarga
sehat setelah mendapat edukasi oleh tenaga kesehatan. Tindak lanjut dapat dilakukan oleh warga dan
tokoh masyarakat setempat serta peran aktif dari para kader sangat dibutuhkan supaya tercapainya
Program Indonesia Sehat.
Tgl. Mulai Kegiatan 1 April 2021
Pelaksanaan dan bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral dengan
target 20% rumah dari total keseluruhan sebanyak 17,171 rumah
yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Denpasar Selatan Tahun 2021, sehingga permasalahan penyehatan
lingkungan rumah dan sarananya dapat diatasi.
Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 bulan oleh kepala
Evaluasi
puskesmas bersama petugas kesehatan lingkungan. Satu minggu
kemudian, laporan evaluasi akan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Denpasar.
PERMASALAHAN
Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Kadar kolesterol darah
yang tinggi merupakan problema yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko yang
paling utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner di samping faktor lainnya yaitu tekanan
darah tinggi. PJK merupakan penyebab kematian yang paling sering didapatkan di Indonesia
menduduki peringkat ke 3. Karena kadar kolesterol yang tinggi dapat mengganggu kesehatan
bahkan mengancam kehidupan manusia maka perlu kiranya dilakukan penanggulangan untuk
menurunkan kadar kolesterol darah. Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang sebanyak
80% didihasilkan di organ hati sedangkan 20% diperoleh dari asupan makanan antara lain
membentuk dinding sel. Kenaikan kadar kolesterol di atas nilai normal diantaranya disebabkan
oleh berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makanan
cepat saji. Salah satu usaha yang paling baik adalah menjaga agar makanan yang kita makan
sehari-hari rendah kolesterol dan diet makanan tinggi kadar lemak hewani merupakan faktor
penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya kolesterol darah.
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 18 Juni 2021, bertempat diruang P2M
Puskesmas Kamoning, yang dihadiri 20 peseta prolanis .
Perencanaan dan Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka kami bermaksud
Pemilihan mengadakan penyuluhan kesehatan dengan materi “Pentingnya Garam
Intervensi Beryodium”. Pada penyuluhan ini akan disampaikan mengenai
pengertian garam beryodium, manfaat garam beryodium, jumlah garam
beryodium yang dianjurkan untuk dikonsumsi, cara penyimpanan garam
beryodium yang benar, ciri-ciri garam beryodium yang baik, gangguan
yang dapat dialami jika kekurangan garam beryodium dan lain
sebagainya. Selain itu, pemateri akan mengunjungi beberapa rumah
masyarakat dan melakukan tes pada garam dapur masyarakat dengan tes
yodida. Pada penyuluhan ini, diberikan pula kesempatan kepada para
peserta untuk bertanya seputar pentingnya garam beryodium.