You are on page 1of 27

F1.

JUDUL LAPORAN

Penyuluhan Pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Masa Pandemi Covid-19 di Posyandu
Pekalongan, Dusun Temor Sabe, Kabupaten Sampang

LATAR BELAKANG

Coronavirus merupakan sebuah virus baru yang menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan
pada manusia dan dapat menular sesama manusia, virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan,
China. Virus Corona ini menyebar dari cairan yang biasanya disebut droplet atau cairan
pernafasan yang keluar saat batuk dan bersin. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari
hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas (Kementrian Kesehatan, 2020).

Upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan berbagai upaya pencegahan, salah satunya adalah
mencuci tangan menggunakan sabun atau yang sering kita dengar dengan istilah CTPS (Cuci
Tangan Pakai Sabun). CPTS adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah
sedikitnya 10 penyakit seperti diare, masalah saluran napas, disentri, iritasi kulit, biang keringat,
radang tenggorokan, mata merah, jerawat, bau badan dan tifus (Ibrahim, 2020).

Mencuci tangan menggunakan sabun dilakukan karena tangan merupakan agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak
tidak langsung maupun kontak langsung (menggunakan permukaan lain seperti handuk dan
gelas) (Kemenkes RI, 2013).

Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah
kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi
ternyata di negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku
cuci tangan (Depkes , 2007).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah kegiatan “Penyuluhan Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) Pada Masa Pandemi Covid-19”. Dalam kegiatan ini dilakukan penyuluhan
tentang cara cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar untuk menghindari masuknya bakteri
ke dalam tubuh yang menempel pada tangan serta mencegah penyebaran coronavirus. Hal ini
perlu dilakukan mengingat masih kurangnya pengetahuan warga tentang mencuci tangan yang
baik dan benar serta mendorong kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

PERMASALAHAN

WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemic. Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat
634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah
ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian. Penyakit saluran
pernapasan seperti COVID-19 yang disebabkan coronavirus menyebar ketika percikan dahak
yang mengandung virus masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau tenggorokan. Akan
tetapi, yang paling sering terjadi adalah melalui tangan (WHO, 2020).

Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan menggunakan sabun merupakan suatu
upaya yang memiliki dampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare
dan ISPA, namun mencuci tangan masih belum menjadi kebiasaan pada masyarakat. Tentunya
hal ini masih dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya karena rendahnya pengetahuan,
pendidikan dan kesadaran terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun (Kemenkes RI, 2014).

Mencegah penularan COVID-19 dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan
hal yang sangat penting dalam kondisi ini. Meskipun upaya keras telah diusahakan oleh
Pemerintah dan mitra pembangunan untuk memutus rantai penularan Covid-19. Beberapa
permasalahan telah diidentifikasi seperti, kurangnya perilaku cuci tangan dengan sabun yang
merupakan salah satu perilaku hidup sehat, belum mengetahui pentingnya pengetahuan terhadap
cara mencuci tangan yang baik dalam prilaku hidup bersih dan sehat, serta kurangnya
pemahaman terhadap penyakit-penyakit yang ditimbulkan/ditularkan jika mereka tidak
menerapkan perilaku cuci tangan dengan sabun. Faktor kebiasaan masyarakat yang hanya
mencuci tangan dengan air dan tidak disertai dengan penggunaan sabun. Penggunaan sabun pada
saat mencuci tangan menjadi penting karena sabun sangat membantu menghilangkan kuman dan
mencegah penularan penyakit.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu penyuluhan dengan sasaran semua
masyarakat yang hadir di Posyandu Desa Pekalongan, Dusun Temor Sabe, Kabupaten Sampang.

Penyuluhan mengenai tentang akan pentingnya mencuci tangan dengan sabun di masa
pandemi untuk memutus rantai penularan. Keadaan-keadaan yang memerlukan cuci tangan
seperti, mencuci tangan dengan sabun dapat dilakukan ketika selesai BAB dan BAK, sebelum
makanan disiapkan, sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan, sehabis bermain pada anak,
setelah batuk atau bersin serta setelah membuang ingus. Penyakit yang dapat dicegah seperti,
diare, ISPA, dan cacingan, serta langkah-langkah CTPS yang benar.

Langkah-langkah CTPS yang benar adalah menggosok telapak tangan secara bersamaan,
menggosok punggung kedua tangan, jalinkan kedua telapak tangan lalu digosok-gosokkan,
tautkan jari-jari antara kedua telapak tangan secara berlawanan, gosok ibu jari secara memutar
dilanjutkan dengan daerah antara jari telunjuk dan ibu jari secara bergantian, gosok kedua
pergelangan tangan dengan arah memutar, bilas dengan air dan keringkan. Hal terpenting dalam
CTPS bukan berapa lama waktu mencuci tangan, tetapi cara mencuci tangannya (Kemenkes RI,
2014).

PELAKSANAAN

Penyuluhan dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan
sasaran semua masyarakat di Posyandu Desa Pekalongan, Dusun Temor Sabe, Kabupaten
Sampang dengan jumlah sasaran sebanyak 65 orang yang diselenggarakan pada tanggal 8 Maret
2021 . Kegiatan diawali dengan penyuluhan serta sesi tanya jawab. Materi yang dibawakan
diawali dengan topik pengertian Covid-19 dan hal-hal yang dapat memutuskan rantai penularan
Covid-19 yaitu salah satunya dengan mencuci tangan pakai sabun, disertai contoh cara mencuci
tangan yang baik dan meminta semua warga yang ikut dalam penyuluhan untuk mengikuti
gerakan yang telah dicontohkan. Kemudian di akhir sesi adanya sesi tanya jawab.

MONITORING & EVALUASI

Secara keseluruhan penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis
yang terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para peserta posyandu juga merespon dengan baik,
ditandai dengan adanya pertanyaan dan respon dalam mengikuti gerakan cara mencuci tangan
dengan sabun yang baik dan benar.

Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya ketersediaan tempat yang terbatas. Selain
itu, terdapat pula beberapa ibu-ibu yang perhatiannya terganggu karena anak balitanya menangis
dan terlalu aktif.

Pemantauan lebih lanjut tentang kebiasaan cuci tangan pakai sabun di rumah masing-masing
warga oleh para kader.
F1.2

JUDUL LAPORAN

Penyuluhan Pemahaman Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Era Pandemi Covid-19 di
SMP Negeri 1 Sampang, Kabupaten Sampang

LATAR BELAKANG

Coronavirus merupakan sebuah virus baru yang menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan
pada manusia dan dapat menular sesama manusia, virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan,
China. Virus Corona ini menyebar dari cairan yang biasanya disebut droplet atau cairan
pernafasan yang keluar saat batuk dan bersin. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari
hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas (Kementrian Kesehatan, 2020).

Perhatian publik terutama negara Indonesia saat ini sedang ramai dengan adanya wabah pandemi
virus Corona atau Covid-19. Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang
dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Penyebab dari wabah ini adalah
coronavirus jenis baru yang disebut dengan novel coronavirus 2019 (2019-nCoV). Penyakit ini
termasuk dalam golongan virus yang sama dengan virus penyebab severe acute respiratory
syndrome (SARS) dan Middle-East respiratory syndrome (MERS). Infeksi virus Corona yang
disebut COVID-19 ini pertama kali terjadi di kota Wuhan, China dan sekarang telah ditemukan
di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kondisi tersebut pada akhirnya membawa pemerintah Indonesia pada pemahaman untuk
menerapkan kebijakan new normal atau tatanan kehidupan normal baru / Adaptasi Kebiasaan
Baru sebagai respons realistis terhadap eksistensi COVID-19 serta diperkuat dengan estimasi
penemuan vaksin sebagai satu-satunya senjata untuk menanggulangi COVID-19. Dapat
disimpulkan bahwa kebijakan tatanan kehidupan normal baru muncul sebagai kalkulasi rasional
terhadap prakiraan kondisi ekonomi nasional, kompromi terhadap rentang waktu yang cukup
lama hingga vaksin ditemukan, serta pemahaman realistis bahwa kemungkinan besar COVID-19
tidak akan pernah hilang dari muka bumi, sehingga masyarakat harus menjajaki kemungkinan
untuk hidup berdampingan secara damai.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah kegiatan “Penyuluhan Pemahaman


Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Era Pandemi Covid-19”. Dalam kegiatan ini dilakukan
penyuluhan tentang definisi, etiologi, cara penularan, gejala klinis, serta pencegahannya dengan
melakukan adaptasi kebiasaan baru. Hal ini perlu dilakukan mengingat masih kurangnya
pengetahuan tentang Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Era Pandemi Covid-19.
PERMASALAHAN

WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemic. Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat
634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah
ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian. Penyakit saluran
pernapasan seperti COVID-19 yang disebabkan coronavirus menyebar ketika percikan dahak
yang mengandung virus masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau tenggorokan. Akan
tetapi, yang paling sering terjadi adalah melalui tangan (WHO, 2020).

Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku Percepatan Penanganan COVID-19 yaitu new normal
sendiri dimaknai sebagai perubahan perilaku masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas
secara normal. New normal juga diartikan sebagai skenario untuk mempercepat penanganan
COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi. Dalam konteks Indonesia, pemerintah
mengumumkan rencana untuk pengimplementasian kebijakan new normal dengan
mempertimbangkan analisis pada studi epidemiologis dan kesiapan masing-masing wilayah.
Prinsip utama dari rencana new normal yang akan diterapkan ini adalah adaptasi kebiasaan baru
dengan pola hidup yang akan terciptanya kehidupan dan perilaku baru masyarakat. Kebijakan
new normal akan dikawal oleh penerapan protokol kesehatan secara ketat. Tentunya hal ini
masih dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya karena rendahnya pengetahuan, pendidikan dan
kesadaran masyarakat.

Mencegah penularan COVID-19 dengan menerapkan new normal/ AKB (Adaptasi Kebiasaan
Baru) merupakan hal yang sangat penting dalam kondisi ini. Meskipun upaya keras telah
diusahakan oleh Pemerintah dan mitra pembangunan untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Beberapa permasalahan telah diidentifikasi seperti, kurangnya kesadaran masyarakat untuk
mengikuti protokol kesehatan, masih tidak percayanya masyarakat akan adanya Covid-19 karena
masih percayanya berita hoax, serta kurangnya pemahaman tentang Covid-19 yang
ditimbulkan/ditularkan jika mereka tidak mematuhi AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru).

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu penyuluhan dengan sasaran 20
siswa/siswi SMP Negeri 1 Sampang, Kabupaten Sampang.

Media dan alat yang digunakan yaitu dengan menggunakan Power Point dan LCD .

Penyuluhan mengenai tentang Pemahaman Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru di Era
Pandemi Covid-19 untuk memutus rantai penularan. Penyuluhan tentang definisi, etiologi, cara
penularan, gejala klinis, serta pencegahannya dengan melakukan adaptasi kebiasaan baru.
Adaptasi kebiasaan baru meliputi 5 M yaitu, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/
handsanitizer, menjaga jarak, membatasi mobilitas dan interaksi dan menjauhi kerumunan.
PELAKSANAAN

Penyuluhan dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan
sasaran siswa/siswi SMP Negeri 1 Sampang, Kabupaten Sampang dengan jumlah sasaran
sebanyak 20 orang yang diselenggarakan pada tanggal 29 Maret 2021 . Kegiatan diawali dengan
penyuluhan serta sesi tanya jawab. Materi yang dibawakan diawali dengan topik pengertian
Covid-19 dan hal-hal yang dapat memutuskan rantai penularan Covid-19 yaitu seperti cara
memakai dan melepas masker dengan benar dan disertai contoh cara mencuci tangan pakai sabun
yang baik dan meminta semua siswa/siswi yang ikut dalam penyuluhan untuk mengikuti gerakan
yang telah dicontohkan. Kemudian di akhir sesi adanya sesi tanya jawab.

MONITORING & EVALUASI

Secara keseluruhan penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis
yang terjadi selama penyuluhan berlangsung. Murid-murid cukup antusias terhadap kegiatan ini,
terlihat dari keaktifan beberapa murid saat dilakukan sesi tanya jawab dan praktek memakai dan
melepas masker serta mengikuti gerakan cara mencuci tangan dengan sabun yang baik dan
benar. Dari kegiatan ini berharap para generasi muda ini dapat membantu memberikan
pengertian terhadap kelurgadan lingkungan sekitar.

Dukungan dari tokoh masyarakat sangat berpengaruh untuk memulai memahami akan penyakit
yang sedang mewabah di Indonesia ini.
F1.3

JUDUL LAPORAN

Penyuluhan Diit Hipertensi Saat Survey Keluarga Sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong,
Kabupaten Sampang.

LATAR BELAKANG

Hipertensi atau dikenal dengan darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (the silent
killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala- gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Retno W, 2013)

Saat ini penyakit hipertensi masih cukup tinggi dan masih cendurung meningkat, yang
disebabkan penderita tidak patuh melaksanakan diet karena kurangnya pengetahuan tentang diet
hipertensi sehingga penyakit hipertensi sering tidak terkontrol. . Pemberian nutrisi dan pola diet
yang optimal pada lansia perlu mendapat perhatian yang lebih. Diet yang optimal merupakan
kunci agar tekanan darah terkontrol.

Makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kestabilan
tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium memiliki kaitan yang erat dengan
munculnya hipertensi. Pelaksanaan diet yang teratur dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan
mengurangi makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan
yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahraga (Julianti, 2005).

Diet DASH (Dietary Approaches to stop Hypertension) merupakan suatu diet yang untuk
menghentikan tekanan darah tinggi. Prinsip diet DASH adalah tinggi bahan makanan yang
berasal dari buah dan sayuran, dengan menggunakan produk susu rendah lemak, serta konsumsi
ikan secukupnya, kacang dan unggas yang bersumber Saturated Fatty Acid (SAFA). Diet ini
direkomendasikan sebagai bagian dari pengobatan hipertensi . Penelitian tentang diet DASH
bertujuan untuk mengetahui pola diet terhadap tekanan darah membuktikan bahwa kombinasi
diet DASH dan diet rendah garam mempunyai pengaruh yang sangat baik dalam penurunan
tekanan darah, yaitu menurunkan tekanan darah sistolik pada kelompok hipertensi sebesar 1,5
mmHg dan diastolik sebesar 5 mmHg (Sacks FM, et al, 2001).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah kegiatan “Penyuluhan Diit Hipertensi”.
Dalam kegiatan ini dilakukan penyuluhan tentang diit hipertensi meliputi, pengaturan makanan,
tujuan Diet Hipertensi, syarat Diet Hipertensi, cara mengatur Diet. Hal ini perlu dilakukan
mengingat masih kurangnya pengetahuan tentan diit hipertensi yang disebabkan penderita tidak
patuh melaksanakan diet. Oleh Karena itu, pentingnya diadakan penyuluhan tentang diet pada
pasien hipertensi.

PERMASALAHAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang serius yang secara signifikan
meningkatkan risiko jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. Diperkirakan 1,13 miliar orang
di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita
menderita hipertensi. Kurang dari 1 dari 5 orang dengan hipertensi memiliki masalah terkendali.
Hipertensi adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Salah satu target global untuk
penyakit tidak menular adalah untuk mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 25% pada tahun
2025 (WHO, 2019).

Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk dengan tekanan
darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan 36,85% lebih
tinggi dibanding dengan laki-laki 31,34%. Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi 34,43%
dibandingkan dengan perdesaan 33,72% (Riskesdas, 2018).

Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di
Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang,
sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskesdas,
2018).

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur
55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta
32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi
tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Kemenkes
RI, 2018).

Kurangnya pengetahuan tentang diet hipertensi, serta kebiasaan masyarakat Madura termasuk
masyarakat desa Tanggumong khususnya yang gemar konsumsi makanan dengan kadar garam
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Oleh karena itu, penyuluhan ini
dimaksudkan agar masyarakat lebih aware terhadap kesehatan diri masing-masing, khususnya
agar setiap orang sadar pentingnya mengukur tekanan darah secara berkala serta teratur
konsumsi obat pengontrol tekanan darah dan mengetahui makanan apa saja yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi bagi penderita hipertensi.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu penyuluhan dengan sasaran anggota keluarga
yang mempunyai riwayat hipertensi di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kabupaten Sampang
saat Survey Rumah Sehat.

Penyuluhan mengenai tentang diet hipertensi. Diantaranya :

1. Pengaturan makanan: bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi serta yang dihindari
pada penderita hipertensi

2. Tujuan Diet Hipertensi

3. Syarat Diet Hipertensi

4. Cara mengatur Diet

Pengaturan Makanan

BAHAN MAKANAN DIANJURKAN : • Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein
nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat. • Makanan yang
diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu bubuk. • Sumber protein
hewani: penggunaan daging/ ayam/ ikan paling banyak 100 gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1
butir/ hari. • Susu segar 200 ml/ hari

BAHAN MAKANAN YANG DIBATASI : • Pemakaian garam dapur • Penggunaan bahan


makanan yang mengandung natrium seperti soda kue

BAHAN MAKANAN YANG DIHINDARI : • Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing •
Makanan yang diolah menggunakan garam natrium - Crackers, pastries, dan kue lain- lain -
Krupuk, kripik dan makanan kering yang asin • Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden,
sosis, kornet, sayuran dan buah-buahan dalam kaleng • Makanan yang diawetkan: dendeng,
abon, ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai kacang, acar, manisan
buah • Mentega dan keju • Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya • Makanan yang mengandung alkohol misalnya:
durian, tape

Tujuan Diet Hipertensi :

a. Membantu menurunkan tekanan darah

b. Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema atau bengkak *)

Syarat Diet Hipertensi :

a. Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang

b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita


c. Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang diberikan

Cara mengatur Diet

a. Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah, gula pasir, bawang merah,
bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu lain yang tidak mengandung atau sedikit
garam Na.

b. Makanan lebih enak ditumis, digoreng, dipanggang, walaupun tanpa garam

c. Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakan garam beryodium (30 – 80 ppm),
tidak lebih dari ½ sendok teh/ hari

d. Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium

PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan sasaran
anggota keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong,
Kabupaten Sampang saat Survey Rumah Sehat yang diselenggarakan pada tanggal 16 Maret
2021 . Kegiatan diawali dengan kunjungan setiap rumah untuk melakukan pertanyaan, inspeksi,
dan screening (pemeriksaan tensi darah) sesuai dengan 12 indikator keluarga sehat. Jika
ditemukan salah satu anggota keluarga yang menderita hipertensi maka akan dilakukannya
edukasi diet hipertensi untuk terciptanya keluarga sehat.

MONITORING & EVALUASI

Secara keseluruhan, upaya kunjungan keluarga sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong
berjalan dengan lancar dan baik, hal ini juga karena dukungan dari para kader aktif. Semua
anggota keluarga yang dikunjungi berpartisipasi dalam kegiatan ini. Anggota keluarga juga
antusias mengikuti kegiatan dan informasi yang diberikan cukup diterima. Pada saat proses
penyuluhan terdapat interaksi atau feed back antara pemberi penyuluhan dan sasaran untuk
menilai tingkat pengetahuan yang telah dicapai.

Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya terdapat beberapa keluarga yang hanya
ingin diperiksa saja, namun tidak mempedulikan tercapainya 12 indikator keluarga sehat, seperti
terdapat salah satu keluarga yang mempunyai hipertensi namun dianggap biasa saja dan tidak
berobat.

Untuk perkembangan kedepan diharapkan semua anggota keluarga melakukan 12 indikator


keluarga sehat setelah mendapat edukasi oleh tenaga kesehatan. Tindak lanjut dapat dilakukan
oleh warga dan tokoh masyarakat setempat serta peran aktif dari para kader sangat dibutuhkan
supaya tercapainya Program Indonesia Sehat. Perlu dilakukan evaluasi berkala untuk menilai
ulang pemahaman masyarakat mengenai hipertensi
F1

Penyuluhan Mengenai Gizi Buruk

Latar belakang

Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia
meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan
setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas
makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa.Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi
dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem
yang harus diatasi (Litbang, 2008).

Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita
yang tidak cukup.Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal
perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko
mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi
berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang, 2007).

Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sementara pengelolaannya memerlukan kerjasama yang
komprehensif dari semua pihak.Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga dari
pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama maupun pemerintah.Pemuka
masyarakat maupun pemuka agama sangat dibutuhkan dalam membantu pemberian edukasi pada
masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos yang salah pada pemberian makanan
pada anak. Demikian juga posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan skrining
atau deteksi dini dan pelayanan pertama dalam pencegahan kasus gizi buruk (Nency, 2006)

Permasalahan

Status gizi pada anak saat ini kurang menjadi perhatian, padahal gizi merupakan elemen penting dalam
masa tumbuh kembang anak. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi juga
berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas.

Kecerdasan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan berupa
stimulasi, melainkan juga faktor gizi atau nutrisi. Untuk memperoleh anak yang cerdas dan sehat
dibutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang sehat dan seimbang dalam makanan sehari-hari. Dari
penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hubungan antara malnutrisi dengan tingkat inteligensi dan
prestasi akademik yang rendah. Untuk negara-negara berkembang dimana kejadian malnutrisi sering
dijumpai, hal ini akan berdampak serius terhadap keberhasilan pembangunan nasional.
Perencanaan dan pemilihan intervensi

Berdasarkan masalah di atas, maka diadakan penyuluhan tentang gizi buruk, pengenalan makanan yang
bersih dan bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan, serta pemberian bubur kacang hijau bagi balita
yang hadir dalam kegiatan penyuluhan

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pengenalan tentang gizi buruk, pengenalan makanan yang bersih dan bergizi
untuk menunjang masa pertumbuhan ini dilaksanakan di Posyandu Desa Pungging Kamis tanggal 22
April 2021 dan dihadiri oleh warga sekitar dan kader-kader posyandu.

Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan gizi buruk berupa definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis,
pengobatan, komplikasi, dan pencegahan terjadinya gizi buruk. Selain itu, dilakukan pula pengenalan
tentang makanan dan minuman yang sebaiknya dikonsumsi oleh anak-anak pada masa pertumbuhan.
Kegiatan ini dirangkaikan pula dengan kegiatan bulanan posyandu yaitu pengukuran tumbuh kembang
balita dan pada akhir kegiatan dilakukan pemberian bubur kacang hijau kepada balita yang hadir.

Monitoring

Kegiatan berjalan kondusif, dimana para warga kelurahan Mappala menyimak materi dengan baik
selama kegiatan berlangsung Setelah kegiatan penyuluhan berlangsung pun, warga aktif bertanya.
Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya

pemberian gizi yang baik, benar, dan seimbang kepada anggota keluarganya agar terhindar dari gizi
buruk.

Namun, masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksaan kegiatan ini, diantaranya kendala dalam
berbahasa, di mana terdapat beberapa peserta yang tidak fasih dalam berbahasa Indonesia. Selain itu,
masih banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan posyandu
secara rutin tiap bulannya dikarenakan alasan kerja atau dengan alasan apabila anak mereka ikut
posyandu dan mendapaat imunisasi, maka anak mereka akan menjadi sakit. Diharapkan kedepannya,
kader puskesmas yang tinggal disekitar warga dapat lebih aktif mengajak warga untuk menghadiri
kegiatan-kegiatan puskesmas demi peningkatan pengetahuan dan kualitas hidup serta kesehatan
masyarakat Indonesia.

F1 Judul Laporan
Penyuluhan Tentang Rabies
Latar belakang
Rabies juga disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf
pusat (otak) disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit zoonosis
yaitu penyakit infeksi yang ditularkan oleh hewan ke manusia melalui pajanan atau Gigitan
Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar, kucing. Sebagian besar
sumber penularan rabies ke manusia di Indonesia, disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi
rabies (98%), dan lainnya oleh kera dan kucing. lnfeksi rabies baik pada hewan maupun pada
manusia yang telah menunjukkan gejala dan tanda klinis rabies pada otak (Encephalomyelitis)
berakhir dengan kematian sekitar 150 negara di dunia telah terjangkit rabies, dan sekitar 55.000
orang meninggal karena rabies setiap tahun. Lebih dari 15 juta orang yang terpajan/digigit
hewan penular rabies di dunia, yang terindikasi mendapatkan pengobatan profilaksis Vaksin
Anti Rabies (VAR) untuk mencegah timbulnya rabies. Sekitar 40% dari orang yang digigit
hewan penular rabies adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Sampai saat ini belum terdapat
obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Akan tetapi rabies dapat dicegah dengan
pengenalan dini gigitan hewan penular rabies dan pengelolaan/penatalaksanaan kasus
gigitan/pajanan sedini mungkin (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Hari
Rabies Sedunia, 2016).

Permasalahan
Banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingnya pengetahuan mengenai rabies,
mengenali tanda dan gejalanya, serta pertolongan pertama pada luka akibat gigitan hewan
terutama anjing.

Perencanaan & pemilihan intervensi


Rencana akan dilakukan pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai
pentingnya mengenali rabies, pertolongan pertama yang bisa diberikan dan hal lainnya mengenai
rabies pada pasien yang mengalami gigitan anjing.

Pelaksanaan
KIE diberikan pada pasien yang mengalami gigitan anjing liar maupun peliharaan yang datang
ke UGD UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Selatan dengan metode
ceramah selama 5 menit dan memberikan kesempatan pasien untuk bertanya

Monev
Meminta pasien menjelaskan kembali sehingga diharapkan pasien mengerti mengenai rabies dan
dapat segera mencari pertolongan ke fasilitas terdekat bila pasien/lingkungan sekitarnya terkena
gigitan anjing

F2.2

JUDUL LAPORAN

Program Kesehatan lingkungan, Survey Keluarga Sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kabupaten
Sampang

LATAR BELAKANG

Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga adalah salah satu program kesehatan yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan dengan cara mengunjungi setiap keluarga dengan fokus
sasaran kesehatan yang lebih kecil.

Keluarga sehat adalah suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial
yang kemudian memungkinkan terciptanya keluarga utuh agar bisa hidup normal secara sosial
maupun ekonomi. Didalam keluarga nantinya akan terjalin hubungan yang bersifat
multifungsional yang didalamnya akan terdapat banyak interkasi. Interasksi tersebut adalah
hubungan antara suami dan istri, orangtua dan anak, serta adik dan kakak. (Notoatmodjo,2010).

Adapun ciri-ciri Keluarga Sehat yaitu, sehat badan dan jiwa, tercukupinya makanan bergizi
terciptanya lingkungan bersih dan interaksi sosial dengan etika dan hukum (Achjar,2011). Dalam
rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk
penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (Depkes, 2017)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah kegiatan “ Survey Kelurga Sehat” karena
dianggap penting untuk berpartisipasi dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan melalui
pencapaian program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Langkah-langkah manajemen
pendekatan keluarga yang diawali dengan survey pendataan keluarga dengan instrument
indikator keluarga sehat. Data hasil survey dapat dimanfaatkan sebagai data dasar dan informasi
profil kesehatan keluarga untuk pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.

PERMASALAHAN

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan secara nasional persentase penduduk yang
merokok setiap hari 28,2%, rumah tangga yang memiliki jamban sehat 55,4%, ibu yang melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan 6-8 jenis pemeriksaan hanya 56,8% dan balita yang ditimbang
selama 6 bulan terakhir sebesar 67,1%.

Menkes mengimbau kepada Gubernur, Bupati, Walikota, dan segenap masyarakat di seluruh Indonesia
untuk terus berupaya meningkatkan perilaku sehat keluarga sejak dini, sehingga dapat tercapainya PHBS
di rumah tangga mencapai hingga 70%. Melalui upaya peningkatan PHBS di rumah tangga secara terus
menerus diharapkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan meningkat.

Permasalahan kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan sendiri, perlu dukungan
dari berbagai pihak baik dari lintas sektor, organisasi masyarakat, LSM, maupun dunia usaha. Menkes
berpesan agar seluruh komponen dapat berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan
melalui upaya pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan PHBS dalam keluarga.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu melakukan kunjungan rumah untuk menilai 12
indikator keluarga sehat serta bekerjasama dengan tokoh masyarakat (kader) untuk memberikan
award dan punishment sebagai bentuk motivasi pada warga bagi kriteria rumah yang bisa diubah
(kebiasaan). Kegiatan ini meliputi sasaran semua masyarakat yang berada di Dusun Pliyang, Desa
Tanggumong, Kabupaten Sampang.

Kunjungan rumah oleh Puskesmas yang meliputi kegiatan berikut:

1) kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan keluarga dan peremajaan
(updating) pangkalan datanya

2)kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotifdanpreventif

3)kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.

Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dasar pencapaian indikator
keluarga sehat sebagai acuan dalam pengembangan pembangunan kesehatan.

PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilakukan oleh petugas Puskesmas Kamoning dan Dokter Internship dengan
sasaran semua masyarakat yang berada di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kabupaten Sampang
yang diselenggarakan pada tanggal 16 Maret 2021 . Kegiatan diawali dengan kunjungan setiap
rumah untuk melakukan pertanyaan, inspeksi, dan screening (pemeriksaan tensi darah) sesuai
dengan 12 indikator keluarga sehat. Melakukan edukasi untuk terciptanya keluarga sehat.

MONITORING & EVALUASI

Secara keseluruhan, upaya kunjungan keluarga sehat di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong berjalan
dengan lancar dan baik, hal ini juga karena dukungan dari para kader aktif. Semua anggota keluarga
yang dikunjungi berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Namun terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya terdapat keluarga yang bekerja ke sawah saat
tenaga kesehatan berkunjung. Selain itu, terdapat pula beberapa keluarga yang hanya ingin diperiksa
saja, namun tidakmempedulikan 12 indikator keluarga sehat (Seperti terdapat salah satu keluarga yang
mempunyai hipertensi namun dianggap biasa saja dan tidak berobat).

Untuk perkembangan kedepan diharapkan semua anggota keluarga melakukan 12 indikator keluarga
sehat setelah mendapat edukasi oleh tenaga kesehatan. Tindak lanjut dapat dilakukan oleh warga dan
tokoh masyarakat setempat serta peran aktif dari para kader sangat dibutuhkan supaya tercapainya
Program Indonesia Sehat.
Tgl. Mulai Kegiatan 1 April 2021

Tgl. Akhir Kegiatan 1 April 2021

Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan Rumah


Judul Laporan

Penyehatan Lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas


lingkungan melalui upaya promotif, preventif, penyelidikan dan
pemantauan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman,
lingkungan kerja, angkutan umum, serta lingkungan lainnya
terhadap substansi yaitu air, udara, tanah, limbah padat, cair, gas,
kebisingan, pencahayaan, habitat vektor penyakit, radiasi,
kecelakaan, makanan, minuman dan bahan kimia berbahaya.
Kondisi atau keadaan lingkungan merupakan faktor penentu utama

Latar Belakang derajat kesehatan masyarakat dalam suatu proses pengamatan,


penyuluhan, pendokumentasian secara verbal dan visual menurut
prosedur standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen
lingkungan dengan menggunakan beberapa parameter sebagai tolak
ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terkendali
dalam satu siklus waktu tertentu yang menekankan kegiatan pada
sumber, ambient (lingkungan), pemaparan atau dampak pada
manusia.

Permasalahan Berdasarkan hasil pengamatan dan pendataan rumah yang berada di


wilayah kerja UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan
Denpasar Selatan, masih banyak rumah masyarakat tidak memenuhi
syarat kesehatan lingkungan rumah sehingga nantinya dapat
berdampak pada kesehatan masyarakat serta berisiko terjadi
penularan penyakit berbasis lingkungan.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada,


pemeriksaan penyehatan lingkungan rumah perlu dilakukan dalam
upaya untuk mewujudkan kualitas lingkungan pemukiman (rumah)
yang sehat dan terbebas dari resiko penularan penyakit berbasis
lingkungan serta melaksanakan penyehatan lingkungan terhadap
lingkungan pemukiman (rumah) & lingkungan lainnya meliputi
Perencanaan
jamban, saluran pembuangan air limbah dan keberadaan vektor.
Sehingga nantinya setiap penghuni rumah dapat ikut memelihara
dan meningkatkan lingkungan pemukiman yang sehat berdasarkan
kriteria penilaian yang sudah ada dan masyarakat terhindar dari
penyakit berbasis lingkungan

Kegiatan ini dilaksanakan oleh pemegang program UKM Kesehatan


Lingkungan UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan
Denpasar Selatan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dengan
melakukan pemeriksaan, pengawasan dan pembinaan kesehatan
lingkungan rumah menggunakan format penilaian yang sudah dibuat

Pelaksanaan dan bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral dengan
target 20% rumah dari total keseluruhan sebanyak 17,171 rumah
yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Denpasar Selatan Tahun 2021, sehingga permasalahan penyehatan
lingkungan rumah dan sarananya dapat diatasi.

Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 3 bulan oleh kepala
Evaluasi
puskesmas bersama petugas kesehatan lingkungan. Satu minggu
kemudian, laporan evaluasi akan disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Denpasar.

Tgl. Mulai Kegiatan 30 April 2021

Tgl. Akhir Kegiatan 30 April 2021

Pengawasan dan Pembinaan Kesehatan Lingkungan Sarana Air


Judul Laporan Bersih

Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan vital kehidupan


manusia. Air diperlukan oleh tubuh manusia untuk menunjang
kehidupan karena + 70 % tubuh manusia mengandung air.
Peranan air yang penting bagi tubuh manusia utamanya adalah
membantu proses metabolisme, melarutkan berbagai jenis zat
yang diperlukan tubuh, menjaga keseimbangan tubuh,
menunjang pengeluaran ekskreta tubuh (keringat, air mata, air
seni, tinja, dan uap pernafasan), melarutkan dan mengolah
sumber makanan agar mudah dicerna oleh tubuh. Karena itu air
minum tersebut harus aman bagi kesehatan Untuk mencegah
terjadinya resiko penularan penyakit berbasis lingkungan di area
tempat umum dan demi kenyamanan para pekerja dan
pengunjung yang melakukan aktifitas di tempat umum, maka
diperlukan kegiatan pembinaan dan pengawasan kesehatan
lingkungan sarana tempat-tempat umum secara berkelanjutan.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal (Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009). Pendekatan Penyehatan Air diawali dengan kegiatan
pengawasan kualitas air yang ditindaklanjuti dengan kegiatan
perbaikan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan akibat
menggunakan air yang tidak sehat, maka Dinas Kesehatan Kota
Denpasar secara intensif melakukan kegiatan pengawasan
kualitas air melalui petugas sanitarian puskesmas. Petugas
sanitarian puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan menjadi
ujung tombak bagi Dinas Kesehatan Kota Denpasar untuk
memantau secara langsung di lapangan terhadap kualitas air yang
dimanfaatkan oleh masyarakat baik dari aspek sarana fisik
sumber air maupun dari aspek kualitas air itu sendiri. Sarana
penunjang lain yang menjadi perhatian Dinas Kesehatan Kota
Denpasar saat ini adalah peningkatan sarana dan prasarana
Laboratorium Kesehatan Masyarakat dalam mendukung program
pengawasan kualitas air.

Kurangnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan


masyarakat dalam pengamanan kualitas air bersih untuk berbagai
Permasalahan kebutuhan dan kehidupan manusia.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada,


melakukan pengawasan dan pembinaan Sarana Air Bersih. Untuk
melakukan kegiatan diperlukan kerja sama lintas program dan lintas
Perencanaan
sektor. Pengelolaan program dengan kunjungan ke rumah,
melakukan pendataan, melakukan pembinaan, mengirim laporan
pengawasan dan pembinaan sarana air bersih ke dinas kesehatan.

Pelaksanaan UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan Kecamatan


Denpasar Selatan terletak di Jl. Gurita No. 8 Kelurahan
Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar
mewilayahi 2 Kelurahan dan 1 Desa, yaitu Kelurahan
Sesetan, Kelurahan Panjer dan Desa Sidakarya. Pada tahun
2020 tercatat sebanyak 16,167 sarana air bersih yang
meliputi, sumur bor 3,985 buah, sumur gali 1,912 buah dan
PDAM 10,270 buah. Berdasarkan hasil pengawasan dan
pembinaan kesehatan lingkungan sarana air bersih warga
tahun 2020 masih ada sarana air bersih warga yang belum
memenuhi syarat. Dari hasil pemeriksaan kualitas air bersih
secara bakteriologis pada 49 titik yang dijadikan sampel,
ditemukan sebanyak 4 sampel (8%) yang tidak memenuhi
syarat kesehatan. Berdasarkan kondisi tersebut di atas
diperlukan kegiatan pembinaan dan pengawasan kesehatan
lingkungan sarana air bersih warga agar masyarakat
terhindar dari penyakit yang bersumber dari air minum.

a. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan


sesuai dengan jadwal kegiatan dengan pelaporan hasil-
hasil yang dicapai pada bulan tersebut.
b. Laporan hasil analisa pembinaan dan pengawasan
sarana air bersih dilaporkan ke Kepala Puskesmas
melalui petugas SP2TP.
Monitoring dan c. Laporan Triwulan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota
Evaluasi
Denpasar
d. Laporan Tahunan hasil analisis penilaian kinerja
pembinaan dan pengawasan sarana air bersih
dilaporkan ke Kepala Puskesmas

F4 GIZI SEHAT UNTUK HIPERKOLESTROLEMIA


LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di
negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga
mengakibatkan munculnya berbagai penyakit. Selain dari kemajuan teknologi, perubahan gaya
hidup masyarakat Indonesia termasuk pola makan dan aktivitas menentukan kesehatan dan
penyakit yang dapat diderita. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu
didunia. Pada tahun 2008, lebih dari 17,8 juta orang meninggal dunia akibat
penyakitkardiovaskuler. Angka tersebut menunjukkan 30% kematian di dunia. Dari kematian
tersebut 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner, dan 6,2 juta disebabkan oleh stroke.
Banyak hal yang berperan dalam kejadian PJK, salah satunya adalah dislipidemia. Dislipidemia
adalah suatu keadaan dimana terdapat abnormalitas profil lipid dalam darah seperti peningkatan
kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida, dan penurunan kolesterol High
Density Lipoprotein (LDL). Prevalensi dislipidemia pun semakin meningkat seiring dengan
semakin majunya zaman dimana gaya hidup dan pola makan masyarakat semakin berubah
menjadi tidak sehat. Dislipidemia sampai saat ini dapat dikendalikan dengan terapi obat dan
terapi diet, namun di sisi lain pengaturan pola diet yang lebih mudah, murah dan aman
untukdilakukan, sehingga sangat dianjurkan dilakukan sebelum menggunakan terapi obat. Terapi
diet yang dapat dilakukan adalah dengan cara modifikasi pola dietmenjadi diet rendah lemak
jenuh dan kolesterol. Selain itu, juga dianjurkan untuk mengonsumsi bahan makanan yang
memiliki efek antidislipidemia yang banyak terkandung dalam sayur - sayuran. Makanan
dengan efek hipokolesterolemia dan serat yang terkandung di dalamnya mampu menurunkan
kadar kolesterol total 10,37%, kolesterol LDL 13,61%, trigliserida 13,53%, dan mampu
meningkatkan kolesterol HDL 3,2%. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan risiko terjadinya aterosklerosis atau PJK akan meningkat bila kadar kolesterol
darah meninggi. oleh sebab itu, pengetahuan kesehatan tentang diet seimbang untuk penderita
hiperkolestrolemia dirasa penting guna mencegah dari berbagai penyakit jantung koroner dan
stroke dengan modifikasi pola diet yang sehat agar dapat mengurangi faktor resiko tersebut.

PERMASALAHAN
Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Kadar kolesterol darah
yang tinggi merupakan problema yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko yang
paling utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner di samping faktor lainnya yaitu tekanan
darah tinggi. PJK merupakan penyebab kematian yang paling sering didapatkan di Indonesia
menduduki peringkat ke 3. Karena kadar kolesterol yang tinggi dapat mengganggu kesehatan
bahkan mengancam kehidupan manusia maka perlu kiranya dilakukan penanggulangan untuk
menurunkan kadar kolesterol darah. Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang sebanyak
80% didihasilkan di organ hati sedangkan 20% diperoleh dari asupan makanan antara lain
membentuk dinding sel. Kenaikan kadar kolesterol di atas nilai normal diantaranya disebabkan
oleh berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makanan
cepat saji. Salah satu usaha yang paling baik adalah menjaga agar makanan yang kita makan
sehari-hari rendah kolesterol dan diet makanan tinggi kadar lemak hewani merupakan faktor
penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya kolesterol darah.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Seperti yang sudah dibahas diatas bahwa peningkatan kolesterol dan gejalanya merupakan faktor
resiko terjadinya berbagai penyakit, terutama pada lansia. Karena itu akan dilakukan penyuluhan
mengenai perbaikan gizi untuk hiperkolesterolemi. Sasaran Pasien Prolanis Puskesmas
Kamoning.

PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 18 Juni 2021, bertempat diruang P2M
Puskesmas Kamoning, yang dihadiri 20 peseta prolanis .

MONITORING DAN EVALUASI


Penyuluhan ini dimulai dengan perkenalan dari pembicara yaitu sebagai dokter internship yang
bertugas di Puskesmas Kamoning kemudian diberi penyuluhan, acara selanjutnya tanya jawab
kepada peserta penyuluhan tentang tahukah mereka mengenai apa itu kolesterol, batas normal
dan peningkatan kolesterol serta manfaat dan bahaya, apa saja gejala dan diet yang seimbang
untuk para lansia dengan hiperkolestrolemia, dari tanya jawab dan, begitu besar antusiasme
peserta menyimak materi demi materi yang disampaikan dan pada bagian akhir penyuluhan
dilakukan sesi tanya jawab dan review tentang materi yang diberikan.

F4.2 Perbaikan Gizi Masyarakat

Tgl. Mulai Kegiatan 15 April 2021

Tgl. Akhir Kegiatan 15 April 2021

Judul Laporan PENCEGAHAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM


(GAKY) MELALUI PENYULUHAN MENGENAI PENTINGNYA
GARAM BERYODIUM

Latar Belakang Gangguan akibat kekurangan yodium (iodine deficiency disorder)


adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan yodium
sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormone tiroid. Kekurangan
hormone tiroid mengakibatkan timbulnya penyakit gondok, hipotiroid,
kretin, gangguan reproduksi, kematian bayi dan keterbelakangan
mental. Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) adalah sekumpulan
gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita
kekurangan iodium secara terus-menerus dalam waktu yang lama yang
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
(Depkes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan yodium yang
dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbulkannya,
meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai
timbulnya gangguan mental akibat kretinisme. Masalah ini umumnya
lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang
dikonsumsinya tergantung dari produksi makanan yang berasal dari
tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar
iodium rendah. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
merupaakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara
langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas manusia.
Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak
defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS) , ibu hamil, anak
balita dan anak usia sekolah. Data tahun 1998 menunjukkan 87 juta
penduduk Indonesia tinggal di daerah endemic GAKY. Akibatnya tidak
kurang dari 20 juta penduduk menderita hipertiroid. GAKY pada ibu
hamil berisiko menimbulkan keguguran, sedangkan pada janin dapat
menyebabkan lahir mati ataupun resiko cacat bawaan, kretinisme,
keterbelakangan mental, dan lumpuh. Diperkirakan tiap tahun ada 9
bayi kretinisme lahir di Indonesia.
Permasalahan Defisiensi iodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih
dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita
orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai
lansia. Akibat defisiensi yodium saat ini diketahui tidak hanya
pembesaran kelenjar tiroid, tetapi berpengaruh terhadap kualitas sumber
daya manusia mulai dari keguguran, lahir mati, cacat bawaan, kretinisme,
hipotiroid hingga tumbuh kembang termasuk perkembangan otak
sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan. Di Indonesia
terutama di daerah pedalaman dan pegunungan masih banyak masyarakat
yang mengkonsumsi garam yang tidak mengandung iodium. Padahal
iodium sangat penting untuk kebutuhan manusia. Syarat garam
beryodium yang dapat memberikan manfaat pada konsumen adalah yang
mengandung iodium sebanyak >30 ppm, akan tetapi masih banyak berdar
garam beryodium 30 ppm. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal,
mulai dari ketidaktahuan ibu akan pentingnya garam beryodium, cara
penyimpanan garam beryodium yang salah, hingga cara penggunaan
garam beryodium yang salah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka
pengetahuan masyarakat khususnya pemahaman ibu rumah tangga
mengenai pentingnya dan cara penggunaan garam beryodium perlu
ditingkatkan agar jumlah masyarakat yang menderita GAKY berkurang

Perencanaan dan Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka kami bermaksud
Pemilihan mengadakan penyuluhan kesehatan dengan materi “Pentingnya Garam
Intervensi Beryodium”. Pada penyuluhan ini akan disampaikan mengenai
pengertian garam beryodium, manfaat garam beryodium, jumlah garam
beryodium yang dianjurkan untuk dikonsumsi, cara penyimpanan garam
beryodium yang benar, ciri-ciri garam beryodium yang baik, gangguan
yang dapat dialami jika kekurangan garam beryodium dan lain
sebagainya. Selain itu, pemateri akan mengunjungi beberapa rumah
masyarakat dan melakukan tes pada garam dapur masyarakat dengan tes
yodida. Pada penyuluhan ini, diberikan pula kesempatan kepada para
peserta untuk bertanya seputar pentingnya garam beryodium.

Pelaksanaan Penyuluhan kesehatan mengenai Pentingnya Garam beryodium ini


dilaksanakan di UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan pada tanggal 15
April 2021 pukul 08.00-10.00 WITA. Penyuluhan ini diikuti oleh peserta
yang terdiri dari ibu-ibu yang datang untuk melakukan pemeriksaan.
Pemateri menyampaikan informasi mengenai pentingnya garam
beryodium yang disertai dengan pengetesan beberapa garam dapur
masyarakat sekitar yang mengandung kadar yodium yang cukup.
Pemateri juga menyampaikan informasi mengenai pengertian garam
beryodium, manfaat garam beryodium, jumlah garam beryodium yang
dianjurkan untuk dikonsumsi, cara penyimpanan garam beryodium yang
benar, ciri-ciri garam beryodium yang baik, gangguan yang dapat dialami
jika kekurangan garam beryodium dan lain sebagainya. Kemudian di
akhir sesi, pemateri memberi kesempatan kepada peserta dan kader
untuk bertanya seputar pentingnya garam beryodium.
Monitoring dan Penyuluhan maupun informasi tentang pentingnya garam
Evaluasi beryodium harus terus digalakkan, terutama untuk para ibu rumah
tangga. Ibu-ibu tidak memberikan garam beryodium untuk keluarganya
dengan alasan ketidaktahuan ataupun adanya cara penempatan dan
pemasakan garam beryodium yang tidak benar. Pemahaman tentang
gangguan akibat kekurangan garam beryodium juga perlu dijelaskan.

You might also like