Professional Documents
Culture Documents
KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK Kelompok 2.
KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK Kelompok 2.
OLEH
KELOMPOK 2
PRODI AKUNTANSI
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat
waktu. Adapun judul makalah ini adalah “KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK”
Kami juga menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan makalah yang kami buat ini agar lebih baik ke depannya.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi pajak, merupakan bagian dalam akuntansi yang timbul dari unsur
spesialisasi yang menuntut keahlian dalam bidang tertentu. Akuntansi pajak
tercipta karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur dalam UU perpajakan dan
pembentukannya terpengaruh oleh fungsi perpajakan dalam
mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah. Tujuan dari akuntansi pajak
adalah menetapkan besarnya pajak terutang berdasarkan laporan keuangan yang
disusun oleh perusahaan.
Akuntansi pajak tidak memiliki standar seperti akuntansi keuangan yang diatur
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Akuntansi pajak hanya digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan
dengan perpajakan. Akuntansi komersial disusun dan disajikan berdasarkan SAK.
Namun, untuk kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan
dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, jika terdapat
perbedaan antara ketentuan akuntansi dengan ketentuan perpajakan untuk
keperluan pelaporan dan pembayaran pajak, maka undang-undang perpajakan
memiliki prioritas untuk dipatuhi agar tidak menimbulkan kerugian material bagi
WP yang bersangkutan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran akuntansi dalam sejarah perpajakan di Indonesia ?
2. Bagaimana hubungan antara akuntansi keuangan dan pajak ?
3. Apa saja konsep dasar akuntansi perpajakan ?
4. Akun-akun apa saja yang ada di dalam laporan keuangan akuntansi pajak ?
5. Apa yang menjadi karakteristik kualitatif pada laporan keuangan untuk tujuan
pajak ?
6. Jelaskan konsep dasar pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
penghasilan dan biaya !
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran akuntansi dalam sejarah perpajakan di Indonesia
2. Untuk mengetahui hubungan antara akuntansi keuangan dan pajak
3. Untuk memahami konsep dasar akuntansi perpajakan
4. Untuk mengetahui akun-akun apa saja yang terdapat di dalam laporan
keuangan akuntansi pajak
5. Untuk mengetahui karakteristik kualitatif pada laporan keuangan untuk tujuan
pajak
6. Untuk memahami konsep dasar pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan penghasilan dan biaya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1983, Dalam undang- undang perpajakan yang baru berlaku asas perpajakan
Indonesia, yaitu :
1. asas kegotongroyongan nasional terhadap kewajiban kenegaraan, termasuk
membayar pajak :
2. asas keadilan, dalam pemungutan pajak kewenangan yang dominan tidak
lagi diberikan kepada aparat pajak untuk menentukan jumlah pajak yang
harus dibayar ;
3. asas kepastian hukum. WP diberikan ketentuan yang sederhana dan mudah
dimengerti serta pelaksanaan administrasi pemungutan pajaknya tidak
birokratis; dan
4. asas kepercayaan penuh, masyarakat diberikan kepercayaan penuh untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya, termasuk keaktifan pelaksanaan
administrasi perpajakan.
4
keuangan yang telah mengakomodasi ketentuan pajak yang berlaku. Oleh
karena itu, dalam sistem ini, laba kena pajak sama dengan laba secara akuntansi.
Sedangkan dalam sistem independen, penentuan laba kena pajak tidak
mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku karena memiliki tujuan
yang berbeda. Selain kedua sistem tersebut, terdapat pendekatan di mana
penentuan laba kena pajak dihasilkan dari laba akuntansi keuangan dengan
penyesuaian terhadap penentuan pajak.
5
Derajat hubungan antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak yang
diterapkan memiliki beberapa keunggulan dan keterbatasan dari masing-
masing pendekatan tersebut. Pendekatan dependen memiliki keunggulan dalam
hal biaya kepatuhan yang rendah, karena Laporan Keuangan yang disusun dapat
digunakan untuk tujuan akuntansi keuangan maupun untuk tujuan akuntansi
pajak. Kelemahannya, penyusunan Laporan Keuangan menggunakan prinsip
atau metode konsolidasi antara ketentuan akuntansi keuangan dan Ketentuan
Pajak, sehingga Standar Akuntansi Keuangan harus disusun untuk
mengakomodasi kedua ketentuan tersebut. Apabila Standar Akuntansi
Keuangan tersebut diterapkan maka tidak berlaku Standar Akuntansi Keuangan
yang merujuk kepada IFRS, sehingga untuk kebutuhan kesebandingan dalam
kondisi ekonomi terbuka, Laporan Keuangan yang disusun tidak memiliki
keseragaman.
6
2. Kesatuan Akuntansi
Suatu usaha dinyatakan terpisah dari pemiliknya apabila transaksi yang
terjadi dengan perusahaan bukanlah transaksi perusahaan dengan
pemiliknya. Harta perusahaan bukan harta pemilik. Kewajiban perusahaan
bukan kewajiban pemilik Pemilik dan perusahaan adalah dua lembaga yang
terpisah sama sekali. Hal tersebut sesuai ketentuan Pasal 9 ayat 1 huruf b
UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 "besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) tidak boleh
dikurangkan biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota
3. Konsep Kesinambungan
Dalam konsep diatur bahwa tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk
berkembang dan mempunyai kelangsungan hidup seterusnya. Hal ini
mengacu konsep Pasal 25 ayat 1 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 "besarnya
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar PPh yang terutang menurut
SPT PPh tahun pajak yang lalu.
4. Konsep Nilai Historis
Transaksi bisnis dicatat berdasarkan harga pada saat terjadinya transaksi
tersebut. Dengan konsep ini maka harta dicatat sebesar harga perolehannya;
sesuai dengan Pasal 10 ayat 6 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 "persediaan
dan pemakaian persediaan untuk perhitungan harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan
cara mendahulukan persediaan yang diperoleh".
5. Periode Akuntansi
Periode akuntansi tersebut sesuai dengan konsep kesinambungan; di mana
hal ini mengacu pada Pasal 28 ayat 6 UU KUP Nomor 16 Tahun 2009.
Tahun pajak adalah sama dengan tahun takwim kecuali WP menggunakan
tahun buku yang tidak sama
7
dengan tahun takwim.
6. Konsep Taat Asas
Dalam konsep ini penggunaan metode akuntansi dari satu periode ke
periode berikutnya haruslah sama. Konsep ini mengacu pada Pasal 28 ayat
5 UU KUP Nomor 16 Tahun 2009 "pembukuan diselenggarakan dengan
prinsip taat asas" dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas
7. Konsep Materialitas
Konsep ini diatur dalam Pasal 9 ayat 2 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008,
yaitu "pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)tahun tidak
dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui
penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau
Pasal 11A".
8. Konsep Konservatisme
Dalam konsep ini penghasilan hanya diakui melalui transaksi tetapi
sebaliknya kerugian dapat dicatat walaupun belum terjadi. Hal ini mengacu
pada Pasal 9 ayat 1 huruf c UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, yaitu "untuk
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan pembentukan atau
pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk
usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang
9. Konsep Realisasi
Menurut konsep ini, penghasilan hanya dilaporkan apabila telah terjadi
transaksi penjualan. Penambahan kekayaan yang masih belum terjadi, tidak
dapat diakui sebagai penghasilan. Hal tersebut sesuai Pasal 4 ayat 1 UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008, yaitu "yang menjadi objek pajak adalah
8
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
(cash basis) atau diperoleh (accrual basis) Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dana dalam bentuk apa pun".
10. Konsep Mempertemukan Biaya dan Penghasilan
Laba neto diukur dengan perbedaan antara penghasilan dan beban pada
periode yang sama, di mana mengacu pada Pasal 6 ayat 1 UU PPh Nomor
36 Tahun 2008. yaitu "besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan"
9
- Pajak Keluaran.
10
pabean, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan.
2. Netral
Laporan Keuangan untuk tujuan pajak harus memiliki sifat netral, baik dari
sisi Wajib Pajak maupun dari sisi otoritas pajak. Netralitas dicerminkan dari
pembukuan yang dilakukan berdasarkan itikad baik dan mencerminkan
keadaan yang sesungguhnya, sehingga dapat dijadikan acuan oleh kedua
belah pihak.
3. Benar
SPT Tahunan PPh harus diisi secara benar, yaitu benar dalam perhitungan,
termasuk dalam penerapan ketentuan perpajakan, dalam penulisannya, dan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Selain itu, terdapat sanksi bagi Wajib Pajak yang melakukan kesalahan
dalam pencatatan atau pembukuan yang mengakibatkan pajak yang
terutang dalam jumlah berapa pun tidak benar atau tidak sesuai dengan
Ketentuan Pajak atau tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Berbeda dengan konsep materialitas dalam akuntansi keuangan.
Materialitas dinilai sebagai suatu ukuran di mana saat terjadi salah saji
dalam Laporan Keuangan dapat memengaruhi keputusan ekonomi dari para
pengguna Laporan Keuangan. Dalam akuntansi keuangan, Laporan
Keuangan harus bebas dari kesalahan dalam tingkat materialitas tertentu.
Hal ini dikarenakan, Laporan Keuangan digunakan untuk menilai
kewajaran transaksi Wajib Pajak. Sedangkan Laporan Keuangan untuk
tujuan pajak disusun untuk dapat mengenakan pajak secara adil berapun
jumlahnya sesuai dengan kemampuan ekonomis Wajib Pajak.
4. Lengkap
Lengkap berarti memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan Objek
Pajak dan unsur-unsur lain harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh.
Laporan Keuangan yang disusun oleh Wajib Pajak harus dilampirkan dalam
11
SPT Tahunan PPh, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Apabila SPT Tahunan PPh yang disampaikan tidak dilampiri keterangan
dan/atau dokumen sesuai dengan Ketentuan Pajak maka SPT Tahunan PPh
dianggap tidak disampaikan.
5. Jelas
Wajib Pajak wajib mengisi SPT Tahunan PPh secara jelas, yang artinya
harus melaporkan asal-usul atau sumber dari Objek Pajak dan unsur - unsur
lain yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan
12
Dalam hal pengukuran penghasilan, Ketentuan Pajak memberikan
penjelasan bahwa penghasilan harus diukur sesuai dengan nilai yang
sebenarnya diterima. Sedangkan untuk penyajiannya, penghasilan disajikan
dalam Laporan Rugi Laba dan pengungkapannya harus memenuhi
ketentuan pengisian SPT Tahunan PPh secara benar, lengkap dan jelas.
13
penghasilan yang bersangkutan tergantung peristiwa mana yang lebih
dahulu.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi pajak, merupakan bagian dalam akuntansi yang timbul dari
unsur spesialisasi yang menuntut keahlian dalam bidang tertentu. Akuntansi
pajak tercipta karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur dalam UU
perpajakan. Tujuan dari akuntansi pajak adalah menetapkan besarnya pajak
terutang berdasarkan laporan keuangan yang disusun oleh
perusahaan.Akuntansi pajak hanya digunakan untuk mencatat transaksi yang
berhubungan dengan perpajakan.
Konsep dasar akuntansi pajak ini secara umum dibagi dalam beberapa
bagian salah satunya konsep nilai historis dimana Transaksi bisnis dicatat
15
berdasarkan harga pada saat terjadinya transaksi tersebut. Dengan konsep ini
maka harta dicatat sebesar harga perolehannya; sesuai dengan Pasal 10 ayat 6
UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 "persediaan dan pemakaian persediaan untuk
perhitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan
secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh".
16
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno, Estralita Trisanawa . 2013. “ Akuntansi Perpajakan “. Jakarta : Salemba Empat
17