You are on page 1of 18

OTORITAS JASA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 76 /POJK.07/2016
TENTANG
PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA
KEUANGAN BAGI KONSUMEN DAN/ATAU MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa pengetahuan, pemahaman, dan akses


masyarakat Indonesia terhadap lembaga, produk, dan
layanan jasa keuangan masih rendah dan tidak merata
pada setiap sektor industri jasa keuangan;
b. bahwa atas kondisi sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, perlu dilakukan edukasi keuangan dan pembangunan
infrastruktur pendukung;
c. bahwa pelaksanaan edukasi keuangan dan
pembangunan infrastruktur sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, dilakukan sebagai salah satu upaya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap
lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan;
d. bahwa selain pelaksanaan edukasi keuangan dan
pembangunan infrastruktur pendukung perlu juga
diikuti dengan ketersediaan akses masyarakat terhadap
lembaga, produk dan/atau layanan jasa keuangan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat;
e. bahwa untuk mendukung edukasi keuangan dan
ketersediaan akses masyarakat terhadap lembaga,
produk dan layanan jasa keuangan, diperlukan
-2-

pemberdayaan masyarakat dan sinergi dari Lembaga


Jasa Keuangan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; dan
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf e perlu
menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang
Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor
Jasa Keuangan Bagi Konsumen dan/atau Masyarakat;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa


Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI
SEKTOR JASA KEUANGAN BAGI KONSUMEN DAN/ATAU
MASYARAKAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat
OJK, adalah lembaga yang independen, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
2. Pelaku Usaha Jasa Keuangan, yang selanjutnya
disingkat PUJK adalah Bank Umum, Bank Perkreditan
Rakyat, Perantara Pedagang Efek, Manajer Investasi,
Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Perusahaan
-3-

Asuransi, Perusahaan Pembiayaan, Modal Ventura,


Perusahaan Pergadaian, dan Perusahaan Penjaminan,
baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional maupun secara syariah, berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
3. Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan
dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang
tersedia di PUJK, antara lain nasabah pada Perbankan,
pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada
Perasuransian, peserta pada Dana Pensiun,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
di sektor jasa keuangan.
4. Dewan Komisaris bagi PUJK atau organ yang setara
dengan Dewan Komisaris pada badan hukum berbentuk
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Dewan
Komisaris adalah organ pada masing-masing PUJK yang
berperan untuk melakukan fungsi pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi.
5. Direksi bagi PUJK atau organ yang setara dengan
Direksi pada badan hukum berbentuk Perseroan
Terbatas yang selanjutnya disebut Direksi adalah organ
yang melakukan fungsi pengurusan PUJK untuk
kepentingan PUJK sesuai maksud dan tujuan masing-
masing PUJK serta mewakili PUJK baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.
6. Literasi Keuangan adalah pengetahuan, keterampilan,
dan keyakinan, yang mempengaruhi sikap dan perilaku
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai
kesejahteraan.
7. Inklusi Keuangan adalah ketersediaan akses pada
berbagai lembaga, produk dan layanan jasa keuangan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
-4-

8. Edukasi Keuangan adalah serangkaian proses atau


kegiatan untuk meningkatkan Literasi Keuangan.
9. Produk dan/atau Layanan Jasa Keuangan Sederhana
adalah produk dan/atau layanan jasa keuangan dengan
fitur dan persyaratan yang mudah dan dapat terjangkau
oleh berbagai golongan Konsumen dan/atau
masyarakat.
10. Konglomerasi Keuangan adalah PUJK yang berada
dalam satu grup atau kelompok karena keterkaitan
kepemilikan dan/atau pengendalian.

BAB II
LITERASI KEUANGAN

Pasal 2
(1) PUJK wajib melaksanakan kegiatan dalam rangka
meningkatkan Literasi Keuangan.
(2) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan
Literasi Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan pedoman di masing-masing
PUJK.

Bagian Kesatu
Tujuan Literasi Keuangan

Pasal 3
Tujuan Literasi Keuangan meliputi:
a. meningkatnya kualitas pengambilan keputusan
keuangan individu; dan
b. perubahan sikap dan perilaku individu dalam
pengelolaan keuangan menjadi lebih baik,
sehingga mampu menentukan dan memanfaatkan lembaga,
produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan Konsumen dan/atau
masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan.
-5-

Bagian Kedua
Ruang Lingkup Upaya Peningkatan Literasi Keuangan

Pasal 4
Ruang lingkup kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi
Keuangan adalah perencanaan dan pelaksanaan atas:
a. Edukasi Keuangan; dan
b. pengembangan infrastruktur yang mendukung Literasi
Keuangan bagi Konsumen dan/atau masyarakat.

Pasal 5
(1) Kewajiban PUJK atas pelaksanaan kegiatan dalam
rangka meningkatkan Literasi Keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilakukan sebagai
program tahunan PUJK.
(2) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan
Literasi Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilakukan berdasarkan prinsip:
a. terencana dan terukur;
b. berorientasi pada pencapaian;
c. berkelanjutan; dan
d. kolaborasi.
(3) PUJK dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam
rangka peningkatan Literasi Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan
dalam rangka meningkatkan Literasi Keuangan akan
diatur dalam surat edaran OJK.

Pasal 6
(1) Pelaksanaan Edukasi Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a dilakukan dengan penyampaian
materi Edukasi Keuangan kepada Konsumen dan/atau
masyarakat.
(2) Materi Edukasi Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), paling kurang mencakup informasi mengenai:
a. pengelolaan keuangan;
-6-

b. jenis industri jasa keuangan;


c. produk dan layanan jasa keuangan termasuk
karakteristiknya, yang terdiri dari:
1. manfaat, biaya, dan risiko atas produk dan
layanan jasa keuangan;
2. hak dan kewajiban Konsumen;
3. cara mengakses produk dan layanan jasa
keuangan; dan
4. informasi terkait dengan mekanisme
transaksi produk dan/atau layanan jasa
keuangan; dan
d. perpajakan terkait produk dan/atau layanan jasa
keuangan.
(3) Pelaksanaan Edukasi Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk dan metode Edukasi Keuangan.

Pasal 7
(1) Dalam hal PUJK melaksanakan Edukasi Keuangan
dalam bentuk pendampingan kepada Konsumen yang
memiliki usaha mikro atau kecil, PUJK wajib paling
kurang:
a. memastikan Konsumen menggunakan produk
dan/atau layanan jasa keuangan yang diperoleh
untuk kegiatan usahanya;
b. membantu Konsumen dalam meningkatkan
kemampuan pengelolaan kegiatan usahanya; dan
c. mendukung kelancaran dan kesinambungan akses
keuangan Konsumen.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendampingan akan
diatur dalam surat edaran OJK.

Pasal 8
Dalam hal PUJK melaksanakan Edukasi Keuangan dalam
bentuk simulasi, PUJK wajib mencantumkan rumus
perhitungan dan penyangkalan yang menyatakan bahwa
kegiatan tersebut hanya merupakan simulasi.
-7-

Pasal 9
(1) Pelaksanaan pengembangan infrastruktur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilakukan dengan
membangun dan mengembangkan sarana yang dapat
mendukung Literasi Keuangan.
(2) Bentuk pengembangan infrastruktur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b mencakup
penyusunan dan pembentukan database materi
Edukasi Keuangan, penyediaan sumber daya manusia,
dan pembangunan atau pengembangan sarana dan
media untuk mengakses materi Edukasi Keuangan,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.

Bagian Ketiga
Rencana Literasi Keuangan

Pasal 10
(1) PUJK wajib melakukan penyusunan rencana kegiatan
dalam rangka meningkatkan Literasi Keuangan.
(2) Rencana kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi
Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
kurang mencantumkan:
a. nama kegiatan;
b. tujuan kegiatan;
c. bentuk pelaksanaan;
d. metode pelaksanaan;
e. materi;
f. sasaran dan jumlah peserta;
g. jadwal dan wilayah;
h. frekuensi pelaksanaan;
i. sumber dan jumlah biaya;
j. metode dan sarana pengukuran; dan
k. parameter dan bentuk pemantauan dan/atau
evaluasi.
(3) Pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam rencana
kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi
Keuangan
-8-

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi


bagian dari kegiatan corporate social responsibility
(CSR) PUJK.

BAB III
INKLUSI KEUANGAN

Pasal 11
(1) PUJK wajib melaksanakan kegiatan dalam rangka
meningkatkan Inklusi Keuangan.
(2) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan
Inklusi Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan pedoman di masing-masing
PUJK.

Bagian Kesatu
Tujuan Inklusi Keuangan

Pasal 12
Tujuan Inklusi Keuangan meliputi:
a. meningkatnya akses masyarakat terhadap lembaga,
produk dan layanan jasa keuangan PUJK;
b. meningkatnya penyediaan produk dan/atau layanan
jasa keuangan oleh PUJK yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan masyarakat;
c. meningkatnya penggunaan produk dan/atau layanan
jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan masyarakat; dan
d. meningkatnya kualitas penggunaan produk dan layanan
jasa keuangan sesuai kebutuhan dan kemampuan
masyarakat.
-9-

Bagian Kedua
Ruang Lingkup Upaya Peningkatan Inklusi Keuangan

Pasal 13
Ruang lingkup kegiatan dalam rangka meningkatkan Inklusi
Keuangan terdiri atas:
a. perluasan akses terhadap lembaga, produk dan/atau
layanan jasa keuangan kepada Konsumen target;
dan/atau
b. penyediaan produk dan/atau layanan jasa keuangan,
termasuk penciptaan skema atau pengembangan
produk dan/atau layanan jasa keuangan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan Konsumen
dan/atau masyarakat.

Pasal 14
(1) Kewajiban PUJK atas pelaksanaan kegiatan dalam
rangka meningkatkan Inklusi Keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilakukan sebagai
program tahunan PUJK.
(2) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan
Inklusi Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilakukan berdasarkan prinsip:
a. terukur;
b. terjangkau;
c. tepat sasaran; dan
d. berkelanjutan.
(3) PUJK dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam
rangka peningkatan Inklusi Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan
dalam rangka meningkatkan Inklusi Keuangan akan
diatur dalam surat edaran OJK.

Pasal 15
Perluasan akses produk dan/atau layanan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a termasuk
- 10 -

penyediaan berbagai sarana bagi kelompok masyarakat


berkebutuhan khusus untuk mengakses produk dan/atau
layanan jasa keuangan.

Pasal 16
Penciptaan skema atau pengembangan produk dan/atau
layanan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 huruf b dilakukan sesuai dengan karakteristik masing-
masing produk dan/atau layanan jasa keuangan serta
industri PUJK.

Pasal 17
Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan Inklusi
Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan
dalam bentuk:
a. memperluas akses terhadap lembaga, produk dan/atau
layanan jasa keuangan kepada Konsumen target;
b. menyediakan produk dan/atau layanan jasa keuangan,
termasuk penciptaan skema atau pengembangan
produk dan/atau layanan jasa keuangan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan Konsumen
dan/atau masyarakat; dan/atau
c. menjaga keberlanjutan perluasan akses sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan penyediaan produk
dan/atau layanan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf b.

Pasal 18
Dalam hal PUJK memiliki Produk dan/atau Layanan Jasa
Keuangan Sederhana, PUJK wajib:
a. menyampaikan informasi mengenai produk dan/atau
layanan jasa keuangan tersebut kepada calon
Konsumen; dan
b. menerima calon Konsumen yang akan memanfaatkan
produk dan/atau layanan jasa keuangan tersebut
dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 11 -

Bagian Ketiga
Rencana Inklusi Keuangan

Pasal 19
(1) PUJK wajib melakukan penyusunan rencana kegiatan
dalam rangka meningkatkan Inklusi Keuangan.
(2) Rencana kegiatan dalam rangka meningkatkan Inklusi
Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
kurang mencantumkan:
a. ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13;
b. sasaran kegiatan dalam rangka meningkatkan
Inklusi Keuangan;
c. target pengguna produk dan/atau layanan jasa
keuangan;
d. jadwal dan wilayah pelaksanaan kegiatan dalam
rangka meningkatkan Inklusi Keuangan; dan
e. parameter dan bentuk pemantauan dan/atau
evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam rangka
meningkatkan Inklusi Keuangan.

BAB IV
PERAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PUJK

Pasal 20
Direksi PUJK wajib menyusun dan melaksanakan rencana
kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi Keuangan dan
Inklusi Keuangan.

Pasal 21
Dewan Komisaris PUJK memastikan Direksi PUJK memiliki
dan melaksanakan rencana kegiatan dalam rangka
meningkatkan Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan.
- 12 -

BAB V
FUNGSI ATAU UNIT LITERASI KEUANGAN DAN INKLUSI
KEUANGAN

Pasal 22
(1) PUJK wajib membentuk fungsi atau unit untuk
pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan
Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan.
(2) Pembentukan fungsi atau unit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berada pada:
a. fungsi atau unit berbeda; atau
b. fungsi atau unit yang sama.
(3) Pembentukan fungsi atau unit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat melekat pada fungsi atau unit lain
kecuali pada fungsi atau unit manajemen risiko, audit
internal, hukum, dan kepatuhan.
(4) Dalam membentuk fungsi atau unit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), PUJK mempertimbangkan:
a. jumlah aset PUJK;
b. jumlah kantor PUJK;
c. jumlah produk dan/atau layanan jasa keuangan
PUJK;
d. jumlah Konsumen; dan/atau
e. jumlah sumber daya manusia PUJK.
(5) Dalam hal PUJK merupakan Konglomerasi Keuangan
maka pembentukan fungsi atau unit Literasi Keuangan
dan Inklusi Keuangan dapat dilakukan secara
terintegrasi pada entitas utama.

Pasal 23
(1) Fungsi atau unit Literasi Keuangan memiliki tugas,
paling kurang:
a. merencanakan dan melaksanakan kegiatan dalam
rangka meningkatkan Literasi Keuangan;
b. melakukan pemantauan dan evaluasi atas
pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan
- 13 -

Literasi Keuangan yang telah dilaksanakan oleh


PUJK; dan
c. memberikan masukan kepada unit bisnis yang
melakukan riset dan pengembangan produk
dan/atau layanan jasa keuangan untuk
mengembangkan produk dan/atau layanan jasa
keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan Konsumen dan/atau masyarakat
berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi
Keuangan.
(2) Fungsi atau unit Inklusi Keuangan memiliki tugas,
paling kurang:
a. merencanakan dan melaksanakan kegiatan dalam
rangka meningkatkan Inklusi Keuangan;
b. melakukan pemantauan dan evaluasi atas kegiatan
dalam rangka meningkatkan Inklusi Keuangan
yang telah dilaksanakan oleh PUJK;
c. memberikan masukan kepada unit bisnis yang
melakukan riset dan pengembangan produk
dan/atau layanan jasa keuangan untuk
mengembangkan produk dan/atau layanan jasa
keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan Konsumen dan/atau masyarakat; dan
d. memberikan masukan kepada fungsi atau unit
Literasi Keuangan dalam rangka penyusunan
materi Edukasi Keuangan terkait produk dan/atau
layanan jasa keuangan yang dikembangkan.

BAB VI
LAPORAN LITERASI KEUANGAN DAN INKLUSI KEUANGAN

Pasal 24
(1) PUJK wajib menyusun dan menyampaikan laporan
rencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan
Pasal 19 serta laporan realisasi atas kegiatan dimaksud
kepada OJK terkait:
- 14 -

a. kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi


Keuangan; dan
b. kegiatan dalam rangka meningkatkan Inklusi
Keuangan.
(2) Dalam hal PUJK merupakan Konglomerasi Keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5),
masing- masing PUJK wajib menyampaikan laporan
rencana dan laporan realisasi kepada OJK atas
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 25
(1) Laporan rencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 wajib tercantum dalam rencana bisnis PUJK dan
disampaikan kepada OJK sesuai dengan ketentuan yang
mengatur mengenai pelaporan rencana bisnis masing-
masing PUJK.
(2) Dalam hal PUJK tidak memiliki rencana bisnis,
laporan rencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 disampaikan kepada OJK paling lambat pada
tanggal 30 bulan November sebelum tahun kegiatan
dilaksanakan.
(3) Dalam hal tanggal 30 bulan November jatuh pada hari
libur, laporan rencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan pada 1 (satu) hari kerja berikutnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan
penyampaian laporan rencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) akan diatur dalam surat
edaran OJK.

Pasal 26
(1) Laporan realisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 wajib tercantum dalam laporan realisasi rencana
bisnis PUJK dan disampaikan kepada OJK sesuai
dengan ketentuan yang mengatur mengenai pelaporan
realisasi rencana bisnis masing-masing PUJK.
(2) Dalam hal PUJK tidak memiliki laporan realisasi
rencana bisnis PUJK maka laporan realisasi
- 15 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 disampaikan


kepada OJK paling lambat pada tanggal 30 bulan
Januari tahun berikutnya.
(3) Dalam hal tanggal 30 bulan Januari jatuh pada hari
libur, laporan rencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan pada 1 (satu) hari kerja berikutnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan
penyampaian laporan realisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) akan diatur dalam surat
edaran OJK.

Pasal 27
Dalam hal PUJK bekerja sama dengan pihak lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dan
Pasal
14 ayat (3), PUJK wajib mencantumkan peran serta
pihak lain tersebut pada laporan rencana kegiatan serta
laporan realisasi kegiatan dalam rangka meningkatkan
Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan.

BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 28
(1) OJK dapat mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal
2, Pasal 5, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 14,
Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 22, Pasal 24, Pasal
25, Pasal 26, dan Pasal 27 dalam Peraturan OJK ini yang
dilakukan oleh PUJK.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. peringatan lisan; dan
b. peringatan tertulis.
- 16 -

Pasal 29
(1) Dalam hal PUJK memiliki kewajiban pelaporan rencana
bisnis dan realisasi rencana bisnis, pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Pasal 24 mengikuti ketentuan sanksi pada ketentuan
rencana bisnis dan realisasi rencana bisnis masing-
masing PUJK.
(2) Dalam hal PUJK tidak memiliki kewajiban pelaporan
rencana bisnis dan realisasi rencana bisnis, pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Pasal 24 berlaku ketentuan sanksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2).

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30
Pelaksanaan Edukasi Keuangan yang dilakukan oleh PUJK
sebelum terbitnya peraturan pelaksanaan atas peraturan
OJK ini, tetap mengacu pada surat edaran OJK Nomor
1/SEOJK.07/2014 tentang Pelaksanaan Edukasi dalam
Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan kepada Konsumen
dan/atau Masyarakat.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan kegiatan dalam
rangka meningkatkan Literasi Keuangan dan Inklusi
Keuangan di Sektor Jasa Keuangan diatur dalam surat
edaran OJK.

Pasal 32
Peraturan OJK ini dikecualikan untuk Perusahaan
Pergadaian Swasta.
- 17 -

Pasal 33
Pada saat peraturan OJK ini mulai berlaku, Pasal 14
Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan terkait
kewajiban penyelenggaraan edukasi dan peraturan
pelaksanaan atas ketentuan dimaksud, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34
Peraturan OJK ini mulai berlaku 1 (satu) tahun setelah
tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember
2016 KETUA DEWAN
KOMISIONER OTORITAS JASA
KEUANGAN,

ttd

MULIAMAN D. HADAD

Diundangan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 315

Salinan sesuai dengan aslinya


Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

Yuliana

You might also like