You are on page 1of 78

Bahan Bacaan

Pos Pelayanan Terpadu


(Posyandu)
Program Penguatan Pemerintahan dan
Pembangunan Desa (P3PD)

2023
Kemendagri Ditjen Bina
Pemerintahan Desa
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan ridho -Nya, Paket Modul Pelatihan Posyandu dapat disusun dan diselesaikan dengan
baik.
Penyusunan paket modul pelatihan ini dimaksudkan sebagai bagian dari langkah
strategis dalam upaya peningkatan kualitas Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan Pembangunan desa . Modul Pelatihan Posyandu ini
dimaksudkan untuk memperkuat kelembagaan Posyandu di Desa Lokasi P3PD dan Desa
lainnya. Modul ini juga dapat digunakan untuk pelatihan Posyandu yang bersumber dari
APBN, APBD, APBDes dan sumber-sumber pendanaan lainnya. Meningkatkan peranan
Lembaga Kemasyarakatan Desa ( Posyandu ) dalam Tata Kelola Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa menjadi keniscayaan. Dana Desa yang setiap tahun mengalami
kenaikan harus dikelola dengan baik, transparan dan akuntabel dengan sistem
pengawasan dan keseimbangan antara Pemerintah Desa, Badan Permusyawarata Desa dan
Lembaga Kemasyarakatan Desa ( LKD ) serta diarahkan untuk membiayai pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas desa yang direncanakan dan dilaksanakan secara
partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur masyakat yang ada di Desa. Peningkatan
kualitas penyelenggaraan tata kelola pemerintahan desa akan berhasil diwujudkan apabila
pengetahuan, sikap positif dan keterampilan para penyelenggara dan pemangku
kepentingan terus ditingkatkan. Dengan begitu diharapkan dapat memberikan dampak
yang signifikan bagi kemajuan desa serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Paket Modul Pelatihan Posyandu ini juga menjadi salah satu alat bantu dalam
pencapaian salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) Program Penguatan Pemerintahan
dan Pembangunan Desa (P3PD) pada Komponen 1 yang dilaksanakan oleh Direktorat
jenis
Jenderal Bina pemerintahan Desa, Pelatihan Posyandu merupakan salah satu
pelatihan yang dilakukan di lokasi P3PD tahun 2023.
paket Modul Pelatihan Posyandu initerdiri dari Modul Pelatihan Posyandu dan Modul

ToT pelatihan Posyandu yang di dalamnya berisi kurikulum, silabus sefta proses penyajian
menggunakan model fasilitasi paftisipatoris dengan tema utama terkait kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan desa, penataan kelembagaan desa sefta fungsi dan tugas
posyandu. Paket modul pelatihan ini terdiri dari tiga buku yang tidak terpisahkan yaitu

matriks kurikulum dan silabus, panduan fasilitasi dan bahan bacaan.


Kepadatim penyusun modul pelatihan Posyandu saya sampaikan terima kasih,
Semoga paket modul ini dapat membantu Posyandu dalam melaksanakan peran dan
tugasnya sefta turut membantu pemerintah daerah kabupaten dalam pelaksanaan layanan
kesehatan, pendidikan anak usia dini, pelembagaan pola hidup bersih dan sehat sefta
pelembagaan norma keluarga kecil dan bahagia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberkati seluruh pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara.

DIREKTUR
'ENDERAL
BINA PEMERINTAHAN DESA

Dr. EKO PRASETYANTO PURNOMO PUTRO, S'SI, M.SI, MA


Lembar Bacaan

PERKENALAN DAN PENGORGANISASIAN DIRI PESERTA


1. Makna Perkenalan

Dalam pelatihan yang pesertanya orang dewasa, faktor iklim hubungan antar
peserta dan peserta dengan pelatih serta panitia sangat besar pengaruhnya. Kedekatan
dan keakraban antar peserta dan peserta dengan pelatih serta panitia dapat mendorong
keberanian peserta berpartisipasi dalam proses belajar dan proses pelatihan. Diskusi
akan berjalan baik bila ada keterbukaan dan rasa kekeluargaan antar mereka. Oleh
karena itu, perkenalan sangat diperlukan pada setiap awal pelatihan.
Perkenalan pada dasarnya merupakan langkah awal untuk menciptakan kedekatan dan
keterbukaan antar peserta pelatihan, pelatih, dan panitia. Kondisi tersebut diharapkan
dapat dilanjutkan dengan pembauran dan proses saling memberi dan menerima
pengalaman, pengetahuan, serta keterampilan dalam proses pelatihan

2. TUJUAN PERKENALAN
a. Saling mengenal antar peserta, peserta dengan fasilitator atau pelatih, dan peserta
dengan panitia penyelenggara.
b. Menjamin hubungan kekeluargaan dan keakraban diantara peserta, fasilitator,
dan panitia penyelenggara.

3. MANFAAT PERKENALAN
a. Saling mengenal identitas pribadi masing-masing peserta.
b. Mencitakan kekeluargaan dan keakraban
c. Menciptakan suasana gembira.
d. Mencairkan kekakuan suasana dan perilaku antar peserta.
e. Menciptakan kerjasama dan saling menghargai

4. CARA MENGISI DATA PRIBADI


Data yang perlu diisi para peserta ada dua macam yaitu sebagai berikut.
a. Data pribadi untuk perkenalan.
Data ini cukup singkat dan tidak terlalu pribadi. Oleh karena itu, data cukup
berisi nama, asal peserta, tingkat pendidikan, pekerjaan, status keluarga, dan
hobi.
b. Data pribadi untuk kelengkapan pelatihan.
Data ini dibutuhkan dalam pelatihan untuk mengukur latar belakang peserta yang
digunakan sebagai dasar penentuan berbagai kegiatan. Diantaranya Penetuan
berbagai kegiatan proses pelatihan dan proses belajar mengajar, mengetahui
kemampuan dasar, serta mengetahui tindak lanjut pelatihan dan pembinaannya.
Data ini lebih rinci dan lengkap sesuai formulir terlampir.
5. CARA PERKENALAN
Perkenalan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Hal ini sangat tergantung
pada waktu yang tersedia. Makin sempit waktu yang tersedia maka perkenalan perlu
dilakukan lebih singkat dan sederhana. Demikian juga sebaliknya. Beberapa cara
perkenalan yang dapat dipraktikkan diantaranya sebagai berikut :
a. Baris membentuk lingkaran di depan kelas atau tempat yang reperestatif dengan
bermain “ Pena Berjati Diri “
b. Perorangan, yaitu tiap orang memperkenalkan diri sendiri. Cara ini dapat
dilakukan dengan berdiri di tempat atau maju ke depan kelas dengan menempel
kartu (metaplan = potongan kertas).
c. Berpasangan dua orang, yaitu dua orang saling memperkenalkan diri mereka. Hal
ini dapat dilakukan secara langsung atau dengan kartu jodoh.
d. Berpasangan tiga orang atau lebih, yaitu tiga orang atau lebih saling
memperkenalkan pasangannya.
Lembar struktur organisasi:

KETUA

SEKRETARIS

SEKSI SEKSI SEKSI


MATERI DISIPLIN BINA SUASAN

JABATAN TUGAS
Ketua : 1. Memimpin Kepengurusan Kelas
2. Penghubung Antar Peserta, Pelatih dan Pantia
3. Mengkordinir / Mengendalikan Kegiatan, bersama dengan
sekretaris, membantu proses pelatihan
4. Membantu penataan ruang kelas pelatihan
5. Memastikan Kehadiran Peserta.
6. Mereview kegiatan harian.

Sekretaris : 1. Mewakili, Membantu tugas tugas ketua.


2. Melaksanakan Kegiatan Kesekretariatan.
3. Bertanggung jawab pada ketua kelas.

Seksi Disiplin : 1. Membantu Ketua Kelas dalam penegakan kedisiplinan peserta


2. Membantu Fasilitator atau panitia untuk ketaatan waktu
proses belajar mengajar, waktu istirahat sesuai jadwal harus
ditegakkan.
3. Melaporkan ke Ketua, atau panitia penyelenggara bila ada
peserta yang tidak disiplin.

Seksi Materi : : 1. Membantu Ketua Kelas apabila ada peserta yang kurang
sehat
2. Membantu Ketua Kelas dalam Membagi Materi.
3. Menginformasikan ke Panitia Pelaksana tentang kekurangan
materi.
4. Bertanggung jawab pada ketua kelas.

Seksi Bina : 1. Membantu mendinamiskan kelas bila proses belajar terasa


Suasana menjemukan dan perlu icebreaker dll
2. Menjadi pelopor dalam mewujudkan siatuasi belajar yang
kondusif
Petunjuk Permainan Perkenalan

PENA BERJATI DIRI

Tujuan
➢ Memperkenalkan identitas diri sendiri
➢ Menghafal dan mengingat-ingat nama teman dalam pelatihan

Waktu
➢ 30 - 45 menit ( sesuai dengan jumlah peserta)

Tempat
➢ Didalam ruangan
➢ Diluar ruangan

Peserta
➢ Peorangan
➢ Semua umur ( anak-anak, orang dewasa, orang tua)
➢ Pria dan wanita

Peralatan
➢ Mic atau spidol sebagai pena berjati diri

Langkah-langkah
➢ Fasilitator mengajak peserta untuk membuat lingkaran di dalam ruangan;
➢ Fasilitator memperkenalkan diri sendiri kepada seluruh peserta pelatihan (
nama lengkap, nama panggilan, asal lembaga, hoby), misal namanya : LINTANG
CHOIRU UMMAH dan panggilannya LINTANG;
➢ Fasilitator memberikan “pena” atau sepidol kepada peserta yang berdiri di sebelah
kanan, maka peserta yang menerima mic atau spidol bilang atau mengucapkan
TERIMAKASIH mik atau spidol saya terima dari LINTANG (nama fasilitator), nama
saya …………….dan dilanjutkan seterusnya pada peserta yang berdiri disebelah
kanannya.
➢ Permainan tersebut hingga peserta yang terakhir, maka selesailah permainan
pena berjati diri.
Lembar Bacaan

TUJUAN PELATIHAN DAN UNGKAPAN HARAPAN PESERTA

1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap Lembaga Posyandu dalam menjalankan tugas
dan fungsinya.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memahami Dinamika Kelas
b) Memahami Kebijakan Pemerintah dalam penguatan Posyandu
c) Memahami Penguatan Kelembagaan Posyandu
d) Memahami Praktek Penyusunan Perencanaan Program Kerja
e) Memahami Pembulatan Pelatihan dan RKTL
Lembar Bacaan
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

A. Kewenangan Desa

1. Pengertian Kewenangan dan Kewenangan Desa Adat


Berdasarkan Permendagri Nomor. 44 Tahun 2016 Kewenangan Desa adalah kewenangan yang
dimiliki Desa meliputi kewenangan berdasarkan hak asal- usul, kewenangan lokal berskala Desa,
kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota serta kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Jenis Kewenangan Desa

a. Kewenangan Desa meliputi:

1) kewenangan berdasarkan hak asal usul;


2) kewenangan lokal berskala Desa;
3) kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
4) kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

b. Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas:
1) sistem organisasi masyarakat adat;
2) pembinaan kelembagaan masyarakat;
3) pembinaan lembaga dan hukum adat;
4) pengelolaan tanah kas Desa; dan
5) pengembangan peran masyarakat Desa.

c. Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas:


1) pengelolaan tambatan perahu;
2) pengelolaan pasar Desa;
3) pengelolaan tempat pemandian umum;
4) pengelolaan jaringan irigasi;
5) pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
6) pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayananterpadu;
7) pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar;
8) pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan;
9) pengelolaan embung Desa;
10) pengelolaan air minum berskala Desa; dan
11) pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah pertanian.

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud diatas Pemerintah DaerahKabupaten/Kota dapat


melakukan identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal berskala Desa lainnya dengan
mengikutsertakan Pemerintah Desa.
Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana
dimaksud Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kewenangan lokal berskala Desa
lainnya dengan memperhatikan situasi, kondisi, dan kebutuhan. KewenanganDesa berskala lokal
diatur dan diurus oleh Desa.

d. Kewenangan yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa sebagaimana dimaksud terdiri atas:
1) penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
2) pelaksanaan Pembangunan Desa;
3) pembinaan kemasyarakatan Desa; dan
4) pemberdayaan masyarakat Desa.

Kewenangan penugasan sebagaimana dimaksud diurus oleh Desa sesuaiketentuan peraturan


perundang-undangan.

3. Kriteria Kewenangan Desa

1) Kriteria kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul antara lain:


a) merupakan warisan sepanjang masih hidup;
b) sesuai perkembangan masyarakat;
c) sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Kriteria kewenangan lokal berskala Desa antara lain:


a) sesuai kepentingan masyarakat Desa;
b) telah dijalankan oleh Desa;
c) mampu dan efektif dijalankan oleh Desa;
d) muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa masyarakat Desa; dan
e) program atau kegiatan sektor yang telah diserahkan ke Desa.

3) Kriteria kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah DaerahProvinsi, atau


Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota antara lain:
a) sesuai kebutuhan dan kemampuan sumber daya manusia di Desa;
b) memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas;
c) pelayanan publik bagi masyarakat;
d) meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan PemerintahanDesa;
e) mendorong prakarsa dan partisipasi masyarakat; dan
f) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat.

4) Kriteria kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai denganketentuan peraturan perundang-
undangan antara lain:
a) urusan pemerintahan umum dan tugas pembantuan;
b) sesuai dengan prinsip efisiensi;
c) mempercepat penyelenggaraan pemerintahan; dan
d) kepentingan nasional yang bersifat khusus dan strategis.

2. Kewenangan Desa Adat

Jenis Kewenangan Desa Adat

a. Jenis kewenangan desa adat berlaku mutatis mutandis.

b. kewenangan berdasarkan hak asal-usul Desa Adat terdiri atas:


1. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;
2. pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat;
3. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;
4. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat dalam
wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusiadengan mengutamakan penyelesaian
secara musyawarah;
5. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
6. pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat berdasarkan hukum
adat yang berlaku di Desa Adat; dan
7. pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
Desa Adat.

3. Penyelenggaraan hak asal usul Desa Adat dimaksud paling sedikit meliputi:
a. penataan sistem organisasi dan kelembagaan masyarakat adat;
b. pranata hukum adat;
c. pemilikan hak tradisional;
d. pengelolaan tanah ulayat;
e. kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa Adat;
f. pengelolaan tanah kas Desa Adat;
g. pengisian jabatan Kepala Desa Adat dan Perangkat Desa Adat; dan
h. masa jabatan Kepala Desa Adat dan Perangkat Desa Adat.

4. kewenangan lokal berskala Desa dan kewenangan yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa berlaku mutatis mutandis
bagi Desa Adat.

Kriteria Kewenangan Desa Adat

a. Kriteria kewenangan Desa Adat berdasarkan hak asal-usul terdiri atas:


adat istiadat dan hak tradisional yang masih hidup dan berkembang dalampenyelenggaraan
Desa Adat;
b. hak sosial budaya masyarakat Desa Adat; dan
c. sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kriteria kewenangan lokal berskala Desa, kriteria kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan kriteria kewenangan lain
yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan berlaku mutatis mutandis bagi
Desa Adat.

Tata Cara pelaksanaan Kewenangan Desa dan Desa Adat

Hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan berdasarkan hak asal usul dankewenangan lokal
berskala Desa dijadikan bahan bagi Bupati/Walikota untuk

menyusun rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang daftar kewenangan Desa dan Desa Adat
berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskalaDesa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang daftar kewenangan Desa dan Desa Adat terdiri
atas:

a. jenis kewenangan Desa dan Desa Adat berdasarkan hak asal-usul dankewenangan lokal
berskala Desa dan Desa Adat;
b. kriteria kewenangan Desa dan Desa Adat;
c. mekanisme pelaksanaan kewenangan Desa dan Desa Adat;
d. evaluasi dan pelaporan pelaksananan kewenangan Desa dan DesaAdat; dan
e. pendanaan.

Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang daftar kewenangan Desa dan Desa Adat sebelum
ditetapkan oleh Bupati/Walikota dikonsultasikan kepada Gubernur. Gubernur dalam melakukan
konsultasi atas Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang rincian daftar kewenangan Desa
berkoordinasi dengan Menteri. Hasil koordinasi Gubernur menjadi dasar diterbitkannya
rekomendasi Gubernur kepada Bupati/Walikota. Bupati/Walikota menetapkan Peraturan
Bupati/Walikota tentang daftar kewenangan Desa dan Desa Adat paling lama tujuh hari setelah
mendapatkan rekomendasi.

Berdasarkan Peraturan Bupati/Walikota tentang daftar Kewenangan Desa dan Desa Adat,
Pemerintah Desa menetapkan Peraturan Desa tentang kewenangan berdasarkan hak asal-usul
dan kewenangan lokal berskala Desadan Desa Adat. Peraturan Desa sebagaimana dimaksud sesuai
dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal Desa yang bersangkutan.

B. Administrasi Pemerintahan Desa

1. Pengertian Administrasi Pemerintahan Desa

Pengertian desa menurut Permendagri No. 84 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa, desa merupakan sekumpulan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah dan wewenang dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

a. Ruang Lingkup Administrasi Pemerintahan Desa

Kegiatan administrasi di desa, dibagi menjadi beberapa ruang lingkup untuk memudahkan
dalam pelaksanaan administrasi. Berdasarkan Permendagri No. 47 Tahun 2016, ruang
lingkup administrasi pemerintahan desa dibagi menjadi lima, yaitu administrasi umum,
administrasi penduduk, administrasi keuangan, administrasi pembangunan, dan
administrasi lainnya. kelima administrasi tersebut,memiliki fungsi dan cakupannya
masing-masing.

Administrasi umum merupakan kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai


kegiatan-kegiatan pemerintahan desa dimuat dalam administrasi umum.Administrasi
umum memiliki beberapa bentuk, yaitu : (1) Buku Peraturandi Desa; (2) Buku Keputusan
Kepala Desa; (3) Buku Inventaris dan Kekayaan Desa; (4) Buku Aparat Pemerintah Desa;
(5) Buku Tanah Kas Desa; (6) Buku Tanah di Desa; (7) Buku Agenda; (8) Buku Ekspedisi; dan
(9) Buku Lembaran Desa dan Buku Berita Desa.

Selanjutnya, administrasi penduduk merupakan kegiatan pencatatan data dan informasi


mengenai kependudukan di desa baik mengenai penduduk sementara, penambahan dan
pengurangan penduduk maupun perkembangan penduduk dimuat dalam administrasi
penduduk. Administrasi penduduk memiliki beberapa bentuk, yaitu : (1) Buku Induk
Penduduk; (2) Buku Mutasi Penduduk Desa; (3) Buku Rekapitulasi Jumlah Penduduk; (4)
Buku Penduduk Sementara; dan (5) Buku Kartu Tanda Penduduk dan Buku Kartu Keluarga.

Administrasi keuangan merupakan kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai


pengelolaan keuangan desa dimuat dalam administrasi keuangan. Administrasi keuangan
memiliki beberapa bentuk, yaitu : (1) Buku APB Desa; (2)Buku Rencana Anggaran Biaya;
(3) Buku Kas Pembantu Kegiatan; (4) BukuKas Umum; (5) Buku Kas Pembantu; (6) dan Buku
Bank Desa.

Tertuang dalam Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik IndonesiaNomor


47 Tahun 2016 Tentang Administrasi Pemerintahan Desa, sebagai berikut;

A. ADMINISTRASI UMUM

A.1 BUKU PERATURAN DI DESA


A.2 BUKU KEPUTUSAN KEPALA DESA
A.3 BUKU INVENTARIS DAN KEKAYAAN DESA
A.4 BUKU APARAT PEMERINTAH DESA
A.5 BUKU TANAH KAS DESA
A.6 BUKU TANAH DI DESA
A.7 BUKU AGENDA
A.8 BUKU EKSPEDISI
A.9 BUKU LEMBARAN DESA DAN BERITA DESA

B. ADMINISTRASI PENDUDUK
B.1 BUKU INDUK PENDUDUK
B.2 BUKU MUTASI PENDUDUK DESA
B.3 BUKU REKAPITULASI JUMLAH PENDUDUK
B.4 BUKU PENDUDUK SEMENTARA
B. 5 BUKU KARTU TANDA PENDUDUK DAN BUKU KARTU KELUARGA

C. ADMINISTRASI KEUANGAN DESA


C.1 BUKU ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA BUKU
C.2 BUKU RENCANA ANGGARAN BIAYA
C.3 BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN
C.4 BUKU KAS UMUM
C.5 BUKU KAS PEMBANTU
C.6 BUKU BANK DESA

D. ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
D.1 BUKU RENCANA KERJA PEMBANGUNAN
D.2 BUKU KEGIATAN PEMBANGUNAN
D.3 BUKU INVENTARIS HASIL-HASIL PEMBANGUNAN
D.4 BUKU KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Format dan petunjuk pengisian dari masing-masing jenis administrasi pemerintahan


desa berdasar ruang lingkupnya, dapat dilihat pada lampiranPeraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 47 Tahun 2016 tentang AdministrasiPemerintahan Desa

C. Laporan Kepala Desa

1. Pengertian Laporan Kepala Desa

Laporan Kepala Desa adalah proses kegiatan pelaporan penyelenggaraan


pemerintahan desa oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat.
Dalam Pasal 2 Permendagri Nomor 46 Tahun 2016 tentang LaporanKepala Desa.

Kepala Desa atau sebutan lain adalah pejabat pemerintah Desa yangmempunyai
wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga
desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Dalam menjalankan tugas, pada setiap tahun anggarankepala desa berkewajiban
membuat dan menyusun laporan pertanggungjawaban kinerja atas
penyelenggaraan pemerintahan Desa.

Terdapat empat laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa yang wajib dibuat


dan disusun oleh Kepala Desa, yaitu:

1) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun


anggaran;
2) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir masa jabatan;
3) Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhirtahun
anggaran;
4) Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

2. Laporan Kepala Desa

a) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran

1) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa akhir tahun anggaran


disampaikan oleh kepala desa kepada bupati/walikota melalui camat
secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran.
2) Materi Muatan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir
Tahun antara lain:

➢ Pendahuluan

Memuat uraian tentang Tujuan Penyusunan Laporan dan Visi dan Misi
penyelenggaraan pemerintahan desa dan strategi serta kebijakan.

➢ Program Kerja Penyelenggaraan Pemerintahan Desa


Memuat uraian tentang Rencana dan Pelaksanaan Program Kerja
Bidang Pemerintahan Desa dengan mengacu pada Rencana Kerja
Pemerintah Desa dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
sesuai dengan kewenangan Desa.

➢ Program Kerja Pelaksanaan Pembangunan


memuat uraian tentang Perencanaan dan Pelaksanaan Program Kerja
Bidang Pembangunan Desa dengan mengacu pada Rencana Kerja
Pemerintahan Desa dan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
Desa sesuai dengan kewenangan Desa.

➢ Program Kerja Pembinaan Kemasyarakatan


memuat uraian tentang Rencana dan Pelaksanaan Program Kerja
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan dengan mengacu pada Rencana
Kerja Pemerintahan Desa dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa sesuai dengan kewenangan Desa.
➢ Program Kerja Pemberdayaan Masyarakat
memuat uraian tentang Rencana dan Pelaksanaan Program Bidang
Pemberdayaan Masyarakat dengan mengacu pada Rencana Kerja
Pemerintahan Desa dan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Desa
sesuai dengan kewenangan Desa.

➢ Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


memuat uraian tentang:
a) Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.
b) Peraturan Desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
c) Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

➢ Keberhasilan yang dicapai, Permasalahan yang dihadapi danUpaya


yang ditempuh;
memuat rincian tentang:
a) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan;
b) Bidang Pelaksanaan Pembangunan;
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan; dan
c) Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
➢ Penutup.
memuat
materi:
a) kesimpulan laporan;
b) penyampaian ucapan terima kasih; dan
c) saran dan permohonan petunjuk serta arahan lebih lanjut.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran


dilampirkan dengan laporan rekapitulasi jumlah penduduk pada akhir bulan
Desember.

b) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Masa Jabatan

1) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa akhir masa jabatan


disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat
secara tertulis paling lambat 5 (lima) bulan sebelum akhir masajabatan.
2) Laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa akhir masa jabatan
memuat materi:
➢ Laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa selama masa jabatan;
dan
➢ Rencana kegiatan dalam masa kurun waktu 5 (lima) bulan sisa masa
jabatan.
3) Rencana kegiatan 5 (lima) bulan sisa masa jabatan dijadikan dasar
penyusunan memori serah terima jabatan.

c) Laporan keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa AkhirTahun


Anggaran

a. Laporan keterangan penyelenggaran pemerintahan desa akhir tahun


anggaran disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan
Desa secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhir tahun
anggaran.
b. Memuat materi yang merupakan langkah-langkah kebijakan dalam
pelaksanaan peraturan Desa khususnya yang berhubungan dengan
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
c. Laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan Desa akhir tahun
anggaran digunakan untuk bahan evaluasi.
d. Berdasarkan bahan evaluasi sebagaimana dimaksud, BPD dapat:
1) Membuat catatan tentang kinerja Kepala Desa.
2) Meminta keterangan atau informasi.
3) Menyatakan pendapat.
4) Memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah Desa.

d) Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

a. Masyarakat Desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari


pemerintah Desa mengenai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
b. Untuk memenuhi hak masyarakat Kepala Desa wajib memberikan
dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintahan desa
kepada masyarakat Desa.
c. Informasi penyelenggaraan pemerintahan Desa disampaikan secara
tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhir tahun anggaran
melalui media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.
d. Media informasi antara lain papan pengumuman, radio komunikasi dan
media informasi lainnya.
e. Informasi penyelenggaraan pemerintahan Desa yang disampaikan oleh
Kepala Desa dapat digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi, saran dan pendapat lisan atau tertulis secarabertanggungjawab.

f. Aspirasi, saran dan pendapat lisan atau tertulis dalam rangka mendukung
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Lembar Bacaan
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

A. Pengertian dan Prinsip

Sesuai ketentuan umum pasal 1, Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa, menyatakan perencanaan pembangunan desa adalah proses
tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah desadengan melibatkan BPD dan
unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
desa dalam rangka mencapai tujuanpembangunan desa.

Membuat perencanaan program dan kegiatan bukanlah mengumpulkan daftarkeinginan


masyarakat desa. Bukan pula sekadar membuat daftar usulan tanpa alasan yang logis
mengapa kegiatan tersebut penting menjadi agenda program pembangunan desa.
Karenanya penting bagi para perencana kebijakan pembangunan desa memperhatikan
prinsip- prinsip perencanaan desa sebagai berikut;

1) Belajar dari pengalaman dan menghargai perbedaan,


2) Berorientasi pada tujuan praktis dan strategis,
3) Keberlanjutan,
4) Penggalian informasi desa dengan sumber utama dari masyarakat desa,
5) Partisipatif dan demokratis,
6) Pemberdayaan dan kaderisasi,
7) Berbasis kekuatan,
8) Keswadayaan,
9) Keterbukaan dan pertanggungjawaban,

B. Kebijakan Pemerintah dan Landasan Hukum

UU No. 6 Tahun 2014 berupaya menyempurnakan sistem perencanaan desa partisipatif


sebelumnya. Berbeda dengan sistem perencanaan desa di bawah rezim UU No. 32 Tahun
2004, UU No. 6 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada desa untuk mengurus
rumah tangganya sendiri membuat perencanaan pembangunan sesuai dengan
kewenanganya. Di sini, minimal ada dua kewenangan yaitu kewenangan berdasarkan hak
asal usul dan kewenangan lokal berskala desa. Selain itu, dengan perubahan masa
kepemimpinan kepala desa dari lima tahun menjadi enam tahun, periode perencanaan
pembangunan pun berubahdari lima tahunan menjadi enam tahunan.

Bahkan untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa, pada pasal 79 ayat
(4) UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa Peraturan Desa tentang RPJM Desa dan
RKP Desa sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu- satunya dokumen
perencanaan di desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang

Pada pasal 78 ayat (92) UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan desa
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada tahap perencanaan,
pasal 79 kemudian menjelaskan “pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan
desa sesuai dengan kewenangannya denganmengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota”. Lalu perencanaan apa saja yang termasuk dalam perencanaan
pembangunan desa? Pada pasal 79 ayat (2) kemudian menyebutkan ada dua yaitu;

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6
tahun;
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untukjangka waktu satu
tahun.

RPJM Desa pada hakikatnya adalah rencana enam tahunan yang memuat visi dan misi
kepala desa terpilih yang dituangkan menjadi visi misi desa, sehingga warga dapat
mengetahui arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, dan
kebijakan umum desa. Sementara RKP Desa merupakan penjabaran

dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun dan dibedakan antara 2 jenis kegiatan
perencanaan; 1). Kegiatan yang akan didanai APB Desa, terutama berdasarkan
kewenangan lokal skala desadan 2). Kegiatan yang tidak mampu dibiayai melalui APB
Desa dan bukan merupakan kewenangan lokal skala desa seperti kegiatan yang mencakup
kawasan perdesaan yang perlu diusulkan melalui mekanisme Musrenbang Kecamatan
hingga kabupaten.

Tabel 1. Jenis Perencanaan Desa

Jenis Perencanaan Nama Forum yang Nama Dokumen /Keputusan Ditetapkan oleh
Desa Membahas nya yang Dihasilkan Peraturan Hukum
Perencanaan enam Rencana Pembangunan Peraturan Desa
tahunan desa Musyawarah Desa jangka Menengah Desa (Perdes) tentang
RPJM Desa (RPJM Desa) RPJM Desa

Rencana Kerja Pemerintah


Perencanaan tahunan Musyawarah Desa Desa (RKP Desa) Peraturan Desa
desa tentang RKP Desa

Kemudian, apa hubungannya antara RPJMD Kabupaten dengan RPJM Desa, RKPDesa
dan APB Desa? Sebagaimana telah diatur pada pasal 79 UU No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa, maka antara RPJM Desa dan RPJMD Kabupaten haruslah terkonsolidasi satu sama
lain. Dalam arti RPJM Desa harus mengacu pada program prioritas dan visi misi daerah,
RPJMD Kabupaten juga harus mau menjadikan RPJM Desa sebagai acuan penyusunan
RPJMD. Sehingga akan dicapai arah kebijakan pembangunan yang saling mendukung,
karena pendekatan dari bawah bertemu dengan arah kebijakan pembangunan yang
diinisasi dari atas. Berikut ini skema hubungan antara RPJMD, RPJM Desa, RKP Desa dan
APB Desa.
M D r

3. Pelaku, Peran dan Tanggungjawab

Beberapa hal yang perlu disiapkan oleh pemerintah diantaranya membentuk dan membuat
Surat Keputusan untuk tim atau kelompok kerja perencanaan desa yang terdiri dari
perwakilan pemerintah desa dan masyarakat, membuat jadwal Musdes perencanaan,
menginventarisasi calon peserta Musdes, hasil evaluasi pelaksanaan RPJM Desa dan RKP
Desa tahun sebelumnya, membuat petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis
(juknis) Musdes Perencanaan, serta mengumpulkan bahan pendukung dari kabupaten
seperti RPJMD serta pagu indikatif penerimaan desa yang bersumber dari Dana Desa (DD)
maupun Alokasi Dana Desa (ADD).

4. Tujuan, Manfaat, dan Siklus Perencanaan Pembangunan Desa

a. Tujuan dan Manfaat Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa

Dalam rangka upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar- besarnya
kesejahteraan masyarakat desa sesuai ketentuan umum Pasal 1 Permendagri No. 114
Tahun 2014, maka desa harus memiliki rencana pembangunan berjangka dan terukur.
Sesuai Pasal 4 Permendagri No. 114 Tahun 2014, Perencanaan pembangunan Desa
disusun secara berjangka meliputi: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang
disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Kemudian diperkuat
dalam Pasal 115 PP No. 43 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa Perencanaan
pembangunan desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam menyusun rancangan
RPJM Desa, RKP Desa, dan Daftar Usulan RKP Desa.
Tujuan dan manfaat penyusunan RPJM desa dan RKP Desa adalah sebagai berikut:

1) Tujuan Dan Manfaat Penyusunan RPJM Desa:


▪ Sebagai pedoman dalam menyusun RKP Desa, sehingga menjamin konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.
▪ Mewujudkan perencanaan pembangunan yang sesuai kebutuhan dan keadaan setempat
dan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup
masyarakat.
▪ Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadap program pembangunan.
▪ Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan(keberlanjutan).

▪ Mendorong dan menumbuh kembangkan partisipasi dan keswadayaandalam


pembangunan.
Sebagai ruang interaksi antara masyarakat dengan pemerintah supradesa.

2) Tujuan Dan Manfaat Penyusunan RKP Desa:

▪ Dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa).
▪ Acuan dalam menyusun rencana operasional dan pelaksanaanpembangunan
desa dalam 1 tahun.
▪ Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadapprogram
pembangunan yang akan dijalankan dalam 1 tahun.
▪ Sebagai bahan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan tahunan,
▪ Sebagai ruang pembelajaran bersama warga dan Pemerintahan Desa.
▪ Memastikan bahwa dana desa yang direncanakan dan digunakanbermanfaat untuk
pembagunan desa.

b. Siklus dan Jadwal Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa

Pasal 114 PP No. 43/2014 menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan desadisusun


berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa yang dilaksanakan paling lambat
pada bulan Juni tahun anggaran berjalan. Sedangkan Pasal 116 menyebutkan bahwa
dalam menyusun RPJM Desa dan RKP Desa, Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan
musyawarah perencanaan pembangunan desa secara partisipatif yang diikuti oleh BPD dan
unsur masyarakatdesa.
Rancangan RPJM Desa dan rancangan RKP Desa dibahas dalam musyawarah desa
perencanaan pembangunan.

Adapun siklus perencanaan pembangunan desa seperti bagan berikut:


RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas
pembangunan kabupaten/kota dan ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan terhitung sejak pelantikan kepala Desa.

RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintahdaerah
kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai
disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan
peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. Kemudian RKP Desa
akan menjadi dasar penetapan APB Desa.

Pasal 119 Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
menyatakan bahwa Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan desa
kepada pemerintah daerah kabupaten/kota. Usulan kebutuhanpembangunan desa tersebut
harus mendapatkan persetujuan bupati/walikota. Usulan tersebut harus dihasilkan dalam
musyawarah perencanaan pembangunan desa. Jika Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyetujui usulan tersebut, maka akan
dimuat dalam RKP Desa tahun berikutnya.

C. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)

Dalam rangka perencanaan pembangunan desa, Kepala Desa menyelenggarakan


penyusunan RPJM Desa paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pelantikan Kepala Desa. Guna
penyusunan perencanaan dimaksud dengan mengikutsertakan unsur masyarakat Desa dan
mempertimbangkan kondisi objektif desa serta prioritas program dan kegiatan
kabupaten/kota.
Adapun langkah kegiatan dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut:

1) Pembentukan Tim Penyusun Rpjm Desa.

Dalam pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa, Kepala Desa membentuk timpenyusun
RPJM Desa. Tim terdiri dari:
a) Kepala Desa selaku pembina.
b) Sekretaris Desa selaku ketua.
c) Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris.
d) Anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaanmasyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.

Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang. Tim
penyusun mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa. Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a) Penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/ Kota.
b) Pengkajian keadaan Desa.
c) Penyusunan rancangan RPJM Desa.
d) Penyempurnaan rancangan RPJM Desa.

2) Penyelarasan Arah Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota

Penyelarasan arah kebijakan dilakukan untuk mengintegrasikan program dan kegiatan


pembangunan Kabupaten/Kota dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan
dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah
kebijakan pembangunan kabupaten/kota. Informasi arah kebijakan pembangunan
kabupaten/kota sekurang-kurangnya meliputi:

a) Rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota.


b) Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah.
c) Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota.
d) Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota.
e) rencana pembangunan kawasan perdesaan.

Kegiatan penyelarasan dilakukan dengan cara mendata dan memilah rencanaprogram dan
kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota yang akan masuk ke Desa. Rencana program dan
kegiatan dikelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa.Hasil pendataandan pemilahan dituangkan dalam format data rencana program dan
kegiatan pembangunan yang akan masuk ke Desa dan menjadi lampiran hasil pengkajian
keadaan Desa.

3) Pengkajian Keadaan Desa

Hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka menyiapkan dokumen RPJM Desa yang
mampu menyajikan data/informasi yang logis dengan perencanaandesa adalah melakukan
kajian desa secara partisipatif. Melalui PNPM Mandiri dan program lainnya, masyarakat
relatif sudah banyak mengenal tentangmetode/teknik untuk menggali, mengumpulkan
data /informasi tentang kondisi,
Pengkajian keadaan Desa dilakukan dalam rangka mempertimbangkan kondisi objektif
Desa yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Penyelarasan Data Desa;

Penyelarasan data Desa dilakukan melalui kegiatan:


a. Pengambilan data dari dokumen data Desa
b. Pembandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini

Data desa meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya pembangunan,
dan sumber daya sosial budaya yang ada di Desa. Hasil penyelarasan data Desa dituangkan
dalam format data desa. Format data desa menjadi lampiran laporan hasil pengkajian
keadaan desa. Hasil penyelarasan data Desa menjadi bahan masukan Musyawarah Desa
dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.
Berikut ini beberapa teknik yang banyak dikenal dalam rangka mengumpulkan data/
informasi pendukung untuk membuat dokumen RPJM Desa dengan menggunakan
pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Teknik dibawah ini hanya sebagai contoh
saja, dan tentu harus dikembangkan dilapangan sesuai kebutuhan dan pengalaman setiap
desa.

a) Sketsa Desa
Pengertian : Gambar desa (sketsa desa) adalah gambaran desa secara kasar/umum
tentang keadaan sumber daya fisik desa ( alam maupun buatan ). Sketsa Desa sebagai
alat kajian adalah alat untuk menggali masalah – masalah yang berhubungan dengan
keadaan sumber daya pembangunandan potensi yang tersedia untuk mengatasi masalah.

Hal-hal yang perlu digambar dalam sketsa desa adalah


1) Batas desa
2) Sumber daya alam, seperti : sungai, danau, laut, hutan, batu dan bukit
3) Penggunaan lahan, misalnya: Lahan utk tanaman padi, palawija,danperkebunan.
4) Lahan utk penggembalaan ternak
5) Tanah kas desa
6) Sumber daya buatan ( prasarana dan sarana ) seperti jalan , jembatan,sarana pengairan,
sekolah, balai desa, posyandu, rumah penduduk, kantor desa , rumah ibadah, dll.

Langkah-langkah membuat sketsa desa adalah sebagai berikut:


1) Menjelaskan tujuan pembuatan sketsa desa dan cara membuatnya
2) Pemandu harus mengetahui keadaan desa melalui sumber-sumber tertulis (profil desa,
peta desa, potensi) terkait masalah maupun potensiyang ada.
3) Penyepakatan simbol-simbol atau tanda-tanda untuk menggambarkansumber daya
4) Pembuatan sketsa desa : di tanah/lantai, kertas dinding/koran, papan tulis dll
5) Mulailah menggambar dengan hal-hal yang palin dikenal misalnya : balai desa, sarana
ibadah, prasarana jalan dll.
6) Mengidentifikasi masalah dan potensi dengan cara menelusuri dari sketsa desa yang telah
dibuat Bersama.
7) Menyiapkan formulir ( F1 ) untuk mencatat permasalahan dan potensi yang tersedia di desa
yang dapat digunakan mengatasi masalah tersebut.

b) Kalender Musim
Kalender musim adalah alat untuk mengetahui masa-masa kritis dalam kehidupan
masyarakat yaitu saat-saat dirasakannya masalah yangmenyangkut kebutuhan dasar dan
terjadi cukup parah dan berulang.

Tujuan
➢ Mengetahui masalah – masalah yang berhubungan denganpemenuhan kebutuhan dasar
kesejahteraan
➢ Mengetahui masa – masa kritis bagi kehidupan masyarakatInformasi yang dapat
dihimpun
➢ Masalah kebutuhan dasar masyarakat
➢ Masalah kegiatan masyarakat
➢ Masa kritis pada musim tertentu

Langkah-langkah pembuatan
➢ Penjelasan : tujuan, cara pembuatan dan cara pengkajian
➢ Ajak peserta membuat kalender musim di kertas dinding/koran, tanah/lantai
➢ Siapkan formulir dan simbol-simbol
➢ Meminta kesepakatan peserta tentang simbol
➢ Tulis/gambar hasil kesepakatan
✓ Membahas masalah, keadaan dan kegiatan yang selalu terjadiberulang
✓ Catat masalah, keadaan dan kegiatan pada kolom masalah,keadaan dan kegiatan
✓ Memeriksa kembali hasil dari analisa kalender musim berupa daftar masalah dan
potensi dari kalender musim desa yang tertuang dalam format 2 (F2).

c) Bagan Kelembagaan

Lembaga di desa adalah sekumpulan orang atau profesi yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat (baik formal maupun non formal)
Bagan kelembagaan Adalah :
➢ suatu gambaran keadaan peranan (manfaat) lembaga bagi masyarakat
➢ Alat untuk menggali masalah yang berhubungan dengan peranan (manfaat) lembaga bagi
masyarakat.

Tujuannya adalah
➢ Mengetahui jumlah lembaga yang berperan di desa
➢ Mengetahui jumlah penduduk pria dan wanita
➢ Mengetahui besarnya manfaat lembaga bagi masyarakat
➢ Mengetahui sering tidaknya hubungan antara lembaga di desa denganmasyarakat

Jenis informasi yang diperoleh:


➢ Lembaga kunci di masyarkat
➢ Gambaran peran/manfaat lembaga bagi masyarakat
➢ Hubungan lembaga dengan masyarakat
➢ Peranan pria dan wanita dalam lembaga

Langkah-langkah pembuatan diagram kelembagaan.


➢ Siapkan bahan
➢ Jelaskan maksud, tujuan dan langkah pembuatan
➢ Tanyakan lembaga yang berperan
➢ Bandingkan daftar lembaga dengan sketsa desa
➢ Memilih dan meyepakati ukuran lingkaran
➢ Tulis lembaga yang dipilih kedalam lingkaran
➢ Bahas manfaat masing-masing lembaga
➢ Buat gambar bagan kelembagaan
➢ Bandingkan jumlah anggota lembaga pria dan wanita dari masing-masing
lingkaran
➢ Bahas bagan kelembagaan tersebut dengan mewawancarai
➢ Tulis masalah dan potensi
➢ Tempelkan gambar bagan kelembagan dan formulirnya
➢ Membuat formulir dafta masalah dan potensi dari bagan kelembagaan ( F3 )

4) Pengelompokan Masalah

Langkah-langkah Pengelompokan Masalah :


a. Ajak peserta musyawarah untuk membandingkan masalah dari 3 formulirF1, F2, F3 dan
satu persatu masalah diperiksa untuk dicari kebenarannya
b. Tulis satu per satu masalah yang sudah dikaji dan diyakini kebenarannyadalam formulir
F4.

5) Penentuan Prioritas Masalah

Merupakan proses kegiatan mengkaji berat ringannya masalah dan menyusunurutan sesuai
kemampuan dan kondisi masyarakat
Tujuan penentuan prioritas masalah:

a) Memilih dan menentukan secara tepat masalah yang dilakukan dengan segera
b) Mengetahui mendesak tidaknya suatu masalah bagi masyarakat untuk segera
dipecahkan
c) Diperoleh daftar urutan masalah untuk masukan penyusunan perencanaan
pembangunan
d) Menumbuhkan kesatuan pemahaman tentang urutan masalah yang adadi desanya

Tahapan penentuan prioritas masalah

1. Menentukan dan menyepakati kriteria penilaian, Misalnya :


- Dirasakan oleh orang banyak
- Sangat Mendesak
- Menghambat peningkatan kesejahteraan
- Dukungan Potensi
2. Menentukan dan menyepakati Bobot Nilai, misalnya rentang nilai 1– 5.

5 : Sangat Tinggi4 : Tinggi


3 : Cukup Tinggi 2 : Kurang Tinggi 1 :
Tidak Tinggi

Tentukan prioritas dengan cara membandingkan masalah satu denganmasalah yang lain
dengan menggunakan kriteria yang telah disepakati.
Yang harus dipahami tentang kriteria:
a) Kriteria yang digunakan hendaknya bebas/ independen satu sama lain
b) Bertambah banyak kriteria yang digunakan hasil pemilihan akan semakinbaik atau tajam,
tetapi proses pemilihan akan bertambah rumit dan lama
c) Kriteria hendaknya tajam dan spesifik, contoh : sangat mendesak

Cara menentukan prioritas masalah:


a) Membuat Format Tabel skor
b) Hamparkan dihadapan peserta
c) Kaji dan bandingkan masalah satu dengan masalah yang lain dengankriteria yang
ada dan beri skor 1 – 5
d) Seluruh masalah dibandingkan dengan satu kriteria terlebih dahulu setelah selesai baru
lakukan dengan kriteria yang lain dan seterusnya
e) Setelah selesai jumlahkan nilai dari masing-masing masalah
f) Urutkan Prioritas berdasarkan pada nilai tertinggi hingga terendah
g) Kalau terjadi ada masalah yang memperoleh skor sama, kajilah kembalikriteria yang
mempunyai nilai sama.

Hasil dari (F4) dianalisa untuk menentukan peringkat tindakan yang tertuangdalam format 5
(F5).

6) Pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah

Langkah –langkah dalam pengkajian tindakan masalah adalah sebagai berikut:


a. Menguraikan masalah untuk mencari penyebab-penyebabnya.
b. Menguraikan potensi yang dapat mendukung pemecahan penyebabmasalah
c. Membandingkan masalah serta penyebabnya dengan potensi yang tersedia
d. Menghitung dan mempertimbangkan berbagai kegiatan yang dapatdilakukan untuk
pemecahan masalah.
e. Memilih kegiatan yang dianggap paling dapat memecahkan masalah.

Tujuan dari pengkajian tindakan pemecahan masalah adalah :


a. Mengetahui penyebab masalah mendasar
b. Mengetahui potensi yang dapat memecahkan penyebab masalah secaratepat
c. Memilih tindakan yang tepat untuk memecahkan masalah

Hasil dari penentuan peringkat masalah (F5) dianalisa untuk menentukanpengkajian


tindakan pemecahan masalah yang tertuang dalam format 6 (F6).

7) Penentuan Peringkat Tindakan

Untuk menentukan urutan peringkat tindakan tidak cukup dengan kesepakatan-


kesepakatan, tetapi perlu didukung dengan criteria atau ukuran yang dapat membantu
untuk memperkuat kesepakatan yang partisipatif. Kriteria yang dimunculkan pada formulir
penentuan peringkat tindakan haruslah dirumuskan secara baik, tidak tumpang tindih, jelas
mengukurnya danbesar pengaruhnya terhadap tindakan yang diukur.

Setelah kriteria penentuan peringkat tindakan disepakati, bobot skor masing- masing
kriteria (1-5, 1-10, 1-20, dll). Dan yang sangat penting untuk diperhatikan adalah dalam
pembobotan tersebut harus jelas apa yang dimaksud dengan bobot 1,2,3….. dan
seterusnya sehingga pemberian bobot akan bersifat obyektif.

Hasil dari pengkajian tindakan pemecahan masalah (F6) dianalisa untuk menentukan
peringkat tindakan yang tertuang dalam format 7 (F7).

8) Penggalian Gagasan Masyarakat

Penggalian gagasan masyarakat dilakukan untuk menemukenali potensi dan peluang


pendayagunaan sumber daya desa, dan masalah yang dihadapi desa. Hasil penggalian
gagasan menjadi dasar bagi masyarakat dalam merumuskan usulan rencana kegiatan.
Usulan rencana kegiatan meliputi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pembangunan
Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Penggalian gagasan dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat Desa sebagai sumberdata dan informasi. Pelibatan masyarakat desa dapat
dilakukan melalui musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur masyarakat.
Unsur masyarakat antara lain:
a. Tokoh adat
b. Tokoh agama
c. Tokoh masyarakat
d. Tokoh pendidikan
e. Kelompok tani
f. Kelompok nelayan
g. Kelompok perajin
h. Kelompok perempuan
i. Kelompok pemerhati dan pelindungan anak
j. Kelompok masyarakat miskin
k. Kelompok-kelompok masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat Desa.

Penggalian gagasan dilakukan dengan cara diskusi kelompok secara terarah misalnya
dengan menggunakan sketsa Desa, kalender musim dan bagan kelembagaan Desa
sebagai alat kerja untuk menggali gagasan masyarakat. Tim penyusun RPJM Desa dapat
menambahkan alat kerja dalam rangka meningkatkan kualitas hasil penggalian gagasan.
Dalam hal terjadi hambatan dan kesulitan dalam penerapan alat kerja, tim penyusun RPJM
Desa dapat menggunakan alat kerja lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
masyarakat Desa.
Tim penyusun RPJM Desa melakukan rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan
Desa berdasarkan usulan rencana kegiatan. Hasil rekapitulasi dituangkan dalam format
usulan rencana kegiatan. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan menjadi lampiran laporan
hasil pengkajian keadaan Desa.

Penyusunan Laporan Hasil Pengkajian Keadaan Desa.

Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan hasil pengkajian keadaan desa.Laporan
dituangkan dalam berita acara yang dilampiri dokumen:
a. Data desa yang sudah diselaraskan
b. Data rencana program pembangunan kabupaten/kota yang akan masukke Desa
c. Data rencana program pembangunan kawasan perdesaan
d. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan desa dari dusundan/atau
kelompok masyaraka

Tim penyusun RPJM Desa melaporkan kepada kepala Desa hasil pengkajian keadaan
Desa. Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
setelah menerima laporan dalam rangka penyusunan rencana pembangunan desa melalui
Musyawarah Desa.

9) Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa.

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan


laporan hasil pengkajian keadaan desa yang dilaksanakan terhitung sejak diterimanya
laporan dari Kepala Desa. Musyawarah Desamembahas dan menyepakati sebagai berikut:

a. Laporan hasil pengkajian keadaan Desa.


b. Rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi
kepala Desa.
c. Rencana prioritas kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pembangunan
Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Pembahasan rencana prioritas kegiatan dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah
yang dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa yang
dilakukan secara terarah untuk membahas sebagai berikut:

a. Laporan hasil pengkajian keadaan Desa


b. Prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun
c. Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan Desa
d. Rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan dilaksanakan olehperangkat Desa,
unsur masyarakat Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa dengan pihak
ketiga.

Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa dituangkan dalam berita acara. dan hasil
kesepakatan tersebut menjadi pedoman bagi pemerintah Desa dalam menyusun RPJM Desa.
10) Penyusunan Rancangan RPJM Desa;

Penyusunan rancangan RPJM Desa dimulai dengan:


a. Tim penyusun RPJMDesa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita
acara.
b. Rancangan RPJM Desa dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa.
c. Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan
rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM DESA.
d. Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala Desa.
e. Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh
Tim Penyusun RPJM Desa.
f. Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan arahan kepala Desa
dalam hal kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJM Desa.
g. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa, dilaksanakan
musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

11) Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui


MusyawarahPerencanaan Pembangunan Desa;

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang


diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Musyawarah
perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan unsur masyarakat.
Selain unsur masyarakat, musyawarahperencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan
unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
Musyawarah perencanaan pembangunan Desa dilaksanakan untuk membahas dan
menyepakati rancangan RPJM Desa dan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa dituangkan dalam berita acara.

12) Penetapan Dan Perubahan RPJM Desa.

a) Penetapan RPJM Desa

Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen
rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa.Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa
tentang RPJM Desa.Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM
Desa.Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama
oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Desatentang RPJM Desa.

b) Perubahan RPJM Desa


Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal :

(1) Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisisekonomi,
dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan
(2) Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintahdaerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota

Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam musyawarah perencanaan


pembangunan Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa.
Lembar Bacaan
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

A. PENGERTIAN

Berikut ini adalah beberapa ketentuan umum dalam pengelolaan keuangan desa
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa:
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa.
Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP Desa, adalah
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APB Desa
adalahrencana keuangan tahunan pemerintahan desa.
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, yang selanjutnya
disingkat PKPKD, adalah kepala Desa atau sebutan nama lain yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan Desa.
Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa, yang selanjutnya disebut PPKD
adalah perangkat Desa yang melaksanakan pengelolaan keuangan Desa
berdasarkan keputusan kepala Desa yang menguasakan sebagian kekuasaan
PKPKD.
Rencana Anggaran Kas Desa yang selanjutnya disebut RAK Desa adalah
dokumenyang memuat arus kas masuk dan arus kas keluar yang digunakan
mengatur penarikan dana dari rekening kas untuk mendanai pengeluaran-
pengeluaran berdasarkan DPA yang telah disahkan oleh kepala Desa.
Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan
Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk
membayar seluruhpengeluaran Desa dalam 1 (satu) rekening pada Bank yang
ditetapkan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disebut SiLPA adalah
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran
Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DPA adalah
dokumenyang memuat rincian setiap kegiatan, anggaran yang disediakan, dan
rencanapenarikan dana untuk kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam APB Desa.
Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran yang selanjutnya disingkat DPPA
adalah dokumen yang memuat perubahan rincian kegiatan, anggaran yang
disediakan dan rencana penarikan dana untuk kegiatan yang akan dilaksanakan
berdasarkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Perubahan APB Desa
dan/atau Perubahan Penjabaran APB Desa.

B. Azas Pengelolaan Keuangan Desa


Berdasarkan Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018, Keuangan Desa dikelola
berdasarkan azas-azas, yaitu: Transparan Akuntabel dan Partisipatif
C. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD)`Pemegang
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, yang selanjutnya disingkat PPKD,adalah
Kades atau sebutan nama lain yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan Desa. Sebagai PKPKD, Kepala
Desa memiliki wewenang:

1. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;


2. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang milik Desa;
3. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa;
4. menetapkan PPKD;
5. menyetujui DPA, DPPA, dan DPAL;
6. menyetujui RAK Desa; dan
7. menyetujui SPP.

Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa, Kades


menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa PPKD. PPKD
ditetapkan dengan SuratKeputusan kepala Desa.
Desa yang tidak memiliki Kades sebab berhenti atau diberhentikan sementara oleh
Bupati/Wali Kota, sehingga pelaksanaan tugas Kades dilaksanakan oleh Pelaksana
tugas Kades atau Penjabat Kades, maka pengaturan pelaksanaan tugas Kades
yang terkait dengan pengelolaan keuangan Desa adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tugas oleh Pelaksana tugas (Plt) Kepala Desa

Plt Kades menjalankan tugas Kades apabila Kades diberhentikan sementara


oleh Bupati/Wali Kota karena dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan register perkara
pengadilan, atau ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi,
terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.

Bupati/Wali Kota menunjuk Sekdes sebagai Plt Kades dan memberikan


mandat untuk melaksanakan tugas, kewajiban, dan kewenangan Kades
sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.

Adapun tugas, kewajiban, dan kewenangan Kepala Desa yang berhubungan


dengan pengelolaan keuangan Desa yang dijalankan oleh Plt Kepala Desa
adalah meliputi

a. Mengelola keuangan dan aset Desa;


b. Menetapkan Perdes mengenai APB Desa;
c. Menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa (Laporan Semester I)
kepada Bupati/Wali Kota, melalui Camat;
d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APB Desa yang
menjadibagian dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada
Bupati/Wali Kota, melalui Camat; dan
e. Lain-lain, sesuai kebutuhan dan dimandatkan oleh Bupati/Wali kota

2. Pelaksanaan Tugas oleh Penjabat Kepala Desa

Dalam hal Kades berhenti karena meninggal dunia, permintaan sendiri, atau
diberhentikan bupati/wali kota mengangkat pegawai negeri sipil dari
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagai penjabat Kades, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Penjabat Kepala Desa melaksanakan tugas Kepala Desa sampai
ditetapkannya Kepala Desa yang dipilih melalui pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) apabila sisa
masa jabatan Kepala Desa kurang dari 1 (satu) tahun;
b. Penjabat Kepala Desa melaksanakan tugas Kepala Desa sampai
ditetapkannyaKepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa apabila
sisa masa jabatanKepala Desa lebih dari 1 (satu) tahun;
c. Penjabat Kepala Desa melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan
hak Kepala Desa; dan
d. Hak Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud di atas tidak termasuk
menerima penghasilan tetap dan jaminan kesehatan yang dialokasian
untuk Kepala Desa dalam APB Desa. Penjabat Kepala Desa dapat
menerima tunjangan dan penerimaan lainnya yang sah sepanjang terdapat
alokasi anggaran dalam APB Desa untuk tunjangan dan penerimaan lain
yang sah untuk Kepala Desa.

D. Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD)

Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa, yang selanjutnya disingkat PPKD,


adalah perangkat Desa yang melaksanakan pengelolaan keuangan Desa
berdasarkan keputusan kepala Desa yang menguasakan sebagian kekuasaan
PKPKD. PPKD menerima pelimpahan kewenangan pengelolaan keuangan Desa
dari kepala Desa untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban APB Desa.

PPKD terdiri dari:

1. Sekretaris Desa
Sekdes merupakan koordinator PPKD dalam kuasa melakukan pengelolaan
keuangan Desa untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas beban APB Desa.
Tugas Sekretaris Desa:

a. mengkoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APB Desa;


b. mengkoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa dan rancangan
perubahan APB Desa;
c. mengkoordinasikan penyusunan rancangan peraturan Desa tentang APB
Desa, perubahan APB Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APB Desa;
d. mengkoordinasikan penyusunan rancangan peraturan kepala Desa
tentang Penjabaran APB Desa dan Perubahan Penjabaran APB Desa;
e. mengkoordinasikan tugas perangkat Desa lain yang menjalankan tugas
PPKD; dan
f. mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan Desa dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa

Selain tugas tersebut di atas, secara teknis Sekdes juga mempunyai tugas
a. melakukan verifikasi terhadap DPA, DPPA, dan DPAL;
b. melakukan verifikasi terhadap RAK Desa; dan
c. melakukan verifikasi terhadap bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa.

2. Kaur dan Kasi

Kaur dan Kasi merupakan perangkat Desa yang secara teknis


melaksanakan kegiatan anggaran yang disebut dengan Pelaksana
Kegiatan Anggaran (PKA).

Penetapan dan nomenklatur Kaur dan Kasi tersebut di atas menggunakan


aturan pola maksimal. Desa yang memiliki perangkat Desa dengan pola
minimal menyesuaikan tugas PKA dengan tugas sebagai Kaur dan Kasi.
Dalam pengelolaan keuangan, Kaur dan Kasi selaku PKA mempunyai tugas:
1. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaranbelanja sesuai bidang tugasnya;
2. Melaksanakan anggaran kegiatan sesuai bidang tugasnya;
3. Mengendalikan kegiatan sesuai bidang tugasnya;
4. Menyusun DPA, DPPA, dan DPAL sesuai bidang tugasnya;
5. Menandatangani perjanjian kerja sama dengan penyedia atas
pengadaan barang/jasa untuk kegiatan yang berada dalam bidang
tugasnya;
6. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan sesuai tugas masing-masing
bidang tugasnya untuk pertanggungjawaban dan ditetapkan dalam
pelaksanaan APB Desa.

Pembagian tugas Kaur dan Kasi PKAS dilakukan berdasarkan bidang tugas
masing-masing dan ditetapkan dalam RKP Desa.

Dalam melaksanakan tugasnya, PKA dibantu oleh Tim Pelaksana


Kegiatan (TPK). TPK adalah tim yang membantu PKA dalam melaksanakan
kegiatan/ pengadaan barang/jasa yang karena sifat dan jenisnya tidak dapat
dilakukan sendiri oleh PKA.

TPK terdiri dari unsur:

a. Perangkat Desa (Pelaksana Kewilayahan)


TPK yang berasal dari perangkat Desa adalah pelaksana kewilayahan
yang disebagian besar Desa di Indonesia disebut kepala dusun (Kadus).
Unsur pelaksana kewilayahan menjadi TPK untuk kegiatan yang
dilaksanakan atau berada di wilayahnya
b. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)
TPK yang berasal dari unsur LKD disini termasuk Lembaga Adat Desa
(LAD). LKD adalah wadah partisipasi masyarakat, sebagai mitra
Pemerintah Desa, ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat
Desa.
LAD atau sebutan lainnya adalah lembaga yang menyelenggarakan
fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli Desa yang
tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa.
Dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran, TPK yang berasal dari unsur
LKDdan LAD menjadi TPK terhadap kegiatan yang berhubungan dengan
core atau tujuan terbentuk atau dibentuknya kelembagaan tersebut di
dalam Desa.
c. Masyarakat
TPK yang berasal dari unsur masyarakat adalah individu yang berasal
dari penduduk Desa yang memiliki kemampuan administratif dan/atau
teknis yangdiperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.
Organisasi TPK terdiri atas:
1 Ketua;
2 Sekretaris; dan
3 Anggota

TPK ditetapkan dengan jumlah personil minimal 3 (tiga) orang, namun


berdasarkan pertimbangan kompleksitas kegiatan, personil TPK dapat
ditambahsepanjang berjumlah gasal. Ketiga unsur yang ada dalam TPK
dapat ditunjuk sebagai ketua, sekretaris, maupun anggota sesuai
kemampuan dan keahlian. Pembentukan tim diusulkan pada saat
penyusunan RKP Desa dan ditetapkan melalui keputusan Kepala Desa
pada saat kegiatan akan dilaksanakan.
Khusus untuk pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan secara Swakelola
ditunjuk penanggung jawab teknis pekerjaan dari anggota TPK yang
mampu dan memahami teknis kegiatan/pekerjaan konstruksi

Lembar Bacaan

PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

1. Latar Belakang Pentingnya Peraturan Desa

Peraturan Desa merupakan salah satu produk hukum yang harus ada di Desa.
Desa harus membentuk Peraturan Desa karena beberapa hal :
a. Perintah Peraturan yang lebih tinggi ( Perda Kabupaten/Kota atau
Peraturan Bupati/Walikota.
b. Untuk menjalankan fungsi kewenangan yang melekat di Desa, Kepala Desa
harus menjalankan kewenangannya berdasarkan Peraturan perundang-
undangan yaitu Peraturan Desa
c. Untuk menjalankan program yang tertuang dalam RPJMDes dan RKPDes
yang didukung anggaran dalam APBDes harus didasarkan oleh Peraturan
Desa. Tanpa Peraturan Desa tidak akan bisa dilaksanakan semua program.
2. Pengertian dan Konsep Dasar Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka definisi peraturan perundang-


undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang- undangan.

3. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan

Berdasarkan pasal 8 UU No. 12 tahun 2011, jenis Peraturan Perundang-


undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup
peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.

4. Jenis dan Kedudukan Peraturan Di Desa dalam Sistem


HukumNasional

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun


2014 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Peraturan di Desa, jenis
peraturan didesa meliputi:
1) Peraturan Desa;
2) Peraturan Bersama Kepala Desa; dan
3) Peraturan Kepala Desa.
Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan
penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi. Adapun Peraturan bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama
desa. Sedangkan Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan
peraturan desa, peraturanbersama kepala desa dan tindak lanjut dari
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Selain mengeluarkan
produk hukum yang bersifat pengaturan, Kepala Desa juga.

Dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan


Peraturan didesa, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa yang bersifat
penetapan.Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat
konkrit, individual, dan final.

5. Lembaga pembentuk Peraturan Desa

Kepala Desa dan BPD adalah Lembaga yang oleh Peraturan


perundang-undangan diberikan kewenangan membentuk Peraturan
Desa.

a. Kepala Desa membentuk Peraturan Desa, Peraturan Bersama


Kepala desa dan Peraturan Kepala desa.

b. Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyusunan Peraturan Di


Desa

Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama


KepalaDesa;
2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
3) lagimelakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

6. Kewenangan Bupati/Walikota melakukan Evaluasi danKlarifikasi


Peraturan Desa

Berdasarkan Pasal 112 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah,


Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
membina danmengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Adapun
Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota meliputi:

1) Memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan


Kabupaten/Kotayang dilaksanakan oleh Desa
2) Memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan
KepalaDesa
3) Memberikan pedoman penyusunan perencanaan
pembangunanpartisipatif
4) Melakukan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa
5) Melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan Desa. Evaluasi
disinitermasuk juga melakukan pembatalan terhadap Peraturan
Desa.

Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan


disepakatibersama Badan Permusyawaratan Desa merupakan kerangka
hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
Pembangunan Desa. Penetapan Peraturan Desa merupakan penjabaran
atas berbagai kewenanganyang dimiliki Desa mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah
produk hukum, Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggidan tidak boleh merugikankepentingan umum,
yaitu:

1) Terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat


2) Terganggunya akses terhadap pelayanan publik
3) Terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum
4) Terganggunya kegiatan ekonomi untuk
meningkatkankesejahteraan
masyarakat desa
a. Diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan,
ras,antargolongan, serta gender.
7. Evaluasi rancangan Peraturan desa ke Bupati/Walikota

Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan


Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,


pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan
disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari
sejak disepakati untuk dievaluasi. Dalam hal Bupati/Walikota tidak
memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut
berlaku dengan sendirinya.

Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh Bupati/Walikota


paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan
Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota. Dalam hal Bupati/Walikota telah
memberikan hasil evaluasi, Kepala Desa wajib memperbaikinya.

Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa paling lama 20 (dua


puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi.Kepala Desa dapat mengundang
BPD untuk memperbaiki rancangan peraturan desa.Hasil koreksi dan
tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui
camat.12 Penjelasan Umum UU No. 6 tahun 2014tentang Desa.

Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi, dan tetap
menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan
Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota

8. Klarifikasi Peraturan Desa

Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk


mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan oleh Kepala Desa


kepada Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk
diklarifikasi. Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan
membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejakditerima.

Hasil klarifikasi oleh Bupati/Walikota dapat berupa:

a. Hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum,


dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
b. Hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam hal hasil klarifikasi Peraturan Desa tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang- undangan yang
lebih tinggi Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil
klarifikasi yang telah sesuai. Sedangkan dalam hal hasil klarifikasi bertentangan
dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang- undangan
yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa tersebut dengan
Keputusan Bupati/Walikota.
Lembar Bacaan

PERAN POSYANDU DALAM PENCEGAHAN


TINDAK PIDANA KORUPSI KEUANGAN DESA

A. Dampak Korupsi Keuangan Desa bagi Masyarakat Desa

Korupsi yang rentan terjadi di desa menimbulkan kerugian bagi masyarakat desa.
Kerugian tersebut diantaranya terdiri atas 4 (empat) hal yakni:

1) Kemiskinan belum dapat diatasi. K emiskinan di desa sampai saat ini masih tinggi, yakni
12,81% atau 15,26 juta penduduk desa masih dalam kondisi
miskin (Badan Pusat Statistik, 2020). Terlebih apabila dana desa yang
dialokasikan untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat justru dikorupsi,
maka kemiskinan di desa akan semakin meningkat, karena tidak membantu
perekomonian masyarakat desa. Selain itu, menurut Institute for Developmentof
Economics and Finance (INDEF) tidak adanya survey dalam pengalokasian
anggaran dana desa sesuai kebutuhan, menyebabkan dana desa tidak
memberikan kontribusi positif bagi pengentasan kemiskinan di desa (Bernie,
2018);
2) Sumber pendanaan tidak maksimal pemanfaatannya. Keuangan Desa (Dana Desa) yang
seyogyanya dapat digunakan untuk membiayai Badan Usaha Milik Des (BUMDesa) dan
pembangunan desa, yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak terancam tidak
terlaksana akibat korupsi. Hal lainnya adalah kualitas proyek tidak bertahan lama,
karena dana yang seharusnya direalisasikan, dalam pengadaan batang/jasa, justru di
mark down dari harga yang sebenarnya. Sehingga nilai ekonomi hasil pengadaan tidak
bertahan lama dan tidak efisien, karena kualitas yang rendah;
3) Menurunnya swadaya masyarakat. Masyarakat desa tidak bisa dilepaskan dengan
karakteristik masyarakatnya yang gotong-royong dan saling membantu, hal itu merupakan
modal swadaya masyarakat desa (Pawane, 2016). Akan tetapi, karakteristik tersebut
terancam hilang dengan adanya korupsi. Penyebabnya karena adanya korupsi
berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap elit politik Pemerintahan Desa,
bahkan antar masyarakat desa sendiri (Haryanto & Rahmania, 2015). Sehingga karakter
masyarakat yang gotong-royong terancam hilang di desa akibat adanya korupsi;
4) Menghambat tumbuhnya demokratisasi di desa. Robert Klitgaard dalam teorinyaCDMA
Theory menyatakan bahwa penyebab terjadinya korupsi karena besarnya diskresi
(kewenangan) dan memonopoli, namun kurang akuntabilitas (Kasus et al., 2015). Hal
serupa juga dalam korupsi keuangan desa, Kepala Desa dengan kewenangannya
(diskresi) akan memonopoli proses pengelolaan keuangan desa, tanpa melakukan
akuntabilitas untuk pelibatan partisipasi masyarakat. Padahal akuntabilitas merupakan
ciri kultur demokrasi, supaya masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam mengawasi
pengelolaan keuangan desa (Suryarama, 2012). Berkaitan dengan itu, maka korupsi
berdampak pada terhambatnya demokratisasi partisipasi desa. Keempat hal tersebut
merupakan dampak adanya korupsi dana desa bagi masyarakat desa.
B. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Desa dalam pengelolaan anggaran
untuk mencegah korupsi keuangan desa.

Upaya mencegah korupsi keuangan desa dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan desa dengan ketat. Dimulai dari kegiatan
perencanaan kegiatan dan anggaran, pelaksanaan Pembangunan, melakukan monitoring secara
periodic dan pertanggungjawaban. Ada 7 ( tujuh ) prinsip Tata Kelola Pemerintahan Desa :
1. Transparansi
Dalam penyusunan perencanaan pembangunan pemerintah desa harus transparan terkait
dengan sumber dan jumlah anggaran yang menjadi sumber pendapatan desa pada tahun
berjalan. Anggaran yang tersedia akan digunakan untuk jenis dan kegiatan harus dapat
diketahui oleh masyarakat. Pada pelaksanaan kegiatan, dilakukan dengan swakelola atau
melibatkan pihak ke tiga juga harus dapat diketahui oleh Masyarakat.

2. Akuntabilitas
Seluruh anggaran desa yang menjadi pendapatan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan penggunaannya. Jumlah anggaran yang dikelola oleh pemerintah
desa berbanding lurus dengan hasil yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Peran LKD
sesuai Permendagri 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, dapat terlibat
aktif dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan pembangunan dan memberikan penjelasan
pelaksanaan pembangunan dalam forum-forum musyawarah LKD
3. Keterbukaan
Seluruh sumber pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan desa setiap awal tahun
anggaran harus dipublikasikan baik melalui web desa, atau media lainnya seperti Baliho di
Balai Desa agar masyarakat mengetahui dan dapat melakukan pengawasan.
4. Penegakan hukum
Penegakan hukum dalam rangka penerapan prinsip-prinsip tata Kelola pemerintahan desa
harus dilakukan secara konsisten dan tidak pandang bulu. Dalam pengelolaan keuangan
desa, bila ada indikasi penyalahgunaan pengelolaan keuangan desa harus ditindak dengan
tegas dan tidak pandang bulu. Baik Kepala Desa atau Perangkat desa sebagai pengelola
keuangan desa bila ada indikasi penyalahgunaan keuangan desa harus ditindak sesuai
peraturan perundang-undangan. Peran LKD ikut mensosialisasikan dalam forum-forum
musyawarah tentang konsekwensi hukum yang harus diterima bagi pelanggaran dalam
penggunaan keuangan desa.
5. Inklusi sosial
Program Pembangunan harus dapat dirasakan oleh semua golongan tanpa melihat ras,
suku, antar golongan. Pembangunan harus dapat mengatasi permasalahan kemiskinan,
ketidak adilan, kesenjangan dan lain sebagainya. Peran LKD harus memastikan ketika
penyusunan perencanaan Pembangunan prinsip-prinsip Pembangunan yang berkeadilan
telah terakomodir dalam dokumen perncanaan baik di RPJMDes maupun RKPDes.
Sehingga dapat menekan ketidak sesuaian pengguanaan anggaran dan meminimalis
terjadinya korupsi.
6. Visioner
Kepala Desa dalam mengimplementasikan visi dan misi dalam dokumen perencanaan
Pembangunan desa harus mencerminkan terwujudnya Pembangunan yang berkeadilan
tanpa korupsi. Dalam RPJMDes yang merupakan penjabaran visi dan misi kepala desa
selama masa jabatannya harus mencerminkan Upaya melaksanakan amanat rakyat yang
diterimanya denga menghindarkan penyalahgunaan wewenang dan penyalahgunaan
anggaran. LKD ikut menyusun RPJMDes dapat mencermati prioritas Pembangunan yang
sesuai kebutuhan masyarakat dan penguanaan alokasi anggaran yang sesuai dengan
peruntukannnya.
7. Responsip
Pelaksanaan Tata Kelola pemerintahan desa yang baik dicirikan dengan merespon dengan
cepat oleh penyelenggaran pemerintahan desa atas permasalahan-permasalahn di Desa.
Bila ada indikasi penyalahgunaan anggaran oleh perangkat desa atau pelaksana anggaran
harus segera diklarifikasi dan dibuktikan. LKD sebagai mitra pemerintah desa dan sekaligus
sebagai perencana dan pelaksanan pembangunan harus dapat memberikan penjelasan
dengan cepat kepada masyarakat perihal permasalahan yang terjadi agar tetap kondusif.

Selain penerapan prinsip-prinsip tata Kelola peneyelengagaraan pemerintahan yang baik,


mengoptimalkan peran kelembagaan yang ada di desa untuk mencegah korupsi keuangan
desa merupakan keharusan.

1) Optimalkan Peran Kelembagaan yang ada di Desa

Lembaga di Desa tidak hanya Pemerintah Desa, melainkan juga ada lembaga
kemasyarakatan di desa, seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW),
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Badan Usaha Milik Desa (BUM
Desa), Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga
Adat dan Kelompok Tani (Desa.id, 2019). Lembaga-lembaga tersebut memiliki peran
dan pengurus serta anggota tersendiri di desa-desa. Sehingga dengan organisasi-
organisasi tersebut, maka masyarakat dapat berkumpul bersama organisasinya
terlibat dalam partisipasi pengelolaan keuangan desa, khususnya pengawasan.
Sehingga dengan organisasi yang aktif dalam melakukan partisipasi untuk
perencanaan dan pengawasan tersebut, maka potensi penyalahgunaan
wewenang dan korupsi dapat dihindari.
2) Peran Posyandu dalam pencegahan korupsi keuangan desa :
a. Sebagai Lembaga Kemasyarakatan Desa, posyandu ikut menyusun
perencanaan pembangunan. Ikut memastikan perencanaan yang disusun
sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dalam pelaksanaannya
melibatkan masyarakat.
b. Secara kelembagaan, posyandu ikut mensosialisasikan anti korupsi pada
setiap kegiatan Posyandu dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada
Pendidikan anak usia dini dengan contoh-contoh konkrit di kehidupan sehari-
hari.

3) Optimalkan Peran Badan Permusyawaratan Desa


Badan Permusyawaratan memiliki peranan penting dalam jalannya Pemerintahan
Desa. Hal itu karena BPD memiliki fungsi untuk menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat Desa dan Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa,
sebagaimana diatur dalam Pasal 55 UU Desa. Sehingga BPD dapat menjadi
jembatan penyalur aspirasi masyarakat terkait penyelenggaraan Pemerintahan
Desa. Sesuai dengan Permendagri 73 Tahun 2020 tentang Pengawasan
Keuangan Desa, BPD mempunyai peran dalam pengawasan pengelolaan
keuangan desa sesuai dengan tugas dan fungsinya.
.
Lembar Bacaan
PENGEMBANGAN BUMDES DALAM
PENINGKATAN UP2K DAN PENINGKATAN PADES

A. Pengertian BUM Desa


1) BUM Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat Desa
(Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)
2) Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa adalah badan
hukum yang didirikan oleh desa dan/atau bersama desa-desa guna mengelola
usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan produktivitas,
menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.(Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021Tentang Badan Usaha Milik Desa)

Landasan Hukum BUM Desa


1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014, Tentang Desa, Bab X, Pasal 87, sebutkan;
Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa.
2) Pasal 88 disebutkan, Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa,
kemudian ditetapkan dengan Peraturan Desa.
3) Peraturan Pemerintah No. 43 Tentang Desa; Pasal 132 ayat 1 menyebutkan Desa
dapat mendirikan BUM Desa. Pendirian BUM Desa dilakukan melalui
musyawarah Desa dan ditetapkan dengan peraturan Desa. Organisasi pengelola
BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa.
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2O2I Tentang Badan
Usaha Milik Desa

B. Pendirian BUM Desa


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2O2I Tentang Badan
Usaha Milik Desa, pada Pasal 7 menyebutkan:

1. BUM Desa didirikan oleh 1 (satu) Desa berdasarkan Musyawarah Desa dan
pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Desa.
2. BUM Desa bersama didirikan oleh 2 (dua) Desa atau lebih berdasarkan
Musyawarah Antar Desa dan pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Bersama
Kepala Desa.
3. BUM Desa bersama didirikan berdasarkan kesamaan potensi, kegiatan usaha, atau
kedekatan wilayah.
4. Pendirian BUM Desa bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak terikat
pada batas wilayah administratif.
5. Pendirian BUM Desa bersama dilakukan Desa dengan
Desa lain secara langsung tanpa mempertimbangkan
ada atau tidaknya BUM Desa di Desa masing-masing.
6. Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Peraturan Bersama
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:
a) penetapan pendirian BUM Desa/BUM Desa bersama;
b) Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa bersama; dan
c) penetapan besarnya penyertaan modal Desa dan/atau masyarakat Desa dalam
rangka pendirian BUM Desa/BUM Desa bersama.

Pendirian Badan Usaha Milik Desa diawali dengan melakukan perencanaan dan
persiapan yang matang, hal ini agar BUM Desa tidak sekedar mengikuti tren semata,
hanya karena desa lain memiliki BUM Desa dan adanya amanat di dalam undang-
undang.

BUM Desa adalah unit bisnis di lokal desa yang mengedepankan konsep social
benefit ( kemanfaatan untuk kegiatan social ) . Ini menjadi penting untuk dipahami
karena social benefit ini yang menjadi pembeda dari bentuk BUM Desa dengan
bentuk usaha lain, di dalam BUM Desa mengedepankan pada pertimbangan
kelembagaan berbasis partisipasi masyarakat desa yang difasilitasi melalui
musyawarah desa

Di dalam proses pendirian BUM Desa, jika disederhanakan maka; diawali dengan
munculnya atau usulan gagasan yang dapat bersumber dari masyarakat baik secara
individu atau kelompok masyarakat, kemudian dapat juga berasal dari inisiatif
pemerintah desa, yang didasari pada pertimbangan mengangkat potensi desa dan
menjawab akan kebutuhan dari masyarakat desa.

Dengan adanya inisiatif yang muncul untuk mendirikan BUM Desa, maka selanjutnya
perlu diberi ruang terhadap inisiatif tersebut melalui ruang partisipasi masyarakat
secara luas termasuk melibatkan lembaga kemasyarakatan desa ( LKD ), sehingga
pemerintah desa perlu untuk melakukan hal-hal sebagai berikut sebagai upaya awal
atau persiapan awal dalam pendirian BUM Desa:

1. Sosialisasi Pendirian BUM Desa

Langkah pertama dalam pendirian BUM Desa adalah dengan melakukan sosialisasi
dan pemetaan potensi untuk membuka ruang partisipasi seluas mungkin bagi
masyarakat desa. Penting untuk melibatkan masyarakat sejak awal pendirian BUM
Desa, sehingga masyarakat dapat memberikan masukan, saran dan juga terlibat aktif
untuk menentukan apa saja potensi yang ada di desa baik itu potensi alam, potensi
budaya dan potensi sumber daya manusia, yang mana selanjutnya dapat diolah
menjadi unit usaha BUM Desa dan juga dapat menjadi unit usaha yang nantinya
dapat dijadikan potensi dari produk BUM Desa Bersama dengan desa lain.
Pelibatan masyarakat ini juga menjadi penegasan bahwa BUM Desa adalah badan
usaha milik desa yang mana kata milik desa berarti ‘dimiliki oleh desa’ bukan dimiliki
oleh kepala desa atau perangkat desa atau dikelola oleh keluarga kepala desa,
namun dikelola secara bersama-sama dengan mengedepankan pelibatan
masyarakat. Oleh karena itu perlu untuk diperhatikan sejak awal, bahwa di dalam
pendirian BUM Desa perlu adanya persetujuan dari warga desa sebelum upaya
pendirian BUM Desa.
Dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa ini dapat dilakukan oleh
Pemerintah Desa, BPD, penggerak swadaya masyarakat, kader pemberdayaan
masyarakat desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, tokoh masyarakat desa,
DPMD Kabupaten atau pun DPMD Provinsi.

Langkah awal dalam pendirian BUM Desa dengan sosialisasi kepada masyarakat ini
bertujuan agar nantinya masyarakat desa dapat memahami dan menjawab
pertanyaan tentang; Apa itu BUM Desa? Apa tujuan BUM Desa? Apa manfaat BUM
Desa? Serta berbagai pertanyaan dan hal-hal lainnya yang perlu disampaikan
kepada masyarakat.

Substansi dari hasil sosialisasi ini selanjutnya akan menjadi rekomendasi pada saat
pelaksanaan Musyawarah Desa dengan agenda pendirian . Rekomendasi dari
Sosialisasi ini dapat menjadi masukan untuk:

1) Rencana pemetaan aspirasi dan kebutuhan masyarakat tentang oleh BPD dan
nantinya akan menjadi pandangan resmi BPD terkait .
2) Bahan pembahasan tentang yang disiapkan oleh pemerintah desa dan akan
disampaikan oleh Kepala Desa kepada BPD.

2. Pembentukan Tim Persiapan Pendirian BUM Desa

Di dalam proses pendirian BUM Desa perlu untuk membuat tim persiapan pendirian
BUM Desa, hal ini untuk membantu mempermudah dari pada proses pendirian BUM
Desa di desa. Tim Persiapan Pendirian BUM Desa harus ditunjuk dan ditetapkan
dengan keputusan kepala desa yang mana jumlah anggota dalam tim tersebut harus
ganjil.

Siapa saja yang menjadi anggota dalam Tim Persiapan Pendirian BUM Desa? Tim
dapat terdiri dari berbagai unsur di dalam masyarakat desa yaitu mulai dari perangkat
desa, BPD, PKK, Karang taruna, Tokok Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh atau
kelompok Pemuda, Posyandu. Selain itu perlu juga untuk mempertimbangkan latar
belakang di dalam tim persiapan pendirian BUM Desa ini, misalnya perlu individu
yang berlatar belakang sebagai pengusaha atau memahami seluk beluk usaha.
Mengapa? Hal inipenting karena yang akan dibahas adalah mengenai BUM Desa
yang tidak lain Badan usaha yang akan menjalankan kegiatan usaha.

Apa yang menjadi tugas dari Tim Persiapan Pendirian BUM Desa? Tim bertugas
dalam melakukan invetarisasi dan pemetaan potensi usaha, membuat usulan jenis
usaha, menyusun draf AD/ART dan Draf Rencana Peraturan Desa (Raperdes)
pendirian BUM Desa.

Di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, tim persiapan pendirian BUM
Desa untuk mengacu pada 4 pertanyaan penting sebagai berikut:

1. Apa permasalahan masyarakat yang akan diatasi oleh bisnis unit usaha?
2. Apa pekerjaan Masyarakat yang akan dibantu untuk menyelesaikannya?
3. Apa kebutuhan masyarakat yang akan kita penuhi?
4. Produk dan jasa apa yang memberi nilai bagi sekmen masyarakat tertentu?

Hasil dari pada setiap jawaban dari 4 pertanyaan di atas akan membantu dalam
memperjelas nilai yang diberikan kepada masyarakat dari usaha yang akan
dijalankan. Jawaban dari setiap pertanyaan di atas juga sebagai solusi yang dapat
ditawarkan dari unit usaha BUM Desa kepada masyarakat.
Perlu untuk diingat bahwa usaha yang akan dijalankan dapat berjalan dengan baik
jika mampu menjawab atau memenuhi dari persoalan dan masalah yang dihadapi
masyarakat, dan juga menjawab dari pemetaan potensi desa apakah benar-benar
layak untuk dijadikan unit usaha atau tidak. Hal ini pun perlu untuk melakukan
penilaian, bagaimana dukungan yang akan diberikan masyarakat dengan unit usaha
yang diusulkan. Jika masyarakat mendukung maka akan lebih baik, dan menjadi nilai
tambah ‘meyakinkan’ dari proses pendirian BUM Desa dan unit usaha BUM Desa.

3. Identifikasi Potensi Desa

Setelah membentuk Tim Persiapan Pendirian BUM Desa, selanjutnya tim ini akan
melakukan inventarisasi potensi dengan pengamatan, wawancara dan juga diskusi
dengan berbagai komponen masyarakat. Hal ini dilakukan untuk melakukan
pendataan secara langsung apa saja potensi yang dimiliki desa, apa yang dapat
dikelola oleh BUM Desa nantinya.

Setelah memiliki data mengenai potensi desa maka dipilih yang menjadi prioritas
yang akan dijalankan di tahun pertama. Pemilihan prioritas ini penting, yang mana
nantinya untuk memilih menjalankan satu saja unit usaha BUM Desa. Mengapa
hanya memilih satu unit usaha? Karena dimaksudkan agar fokus penuh di usaha
pertama yang dipilih.

Fokus penuh dalam menjalankan unit usaha BUM Desa ini penting, karena memulai
usaha banyak memerlukan konsentrasi dan energi, fokus pada satu jenis usaha akan
memudahkan pengelola . Pemetaan dan pemilihan jenis usaha sebaiknya melibatkan
masyarakat karena masyarakat yang paling mengerti kondisi desa.

Bagaimana langkah-langkah identifikasi potensi desa? Dapat dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemetaan Sumber Daya Alam

Pemetaan sumber daya alam dapat dilakukan dengan membuat peta potensi Desa,
agar lebih meyakinkan dan memudahkan pembahasan, maka Tim Persiapan
Pendirian BUM Desa bisa melengkapi dengan foto-foto, atau gambar-gambar sesuai
kondisi di lapangan, dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini
pengambilan foto dalam berbagai bentuk dapat dilakukan, dan Tim Persiapan
Pendirian BUM Desa mudah mengeditnya.

b. Pemetaan Budaya

Pemetaan budaya bisa dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara


dilakukan oleh Tim Persiapan Pendirian BUM Desa terhadap tokoh-tokoh atau tetua
desa yang paham dengan sejarah dan kekayaan budaya desa tersebut. Sering kali
ada cerita-cerita atau makna dibalik bangunan, baju adat, motif-motif kain hasil
tenunan masyarakat, atau tempat-tempat bersejarah di Desa tersebut. Budaya dapat
memadukan elemen-elemen Alam, manusia, ide kreatif dan teknologi sehingga
menjadi harmonis dan memiliki keunikan.
c. Pemetaan Penduduk

Pemetaan penduduk bisa dimulai dengan mencermati data kependudukan.Tim


Persiapan Pendirian BUM Desa mempelajari proporsi penduduk laki-laki dan
perempuan, proporsi tua dan muda, remaja dan anak-anak, angkatan kerja produktif,
mata pencarian dan data-data lain yang relevan. untuk membuat estimasi target
pasar maupun ketersediaan ahli dan tenaga kerja yang dibutuhkan pada unit usaha.
d. Pemetaan Teknologi

Tim Persiapan Pendirian BUM Desa melihat ketersediaan listrik, internet dan
teknologi yang diperlukan untuk mengolah potensi yang ada di Desa. Banyak tempat
wisata menggunakan instrumen teknologi yang hari ini populer di masyarakat seperti
media sosial (Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp dll) Ini adalah kesempatan
yang terbuka lebar dalam penyebaran informasi, bahwa desa tersebut memiliki
sesuatu yang dapat dinikmati.

4. Memilih Potensi Usaha Desa

Setalah melakukan langkah-langkah di atas, selanjutnya Tim Persiapan Pendirian


BUM Desa akan mengolah dan membahas dari data-data yang berhasil dikumpulkan.
Setelah itu akan mengadakan diskusi intensif yang nantinya akan melahirkan
simpulan dalam bentuk laporan pemetaan potensi desa. Hasil dari diskusi berupa
laporan tersebut, nantinya akan dibahas dalam forum yang lebih luas yaitu melalui
Focus Grup Discusion (FGD) pemetaan potensi yang melibatkan berbagai pihak
termasuk masyarakat desa.

Dengan adanya proses pengolahan data yang diperoleh, laporan dari olahan data
potensi dan kemudian dilakukan diskusi terbuka yang dihadiri berbagai pihak
termasuk masyarakat, maka diharapkan tidak ada informasi yang terlewatkan, jika
ada masih memiliki kesempatan untuk dilakukan koreksi secara bersama-sama.
Dengan demikian maka potensi yang ada di desa nantinya yang akan dipilih untuk
menjadi unit usaha yang dijalankan BUM Desa adalah potensi yang paling tepat
menjadi unit usaha di tahap awal atau di awal pendirian BUM Desa.

5. Mencari Pengelola Usaha Desa

Setelah potensi usaha desa dipilih yang dianggap paling tepat, maka tahap
berikutnya adalah mencari siapa yang akan menjadi pengelola dari usaha desa
tersebut. Kaitannya dengan BUM Desa maka mencari siapa yang memiliki
kompetensi untuk menjadi pengelola unit usaha BUM Desa.
Ini menjadi penting karena berkaitan dengan kemampuan Sumber Daya Manusia
yang akan menjalankan unit usaha BUM Desa, ketika pengelola tidak memiliki
kemampuan di bidang yang akan dijadikan unit usaha, maka unit usaha tersebut
kemungkinan besar akan sulit berjalan atau berkembang maju. Oleh karena itu di
dalam diskusi perlu adanya pembahasan mengenai kebutuhan SDM yang akan
mengelola unit usaha BUM Desa.

6. Menyusun Rancangan AD/ART

Setelah memilih jenis usaha dan telah menetapkan apa potensi desa yang akan
diangkat dalam unit usaha BUM Desa maka selanjutnya membuat rancangan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau biasa kita kenal dengan sebutan
AD ART BUM Desa.
Di dalam penyusunan AD ART ini akan putuskan juga seperti nama BUM Desa,
tujuan BUM Desa, ruang lingkup usaha BUM Desa, pembagian hasil usaha BUM
Desa dan hal-hal pokok lain yang dianggap perlu dan penting untuk dituangkan dalam
dokumen AD ART BUM Desa.

Beberapa hal yang sering ditanyakan adalah, ketentuan apa saja yang harus ada
pada AD/ART sehingga format perumusan AD/ART itu benar-benar baik. Berikut
beberapa hal yang perlu ditetapkan dalam AD/ART BUM Desa.

1) Nama dan Kedudukan;


2) Azas dan Tujuan;
3) Kegiatan dan Jenis Usaha;
4) Kemitraan/ Kerja sama Usaha;
5) Organisasi dan Tata Kerja Pengelola;
6) Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Pengelola;
7) Permodalan;
8) Penghasilan dan Penghargaan;
9) Sistem Pertanggungjawaban dan Pelaporan;
10) Hak dan Kewajiban Pengelola;
11) Bagi Hasil dan Rugi; dan
12) Sistem Pengawasan Internal

7. Kelembagaan BUM Desa

Rancangan pengelola BUM Desa telah disusun sejak pemetaan kependudukan dan
diperdalam pada tahapan potensi pengelola usaha BUM Desa, kemudian dibahas
dan di tetapkan pada saat perumusan Anggaran Dasar (AD) pada poin menyusun
dan menetapkan pengelola BUM Desa yang nantinya diperkuat dengan Berita Acara
Pembentukan dan Penetapan Pengelola BUM Desa.

8. Rancangan Peraturan Desa Pendirian BUM Desa

1) Raperdes Pendirian BUM Desa

Raperdes pendirian BUM Desa memuat hal-hal yang kurang lebih sama dengan yang
telah di bahas dalam Anggaran Dasar (AD). Sesuai dengan kewenangan lokal skala
desa, maka masing-masing desa dapat mendirikan BUM Desa. Penyebutan istilah-
istilah dan kriteria-kriteria dalam Raperdes pendirian BUM Desa harus konsisten
dengan tata aturan yang berlaku, dalam hal ini adalah Undang-Undang Desa, beserta
peraturan pelaksanaan dan petunjuk teknis.

Perdes ini nantinya akan mengatur hal-hal secara umum. Hal-hal secara teknis akan
dijabarkan dalam Keputusan Kepala Desa, AD/ART, dan atau bentuk peraturan
lainnya. Ada yang perlu diperhatikan dan dibahas secara cermat dalam penyusunan
Perdes pendirian BUM Desa.

a) Konsistensi penyebutan istilah dan kriteria-kriteria yang digunakan dalam Perdes


disesuaikan dengan UU Desa, PP, dan Permen serta petunjuk pelaksanaan
lainnya.
b) Apakah BUM Desa mengarah ke bentuk PT. atau Koperasi sehingga istilahnya
bisa konsisten merujuk ke PT. atau Koperasi.
c) Pembagian keuntungan, bonus, dan hal-hal lain yang terkait dengan imbalan
finansial perlu disosialisasikan, dicermati dan dibahas.
2) Penyertaan Modal Awal Pendirian BUM Desa

Dalam Pasal 135 PP Desa disebutkan bahwa modal awal BUM Desa bersumber dari
APB Desa yang merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan dan tidak terbagi atas
saham. Modal BUM Desa terdiri dari : 1) Penyertaan Modal Desa, yang berasal dari
APB Desa dan lainnya; 2) Penyertaan Modal Masyarakat Desa.

Di dalam Rancangan Peraturan Desa (Raperdes), terdapat aturan-aturan terkait


penyertaan modal awal dari Pemerintah Desa terhadap BUM Desa. Rancangan
Peraturan Desa dan AD/ART yang telah disusun harus disosialisasikan ke forum
yang lebih luas, guna mendapatkan koreksi dan masukan.

Sehingga perlu diadakan forum guna sosialisasi yang melibatkan; Perangkat Desa,
BPD, Tokoh Masyarakat juga perlu diundang untuk mencermati dan memberi
masukan mengenai isi dari AD/ART, terutama hal-hal yang cukup sensitif seperti
modal awal BUM Desa, pembagian hasil usaha dan bonus/ komisi.

Sosialisasi ini dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah dan salah persepsi
dikemudian hari, selain itu perlu kiranya untuk mengundang Pemerintah Kabupaten
atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk memberikan telaah terhadap
aspek legal formal. Dokumen-dokumen terkait pendirian sudah dipersiapkan dan
dibahas dalam Musyawarah Desa Pendirian BUM Desa.

9. Musyawarah Desa

Setelah menampung semua masukan terhadap draft Raperdes dan AD/ART, dan
mendapat masukan-masukan dan juga revisi yang sudah diakomodir, selanjutnya
Sekretaris Desa dapat mengagendakan dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan
untuk Musyawarah Desa Pendirian BUM Desa. Puncak pendirian BUM Desa adalah
Musyawarah Desa.

Pada pasal 88 UU Desa jo. Pasal 132 PP Desa disebutkan bahwa BUM Desa
didirikan berdasarkan musyawarah desa yang kemudian hasil musyawarah tersebut
ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Ketika Peraturan Desa Pendirian BUM Desa dan AD/ART BUM Desa sudah
disahkan, maka BUM Desa secara resmi berdiri dan siap beroperasi.
Hasil akhir dari pelaksanaan Musyawarah Desa (MUSDES) pendirian BUM Desa
adalah terbinya “Berita Acara Musyawarah Desa tentang Pendirian BUM Desa”.
Selanjutnya Pemerintah Desa:

a. Menyusun dan menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa;


b. Menyusun dan Menetapkan Anggaran Dasar BUM Desa;
c. Menetapkan susunan kepengurusan Organisasi Pengelola BUM Desa dalam
bentuk Surat Keputusan Kepala Desa;
d. Melantik Pengurus BUM Desa.

Pengurus BUM Desa yang telah dilantik menyusun dan menetapkan Anggaran
Rumah Tangga (ART) setelah disetujui oleh kepala Desa.

Dalam upaya desa memiliki BUM Desa yang dapat memberikan manfaat sosial dan
ekonomi yang luas tidak hanya untuk desa dalam hal ini memberikan PADes namun
juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat desa secara luas baik itu berupa
lapangan pekerjaan, hidupnya kegiatan ekonomi di masyarakat, dan juga berdampak
pada pelayanan umum serta kebutuhan sosial lainnya.

Guna mencapai BUM Desa sukses maka sejak awal pendirian BUM Desa perlu untuk
memperhatikan hal-hal penting seperti disebutkan di atas, yang mana pelibatan dan
partisipasi dari semua pihak yang berkepentingan untuk memajukan desa wajib
terlibat secara aktif dalam hal ini terutama masyarakat, karena BUM Desa adalah
milik bersama, milik desa dan masyarakat desa.

Kita tentu perlu untuk memahami dan memperhatikan dari setiap tahapan pendirian
BUM Desa sampai nantinya pendirian BUM Desa ditetapkan dengan adanya
musyawarah desa dan terbitnya peraturan desa tentang BUM Desa, dengan
demikian setiap prosesnya ada peran aktif dari seluruh elemen masyarakat, sehingga
arah dan tujuan dari pada BUM Desa dapat terlihat jelas. Demikian pembahasan kali
ini, pembahasan diambil dari hasil diskusi dan berbagai sumber mengenai tata cara
pendirian BUM Desa, semoga bermanfaat.
Sumber : Sedesa.id

C. Permasalahan dan strategi pembinaan BUM Desa


Strategi revitalisasi kelembagaan BUM Desa/BUM Desa bersama

a. penyuluhan/sosialisasi badan hukum


b. pemantauan dan pembinaan peraturan perundang- undangan di tingkat daerah
c. peningkatan kapasitas penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga
d. penguatan citra badan hukum
e. diseminasi praktek terbaik dunia usaha
f. penyelenggaraan konsultasi dan/atau pendaodel yg lama nakmpingan terkait
kelembagaan
g. penguatan koordinasi antar para pemangku kepentingan dalam pengembangan
h. penyediaan klinik konsultasi yang berfungsi memberikan bantuan penyelesaian
masalah
i. pendampingan pengelola kegiatan dana bergulir masyarakat eks PNPM MPD
menjadi BUM Desa bersama
j. program atau kegiatan lain dalam rangka revitalisasi kelembagaan.

Strategi peningkatan kualitas manajemen dan penguatan organisasi BUM


Desa/BUM Desa bersama

a. peningkatan efektifitas peran dan fungsi organisasi BUM Desa/BUM Desa


bersama termasuk Musyawarah Desa, penasihat, pelaksana operasional, dan
pengawas
b. peningkatan kapasitas penasihat, pelaksana operasional, pengawas, dan
pegawai dalam penyusunan dan pelaksanaan rencana program kerja
c. peningkatan efektifitas manajemen dan tata laksana organisasi termasuk
penerapan standar operasional manajemen dan prosedur operasional standar
d. pendampingan di bidang restrukturisasi organisasi
e. program atau kegiatan lain untuk peningkatan kualitas manajemen dan
penguatan organisasi.
f. penyediaan klinik konsultasi yang berfungsi memberikan bantuan penyelesaian
masalah
g. pendampingan pengelola kegiatan dana bergulir masyarakat eks PNPM MPD
menjadi BUM Desa bersama
h. program atau kegiatan lain dalam rangka revitalisasi kelembagaan.

Strategi penguatan pengelolaan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama dan Unit
Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama

a. pendirian dan pengembangan Unit Usaha


b. pendampingan dan peningkatan teknik pengolahan dan produksi
c. standardisasi proses pengolahan dan produksi
d. peningkatan kemampuan pengendalian mutu
e. pendampingan di bidang pemasaran
f. diversifikasi bisnis usaha dan/atau unit Usaha
g. program atau kegiatan lain dalam rangka penguatan pengelolaan usaha dan unit
usaha

Strategi penguatan kerja sama atau kemitraan

a. fasilitasi dan penguatan kerja sama antar BUM Desa/BUM Desa bersama
b. fasilitasi dan penguatan kerja sama dengan dunia usaha
c. fasilitasi dan penguatan kerja sama dengan lembaga pembiayaan/keuangan
d. fasilitasi dan penguatan kerja sama dengan lembaga pemerintah
e. fasilitasi dan penguatan kerja sama dengan e-commerce
f. program atau kegiatan lain untuk penguatan kerja sama atau kemitraan.

Strategi penguatan pengelolaan aset dan permodalan

1. perluasan sumber pendanaan


2. perluasan akses ke lembaga penjaminan
3. perluasan akses terhadap sumber pembiayaan
4. pengembangan pembiayaan modal kerja dan modal investasi
5. program/kegiatan lain untuk penguatan pengelolaan aset dan permodalan.

Peningkatan kualitas pengelolaan administrasi, pelaporan dan akuntabilitas

a. peningkatan kapasitas dan pemahaman mengenai good corporate governance


b. peningkatan efektivitas tata laksana administrasi organisasi, keuangan dan
usaha yang transparan dan akuntabel
c. peningkatan kapasitas dan pemahaman tentang pembukuan dan laporan
keuangan badan usaha
d. program atau kegiatan lain untuk peningkatan kualitas pengelolaan administrasi
pelaporan dan akuntabilitas.

Penguatan pengelolaan keuntungan dan manfaat bagi Desa dan masyarakat


Desa

a. pemanfaatan potensi Desa dan nilai keekonomian budaya di Desa


b. inkubasi dan konsolidasi kegiatan usaha masyarakat Desa
c. peningkatan nilai tambah produk
d. peningkatan daya saing dan produktivitas usaha
e. bimbingan teknis pengembangan produk
f. fasilitasi pengembangan layanan umum yang disediakan oleh BUM Desa/BUM
Desa Bersama
g. program atau kegiatan lain untuk penguatan pengelolaan keuntungan dan
manfaat bagi Desa dan masyarakat Desa
7.2. Peningkatan Pendapatan Asli Desa Melalui BUM Desa dan
Pendayagunaan Aset Desa

Data nasional terkait penerimaan dan pengeluaran dalam APBDesa tahun 2016, 2017
dan 2018, bahwa kontribusi Pendapatan Asli Desa masih rendah;

REALISASI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN TAHUN 2016-2018


PEMERINTAH DESA SELURUH INDONESIA

Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran


Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Ribu Rupiah)
Pendapatan - Belanja
RUPIAH %
2016 2017 2018 2016 2017 2018
I. PENDAPATAN 82,311,844,142 100,240,294,971 102,128,107,423 100.00% 100.00% 100.00%
1. Pendapatan Asli Daerah 3,535,279,704 3,097,424,017 3,475,029,612 4.29% 3.09% 3.40%
2. Pendapatan Transfer 78,304,077,559 96,651,289,390 97,958,642,715 95.13% 96.42% 95.92%
2.1. Dana Desa 45,612,678,304 57,560,788,555 56,902,917,435 55.41% 57.42% 55.72%
2.2. Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota 2,042,110,731 2,465,746,015 3,002,805,130 2.48% 2.46% 2.94%
2.3. Alokasi Dana Desa 26,372,112,293 30,507,062,177 31,823,027,336 32.04% 30.43% 31.16%
2.4. Bantuan Keuangan 4,277,176,231 6,117,692,643 6,229,892,814 5.20% 6.10% 6.10%
Bantuan Keuangan Provinsi 0.00% 0.00% 0.00%
Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota 0.00% 0.00% 0.00%
3. Pendapatan Lain-lain 472,486,879 491,581,564 694,435,096 0.57% 0.49% 0.68%
II. BELANJA 80,800,750,832 97,083,450,501 98,750,651,154 100.00% 100.00% 100.00%
1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 25,871,393,420 27,729,209,218 29,628,230,791 32.02% 28.56% 30.00%
2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 44,697,632,407 55,784,382,121 53,875,221,520 55.32% 57.46% 54.56%
3. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 3,928,403,467 4,931,290,074 5,441,800,096 4.86% 5.08% 5.51%
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat 5,095,330,199 8,163,819,223 9,290,657,247 6.31% 8.41% 9.41%
5. Bidang Tak Terduga/Belanja Bidang Penanggulangan
Bencana, Keadaan Darurat dan Mendesak (*) 1,207,991,339 474,749,865 514,741,500 1.50% 0.49% 0.52%

Catatan: Estimasi Berdasarkan Survei BPSSumber: BPS, Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa
Source Url: https://www.bps.go.id/indicator/13/1977/2/realisasi-penerimaan-dan-pengeluaran-pemerintah-desa-seluruh-indonesia-format-baru-.html
Access Time: April 4, 2023, 6:07 am

Kontribusi Pendapatan Asli Desa Dalam APB Desa

Pendapatan asli desa (PADes) diperlukan untuk membangun kemandirian fiskal


pemerintahan desa, sehingga berbagai program pembangunan dapat dijalankan.
Kemandirian fiskal pemerintah daerah (Pemda), kemandirian desa dapat ditandai
dengan jumlah PADesa yang mestinya lebih besar dari pada dana transfer pemerintah.
Badan Pusat Statistik melakukan Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa tahun
2016 – 2017 menunjukkan data-data sebagai berikut:
1. PADes sebesar 4,29%, 3,09%, dan 3,40% terhadap total pendapatan.
2. Pendapatan transfer 95,13%, 96,42%, dan 95,95% terhadap total pendapatan.
3. Pendapatan lain-lain 0,57%, 0,49%, dan 0,68% terhadap total pendapatan.

Data tersebut diatas dapat disampaikan bahwa pada umumnya desa-desa di Indonesia
masih sangat tergantung dengan pendapatan transfer Pemerintah. Pendapatan Asli
Desa (PADesa) selama tahun 2016 - 2018 berada dibawah 5% yaitu masing-masing
4,29%, 3,09%, dan 3,40%. Jika ketergantungan kepada dana transfer Pemerintah
sangat tinggi maka menimbulkan resiko yang tinggi terhadap pembangunan Desa yang
berkesinambungan.
Pemerintah Desa perlu melakukan tindakan-tindakan yang kreatif untuk mencari
berbagai peluang memperkuat PADesa, sehingga tercipta kemandirian fiskal tidak
mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
A. Identifikasi jenis aset desa yang dapat dikelola oleh BUM Desa

• Pengertian aset Desa


Sesuai Peraturan Mendagri Nomor 1 tahun 2016 pasal 1 angka 5 adalah
"merupakan barang Milik Desa atau yang berasal dari kekayaan asli milik desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) atau perolehan Hak lainnya yang sah.
Dalam Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pasal 72 menjelaskan
bahwa sumber pendapatan asli desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya
dan partisipasi masyarakat, gotong royong dan lain-lain pendapatan asli desa. Hasil
aset desa merupakan hasil dari barang yang dimiliki desa berasal dari kekayaan
yang dibeli ataupun diperoleh melalui perolehan hak yang sah.
• Jenis Aset Desa
Pada pasal 76 juga menjelaskan mengenai aset desa bahwasannya dapat
berupa tanah kas desa, tanah ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu,
bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa,
mata air milik desa, pemandian umum, dan aset lainnya yang dimiliki oleh desa.
Pasal 77 ayat (2) secara khusus berbicara tentang tujuan dalam pengelolaan aset
Desa berikut: Pengelolaan kekayaan milik Desa dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat Desa serta meningkatkan pendapatan
Desa.
Terkait dengan pengelolaan aset milik desa ini secara khusus Kementerian Dalam
Negeri mengeluarkan peraturan dalam bentuk Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa. Penggunaan
aset desa dalam Permendagri ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
penggunaan aset desa dan pemanfaatan aset desa.

B. Strategi peningkatan Pendapatan Asli Desa melalui pendayagunaan aset desa


oleh BUM Desa.

Strategi Meningkatkan Pendapatan Asli Desa

Menurut Muhammad Yusuf (2011:138) dalam buku Delapan Langkah Pengelolaan


Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik, mengatakan bahwa
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan aset/barang milik daerah adalah “upaya
mengoptimalkan manfaat dan potensi yang ada, khususnya dalam rangka
pemberdayaan BUM Desa maupun aset yang dikerjasamakan”. Pada Permendagri
nomor 114 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, berkaitan dengan
Pendapatan Asli Desa tertulis contoh hasil usaha desa yaitu desa yang mempunyai
Badan Usaha Milik Desa, tanah kas desa.

Dari paragraf diatas terdapat 2 hal penting yang dapat dioptimal dalam upaya
meningkatkan Pendapatan Asli Desa yaitu:
1) Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).
2) BUMDesa merupakan salah satu pilihan Desa dalam gerakan usaha ekonomi
Desasesuai dengan pasal 87 ayat (1) UU Desa, pasal 132 ayat (1) PP Desa dan
pasal 4Permendesa PDTT nomor 4 tahun 2015 tentang pendirian, pengurusan dan
pengelolaan, dan pembubaran BUM Desa.

Pendirian BUM Desa didasarkan atas prakarsa Desa yang mempertimbangkan: (a)
inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa; (b) potensi usaha ekonomi
Desa; (c) sumberdaya alam di Desa; (d) sumberdaya manusia yang mampu
mengelola BUM Desa; dan (e) penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam
bentuk pembiayaan dan kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai
bagian dari usaha BUM Desa.

Manfaat Badan Usaha Mili Desa tertuang pada UU Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa Pasal 89 yang bunyinya sebagai berikut: Hasil usaha BUM Desa
dimanfaatkan untuk:

a. pengembangan usaha; dan


b. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian
bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan
dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Penggunaan aset desa


Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam
menggunakan aset Desa yang sesuai dengan tugas dan fungsi. Penggunaan aset
Desa ditetapkan dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Pemanfaatan aset desa


Pemanfaatan adalah pendayagunaan aset Desa secara tidak langsung
dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan desa dan tidak
mengubah status kepemilikan. Pemanfaatan aset desa dapat dilaksanakan
sepanjang tidak dipergunakan langsung untuk menunjang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.

Bentuk pemanfaatan aset desa berdasarkan Permendagri Nomor 1 Tahun 2016


ada 4 yaitu:
a. Sewa
b. Pinjam pakai
c. Kerjasama pemanfaatan
d. Bangun guna serah atau bangun serah guna (BGS/BSG)

Pemanfaatan aset desa dalam bentuk pinjam pakai bersifat jangka pendek
dilakukan antar Pemerintah Desa serta Lembaga Kemasyarakatan Desa. Bentuk
pemanfaatan ini tidak mensyaratkan pembayaran.

Pemanfaatan aset desa dalam bentuk sewa dan kerja sama pemanfaatan
memberikan pendapatan rutin sebagai pendapatan asli desa.

Pemanfaatan aset desa dalam bentuk bangun guna serah atau bangun serah guna,
memberikan manfaat dimasa yang akan datang dalam bentuk bangunan yang di
masa mendatang direncanakan digunakan untuk kebutuhan tertentu. Keuntungan
lain yakni APB Desa tidak terbebani pengeluaran investasi bangunan karena
pembiayaan ditanggung oleh Pihak Lain yang selanjutnya diberikan konsesi
menggunakannya dalam jangka waktu tertentu sebelum diserahkan ke Pemerintah
Desa.

Bangun Guna Serah yang selanjutnya disingkat BGS adalah pemanfaatan barang
milik desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau
sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam
jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali
tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya
jangka waktu.
Sedangkan Bangun Serah Guna yang selanjutnya disingkat BSG adalah
pemanfaatan barang milik desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut
dalamjangka waktu tertentu yang disepakati.

Penyertaan Modal Pemerintah Desa

Penyertaan Modal Pemerintah Desa adalah pemindahtanganan aset Desa


yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan
yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal Desa dalam BUM Desa.

Aset desa yang sebelumnya merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan


kemudiandipindahtangankan / dipisahkan dalam bentuk penyertaan modal ke
dalam BUM Desa. Artinya aset desa dikeluarkan dari daftar inventaris desa,
masuk menjadi aset BUM Desa sebagai penyertaan modal Pemerintah Desa.

Manfaat bagi pemerintah desa adalah dimasa yang akan datang mendapatkan
pembagian laba usaha (deviden) dari keuntungan usaha BUM Desa. Pendapatan
ini merupakan pen

Peran BUMDes dalam peningkatan pendapatan keluarga melalui kelompok


UP2K
Kemanfaatan secara social yang menjadi latar belakang pendirian BUMDes, dalam
implementasinya harus dapat dimanfaatkan oleh kelompok UMKM atau UP2K.
Bumdes dapat membantu kelompok-kelompok UP2K simpan pinjam Perempuan di
kelompok-kelompok PKK RT atau Dasawisma dengan memberikan tambahan
modal usaha dengan bunga pinjaman rendah dan di bawah bunga pasar. Bumdes
juga dapat menampung hasil kerajinan atau home industry dari kelompok-kelompok
UP2K untuk dipasarkan melalui unit usaha BUMDes di bidang pemasaran.
Sebaliknya, kelompok UP2K juga dapat mensosialisasikan keberadaan BUMDes
pada kelompok-kelompok ekonomi produktif lainnya.
Lembar Bacaan

PENGUATAN TUGAS DAN FUNGSI POSYANDU

1. PENDAHULUAN
Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) merupakan program
Pemerintah dalam mendukung pelaksanaan Undang Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. P3PD
dilaksanakan oleh 4 (empat) kementerian dan lembaga. Keempat Kementerian tersebut adalah
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendesa PDTT), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Kemenko PMK) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Kemen PPN/Bappenas).
P3PD Komponen-1 dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa,
menjangkau pengembangan kapasitas SDM penyelenggara pemerintahan desa, pembangunan sistem dan
pengelolaan data based, penguatan organisasi dan tata kelola serta sistem dan prosedur. Dengan
demikian dapat berpengaruh signifikan terhadap kualitas perencanaan dan penganggaran di desa. P3PD
komponen-1 secara umum adalah perbaikan kinerja pemerintahan dan aparatur pemerintahan desa
melalui peningkatan kapasitas pemerintahan desa , penataan kelembagaan, perbaikan sistem dan
instrumen, penguatan organisasi dan tata laksana berbasis kebutuhan desa.
Ruang lingkup komponen 1 P3PD terdiri dari 4 (empat) sub komponen, yakni :
a. Sub komponen 1A : Peningkatan Sistem Kelembagaan Desa dan Pemerintahan Desa;
b. Sub komponen 1B : Peluncuran sistem pembelajaran. Sub kompo-nen ini bertujuan untuk
mendukung upaya koordinasi, pemanfaatan dan pengadopsian yang efektif di tingkat pemerintah
daerah terhadap sistem pembelajaran yang dikembangkan dalam komponen 1A;
c. Sub komponen 1C : Penguatan pengawasan Desa dan Pengelolaan Data;
d. Sub komponen 1D : Peningkatan pemberian layanan garis depan (frontline service).
Spesifik dalam Sub Komponen 1A bertujuan untuk menguatkan sistem dan prosedur pengembangan
kapasitas penyelenggara pemerintahan desa yang meliputi kelembagaan desa penguatan aparatur
pemerintahan desa (kepala desa, perangkat desa dan BPD) serta LKD/LAD dan pembina
penyelenggaraan pemerintahan desa di kecamatan.

Dalam pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 18 tahun 2018
tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, disebutkan jenis Lembaga
Kemasyarakatan Desa minimal terdiri dari :

1. Rukun Tetangga
2. Rukun Warga
3. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
4. Karang Taruna
5. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
6. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Dalam buku ini akan fokus membahas tentang Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan
merujuk pada dokumen :
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 19 tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 8 tahun 2019 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan.
3. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia bekerja sama dengan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu Kementerian
dalam Negeri Republik Indonesia.
4. Buku Pegangan Kader Posyandu yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI

Harapannya melalui Buku Saku Posyandu ini dapat menambah informasi dan pemahaman secara
ringkas tentang Pos Pelayanan Terpadu. Mengingat peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan
semata-mata tanggungjawab pemerintah, namun semua komponen yang ada di masyarakat. Hingga pada
akhirnya keberadaan Posyandu dapat berdampak positif dalam Program Penguatan Pemerintahan dan
Pembangungan Desa.

2. PENGERTIAN POSYANDU
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan pengaturan turunannya berimplikasi
terhadap adanya transformasi secara kelembagaan terhadap Posyandu. Posyandu yang sebelumnya hanya
sebatas sebagai Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), kemudian diakui menjadi salah
satu jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD). Hal ini juga berlaku bagi status kelembagaan Posyandu
di Kelurahan. Oleh karenanya, Posyandu dapat didefinisikan sebagai salah satu jenis Lembaga
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan yang bertugas membantu Kepala Desa/Lurah dalam peningkatan
layanan kesehatan dan sosial dasar bagi masyarakat desa.
Tranformasi kelembagaan pada Posyandu, menjadikan Posyandu tidak hanya berperan sebagai
wadah pemberdayaan di bidang kesehatan masyarakat (UKBM), karena Posyandu telah menjadi salah
satu mitra strategis dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa. Posyandu tidak hanya
sebatas sebagai obyek atau sasaran program semata. Posyandu juga merupakan bagian dari kewenangan
lokal desa, sehingga merupakan bagian pentingan dalam implementasi otonomi desa.
Posyandu sebagai LKD tidak hanya menekankan pada aspek penataan kelembagaan, namun juga
peningkatan kualitas layanan. Pelayanan pada Posyandu mencakup pelayanan kesehatan berbasis sasaran
siklus hidup yakni ibu hamil, balita dan anak, remaja, usia produktif, dan lansia. Sementara itu, Posyandu
juga perlu menekankan pada pelaksanaan integrasi layanan sosial dasar baik dalam konteks layanan di
bidang ekonomi, pendidikan, sosial, pangan, lingkungan, dan layanan sosial dasar lainnya sesuai kebutuhan.
3. PENYELENGGARAAN POSYANDU
a. Pembentukan Posyandu
Posyandu merupakan wadah pemberdayaan masyarakat yang dibentuk melalui musyawarah mufakat
desa/kelurahan yang dikelola oleh pengelola Posyandu. Bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan sumber daya. Pendirian posyandu ditetapkan
dengan keputusan kepala desa/lurah.
b. Pengelola Posyandu
Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
sekretaris, dan bendahara.
Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu:
1. Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.
2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi masyarakat.
3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
c. Waktu dan lokasi Posyandu
Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam sebulan. Jika diperlukan, hari
buka Posyandu dapat lebih dari satu (1) kali dalam sebulan. Hari dan waktunya sesuai dengan hasil
kesepakatan masyarakat.

Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, salah satu kios di pasar, salah satu
ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun oleh swadaya masyarakat. Tempat
penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh
masyarakat.

d. Manfaat Posyandu
Bagi Masyarakat :
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu,
bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe) serta
imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak.
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui dapat
segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak balita

Bagi Kader :

1. Mendapatkan berbagai informasi Kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.


2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita dan
Kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.
e. Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1. Bayi
2. Anak balita
3. lbu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
4. PEMBENTUKAN POSYANDU
Langkah-langkah pembentukan Posyandu :
1. Mempersiapkan para petugas/aparat sehingga bersedia dan memiliki kemampuan mengelola
serta membina Posyandu.
2. Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat sehingga bersedia mendukung
penyelenggaraan Posyandu.
3. Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) agar masyarakat mempunyai rasa memiliki, melalui
penemuan sendiri masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki.
4. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk mendapatkan dukungan dari tokoh
masyarakat.
5. Membentuk dan memantau kegiatan Posyandu dengan kegiatan pemilihan pengurus dan kader,
orientasi pengurus dan pelatihan kader Posyandu, pembentukan dan peresmian Posyandu, serta
penyelengaraan dan pemantauan kegiatan Posyandu

5. KEDUDUKAN POSYANDU
A. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan.
Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang secara
kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.

B. Kedudukan Posyandu Terhadap Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu.


Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam
pembinaan, penyelenggaran/ pengelolaan Posyandu yang berkedudukan di desa/ kelurahan.
Kedudukan Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek
administratif, keuangan, dan program dari Pokja.

C. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKMB (Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat)
UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, yang salah satu
diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM dan berbagai Lembaga
kemasyarakatan/LSM desa/kelurahan yang bergerak di bidang Kesehatan adalah sebagai mitra.
Dengan kata lain, beberapa UKBM yang memiliki kegiatan dan layanan sejenis dapat diintegrasikan
dan disinergikan ke dalam Posyandu.

D. Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan


Forum Peduli Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di bidang Kesehatan
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di kecamatan yang berfungsi menaungi dan
mengkoordinasikan setiap UKBM. Kedudukan Posyandu terhadap Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari
Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.

E. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
melaksanakan pembangunan kesehatan di kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas
adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina
oleh Puskesmas.

6. JENIS KEGIATAN PELAYANAN DI POSYANDU


Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.
A. Kegiatan utama mencakup :
₋ kesehatan ibu dan anak;
- keluarga berencana;
- imunisasi;
- gizi;
- pencegahan dan penanggulangan diare.
B. Kegiatan pilihan mencakup : masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan
utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya:
₋ Bina Keluarga Balita (BKB).
₋ Kelas lbu Hamil dan Balita.
₋ Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya:
llfeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio,
Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
₋ Pos Pendidikan Anak Usia Diri (PAUD).
₋ Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
₋ Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB- PLP).
₋ Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui
Taman Obat Keluarga (TOGA).
₋ Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (U P2K),
usaha simpan pinjam.
₋ Tabungan lbu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyaraka (Tabu mas).
₋ Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

7. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PARA PELAKSANA


Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggunjawab
masing-masing pihak dalam menyelenggarakan Posyandu adalah sebagai berikut:
A. Kader
a. Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:
₋ Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat.
₋ Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.
₋ Mempersiapkan sarana Posyandu.
₋ Melakukan pembagian tugas antar kader.
₋ Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
₋ Mempersiapan PMT penyuluhan.
b. Pada hari buka Posyandu, antara lain:
₋ Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.
₋ Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu.
₋ Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku register Posyandu.
₋ Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
₋ Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil
penimbangan serta memberikan PMT.
₋ Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai
kewenangannya.
₋ Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi
pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
c. Di luar hari buka Posyandu, antara lain:
₋ Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
serta bayi dan anak balita.
₋ Membuat diagram batang (balok) tentang jumlah semua balita yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku
KIA, jumlah balita yang Datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan
berat badannya naik.
₋ Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka .
₋ Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin
kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.
B. Petugas Puskesmas
₋ Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
₋ Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana sesuai dengan kehadiran
wajib petugas Puskesmas, pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya
diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka Posyandu lebih dari
satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader Posyandu
sesuai dengan kewenangannya.
₋ Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi kepada pengunjung
Posyandu dan masyarakat luas.
₋ Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada Puskesmas serta
menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan
Posyandu.
₋ Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap lbu Hamil, bayi dan anak balita serta
melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan.

C. Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)

a. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu kecamatan:
₋ Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu.
₋ Memberikan dukungan dalam Upaya meningkatkan kinerja Posyandu.
₋ Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

b. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja Posyandu desa/kelurahan:
₋ Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Posyandu.
₋ Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka Posyandu
₋ Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh Masyarakat untuk
berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.
₋ Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM), Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan lainnya.
₋ Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

c. Instansi/lembaga Terkait:
₋ Badan/Kantor/Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) berperan
dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan peran serta masyarakat,
pengembangan jaringan kemitraan, pengembangan metode pendampingan masyarakat,
teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan sebagainya.
₋ Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana
kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan
vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.
₋ SKPD KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota, berperan dalam penyuluhan, penggerakan peran
serta masyarakat melalui BKB dan BKL.
₋ BAPPEDA, berperan dalam koordinasi perencanaan umum, dukungan program dan
anggaran serta evaluasi.
₋ Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan
UKM, Dinas Perdagangan dan sebagainya, berperan dalam mendukung teknis operasional
Posyandu sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.

d. Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu:


₋ Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan Posyandu.
₋ Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber pendanaan
untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu.
₋ Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif pemecahan masalah
sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa/kelurahan.
₋ Melakukan bimbingan dan pembinaan, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi terhadap
pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu secara berkesinambungan.
₋ Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya masyarakat
dalam mengembangkan Posyandu.
₋ Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
₋ Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Posyandu kepada Kepala Desa/Lurah dan Ketua
Pokjanal Posyandu Kecamatan.

e. Tim Penggerak PKK:


₋ Berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.
₋ Menggerakkan peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu.
₋ Penyuluhan, baik di Posyandu maupun di luar Posyandu.
₋ Melengkapi data sesuai dengan Sistim lnformasi Posyandu (SIP) atau Sistim lnformasi
Manajemen (SIM).

f. Tokoh Masyarakat/Forum Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila telah terbentuk):


₋ Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Posyandu.
₋ Menaungi dan membina kegiatan Posyandu.
₋ Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam kegiatan Posyandu.

g. Organisasi Kemasyarakatan/LSM:
₋ Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam kegiatan Posyandu, antara lain: pelayanan
kesehatan masyarakat, penyuluhan, penggerakan kader sesuai dengan minat dan misi
organisasi.
₋ Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan Posyandu.

h. Swasta/Dunia Usaha:
₋ Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan Posyandu.
₋ Berperan aktif sebagai sukarelawan dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.

8. PEMBIAYAAN
A. Sumber biaya
Pembiayaan Posyandu berasal dari berbagai sumber, antara lain:
i. Masyarakat
₋ luran pengguna/pengunjung Posyandu.
₋ luran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
₋ Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok masyarakat.
₋ Sumber dana sosial lainnya, misal dana sosial keagamaan, zakat, infaq, sodaqoh (ZIS), dan
sebagainya.

Apabila Forum Peduli Kesehatan Kecamatan telah terbentuk, upaya pengumpulan dana dari
masyarakat ini seyogyanya dikoordinir oleh Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.

j. Swasta/Dunia Usaha Dunia Industri


Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat menunjang pembiayaan Posyandu.
Misalnya dengan menjadikan Posyandu sebagai anak angkat perusahaan. Bantuan yang diberikan
dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai sukarelawan Posyandu.
k. Hasil Usaha
Pengurus dan kader Posyandu dapat melakukan usaha yang hasilnya disumbangkan untuk biaya
pengelolaan Posyandu. Contoh kegiatan usaha yang dilakukan antara lain:
₋ Kelompok Usaha Bersama (KUB)
₋ Hasil karya kader Posyandu, misalnya kerajinan, Taman Obat Keluarga (TOGA)

l. Pemerintah
Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal pembentukan, yakni berupa
dana stimulan atau bantuan lainnya dalam bentuk sarana dan prasarana Posyandu yang
bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, APBDes dan sumber lain
yang sah dan tidak mengikat.

B. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana

a. Pemanfaatan Dana
Dana yang diperoleh Posyandu, digunakan untuk membiayai kegiatan Posyandu, antara lain
dalam bentuk:
₋ Biaya operasional Posyandu.
₋ Biaya penyediaan PMT.
₋ Pengganti biaya perjalanan kader.
₋ Modal usaha KUB.
₋ Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan

b. Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana dilakukan oleh pengurus Posyandu. Dana harus disimpan ditempat yang aman
dan jika mungkin mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya rutin disediakan kas kecil yang
dipegang oleh kader yang ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatat dan dikelola
secara bertanggungjawab.
Strategi penguatan kelembagaa Posyandu :
Strategi penguatan Lembaga kemasyarakatan desa ( posyandu ) :
a. Kepedulian Pemerintah desa
Kepedulian pemerintah desa terhadap Lembaga kemasyarakatan desa merupakan mandatori dari
peraturan perundang-undangan. Selama ini, belum maksimal pemerintah desa memberdayakan
Lembaga kemasyarakatan. Lembaga kemasyarakatan dalam berbagai aspek belum dioptimalkan.
Keterlibatan Lembaga kemasyarakatan tidak hanya terlibat dalam urusan perencanaan
Pembangunan seperti LPMD, posyandu juga sebagai LKD dapat memberikan masukan saat
musrenbangdes terkait persoalan Kesehatan, PKH, NKKBS, gizi, stunting, PAUD, kekerasan anak ,
KDRT dan lain sebagainya. LKD Posyandu juga dapat dilibatkan dalam melakukan pemantauan dan
evaluasi secara nyata. Tugas monitoring dan evaluasi selama ini belum dilibatkan oleh pemerintah
desa.
b. Meningkatkan SDM
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan Pembangunan desa.
Tanpa sumber daya manusia yang kuat, mustahil tujuan Pembangunan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Dalam berbagai organisasi baik pemerintah atau non
pemerintah bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting untuk sebuah tujuan
organisasi. SDM menjadi salah satu factor penentu kemenangan dalam persaingan global.
Termasuk SDM LKD harus mampu menjadi dinamisator dan katalisator pembangunan yang
berkeadilan.
c. Penguatan Organisasi
Organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Bersama. Tujuan LKD
adalah untuk membantu pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat, ikut menysusun
perencanaan Pembangunan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk
mewujudkannya diperlukan organisasi yang kuat yang bercirikan lengakap kepengurusan sesuai
peraturan perundang-undangan. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam
mewujudkan tujuan. Oleh karena itu memperkuat organisasi LKD Posyandu dengan kepengurusan
SDM yang muda dan visioner menjadi sangat penting. Persoalannya, belum banyak generasi muda
yang terlibat secara sukarela dalam organisasi LKD posyandu.
d. Memiliki perencanaan program
Perencanaan bagi sebuah organisasi merupakan gambaran tentang tujuan yang akan dicapai oleh
sebuah organisasi dalam kurun waktu tertentu. Tujuan akan dapat diwujudkan bila ada kejelasan
tentang program kerja, sumber daya, rentang waktu yang akan digunakan, dan kejelasan pihak-
pihak yang akan terlibat. Dalam perencanaan program harus sudah dirumuskan tahapan untuk
mencapai tujuan. Tahap awal harus melakukan apa, tahap berikutnya harus mengerjakan apa dan
seterusnya sudah dirumuskan dalam dokumen perencanaan program. Untuk menguatkan
kelembagaan LKD, perencanaan program 5 tahun dan 1 tahun harus sudah berisikan kegiatan-
kegiatan yang mendukung tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan Pembangunan
desa. Keberhasilan sebuah organisasi akan tercermin dalam rangkaian rencana yang telah dibuat
dan dapat dilaksanakan. Ukuran perencanaan program yang baik adalah yang realistis dari
berbagai aspek ( sumber daya, waktu, dll ) dan dapat dilaksanakan.
e. Dukungan Anggaran
Sebuah rencana program bila tidak didukung oleh anggaran maka tidak dapat dilaksanakan. Bila
diibaratkan antara perencanaan dan anggaran bagaikan dua sisi mata uang. Perencanaan tanpa
anggaran tidak dapat dijalankan, sebaliknya anggran tanpa ada rencana yang baik tidak akan tepat
sasaran. Sebuh organisasi seperti LKD harus didukung dengan anggaran yang memadai. Tanpa
anggaran yang memadai mustahil tugas dan fungsi yang disematkan padanya tidak akan dapat
dilaksanakan secara baik. Anggaran dari sumber pendanaan APBDes merupakan salah satu dari
sumber pendanaan yang dapat dialokasikan pada kelembagaan LKD. Yang menjadi persoalan
adalah kucuran anggaran dari APBDes apakah sudah sesuai dengan kebutuhan untuk
operasioanal dan pelaksanaan tugas dan fungsinya? Sebagian besar pemerintah desa belum
mengalokasikan anggaran untuk LKD dengan proporsional. Hanya LKD ( PKK ) yang secara rutin
teralokasikan anggarannnya dari APBDes atau sumber pendanaan lainnya untuk mendukung
program-program kerjanya.

Peran Posyandu dalam Pembangunan inklusi

1. KETRLIBATAN POSYANDU DALAM PEMBANGUNAN INKLUSI.

Konsep Pembangunan inklusi adalah program Pembangunan yang direncanakan, dilaksanakan dengan
melibatkan semua lapisan masyarakat dengan tidak memandang latar belakang ras, suku, agama dan antar
golongan. Konsep Pembangunan ini lebih diprioritaskan pada kalangan masyarakat rentan dari
kemiskinan, ketidak adilan, difabel, tuna wisma, dan lain sebagainya. Posyandu sebagai LKD dapat
berperan aktif dalam Pembangunan dengan konsep inklusi. Memberikan pelayana kesehatan, pendidikan,
ekonomi dan pelembagaan norma keluarga kecil sehat dan bahagia kepada semua masyarakat tanpa
melihat latar belakang suku, agama dan antar golongan.

2. JENIS KEGIATAN PELAYANAN DI POSYANDU DENGAN KONSEP INKLUSI


Seluruh kegiatan Posyandu untuk seluruh warga masyarakat tanpa melihat latar belakang suku, agama,
ras dan antar golongan. Posyandu memberikan pelayanan sesuai dengan tugas dan fungsinya menanamkan
nilai-nilai kehidupan keluarga dengan konsep keadilan dan kesetaraan. Dalam berbagai kegiatan,
penanaman nilai-nilai keadilan dan kesetaraan dalam pembangunan dimulai dari pendidikan anak usia
dini, remaja, dewasa dan lanjut usia.
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama dan
pilihan harus dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat.

a. Kegiatan utama mencakup :


₋ kesehatan ibu dan anak;
- keluarga berencana;
- imunisasi;
- gizi;
- pencegahan dan penanggulangan diare.
b. Kegiatan pilihan mencakup : masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan
utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya:
₋ Bina Keluarga Balita (BKB).
₋ Kelas lbu Hamil dan Balita.
₋ Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya:
llfeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio,
Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
₋ Pos Pendidikan Anak Usia Diri (PAUD).
₋ Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
₋ Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB- PLP).
₋ Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui
Taman Obat Keluarga (TOGA).
₋ Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (U P2K),
usaha simpan pinjam.
₋ Tabungan lbu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyaraka (Tabu mas).
₋ Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

Lembar Bacaan
PENGUATAN POSYANDU DALAM LAYANAN DASAR DAN INTEGRASI LAYANAN SOSIAL DASAR

1. Pelayanan Kesehatan berbasis siklus hidup yang mencakup:


a. Pelembagaan PHBS
Pola hidup bersih dan sehat bukan hanya milik orang-orang kerja kantoran, pekerjaan seperti petani,
pekebun, nelayan dan sebagainya sangat berkepentingan dengan pola hidup ini. Pola hidup bersih dan
sehat perlu ditanamkan sejak usia dini di lingkungan keluaraga. Orang tua menjadi role model yang
paling efektif untuk menanamkan kebiasaan hidup dengan pola hidup sehat. Saat seluruh dunia
dilanda virus yang mematikan, Covid-19, pola hidup bersih menjadi solusi yang paling ampuh untuk
menghindari terjangkitnya wabah ini. Kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun,
menutup mulut dengan masker merupakan kebiasaan yang untuk terhindar dari penyebaran virus
Covid-19. Sayang sekali kebiasaan yang baik saat pandemic Covid- 19 kini sudah mulai hilang.
Masyarakat sudah enggan menggunakan hand sanitizer, memakai masker dan menjaga jarak. Pola
hidup bersih dan sehat menjadi pembuktian yang nayata dalam menghindari penyebaran saat wabah
penyakit pandemic Covid-19.
b. Norma keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera
Penanaman keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera saat ini bukan saja menjadi keterpaksaan tetapi
sudah menjadi sebuah kebutuhan. Ayah, ibu dan 2 orang anak menjadi pola keluarga yang Bahagia. Di
Indonesia di kalangan generasi muda, banyak anak banyak rejeki tidak lagi digunakan sebagai filosofi
hidup. Banyak anak menjadi banyak tanggungan menjadi sebuah moto yang menjadi pandangan hidup
generasi muda saat ini. Dengan berbagai kebutuhan hidup seperti Pendidikan, rumah, Kesehatan dan
kebutuhan dasar lainnya bahwa norma keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera menjadi konsep
berkeluarga idaman generasi milenial saat ini.

c. Layanan ibu hamil


Apa itu Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil?

Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan menjadi hamil sehat.

Pengaturan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual bertujuan untuk mengurangi
angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir dengan:
1. menyiapkan kesehatan remaja, calon pengantin, dan/atau pasangan usia subur pada masa
sebelum hamil;
2. menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas;
3. menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
4. menjamin kualitas Pelayanan Kontrasepsi; dan
5. mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Kegiatan Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil dilakukan melalui pemberian komunikasi, informasi dan
edukasi; pelayanan konseling; pelayanan skrining kesehatan; pemberian imunisasi; pemberian
suplementasi gizi; pelayanan medis; dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

Komunikasi, informasi, dan edukasi diberikan melalui ceramah tanya jawab, diskusi kelompok
terarah, dan diskusi interaktif. Dilakukan dengan menggunakan sarana dan media komunikasi,
informasi, dan edukasi. Materi komunikasi, informasi, dan edukasi diberikan sesuai tahapan
tumbuh kembang dan kebutuhan masing-masing kelompok umur.

Pelayanan konseling dapat diberikan secara individual, berpasangan, atau kelompok.


Pelayanan konseling diberikan sesuai kebutuhan klien. Pelayanan konseling diberikan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau fasilitas lainnya.

Pelayanan skrining kesehatan dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang. Anamnesis dilakukan untuk memperoleh informasi tentang keluhan,
penyakit yang diderita, riwayat penyakit, faktor risiko, termasuk deteksi dini masalah
kesehatan jiwa.

Pemeriksaan fisik sedikitnya meliputi pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan status gizi,
pemeriksaan tanda dan gejala anemia, dan pemeriksaan fisik lengkap sesuai indikasi medis.
Pemeriksaan penunjang merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi
medis dan/atau kebutuhan program kesehatan. Dalam hal hasil pelayanan skrining ditemukan
permasalahan kesehatan, wajib ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan.

Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi dalam rangka menyiapkan kehamilan yang sehat bagi ibu
dan bayi. Pemberian imunisasi didasarkan pada hasil skrining status imunisasi.

Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk mengoptimalkan asupan gizi pada masa sebelum
hamil. Pelayanan medis merupakan tata laksana untuk menindaklanjuti masalah kesehatan
yang ditemukan pada masa sebelum hamil.

Apakah Pelayanan Kesehatan Masa Hamil itu?

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga melahirkan.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum
mulainya proses persalinan.

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan paling sedikit 6 (enam) kali selama masa kehamilan
meliputi 1 (satu) kali pada trimester pertama, 2 (dua) kali pada trimester kedua, dan 3 (tiga)
kali pada trimester ketiga. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi dan kewenangan dan paling sedikit 2 (dua) kali oleh dokter atau
dokter spesialis kebidanan dan kandungan pada trimester pertama dan ketiga.

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil yang dilakukan dokter atau dokter spesialis termasuk
pelayanan ultrasonografi (USG). Pelayanan Kesehatan Masa Hamil wajib dilakukan melalui
pelayanan antenatal sesuai standar dan secara terpadu.

Pelayanan antenatal sesuai dengan standar meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pengukuran lingkar lengan atas (LiLA), pengukuran tinggi puncak
rahim (fundus uteri). penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin, pemberian
imunisasi sesuai dengan status imunisasi, pemberian tablet tambah darah minimal 90
(sembilan puluh) tablet, tes laboratorium. tata laksana/penanganan kasus, dan temu wicara
(konseling) dan penilaian kesehatan jiwa.

Pelayanan antenatal secara terpadu merupakan pelayanan komprehensif dan berkualitas yang
dilakukan secara terintegrasi dengan program pelayanan kesehatan lainnya termasuk
pelayanan kesehatan jiwa. Pelayanan antenatal sesuai standar dan secara terpadu dilakukan
dengan prinsip:

1. deteksi dini masalah penyakit dan penyulit atau komplikasi kehamilan;


2. stimulasi janin pada saat kehamilan;
3. persiapan persalinan yang bersih dan aman;
4. perencanaan dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi; dan
5. melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarga dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil dan
menyiapkan persalinan dan kesiagaan jika terjadi penyulit atau komplikasi.

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil harus dicatat dalam kartu ibu/rekam medis, formulir
pencatatan kohort ibu, dan buku kesehatan ibu dan anak sesuai dengan ketentuan.

Ibu hamil yang mengalami keguguran wajib mendapatkan pelayanan kesehatan asuhan
pascakeguguran yang berupa pelayanan konseling dan pelayanan medis. Pelayanan konseling
dilakukan sebelum dan setelah pelayanan medis. Pelayanan konseling paling sedikit meliputi
konseling dukungan psikososial, konseling tata laksana medis/klinis, dan konseling
perencanaan kehamilan termasuk pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.

Pelayanan konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan. Konseling perencanaan kehamilan


diberikan sampai dengan 14 (empat belas) hari pascakeguguran dalam upaya perencanaan
kehamilan.
Pelayanan medis Ibu hamil yang mengalami kegugura meliputi tindakan pengeluaran hasil
konsepsi secara farmakologis dan/atau operatif, tata laksana nyeri, dan tata laksana
pascatindakan pengeluaran sisa hasil konsepsi. Pelayanan medis Ibu hamil yang mengalami
kegugura dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan oleh dokter atau dokter spesialis yang
memiliki kompetensi dan kewenangan.

Pelayanan Kesehatan Persalinan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada ibu sejak dimulainya persalinan hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan.

Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada ibu selama masa nifas dan pelayanan yang mendukung bayi yang
dilahirkannya sampai berusia 2 (dua) tahun.

d. Balita dan anak

Banyak yang beranggapan bahwa Posyandu hanya melayani anak-anak usia bayi dan balita. Namun
sebenarnya Posyandu memiliki layanan yang bermanfaat untuk pasangan usia subur, ibu hamil, bayi,
dan anak-anak. Di masyarakat, Posyandu bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk
memberikan layanan dan pemantauan kesehatan yang dilakukan secara terpadu.

Beberapa layanan yang disediakan Posyandu antara lain:

• Imunisasi
• Pemeriksaan kesehatan ibu dan anak
• Sosialisasi kesehatan

Berbeda dengan pekerja Puskesmas yang resmi diatur pemerintah, pengelola Posyandu umumnya
diserahkan pada masyarakat dan dibantu petugas kesehatan dari Puskesmas terkait. Selain itu, jika
Puskesmas beroperasi di hari kerja, layanan Posyandu hanya diadakan setidaknya sekali dalam
sebulan.

Salah satu tujuan utama diadakannya Posyandu adalah untuk menekan angka kematian ibu dan anak.
Dengan kegiatan yang diadakan Posyandu, diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan berupa
pemeriksaan dan edukasi sehingga peran ibu atau istri di keluarga dapat berjalan optimal.

Menurut buku Pegangan Kader Posyandu, Posyandu memiliki dua kegiatan utama yaitu keguatan
utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Kegiatan utama meliputi seluruh kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk kesehatan ibu dan anak, sedangkan kegiatan pilihan merupakan
kegiatan pengembangan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
e. Remaja.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap generasi remaja, pemerintah menghadirkan layanan remaja di
posyandu untuk mendampingi para remaja menghadapi fase-fase krusial dalam hidupnya.

Layanan remaja merupakan salah satu kegiatan berbasis kesehatan masyarakat khusus remaja, untuk
memantau dan melibatkan mereka demi peningkatan kesehatan dan keterampilan hidup sehat secara
berkesinambungan.

Setiap dusun atau RW biasanya mengadakan layanan remaja dengan beranggotakan maksimal 50
orang. Adapun kriteria kader posyandu untuk layanan terhadap remaja, yaitu berusia antara 10-18
tahun, mau secara sukarela menjadi kader, dan berdomisili di wilayah posyandu.

Berkaitan dengan hal ini, leyanan terhadap remaja juga menyediakan pelayanan kesehatan, termasuk
pemberian informasi kesehatan maupun informasi penting lainnya kepada remaja. Meski layanan ini
biasanya hanya dilaksanakan setiap sebulan sekali, ada banyak manfaat yang dapat diraih dari
program ini. Berikut adalah beberapa manfaat dari layanan remaja di posyandu.

1.Memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan

Layanan terhadap remaha berperan sebagai wadah pemberdayaan masyarakat, khususnya remaja,
perihal informasi dan pengetahuan mengenai kesehatan. Pengetahuan tersebut mencakup kesehatan
reproduksi remaja, masalah kesehatan jiwa, menanggulangi penyalahgunaan NAPZA, pemenuhan gizi,
aktivitas fisik, pencegahan penyakit tidak menular, dan kekerasan pada remaja.

2. Membekali remaja keterampilan hidup sehat

Manfaat lain adalah membekali remaja untuk memiliki keterampilan hidup sehat, sekaligus sebagai
aktualisasi diri dalam peningkatan derajat kesehatan mereka. Dengan adanya keterampilan ini,
diharapkan dapat membantu para remaja membentuk pribadi yang lebih baik dan berprinsip.

3. Sebagai sarana sosialisasi remaja

Selain memperoleh pengetahuan tentang kesehatan, layanan ini juga dapat menjadi sarana
sosialisasi antarsesama. Bertemu dengan teman sebaya, mengobrol, dan bertukar pikiran bisa saling
memberikan motivasi dan sugesti positif yang baik untuk perkembangan psikologis mereka.

4. Kesehatan akan terus terpantau

Kegiatan layanan ini diawali dengan pengecekan kesehatan secara menyeluruh. Pengecekan
kesehatan yang dilakukan setiap bulan sekali ini membantu remaja untuk memperoleh tumbuh
kembang yang optimal. Dengan begitu, kesehatan fisik maupun mental remaja akan terpantau
dengan baik.

Layanan remaja di Posyandu juga melakukan kegiatan pengecekan kesehatan dan konseling. Hanya
saja, layanan remaja lebih menekankan pada edukasi kesehatan remaja, atau lebih tepatnya
pemberdayaan untuk mengenali diri sendiri dan mengenali masalah dalam diri beserta solusinya.
Berikut ini penjelasan mengenai kegiatannya.
1. Pengisian kuisiner kesehatan

Bagi Anda yang baru pertama kali mengikuti kegiatan layanan remaja, biasanya setelah mendaftar
akan diarahkan untuk mengisi formulir data diri dan pengisian kuisioner kesehatan.

2. Pemeriksaan kesehatan

Kegiatan selanjutnya adalah pemeriksaan kesehatan, yang meliputi penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, mengukur tekanan darah, lingkar lengan atas dan lingkar perut, serta
pengecekan anemia pada remaja putri. Apabila ada tanda klinis anemia, seseorang akan dirujuk ke
fasilitas kesehatan.

3. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan akan diberikan sesuai dengan permasalahan masing-masing, seperti konseling,
pemberian obat atau vitamin, menjelaskan mengenai kondisi kesehatan tertentu, dan merujuk
remaja ke fasilitas kesehatan jika diperlukan.

4. Kegiatan berbeda setiap bulannya

Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama setelah semua remaja melewati beberapa tahap di atas.
Materi kegiatan ini dapat berupa penyuluhan, pemutaran film, bedah buku, pengembangan soft-
skill, atau senam.

Pelaksanaan materi kegiatan biasanya setiap bulan akan berbeda-beda sesuai dengan keputusan
kader posyandu.

f. Usia produktif dan lansia


- Layanan kesehatan lansia adalah wadah pelayanan untuk warga lanjut usia. Pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini membuat program dan
layanan yang tersedia bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat di daerah
tersebut.
- ada susunan kepengurusan yang akan menjalankan program-program yang telah dirancang.
Program-program tersebut umumnya dititikberatkan pada upaya penyuluhan dan pencegahan
penyakit.
- Secara umum, layanan khusus lansia di Posyandu menyasar masyarakat dengan kriteria sebagai
berikut:

1. Sasaran langsung
Sasaran langsung Posyandu untuk lansia meliputi:
• Pra usia lanjut (45-59 tahun)
• Usia lanjut (60 tahun ke atas)
• Usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas)

2. Sasaran tidak langsung


Sementara itu, sasaran tidak langsung Posyandu khusus lansia meliputi:
• Keluarga lansia
• Organisasi sosial di bidang pembinaan orang lanjut usia
• Masyarakat luas
Tujuan Layanan Lansia di Posyandu a

Tujuan didirikannya layanan ini tak lepas dari semangat untuk memberikan pelayanan kesehatan
lansia sebaik mungkin agar kelompok usia ini bisa mencapai kesejahteraan, baik secara fisik maupun
psikis.

Secara khusus, tujuannya yakni:

• Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk


layanan kesehatan yang dapat mengakomodir kebutunan lansia
• Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran masyarakat maupun pihak lainnya
• Meningkatkan komunikasi antar masyarakat usia lanju

2. Integrasi pelayanan sosial dasar :


a. pelayanan bidang ekonomi
b. pendidikan,
c. lingkungan hidup dan
d. layanan lainnya sesuai kebutuhan
Lembar Bacaan

Penyusunan Program Kerja Posyandu


Dalam penyusunan program kerja tahunan mengacu pada program kerja 5 tahunan dengan
menggunakan format tahunan. Format program kerja 1 tahun mengacu formulir 5 tahunan yang
diturunkan pada progran 1 tahun. Kolom-kolom item format 1 tahunan terdiri dari : Nomor, Bidang/
jenis kegiatan, lokasi, perkiraan volume, sasaran/manfaat, waktu pelaksanaan, taksiran biayadan
sumber pmbiayaan, dan perkiraan pola pelaksanaan.
LAPORAN PROGRAM KERJA

You might also like