You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai perbandingan tingkat


kecenderungan pengguna Instagram dan TikToK pada mahasiswa ilmu
komunikasi UNSRI 2018 jelang Pemilu 2024. Maka dari itu, penelitian ini akan
mengacu kepada teori yang disampaikan oleh Katz, Gurevitch, dan Haas tentang
kebutuhan informasi. Dimana diasumsikan bahwa masyarakat dapat
menggunakan serta menentukan jenis media sumber informasi yang ingin dipakai
dalam mendapatkan informasi sejalan dengan kebutuhan mereka.

2.2 Media Sosial

Nasrullah (2015) menyebutkan bahwa media sosial merupakan platform


yang memungkinkan antar pengguna internet dalam berbagi informasi,
berinteraksi, berkolaborasi, serta membangun ikatan sosial secara virtual. Hal ini
mencakup tiga elemen, yakni pengenalan (cognition), komunikasi (communicate)
dan kerjasama (cooperation). Dalam era modern, pemanfaatan jejaring sosial
dengan media elektronik menjadi hal baru dan sudah mulai menjadi kebiasaan
bagi masyarakat untuk berkomunikasi, dimana dampaknya terasa dalam berbagai
aspek kehidupan. Nasrullah (2015) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa
penggunaan media sosial dan internet di Indonesia mencapai sekitar 15%
penetrasi internet angka tersebut cukup tinggi, dikatakan pula lebih dari 38 juta
dari total penduduk sekitar 62 juta orang merupakan pengguna internet. Selain itu,
hampir 3 jam pengguna telepon genggam menghabiskan waktu dengan
mengakses internet dan menggunakan media sosial setiap harinya. Dengan jumlah
pengguna media sosial yang begitu tinggi di Indonesia, muncul banyak peluang
untuk memaksimalkan media sosial selain sebagai alat komunikasi, juga
menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana penggunaan media sosial bisa secara
efektif berinteraksi serta memilih informasi yang didapatkan di media sosial.

12
Media sosial adalah jenis platform online yang memungkinkan pengguna
untuk berbagi, terlibat, dan membuat informasi melalui jejaring sosial seperti
blog, wiki, forum, dan dunia maya. Konsep media sosial mulanya didasarkan pada
teknologi Web 2.0 dan ideologi yang memberikan kesempatan kepada pengguna
untuk menciptakan konten atau membuat kreativitas sendiri serta dapat berbagi
dan bertukar konten atau informasi yang dibuat oleh sesama pengguna internet
sendiri (user-generated content) (Kaplan & Haenlein, 2010). Kini terdapat
beragam media sosial yang sedang populer, di antaranya ialah Instagram, TikTok,
Facebook, WhatsApp, Twitter, YouTube, dan lain sebagainya (We Are Social).

Ketika seseorang menggunakan media sosial, ada banyak motivasi yang


dapat mendorongnya. Motivasi tersebut dapat berupa keinginan untuk
berkomunikasi dengan orang lain, memperoleh informasi terbaru, berbagi
informasi, atau bahkan menunjukkan eksistensi diri dengan menggunakan media
sosial. Beberapa orang memilih untuk memanfaatkan media sosial yang lebih
terbuka seperti Instagram, TikTok, Youtube, atau Twitter, untuk menunjukkan
eksistensi diri mereka di depan masyarakat luas. Dalam beberapa tahun terakhir,
pengguna media sosial di Indonesia hingga saat ini telah mengalami
perkembangan jumlah yang sangat pesat.

Menurut penelitian Nielsen, Indonesia mengalami peningkatan pengguna


internet sebesar 26%. Dimana masyarakat Indonesia menghabiskan waktu sekitar
1,5 jam menggunakan akses internet setiap hari. Di Indonesia, jumlah pengguna
telepon genggam saat ini mencapai 180 juta dari total 220 juta penduduk
Indonesia menurut data ICT Watch. Menurut data Napoleon Cat, ada 106,72 juta
pengguna media sosial di Indonesia hingga Februari 2023. Para ahli memiliki
definisi media sosial yang berbeda-beda:

1. Antony Mayfield (2008) menggambarkan media sosial sebagai media


yang memungkinkan pengguna media sosial untuk berpartisipasi, berbagi,
serta menciptakan peran, terutama melalui jejaring sosial, blog, forum
maya, wiki atau ensiklopedia online dan virtual worlds (dengan
avatar/karakter 3D).

13
2. Philip Kotler dan Kevin Keller (2012:568) mendefinisikan media sosial
sebagai sarana pengguna dalam berbagi informasi dalam bentuk gambar,
teks, audio, serta video antar sesama pengguna, perusahaan, atau
sebaliknya.
3. Tracy L. Tulen dan Michael R. Solomon (2014) mengartikan media sosial
sebagai media dalam melakukan komunikasi, kolaborasi, dan penyebaran
daring yang dilakukan baik antara individu, masyarakat, serta organisasi
yang saling tergantung serta terhubung dengan dukungan teknologi.
4. Henderi, dkk. (2007: 3) mendefinisikan media sosial sebagai layanan
berbasis web di mana setiap individu dapat membuat profil publik atau
semi publik pada sistem terbatas, memilih pengguna lain yang dapat
terhubung dengan mereka, dan melihat serta mengetahui daftar koneksi
mereka yang dihasilkan oleh individu lain yang menggunakan sistem
tersebut.
5. Russo, J.Watkins, L.Kelly dan S. Chan (2008) mendefinisikan media
sosial sebagai instrumen yang menyediakan fasilitas untuk komunikasi,
jaringan, maupun kolaborasi melalui jaringan internet.
6. Andreas Kaplan dan Michael Haenlien (2010) menjelaskan bila media
sosial ialah sekelompok aplikasi yang basisnya adalah internet dan
dibangun di atas ideologi serta teknologi Web 2.0, yang memungkinkan
penciptaan serta pertukaran user generated content.
7. Caleb T. Carr dan Rebecca A. Hayes (2015) mengartikan media sosial
sebagai media yang berbasis internet yang memungkinkan pengguna nya
melakukan interaksi serta mempresentasikan diri, baik secara seketika
ataupun tertunda, dengan publik atau tidak, dengan dukungan konten
yang dibuat oleh pengguna serta persepsi interaksi dengan orang lain.

Media sosial telah membangun sebuah kekuatan besar dalam


membentuk pola perilaku dan berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat. hal
ini yang membuat fungsi media sosial sangat besar. Adapaun fungsi media sosial
diantaranya sebagai berikut:

14
a) Media sosial mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.
Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan
itu sendiri.
b) Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluar interaksi
sosial manusia dengan menggunakan internet dan teknologi web.
c) Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media
siaran dari dari satu institusi media ke banyak audience ke dalam praktik
komunikasi dialogis antara banyak audience.

Selain itu terdapat pendapat lain menurut Puntoadi (2011: 5), yaitu
pengguna media sosial berfungsi sebagai berikut:

a) Keunggulan membangun personal branding mellui sosial media adalah


tidak mengenal trik atau popularitas semu, karena audensilah yang
menentukan. Berbagai media sosial menjadi media untuk orang
berkomunikasi, berdiskusi dan bahkan memberikan sebuah popularitas di
media sosial.
b) Media sosial memberikan sebuah kesempatan yang berfungsi untuk
berinteraksi lebih dekat dengan konsumen. Media sosial menawarkan
sebuah konten komunikasi yang lebih individual. Melalui media sosial
pula berbagai para pemasar dapat mengetahui kebiasaan dari konsumen
mereka dan melakukan suatu interaksi secara personal, serta dapat
membangun sebuah ketertarikan yang mendalam.

2.3 Karakteristik Media Sosial

Pada media sosial terdapat berbagai karakteristik khusus dimana tidak


terlepas dari berbagai macamnya dan seperti yang banyak dipakai sekarang.
Beberapa karakteristik media sosial adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi, mendorong kontribusi dan interaksi timbal balik di antara


beragam individu yang tertarik atau berkepentingan untuk
memanfaatkannya, sehingga batas antara media dan khalayak menjadi
kabur.

15
2. Keterbukaan, mayoritas dari media sosial yang terbuka untuk umpan balik
serta partisipasi lewat berbagai sarana voting, berbagi, serta komentar.
Biasanya batasan dalam mengakses serta memanfaatkan isi pesan
(perlindungan password terhadap isi cenderung dinilai aneh).
3. Perbincangan, terdapat kesempatan terjadinya interaksi atau perbincangan
oleh pengguna secara dua arah atau saling respon.
4. Keterhubungan, Mayoritas media sosial bekembang dengan sangat pesat
dikarenakan adanya sebuah kemampuan yang bisa menyediakan
hubungan antar pengguna melalkui komunikasi dua arah, lewat sebuah
fasilitas tautan (links) ke website, sumber informasi serta untuk pengguna
yang lain.

Kotler dan Keller berpendapat bahwa terdapat tiga macam platform


yang utama dalam media sosial, antara lain:

1. Online Communities And Forums. Komunitas online serta forum tersebut


hadir di berbagai bentuk serta ukuran di mana banyak diciptakan oleh
pelanggan maupun kelompok tanpa adanya afiliasi perusahaan maupun
bunga komersial. Berbagai hal ini disponsori oleh perusahaan yang
anggotanya berkomunikasi dengan perusahaan dan satu sama lain melalui
posting, pesan, pesan instan, dan obrolan untuk melakukan diskusi
tentang minat khusus yang mungkin terkait dengan mereka dan produk
perusahaan.
2. Blogs. Tiga juta pelanggan blog memiliki karakteristik yang beragam.
Sebagian blog terbatas untuk keluarga dan teman dekat, sedangkan
sebagian blog lain dirancang untuk menjangkau dan memengaruhi
masyarakat umum.
3. Social Networks. Media sosial telah muncul sebagai kekuatan yang kuat
baik dalam pemasaran konsumen maupun business-to-business. Salah
satunya dari Instagram, Facebook, Twitter, dan Messenger. Jaringan yang
beragam ini membawa manfaat yang berbeda bagi perusahaan.

Menurut Puntoadi (2011:34) ada beberapa jenis media sosial, antara lain
sebagai berikut:

16
1. Bookmarking. Berbagai alamat sebuah website yang menurut penggunanya
menarik minat pengguna itu sendiri. Bookmarking memungkinkan individu
berbagi tautan dan tag menarik dengan orang lain. Tujuannya adalah agar
setiap individu dapat menikmati hal-hal yang disukainya.
2. Content Sharing. Setiap individu memberikan pilihan materi dan publikasi
untuk dibagikan kepada orang lain melalui banyak situs ini. YouTube dan
Flickr adalah situs web berbagi konten yang populer dengan basis
pengguna yang besar.
3. Wiki. Wiki adalah situs dengan berbagai fitur, seperti situs berbagi
pengetahuan, Wikitravel, yang berfokus pada pembahasan informasi lokasi,
dan pendekatan komunitas yang lebih eksklusif.
4. Flickr. Adalah situs web milik Yahoo yang berfokus pada berbagi gambar
di seluruh dunia dengan kontributor profesional di setiap subjek fotografi.
Flickr mengembangkan "photo catalog" di mana komoditas apa pun dapat
diiklankan.
5. Social Network. Social network adalah aktivitas yang melibatkan
penggunaan karakteristik situs web tertentu untuk menciptakan hubungan
dan terlibat dengan orang lain. Situs jejaring sosial ini termasuk Facebook,
LinkedIn, dan MySpace.
6. Creating Opinion. Media sosial menyediakan tempat bagi individu di
seluruh dunia untuk menyuarakan pikiran mereka. Hal tersebut akan
menyediakan mekanisme bagi individu di seluruh dunia untuk membagikan
pemikiran dan ide mereka. Lewat creating opinion, semua individu bisa
menulis, menjadi jurnalis sekaligus menjadi komentator.

Kaplan dan Haenlein melalui penerapan satu set teori dalam bidang riset
media dan proses social yang diterbitkan pada tahun 2010, memberikan gagasan
mengenai berbagai jenis media sosial antara lain:

1. Konten. Pengguna situs tersebut mengklik seluruh konten saham-konten


media, yaitu gambar, video, ebook dan lain sebagainya.
2. Proyek Kolaborasi. Situs tersebut membuat pengguna dapat menambah,
mengubah maupun menghapus ssebuah konten yang terdapat dalam
website ini. Misalnya wikipedia.

17
3. Blog serta Microblog. Pengguna dengan bebas meluapkan sebuah hal
seperti ventilasi ataupun melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah
seperti twitter.
4. Virtual Game World. Virtual game world merupakan lingkungan virtual
tiga dimensi yang dibuat dengan menerapkan kembali sesuatu ke bentuk
yang diinginkan dan berinteraksi dengan orang lain baik di dunia virtual
maupun dunia nyata.
5. Virtual Social World. Jenis media ini membuat pengguna merasa hidup
dalam dunia maya, seperti dunia game virtual dengan melakukan interaksi
terhadap orang lain. Tetapi, dunia virtual sosial ini lebih luas serta lebih
mengarah ke kehidupan lain seperti second life.

2.4 Teori Uses and Gratification

Meskipun istilah "uses and gratifications" belum diciptakan, para


ilmuwan mulai menggunakannya pada awal 1940-an. Herta Herzog (1944) adalah
seorang peneliti yang memulai studi tentang kegunaan dan kepuasan dengan
mengkategorikan beberapa alasan mengapa individu memilih media tertentu.
Herta mewawancarai pecinta sinetron dan menemukan tiga macam kepuasan,
yaitu emosi, belajar, dan wishful thinking. Pendekatan uses and gratifications
pertama kali diajukan pada tahun 1959 untuk menjawab pertanyaan terkait dengan
apa yang dilakukan media terhadap massa.

Herbert Blumer dan Elihu Katz merupakan orang pertama yang


memperkenalkan teori ini. Di tahun 1974, teori kegunaan dan kepuasan
dikenalkan lewat buku The Uses of Mass Communications: Current Perspectives
on Gratification Research. Teori Blumer dan Katz menekankan bahwa konsumen
media berperan aktif dalam memutuskan dan memanfaatkan media. Konsumen
media adalah peserta aktif dalam proses komunikasi; mereka akan mencari
sumber media terbaik untuk memenuhi tuntutan mereka. Ini berarti bahwa teori
kegunaan dan kepuasan mengandaikan bahwa pengguna memiliki pilihan
alternatif untuk memenuhi keinginan mereka.

Pendekatan teori uses and gratifications lebih berkaitan dengan perhatian


pengguna terhadap konten media dalam memperoleh kepuasan atas keinginan

18
individu, dimana pengguna aktif secara sadar memanfaatkan media untuk
memenuhi kebutuhannya. Tidak seperti teori komunikasi massa lainnya yang
menekankan pada konsumsi media, pendekatan penggunaan dan gratifikasi
berfokus pada penyediaan kekuatan masyarakat atas media mana yang akan
dikonsumsi atau dipilih. Masyarakat berperan aktif dalam memaknai dan
memasukkan media ke dalam kehidupannya. Dalam uses and gratifications,
masyarakat mempunyai tanggung jawab pada pemilihan media dalam mencukupi
keperluannya.

Teori uses and gratification lebih memfokuskan ke dalam pendekatan


manusiawi untuk melihat media. Hal tersebut berarti, manusia memiliki otonomi,
maupun wewenang dalam memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bila
tidak hanya terdapat satu cara untuk masyarakat dalam memakai media.
Kebalikannya, Blumer dan Katz percaya bila terdapat beragam alasan untuk
masyarakat mengakses media. Menurut pandangan ini, konsumen media memiliki
fleksibilitas untuk memilih bagaimana dan melalui media apa mereka menyerap
media dan bagaimana media mempengaruhi mereka.

Dapat dikatakan bahwa alasan individu menggunakan media adalah


keadaan sosio-psikologis yang dianggap sebagai masalah masyarakat, dan
masyarakat menggunakan media untuk mengatasi berbagai kesulitan tersebut.
Menurut paradigma penggunaan dan kepuasan, isu kuncinya bukanlah bagaimana
media memengaruhi pandangan dan perilaku orang, tetapi bagaimana media
memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial orang. Sehingga, fokus utamanya adalah
pada audiens yang terlibat yang memanfaatkan media untuk mencapai tujuan
tertentu.

Dapat diketahui bahwa penelitian tentang penggunaan dan gratifikasi


dalam disiplin studi media tidak memberikan teori penggunaan media yang
terpadu. Selain itu, penggunaan dan gratifikasi dipandang sebagai konsep terpadu
yang memenuhi hubungan antara kenikmatan media dan penggunaan media.
Kegunaan dan kepuasan lebih terfokus pada psikologi, yang menyiratkan bahwa
mereka bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang banyak
fungsi psikologis dari konsumsi media.

19
Katz, Blumer dan Gurevitch menyajikan asumsi utama dari teori uses
and gratification, yaitu sebagai berikut: (1) Masyarakat yang aktif dan
penggunaan medianya berorientasi pada tujuan. Asumsi dalam teori tersebut
membahas keterlibatan masyarakat dan penggunaan media yang ditujukan untuk
tujuan tertentu; (2) Upaya menghubungkan pemenuhan kebutuhan masyarakat
dengan pilihan media. Karena manusia adalah agen aktif yang berinisiatif, premis
ini mengaitkan pemenuhan kebutuhan dengan pemilihan medium yang ada dalam
masyarakat. Kesimpulannya adalah bahwa masyarakat memiliki tingkat otonomi
yang berbeda-beda dalam proses komunikasi massa; (3) Untuk memenuhi
tuntutan mereka, media harus bersaing dengan berbagai sumber yang berbeda.
Kebutuhan yang dipengaruhi oleh media akan muncul secara lebih umum,
demikian pula bagaimana kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui konsumsi media,
yang sangat bergantung pada perilaku individu yang terlibat. Media bersaing
dengan sumber lain untuk memuaskan keinginan, yang menunjukkan bahwa
media dan masyarakat tidak dalam keadaan damai. Keduanya adalah bagian dari
komunitas yang lebih besar, dan masyarakat mempengaruhi interaksi antara media
dan masyarakat; (4) Individu memiliki kesadaran diri yang cukup tentang
penggunaan media mereka, yang juga dimotivasi oleh minat dan alasan, untuk
menyajikan gambaran yang akurat tentang penggunaan tersebut; (5) Dalam
permasalahan ini, peneliti menggunakan teori uses and gratifications untuk
mengkaji hubungan antara konsumsi media dan pemenuhan kebutuhan. Riset
seringkali melibatkan komponen motif untuk persyaratan serta alternatif
fungsional dalam menghadapi kebutuhan.

2.5 Teori yang Digunakan

Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana


responden dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Sriwijaya 2018, akan memilih portal berita digital menjelang Pemilu 2024.
Peneliti memilih teori kebutuhan informasi sebagai landasan teori penelitian ini
untuk mengetahui perbandingan tingkat kecenderungan mahasiswa dalam
memilih portal berita digital menjelang pemilu 2024 antara penggunaan media
sosial Instagram dan TikTok, karena teori ini berkaitan dengan perilaku khalayak
untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka.

20
2.5.1 Teori Kebutuhan Informasi

Dalam penelitian ini, peneliti juga memanfaatkan teori kebutuhan


informasi sebagai acuan untuk mempelajari preferensi mahasiswa terhadap portal
berita digital dibandingkan aplikasi media sosial Instagram dan TikTok dalam
memenuhi kebutuhan informasi mereka. Peneliti menerapkan teori ini
berdasarkan pemeriksaan ide yang lebih lengkap, kemudian melakukan studi
mendalam untuk menentukan jumlah kemanjuran antara kedua aplikasi media
sosial tersebut.

Teori kebutuhan informasi adalah suatu teori dimana penelitian


dilakukan terhadap pemirsa dan khalayak untuk memutuskan pemilihan suatu
media berdasarkan kebutuhan mereka, khususnya kebutuhan informasi.
Kebutuhan informasi bisa disebut sebagai sebuah situasi di mana sebuah
informasi tertentu mempunyai kontribusi maupun pengaruh yang memiliki
dampak besar pada sebuah tujuan maupun pencapaian seperti pengambilan
keputusan, menjawab pertanyaan, mencari sebuah fakta, serta memecahkan
maupun memahami sebuah permasalahan tertentu.

Dengan hadirnya media sosial di era digital ini, publik mulai


menggunakannya dengan tujuan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka.
Oleh karena itu, teori kebutuhan informasi mempunyai hubungan dengan
penentuan media yang dipakai oleh publik dalam memenuhi kebutuhan mengenai
informasi mereka. Maka dari itu, teori tersebut sejalan dengan fenomena yang
terjadi di latar belakang masalah penelitian ini, yaitu tentang perbandingan tingkat
kecendrungan pengguna Instagram dan TikTok pada mahasiswa Ilmu Komunikasi
UNSRI 2018 jelang pemilu 2024.

2.6 Kerangka Teori

Teori kebutuhan informasi digunakan oleh peneliti sebagai landasan teori


dalam penelitian ini. Teori ini secara singkat menegaskan bahwa pemirsa atau
audiens memiliki kemampuan untuk menentukan media apa yang mereka
butuhkan untuk memenuhi tujuan dan kebutuhan mereka. Teori ini merupakan
teori yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini karena tujuan dari penelitian

21
ini adalah untuk mengetahui bagaimana khalayak yaitu Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Universitas Sriwijaya angkatan 2018 dapat memilih portal berita
digital mana yang disukai menjelang Pemilu 2024 menggunakan kedua media
sosial tersebut, yaitu aplikasi Instagram dan TikTok.

Adapun pada teori kebutuhan informasi, terdapat 5 dimensi guna


mengetahui kebutuhan informasi publik, antara lain:

1. Kebutuhan Kognitif, adalah memberikan kekuatan dalam penambahan


informasi, pemahaman, pengetahuan dan wawasan dari lingkungan sekitar.
Jadi kebutuhan kognitif memberikan rasa ingin tahu seseorang meningkat.
2. Kebutuhan Afektif adalah kebutuhan yang memberikan rasa
menyenangkan dalam pengalaman di sosial media, artinya sudah
merasakan pahit manisnya dalam menggunakan sosial media.
3. Kebutuhan Integrasi Personal, adalah kredibilitas dan kepercayaan diri
seseorang untuk memenuhi hasratnya dalam mencari jati diri.
4. Kebutuhan Integrasi Sosial adalah kemampuan seseorang dalam memenuhi
hasrat untuk bergabung bersama kelompok atau tim agar suatu tujuan dan
keinginan tercapai.
5. Kebutuhan berimajinasi, merupakan kebutuhan mata pencaharian yang
mencari kesenangan hiburan untuk melepas penat atau mencari kesenangan
pribadi.

2.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah hasil dari berpikir kritis dalam bentuk


deskripsi yang menilai probabilitas temuan penelitian dan mengarahkan peneliti
pada perumusan hipotesis. Menurut pemaparan buku Metodologi Penelitian
Pegangan untuk Menulis Karya Ilmiah, manfaat Kerangka Pemikiran antara lain
peneliti bisa secara jelas menyatakan berbagai variabel apa saja yang akan diteliti
dari teori yang diturunkan, dan alasan mengapa hanya variabel-variabel tersebut
yang diteliti. Peneliti lewat kerangka pemikiran bisa secara jelas menyampaikan
asal-usul variabel. Kerangka pemikiran berguna untuk mementuk persepsi yang
sama antara peneliti dengan pembaca terhadap beberapa alur pemikiran dengan
tujuan membentuk hipotesis riset yang logis.

22
Kerangka konseptual juga dapat disebut sebagai kerangka pikiran.
Menurut Nawawi (1995:40), konsep adalah ungkapan yang melambangkan suatu
gagasan abstrak yang dihasilkan melalui proses generalisasi objek atau hubungan
fakta-fakta yang beragam yang dikumpulkan melalui pengamatan.

Gambar 2.1
Alur Kerangka Pemikiran

Mahasiswa Ilmu
Komunikasi 2018
UNSRI
5 Dimensi Teori Kebutuhan
Informasi:
Kebutuhan Informasi 1. Kebutuhan Kognitif
Jelang Pemilu 2024 2. Kebutuhan Afektif
3. Kebutuhan Integrasi
Personal
Preferensi Pemilihan Media 4. Kebutuhan Integrasi
Sosial
5. Kebutuhan Berkhayal
Instagram TikTok

Kebutuhan Informasi Jelang


Pemilu 2024 Terpenuhi

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan


dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya di
samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian
serta menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini peneliti
mencamtumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang
hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah
terpublikasikan atau belum terpublikasikan. Berikut merupakan penelitian
terdahulu yang masih terkait dengan tema yang peneliti kaji. Adapun penelitian
terdahulu pada penelitian ini yaitu:

23
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian


1 Dwi Rizqi Studi Komparatif Hasil penelitian ini
Mulyani, 2022 Efektivitas TikTok dan menunjukan bahwa
Instagram Terhadap adanya hubungan korelasi
Keterbukaan Diri yang positif antara
Mahasiswa Universitas Instagram dan TikTok
Pancasakti Tegal terhadap keterbukaan diri
mahasiswa
Perbedaan: Penelitian ini menganalisis perbandingan efektivitas antara
Instagram dan Tiktok yang mempengaruhi keterbukaan diri Mahasiswa
Universitas Pancasakti Tegal
2 Dea Indriani Penggunaan Akun Menurut temuan
Lubis, 2019. Instagram penelitian ini, followers
@palembangterkini @palembangterkini
Dalam Pemenuhan mendapatkan skor yang
Kebutuhan Informasi sangat tinggi dalam
Followers di Kota memenuhi kebutuhan
Palembang informasi mereka.
Perbedaan: Analisis intensitas penggunan sosial media aplikasi instagram
di wilayah kota Palembang.
3 Ali Akbar, 2019 Efektifitas Youtube Temuan penelitian ini
Sebagai Media menunjukkan bahwa
Penyebaran Informasi platform YouTube
(Studi pada Serambi on berhasil menyampaikan
TV) informasi, terlihat dari
meningkatnya
engagement, seperti
jumlah subscriber akun
YouTube Serambi on TV.
Perbedaan: Penelitian ini menganalisis seberapa efektif Serambi On TV
menggunakan platform Youtube dengan tujuan menyebarkan informasi
Sumber: Diolah oleh Peneliti

24

You might also like