You are on page 1of 101

Judul Asli : AL-IMAN

Karya : Abdul Majid Az-Zandany dkk.


Penerbit : Darul Qalam. Damaskus
Edisi : Ketiga, 1984
Alih Bahasa : Drs. Yudian Wahyudi Asmin
Zaenal Muhtadin Mursyid
Penyunting : Team Redaktur Pustaka Al-Kautsar
Desaign muka : Pro-Graphic Studio
Khaththath : Ali Z
Cetakan I : Oktober 1990
Cetakan IV : Juli 1993
Penerbit : PUSTAKA AL-KAUTSAR - Jakarta

Dilarang memperbanyak isi buku ini tanpa izin tertulis penerbit


Hak terjemahan dilindungi undang-undang
All Rights Reserved
KATA PENGANTAR
Segala puja dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas taufik dan iradah-Nya kami dapat menerbitkan buku ini ke hadirat sidang pembaca.
Buku "Al-Iman" ini merupakan buah pena al-Ustadz Abdul Majid Az-Zandany yang telah
mendapat pengesahan/rekomendasi dari seratus ulama, sebagai buku standart untuk
pendidikan. Abdul Majid az-Zandany juga berkedudukan selaku Sekretaris Jendral
Komisi Riset Al-Qur'an dan Sunnah pada Rabithah 'Alam Islamy Mekkah.
Ide penerbitan buku ini bermula dari hasrat ikhwan-ikhwan penerbit yang menginginkan
buku "Al-Iman" yang berbahasa arab itu diindonesiakan agar memudahkan para aktivis da'i
dan pemuda Islam umumnya memperoleh bekal yang memadai akan pemahaman
keimanannya. Namun masih ada kesulitan ketika naskah itu berhasil diterjemahkan.
Sistimatika buku aslinya mungkin terasa tidak enak jika disajikan apa adanya. Untuk itu
kami terpaksa merombak sistimatika buku semampu kami, agar memudahkan
pembaca menerima sajian ini. Sedang kekurangan penerjemahan telah diperbaiki oleh
Drs. M. Thalib.
Dengan demikian ucapan terima kasih, kami haturkan kepada pihak-pihak di atas
yang turut membantu demi penyempurnaan buku ini. Bagi rekan-rekan pembaca, segala
kritik dan saran yang membangun akan kami terima dengan senang hati untuk
perbaikan edisi-edisi mendatang, insya Allah. Cukuplah Allah menjadi pelindung
kami.

PENDAHULUAN

.ihI'*hX+phO'goID6XDkAjD(K'gb)FKvD@+v'gvD(K'g"3&w]fhS)
Alhamdulillah. Kami memuji, mohon pertolongan dan mohon ampun kepada-Nya.
Kami berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa dan amal kami. Barangsiapa diberi
petunjuk oleh Allah maka tiada yang bisa menyesatkannya. Sebaliknya, barangsiapa
disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang memberinya petunjuk. Kami bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah yang tiada bersekutu. Kami bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan Allah.
Kewajiban pertama yang harus dilakukan oleh seseorang ialah mengetahui Allah SWT
melalui jalur ilmu. Allah SWT berfirman:
Ketahuilah bahwa tiada Tuhan selain Allah". (Muhammad: 19).
Ia harus mengetahui utusan Tuhannya dan kebenaran risalahnya, juga melalui jalur
ilmu. Allah SWT berfirman:

 36gvogFcE:)3kmpkXo&lkc_Agb5ljb*gGm3kmihY)lk]
"Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang
berakal saja yang dapat mengambil pelajaran". (Ar-Ra'd: 19).
Ia harus mengetahui akhir dari perjalanan yang ditempuhnya, di samping harus
mengetahui agama Tuhannya yang diperintahkan untuk diikuti.
Jika kedudukan ilmu ditentukan oleh kedudukan obyeknya, maka ilmu iman adalah
suatu ilmu yang berkaitan dengan pengenalan kepada Allah, Rasul dan agama Allah.
Jika makna penting dari suatu amal disesuaikan dengan kemanfaatan yang akan dinikmati
oleh seseorang, maka ilmu iman akan mewujudkan kebahagiaan dan kemenangan
besar kepada manusia, baik di dunia ataupun di akhirat.
Allah telah menjanjikan banyak hal di dunia kepada orang-orang yang beriman, yang
antara lain adalah :

1. Kemenangan atas musuh-musuh mereka. Allah berfirman:

l*nj.kgFPm3n*hX3a@3c
"Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman". (Ar-Rum:
47).

2. Membela orang-orang Mukmin. Allah SWT berfirman:

onjl)EglXW]D)+
"Sungguh, Allah membela orang-orang yang telah beriman". (Al-Hajj: 38).

3. Menjadi wali mereka. Allah SWT berfirman:

"Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman". (Al-Baqarah: 257).


4. Memberi petunjuk kepada mereka. Allah SWT berfirman:

i*a:JjFOpgonjl)Eg3(g+
"Sungguh, Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman
kepada jalan yang lurus". (Al-Hajj: 54).

5. Menjamin bahwa orang-orang kafir tidak akan bisa menguasai mereka. Allah SWT
berfirman:

w*6Il*nj.kgphXl)F]3ehg$+fY>)lg
"Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman". (An-Nisa'. 141).

6. Menjadikan mereka sebagai khalifah di bumi. Allah SWT berfirman:

3nji(]oBDY5lji(ngD6*gi(gpS9 Eg
"Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa". (An-Nur: 55).
7. Rezki yang baik. Allah SWT berfirman:

v3kJglj 3cF5i(*hX3nA:^goa9onj Fagf&og


"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi". (Al-A'raf:
96).

8. Kekuatan. Allah berfirman:

l*nj.khg'goIFg GYg
"Padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
mukmin". (Al-Munafiqun: 8).

9. Kehidupan yang baik. Allah SWT berfirman:

76* o*@'n**Anh]lj.jo&p<mFclj3Ag3OfkXlj
"Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan,
dalam keadaan beriman maka sungguh akan Kami beri mereka kehidupan yang
baik". (An-Nahl: 97).
Itulah sebagian dari kemenangan yang bakal diraih oleh orang-orang mukmin di
dunia. Ini pulalah yang pernah diwujudkan oleh para pendahulu kita, orang-orang
mukmin yang konsisten. Sedangkan keberhasilan di akhirat, cukuplah di sini kami
kutipkan firman Allah :
"Sungguh, bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah sorga
firdaus yang menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin
pindah-pindah dari padanya". (Al-Kahfi: 107-108).
Juga firman Allah SWT:
"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka
sorga-sorga yang penuh kenikmatan. Mereka kekal di dalamnya, sebagai janji Allah
yang benar. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Luqman: 8-9).
Barangsiapa sudi menganalisa keadaan kaum muslimin di hari-hari sekarang,
maka ia akan tahu bahwa janji Allah tidak menjadi kenyataan di tangan mereka. Di
antara kenyataan yang bisa disaksikan adalah bahwa keimanan mereka lemah,
atau mereka telah kehilangan banyak sekali sifat yang diharuskan oleh iman.
Sebagai konsekuensinya, dalam kehidupan dunia ini mereka kehilangan apa yang
dijanjikan oleh Allah baik itu kemenangan, pembelaan, perlindungan Allah,
kekuasaan, rezki yang baik, kekuatan dan kehidupan yang baik. Barangsiapa tetap
seperti ini, maka ia akan kehilangan apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada
orang-orang mukmin baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan, akan menyeret dirinya ke
dalam neraka Jahannam.
Itulah sebabnya mengapa kita harus memperkuat dan memperbaharui keimanan,
dengan menyebar-luaskan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keimanan itu ke tengah-
tengah masyarakat Islam di samping menerapkan hukum-hukum agama. Para ulama' harus
segera melaksanakan tugas ini, terutama karena mereka adalah orang-orang yang
mengetahui serangan atheisme terhadap kaum muslimin maupun aktifitas kristenisasi.
Sedangkan secara internal mereka melihat tersebarnya kebathilan khurafat yang oleh
para pelakunya dikatakan sebagai ajaran agama.
Inilah buku tentang keimanan, yang kami persembahkan ke hadapan sidang pembaca,
yang merupakan metode pendidikan Islam. Kami berdoa: "Semoga Allah menjadikannya
murni hanya untuk-Nya, di samping bermanfaat untuk kaum muslimin."
Kami menghimbau orang-orang yang punya ghirah untuk mempertahankan
agamanya agar sudi kiranya meluangkan waktu untuk belajar sekaligus mengajarkan hal
ini kepada keluarga dan tetangganya dan seluruh kaum muslimin. Allah Maha Penolong.
Sebagai penutup doa kami: "Alhamdulillahi rabbil alamin."
Tim Penyusun

BAB I
PENGERTIAN IMAN
HAKEKAT IMAN
Allah SWT telah menjelaskan kepada hamba-Nya hakekat iman yang menyebabkan
amal diterima dan janji Allah kepada orang-orang mukmin dapat terrealisir.
Iman adalah keyakinan dan Amal Sekaligus. Allah SWT berfirman:

"Sungguh, orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada


Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah - mereka itulah orang-orang yang benar". (Al-
Hujurat: 13).
Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa iman yang diterima dan konsisten adalah
keyakinan yang tidak tercampur keraguan - yakni, amal yang terlukis dalam jihad
dengan harta dan jiwa di jalan Allah. Sebab, keyakinan dalam hati saja tidak cukup
untuk diterimanya iman. Misalnya, Iblis memang yakin kepada Allah, sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya. "Iblis berkata: Ya Tuhanku, tangguhkanlah kepadaku
sampai hari mereka dibangkitkan." (Shadd: 79). Kendati pun demikian, Allah tetap
menilainya kafir, karena kesombongannya dengan tidak mau menunaikan amal yang
diperintahkan Allah kepadanya. Allah SWT berfirman: "... Kecuali Iblis, ia enggan dan
takabur. Ia termasuk golongan orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 34).
Jadi, iman yang benar itu adalah iman yang mencakup:
1. Akidah yang kokoh yang tidak tercampur debu keraguan.
2. Amal yang merealisasikan akidah (dalam dada orang yang mengaku beriman),
sebagai konsekwensinya.

Amal Itu Bermacam-Macam:


1. Amal kalbu. Misalnya, takut kepada Allah; taubat dan tawakkal kepada-Nya.
2. Amal lisan. Misalnya, mengucapkan dua kalimah syahadah, membaca tasbih
dan istighfar dan berdakwah kepada Allah.
3. Amal anggota tubuh. Misalnya, shalat, zakat, puasa, jihad fi sabilillah, mencari
ilmu karena Allah, berdagang, bertani dan bekerja dalam bidang industri dalam
rangka merealisir perintah Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi demi
menerapkan ajaran-ajaran Islam.
Iman itu Bertambah dan Berkurang:
Ada sebab-sebab tertentu yang menguatkan iman sehingga iman itu bertambah.
Allah SWT berfirman :
"Apabila ayat-ayat dibacakan kepada mereka, maka bertambahlah iman mereka."
(Al-Anfal: 2).
Sebaliknya, ada pula sebab-sebab tertentu, karena maksiat, yang memperlemah
iman. Misalnya, Rasulullah SAW bersabda :
"Tidaklah seseorang melakuknn zina selagi ia beriman".(Al-Hadits).
Jika kita berhasil dalam merealisasikan iman, maka kita harus menegakkannya;
1. Sebagai perwujudan yang kokoh dalam kalbu melalui jalur ilmu.
2. Sebagai amal dalam kalbu: melalui dzikir dan tafakkur, khususnya menganalisa
ayat-ayat Allah, baik yang bersifat alamiah (kauniyah) dan Qur'aniah, baik janji
maupun ancaman.
3. Sebagai pernyataan melalui lisan: dengan cara banyak dzikir, berkata benar,
berdakwah kepada Allah, beramar makruf dan bernahi munkar, belajar ilmu
sekaligus mengajarkannya, berwasiat untuk memegangi kebenaran dan berbuat
sabar.
4. Sebagai amalan dengan anggota tubuh, dengan cara mengerjakan rukun-rukun
Islam, jihad fi sabilillah baik dengan harta maupun jiwa, berjihad menaklukkan
diri sendiri guna melaksanakan perintah-perintah Allah. Juga, berteman kepada
orang-orang yang saleh. Allah SWT berfirman:
"Bersabarlah kamu bersama orang-orangg yang menyeru Tuhannya di pagi, dan
senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Kami lalaikan dari mengingat Kami
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. Dan
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman. Sebaliknya, barangsiapa ingin (kafir) biarlah
ia kafir". (Al-Kahfi: 28-29).
Semua ini, secara primer, membutuhkan pembenahan dan pembersihan kalbu dari
penyakit-penyakit yang menyimpang dari petunjuk Al-Huda.

PEMBENAHAN KALBU
i*hI4ha5+p9ljvon5v3jW^n)vo)
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih". (Asy-Syuara: 88)

Kalbu Yang Lurus Adalah Kalbu Orang-Orang Mukmin


Tak ubahnya dengan tanah subur, kalbu punya sifat-sifat tertentu:

1. Serius Menunaikan Kebenaran


Hal ini membuahkan pengetahuan akan kebenaran disertai dengan sikap
konsisten. Allah SWT berfirman:
 36gvogi&b2g+i&D&l*gb2g
"Orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali
kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada
hamba-hamba-Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal". (Az-Zumar: 17-18).
Sebaliknya, kalbu yang kafir dan sakit akan menentang kebenaran, sehingga ia
tetap jahil, tidak mendapatkan petunjuk. Allah berfirman:
"Dan tak ada suatu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka,
melainkan mereka selalu berpaling dari padanya (mendustakannya)". (Al-An'am:
4).

2. Cinta Kebenaran Dan Berlapang Dada Terhadap Islam.


Orang yang berhati lurus, cinta kepada kebenaran dan melapangkan dadanya
untuk mempelajari Islam, yang dengan demikian ia berhak menerima petunjuk
Allah. Sebaliknya, orang yang berlaku sakit membenci kebenaran dan dadanya
sempit ketika mendengar Islam, yang dengan demikian ia berhak mendapat siksa
dari Allah atas kesesatannya. Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang menaiki langit". (Al-An'am: 125).
Sebab, mereka membenci kebenaran. Allah SWT berfirman:

o&3c_Ahgi&F<c_Ag35i&3=f5
"Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka dan kebanyakan
mereka membenci kepada kebenaran itu". (Al-Mu'minun: 70).

3. Menjawab Panggilan Iman dan Suka Meningkatkannya.


Orang yang berhati lurus memenuhi panggilan iman, seperti yang dikisahkan oleh
Allah:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam
neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada seorang penolong pun
bagi orang-orang yang zalim. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan)
yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka
kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbuat
bakti". (Ali Imran: 193-194).
Orang mukmin selalu suka menambah keimanannya. Allah SWT berfirman:
"Apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata, "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya)
surat ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya,
sedang mereka merasa gembira. Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya
(yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir". (At-Taubah: 124-125).
Sebaliknya, orang-orang yang berkalbu sakit selalu menghalangi jalan Allah. Allah
berfirman:
"(Yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari kehidupan
akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar
jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 3).
Anda bisa melihat bahwa orang-orang yang berkalbu lurus memikirkan diri mereka,
proses penciptaan langit dan bumi maupun petunjuk yang mereka terima dari Tuhan,
yang memperkenalkan hikmah, tentang kehidupan dan kematian mereka, menjelaskan
masa lampau maupun masa depan mereka, juga sorga yang dipersiapkan oleh Allah
untuk hamba-hambanya yang mukmin, sekaligus siksa yang menanti orang-orang kafir.
Mereka memikirkan tentang mukjizat-mukjizat Rasulullah SAW, bukti-bukti
kebenarannya dan bagaimana mereka menerapkan apa yang diperintahkan untuk
mereka aplikasikan guna mewujudkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, dan
karena takut kepada siksa api neraka. Allah SWT berfirman:

3ng EX3na]bm3A6I
"Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): " Ya Tuhan kami tiada Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mtaha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (Ali Imran: 191).
Sebaliknya, orang-orang kafir tidak mempergunakan pendengaran dan akal mereka
untuk menganalisa tujuan penciptaan semua ini, sehingga mereka hanya baru mau
mengakui dengan rasa menyesal pada hari kiamat kelak. Allah berfirman:
"Mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-
penghuni neraka yang menyala-nyala". (Al-Mulk: 10-11).

4. Selalu Ingat.
Orang memang bisa lupa, tetapi orang-orang yang berkalbu lurus akan selalu
ingat, sehingga ia tetap melihat, tidak buta:
"Tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman". (Adz-Dzariyat: 55).
Itulah sebabnya mengapa Allah mensyari'atkan dzikir (ingat). Untuk itu, Allah
SWT berfirman:
"Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang
yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka
(kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka).
Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup". (Al-A'la: 9-13).
"Berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara
telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.
(Maryam: 39).
Sebaliknya, orang-orang yang berkalbu sakit selalu saja lalai dan tidak
beriman. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada
binatang-binatnng yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini". (Al-Jatsiyah:3-4).
Kalau saja Anda mengingatkan akhirat kapada orang-orang yang lalai, mungkin
akan dijawab: "Anda datang untuk mengajarkan Islam kepada saya, benar begitu?
Padahal saya ini adalah seorang muslim yang lebih taat dibandingkan Anda".

5. Yakin.
Bisa dilihat orang yang berkalbu lurus yang selalu berfikir, belajar dan ingat
telah sampai ke pelabuhan yakin, seperti yang dijelaskan Allah SWT:
"Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan". (Ad-Dukhan: 9).
Sebaliknya, orang yang lalai dan berpaling, terlihat dalam keraguan. Allah SWT
berfirman:
"Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya
Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia),
kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.
(As-Sajdah: 12).

6. Hatinya Lembut Untuk Ingat Kepada Allah


Orang-orang yang berkalbu lurus, hati dan kulitnya lembut untuk mengingat
Allah dan ayat-ayat-Nya. Sebaliknya orang-orang kafir kalbunya keras. Allah SWT
berfirman:
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima)
agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang-orang yang
membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu
hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah
menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-
ayatnya) lagi berulang-ulang; gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudinn menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah". (Az-Zumar: 22-23).
Sebaliknya, orang-orang yang berkalbu keras akan bersikap sombong dan
menentang ayat-ayat dan dalil-dalil. Allah berfirman:
"Mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal
hati mereka meyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah betapa kesudahan
orang-orang yang berbuat kebinasaan". (An-Naml: 14).
Orang-orang sombong ini akan disiksa, seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT:
"Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi
tanpa alasan yang benar-benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku". (Al-A'raf: 146).
Ini adalah siksaan di dunia, sedangkan di hari kiamat siksaan untuk mereka,
seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT, adalah:
"(Ingailah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka
dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan
duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini
kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan
diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". (Al-Ahqaf: 20).
7. Mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah.
Orang yang berkalbu lurus ini, konsisten taat kepada Tuhannya dan Rasul-
Nya. Dalam setiap gerak-geriknya di dunia ini, berusaha menerapkan ajaran dari
Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya SAW. Allah SWT. berfirman:
"Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana". (At-Taubah: 71).
Selalu menepati perintah Allah yang berfirman:
oIFgoY*+oY*onjl)Eg3()3)
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya". (An-
Nisa': 58).
Ia berfirman:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya". (Al-Hasyr: 7).
Sebab, taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah. Allah berfirman:
"Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah".
(An-Nisa': 79).
Sebaliknya, orang yang berkalbu sakit mengikuti setan yang terkutuk,
mengikuti hawa nafsunya dan menyembah dirinya bukan menyembah kepada
Allah. Ia akan menyesal di saat penyesalan sudah tidak diterima. Allah SWT
berfirman:
"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:
"Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul".
(Al-Ahzab: 66).
Jika kalbu kita memiliki sifat-sifat positif di atas maka pada waktu itulah kita
memiliki kalbu yang lurus dan saleh, tempat pohon iman tumbuh, bercabang dan
membuahkan amal-amal saleh. Jika kita tidak menemukan amal-amal saleh dalam diri
kita, maka hal ini disebabkan oleh lemahnya pohon iman yang tumbuh di dalam kalbu
kita, sehingga tidak dapat menyempurnakan sifat-sifat kebajikan. Kalau tidak segera
diperbaiki apa yang ada di dalam kalbu kita, maka kondisi kita, walaupun hanya ringan,
tidak akan berubah. Allah SWT berfirman:
i(J^m-53jF*[)p:@oa53jF*[)v+
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Ar-Ra'd: 11).
Rasulullah SAW bersabda:
"Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh manusia itu, terdapat segumpal darah yang
jika ia baik maka baik pulalah seluruh jasad itu. Sebaliknya, jika ia bobrok, maka
bobrok pulalah seluruh jasad itu. Ketahuilah, bahwa segumpal darah itu adalah
kalbu".
Kalbu tidak akan baik kecuali dengan meningkatkan dan mengukuhkan iman di
dalamnya.
ILMU SEBAGAI JALAN IMAN
Kalau manusia ingin memiliki iman yang benar, maka ia harus berilmu. Allah SWT
berfirman:
 36gvogFcE:)3kmpkXo&lkc_Agb5ljb*gGm3kmihY)lk]
"Adakah orang-orang yang mengetahui bahwasannya apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran". (Ar-Ra'd: 19).
Sebab, iman yang didapat dan dipertahankan dengan jalan mengekor kepada orang lain
akan segera goncang justru di awal menghadapi cobaan dan serangan. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran". (Az-Zumar: 9).
"Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia
memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata". (Al-Hajj: 11).
"Sesunggunya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka".
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka,
maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolong pun". (Ali-Imran: 190-192).

BAB II
IMAN KEPADA ALLAH
IMAN KEPADA ALLAH SWT MERUPAKAN KEWAJIBAN BAGI
MANUSIA
Jika manusia mau berfikir sejenak, maka ia akan tahu bahwa Allah telah
menciptakannya, telah memberinya sarana-sarana yang bisa dipakai untuk mempelajari
seluruh ilmu agamawi dan duniawi, yang tanpa sarana-sarana itu ia tidak dimungkinkan
bisa mereguk ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:

FeL9iehYg D2]tFP5vWkJgiegfY=32*KokhY9vie93(joT5ljie=FB+
"Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatnn dan hati, agar kamu bersyukur".
(An-Nahl: 78).
Sebagai tanda syukur pertama kepada Allah SWT, kita harus menggunakan alat-alat
ilmu pengetahuan yang telah diberikan-Nya.
Jika manusia tidak mengetahui penciptanya, maka ia tidak mungkin akan
mengikuti petunjuk-Nya yang mestinya membahagiakan kehidupannya, di dunia
maupun di akhirat, sehingga ia termasuk orang-orang yang merugi. Itulah sebabnya
mengapa kewajiban pertama yang harus dilakukan oleh manusia adalah mengenal
Allah. Allah SWT berfirman:
l*nj.khgb6mEgF^[:I+v'gv'mihX3]
'Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin". (Muhammad:
19).

A. BUKTI-BUKTI ILMIAH ATAS IMAN KEPADA ALLAH SWT


KAIDAH-KAIDAH AQLIYAH
Kaidah Pertama:
Tiada Tidak Bisa menciptakan Sesuatu.
Tiada, yang tidak ada itu, tidak bisa menciptakan sesuatu, karena ia tiada.

(1) Al-Maujud (Yang Ada)


Jika kita memperhatikan makhluk-makhluk hidup itu, baik manusia, hewan
maupun tumbuhan yang setiap hari selalu dilahirkan; jika kita mau memikirkan
angin, hujan, malam maupun siang yang terjadi di alam; jika kita mau menganalisa
gerakan teratur dari matahari, rembulan dan planet yang berjalan di setiap waktu, dan
masih banyak lagi yang bisa diamati, maka akal memastikan bahwa semua bukan hasil
ciptaan tiada, tetapi adalah ciptaan Al-Khaliq Al-Maujud (Sang Pencipta Yang Maha
Ada) SWT. Allah S WT berfirman:

on`o)vf5v okJgoahBoag3Cgi&0*KF*ZljoahB
"Apakah mereka menciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri) ? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu ? Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka ucapkan)". (Ath-Thur: 35-36).

Kaidah Kedua:
Memikirkan Hasil Ciptaan Menunjukkan Sebagian Sifat Sang Pencipta.
Segala sesuatu yang ada dalam ciptaan, menunjukkan atas qudrat atau sifat yang
ada pada Sang Pencipta. Sebab, tidak mungkin kalau sesuatu diciptakan jika Sang
Pencipta tidak memiliki qudrat atau sifat yang memungkinkan-Nya menciptakan
sesuatu itu. Misalnya, jika Anda melihat pintu yang terbuat dari kayu, yang dibuat amat
kokoh, maka Anda akan tahu bahwa penciptanya punya kayu (yang dibuat pintu);
mampu memotong-motongnya secara tepat; mampu menjadikan kayu empuk; memiliki
paku; mampu memasang bagian-bagian pintu itu dengan paku; punya pengalaman dalam
membuat pintu, yang jika kita menemukan lubang yang teratur di pintu (tempat kunci),
maka hal itu membuktikan bahwa sang pencipta memiliki qudrat (kekuasaan) untuk
melobangi pintu secara cermat di samping punya keseriusan dalam bekerja. Demikian
pula kita menemukan segala sesuatu hasil kreasi menunjukkan qudrat atau sifat yang
ada pada sang pencipta. Sebab, tidak mungkin ada hasil kreasi kecuali jika sang
penciptanya memiliki qudrat atau sifat yang memungkinkan melakukan hal itu.
Dengan demikian kita akan mendapati bahwa memikirkan hasil ciptaan menunjukkan
kepada kita akan sebagian sifat penciptanya.
Dari sini kita mengetahui bahwa memikirkan hasil-hasil ciptaan (makhluk)
menunjukkan sebagian sifat Sang Pencipta. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang
yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang
diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkannya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya;
dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berakal. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan
sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam)
Allah dan keterangan-keterangan-Nya". (Al-Jatsiyah: 3-6).
Jika kita memikirkan dan menganalisa hasil-hasil ciptaan, maka ayat-ayat Allah
yang ada dalam hasil-hasil ciptaan itu akan memberitahukan kepada kita tentang
sebagian sifat Allah SWT. Allah SWT berfirman:
v okJgp]3jFVmf`
"Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi". (Yunus: 101).
"Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan di langit dan bumi dan segala sesuatu
yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka
kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al-Qur'an itu?". (Al-A'raf:
185).

(2) Yang Maha Hidup-Kekal (Al-Hayyu Ad-Daaim)


Makanan yang kita santap itu tidak bisa mendengar, melihat, bergerak,
berkembang, bernafas, kawin, tidur maupun bangun, tetapi jika masuk ke dalam tubuh
Anda, maka makanan ini berubah menjadi tubuh yang hidup, dengan memiliki sifat-sifat
yang sudah diterangkan di atas. Demikian pula persoalannya dengan air, debu dan udara
yang disantap oleh tumbuh-tumbuhan tidak bisa berkembang, berbuah, bernafas maupun
makan, tetapi jika masuk ke dalam tubuh tumbuh-tumbuhan maka ia berubah menjadi
tumbuh-tumbuhan yang hidup dan memiliki daya pesona. Oleh sebab itu, kehidupan di
setiap hari bahkan setiap detik yang berjalan dalam tubuh manusia, hewan maupun
tumbuhan ini membuktikan bahwa semua itu adalah ciptaan Sang Pemberi-hidup.
Memang, manusia sudah pernah berusaha untuk menciptakan kehidupan, tetapi gagal
total. Para pakar baik dari Barat maupun dari Timur telah menyatakan ketidak-
sanggupannya menciptakan kehidupan. Maha Benar Allah yang berfirman:

G)GX"
% oag+ D`_@#+D`3j ohTkg4g3Tg\YR'njEan:J)v32*K 35Eg
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak
dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya.
Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa". (Al-Hajj: 73-74).
Ya, manusia tidak mampu mengambil lagi apa pun juga yang telah diambil oleh lalat,
karena kalau dia mengambil kembali sudah tercampur dengan kotoran lalat, sehingga
makanan itu juga dirubahnya manjadi sesuatu yang lain yang tidak bisa dikembalikan
seperti semula.
Kehidupan yang ditiupkan dan selalu ditiupkan pada makhluk yang ada ini, tidak
mungkin ada kecuali dari Yang Maha Hidup-Kekal SWT.
Setiap kehidupan terancam kematian manakala sebab-sebabnya sudah ada, tetapi
Pencipta-sebab tidak akan bisa dibinasakan oleh sebab-sebab itu karena Ia adalah Yang
Maha hidup-kekal dan tidak bisa mati. Allah SWT berfirman:
"Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Al-Hadid: 2).
"Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya". (Al-Furqon: 58).

(3) Maha Mengetahui (Al-Alim)


Jika Anda memperhatikan janin hewan, maka Anda akan tahu (melihat) bahwa mata
diciptakan di dalam rahim ibu, yang amat gelap, padahal mata tidak bisa melihat
kecuali dalam cahaya. Sehingga hal ini membuktikan bahwa Dzat yang menciptakan mata
itu tahu bahwa janin itu akan keluar ke alam yang bercahaya. Demikian pula,
penciptaan janin burung di dalam telor membuktikan bahwa Sang Pencipta tahu
bahwa burung ini akan terbang di udara yang karenanya diberi-Nya sayap sebelum
dilahirkan. Demikian pula, setiap makhluk kita lihat penciptaannya - yang masih
dalam tahap janin - telah dibekali dengan persiapan-persiapan yang sesuai dengan
kondisi kehidupan yang bakal dilaluinya, bahkan janin tumbuhan (akar) oleh Allah
dilengkapi dengan bagian yang mampu membentuk daun dan dahan, dan bagian yang
mampu menembus tanah untuk menyedot air dan humus, yang hal ini tidak akan bisa
kecuali sebagai ciptaan Dzat yang tahu bahwa tumbuh-tumbuhan akan membutuhkan air,
humus, sinar dan udara.
Jika Anda memperhatikan laki-laki diciptakan, maka Anda akan tahu bahwa Sang
Pencipta telah mengetahui kesiapan potensi-potensinya sehingga ia menciptakan organ
wanita yang bisa menampung potensi pria tersebut dan hal itu akan membuktikan bahwa
ini merupakan ciptaan Yang Maha Mengetahui SWT. Allah SWT berfirman:
"Segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan
kebesaran Allah". (Adz-Dzariyat: 49).
Jika air tawar menggenang maka akan membusuk, tetapi Yang Maha Mengetahui
faham kondisi demikian menjadikan lautan asin dan menjadikan gelombangnya
bergerak-gerak. Sehingga kehidupan di bumi ini tidak rusak dikarenakan hembusan air
laut.
Begitulah, segala yang ada di alam ini membuktikan bahwa Sang Pencipta alam ini
pasti mengetahui apa yang diciptakan-Nya, Mahasuci Dia. Ia berfirman:
"Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan kamu
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?" (Al-Mulk: 14).
Namun Allah meliputi segala sesuatu yang tidak terdahului oleh ketidak-tahuan di
samping tidak pernah lupa. Allah SWT berfirman:

3khX0*Kfe53@D`+ F)D`0*KfcphX+okhY:gl(n*5FjvGn:)
"Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasannya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu". (Ath-Thalaq: 12).

(4) Maha Bijak (Al-Hakim)


Jika Anda memperhatikan bentuk-bentuk yang ada pada banyak makhluk maka
Anda akan tahu bahwa setiap makhluk itu diciptakan oleh Allah dalam pola yang
sama. Misalnya pada manusia, kedua belah matanya diletakkan di wajah, hidung di
antara kedua mata, dua tangan di samping; telapak kaki di paling bawah, tetapi Anda
tidak menemukan mata di lutut atau tangan di kepala. Ini membuktikan bahwa hal itu
merupakan ciptaan Yang Maha Bijaksana yang telah berbuat bijaksana dalam
menciptakan manusia. Demikian pula setiap tumbuhan atau hewan diciptakan secara
bijaksana oleh Tuhannya dalam pola yang seragam.
Nah siapakah yang menciptakan secara bijaksana pola ini kalau bukan Dia Yang
berfirman:
"Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak
ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Ali Imran: 6).
Jika Anda menganalisa udara yang Anda hirup maka Anda akan tahu bahwa Anda
membutuhkan udara yang baik (oksigen) dan Anda ubah menjadi carbondioksida. Tetapi
udara yang baik tidak berkurang. Karena sang pencipta memerintahkan tumbuh-
tumbuhan untuk menggauli udara yang baik dalam kadar tertentu, sehingga
prosentase udara tetap dalam ukuran yang sudah pasti, tidak bertambah dan tidak
berkurang. Bukankah hal itu membuktikan bahwa yang demikian ini merupakan
penciptaan yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana?
Kalau Anda perhatikan hidung Anda, maka Anda tahu hal itu telah diciptakan
secara bijak agar sesuai dengan tugas-tugasnya. Sebab, udara masuk dari kedua lubang
yang ada antara kedua mata, tetapi yang Mahatahu lagi Mahabijak menutup kedua
lubang ini dengan hidung, dan menjadikan separuh dari bagian atas hidung itu terbuat
dari tulang, sehingga angin tidak menekan tutup ini yang kemudian akan menutup
kedua lubang ini sehingga pernafasan terhalang, di samping tulang hidung ini juga ambil
bagian dalam melindungi kedua mata itu, dan membuka hidung dengan terus-menerus
masuknya angin. Sebab, jika seluruh hidung terbuat dari tulang, niscaya hidung tidak
bisa mengeluarkan ingus. Sang Pencipta juga menjadikan dinding hidung agak cekung
agar udara berbenturan dengan dinding yang cekung itu sehingga ia mendorongnya ke
dinding-dinding luar agar udara membenturnya, sehingga udara dalam menyentuh bulu-
bulu rambut yang menyembunyikan dinding hidung sehingga baksil-baksil dan debu-
debu menempel di situ, sehingga udara menjadi bersih sebelum masuk (ke dalam). Di
musim panas, banyak darah di hidung, sehingga Anda lihat bentuknya kemerah-merahan.
Hal ini dikarenakan kehangatan udara yang masuk. Sebaliknya, di musim penghujan,
hidung membasahkan dan mendinginkan udara kering atau panas. Bukankah ini
membuktikan bahwa semua itu adalah ciptaan Yang Maha Mengetahui lagi
Mahabijak?
Begitulah, jika kita memperhatikan penciptaan segala sesuatu di bumi dan di langit
maka kita akan tahu bahwa semua itu diciptakan dalam pola yang amat bijak. Padahal
kebijakan dalam segala hal membuktikan bagi orang yang berakal bahwa hal itu
merupakan ciptaan Yang Mahabijak lagi Maha Mengetahui. Allah SWT berfirman:

i*hYgi*eAgo&'gvp]'g3kJgp] Ego&
"Dia-lah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi dan
Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui". (Az-Zukhruf: 84).

(5) Yang Maha-Ahli (Al-Khabir)


Perhatikanlah makanan Anda bagaimana ia mengeluarkan berbagai macam buah
dan daun padahal ditanam di atas tanah yang sama. Anda akan tahu bahwa hal ini
membuktikan bahwa itu merupakan ciptaan Yang Maha-Ahli. Yang mengeluarkan
berbagai macam hal secara amat cermat dari satu hal. Perhatikanlah makanan ini:
bagaimana dari padanya Yang Maha-Ahli SWT membentuk daging, darah, tulang,
gajih, susu, kulit, rambut, jari, kuku, otot, dan berbagai macam saluran; Perhatikanlah
wajah Anda bagaimana ludah keluar dari mulut, ingus keluar dari hidung, air mata,
curek keluar dari telinga, padahal semua ini keluar dari satu makanan sehingga
penciptaan benda-benda itu membuktikan bahwa ia merupakan penciptaan Yang
Maha-Ahli.
Coba bayangkan bagaimana kalau liur keluar dari hidung, ingus keluar dari mulut,
curek dari mata, air mata dari telinga? Nah, kalau begitu siapakah yang menentukan
posisi dan komposisinya? Ingatlah bahwa yang menentukan itu adalah Yang
Mengetahui, Maha-Ahli, lagi Mahabijak.
Sperma sebagai bahan inti dari penciptaan manusia itu oleh Yang Maha-Ahli, Maha
Mengetahui lagi Mahabijak. Dijadikan berbagai macam organ yang kokoh dan saling
mengisi demi kepentingan manusia.
Ikan di laut membutuhkan udara untuk bernafas sehingga Yang Maha-Ahli dan
Mahakasih itu mensuplai udara bersamaan dengan titik hujan yang turun ke laut di
samping mempersiapkan ikan dengan organ khusus (insang) agar dipakai untuk
menyedot udara di dalam air. Jika Anda menganalisa secara cermat maka Anda akan
tahu bahwa segala yang ada di alam ini diciptakan secara amat canggih yang
membuktikan bahwa hal itu merupakan ciptaan Yang Maha-Ahli SWT.

(6) Maha Pemberi rizki (Ar-Razzaq)


Ketika manusia masih dalam kegelapan rahim ibunya, tak seorang pun mampu,
bahkan ayah atau ibu yang mengandungnya tak mampu memberi air atau makanan.
Tetapi rahmat Tuhannya Yang Maha Pemberi rizki memberinya rizki yang sudah matang
dan lumat melalui tali pusar. Ketika si bayi telah lahir dan tali pusar putus maka sang
pemberi rizki memberi makanan melalui payudara ibunya dan memberi ilham untuk
menyedot payudara; padahal dia belum bisa melihat, mendengar, maupun berfikir.
Kemudian Allah memberi rizki para hambanya dari tumbuhan dan pohon yang
memproses makanan dari air, tanah dan udara. Allah menundukkan matahari kepada
tumbuhan untuk menyempurnakan makanan yang dibutuhkan manusia dan
binatang. Makanan ini tidak mungkin ada kalau Allah tidak menyediakan air tawar,
mempersiapkan tanah yang baik untuk ditanami dan menciptakan udara maupun
kondisi-kondisi yang sesuai untuk memproduksi makanan dari tumbuh-tumbuhan.
Allah SWT berfirman:

iej3Ymvieg3X3:j357(c3]36hZ_1D@
"Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami
benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran,
zaitun dan pohon korma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan serta rumput-
rumputan, untuk kesenangan dan untuk binatang-binatang ternakmu. (Abasa: 24-32).
Jika manusia atau hewan menyantap makanan dan mengunyahnya sampai selesai
dengan menggunakan pencernaan yang telah diciptakan oleh Allah, maka Yang Maha
Pemberi rizki mengantarkan makanan itu ke seluruh tubuh makhluk hidup, baik ke
tengah otak, permukaan kulit maupun sungsum. Maha benar Allah yang berfirman:
"Siapakah dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya? Sebenarnya
mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri". (Al-Mulk: 21).
Memang yang Maha Pemberi rezki SWT telah menentukan bahwa rezki sebagian
ikan itu di dasar lautan; rezki sebagian ulat di tengah batu karang, rezki janin di dalam
guo garbo, rezki janin tumbuh-tumbuhan di dalam biji. Allah SWT berfirman:
"Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfudz)". (Hud:
6). dan :
"Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak
ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan) ?" (Fathir:
3).
Barangsiapa berkeyakinan bahwa rezkinya itu diberi oleh Allah maka tak seorang
pun mampu untuk menghalangi rezkinya dan ia tidak akan takut kepada siapa pun dalam
rangka mencari rezkinya, kecuali hanya kepada Allah.

(7) Yang Maha Pemberi Petunjuk (Al-Hadi)


Jika Anda memperhatikan bulu mata kelopak mata atas pada mata, maka Anda bisa lihat
ia cenderung ke atas. Sebaliknya, yang bagian bawah cenderung ke bawah. Kalau dibalik,
maka pandangan mata jadi kacau. Nah, siapakah yang telah dan akan selalu
memberikan petunjuk kepada setiap rambut di setiap kelopak mata manusia maupun hewan,
kalau bukan Yang Maha Pemberi-petunjuk SWT?
Siapakah yang memberikan petunjuk pada gigi bagian bawah mengarah ke atas dan gigi
bagian atas mengarah ke bawah? Siapakah yang memberikan petunjuk kepada taring untuk
berkembang di atas (tempatnya) taring? Gigi di atas gigi? Geraham di atas geraham? Siapa
lagi kalau bukan Yang Maha Pemberi petunjuk:
"Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan
kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk". (Al-A'la: 2-3).
Siapa yang memberikan petunjuk kepada setiap organ dalam tubuh manusia, hewan
dan tumbuhan untuk mengambil posisi yang tepat di antara organ-organ lainnya, dan
berkembang dengan kadar yang sesuai bagi organ-organ yang lain?
Siapa yang memberikan petunjuk kepada biji, yang tengah menembus tanah dalam
proses pertumbuhannya dengan menjulurkan akar ke bawah tetapi menjulurkan batang dan
daunnya ke atas? Siapa coba? Mengapa pula kita tidak menemukan, walau hanya satu biji
pun, yang terbalik?
Bukankah itu membuktikan kepada setiap orang yang berakal bahwa hal itu merupakan
ciptaan Yang Maha Pemberi Petunjuk SWT?
Siapa yang memberikan petunjuk kepada daun-daun yang ada di sebuah pohon untuk
berdistribusi di cabang atau dahan, yang jika daun pertama keluar dari satu arah maka daun
yang kedua keluar di arah lain ?
Siapa yang memberi petunjuk kepada matahari, rembulan dan planet-planet dalam
gerakan-gerakannya, dan memberikan petunjuk kepada burung-burung pengembara untuk
pergi ke negara yang jauh ?
Ketahuilah, bahwa yang memberi petunjuk itu adalah Al-Hadi (Yang Maha Pemberi-
Petunjuk):
"Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan
kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk". (Al-A'la: 2-3).
dan yang memberi petunjuk kepada rambut, biji dan daun, dan menyempurnakan petunjuk-
Nya kepada manusia dengan mengutus para Rasul yang bertugas menjelaskan petunjuk-
Nya.
Barangsiapa yakin bahwa Allah-lah Yang Maha Memberi Petunjuk lagi Mahabijak,
maka ia tidak diperkenankan untuk menerima pemikiran apa pun juga yang bertentangan
dengan petunjuk Allah. Semboyannya haruslah firman Allah SWT:

3mFS)v3nY^n)v3j+ljoXDmf`
"Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak
dapat mendatangkan kemanfaatan dan tidak (pula) kemadharatan kepada kita." (Al-
An'aam: 71).

(8) (8)Al-Hafidz (Yang Maha Pemelihara)


Dzat yang memelihara Anda dari segala bahaya di saat Anda masih dalam perut ibu
Anda, Dialah yang memelihara otak yang lemah dengan kerangka tulang tengkorak yang
kuat, memelihara mata dengan kelopak mata, hidung dan pipi; dan melindungi jantung dan
paru-paru dengan tulang rusuk.
Dia-lah yang melindungi kehidupan Anda. Sebab, Ia mempermudah segala macam
faktor pendorong kehidupan baik makanan, air, udara, sinar, panas dan lain-lain.
Dia-lah yang tidak mengharuskan Anda memasukkan udara ke dalam tubuh Anda, atau
mengeluarkannya di saat Anda tidur atau berjaga. Sebab, jika Ia memaksa Anda untuk
melakukan semua itu, niscaya Anda tidak akan bisa melakukan apa-apa selain hanya
memasukkan dan mengeluarkan udara. Sehingga jika Anda mengantuk maka udara itu
terputus, yang berarti Anda tewas.
Al-Hafidz-lah yang mengendalikan awan di atas kepala Anda sehingga tidak
diturunkan-Nya sekaligus, karena akan menghancurkan tanaman dan keturunan.
Al-Hafidz SWT-lah yang membalut bumi dengan atmosfir yang berfungsi menghalangi
sinar-sinar alam yang mematikan yang datang dari matahari dan planet-planet, agar tidak
menghancurkan kehidupan dan makhluk hidup. Dia-lah yang menjadikan atmosfir dan
berjuta-juta meteor yang jatuh ke bumi dalam setiap siang dan malam. Dia-lah yang
meneguhkan bumi, agar tidak jatuh di bawah kaki kita dengan gunung-gunung yang
menjulang tinggi.
Mengapa kita tidak bersyukur kepada Allah SWT yang telah melindungi kita dari
dalam, atas dan dari bawah diri kita. Maha benar Allah yang berfirman:
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaga atas perintah Allah". (Ar-Ra'd: 11).
Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah telah melindunginya, maka tidak ada sama
sekali orang, baik yang di langit maupun di bumi, yang bisa mencelakakannya kecuali
kalau sudah ditentukan oleh Allah. Semboyannya haruslah firman Allah:

3ng+4:c3jv3n6*P)lgf`
"Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan oleh Allah bagi kami". (At-Taubah: 51).

(9) Beberapa Sifat Lain


Jika Anda memperhatikan makanan yang sama yang disantap oleh satu keluarga, maka
ia akan membentuk pria pada tubuh ayah dan membentuk unsur wanita pada tubuh ibu,
tetapi juga akan membentuk unsur bocah pada anak-anak. Kalau dimakan kucing, ia berubah
menjadi kucing, kalau dimakan tikus, ia berubah menjadi tikus. Kalau dimakan anjing, ia
berobah menjadi anjing. Namun demikian, toh ia tetap makanan yang itu-itu juga.
Mahasuci Allah yang Al-Mushawwir (Maha Pembentuk) yang membuat bentuk sesuai
dengan yang dikehendaki-Nya.
Jika Anda sempat memperhatikan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, baik itu
hewan maupun manusia, maka Anda akan melihat pengorbanan yang luar biasa. Bahkan
induk ayam yang takut suara bocah (yang mendekati anak-anaknya) segera saja berkotek
dan menyerang orang yang hendak berbuat jelek. Kasih sayang dari si ibu untuk melindungi
anak-anaknya itu membuktikan bahwa ia merupakan ciptaan Yang Maha Pengasih lagi
maha Penyayang.
Jika Anda memperhatikan makhluk-makhluk besar yang ada, semisal planet-planet
yang berjuta-juta lebih besar dibandingkan bumi kita maupun makhluk-makhluk yang amat
kecil yang bisa berjumlah jutaan dalam setetes air dan Anda sempat bertanya kepada
diri sendiri: Bagaimana semua makhluk ini tunduk kepada satu kekuasaan dan aturan
yang kokoh dan canggih? Maka pada waktu itu Anda menemukan jawaban bahwa hal ini
merupakan ciptaan Yang Mahakuat, Maha Pengawas, Yang Mahasuci lagi Mahaluhur.

(10) Yang Mahaesa (Al-Wahid Al-Ahad)


Semua yang ada ini menjadi saksi bahwa mereka adalah ciptaan Yang Mahaesa.
Misalnya, Anda melihat bahwa makanan Anda tergantung pada proses kerja perut dan
usus. Para dokter mengatakan bahwa proses kerja usus tergantung pada proses kerja darah.
Sirkulasi darah tergantung pada udara dan gerak pernafasan. Udara yang baik bagi
pernafasan tergantung pada proses kerja tumbuh-tumbuhan. Proses kerja tumbuh-tumbuhan
tergantung pada sinar matahari. Adanya matahari tergantung pada adanya bintang dan
planet yang melingkupinya. Demikianlah kita melihat bahwa keberadaan dan proses kerja
segala sesuatu berjalin pada sesuatu yang lain, seperti yang kita lihat bahwa perut
berhubungan dengan planet-planet. Ini membuktikan bahwa semua ini merupakan ciptaan
Tuhan Yang Mahaesa. Allah SWT berfirman:
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain)
beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa
makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan
sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu". (Al-Mu'minun:
91).
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan". (Al-Ikhlas: 1-
3).
Kalau ada Tuhan selain Allah, niscaya terjadi benturan antar sesama mereka dalam
mengoperasikan makhluk-makhluk ini, sehingga saat itu terjadilah kerusakan di bumi
dan di langit. Allah SWT berfirman:
"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan". (Al-Anbiya': 22).

(11) Siapa Pemilik Sifat-sifat Ini?


Dari pembahasan di atas kita bisa melihat, jika kita memikirkan alam dan makhluk
yang ada di sekitar kita, maka kita bisa menemukan segala sesuatu ini membuktikan
bahwa Pencipta bagi semua makhluk ini adalah Al-Khaliq (Sang Pencipta), Al-Hayyu
(Yang Mahahidup), Ad-Da'im (Yang Mahakekal), Al-Alim (Yang Maha Mengetahui),
Al-Hakim (Yang Mahabijak), Al-Khabir (Yang Maha-Ahli), Ar-Razzaq (Yang Maha
Pemberi-rezki), Al-Hadi (Yang Maha Pemberi-petunjuk), Al-Hafidz (Yang Maha
Melindungi), Al-Mushawwir Ar-Rahim (Yang Maha Pembentuk lagi Maha
Penyayang), Al-Qowi (Yan g M ah ak u at ), Al-Qodir (Y an g Mahakuasa), Al-
Muhaimin (Yang Maha Mengawasi), Al-Wahid Al-Ahad (Yang Mahaesa).
Bahwa sesungguhnya semua wujud ini menampilkan bukti-bukti itu, karena seorang
Muslim telah pasrah bersama seluruh alam dan mengulang-ulang kesaksian ini berdasarkan
ilmu pengetahuan dan keyakinan, kemudian ia berkata: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah".
Jika kita tahu dari kaidah yang pertama bahwa '"tiada" tidak akan menciptakan apa-apa'
dan kita tahu dari kaidah yang kedua akan sebagian dari sifat-sifat ini, maka kita akan tahu
dari kaidah yang ketiga bahwa tiada yang bisa memiliki sifat-sifat ini kecuali Allah Maha
Esa yang tak bersekutu.

Kaidah Ketiga
Yang Tidak Memiliki Sesuatu Tidak Akan Bisa Memberikan Sesuatu Itu (Kepada
Pihak Lain).
Orang yang tidak punya harta, maka tidak pantas dimintai harta. Orang yang bodoh
tidak mungkin memberi pengetahuan. Sebab, orang yang tidak punya apa-apa tidak bisa
memberikan apa-apa.
Dengan melalui tafakkur, kita bisa melihat tanda-tanda yang ada pada makhluk yang
memperkenalkan kita pada Sang Pencipta Yang Mahasuci. Jika kita hendak mengetahui
sifat, maka kita harus mengetahui yang empunya sifat.
Sebab, orang-orang yang beranggapan bahwa alam telah menciptakan, mereka
sebenarnya menentang akal sehat dan memerangi kebenaran. Sebab, alam membuktikan
bahwa Penciptanya adalah Yang Mahabijak, Maha Mengetahui, Maha-Ahli, Maha
Memberi petunjuk, Maha Pemberi rezki, Maha Pelindung, Mahakasih dan Mahaesa.
Alam yang tuli dan keras ini tidak memiliki ilmu, hikmah, kehidupan, belas kasih
maupun kehendak. Karenanya mengapa orang-orang jahiliyah sampai beranggapan seperti
itu? Padahal subyek yang tidak memiliki sesuatu tidak bisa memberikan sesuatu itu.

Alam itu apa?


Alam adalah seluruh makhluk ini dengan sifat-sifat yang disandangnya. Kaum Watsani
(berhalaisme) menyembah bagian dari alam, semisal matahari, rembulan, bintang, api,
batu dan manusia. Kaum Watsani modern (kaum naturalistis) beranggapan bahwa
kumpulan patung terdahulu (yang merupakan bagian dari alam itu) lah yang menciptakan
mereka. Padahal alam ini tidak punya akal sedangkan mereka punya akal. Alam ini tidak
punya ilmu padahal mereka punya ilmu. Alam tidak punya keahlian padahal mereka
punya. Alam tidak punya kehendak padahal mereka punya. Mestinya mereka tahu bahwa
subyek yang tidak memiliki sesuatu tidak akan bisa memberikan sesuatu itu. Allah SWT
berfirman:
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah oleh perumpamaan
itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan
seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu.
Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak
mengenal Allah dengan sebenar-benarnya; Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kuat lagi Maha Perkasa". (Al-Hajj: 73-74).

Serangan dan Jawaban


Sebagian kaum atheis beranggapan bahwa alamlah yang menciptakan makhluk. Untuk
itu mereka menggunakan argumentasi mengenai proses terjadinya ulat pada sisa-sisa
hewan dan manusia.
Ilmu pengetahuan telah maju dan membuktikan pada manusia bahwa ulat yang
terbentuk dari bangkai dan bahan-bahan lain ini berasal dari telur yang tak terlihat oleh
mata tetapi dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Dengan demikian gugurlah klaim
kaum atheis ini.
Tetapi mereka mengulangi dan mengatakan kalau ulat ini memang berasal dari ulat
terdahulu melalui telur kecil yang tidak kita lihat, maka baksil-baksil yang merusak
makanan berasal dari alam dan tidak dilahirkan oleh baksil-baksil lain yang ada
sebelumnya. Tetapi teori ini telah dihancurkan lebih dari 80 tahun lalu ketika para peneliti
menemukan cara untuk mengawetkan makanan yaitu dengan cara menyendirikan
makanan di dalam kaleng-kaleng steril di mana baksil-baksil itu dibunuh dengan
menggunakan kekuatan panas atau sinar dan makanan ini dijauhkan dari udara sehingga
baksil-baksil baru tidak bisa masuk melalui udara. Dengan demikian manusia tahu bahwa
semua makhluk berasal dari makhluk lain yang telah ada sebelumnya, tidak dilahirkan dari
alam seperti anggapan kaum atheis yang bodoh itu.
Anda tidak perlu heran wahai kaum Muslimin, sebab para pemimpin atheis yang sudah
mengetahui kebenaran sejak lebih dari 80 tahun yang lalu itu tetap nekad menyebarkan
kebodohan-kebodohan ini untuk mempropagandakan atheisme yang tidak bisa hidup
kecuali di dalam alam kebodohan.

Jawaban Atas Kesesatan Orang-orang Nasrani


Ketika Allah menyelamatkan Isa AS dari musuh-musuhnya dan mengangkatnya
kepada-Nya, maka para ulama Nasrani benar-benar berada di bawah ancaman
penguasa Romawi. Banyak di antara mereka yang menyembunyikan diri, sedangkan
sebagian lain terbunuh sehingga kebodohan merajalela di kalangan umat Nasrani dan
Injil Isa hilang (musnah). Waktu berikutnya mereka ganti dengan Injil-injil karangan
mereka sendiri. Masing-masing penulis mencantumkan nama pada Injilnya yang
berbeda dari Injil-injil yang lain dan kini mereka memiliki banyak Injil, misalnya Injil
Matius, Injil Yohanes, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Barnabas bahkan jumlah Injil
itu lebih dari 72, kemudian mereka memilih - di dalam konsili Nasrani - 4 Injil saja
dan membakar Injil-injil yang lain. Mereka beranggapan bahwa Allah itu 3
(Trinitas). Dan Isa adalah Allah. Mahaluhur Allah dari apa yang mereka katakan secara
congkak. Kemudian mereka katakan bahwa Allah itu satu sehingga mereka
meyakini hal yang tidak bisa diterima oleh akal yaitu bahwa Allah itu satu tetapi
sekaligus tiga.
Al-Bushoiri mengatakan: "Mereka menjadikan tiga satu. Kalau mereka mendapat
petunjuk niscaya tidak menjadikan jumlah yang besar menjadi sedikit. Mereka
beranggapan bahwa Allah (Isa) mati disalib, padahal mereka berkeyakinan bahwa
malaikat tidak mati. Dan manusia (yaitu orang Yahudi dan Nasrani) lah yang
membunuh Isa. Mereka menetapkan dalam kitab Injil mereka bahwa sebagian pengikut
Al-Masih menemukannya hidup setelah terjadi peristiwa penyaliban".
Allah berfirman:
"Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang
mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa kepada mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhnn) Isa, benar-benar dalam
keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (An-Nisa': 157-
158).
Pendapat mereka yang mengatakan bahwa Isa yang tak berayah itu sebenarnya
berayah Allah telah dibantah oleh Al-Qur'an. Allah berfirman:
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptnan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia". (Ali Imran: 59).
Allah SWT menjelaskan bahwa Isa adalah manusia biasa yang juga makan
makanan. Padahal orang yang makan makanan membutuhkan buang air. Nah bagaimana
orang yang butuh makan, minum dan berak itu bisa dianggap Tuhan? Allah SWT
berfirman:

8)vi(gl*6m\*c FVm3YTgwc-)3m3c7a)DO'jfIFg'h6`lj8hBD` oIvi)Fjl5?*Jkg3j


oe].)pmFVmi;
"Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah
berlalu sebelumnya beberapa Rasul, dan ibunya seorang yang sangat jujur, kedua-duanya
biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli
kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka
berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu)". (Al-Ma'idah: 75).

B. IMAN KEPADA NAMA DAN SIFAT ALLAH


Merupakan anugerah Allah atas kita semua, bahwa Dia SWT telah mengenalkan
diri-Nya dalam kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya yang suci. Ia memperkenalkan diri
bahwa Ia memiliki asma'ul husna (nama-nama yang terbaik) dan sifat-sifat
kesempurnaan dan luhur. Seseorang pun tidak mungkin mensifati Allah dengan sifat
yang lebih baik dan utama dibandingkan sifat-sifat yang diberikan Allah kepada diri-
Nya. Demikian pula, seorang Mukmin tidak mungkin mengurangi sifat-sifat Allah yang
telah Ia berikan untuk diri-Nya.

Kemustahilan Mempersepsi Cara Bagaimana 1):


Dengan berdasarkan pada dalil-dalil aqliyah (rasional) dan naqliyah (Al-Qur'an
dan Sunnah), kita tahu bahwa Allah bukanlah makhluk-makhluk-Nya, sehingga sifat-
sifat-Nya harus berbeda dari sifat-sifat makhluk-Nya. Sebab, setiap makhluk itu
bersifat kurang sedangkan Allah SWT bersifat Maha sempurna.
Ia telah memberikan informasi dan keterangan, sehingga kita mengimani-Nya
seperti yang dijelaskan-Nya sendiri untuk diri-Nya di dalam kitab Al-Aziz maupun
dalam Sunnah Nabi SAW dengan tanpa mempertanyakan kaifa (bagaimana)-nya.
Allah SWT berfirman:
'Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat". (Asy-Syura: 11).
Ia Maha Mendengar (S ami') dan Maha Melihat (Bashir) tetapi pendengaran dan
penglihatan-Nya tidaklah seperti yang ada pada makhluk-makhluk-Nya. Kita tidak
mampu meliput-Nya. Ia Mahabesar dan Mahaagung.

Akal dan Konsepsi:


Allah telah menciptakan, untuk manusia, akal yang dipakai untuk memikirkan
realitas-realitas yang ada. Dengan akal, ia bisa mengetahui mana yang haq dan mana yang
bathil, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Akal ini dijadikan-Nya sebagai
fondasi taklif, sehingga barangsiapa hilang akalnya maka ia tidak terkena kewajiban.
Allah memberikan potensi yang luas sekali kepada akal.
Allah menciptakan, untuk manusia, potensi untuk membayangkan segala hal,
yang membantunya untuk mengatur dan membayangkannya, tetapi potensi
konsepsional ini lemah dan terbatas. Jika ada orang menceritakan suatu kota kepada
Anda, maka Anda membayangkan bahwa di kota itu ada itu dan ini. Akan tetapi ketika
Anda datang betul-betul mengunjungi kota itu, ternyata apa yang Anda bayangkan
sebelumnya itu amat meleset.

1
Seorang wanita Inggris, yang suaminya masuk Islam atas bimbingan Syeikh Abdullah Al-Hakimi, datang
menghadap Syeikh ini, ia mendebat si Syeikh, dengan mengatakan bahwa ia tidak akan beriman kepada
Allah kecuali jika ia bisa melihat-Nya dengan mata kepala - astaghfirullah.
Syeikh itu menjawab: "Apakah Anda mencintai suami Anda ini?"
Ia menjawab: "Ya".
Syeikh berkomentar. "Saya tidak percaya itu".
Ia bertanya: "Lho, kenapa?"
Syeikh ini menjawab: "Saya tidak percaya bahwa Anda mencintai suami Anda kecuali jika
saya tahu dengan mata kepala apa cinta itu? Berapa bobotnya? Apa warnanya? Berapa panjang dan
lebarnya?
Wanita ini menjawab: "Cinta memang ada, tetapi kita tidak bisa mengetahui ujudnya".
Syeikh menjawab: "Allah punya contoh yang terbaik - kami percaya kepada-Nya. Ia terlampau besar
untuk diliput. Banyak hal yang kita percayai adanya tetapi kita tidak bisa mempersepsi bagaimana ujudnya.
Misalnya, tidur - ia datang tetapi kita tidak bisa mempersepsi 'bagaimana dia?' Atau, bagaimana ia
terjadi? Demikian pula, bangun tidur, rasa suka dan gembira. Bahkan, mayoritas manusia itu tidak tahu
bagaimana listrik itu, tetapi mereka mempercayai adanya. Demikian pula pada banyak persoalan.
Jika seseorang mengetuk pintu, memang Anda dapat membayangkan bahwa orang
yang mengetuk pintu itu mengetuk pintu, akan tetapi daya nalar Anda tidak mampu
membayangkan siapa sebenarnya orang yang tengah mengetuk pintu itu? Sebab, daya
nalar memang menembus tabir pintu, kemudian Anda membayangkan bahwa orang yang
mengetuk pintu itu ada dan mengetuk pintu tok, sedangkan daya imajinasi Anda tidak
mampu dan dihalangi oleh hijab pintu untuk menembus.
Allah punya contoh yang terbaik. Sebab, akal mengimani (adanya) Allah, tetapi daya
nalar tidak mampu membayangkan Allah:
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat". (Asy-Syura: 11).

Mengenal Allah Melalui Nama dan Sifatnya


Makna penting mengenal nama dan sifat Allah:
Kalau ada orang berkata kepada Anda bahwa si A adalah orang yang dermawan, yang di
antara sifatnya adalah memberi orang yang minta kepadanya, maka pada waktu itu Anda
mengharap pemberiannya, Anda agungkan dalam diri Anda dan Anda memanfaatkan
pengenalan akan sifat ini ketika Anda butuh. Sebaliknya, jika Anda tahu bahwa ia bakhil,
sikap Anda tentulah berbeda.
Jika ada orang berkata kepada Anda bahwa pemerintah A adil, memperhatikan
penduduk yang berada di dalam negaranya dan menghukum orang-orang yang
menentangnya, maka Anda akan melihat masyarakat yang ada di dalam negara itu
melangkah sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh negara itu, sifat-sifat adil
yang dimilikinya dan menghormati sistem pemerintahan itu. Anda akan melihat
masyarakat menyukai pemerintah itu seukur dengan sifat-sifat positif yang dimilikinya. Di
samping itu, Anda akan melihat mereka berusaha untuk tidak memancing agar dihukum.
Barangsiapa mengenal sifat-sifat Tuhan SWT dan Asmaul Husna-Nya,
yang pengetahuannya itu mencakup Dzat yang mengusai kerajaan langit dan bumi, maka
Anda bisa melihat bahwa tingkah lakunya berjalan sesuai dengan pengetahuannya akan
nama-nama dan sifat-sifat Allah. Sedangkan orang yang kafir akan mengatakan, seperti
yang dikisahkan oleh Allah SWT :
"Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa". (Al-Hajj: 74).
Al-Qur'an mengingatkan bahwa nama-nama Allah tidak boleh dirubah. Untuk itu, Allah
SWT berfirman :

Sebagaimana Al-Qur'an mengingatkan bahwa Allah tidak boleh diberi sifat yang tidak
pantas untuk-Nya.
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain)
beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-mnsing tuhan itu akan membawa
makhluk ciptaannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian
yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu". (Al-Mu'minun: 91).

Wahyu Sebagai Jalan Ter-ideal untuk mengenal Nama dan Sifat Allah
Pengetahuan manusia terhadap makhluk Allah terbatas. Ia tidak akan bisa
mengetahui Allah secara total. Sebab, tujuh langit bagi kursi Allah hanyalah bagaikan
tujuh Dirham di dalam perisai, sedangkan kursi pada 'Arsy bagaikan lingkaran yang
dilemparkan ke padang pasir:
"(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arsy". (Thaha: 5).
Ilmu pengetahuan kita nyaris tidak bisa meliputi batas bintang-bintang yang
merupakan hiasan langit dunia. Oleh sebab itu, kita tidak bisa mengetahui Allah secara
total. Allah SWT berfirman:

.)vv okJg'*IFc WI3K3k5v'khXlj 0*L5oT*A)vi(^hB3ji()D)l*53jihY)


i*VYgrhYgo&3k(V^@
"Allah mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-
Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Baqarah: 255).
Kita tidak akan bisa mengetahui-Nya secara sempurna kecuali berkat penjelasan dari-
Nya SWT. Allah telah memberi kita penjelasan dan ilmu pengetahuan sehingga kita
bisa mengenal Allah, nama dan sifat-Nya. Kita berhenti pada batas itu, memuji-Nya SWT
dengan mengingat sifat dan nama itu.

Memahasucikan Allah dari Menyamai Makhluk


Ketika dikatakan: "Sang raja mulia, pengawal yang menyertainya mulia dan puteranya
juga mulia", maka tak syak lagi bahwa pendengar akan memilahkan antara raja dengan
anaknya, walaupun semua sama-sama manusia. Akan tetapi jika dikatakan bahwa 'Allah
Maha Mulia' maka tak syak lagi bahwa Anda akan tahu bahwa kemahamuliaan Allah Azza
wa Jalla tidak bisa disamai oleh kemuliaan hamba-Nya yang lemah.
Demikian pula setiap sifat Allah SWT. Ilmu-Nya tidak seperti ilmu hamba-Nya.
Hikmah-Nya tidak seperti hikmahnya para makhluk. Rahmat-Nya kepada orang-orang
Mukmin dan dendam-Nya terhadap orang-orang kafir tidaklah seperti rahmat dan
dendamnya hamba-Nya yang makhluk itu. Semua sifat itu pada diri-Nya amat sempurna,
tidak bisa disamai oleh seorang pun. Allah berfirman:
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat". (Asy-Syura: 11).
Sebab, sifat kurang tidak pantas bagi-Nya dan pantas bagi selain Dia.

Asma'ul Husna
Allah memiliki asma'ul husna, sejumlah nama yang baik. Ia memiliki 99 nama, yang
barangsiapa hafal itu ia akan masuk surga.
Ia juga punya nama-nama yang lain, seperti yang disebutkan dalam hadits.
Allah SWT berfirman:

"Allah mempunyai asma'ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan asma'ul


husna itu". (Al-A'raf: 180).
Di antara asma'ul husna itu adalah: Al-Wahid (Yang Maha Esa), Al-Ahad (Yang Maha
Esa), Ash-Shamad (Yang Maha tidak membutuhkan pihak lain tetapi Maha dibutuhkan
pihak lain), Al-Qayyum (Yang ada dengan sendiri-Nya dan mengadakan yang bukan diri-
Nya), Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta), Al-Mushawwir (Yang Maha Pembentuk), Ar-
Rahman (Yang Maha Pengasih), Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang), Al-Lathif (Yang
Mahalembut), Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi-rezki), Al-Washi (Yang Maha Merahmati
segala makhluk dan ilmu-Nya Menjangkau segala sesuatu), Al-Aziz (Yang Maha
Perkasa dan Tak terhinakan), Al-Hakim (Yang Mahabijak), Al-Alim (Yang Maha
Mengetahui), Al-Hafidz (Yang Maha Pemelihara), Al-Muhyi (Yang Maha
Menghidupkan), Al-Mumit (Yang Maha Mematikan) dan Al-Warits (Yang Maha
Pewaris alam semesta).
Manusia juga dimungkinkan mengenal Tuhannya dari dekat, yaitu dengan cara
menyaksikan pengabulan Allah atas do'anya. Misalnya, seringkali terjadi orang-orang
Mukmin yang memohon - dengan hati yang khusyu' dan taubat - kepada Tuhannya agar
diturunkan hujan, yang dikabulkan seketika itu juga sehingga hujan turun di desa atau kota
di mana mereka berdo'a kepada Tuhannya, padahal di desa atau kota sebelahnya tidak
terjadi apa-apa. Demikian pula, orang-orang yang sedang kesulitan seringkali terlepas
dari kesulitan yang dihadapi berkat do'a yang mereka panjatkan. Allah SWT berfirman:

FcE93jw*h`+Wj'gv3^hBiehY>)oJg\Le)3XFTSkg4*>)lj
"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia
berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?Amat
sedikitlah kamu mengingati-(Nya)". (An-Naml: 62).

Sikap Orang-Orang Kafir Terhadap Bukti-Bukti Iman:


Memang bukti keimanan kepada Allah itu amat banyak sebanyak jumlah
makhluk-Nya. Sebab, setiap makhluk menunjukkan sifat-sifat penciptanya, tetapi
orang-orang kafir tidak memanfaatkan dalil-dalil ini karena hati mereka sakit, tidak
dapat menerima hidayah (petunjuk) seperti halnya orang-orang mukmin -
sebagaimana yang sudah kami jelaskan. Sehingga Anda bisa melihat bahwa orang-
orang kafir itu berpaling meninggalkan ayat-ayat Allah dan keras kepala secara
hantam kromo. Allah SWT berfirman:
"Di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu
pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya". (Al-Hajj: 8).
Anda bisa melihat bahwa mereka menyepelekan ayat-ayat Allah. Allah berfirman:
"Mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya".
Mencampur kebenaran dengan kebathilan. Allah berfirman:
"Janganlah kamu campur-adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui". (Al-Baqarah: 42).
Demikian pula, mereka merintangi jalan Allah. Allah SWT berfirman:

D*Y5whRohRD`+f*6IlXDOF^cl)Eg
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya". (An-Nisa': 167).

Mengekor (Taklid) dalam Kekafiran:


Di antara ciri paling menonjol dari orang-orang kafir, ialah bahwa mereka -
karena menolak iman yang berdalil pasti itu - menggantikan iman dengan kafir tanpa
bisa mendatangkan dalil, selain taklid buta. Allah SWT berfirman:
okhY)vi&353cog3m35'*hX3mD=3j3n6J@og3 `oIFgpg+Gm3jpgog3Y9i(gf*`
D:()v32*K
"Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah
dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek
moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak
(pula) mendapat petunjuk?". (Al-Ma'idah: 104).

Membuat Tuduhan-Tuduhan:
Di antara cara yang ditempuh oleh orang-orang kafir untuk menghambat orang-
orang Mukmin adalah menciptakan tuduhan-tuduhan, yang tentu bisa berpengaruh ke
dalam hati orang-orang yang berakidah rapuh dan tidak punya benteng untuk
menentang tuduhan-tuduhan dari kaum atheis.
Antara lain ialah bahwa atheisme yang berkembang sekarang ini mengulang-ulang
kembali apa yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa, seperti yang dikisahkan
oleh Al-Qur'an :
"(Ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang". (Al-Baqarah: 55).
Padahal mereka meyakini adanya akal yang berfikir, adanya udara dan gravitasi
bumi yang menarik segala benda ke bumi, gelombang-gelombang siaran yang datang
kepada mereka dari tempat-tempat yang jauh, padahal semua itu tidak bisa mereka
lihat sama sekali. Yang mereka lihat hanyalah pengaruh-pengaruh akal yang nampak
pada tingkah laku orang-orang yang pandai, pengaruh-pengaruh gravitasi yang nampak
pada penarikan tarik segala benda ke bumi, pengaruh-pengaruh gelombang yang
menfenomena suara pada radio. Sehingga mereka mempercayai bahwa akal itu ada, juga
udara, gravitasi dan gelombang, setelah mereka menyaksikan pengaruh-pengaruhnya.
Jadi, mata tidak mampu memandang, karena kelemahannya, maka akal bisa
mengetahui adanya Sang Pemberi Pengaruh yang nampak dari pengaruh-pengaruhnya
yang tersaksikan. Kalau saja orang-orang kafir sudi menanggalkan kesombongan
mereka dalam membanggakan mata yang lemah itu, yang tidak bisa memandang udara
yang menyentuhnya dan tidak bisa melihat orang yang berada di luar, di samping mau
berfikir, niscaya mereka akan menemukan dirinya beserta bumi dan langit yang ada di
alam ini tiada lain hanya sekedar pengaruh (fenomena) saja dan tanda-tanda yang
jelas yang mengenalkan mereka kepada Pencipta Yang Mahasuci (SWT).
Pandangan mata yang lemah itu tidak bisa meliput bintang-bintang yang merupakan
hiasan langit dunia. Nah, bagaimana akan bisa meliput Dzat yang ada di 'Arsy: "Ketujuh
langit itu, bagi kursi-Nya tidak ubahnya seperti tujuh Dirham dalam tameng,
padahal kursi itu bagi Arsy-Nya, tak ubahnya bagaikan satu lingkaran di padang
pasir."
Kalau mata manusia memandang langsung sinar matahari saja tak mampu, lantas
bagaimana mau memandang cahaya Allah Azza wa Jalla?
Kalau saja Allah menampak kepada hamba-hamba-Nya di dunia ini, niscaya
penampakan itu akan menawan mereka. Dalam kondisi demikian, dunia tidak tepat jadi
ajang ujian, karena iman di sini sudah bertahap paksaan sehingga ujian sudah tidak ada
artinya lagi.
Dulu Musa AS pernah meminta untuk melihat Tuhannya: "Tatkala Tuhannya
nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan". (Al-A'raf: 143).
Seluruh manusia, termasuk yang kafir, membenarkan para dokter, para ahli guru.
Mereka memberitahukan kepada orang tersebut tentang persoalan-persoalan yang tidak
bisa mereka lihat dengan mata, karena para ahli itu adalah orang yang terpercaya
bagi para pendengar.
Kalau saja orang-orang kafir itu menghilangkan sifat sombongnya, niscaya
mereka juga bisa mengenal Tuhan melalui para Rasul-Nya yang jujur, yang
mempersembahkan mukjizat dan penjelasan yang paling terpercaya di muka bumi ini
tentang apa yang mereka katakan dari Tuhan mereka.

Persyaratan Menerima:
Ada orang yang mensyaratkan keimanannya kepada Allah dengan keharusan Allah
mengabulkan apa yang dituntutnya. Misalnya seseorang mengatakan, "kalau Allah ingin
saya imani, maka Allah harus melakukan itu dan ini". Ini mirip dengan perkataan orang-
orang kafir, seperti yang dikisahkan oleh Al-Qur'an.
Kalau Allah menjadikan jalan untuk beriman itu dengan cara harus memenuhi
tuntutan manusia, maka kita akan menemukan orang yang mensyaratkan keimananya
dengan keharusan Allah membuat malam menjadi siang, matahari menjadi rembulan,
bumi jadi langit, laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya. Bahkan ada yang
mensyaratkan Tuhan harus membunuh seseorang, menghidupkan orang-orang mati, dan
menghancurkan suatu negara dan sebaliknya. Bila terjadi begitu, pada waktu itulah
bumi dan langit menjadi hancur. Allah SWT berfirman :

l(*]ljv okJg DJ^gi&o&_AgW69og


"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi
ini dan semua yang ada di dalamnya". (Al-Mu 'minun: 71).

C. REALISASI IMAN KEPADA ALLAH


1. Ikhlas Beribadah
Ibadah adalah istilah yang mencakup semua yang disukai oleh Allah. Jadi,
mengerjakan semua hal yang diperintahkan oleh Allah untuk dilakukan adalah ibadah.
Sebaliknya, menghindari semua larangan yang ditetapkan oleh Allah adalah ibadah.
Adat kebiasaan yang disyari'atkan, semisal makan minum dan berpakaian bisa menjadi
ibadah jika dilakukan untuk mentaati perintah Allah SWT dan minta tolong untuk
dijadikan bekal taat kepada-Nya.
Ibadah dinyatakan benar hanya jika ikhlas (murni) untuk Allah, sesuai dengan
aturan-Nya dan memadukan unsur tunduk dan merendah kepada Allah, disertai
dengan totaliter kecintaan kepada-Nya. Firman Allah SWT:

"Tetapi orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah". (Al-Baqarah: 165).
Ibadah merupakan tujuan dari Allah dalam menciptakan manusia, dan
mengatur para Rasul untuk tujuan itu. Kalau saja Allah telah menundukkan apa yang
ada di bumi maupun di langit untuk manusia, maka hal itu dimaksudkan agar manusia
menundukkan semua ini dalam rangka dan kerangka taat kepada Allah SWT. Allah
SWT berfirman:
"Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin". (Luqman: 20).
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku". (Adz-Dzariyyat: 56).
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya". (An-Nahl: 36).
Ada dua syarat pokok bagi diterimanya ibadah. Pertama, ikhlas karena Allah,
sehingga tidak ada yang disembah selain Allah, tidak ada yang dituju selain Allah.
Allah SWT berfirman:
7k*agl)bg ocGgo9.) ohPgok*a)3^n@l)Dg'gl*PhCj+D6Y*gvFj3j
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian inilah agama yang lurus". (Al-
Bayyinah: 5).
Kedua, mengikuti Rasulullah SAW. Artinya, Allah disembah harus berdasarkan ajaran
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman:

ie5omiegF^[)+ie66A)pmoY693]+o6A9i:ncf`
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". (Ali Imran: 31).
Dalam rangka menguraikan ciri orang-orang kafir, Allah berfirman:
'Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang
mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?". (Asy-Syura:21).
Sebagai contoh, orang yang shalat maghrib dengan empat rakaat berarti shalatnya
tidak sah sedang orang yang menunaikannya dengan tiga rakaat berarti sah. Sebab,
orang yang terakhir ini sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW sedangkan yang pertama
menyalahi ajarannya. Beliau SAW bersabda:
"Barangsiapa membuat ibadah sendiri (yang memang tidak diajarkan) dalam
agama kita ini, maka ia tertolak".

Macam Ibadah:
Ibadah kepada Allah SWT bisa tercapai dengan cara seseorang benar-benar tunduk, baik
secara lahir maupun batin, keyakinan, perkataan maupun perbuatan kepada Allah SWT.
Ada beberapa macam ibadah.
1. Ibadah-ibadah i'tiqadiah.
(a) keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah,
yang ditempuh dengan pengertian yang pasti tanpa tercampur debu keraguan.
Allah SWT berfirman:
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-
laki dan perempuan'. (Muhammad: 19).
"Adakah orang-orang yang mengetahui bahwasannya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar-benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah
orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran". (Ar-Ra'd: 19).
(b) cinta kepada Allah Azza wa Jalla. Ia SWT berfirman:
"Adapun orang-orang yang beriman amat sangat mencintai Allah". (Al-Baqarah:
165).
yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan, penyerahan diri dan harus
berdasarkan kepada ajaran Rasulullah SAW. Allah SWT berfir man:
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". (Ali Imran: 31).
Sebagai konsekwensi cinta kita kepada Allah, maka kita harus cinta kepada Rasul-
Nya dan mencintai agama Islam. Sedangkan cinta kepada para Nabi dan ahli bait
bukan merupakan ibadah kepada mereka. Karena hal itu tidak
mengkonsekwensikan mereka untuk pasrah secara total kepada mereka, di
samping tidak melebihi cinta orang-orang mukmin kepada Allah dan Rasul.
Sebagai konsekwensinya, jika cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul-Nya
bertentangan dengan cinta kepada orang lain maka cinta kepada selain Allah
(harus) gugur dari hati seorang mukmin. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum
keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasik". (At-Taubah: 24).
(c) Takut kepada Allah disertai sikap mengharap rahmat-Nya. Allah SWT berfirman:
"(Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?". (Az-Zumar: 9).
Dalam rangka mengurai ciri orang mukmin, Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya. Karena sesungguhnya
azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya)".
(Al-Ma'rij: 27-28).
Memang, kadangkala seseorang takut kepada persoalan-persoalan duniawi, tetapi
rasa takut di sini bukanlah ibadah kepada hal-hal tersebut. Sebab, takut di sini
merupakan takut yang bersifat fitri yang menyebabkan seorang mukmin
berkeyakinan bahwa Allah lah yang menciptakannya. Di samping itu, rasa takut ini
di dalam kalbu seorang mukmin tidak melebihi rasa takut kepada Allah SWT,
karena ia berkeyakinan bahwa Allah SWT mampu menyelamatkannya dari segala
kejelekan. Allah SWT berfirman:
"Jika Allah menimpakan suatu kemadharatan kepadamu, maka tidak ada yang
menghilangkannya kecuali Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan
kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu". (Al-An'am: 17).
(d) Inabah kepada Allah. Yaitu, bersegera menuju ridha Allah. Kembali kepada-Nya,
mohon ampun dan taubat kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)".
"Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak
menyadarinya". (Az-Zumar: 54-55).
Dalam rangka mengurai ciri orang-orang mukmin, Allah SWT berfirman:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui". (Ali Imran: 135).
(e) tawakkal dan minta tolong kepada Allah.
Hakekat tawakal adalah sikap lurus kalbu berpegang kepada Allah Azza wajalla
dalam mencapai hal-hal yang bermanfaat dan menolak bencana yang berkaitan
dengan masalah dunia dan akhirat. Allah telah menentukan dan mengatur alam
dengan sekumpulan aturan, hukum dan sebab. Cara kita beribadah dengan
memanfaatkan hal itu. Di antara sebab ini yang paling kuat adalah tawakal. Allah
SWT berfirman:
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu". (Ath-Thalaq: 3).
"Jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika
kamu benar-benar orang yang berserah diri". (Yunus: 84).
"Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja". (At-
Taghabun: 13).
Allah mengharuskan kepada hamba-hamba-Nya agar dalam setiap kali shalat
mengucapkan: ( ) "Hanya Engkaulah yang kami sembah dan
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan". (Al-Fatihah: 5).
dalam hadits syarif disebutkan: "Jika minta tolong, maka minta tolonglah kepada
Allah."

2. Ibadah qauliyah, yang meliputi:


(a) mengucapkan dua kalimah syahadat. Sebab, keislaman seseorang belum bisa
dinyatakan sah selama belum mengucapkan dua kalimah syahadat kecuali bagi orang
bisu yang cukup dengan isyarat atau sikap yang menunjukkan keimanannya.
Rasulullah SAW bersabda:
"(Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan
bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah; menegakkan
shalat, menunaikan zakat, yang jika mereka melakukan semua itu berarti
mereka telah menyelamatkan darah dan harta mereka dari (jangkauan
tugas)ku kecuali atas hak Islam dan hisab mereka ada di tangan Allah)".
(b) Ingat kepada Allah, bertasbih dan beristighfar. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan
petang". (Al-Ahzab: 41-42).
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-
Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi
kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling; maka sesungguhnya aku
takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat". (Hud: 3).
"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat". (An-Nashr: 3).
(c) Doa.
Orang yang berdoa tidak bisa dikategorikan berakal kecuali jika ia berdoa kepada
Dzat yang bisa mendengarnya dan mendengar orang lain di setiap waktu, di
setiap tempat walau dengan bahasa apa pun juga. Demikian pula, ia tidak bisa
dikategorikan berakal kecuali jika ia berdoa kepada Dzat yang diyakininya mampu
mengabulkan doanya, menghilangkan kesulitannya dan memenuhi kebutuhannya
dikarenakan faktor-faktor ghaib, dan kekuatan supranatural yang mampu
bertasarruf di alam ini. Ia tidak lain kecuali Allah, juga tidak mungkin kalau itu
adalah makhluk-Nya, baik yang hidup maupun yang mati. Barangsiapa beranggapan
bahwa selain Allah ada yang memiliki sifat di atas kemudian ia mengarahkan doa
kepadanya, maka ia terjatuh ke dalam kemusyrikan. Allah SWT berfirman:
"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam
dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu
yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-
Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada
mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka
tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak
dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan
mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan
kapadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui". (Fathir: 13-14).
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
mendo'a apabila ia berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran". (Al-Baqarah: 186).
Jika orang yang menujukan doanya bukan kepada Allah itu memang tidak tahu, maka
orang yang tahu harus memberitahu dan ia harus mau mengikutinya dan
menyelamatkannya dari terjatuh ke dalam kemusyrikan.
(d) Sumpah dengan nama Allah.
Jika bersumpah, seorang muslim harus menggunakan nama Allah demi
mengagungkan-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa bersumpah, maka ia harus bersumpah dengan menggunakan nama
Allah atau ia harus diam".
Oleh sebab itu, barangsiapa bersumpah dengan menggunakan nama selain Allah
karena takut kepadanya seperti takut kepada Allah, maka ia terjatuh ke dalam
kemusyrikan. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, berarti ia musyrik".
Sumpah dengan amanah tidak dibenarkan, berdasarkan hadits Rasulullah SAW:
"Barangsiapa bersumpah dengan menyebut amanah maka bukan golongan kami".
(e) Mengajak kepada Allah, beramar ma'ruf dan bernahi mungkar. Allah SWT
berfirman:
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushshilat: 33).
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf: 108).
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar;
merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imran: 104).

3. Ibadah-ibadah praktis, yang meliputi:


(a) mendirikan shalat. Allah SWT berfirman:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus". (Al-Bayyinah: 5).
Dalam rangka mensifati orang-orang mukmin, Allah SWT berfirman:
"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang". (An-Nur: 37).
"(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
mereka kembali segala urusan". (Al-Haj: 41).
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa". (Thaha: 132).
(b) Menunaikan zakat. Allah SWTberfirman:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurniknn ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus". (Al-Bayyinah: 5).
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan
dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (Al-
Baqarah: 110).
"Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-
orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu
(Al-Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang
yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hari kemudian. Orang-orang itulah
yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar". (An-Nisa': 162).
(c) Puasa di bulan ramadhan. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (Al-
Baqarah: 183).
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur". (Al-Baqarah: 185).
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa puasa di bulan ramadhan berdasarkan keimanan dan mencari
ridha Allah, maka dosa-dosa yang telah dilakukannya diampuni".
(d) Haji bagi yang mampu. Allah SWT berfirman:
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (Ali Imran: 97).
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai onta yang kurus yang
datang dari segenap penjuru yang jauh". (Al-Hajj: 27).
Rasulullah SAW bersabda:
"Islam dibangun di atas lima landasan: syahadat bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad itu Rasulullah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; haji;
dan puasa di bulan ramadhan".
(e) Berhukum kepada apa yang telah diturunkan oleh Allah. Tak seorang pun
yang berhak menetapkan aturan hukum untuk manusia, yang berhak
hanyalah Allah SWT. Allah SWT berfirman:
l*kg3Yg +369Fjv_hCg'gv
"Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci
Allah, Tuhan semesta alam". (Al-A'raf: 54).
Barangsiapa menjadikan diri sendiri atau orang lain sebagai musyarri (penetap)
hukum dan aturan yang tidak diberi wewenang oleh Allah untuk itu, maka ia telah
musyrik dan mengajak kepada selain Allah. Allah SWT berfirman:
"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?" (Asy-
Syura: 21).
"Keputusan itu hanya kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia". (Yusuf: 40).
Orang mukmin adalah orang yang menerima dan tunduk kepada hukum Allah,
dengan hati yang rela. Allah SWT berfirman:
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (An-Nisa': 65).
(f) Jihad fi sabilillah. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ? (Yaitu) kamu beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
Itulah yang lebih baik bagi kamu jika mengetahuinya". (Ash-Shaf: 10-11).
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang
sabar". (Ali Imran: 142).
(g) Nadzar kepada Allah. Allah SWT berfirman:
"Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata
di mana-mana". (Al-Insan: 7).
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa bernadzar akan taat kepada Allah, maka ia harus taat kepada-Nya.
Sebaliknya, barangsiapa bernadzar akan maksiat kepada Allah, maka janganlah ia
maksiat kepada-Nya".
(h) Thawaf di Baitul haram. Allah SWT berfirman:
"Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail; "Bersihkanlah rumah-
Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (Al-
Baqarah: 125).
"Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan
mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan
hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)".
(Al-Haj: 29).
(i) Menyembelih binatang ternak karena Allah. Allah SWT berfirman:

"Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam". (Al-An'am: 162).
Menyembelih binatang ternak di sini termasuk nusuk, Allah SWT berfirman:
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah". (Al-Kautsar: 2).
Barangsiapa hendak beribadah kepada Allah, tentu membutuhkan azimah yang lurus
yang mampu mengalahkan rasa malas, dan dengan demikian ia bisa serius taat
kepada Allah, sehingga perkataan dan perbuatannya benar. Allah SWT
berfirman:
ohY^9v3jogoa9igonjl)Eg3()3)
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat?" (Ash-Shaf: 2).
Orang yang hendak memperkuat azimahnya, maka harus berteman dengan
orang-orang baik. Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah suatu hari (ketika) orang yang zalim menggigit dua tangannya,
seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".
"Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu
teman akrab(ku)".
"Sesungguhnya dia telah menyesatkan dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah
datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia". (Al-
Furqon: 27-29).

4. Iman secara konsekuen


a. Membenarkan semua yang datang dari Allah:
Seorang mukmin membenarkan semua yang diinformasikan oleh Allah SWT
dalam Kitab-Nya, atau melalui lisan Rasul-Nya yang mulia - SAW.
Seorang Mukmin mengimani semua hal yang menyalahi apa yang
diinformasikan oleh Allah SWT adalah bathil betapa pun dihias dan dipoles oleh
pelakunya. Hal ini dikarenakan ia mengimani bahwa agama itu adalah dari sisi
Allah Yang Mahatahu, Yang Mahabijak. Allah SWT berfirman:

l*kc3Agie@-5+H*gl)Dg35DY5b5Ee)3k]
"maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah
(adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?"
(At-Thin: 7-8).
b. Taat kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah:
Sebab, orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, yakin bahwa janji
Allah haq; Allah SWT telah menyediakan pahala bagi orang yang taat
kepada-Nya dan taat kepada Rasul-Nya, dengan cara melaksanakan perintah-
perintah-Nya juga perintah-perintah Rasul-Nya SAW, maka keimanannya
yang demikian ini mengkonsekwensikannya menyerahkan diri kepada
perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebab di setiap kesempatan, tindakan
seorang mukmin diharuskan sesuai dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Allah SWT berfirman:

"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi-
nabi, para shadiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan
mereka inilah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari
Allah, dan Allah cukup mengetahui". (An-Nisa': 69-70).
Rasulullah SAW bersabda: "ayat: Semua umatku masuk sorga, kecuali yang tidak
mau. Beliau pun ditanya: "Siapa yang tidak mau itu?" Beliau menjawab:
"Barangsiapa taat kepadaku akan masuk sorga, tetapi barangsiapa
membangkang terhadapku berarti ia tidak mau".
c. Menunaikan kewajiban:
Sebab, jika kalbu dipenuhi oleh ruh iman, maka akan mendorong anggota
tubuh untuk melakukan amal-amal saleh dan serius menunaikan kewajiban.
Sebaliknya, orang yang tidak menunaikan kewajiban tetapi mengklaim diri
sebagai seorang mukmin, tentu ia berdusta dan ditipu oleh setan sehingga
menganggap baik perbuatan buruknya. Sebab, jika kalbunya bisa menerima
iman, maka seluruh anggota tubuhnya akan bisa menunaikan kewajiban-
kewajiban. Rasulullah SAW bersabda:
'Di dalam kalbu ada segumpal darah, yang jika ia baik maka baiklah seluruh
tubuh. Sebaliknya, jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah,
bahwa itu adalah kalbu.
d. Menunaikan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan:
Iman seseorang tidak bisa dikatakan sempurna, tanpa ia mau menunaikan
kewajiban yang ditentukan oleh Allah dan meninggalkan apa yang
diharamkan Allah, demi menyesuaikan diri dengan ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman:
 3aYgD)DK++oa9o(:m3]'nXic3(m3jEC]oIFgic393j
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7).
e. Taubat dan mohon ampun:
Jika melakukan suatu kesalahan, maka seorang mukmin harus segera
bertaubat, dengan cara menyesali perbuatannya, tidak akan mengulanginya
dan mohon ampun kepada Allah.
Dalam rangka mensifati orang mukmin, Allah SWT berfirman:
"Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui".
(Ali Imran: 135).
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang". (Az-Zumar: 53).
f. Amar ma'ruf dan nahi mungkar:
Amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan konsekwensi iman dan sifat orang
mukmin. Allah SWT berfirman:
FenkglXo(n)FYkg35Fj-)QY53*gi(SY5 3nj.kgonj.kg
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka (menyuruh mengerjakan)
yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar". (At-Taubah: 71).
Hubungan antara kekuatan iman dalam kalbu seorang mukmin dengan sikapnya
menunaikan amar ma'ruf dan nahi mungkar, begitu kuat. Rasulullah SAW
bersabda:
"Barang siapa melihat kemungkaran, harus merubahnya dengan tangannya. Jika
tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan kalbunya,
yang ini merupakan tingkatan iman yang paling lemah".
Seorang mukmin mesti beramar ma'ruf dan bernahi mungkar. Sebab, jika
kewajiban ini ditinggalkan, maka ia rugi. Allah SWT berfirman:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya
menepati kesabaran". (Al-Asr: 1-3).
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata bagi Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan". (Al-Anfal:
39).
g. Larangan Loyalitas Mukmin kepada orang kafir.
Wala' (loyalitas) adalah rasa cinta dan dukungan dari seorang mukmin untuk
mukmin yang lain. Salah satu konsekwensi paling penting dari iman adalah bahwa
seorang mukmin harus menyempurnakan wala'-nya kepada mukmin yang lain,
dan seorang mukmin tidak boleh memberikan wala'-nya tanpa landasan iman.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya
mereka tunduk (kepada Allah)". (Al-Maidah: 55).
"Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang mereka kerjakan itu". (At-Taubah: 71).
Dalam rangka memisahkan diri dari orang-orang kafir, Allah menciptakan
uswah hasanah untuk orang-orang mukmin. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang
kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami
dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:
"Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada
menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya
Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada
Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali". (Al-
Mumtahanah: 4).
h. Berdakwah mengajak masyarakat untuk memeluk agama Allah dan memerangi
orang yang merintangi jalan Allah.
Jika sudah bisa merasakan nikmatnya iman dan cinta Allah di dalam kalbunya,
maka seseorang akan berusaha keras untuk menjauhkan diri, keluarga, bahkan
seluruh umat manusia, dari kekafiran, atheisme dan kelalaian, menuju cahaya
iman kepada Al-Qur'an dan hidayah. Ia berdakwah menuju Allah dengan resiko
diganggu manusia tetapi penuh harap mendapat pahala dari Allah SWT. Allah
SWT berfirman:
l*khJkgljpnm3`3Ag3OfkX+pg3Xlkjvo`lJ@lj
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushshilat: 33).

l*cFLkglj3m3j+3A6IpnY69lj3m F*P5phX+pgoXph*6IE&f`
"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf: 108).
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa mengajak kepada petunjuh maka ia akan mendapat pahala sebesar
pahala yang diterima oleh orang yang mengikutinya, sama sekali tidak dikurangi".
Sedangkan orang-orang yang menghalangi jalan Allah dan merintangi orang untuk
masuk agama Allah, maka seorang mukmin diharuskan memeranginya sehingga
agama Allah bisa mencapai seluruh lapisan masyarakat, dan mereka bisa beriman
secara jelas dan hancur secara jelas (karena menolak dakwah Islam). Allah SWT
berfirman:
"Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang beriman". (Ash-Shaf: 13).

BAB III
IMAN KEPADA PARA RASUL ALIHIM AS-SALAM
Iman kepada Rasul merupakan salah satu rukun akidah sebagai konsekwensinya,
seseorang harus mengimani semua Rasul Allah tanpa membeda-bedakannya. Allah SWT
berfirman:

okhJj'glAmi(njD@l*5F^mvi(5ljo*6ngr9
"Katakanlah: Kami beriman kepada Allah dan (kepada) apa yang telah diturunkan
kepada kami, dan (kepada) apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail, Ishaq,
Ya'kub dan anak cucunya, dan (kepada) Musa dan Isa, dan (kepada) apa yang diberikan
(kepada) Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan antara seseorang
daripada mereka, dan kepada-Nyalah kami berserah diri". (Al-Baqarah: 136).
Allah SWT menjelaskan bahwa ini adalah keimanan orang-orang Mukmin. Untuk itu
Allah berfirman:
"Rasul itu percaya kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-Nya, dan
(begitu juga) Mukminin: tiap-tiap seorang daripada mereka beriman kepada
Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya: Mereka berkata: "Kami
tidak membedakan antara seorang (dengan lain) daripada Rasul-Nya," dan mereka
berkata: "Kami dengar dan kami taat; (kami minta) keampunan-Mu, hai Tuhan kami!
Karena kepada-Mulah kami kembali." (Al-Baqarah: 285).
Ia mengkhabarkan tentang arti kebajikan (Al-Birr) dalam keimanan ini. Untuk itu, Allah
SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang membeli kekufuran dengan iman itu tidak akan bisa
menyusahkan Allah sedikit jua pun, tetapi adalah bagi mereka siksa yang pedih". (Al-
Baqarah: 177).
Jika seseorang mengimani rasul-rasul tertentu saja - dan membeda-bedakan di
antaranya dalam keimanan kepada mereka, berarti ia kafir. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya antara yang kufur kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan hendak
membedakan antara Allah dan rasul-rasul-Nya dan berkata: "Kami mau beriman kepada
sebahagian, dan tidak mau beriman kepada sebahagian, dan mereka hendak mengambil satu
jalan di antara itu. (Maka) mereka ini ialah benar-benar kafir, dan Kami telah
sediakan bagi orang-orang kafir itu, azab yang menghina. Dan orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul- rasul-Nya dan tidak membedakan antara seorang pun dari
mereka (tentang wajib diimani), (maka) mereka ini akan diberi ganjarannya (oleh
Allah), karena adalah Allah itu Pengampun, Penyayang". (An-Nisa': 150-152).

HIKMAH PENGUTUSAN PARA RASUL


1. Allah mengutus para rasul untuk memperkenalkan manusia kepada Tuhan dan
Penciptaannya. Sekaligus mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada
Allah dan mengkafiri selain Dia.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah utus pada tiap-tiap umat seorang rasul (dengan
perintah): "Hendaklah kamu sembah Allah dan jauhi berhala-berhala". (An-
Nahl: 36).
"Dan tidak Kami utus sebelummu seorang rasul melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang sebenarnya) melainkan
Aku; oleh yang demikian, berbaktilah kepada-Ku". (Al-Anbiya': 25).
"Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan
kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang-orang tuli
dapat mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan." (Al-Anbiya':
45).
2. Allah mengutus mereka untuk menegakkan dan menjaga agama, melarang
berpecah-belah dalam beragama dan keharusan berhukum kepada apa yang
diturunkan oleh Allah. Allah SWT berfirman:
"Ia telah terangkan untuk kamu perihal agama, sebagaimana yang Ia wajibkan
kepada Nuh, dan yang Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang Kami
wajibkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa (yaitu) bahwa hendaklah kamu dirikan
agama dengan tetap, dan janganlah kamu bercerai-berai dari padanya". (Asy-
Syura: 13).
"Sesungguhnya Kami telah turunkan kepadamu Kitab (ini dengan membawa)
kebenaran, supaya engkau menghukum di antara manusia dengan apa yang
Allah tunjukkan kepadamu; dan janganlah engkau jadi pembela orang-orang
khianat". (An-Nisa': 1 0 5 ) .
3. Allah mengutus mereka untuk menyampaikan berita gembira kepada orang-orang
yang berirnan bahwa mereka akan mendapat pahala yang abadi atas ketaatan
mereka. Sekaligus memberi peringatan kepada orang-orang kafir tentang akibat
kekafiran mereka, membatalkan setiap alasan yang mereka utarakan dan
menegakkan hujjah Tuhan kepada mereka. Allah SWT berfirman:
"(Yaitu) rasul-rasul yang membawa kabar gembira dan mengancam supaya tidak
ada alasan bagi manusia untuk (menyalahkan) Allah sesudah (datang) rasul-rasul-
Nya, karena adalah Allah itu Maha Gagah, Maha Bijaksana". (An-Nisa': 165).
4. Allah mengutus mereka untuk memberikan teladan positif kepada manusia
dalam bertingkah-laku yang lurus, akhlak yang utama, ibadah yang benar dan
konsisten memegangi pentunjuk Allah, seperti terdapat dalam firman Allah:
"Sesungguhnya adalah bagi kamu pada (diri) Rasulullah itu suatu tauladan yang
baik, bagi orang yang percaya kepada Allah dan hari kemudian dan banyak
mengingat Allah". (Al-Ahzab: 21).
5. Allah mengutus mereka untuk menyelamatkan manusia dari perpecahan soal-
soal prinsip kehidupan mereka. Sekaligus menunjukkan kebenaran kepada
mereka sesuai dengan yang dikehendaki oleh Pencipta mereka. Allah SWT
berfirman:
"Dan tidak diturunkan kepadamu kitab (ini), melainkan buat engkau terangkan
kepada mereka perkara yang mereka perselisihkan, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman". (An-Nahl: 64).
6. Allah mengutus mereka untuk menjelaskan amal-amal saleh yang bisa
mensucikan jiwa manusia sekaligus menanamkan kebaikan di dalam diri
mereka. Allah SW'T berfirman:
"Ia-lah (Tuhan) yang telah mengutus di tengah masyarakat ummi seorang rasul
dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, dan
membersihkan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, padahal
sesungguhnya mereka itu sebelumnya dalam kesesatan yang nyata". (Al-
Jumu'ah: 2).

A. SIFAT SIFAT PARA RASUL


Masing-masing rasul as harus memiliki sifat fitrah yang luhur, jernih pikiran, jujur
dalam perkataan, amanah dalam menyampaikan apa yang harus ditablighkannya,
bersih dari semua faktor yang mengotori perjalanan manusia; tubuhnya harus selamat
dari hal-hal yang merusak pandangan mata dan perasaan, dan kuat jiwanya, sehingga
jiwa manusia maupun jin tidak mampu menguasainya dengan kekuatan spiritual,
karena keagungan Ilahi dalam memberikan bantuan kepadanya.
Sifat ini harus dimiliki oleh para rasul. Karena jika fitrah mereka lebih rendah dari
orang-orang lain di zamannya, jiwanya dikuasai oleh orang-orang lain, akalnya tidak
kuat, jiwa atau kehendaknya lemah untuk menunaikan perintah dan larangan Allah, atau
tidak mampu menyampaikan semua ajaran yang harus ditablighkannya, karena takut,
tamak atau lupa dan lain-lain, maka mereka tidak pantas menyandang anugerah khusus
dari Ilahi yang mencakup segala keistimewaan ini - yakni, keistimewaan pemberian
wahyu dan pengetahuan rahasia Allah melalui wahyu yang diberikan kepadanya,
dan tidak pantas untuk menyandang tugas sebagai manusia pilihan Ilahi. Demikian
pula, jika tubuhnya menderita keadaan yang tercela, niscaya ketidak-senangan
memandangnya menjadi hujjah bagi orang-orang yang mengingkari dakwahnya.
Selain dari itu, para rasul hanyalah makhluk biasa. Mereka makan, minum, tidur,
nikah, sakit, bisa lupa dalam hal yang tidak berkaitan dengan tabligh yang diharuskan
oleh Allah. Juga, bisa melakukan kesalahan dalam melakukan sebagian urusan manusiawi
yang termasuk ke dalam kategori ijtihad yang memang diizinkan. Akan tetapi, ketika salah,
mereka segera diingatkan melalui wahyu sehingga yang salah itu tidak terlihat sebagai
kebenaran. Mereka juga bisa terjamah tangan-tangan zalim, disiksa dan ditekan. Bahkan
sebagian dari mereka, yang tidak diperintahkan untuk berjihad, pun ada yang terbunuh.

Rasul-Rasul Terdahulu:
Di antara rasul itu, ada yang diceritakan Allah kepada manusia, sehingga Ia menyebutkan
nama-nama mereka. Akan tetapi juga ada yang tidak diceritakan-Nya kepada kita. Allah
SWT berfirman:
3k*he9pIoj+ihcb*hXi(PPamigwIf6`ljb*hXi(nPP`D`wI
"Dan (Kami telah utus) beberapa rasul yang Kami ceritakan (hal-hal) mereka kepadamu
dahulu dan beberapa rasul yang tidak Kami ceritakan kepadamu; dan Allah telah berbicara
kepada Musa dengan langsung". (An-Nisa': 164).
Kita harus mengimani mereka secara detail sejauh yang dirinci Allah. Kita pun harus
mengimani mereka secara global sejauh yang diglobalisir oleh Allah.
Nama-nama rasul yang diceritakan oleh Allah, terdapat dalam firmannya:
"Dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth; dan semua (mereka itu) Kami lebihkan dari
(lain-lain) manusia". (Al-An'am: 86).
"Sesungguhnya Allah telah pilih Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim dan keluarga Imran
melebihi sekalian umat (di masa mereka)". (Ali Imran: 33).
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Shalih". (Hud: 61).
"Tidaklah Muhammad itu bapak seseorang dari antara kamu, tetapi (ia) pesuruh
Allah dan penutup nabi-nabi". (Al-Ahzab: 40).
Berbagai ummat di sepanjang sejarah memperoleh pengiriman Rasul, sehingga setiap
ummat tidak pernah ada yang kosong dari seorang rasul yang mengajak mereka kepada
Allah dan menunjukkan jalan kebenaran. Allah SWT berfirman:
"Demi Allah! Sesungguhnya Kami telah utus (rasul-rasul) kepada umat-umat
sebelummu". (An-Nahl: 63).
'Dan tidak ada satu pun umat melainkan telah datang padanya seorang pengancam".
(Fathir: 24).
"Dan bagi tiap-tiap kaum ada (rasul) yang memberi petunjuk". (Ar-Ra'd: 7).

B. MUHAMMAD SAW
Para rasul diutus khusus kepada umat mereka, seperti firman Allah:
"Dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk". (Ar-Ra'd: 7).
Akan tetapi, Muhammad SAW diutus kepada seluruh umat manusia. Allah
berfirman:
"Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam". (Al-
Anbiya': 107).
"Maha Suci (Tuhan) yang telah menurunkan Al-Furqon atas hamba-Nya supaya ia
jadi pemberi peringatan bagi seluruh alam". (Al-Furqon: 1).
Mukjizat para rasul nampak di depan mata orang yang menyaksikannya atau
mendengarnya secara mutawatir dari orang-orang yang menyaksikannya. Allah
menjadikan mukjizat Muhammad SAW, untuk membuktikannya sebagai salah seorang dari
para rasul, yang mukjizatnya kekal dan tetap up to date (mutajaddidah) sampai hari kiamat
sebagai hujjah bagi manusia.
Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan rasul. Setelah beliau, tidak akan ada
nabi lagi. Itulah sebabnya mengapa Allah memelihara kesucian agama yang dibawa
Nabi Muhammad, sekaligus memelihara mukjizat-mukjizat yang membuktikan
kebenaran risalah Muhammad SAW.

C. KESAKSIAN BAHWA MUHAMMAD ADALAH RASULULLAH


1. Bukti-Bukti Nyata Atas Kebenaran Risalah Muhammad Saw.
Allah memperkuat para rasul-Nya dengan diberi bukti-bukti yang menunjukkan atas
kebenaran risalah mereka agar tidak didustakan manusia. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata". (Al-Hadid: 25).
Allah memperkuat Muhammad SAW dengan sejumlah tanda bukti (mukjizat) yang
antara lain adalah:
• Mukjizat Al-Qur'an:
Allah SWT menjadikan mukjizat Muhammad SAW sebagai sesuatu yang kekal
agar dimanfaatkan oleh manusia hingga hari kiamat, yang juga dijaga-Nya dari
perubahan. Allah SWT berfirman:
"Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai
bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi
(Muhammad) dari Allah dan sebelum Al-Qur'an itu telah ada kitab Musa yang
menjadi pedoman dan rahmat. Mereka itu beriman kepada Al-Qur'an. Dan
barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang
kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu
janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al-Qur'an". (Hud: 17).
Bukti Al-Qur'an ini memiliki beberapa aspek kemukjizatan yang antara lain:
1. Fashahah 2) dan tantangan Abadinya.
Al-Qur'an tersusun dari huruf hijaiyah (   ) dan perkataan manusia
juga tersusun atas huruf yang sama, akan tetapi fashahah Al-Qur'an membuat
manusia dan jin takluk tak mampu untuk mendatangkan walau surat terpendek yang
sama dengan Al-Qur'an. Kalau saja misalnya mendengar khutbah yang fasih atau puisi
yang indah, tentu anda akan terpesona. Segera saja khutbah atau puisi ini menjadi
membosankan (lapuk) di telinga anda jika hal itu diulang-ulang karena memang tidak
ada kalam manusia yang tidak membosankan jika diulang-ulang.
Namun, kaum Muslimin begitu seringnya membaca Al-Fatihah dan surat-surat lain
yang pendek, mengkhatamkan Al-Qur'an, bahkan diulang-ulang tetapi mengapa
pembaca Al-Qur'an tidak merasa bahwa Al-Fatihah atau surat lain tidak membosankan.
Nah, gejala ini menunjukkan apa? Tak syak lagi bahwa gejala (fenomena) ini
membuktikan kepada orang yang berakal bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah, yang
tidak akan membosankan atau layu.
Al-Qur'an telah dan selalu menantang orang yang meragukan kebenarannya agar
mendatangkan satu surat saja yang berbobot semua (apalagi mengalahkan). Allah SWT
berfirman:
"Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal Al-Qur'an itu
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
memang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir". (Al-Baqarah: 23-24).

2. Menginformasikan hal-hal ghoib.


Barang ghoib tidak bisa diketahui kecuali oleh Allah, padahal Al-Qur'an
mengkhabarkan banyak hal tentang informasi ghoib. Sehingga ini menjadi bukti bahwa
Al-Qur'an memang berasal dari Allah dan Muhammad yang menyampaikan Al-Qur'an
kepada manusia adalah Rasulullah.
Di antara khabar ghoib ini adalah:
a. Ketika orang-orang Persia - sebagai penyembah berhala - menang atas

2
Fashahah adalah keindahan susunan kata dalam kalimat. Juga mencakup penyajian kalimat yang jitu,
pent.
Romawi (sebagai ahli kitab) di Palestina, maka orang-orang Musyrik Makkah
bergembira dan mengancam bahwa Kaum Muslimin akan bernasib sama
seperti orang-orang Romawi, sehingga hal ini membahayakan nasib Kaum
Muslimin. Untuk itu, Allah menurunkan:
"Aliif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat
dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang; dalam beberapa tahun (lagi).
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari
(kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang
beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang". (Ar-Rum: 1-6).
Ketika diturunkan, ayat-ayat ini dibaca berulang kali oleh Kaum Muslimin
dan mengejek ancaman yang dijanjikan oleh orang-orang kafir. Seorang kafir
menantang Abu Bakar untuk taruhan bahwa Persia tidak akan dikalahkan
dalam waktu yang ditentukan oleh ayat itu yang menggunakan kata-kata
"bidl'un" (WS5). (Kata-kata "bidl'un", berkisar dari tiga sampai sepuluh, tidak
lebih). Maka Abu Bakar pun menerima taruhan itu - sebelum ada larangan
bertaruh. Rasulullah SAW membiarkan mereka bertaruh, di mana orang-
orang kafir mendukung si kafir yang bertaruh itu sedang kaum Muslimin
menanti mendukung realisasi dari janji Allah. Rasulullah SAW menegaskan
bahwa 3). (Kata "bidl'un" adalah hitungan yang berkisar dari tiga sampai
sembilan."
Ya, kenabian tengah diuji. Kemudian datanglah khabar dari Allah bahwa
yang dikalahkan itu kini menang, walau tanda-tanda untuk menang tadinya
tidak mereka miliki. Janji itu dibatasi akan terwujud sebelum sepuluh
tahunan dan khabar tentang kata "bidl'un" ini tidak bisa ditakwilkan:

okhY)v3ngF<clegDX+\hC)v
"Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui". (Ar-Rum: 6).
Padahal semua orang kafir tahu bahwa Muhammad (SAW) merupakan
orang yang amat cerdas dan tidak mungkin mau melibatkan diri ke dalam uji-
coba semacam ini kalau ia tidak yakin betul kepada Tuhannya.
Begitulah, belum lagi berlalu sembilan tahun tetapi janji Allah sudah
terbukti. Orang-orang Mukmin bergembira. Kejujuran dan
kebenaran Muhammad SAW berkibar sehingga sekelompok orang beriman
kepadanya dan memeluk agama Allah, Islam.
b. Berbagai upaya dilakukan orang, baik itu dari kalangan kaum musyrikin
maupun Yahudi, baik melalui perang maupun persekongkolan, untuk
membunuh Muhammad SAW. Kendatipun demikian, Allah SWT menurunkan
ayat Al-Qur'an yang menjajikan kepada Rasulullah bahwa musuh-musuhnya
tidak akan bisa menjamahnya. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu)
Tuhanmu meliputi segala manusia". (Al-Isra: 60).
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
3
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani.
tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia". (Al-Ma'idah: 67).
Setelah ayat ini diturunkan, Rasulullah SAW memerintahkan kepada para
sahabat yang menjaganya dengan mengatakan: "Wahai manusia, sudahlah
saya tidak perlu kalian kawal, karena Allah Azza wa Jalla telah menjaga kami."
Memang terjadi banyak persekongkolan, yang kemudian digagalkan oleh
Allah SWT demi merealiasir janji-Nya. Setelah digagalkan Rasulullah, tiga
orang khalifah rasyidah mati syahid tetapi Islam kuat dan kafir hancur. Faktor-
faktor yang mendukung keamanan, tercipta di zaman para khalifah walaupun
tidak terwujud di zaman Rasulullah. Akan tetapi perlindungan ilahiah lah
yang menyelamatkan rasul-Nya yang mempercayai janji Tuhannya.
sehingga ia mantap menjalankan dakwah dan tidak perlu dikawal.
Mahabesar Allah dengan segala janji-Nya.
c. Sebelumnya, memang banyak nabi diturunkan di muka bumi, silih berganti.
Akan tetapi, sejak Muhammad SAW diutus, maka mata rantai kenabian
terputus dengan kehadirannya. Ini dalam rangka membenarkan firman Allah
SWT:
"Muhamntad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah adalah
Maha Mengetahui segala sesuatu". (Al-Ahzab : 40).
Sebab, ini adalah berita gaib yang dibuktikan kebenarannya oleh generasi
berabab-abab yang datang setelah Muhamad diutus, yang menyaksikan bahwa
tidak ada nabi lain setelah adanya nabi pemungkas ini.

• Kemukjizatan Saintis Dalam Al-Qur'an


Allah SWT berfirman:
_Ag'mi(gl*6:)p:@i(J^mp]3]vp]3n:)i()FnI
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al-Qur'an itu adalah benar". (Fushshilat: 53).
Janji Allah tampak di zaman ini. Sehingga orang-orang kafir yang tidak bisa melihat
bukti-bukti atau rahasia-rahasia itu jika tidak menggunakan alat canggih semisal
mikroskop, pesawat ruang angkasa dan kapal selam, yang belum pernah dimiliki
manusia kecuali di zaman ini. Dengan demikian mereka mendapatkan informasi bahwa
Allah-lah yang mengabarkan kepada Muhammad SAW tentang rahasia-rahasia maklum
ini, di saat belum ditemukannya sarana canggih ilmu pengetahuan. Ini merupakan corak
baru bagi kemujizatan Al-Qur'an yang menjelaskan kepada orang-orang kafir di hari ini
akan kebenaran Rasulullah SAW dan kebenaran agama ini. Di antaranya adalah:
1. Tak seorang pun mengira bahwa dasar langit dan bintang-gemintang dan planet-
planetnya adalah kabut (dukhan), sehingga alat-alat ilmiah modern
berkembang pesat, dan para peneliti menyaksikan sisa-sisa kabut, yang
hingga kini selalu membentuk bintang-gemintang. Allah berfirman :

l*Y133n*93:g3`3&Fc3Xo3*:1whg3(g3a]3Br&3kJgpg o:Ii;
"Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih merupakan asap, lalu
Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua
menurut perintah-Ku dengan suka atau terpaksa". Keduanya menjawab, "kami
datang dengan patuh". (Fushshilat : 11).
2. Para pakar kini menemukan bahwa bintang-gemintang langit selalu
diciptakan, dan gugusan bintang-bintang ini satu sama lain saling berjauhan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa langit selalu dalam perluasan.
Allah SWT berfirman :
oYIokg3mD)-53(n*n53kJg
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami). Sungguh, Kami benar-
benar meluaskannya". (Adz-Dzariyat :47).
3. Para Pakar akhirnya menemukan bahwa rembulan (dulunya) menyala
kemudian padam dan sinarnya sirna, dan bahwa cahaya yang keluar dari
padanya di malam hari hanyalah pantulan dari lampu (siraj) lain, yaitu
matahari. Allah berfirman:

 FP6j3(ng7)3nhY=f*g7)3moAk]l*:)3(ngf*g3nhY=
"Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan
tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang". (Al-Isra' : 12).
Para mufassir (ahli tafsir) mengatakan : "Tanda bagi malam hari adalah
rembulan sedangkan tanda bagi siang hari adalah matahari". Ibnu Abbas RA
mengatakan bahwa : "Rembulan bersinar seperti halnya matahari". Para ahli
tafsir mengatakan bahwa : "Lalu Kami hapuskan tanda malam" berarti Kami
sirnakan sinarnya.
Kemudian Allah menyebutkan rembulan dan pelitanya. Untuk itu, Allah
berfirman:
"Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia
menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya". (Al-Furqon:
61).
Perhatikanlah, Allah SWT berfirman: "( FJg pelita-matahari)" Kalau saja
rembulan itu bersinar, niscaya Allah berfirman: "( l*=FJg dua lampu)"
bukannya : "( FJg satu lampu)".
4. Orang-orang beranggapan bahwa orang yang naik ke langit menghembuskan
nafas karena udara yang tidak sehat, tetapi ketika manusia berhasil
menciptakan pesawat ruang angkasa yang super canggih dan ia naik ke langit,
maka ia mendapati bahwa orang yang naik ke langit dadanya terasa sesak,
bahkan amat sesak, dikarenakan udara (oksigen) berkurang ketika manusia
naik ke langit. Allah berfirman :

D%YP)3km-c3=F@3a*RDOfY>)'hS)F)ljwIugDOFL)')D()+F)lk]
3kJgp]
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.
Sebaliknya, barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya
menjadikan dadanya sesak lagi sempit, solah-olah ia sedang mendaki ke langit".
(Al-An'am : 125).
5. Tak seorang pun tadinya membayangkan bahwa gunung-gunung menembus
bumi seperti tiang pancang, sehingga akhirnya para pakar menemukan bahwa
di bawah lapisan tanah yang keras tempat kita hidup ini terdapat lapisan
lunak-pelikat di bawahnya, dan di bawah setiap gunung terdapat tembok yang
menancap ke dalam lapisan tanah yang lunak ini sehingga ia menyangga tanah
keras tempat kita hidup ini agar tidak goncang dari bawah dikarenakan
lapisan yang ada di bawahnya. Allah SWT berfirman :
"Dan gunung-gunung sebagai pasak". (An-Naba' :7).
"Kamii jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi ini (tidak)
goncang bersama mereka". (Al-Anbiya' : 31).
6. Para pakar menemukan bahwa ketika hujan turun mengeluarkan tumbuh-
tumbuhan, sedangkan tumbuh-tumbuhan mengeluarkan materi yang berwarna
hijau, tempat biji dan buah diproduksi. Dari bahan berwarna hijau ini,
keluarlah biji dan buah. Allah berfirman:

36cF:j36@'nj FCmFSB'nj3n=FB-]0*Kfc 36m'53n=FB-]3j3kJgljGm Ego&


"Dia-lah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang hijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak". (A1 An'am: 99).
7. Para pakar menemukan bahwa dalam semua jenis tumbuhan terdapat jenis
jantan dan betina, pasangan, yang tak seorang pun tadinya mengetahui
kenyataan demikian. Allah SWT berfirman :

okhY)v3kji(J^mljv86n93kj3(hc v_hB EglA6I


"Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan seluruh pasangan baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi, dari diri mereka, maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui". (Yasin : 36).
8. Para dokter menemukan bahwa urat-urat syaraf yang terluka bakar dan amat
dingin ditemukan hanya dalam kulit, sebagaimana halnya seluruh syaraf
perasa terpusat di kulit, yang menyebabkan seseorang merasa sakit bila
disuntik di bagian kulit, tetapi jika jarum suntik itu sudah menembus daging
ternyata rasa sakit itu memudar hilang. Al-Qur'an telah menjelaskan bahwa
rasa sakit karena terbakar itu ada di kulit. Ia SWT berfirman :

3k*e@G)GX3c
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan ke dalam neraka. Setiap kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana". (An-Nisaa': 56)
9. Para pakar menemukan bahwa susu pada binatang ternak disarikan dari
antara tinja dalam usus kecil, sehingga sisa-sisa makanan yang keluar
dalam bentuk kotoran dan lain tetap, setelah seluruhnya menjadi tinja yang
mengalir, kemudian bahan-bahan makanan masuk ke dalam darah, kemudian
susu disarikan dari darah di dalam payudara. Allah SWT berfirman:

l*5FLhg3[13I3Pg3B3n6g F]l*5lj'moT5p]3kjie*aJm F6Yg3Ymvp]ieg


"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi
orang-orang yang meminumnya". (An-Nah1:66).
10. Tadinya manusia tidak tahu bahwa di dalam laut terdapat ombak-dalam, bukan
ombak yang ada di permukaan air.
Tadinya manusia tidak tahu bahwa di kedalaman laut itu terdapat kegelapan-
kegelapan itu. Tadinya tak seorang pun tahu bahwa gelombang, dengan
permukaannya yang condong itu, memudarkan cahaya yang jatuh kepadanya
menciptakan kegelapan seperti yang dilakukan awan dalam menghalangi
sebagian sinar mentari menembus ke bawah. Akan tetapi, semua rahasia ini
disebutkan oleh Allah dalam satu ayat. Ia SWT berfirman:

QY5 o]3(SY5 8kh  3AI'`o] lj oj '`o] lj oj 'L[) r>gFA5 p] 8khVc 
omlj'g3k]om+fY>)iglj3&F)De)igD) FB
"Atau (keadaan orang kafir) seperti gelap-gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi gelombang demi gelombang, di atasnya (lagi) awan gelap. itulah gelap-
gulita yang tindih-bertindih. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak
dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah tiadalah ia mempunyai cahaya sedikit pun". (An-Nur : 40).
Rahasia-rahasia ini, juga yang lainnya yang terdapat di kedalaman langit
dan air, di perut tumbuh-tumbuhan, di perut binatang, di perut bumi, dalam
komposisi tubuh manusia, belum diketahui oleh manusia kecuali di zaman ini
setelah mereka mampu menciptakan alat canggih yang bisa untuk menyibak
rahasia-rahasia ini.
Nah, siapakan yang memberitaukan semua rahasia ini kepada Muhammad
SAW sejak 14 abad yang silam di saat belum ada pesawat ruang angkasa,
kapal selam maupun peralatan-peratan ilmiah modern super canggih?
Semua ini membuktikan kepada setiap orang yang berakal, baik di Amerika,
Rusia, India, maupun Cina, di Eropa, Australia, Amerika, Afrika maupun
Asia, bahwa Al-Qur'an ini diturunkan dengan ilmu Allah. Allah SWT
berfirman:
"Katakalah: "Al-Qur'an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia
di langit dan di bumi. Sungguh, Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (Al-Furqon : 6).
Sekaligus membuktikan kepada setiap orang yang berakal di mana pun
juga bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah.

2. Bayyinah Yang Merubah Hukum Ciptaan


a. Dari Al-Qur'an Al-Karim.
Allah menciptakan alam ini berdasarkan hukum yang permanen, tetapi Ia
SWT merubah hukum ini demi menguatkan dan membenarkan para Rasul-Nya. Di
antaranya adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada rasul kita Muhammad
SAW ini berupa sejumlah bayyinah (tanda bukti) yang meyakinkan banyak orang
akan kebenaran risalah dan kenabiannya. Sebagai contoh misalnya :
1. Hukum Allah yang permanen menetapkan bahwa rembulan adalah satu
benda, di mana tak ada yang mampu membelahnya menjadi dua kecuali
Allah SWT. Akan tetapi, ketika orang-orang kafir mendustakan
Muhammad SAW, mereka menuntut Muhammad agar mendatangkan bukti
yang membenarkannya bahwa Allah harus membelah bulan menjadi dua
untuknya. Nabi SAW pun menjawab: "Saksikanlah". (Karena terbukti)
maka orang-orang kafir berkata: "Muhammad telah menyihir kita" 4), tetapi
mereka tidak mendustakan bukti yang mereka saksikan, sehingga Allah
menurunkan firman-Nya:
"Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan, dan jika mereka
orang-orang musyrikin melihat sesuatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling
dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus)". (Al-Qomar : 1-2).
2. Isra' dan mi'raj.
Allah telah berkehendak untuk mengangkat Rasul-Nya ke Sidratul Muntaha. Ia
tidak me-mi'raj-kannya dari Makkah tetapi Ia meng-isra'-kannya dari Makkah
ke Baitul Maqdis kemudian di-mi'raj-kan dari Baitul Maqdis.
Isra' ini merupakan bukti bagi orang-orang kafir atas kebenaran beliau SAW,
karena mereka mendustakan Rasul, kemudian mereka menguji kebenaran
isra' itu. Mereka pun bertanya kepada beliau tentang ciri khas Baitul Maqdis,
karena mereka tahu bahwa beliau belum pernah melihat Baitul Maqdis
sebelumnya. Nabi pun menjelaskan satu per satu (dan tepat). Mereka juga
bertanya kepada beliau tentang kafilah mereka yang tengah berada di
perjalanan. Nabi menjawab dengan memberikan rincian tentang sampai dimana
kafilah itu sekarang, berapa pesertanya, dari kafilah apa saja mereka; apa
saja yang mereka bawa; kapan kafilah itu akan tiba (di Mekkah), yang ternyata
tiba tepat pada waktu yang beliau janjikan. Semua ini membuktikan bahwa
beliau memang benar-benar isra', yang isra' ini merupakan bukti atas mi'raj ke
langit. Al-Qur'an menyebutkan isra', dengan mengatakan:

3n:)lj')Fng'go@3ncF5 EgpP`vD>JkgpgFAgD>Jkgljw*gD6Y5 FI EglA6I


"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. (Al-Isra': 1).
Tentang mi'raj, Allah SWT berfirman:
"Maka apakah kaum musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang
telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammadnya telah melihat jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha.
Di dekatnya ada sorga tempat tinggal (Muhammad melihat Jibril) ketika
Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda
(kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. Maka apakah patut kamu (hai orang-
orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza, dan Manat yang ketiga,
yang paling terkemudian (sebagai anak perempunn Allah). Apakah (patut)
untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?" (An-Najm:
4
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan redaksinya berasal dari Ath-Thabrani.
12-19).
Sorga dan neraka termasuk ayat (tanda bukti kekuasaan) Allah yang dilihat oleh
Rasulullah SAW. Bahwa isra' dan mi'raj 'melampaui' hukum penciptaan, yang
oleh Allah dijadikan sebagai bukti atas kebenaran Rasul-Nya.
3. Angin dan tentara yang tak terlihat ikut berperang membela Rasulullah dan para
sahabatnya:
Kaum muslimin berada di sebelah parit yang mereka gali di sekitar Madinah
untuk merintangi, kehadiran orang-orang kafir itu sudah berada di seberang
dari parit itu, tetapi tiba-tiba ada angin kencang, tentara tak nampak mata
memadamkan api orang-orang kafir, menumpahkan ketel-ketel mereka,
menghancurkan bangunan mereka, memporak-porandakan kemah-kemah
mereka, meliarkan kuda dan onta mereka. Orang-orang musyrik yang datang
dari tempat-tempat yang jauh dan mengepung Kaum Muslimin beberapa
malam itu gagal total, pulang dengan tangan hampa. Kaum Muslimin pun,
bersama-sama Rasulullah SAW, berulang-ulang menggemakan:
"Segala puji bagi Allah, yang memenuhi janji-Nya, menolong hamba-Nya,
memenangkan pasukan-Nya dan sendirian saja memporak-porandakan
pasukan musuh". Tentang peristiwa ini, turunlah ayat:

F*P5ohkY93k5
"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah
dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu kami
kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat dilihatnya.
Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan". (Al-Ahzab:
9).
4. Rasa kantuk, hujan dan malaikat diturunkan untuk mendukung Kaum
Muslimin.
Kaum Muslimin berangkat untuk memerangi orang-orang musyrik di
Badar. Mereka merasa takut, karena jumlah mereka hanya sedikit dan
tidak kuat. Kemudian Allah menurunkan rasa ngantuk untuk menentramkan
mereka. Sebagian di antara mereka mimpi basah. Setan pun mulai menggoda
mereka, dan membuat mereka takut mati, padahal mereka junub, agar
mereka tidak jadi terjun ke medan laga. Maka Allah menurunkan air untuk
mereka pakai mandi dan memantapkan kerikil di bawah telapak kaki
mereka ketika berangkat perang. Kemudian para malaikat turun di saat dua
pasukan berhadapan, sehingga orang-orang kafir dikalahkan secara
memalukan di awal pertempuran antara pasukan kafir dengan pasukan
IsIam.Tentang hal ini, Allah menurunkan ayat:
"(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mangantuk sebagai suatu
penenteraman dari pada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh
denganya telapak kaki(mu). (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan
kepada para malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkanlah
(pendirian) orang-orang telah beriman". Kelak akan aku jatuhkan rasa
ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka
dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka". (Al-Anfal: 11-12).
5. Pasukan Allah membela Muhammad atas orang-orang kafir di tengah
perjalanan Hijrah:
Orang-orang Quraisy sepakat untuk membunuh Muhammad SAW. Akan
tetapi Rasulullah SAW keluar dari kepungan mereka dengan selamat,
karena Allah membutakan mata mereka pada waktu itu. Beliau kemudian
bersembunyi di gua Tsur dengan ditemani oleh Abubakar Ash-Shiddiq RA.
Seandainya mereka mau menengok ke dalam gua, tentulah mereka berhasil
menangkap beliau berdua, tetapi tentara Allah memalingkan
pandangan mereka dari melihat ke dalam gua.
Setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar keluar dari goa, seorang penunggang
kuda yang terlatih, Suroqoh bin Malik, mengejar beliau. Akan tetapi, setelah
ia sudah dekat dengan Rasul dan Abu Bakar, ternyata kuda terjerembab
ke pasir, sehingga perut kuda itu menyentuh tanah dan ia terlempar dari
kudanya. Segera saja ia minta jaminan keamanan dari Rasulullah SAW.
Kepada kasus inilah ayat berikut menunjuk:
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam goa, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah
kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan
ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantunya dengan tentara
yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir
itu rendah dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana". (At-Taubah: 40).

Tanya-Jawab
Seseorang bertanya: Bagaimana saya bisa menjadikan keimanan saya
ini terhadap hal-hal yang supranatural seperti keimanan orang yang
menyaksikannya secara langsung?
Jawab: dengan menganalisa persoalan itu dan mempergunakan akal, kita akan
sampai pada keimanan ini. Misalnya, tentang peristiwa-peristiwa
datangnya angin dan tentara yang tak terlihat mata, terbelahnya rembulan dan
peristiwa-peristiwa lain yang dianggap sebagai kejadian supranatural. Sebab,
peristiwa-peristiwa ini terjadi di hadapan beratus bahkan beribu-ribu kaum
muslimin dan orang-orang kafir, kemudian ayat Al-Qur'an diturunkan untuk
mencatat peristiwa ini. Kaum Muslimin mendengar peristiwa itu, demikian pula
orang-orang kafir. Kemudian Kaum Muslimin membenarkan peristiwa-
peristiwa supranatural yang terjadi di hadapan mereka yang disebutkan oleh
Al-Qur'an itu, sehingga mereka memperkuat keimanan, ibadah dan jihad
mereka. Demikian pula, orang-orang musyrik membenarkan apa yang terjadi,
karena mereka tidak mendustakannya, tetapi mereka menafsirkan bahwa bulan
terbelah dua dan peristiwa-peristiwa supranatural lainnya itu sebagai sihir
yang berkesinambungan, kemudian mereka beriman dan Islam. Mereka
menjadi orang-orang yang membawa agama ini ke segala penjuru bumi.
Allah menjaga Al-Qur'an dari terjemahan perubahan. Anda bisa melihat
bahwa naskah Al-Qur'an yang ada di Amerika, Cina, India, Rusia,
Eropa dan Afrika, adalah naskah yang juga dibaca oleh generasi terdahulu di
seluruh dunia. Bahkan juga naskah yang diturunkan kepada Muhammad
SAW. Dengan demikian kita tahu bahwa peristiwa-peristiwa supranatural yang
menjadi bukti atas kebenaran Rasulullah SAW direkam dalam catatan terbesar,
dimana manusia dari berbagai bangsa, negara dan zaman sepakat akan
kebenaran sumbernya.
Kalau saja Al-Qur'an menginformasikan bahwa suatu peristiwa terjadi tetapi
nyatanya tidak, semisal rembulan terbelah dua atau angin datang mengobrak-
abrik orang-orang musyrik dalam peperangan Ahzab, niscaya peristiwa itu
dinyatakan dusta oleh orang-orang kafir dan Kaum Muslimin sendiri dan pada
waktu itu tak seorang pun juga mau bertahan sebagai seorang Muslim. Akan
tetapi kenyataan yang disaksikan dan dinyatakan benar oleh Al-Qur'an adalah
kebenaran yang disaksikan dan dinyatakan benar oleh Kaum Muslimin maupun
orang-orang kafir. Dan peristiwa itu dijaga oleh Allah, untuk itu, dalam Al-Qur'an
dengan tanpa ada perubahan apa pun juga.

b. Dari Hadits Syarif


Umat Islam telah melestarikan sabda, perbuatan dan taqrir Rasulnya. Menjaga
ciri-ciri phisik dan jasadi, dan semua berkenaan dengannya. Mereka menguraikan
peristiwa-peristiwa supranatural yang diberikan Allah kepada Rasul, yang menjadikan
sebab banyak orang masuk Islam. Mereka menukilkan hal itu dari generasi ke
generasi. Ulama hadits menekankan ketelitian dalam membaca riwayat-riwayat di
setiap generasi, memberi tanda baca dan mencocokkan sanad.
Telah terjadi banyak peristiwa supranatural di tangan Rasulullah SAW, direkam
dalam kitab hadist. Di sini kami menyebutkan beberapa di antaranya:

1. Limpah-ruahkan air yang sedikit


Umat Islam membutuhkan air untuk wudlu ketika di Madinah, Anas RA
berkata: "Nabi SAW disodori wadah; (pada waktu itu) beliau di Zaura' bersama
shahabat-shahabatnya, kemudian beliau memasukan tangannya ke dalam wadah
itu, maka air memancar dari jari-jarinya. Masyarakat pun berwudhu dengan
menggunakan air itu. Qotadah berkata kepada Anas : "Untuk berapa orangkah
air tersebut?" Ia menjawab: "tiga ratus".
Peristiwa ini juga terjadi ketika Rasulullah bepergian bersama tujuh
shahabat. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhori).
Cerita seperti ini juga terjadi dalam perjalanan Rasulullah SAW bersama
sahabat-sahabatnya. Ketika air perbekalan mereka habis, mereka menjumpai
seorang wanita yang membawa bekal air. Oleh beliau, orang-orang Islam yang
berjumlah empat puluh pria ini minum dari kantong air milik wanita itu,
kemudian masing-masing pun masih sempat mengisi kantong airnya, sehingga
wanita itu berkata, "Aku menjumpai tukang sihir yang paling hebat". Maka
kaumnya pun masuk Islam. (HR. Bukhari).

2. Memperbanyak makanan yang sedikit:


Rasulullah SAW lapar, kemudian Abu Thalhah datang dengan membawa
sejumput gandum, Rasulullah memerintahkan agar gandum itu dihaluskan dan
beliau berdoa kepada Allah. Beliau memerintahkan sahabat-sahabatnya
masing-masing sepuluh orang makan, lalu disusul giliran berikutnya, hingga semua
sahabatnya yang berjumlah tujuh puluh hingga delapan puluh makan hingga
kenyang semua.
Rasa lapar yang hebat menimpa Rasulullah SAW dan shahabat-shahabatnya
ketika mereka menggali parit untuk perang Khondaq. Jabir RA pun
menyembelih domba untuk Rasulullah dan sebagian shahabatnya. Rasulullah
SAW memanggil orang-orang yang menggali parit berjumlah seribu, kemudian
Allah memberkahi daging dan roti sehingga kenyang semuanya. (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhori).
Pada waktu perang Khondaq dan Tabuk, Kaum Muslimin dilanda kelaparan
serius. Mereka pun minta izin kepada Rasulullah SAW untuk menyembelih
onta. Umar RA pun terburu-buru meminta agar kaum Muslimin
mengumpulkan sisa makanan mereka dan memohon berkah kepada Rasulullah
SAW agar menyetujui usul ini. Masing-masing pasukan segera mengambil
tempat makanannya, sehingga tempat makanan itu pun penuh. 'Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah."

3. Pohon korma merintih dan makanan Rasulullah:


Ketika Rasulullah SAW dalam khutbah tidak lagi bersandar kepada pohon
korma, karena sudah diganti dengan mimbar, maka pohon korma itu merintih
seperti onta, sehingga terbatuk-batuk, maka Rasulullah SAW mendatangi dan
memeluknya sampai pohon itu diam. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan At-
Tirmidzi).
Al-Bukhori dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa para sahabat
Rasulullah SAW pernah mendengar suara tasbih dari hidangan yang dimakan
di hadapan Rasulullah SAW.

4. Terpeliharanya Rasulullah dari ancaman musuhnya


Abu Jahal telah bersumpah untuk menginjak leher Muhammad kalau ia
bertemu Muhammad sedang sholat. Ia mendekat kepada Rasulullah SAW.
Mereka membubuhkan racun ke daging kambing yang disuguhkan kepada
Rasulullah SAW, kemudian beliau tahu kalau kambing itu dibubuhi racun,
maka dimuntahkanya tetapi racun itu sempat membunuh sebagian dari
shahabat beliau.

5. Menyampaikan khabar gaib


Rasulullah mengabarkan kepada para shahabatnya tentang kenyataan yang
akan terjadi semasa beliau masih hidup, setelah wafat dan hingga Hari Kiamat.
Faktor yang menyebabkan orang-orang Yaman masuk Islam ialah bahwa
Rasulullah SAW mengabarkan kepada orang-orang Persi dan Yaman, bahwa
Raja Persia akan dibunuh oleh Allah sebagai balasan atas perbuatannya terhadap
Rasulullah dan beliau menentukan pula malam di mana Kisra, Raja Persia itu,
akan dibunuh. Kebenaran berita ini merupakan faktor yang menyebabkan orang-
orang Yaman dan Persia yang ada di Yaman masuk Islam secara berbondong-
bondong.

3. Bisyarah Dalam Kitab-kitab Terdahulu


Tak seorang pun mampu menduga bahwa Muhammad SAW-lah yang dijanjikan
untuk orang-orang Yahudi, Kristen, Majusi, dan Hindu dalam kitab-kitab suci mereka:
(tentang) sifat-sifat, nama, ciri-ciri khas zaman dan negara tempat ia (Muhammad)
disaksikan sebagai Rasul dari sisi Allah. Sebab, mereka beberapa abad sebelum
Muhammad lahir. Allah SWT berfirman.
l*gvF5p^g'm
"Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang
yang terdahulu". (Asy-Syu'ara: 196).
Bisyarah-bisyarah 5) menjadi sebab untuk keyakinan generasi-generasi Kristen,
Majusi, dan Hindu. Hanya saja orang-orang yang nekad memusuhi Muhammad SAW
berubah dan mengganti bisyarah-bisyarah ini. Kendati pun demikian, toh di dalam
kitab-kitab (suci) mereka selalu saja ada bisyarah-bisyarah yang membuktikan
kebenaran risalah Muhammad SAW sampai hari ini, yang di antaranya adalah:

a. Dalam Taurat.
Dalam Taurat disebutkan bahwa seorang Nabi akan muncul di Mekkah "rumah-
rumah yang ditempati oleh Kedar".
Kedar adalah salah seorang putera Ismail AS dan Kedar bertempat di Makkah,
sebagaimana hal itu diceritakan oleh Taurat dan bahwa namanya akan 'berkibar' di
situ; ia menunggang onta; ia berperang dengan menggunakan pedang; ia bersama
dengan sahabat-sahabatnya memperoleh kemenangan; ia diberkahi di setiap hari (ini
adalah apa yang dilakukan oleh Kaum Muslimin ketika tasyahud); raja-raja Yaman
datang kepadanya dengan kerabat-kerabatnya; tanda kekuasaannya di bahu
sebesar telur burung dara (tanda ini ada di bahu Rasululluh SAW dan sifat-sifat
pasnya untuk Muhammad SAW.
Dalam Taurat juga disebut bahwa Allah menampak kepada manusia di tiga
tempat, yaitu: Sinai, tempat Allah memberikan Taurat kepasa Musa, Seir (sebuah
lembah di Palestina), tempat Allah memberikan Injil kepada Isa AS, Mekkah
(Paran), tempat di mana Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Muhammad SAW.
Taurat yang ada di tangan orang-orang Yahudi sampai hari ini mengatakan bahwa:
"Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari
pegunungan Paran". (Ulangan 33:2).
Sebagian analis menyebutkan bahwa Al-Qur'an telah menunjukkan ketiga
tempat ini melalui firman-Nya:
l*jvDh6gE&l*n*Ioo:)Ggl*:g
"Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinay dan demi kota
(Makkah ) ini yang aman". (At-Tin : 1-3 ).
o:)Ggl*:g : menunjuk kepada tempat tumbuhnya kedua pohon ini di Palestina.
l*n*I o : Sinai.
l*jvDh6gE& : Makkah.

5
Berita gembira akan datangnya seorang Nabi atau Rasul Allah. (Pent.).
b. Dalam Injil.
Dalam Injil Barnabas (dalam bab 220) disebutkan bahwa Isa AS berkata kepada
para pengikutnya:
"Hal ini akan tetap seperti itu hingga Muhammad Rasulullah datang, yang jika ia
datang maka ia menyingkapkan penipuan ini kepada orang-orang yang mengimani
syari'at Allah."
Dalam Injil Yohanes disebutkan bahwa Isa AS mengkhabarkan kepada orang-
orang yang mengkhabarkan kepada kaumnya bahwa ada seorang nabi yang akan
datang sesudah beliau. Injil ini mengatakan:
"Sungguh, saya punya banyak urusan, juga saya tidak berkata kepada Kalian, tetapi
Kalian sekarang tidak mampu untuk membawanya. Jika ruh kebenaran ini datang,
maka ia akan menunjukkan Kalian kepada seluruh kebenaran, karena ia tidak berbicara
dari dirinya bahkan semua yang mendengar dan berbicara dan memberikan khabar
kepada kamu sekalian dengan persoalan-persoalan yang akan datang".
Muhammad SAW-lah yang datang setelah Isa dan berbicara berdasarkan
wahyu dan mengkhabarkan kepada manusia hal-hal gaib yang akan datang
kemudian.
Salah seorang tokoh handal dalam agama Kristen, Bapa Abdul Ahad Daut Al-
Asyuri, dalam bukunya Al-Injil wa Al-Shalib (Injil dan Salib) mengatakan bahwa :
"Pernyataan (Segala puji bagi Allah yang ada di langit, kedamaian bagi bumi, dan
kesejahteraan bagi umat manusia) tidaklah demikian sejak awal tetapi (mulanya)
adalah: (Segala puji bagi Allah yang ada di langit, kedamaian bagi bumi, dan
kesejahteraan bagi umat manusia)". Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata "Hai Bani Isroil sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku,
yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang
akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu
datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (Ash-Shaf: 6).
Dalam kitab-kitab (suci) Hindu. Dalam kitab Samavidha kitab suci bagi orang-
orang Brahmana - dalam fakrah ke enam dan ke delapan dari jus kedua, ada
disebutkan sebagai berikut : "Ahmad menerima syari'at dari Tuhannya, dan syari'at
ini dipenuhi oleh hikmah."
Dalam kitab Adrawa vidhan - kitab suci orang Hindu - disebutkan:
"Wahai manusia dengarkanlah dan perhatikan bahwa Muhammad (akan diutus) ke
tengah-tengah manusia, keagungannya dipuji hingga di sorga, dan ia Al-Mahamid
(Muhammad)."
Dalam kitab Bahush Baranim - salah satu kitab suci orang Hindu - disebutkan
bahwa: "pada waktu diutuslah seorang asing (ajnabi) dengan sahabat-
sahabatnya dengan nama Muhamid (Muhammad) yang digelari Ustadz Alam
6
)(guru dunia) dan Raja mensucikannya dengan lima kesucian 7). Juz:II, pasal: 3,
ibarat 3 dan seterusnya. 8)

6
Rasul untuk semesta alam
7
Shalat lima waktu
8
Dari kitab At-Tayyarat Al-Khoffiyyah fi Al-Diyyanat Al-Hindiyyah Al-Qadimah (Aliran- aliran
Rahasia dalam Agama Hindu klasik) oleh Ti Muhammad.
Dalam kitab-kitab suci orang Majusi.Dalam kitab Java Avistq disebutkan
bahwa "Allah akan mengutus seorang Rasul dengan sifat-sifat berikut: rahmatan
lil alamin, ditentang oleh musuhnya yang bernama Abu Lahab, dan ia menyeru
kepada Tuhan Yang Maha Esa". Mahabenar Allah yang berfirman:
"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan
Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri". (Al-
Baqarah : 146).
Orang-orang Yahudi dan Kristen adalah ahli kitab dan Hindu dan Majusi. Oleh
Rasulullah SAW kita diperintahkan untuk memperlakukan mereka seperti
perlakuan kepada ahli kitab, kecuali makan sembelihan mereka dan menikahi
wanita mereka. Sebab, wallahu'alam, kitab mereka sudah terlalu lama dan
mengalami banyak perubahan. Bisyarah-bisyarah ini, di samping yang lain, menjadi
faktor penyebab bagi masuk islamnya sejumlah besar orang Yahudi, Kristen, Majusi
dan Hindu klasik.

4. Kesaksian Kondisi Muhammad SAW Atas Kebenaran Nubuwahnya


Setiap orang yang menentang masyarakat, pasti dirinya akan segera diselidiki.
Belum berlangsung lama, ternyata kebenaran Muhammad sudah terbukti. Khususnya
ketika ia berhasil membalik (taqallaba) kondisi lemah menjadi kuat, takut menjadi aman,
miskin menjadi kaya, minim pengikut menjadi 'banjir' pengikut, sulit menjadi gampang,
seperti yang terjadi dalam kehidupan Muhammad SAW. Jika dia menganalisa
kondisinya, maka kita mendapati bahwa kenyataan-kenyataan itu membuktikan
bahwa fakta-fakta semacam itu tidak akan ditemukan kecuali pada seorang nabi. Di
antara kondisi yang paling menonjol itu adalah :

a. Sidiq, jujur.
Kaum Nabi Muhammad membuktikan bahwa ia adalah orang yang jujur,
sehingga mereka menyebutnya - sebelum beliau diangkat jadi rasul oleh Allah -
dengan gelar Ash-Shidiq Al-Amin (si jujur lagi terpercaya). Abu Jahal pernah
mengatakan: "Sungguh, kami tidak mendustakanmu, tetapi yang kami dustakan
adalah mendustakan apa yang kau bawa". 9) Kemudian Allah menurunkan firman-
Nya:
DA>)+8)-5l*kg3Vglegbmo5Ee)vi(m/]
"Karena mereka sebenanrya bukan mandustakan kamu, akan tetapi orang-orang
yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33).
Segala sepak terjang Muhammad SAW, bahkan wataknya, membuktikan kejujuran,
yang hal ini pantas disandang hanya oleh seorang nabi yang diutus oleh Allah.

b. Konsisten sekali kepada apa yang diserukannya kepada manusia.


Jika manusia tidak suka dibelenggu konsistensi dan kontinuitas (iltizam),
khususnya jika telah mencapai posisi terhormat di dalam masyarakat. Akan tetapi,
kalau mencermati sikap Rasulullah SAW, maka kita akan tahu bahwa sikapnya
menunjukkan bahwa ia adalah manusia yang paling takwa, yang paling sempurna

9
Ditakhrij oleh At-Tirmidzi. Ibnu Katsir mengatakan: (Hal ini) diriwayatkan oleh Al-Hakim dari jalur Israil
dari Abu Ishaq. Kemudian ia mengatakan: (Hadist ini adalah hadist) shahih dengan syarat Al-Bukhori dan
Muslim, tetapi mereka tidak mentakhrijnya.
budi pekertinya dan yang paling banyak beribadah. Ia (pernah) berpuasa sehingga
isterinya mengatakan bahwa ia tidak buka; ia shalat malam hingga kedua telapak
kakinya bengkak. Aisyah RA bertanya. "Mengapa hal ini Anda lakukan,
bukankah dosa Anda, baik yang telah maupun yang akan datang, sudah
dimaafkan Allah?" Beliau menjawab: "Bukankah aku ini adalah seorang hamba
yang mengerti bersyukur?"
Ia menafkahkan hartanya, sehingga tidak ada yang tertinggal di rumahnya. Ia
meninggal dunia, dengan baju besinya masih tergadai pada seorang Yahudi.
Dzikir-dzikir dan doa-doa yang terlestarikan dari beliau membuktikan bahwa
beliau selalu berdzikir kepada Tuhannya baik siang maupun malam, dan pada setiap
amalnya.
Kendatipun demikian, beliau adalah seorang Rasul yang mentablighkan agama
Allah dan komando pasukan Islam. Ketika dilanda badai musuh dalam peperangan,
Kaum Muslimin berlindung kepada Rasulullah SAW. Beliau adalah contoh
ideal bagi keberanian dan sikap tanggap. Pada perang Hunain, hanya dengan sisa
pasukan yang tinggal 400 orang, beliau mantap menghadapi lawan yang berjumlah
4.000 pasukan, kemudian Allah memberikan pertolongan kepada mereka untuk
mengalahkan musuh.
Orang-orang musyrik Makkah menawarkan kepada beliau agar memilih antara
menerima imbalan harta, pangkat dan kekuasaaan yang bakal mereka berikan
tetapi harus meninggalkan agama, dengan perang untuk membela agama, kemudian
beliau memilih untuk menyampaikan perintah Allah. Setelah dunia tunduk kepada
beliau, turunlah firman Allah SWT:
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu
mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik". (Al-ahzab:28).
Kemudian semua isteri beliau memilih beliau, Rasulullah. Ridho Allah men-
zuhud-kan mereka dalam menentukan keputusan, kehidupan dunia dengan segala
gebyarnya.
Beliau menjadi teladan bagi umat manusia dalam menghukumi secara adil.
Beliau bersabda: "Kalau saja Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya Muhammad
akan memotong tangannya."
Beliau menjadi teladan ideal dalam setiap hal. Sehingga Anda melihat setiap
putera umatnya berusaha untuk menyamai Rasulullah SAW dalam aspek apa pun,
tetapi toh tidak bisa mencapai derajat beliau. Sebab, terakumulasinya teladan ideal
dalam setiap aspek tidak akan bisa tercapai kecuali pada diri seorang nabi yang
diutus oleh Allah. Tuhannya menyaksikan keteladanannya melalui firman-Nya:
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". (Al-
Qalam: 4).
Ia menjadikannya sebagai teladan positif bagi umat manusia, Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu itu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (Al-Ahzab: 21).

c. Membawa Risalah dan Bertabligh


Rasul telah menyampaikan risalah dan tabligh secara benar, kadang-kadang
melalui hubungan pribadinya, mengajak masyarakat untuk makan bersama,
bersikap sabar dalam menghadapi tingkah-polah kabilah-kabilah yang didakwahinya,
mengajak orang untuk berkumpul, menentang masyarakat, dengan mengutus sahabat-
sahabatnya sebagai da'i, mengutus duta untuk menghadap para penguasa dan raja.
Kadang-kadang juga dengan cara memerangi orang-orang yang merintangi jalan
Allah. Orang-orang kafir mengantisipasi dakwah ini beserta para pendukungnya
dengan berbagai macam kekerasan dan kekejaman. Quraisy digoncang oleh
kehadiran Rasulullah beserta para sahabatnya, kemudian menyiksa dan membunuh
sebagian Kaum Muslimin. Bahkan mereka mengucilkan Rasulullah SAW di dusun di
lereng bukit milik Abu Thalib selama tiga tahun, sehingga kaum Muslimin makan
kulit dan daun-daunan, amat menderita. Kemudian Rasulullah SAW beserta
sahabatnya berhijrah dua kali, demi menyelamatkan agama yang dibawanya.
Pertama ke Habasyah (Ethiopia), kemudian ke Madinah. Orang-orang Quraisy
bersekongkol untuk membunuh Rasulullah SAW, tetapi Allah memerintahkan
kepada beliau agar berhijrah, agar selamat dari tipudaya mereka. Beliau
menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah, bahkan perintah yang justeru
mencela dirinya, semisal firman Allah SWT:

3j DP9'g8m-]pn[:Ilj3j FcEg'Y^n:]FcE)pcG)'hYgb)D)3jpkXv3=pgo9H6X


p(h9'nX8m-]pLC)o&pYJ)3=lj3jpcG)vb*hX
"Dia (muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang
buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu
melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri
(beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk
mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu
mengabaikannya". (Abasa: 1-10).
Peristiwa ini terjadi ketika Rasulullah sedang mengajak tokoh-tokoh besar
Quraisy untuk masuk Islam, kemudian seorang Muslim tunanetra, Ibnu Ummi
Maktum, datang menghadap beliau untuk bertanya, Rasulullah tidak suka kepada
pertanyaan Ibnu Ummi Maktum, karena bisa mengganggu konsentrasi beliau dalam
mendakwahi pembesar-pembesar Quraisy yang jika berhasil masuk Islam akan
amat positif bagi Kaum Muslimin. Wajah Rasulullah SAW cemberut, tetapi karena
tidak tahu. Akan tetapi, Allah SWT menurunkan ayat-ayat yang berisi teguran
kepada beliau, yang kemudian disampaikan utuh seperti apa yang diturunkan oleh
Allah. 10)
Usaha Muhammad SAW, dalam seluruh kehidupannya, dikonsentrasikan untuk
menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya, betapa pun
penuh kesulitan dan rintangan. Pada kesempatan haji wada' beliau bertanya kepada
Kaum Muslimin:
"Bukankah aku telah menyampaikan seluruh perintah Allah?"
Kemudian mereka mempersaksikan bahwa beliau telah menyampaikan agama

10
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Ya'la. Al-Hafidz Al-'Iraqi mengatakan bahwa, "Rawi-rawi
hadits ini adalah orang-orang yang memenuhi kriteria hadita shahih".
Allah. Beliau pun bersabda: "Ya Allah, persaksikanlah". 11)
Sepak terjang Rasulullah SAW dalam segala aspek membuktikan bahwa orang
yang bersikap demikian tidak mungkin kecuali seorang nabi yang menjadi rasul.

5. Sikap Pengikut Dan Musuh Muhammad Yang Membuktikan Kebenaran Risalahnya


a. Para Pengikutnya
Kemampuan seorang guru nampak di depan murid-muridnya. Kemahiran
seorang pelatih terbukti di depan orang yang dilatihnya. Kebenaran Rasul nampak
pada sikap para pengikutnya, karena mereka adalah orang-orang yang hidup
bersamanya, dididik dan disucikannya. Orang yang mencermati sikap para
sahabat, akan melihat kebenaran penilaian Allah atas mereka:
3nhg8=FB7jF*Bi:nc
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia". (Ali Imron: 10).
Berbagai bangsa di muka bumi ini, pada waktu itu, mempersaksikan bahwa
Kaum Muslimin merupakan umat terbaik yang pernah dikenal oleh sejarah umat
manusia. Sebab, rumusan dalam pergaulan antara bangsa dan negara (selama
ini) memperlakukan kenyataan bahwa bangsa atau negara manapun juga, yang
memerangi negara dan bangsa lain, selalu saja melahirkan rasa benci dan dendam.
Kenyataan demikian masih bisa kita lihat pada sikap penjajah terhadap jajahannya.
Akan tetapi, rumusan demikian didobrak oleh para penakluk (Fatihin)
Muslim yang mendominasi dunia pada zamannya.
Penaklukan (fath) Islam justeru menciptakan rasa cinta, pertolongan, loyalitas dan
pembauran antara Kaum Muslimin dengan umat lain. Bangsa-bangsa yang
ditaklukkan (Al-Maftuhat) itu memuji Allah karena telah mengirimkan para penakluk
Muslim tersebut kepada mereka.
Kalau diteliti sebab-sebab yang mendorong mereka, maka anda akan mendapati
bahwa pertempuran antara sesama manusia adalah untuk memperebutkan harta
dunia. Sebaliknya, kaum muslimin justeru mengorbankan harta dunia mereka untuk
membahagiakan manusia di akhirat, karena mereka benar-benar mengimani akhirat.
Disamping itu, iman dan tingkah laku ini merupakan buah dari keyakinan yang
sempurna kepada bukti-bukti yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW atas
kebenaran risalahnya, juga melalui tingkah laku praktis dimana iman mengkristal
dalam kehidupan Rasulullah SAW.

b. Musuh-musuhnya
Setelah lama menentang, musuh-musuh Islam berbalik menjadi pembela yang
fanatik. Banyak pemeluk kitab-kitab terdahulu masuk Islam. Semua itu sebagai
bukti pengakuan dan iman kepada Rasulullah SAW.

BAB IV
IMAN KEPADA MALAIKAT
Iman kepada malaikat merupakan salah satu rukun Islam berdasarkan firman Allah
SWT:

11
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya. (Al-Baqarah: 285)
"Malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-Nya dan memohonkan ampun
bagi orang-orang yang ada di bumi". (Asy-Syura: 5)
"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan
menyembah Allah dan mereka bertasbih memujl-Nya dan hanya kepada-Nya lah mereka
bersujud". (Al-A'raf: 206).
"Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh musuh orang-orang kafir". (Al-
Baqarah: 98).
Ada banyak dalil, baik dari Al-Qur'an maupun Sunnah Rasul, yang menujukkan
bahwa iman kepada malaikat adalah wajib, dan mereka itu diciptakan Allah dari
cahaya.
Iman kepada malaikat adalah pengakuan secara tegas dan pasti bahwa malaikat itu
ada dan merupakan makhluk sekaligus hamba Allah yang tunduk dan dimuliakan. Allah
SWT berfirman:
"Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintah-Nya". (Al-Anbiya': 27)
"Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (At-Tahrim: 6).
"Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh
untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam
dan siang tiada henti-hentinya". (Al-Anbiya': 19-20).
Allah menjadikan mereka berbeda-beda sesuai dengan tugas masing-masing. Ada
yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu kepada para Rasul, yaitu Ruhul Amin
Jibril AS. Ada yang bertugas mencabut ruh, yaitu malaikat maut dengan pembunuh-Nya.
Ada yang bertugas meniup sengkakala, yaitu Israfil. Ada yang bertugas menurunkan
hujan, yaitu Mikail. Ada yang bertugas untuk mencatat perbuatan manusia, yaitu
Kiraman Katibin. Ada yang bertugas menjaga manusia, baik dari depan maupun
belakang. Allah SWT berfirman:
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah". (Ar-Ra'd: 11).
Ada yang bertugas mengurus sorga dengan segala kenikmatannya, yaitu Ridwan
dengan pembantunya. Ada yang bertugas mengurus neraka dengan segala siksaanya,
yaitu Malik dengan pembantunya yang disebut Malaikat Zabaniyah yang dipimpin oleh
19 malaikat. Ada yang bertugas menangani siksa kubur, yaitu Mungkar dan Nakir. Ada
yang bertugas membawa 'Arasy (Singgasana Allah). Ada yang bertugas mengurusi
sperma dalam kandungan dari proses penciptaan hingga menentukan nasib baik dan
buruknya. Ada Malaikat yang masuk Baitul Ma'mur di setiap harinya 70.000 malaikat
kemudian mereka tidak kembali lagi. Ada malaikat yang selalu bertasbih mengikuti
majelis-majelis dzikir. Ada yang selalu berdiri (qiyam) dan tidak pernah lelah. Ada
yang selalu ruku' dan sujud, tidak pernah rofa' (bangkit). Ada lagi yang lain tidak
termasuk yang disebutkan di atas.
"Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar
itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia". (Al-Mudatsir: 31).
Nash-nash dari Al-Kitab dan As-Sunnah tentang pembagian tugas para malaikat ini
amatlah banyak dan populer di kalangan ulama.

BAB V
IMAN KEPADA KITAB-KITAB YANG DITURUNKAN
OLEH ALLAH
Iman kepada kitab-kitab berarti membenarkannya secara mantap bahwa semua kitab itu
diturunkan dari sisi Allah, dan bahwa Allah benar-benar memfirmankan-Nya. Allah SWT
berfirman:

D*Y5whhRfRDa]FBvo*g'hI'6:c':e1wj
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudiun, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh-sejauhnya". (An-Nisa': 136).
Ada kitab yang diturunkan oleh Allah dengan tanpa perantaraan malaikat. Ada yang
melalui perantaraan malaikat. Ada juga yang ditulis oleh Allah. Allah SWT berfirman:
"Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki". (Asy-Syura: 51)
Ia SWT berfirman kepada Musa :
"Allah berfirman :"Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari
manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung
dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (Al-A'raf: 144).
"Allah telah berbicara secara langsung kepada Musa". (An-Nisa': 164).
Tentang Taurat, Allah SWT berfirman :
"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu
sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu". (Al-A'raf: 145).
Tentang Isa, Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang". (Al-Hadid: 27).
Tentang Daud, Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan Zabur kepada Daud". (An-Nisa': 163).
Tentang Al-Qur'an, Allah SWT berfirman :
"(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah
mengakui Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan
ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah menjadi snksi".
(An-Nisa': 166).
"Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian". (Al-Isra': 106).
"Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas". (As-Syura': 192-195).
"Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji".
(Fushshilat: 42).
Kitab-kitab yang disebut oleh Allah dalam Al-Qur'an adalah Al-Qur'an, Taurat, Injil,
Zabur, Shuhuf Ibrahim dan Musa. Allah SWT berfirman:
"Allah tiada Tuhan melainkan Dia. Yang Hidup Kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.
Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan
kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil". (Ali Imran:
2-3).
"Dan Kami berikan Zabur kepada Daud". (an-Nisa': 163).
"Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada di dalam lembaran-lembaran
Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji ?" (An-Najm:
36-37).
Sedangkan kitab-kitab lain, disebutkannya secara global. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman :
"Sesungguhnya Kami mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan". (Al-Hadid: 25).

AL-QUR'AN AL-ADHIM
1. Posisi Al-qur'an di antara Kitab-kitab Suci
Allah SWT berfirman :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan (membawa)
kebenaran, untuk menggenapi khabar yang ada lebih dahulu dari padanya, yaitu Kitab
(Taurat), dan sebagai penyaksi atasnya". (Al-Baqarah: 48).
"Dan tidaklah Al-Qur'an ini (sesuatu yang) bisa diadakan selain dari Allah, tetapi
(adalah ia) sebagai pembenaran khabar (kitab) yang sebelumnya dan sebagai
penerangan tentang kewajiban; tidak ada syak padanya (yang ia) dari Tuhan bagi
sekalian makluk". (Yunus: 37).
3nk*(j = Mengawasi dan mempersaksikan kitab-kitab yang datang sebelumnya.
3`DPj =Membenarkan bagian-bagian yang benar yang terdapat dalam kitab-kitab
itu, menyatakan perubahan-perubahan yang terdapat di dalamnya; sekaligus
menyatakan bahwa kitab-kitab itu di-naskh (dihapus) atau ditetapkan (bagi ajaran
yang benar dan masih sesuai). Itulah sebabnya mengapa setiap orang yang teguh
memerangi kitab-kitab terdahulu dan tidak murtad, tunduk kepada Al-Qur'an, seperti
yang difirmankan oleh Allah SWT:

'h6`lj 3nc 3m3n5 lj _Ag 'm'5 3nj og3` i(*hXph:)  onj.) '5 i& 'h6` lj 3:eg  i(n*9l)Eg
l*khJj
"Orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-
Qur'an, mereka beriman (pula) dengan Al-Qur'an itu. Dun apabila dibacakan (Al-
Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya, sesungguhnya
Al-Qur'an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya
adalah orang-orang yang membenarkan (nya)". (Al-Qashash: 52-53).

2. Seluruh Umat Harus Berpegang Teguh Kepada Al-Qur'an


"Dan inilah sebuah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat". (Al-An'am: 155).
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(dari padanya)". (Al-A'raf: 3).
"Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (Taurat) serta mendirikan
Shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang mengadakan perbaikan". (Al-A'raf: 170).
Ayat-ayat tentang itu banyak sekali. Nabi Muhammad SAW berwasiat mengenai
kitab Allah, untuk itu, beliau bersabda; "Ambilah dan berpegang teguhlah kepada
kitab Allah".
Dalam hadist marfu' (riwayat) Imam Ali Karromahullah wajhah disebutkan;
(Rasulullah SAW bersabda): "Akan terjadi bencana besar". Aku (Ali) pun bertanya:
"Jalan keluarnya dengan apa wahai Rasulullah SAW?" Beliau menjawab:
"Kitabullah".12)

3. Berpegang Teguh dan Mengamalkan Al-Qur'an


Islam menganjurkan pengikutnya agar menghafal, membaca, dan shalat di siang
maupun malam hari, menganalisa ayat, menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an.
Mengharamkan larangan Al-Qur'an. Melaksanakan perintah-perintah Al-Qur'an.
beri'tibar dengan tamsil-tamsil maupun kisah-kisah yang diketengahkannya.
Melaksanakan ayat-ayatnya yang muhkam dan menyerahkan kepada Allah dalam
menghadapi ayat-ayat yang mutasyabih. Berhenti pada batas-batas yang telah
ditentukan. Menjauhi orang-orang yang berbuat bathil. Menasihati dengan penuh
perhatian. Mengajak (berdakwah) untuk melakukan kebenaran secara cermat dan
waspada.

4. Janji Allah Untuk Menjaga Al-Qur'an


Allak sudah menjamin Al-Qur'an tak akan terjamah perubahan, penambahan
maupun pengurangan hasil kerja tangan jahil manusia. Allah SWT berfirman :

oV]3Ag'g3mFcEg3ngGmlAm3m
"Sesunguhnya Kami-lah yang menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya". (Al-Hijr. 9).
Tujuan dari semua itu adalah agar hujjah Allah pada manusia tetap abadi, hingga
Allah mewarisi bumi dengan segala isinya (Kiamat).
Demikian pula, Al-Qur'an tidak bisa menjadi hujjah kecuali jika Al-Qur'an tetap ada
di tengah-tengah manusia hingga hari Kiamat agar mereka jadikan rujukan dalam
hal akidah-akidah, azas dan tujuan agama; mengetahui hukum-hukum yang
ditetapkan oleh syari 'at Allah. kewajiban-kewajiban yang harus mereka kerjakan,
larangan-larangan yang harus mereka tinggalkan, keutamaan-keutamaan yang
dianjurkan untuk mereka kerjakan; beristinbath dari nash-nashya untuk melahirkan
12
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Beliau mengatakan bahwa hadits ini adalah Dha'if.
hukum-hukum syari'at dari setiap persoalan yang didapati dalam kehidupan
manusia, menganalisa nasihat, tamsil, tata krama, maupun bisyarah, peringatan, janji,
ancaman dan berbagai macam sarana dan metode pendidikan lainnya, yang
menunjukkan ke jalan yang lurus.

5. Bukti Bahwa Al-Qur'an Dijaga Allah


Setiap orang yang berakal harus mengimani dan yakin bahwa Al-Qur'an yang sama
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya mengapa jika
seseorang mengambil satu ayat dari Al-Qur,an, kemudian ia pergi ke London, Paris,
Moskow, Washington, Peking, Tel Aviv, dan berkeliling di kota-kota Afrika dan
Australia, kemudian pergi ke Makkah dan Madinah dan mengambil mushaf Al-Qur'an
dari masing-masing tempat yang disinggahinya dan membuka surat yang memuat
ayat yang dibacanya, maka ia akan menemukan bahwa Al-Qur'an itu satu, ayat yang
diambilnya dari Al-Qur'an itu juga satu. Bahkan, ia bisa membuktikan bahwa semua
ayat yang termaktub dalam Al-Qur'an adalah sama, satu, tidak mengalami perubahan.
Mahabenar Allah yang berfirman:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya". (Al-Hijr: 9).

SUNNAH BERFUNGSI MENJELASKAN DAN MENJAGA AL-QUR'AN


Allah SWT befirman:
F e^:)i(hYgi(*gGm3j3nhgl*6:gFcEgb*g3ngGm
"Dan kami turunkan kepadamu peringatan, buat engkau terangkan kepada
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir". (An-
Nahl: 44).
Rasulullah SAW menjelaskan kitab Tuhannya kepada manusia melalui ucapan,
tindakan dan taqrirnya. Allah telah melindungi penjelasan ini dalam kitab-kitab sunnah
nabawi yang dihimpun oleh umat. Allah menjaga sunnah Rasulullah SAW dengan cara
menjadikan banyak orang hafal sunnah itu di luar kepala; mengadakan halaqah-halaqah
pengajaran dan pendidikan untuk memasyarakatkan sunnah-sunnah itu kepada orang
yang belum mengetahuinya. Bahkan ada umat Muhammad yang hafal di luar kepala beribu-
ribu hadits Rasulullah SAW dengan sanad dan derajad haditsnya sekaligus, Misalnya
adalah Al-Bukhori, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hamin dan lain-lain.
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa hadist-hadist Rasulullah SAW merupakan penjelas
bagi kitabullah dan sebagian dari agama yang mengatur tingkah laku keseharian paling
sempurna bagi seorang Muslim baik pada waktu shalat, puasa, zakat, haji, jual-beli,
perkawinan, perceraian, hubungan dengan keluarga dan tetangga, juga kewajiban seorang
Muslim terhadap Tuhannya. Semua itu terkodifikasi secara lengkap dalam kitab-kitab
hadist.

Allah Memilih Umat Terbaik Untuk Menjaga Kitab Allah Dan Sunnah Rasul-Nya.
Sehubungan Rasulullah SAW sebagai nabi penutup, maka Allah menjamin akan menjaga
yang dibawa Muhammad dengan izin-Nya itu abadi, selamat dari perubahan hingga hari
Kiamat. Untuk itu, Allah mempersiapkan Rasulullah SAW yang Allah nilai:
"Dan begitu juga kami telah jadikan kamu satu umat yang terpilih agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia, sedang rasul itu menjadi saksi atas perbuatan kamu".
(Al-Baqarah: 143).
"Kamu adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia". (Ali Imran: 110).
Mereka oleh Rasulullah SAW, dinilai sebagai generasi terbaik.
Jika alasan raisi (fundamental) yang mendorong dilakukannya perubahan adalah hawa
nafsu, maka Allah telah mempersiapkan sahabat-sahabat Rasulullah SAW secara
khusus agar mereka memegang teguh dan menjaga ajaran-ajaran agama untuk seluruh
umat manusia di dunia. Allah SWT berfirman:
"Dan ketahuilah di antara kamu ada Rasulullah jika ia turuti (kemauan-
kemauan) kamu dalam kebanyakan urusan, niscaya kamu akan jatuh dalam
kebinasaan. Tetapi Allah jadikan iman itu kecintaan kamu, dan ia hiasinya dalam
hati kamu dan ia jadikan kekufuran dan perlewatan batas dan durhaka itu kebencian
kamu - merekalah orang-orang yang berlaku lurus". (Al-Hujurat: 7).
Berkat persiapan ini, mereka berhak menyandang sifat-sifat berikut yang diselamatkan
oleh Allah:
1. Shidiq-muflih (jujur dan sukses), Allah SWT berfirman:

p]D>)vi(*gF=3&ljo6A)i(h6`ljlk)vDgo69l)Ego`DPgi&b2g'goI

oAh^kg
"(Yaitu) bagi fakir-fakir yang berhijrah yang dikeluarkan dari negeri-negeri
mereka dan (dijauhkan) dari harta-harta mereka (karena) mereka mencari karunia
dari Allah dan keridhaan dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka
inilah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang (menang) menduduki tempat itu
dan beriman sebelum mereka, kasih kepada orang yang berhijrah kepada mereka, dan tidak
mereka dapati kedengkian di hati mereka tentang apa-apa yang diberikan kepada mereka,
dan mereka utamakan (orang lain) atas diri-diri mereka, walaupun mereka dalam
kepapaan, karena barangsiapa diselamatkan dia daripada kebakhilan dirinya, maka
mereka itu ialah orang-orang yang berbahagia". (Al-Hasyr: 8-9).

2. Mukmin sejati:
Allah Ta'ala berfirman:

i)Fc
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah dan berperang di jalan Allah,
dan orang-orang yang melindungi dan menolong: mereka ini orang-orang yang
beriman betul-betul; bagi merekalah kecukupan dan karunia yang mulia". (Al-
Anfal: 74).

3. Pendukung Allah
Allah SWT berfirman:
l*nj.kg35FPn5D) Ego&+b6J@/]oXDC)D)F)
"Dan jika mereka mau menipumu, maka sesungguhnya cukuplah bagimu Allah, Ia-lah
yang meneguhkanmu dengan pertolongan-Nya dan dengan kaum Mukminin". (Al-
Anfal: 62).
4. Diridhoi Allah
Allah berfirman:
36)F`3A:]i(6;i(*hX7n*eJgGm-]i(5oh`p]3jihY] F>Lg8A9bmoY)36)l*nj.kglX+rRDag
"Sesungguhnya Allah ridho kepada Mukminin tatkala mereka berjanji taat
kepadamu di bawah pohon itu, dan Dia tahu apa yang di hati mereka lalu ia turunkan
ketentraman pada mereka, dan Ia ganjari mereka kemenangan yang hampir". (Al-Fath:
18).

ELASTISITAS SYARI'AH DI SETIAP WAKTU DAN TEMPAT


Mencanangkan hukum dan peraturan-peraturan untuk apa saja, tergantung pada
pengetahuan tentang hakekat orang yang akan diatur dengan hukum itu, juga
berdasarkan pada kondisi-kondisi yang melingkupi.
Manusia tidak mengetahui hakekat ruhnya, juga masa mendatang yang akan
dihadapinya. Itulah sebabnya mengapa manusia tidak mampu membuat undang-undang
dan hukum yang terus-menerus tepat untuk setiap waktu dan tempat. Tetapi sang
pencipta SWT mengetahui hakekat penciptaan manusia. Allah Ta'ala berfirman:

F*6Cg\*Thgo&_hBljihY)v
"Apakah Allah Yang Menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui". (Al-Mulk: 14).
Ia mengetahui mengapa manusia tidak mungkin untuk mendatangkan syari'ah yang
permanen tetapi elastis yang sesuai untuk setiap waktu dan tempat kecuali jika hukum-
hukum itu diwahyukan oleh Tuhan.
Kaum Muslimin pernah menguasai dunia selama beratus-ratus tahun, tetapi syari'ah
Islam tetap cocok untuk diberlakukan di sepanjang abad di lingkungan dan tempat
yang berbeda.
Syari'ah Islam, walaupun penganutnya kini sedang lemah, toh tetap mengharuskan
dirinya, sehingga dijadikan sebagai salah satu sumber hukum internasional (Qanun
Duwali) oleh perserikatan Bangsa-Bangsa, sementara hukum Rusia atau Amerika
justeru tidak dipertimbangkan sebagai salah satu sumber hukum internasional.
Sejumlah pakar asing tentang hukum internasional membuktikan bahwa syari'ah Islam
tepat untuk setiap zaman.
Dr. Izuku Insaba Tohon, seorang pakar hukum, mengatakan bahwa:
"Islam sejalan dengan problem-problem menonjol yang kini dihadapi, karena Islam
mampu berkembang dengan tanpa mengalami kesulitan di sepanjang abad dan tetap
terjaga seluruh daya dinamik dan elastisitasnya. Islamlah yang memberikan, kepada
dunia, hukum yang paling mantap, dan hukum Islam mengungguli banyak hukum Eropa.
Seminar Internasional tentang hukum yang diadakan di Lahay pada tahun 1932
menghimbau Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadikan syari'at Islam sebagai salah
satu sumber hukum internasional. Setelah para peneliti ahli hukum internasional yakin
akan keagungan hukum Islam dan kegunaannya bagi manusia di zaman sekarang.
Sedangkan seminar (konggres) Internasional tentang perbandingan hukum yang
diselenggarakan di Paris pada tahun 1952 M, menghimbau dari segi hukum internasional
agar mengizinkan konggres internasional tentang fiqh Islam diadakan di setiap tahun
untuk menggantikan jadwal yang tadinya diadakan setiap sepuluh tahun sekali. Alasan
yang mereka ketengahkan ialah bahwa mereka ingin mengetahui banyak kemanfaatan dari
hasil kajian yang mereka lakukan terhadap syari'at Islam. Dalam Kongres itu, mereka
mengatakan: "Melihat kemanfaatan nyata yang dihasilkan oleh para peserta seminar
selama sepekan Fiqh Islam dan diskusi-diskusi yang berkembang di situ, nampak jelas
bahwa Fiqh Islam berdasarkan pada prinsip-prinsip yang memiliki nilai-nilai yang kokoh
yang kegunaanya tidak diragukan lagi. Bahwa perbedaan tentang prinsip-prinsip yang ada
dalam penetapan hukum Islam itu, terdokumentasikan dalam ontologi pendapat-pendapat
Fiqhiyah dan kompilasi (kumpulan) prinsip-prinsip yang mulia yang memungkinkan fiqh
ini menjawab, dengan elastisitasnya yang luar biasa, segala tuntutan kehidupan modern.
Sebab, para peserta seminar menyatakan keinginan mereka untuk melanjutkan pekan-
pekan Fiqih Islam diikuti okeh tindakan-tindakan nyata dari tahun ke tahun".
Nah coba, dari mana seorang ummi yang diutus lebih dari 14 abad silam bisa
membawa hukum semacam ini kalau dia bukan seorang rasul yang diutus oleh Tuhan-
Nya.
Aneh memang, karena keberadaannya Kaum Muslimin sendiri justeru ingin
mencampakkan syari'at Ilahiyah untuk digantikan dengan hukum buatan manusia.

BAB VI
KEIMANAN KEPADA HARI AKHIR
Iman kepada hari Akhir merupakan konsekwensi pilar akidah yang harus diakui.
Termasuk di dalamnya adalah iman kepada tanda-tanda akan datangnya hari Kiamat
yang tadinya belum ada; kematian dengan rentetannya berupa siksa dan nikmat
kubur; tiupan sengkakala; keluarnya para makhluk dari kubur; proses yang terjadi di
sekitar Kiamat, berupa kegoncangan besar dengan berbagai kesulitannya, rincian-
rincian mengenai Hasyr (manusia dikumpulkan di padang Mahsyar) pembagian
shuhuf (catatan amal manusia), peradilan atas amal manusia, titian, haudl, syafaat
bagi orang yang diizinkan Allah, sorga dengan segala kenikmatannya , neraka dengan
segala azabnya, dan lain-lain seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an Al-Karim dan
Hadits shahih.

DALIL-DALIL TENTANG KEIMANAN KEPADA HARI AKHIR


a. Dalil Naqliyah
1. Khabar dari Allah tentang hari akhir, melalui firmannya:
"Alif, lam, mim. Itulah Kitab, tidak ada sebarang syak padanya, sebagai
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang yang percaya kepada
perkara ghaib, dan mendirikan shalat, dan mendermakan sebagian daripada apa
yang Kami telah karuniakan kepada mereka. Dan yang percaya kepada apa yang
telah diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang telah diturunknn sebelum
kamu, dan mereka yakin kepada hari kemudian". (Al-Baqoroh: 1-4).
"Barangsiapa yang kafir kepada Allah, mnlaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya". (An-Nisa': 136).
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak percaya akan hari pertemuan dengan
Kami, dan suka kepada kehidupan dunia serta puas dengannya, dan orang-orang yang
lalai terhadap ayat-ayat Kami (maka tempat mereka) ialah api neraka karena apa
yang telah mereka usahakan". (Yunus: 7-8).
"Sesungguhnya apa yang diancamkan kepada kamu adalah benar. Dan
sesunguhnya pembalasan (amal) itu mesti terjadi". (Adz-Dzariyyat: 5-6).
"Dan sesungguhnya Kiamat itu akan datang, tidak ada ragu-ragu padanya; dan
sesungguhnya Allah akan bangkitkan orang-orang dari alam kuburnya". (Al-Haj: 7).
"Orang-orang yang kufur itu menyangka bahwa mereka tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: "Bahwa demi Tuhanku! Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan dikhabarkan kepada kamu apa-apa yang kamu
telah kerjakan; dan yang demikian itu mudah bagi Allah". (At-Taghobun: 7).
"Tidaklah mereka menyangka, bahwa mereka akan dibangkitkan, buat (urusan)
pada hari yang besar. Hari yang manusia dibangkitkan buat (menghadap)
Tuhan Yang menguasai sekalian alam". (Al-Muthaffifin: 4-6).
"Tidak! Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak! Aku bersumpah
dengan jiwa yang selalu menegur dirinya. Adakah manusia menyangka, bahwa tidak
akan (bisa) Kami kumpulkan tulang-tulangnya? Bahkan Kami berkuasa untuk
meratakan jari-jarinya". (Al-Qiyamah: 1-4).

2. Khabar dari Rasulullah SAW ketika Jibril berkata: kepadanya AS.

FKF*BDag35FBvo*g'hI'6:c':e
"Anda harus beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir dan takdir baik dan buruk.
dan hadits-hadits lain yang senada.

3. Kesepakatan seluruh agama samawi dan keimanan berjuta-juta hamba Allah, baik itu
para nabi-rasul, philsuf, ulama maupun orang-orang saleh, akan adanya hari akhir dengan
segala prosesnya.

b. Dalil-dalil Aqli:
1. Kecanggihan qudrat Allah Al-Khaliq untuk menciptakan kembali para makluk
setelah mereka musnah. Sebab, menciptakan kembali mereka itu tidaklah lebih sulit,
jika dibandingkan menciptakan mereka sejak dari awal.
2. Penegasan keyakinan kita atas kejujuran dan kebenaran rasul sebagai pembawa ayat
dan mukjizat yang secara akal membuktikan kebenaran risalahnya. Dan kita tahu
bahwa Allah meng-isra'-kan Rasulullah SAW, sehingga beliau melihat sorga
dan neraka; menyampaikan firman Allah kepada kita, yang telah menciptakan
kehidupan dunia dan akhirat, sekaligus menginformasikan kepada kita tentang
kehidupan yang tengah menanti kita setelah mati.
3. Rasulullah SAW menginformasikan kepada kita tentang sejumlah tanda yang akan
terjadi di dunia sebagai petunjuk bahwa kiamat sudah dekat, ternyata kini kita sudah
menyaksikan banyak di antaranya. Tanda-tanda kiamat yang kita saksikan
menginformasikan kepada kita akan kebenaran kiamat dan akhirat yang
dikhabarkan oleh Rasulullah.
Kita melihat bahwa tanda-tanda ini di dunia sudah terbukti, nyata, setelah berlalu
lebih dari 14 abad, yang karenanya kita pun akan membuktikan bahwa sorga
dan neraka benar adanya. Allah SWT berfirman:
"Dan penghuni-penghuni syurga berseru kepada penghuni-penghuni neraka
(dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh
apa yang Tuhan kami janjikan kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh
dengan sebenarnya apa yang Tuhan kamu janjikan (kepadamu)?" Mereka
(penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat)
mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada
orang-orang yang zalim". (Al-A'raf:45).
4. Pencipta manusia lebih sempurna daripada manusia itu sendiri. Tak syak lagi bahwa
manusia mencintai keadilan. Juga tak syak lagi bahwa Allah-lah yang menciptakan
rasa cinta keadilan baik pada orang-orang terdahulu maupun sekarang. Seluruh
keadilan manusia tiada lain kecuali 'percikan' dari keadilan Allah, karena Allah
Mahaadil lagi Mahahakim.
Termasuk pengertian adil ialah orang yang berbuat baik harus diberi pahala.
Sebaliknya, orang yang berbuat buruk harus diberi hukuman. Akan tetapi kealilan
tidak bisa diwujudkan sepenuhnya di dunia ini - padahal kita sudah mengetahui
keadilan Allah - yang karenanya akal menetapkan bahwa Allah harus menegakkan
mizan (neraca) keadilan di dalam kehidupan akhirat, Allah SWT berfirman:
"Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-
orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian):
bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (Al-Qolam: 35-36).
5. Jika kita memperhatikan penciptaan langit dan bumi, maka kita menjadi tahu
bahwa segala sesuatu telah diletakkan pada tempatnya yang tepat. Misalnya, langit
dengan segala isinya semisal planet, bintang, siang dan malam; bumi dengan segala
isinya semisal tumbuhan, hewan, manusia, benda keras dan lain-lain, telah
diletakkan kepada tempat yang sesuai. Kalbu pada tempatnya. Mata pada tempatnya.
Daun pada tempatnya di pohon. Bunga pada tempatnya, dan seterusnya. Di langit dan
di bumi ini, kita tidak melihat hal yang menyalahi kebenaran kecuali pada sikap
manusia. Misalnya, kita melihat orang zalim tidak dihukum, sebaliknya kita melihat
seorang nabi diusir dan disakiti.
Mengapa kita tidak melihat kebenaran tegak dalam kehidupan manusia, seperti
halnya kebenaran tegak dalam tata perjalanan bumi dan langit?
Akal menunjukkan kepada kita bahwa yang menciptakan langit dan bumi dengan hak
harus menegakkan kebenaran pada sikap manusia.
Jika hal ini tidak (diwujudkan) di dunia karena ia merupakan tempat
cobaan dan ujian, maka harus terealisir dalam kehidupan akhirat. Allah SWT
berfirman:
"Apakah orng-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan
menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat
buruklah apa yang mereka sangka itu". (Al-Jatsiyah: 21).
6. Jika seseorang menganalisa bagaimana Allah menjaganya dan tidak
membiarkan sperma atau segumpal darahnya sia-sia, serta pemeliharaan selama
hidupnya, maka ia yakin bahwa Allah tidak membiarkan manusia terlantar mati
dan sia-sia. Sebab, Al-Hakim (Yang Mahabijak) yang menjaga bagian-bagian
yang kecil tidak akan menelantarkan ciptaan yang telah menjadi sempurna.
Allah SWT. berfirman:
"Apakah manusia mengira, ia akan dibiarkan (tanpa pertanggungan-jawab)?
Bukankah dia dahulu berupa setetes air mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya
(sebagai janin) dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan dari padanya
berpasangan; laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat)
demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?" (Al-Qiyamah: 36-40).

KEHIDUPAN ALAM BARZAH


Seorang Muslim mengimani adanya kenikmatan dan azab kubur, juga pertanyaan
dua malaikat, adalah hak (benar), dengan dalil-dalil sebagai berikut:

1. Dalil-dalil naqli.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya itu adalah sekedar perkataan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan". (Al-Mu'minun:
100).
"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi hari dan petang, dan pada hari
terjadinya Kiamat dikatakan kepada malaikat: "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke
dalam azab yang sangat pedih". (Al-Mu'min: 46).
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat". (Ibrahim: 27).
Disebutkan bahwa tasbit dalam kehidupan dunia terjadi pada saat dua malaikat
bertanya di kuburan. Allah SWT berfirman :
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu dapat melihat di saat orang-orang yang
dzalim (berada) dalam kesulitan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya: "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan
siksaaan yang sangat menghinakan". (Al-An'am: 93).
Rasulullah SAW bersabda:
"Jika seseorang (mayit) diletakkan di kuburannya dan ia ditinggalkan oleh teman-
temannya, maka ia mendengar bunyi sandal mereka, maka saat itu ia didatangi
oleh dua malikat yang kemudian mendudukkannya dan bertanya: "Bagaimana
pendapatmu dahulu tentang orang ini - yakni, Muhammad SAW?" Adapun seorang
mukmin akan menjawab: "Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba dan rasul Allah".
(Sebagai imbalannya), malaikat itu berkata: "Lihatlah tempatmu di neraka sana,
telah diganti oleh Allah dengan tempat duduk dari sorga, kemudian ia melihat
kedudukanya, lalu di kubur ini ia merasa lapang. Adapun seorang munafik atau kafir,
ketika ditanya, bagaimana pendapatmu dahulu tentang orang ini?" Maka ia menjawab:
"Saya tidak tahu" dan tidak pernah membaca (namanya). Lalu ia dipukul dengan
palu dari besi sehingga ia menjerit kesakitan, yang suaranya terdengar oleh
makhluk di sekitarnya, kecuali manusia dan jin".
Rasulullah SAW bersabda:
"Jika salah seorang di antara Kalian meninggal dunia, maka ditampakkan kepadanya
tempat duduknya pagi dan sore. Jika ia termasuk ahli sorga maka ia akan menjadi ahli
sorga. Sebaliknya, jika ia termasuk ahli neraka maka ia menjadi ahli neraka.
Kemudian dikatakan kepadanya: "Inilah tempat dudukmu, hingga Allah
membangkitkan hari Kiamat".
Ketika melewati dua buah kuburan, Rasulullah SAW bersabda:
"Kedua penghuni kubur ini disiksa bukan karena dosa besar. Yang seorang disiksa
karena melakukan adu domba, sedangkan yang satu nya lagi karena biasa tidak menjaga
diri dari percikan air kencingnya".
Dalam doanya, Rasulullah SAW bersabda:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan api neraka; juga dari
fitnah kehidupan dan fitnah kematian".
Di samping itu, masih ada sejumlah hadits lain yang diriwayatkan secara
mutawatir.

2. Dalil-dalil aqli
a. Iman kepada Allah, para rasul, kitab-kitab dan malailat-malaikat-Nya, punya
konsekwensi untuk iman kepada azab dan nikmat kubur, dengan segala
prosesnya. Sebab, masing-masing pinsip di atas termasuk persoalan ghaib,
sehingga barang siapa telah mengimani prinsip-prinsip tertentu dari ajaran
di atas harus pula nengimani prinsip-prinsip lainnya.
2. Azab atau nikmat kubur dengan pertanyaan dari dua malaikat, bukanlah
persoalan yang diingkari atau dimustahilkan, bahkan didukung kuat oleh akal.
Sebab dalam kehidupan dunia, orang terkadang bermimpi indah dan dapat
merasakannya dengan penuh kesenangan. Tetapi terkadang terjadi sebaliknya.
Memang kenikmatan atau kesedihan yang dialami oleh orang yang bermimpi
dirasakan oleh ruh yang notabene tak terindera,tetapi tidak bisa diingkari oleh
siapa pun juga. Nah, lantas mengapa kita mesti mengingkari azab atau nikmat
kubur?

KENYATAAN PADA HARI KIAMAT


Kondisi yang akan terjadi pada hari kiamat, bisa kita ketahui dari sejumlah ayat,
yang antara lain:
"Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang betjatuhan, dan apabila
gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak
diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan
meluap, dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan
yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh, dan apabila
catatan-catatan (perbuatan manusia) dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan
apabila neraka Jahim dinyalakan, dan apabila sorga didekatkan". (At-Takkwin: 1-13).
"Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorang pun dapat berdusta tentang
kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkun (satu golongan) dan meninggikan (golongan
yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-
gunung dihancur-luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang
beterbangan". (Al-Waqi'ah : 1-6).
"Hai manusia, bertakwalah kapada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari
(ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lupalah semua wanita yang menyusui anaknya
kepada anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan
kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak
mabuk akan tetapi azab Allah sangat kerasnya". (Al-Haj: 1-2).
"Dan apabila datang suara (tiupan sangkakala kedua) yang memekakkan,
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan
anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
menyibukkannya". (Abasa: 33-37).
Untuk lebih jelasnya, silahkan baca kitab-kitab tafsir.

SORGA DAN NERAKA


a. Sorga:
Sorga adalah tempat bagi orang-orang yang meng-Esa-kan Allah, beriman dan
beramal saleh, takwa, ikhlas beribadah kepada Allah, takut kepada Allah, memenuhi
janji kepada Allah, berjihad fi sabilillah dengan mengorbankan jiwa dan harta; taubat,
ibadat, memuji dan sujud; beramar makruf dan bernahi mungkar.
Tentang sorga dengan segala kenikmatannya semisal sungai, pohon, buah,
hidangan, minuman, pakaian, perhiasan, perumahan, kamar dengan bidadarinya, Allah
telah menjelaskan secara rinci. Ia SWT menyebutkan bahwa kenikmatan sorga tidak
sama dengan kenikmatan dunia:

ohkY)om3c3k5G=l*X F`lji(gr^B3jH^mihY9w]
"Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu
(bermacam-macam ni'mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan". (As-Sajdah: 17).
Rasulullah SAW bersabda:
"Aku telah persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, yang tak pernah dilihat
mata, tak pernah terdengar telinga dan tak pernah terbetik dalam hati manusia
sebelumnya".

b. Neraka:
Neraka adalah tempat bagi orang-orang kafir, tak sudi taat dan beribadah kepada
Allah. Allah telah menjelaskan tentang bahan bakarnya, juga nyala apinya yang
membara itu; makanan dan minuman yang disediakan di dalamnya; azabnya yang
membangunkan bulu roma dan rasa takut kepada kaum muslimin, sekaligus untuk
menakut-nakuti orang-orang yang congkak - betapa ngerinya azab di hari kiamat nanti.
Pembaca yang ingin mendapatkan keterangan yang lebih rinci, tentang neraka dan
sorga, silahkan menelaah kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya SAW.

Buah Dari Iman Kepada Hari Akhir


Iman kepada hari akhir akan menjadikan kehidupan kita memiliki tujuan yang
tinggi, yaitu melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan perbuatan mungkar,
juga meninggalkan hal-hal negatif yang dapat membahayakan tubuh, agama, harga diri,
akal dan harta benda.

BAGAIMANA TERJADINYA KEBANGKITAN SETELAH MAT


Unsur Pembentuk Manusia
Manusia terbentuk atas tiga unsur. Pertama, unsur asal yang diturunkan dari Adam
dan datang bersama dengan mani. Kedua, tanah (turab) yang datang dalam bentuk
makanan, yang kemudian mengevaluasi unsur asal yang datang dari Adam, dan
terbentuklah jasad manusia. Ketiga, ruh yang ditiupkan ke dalam janin yang masih
dalam perut ibunya.

Fase Ujian Dan Masa Berakhirnya:


Dengan bercampurnya ketiga unsur ini karena perintah Allah, maka terciptalah
manusia hidup yang menjalani masa ujian di dunia i ini. Allah SWT berfirman:

o^[gG)GYgo&wkXlJ@ie)icoh6*g o*Ag okg_hB Eg


"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (Al-Mulk : 2).
Ketika masa ujian telah berakhir dan waktu menuju ke akhirat untuk menerima
pembalasan telah tiba, maka datanglah kematian. Allah SWT berfirman:
"Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak
dapat meminta mundur barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memerintahnya maju".
(Al-A'raf: 34).
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-
Munafiqun: 11).

Dengan Kematian, Unsur-Unsur Itu Kembali Seperti Semula


Dengan kematian, tanah yang membentuk tubuh kembali kepada asalnya. Allah
SWT berfirman:
U*^@ 3:c3mDnXi(njvMan93j3nkhXD`
"Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-
tubuh) mereka, dan pada sisi Kami pun ada kitab yang terpelihara (tercatat)."
Bagian dari tubuh yang tersisa tidak hancur adalah tulang buntut yang merupakan
unsur pembentuk manusia pertama kali. Tulang inilah yang terdapat pada tulang rusuk
Adam - tulang ini amat kecil sekali. Itulah sebabnya tulang rusuk Adam mencakup
segala unsur pembentukannya. Bagian ini tidak hancur dimakan tanah, juga tidak akan
musnah. Rasulullah SAW bersabda:
"Seluruh tubuh manusia akan hancur dimakan tanah kecuali tulang ekornya, dari
itulah ia diciptakan dan dengan itulah ia diciptakan".
Sedangkan ruh akan kembali, sesuai dengan kehendak Allah, hingga hari Kiamat.

Ketika Hari Berbangkit Maka Unsur-Unsur Ini Berkumpul Lagi


Jika hari kebangkitan setelah mati itu sudah tiba saatnya, maka Allah menurunkan
hujan dari langit untuk menumbuhkan bahan unsur asal - yakni, tulang ekor - yang tidak
bisa hancur itu. Rasulullah SAW bersabda:
"... Kemudian diturunkanlah hujan dari langit, maka mereka tumbuh seperti halnya
tumbuh-tumbuhan. Seluruh bagian dari tubuh manusia (pada) waktu itu sudah hancur
kecuali tulang ekornya, yang dari situ nantinya di hari kiamat makhluk akan diciptakan
(kembali)".
Proses ini sama dengan proses yang terjadi di dunia ini. Misalnya pohon-pohon
hancur karena dilanda kekeringan, yang jika diperhatikan oleh manusia maka tidak ada
yang tertinggal kecuali tulang ekor yang tertimbun di bawah tanah atau batu-batuan
yang tidak terlihat mata. Ketika hujan turun, maka biji-biji itu mekar, pohon-pohon itu
tumbuh, juga yang lain-lain. Allah SWT berfirman:
o=FC9bgEc3(9ojDY5vrA)rAglj8*kg FC)8*kgljrAg FC)
"Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan
dikeluarkan (dari kubur)". (Ar-Rum: 19).
Seseorang bertanya kepada Rasulullah: "Bagaimana caranya Allah menghidupkan
kembali makhluk yang sudah mati dan apa buktinya?" Beliau menjawab: "Bukankah
Anda pernah pergi ke lembah kaummu yang dalam keadaan tandus, tetapi tiba-tiba jadi
subur?" Ia menjawab: "Ya". Maka Rasulullah pun bersabda: "Itulah tanda kekuasaan
Allah dalam menciptakan. Demikian pula, Allah menghidupkan (kembali) orang yang
sudah mati." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara maknawi).
Jika tulang ekor tumbuh dari tanah dan tumbuh kembali seperti semula, maka setiap
ruh kelak akan datang ke tubuhnya masing-masing. Ini disebutkah dalam firman Allah:
"Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)". (At-Takwir: 7).
Demikianlah penciptaan kembali makhluk terjadi seperti penciptaan pertama kali.
Allah SWT berfirman:
"(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran
kertas, Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang
akan melaksanakannya". (Al-Anbiya': 104).

Kritik Terhadap Yang Mendustakan Hari Akhir.


Untuk menjawab orang-orang yang mendustakan hari akhir, cukup kami
ketengahkan jawaban Allah atas mereka. Allah SWT berfirman:
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur)
kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang
demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang tak ada
keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam
kubur". (Al-Haj: 5-7).

TANDA-TANDA KIAMAT
Allah SWT berfirman :
DO'^hBlj')D)l*5ljbhJ)'m/]oIljpS9ljvD@'6*ZphXF(T)w]4*[gig3X
"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan
kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya". (Al-Jin: 26-27).
Dan pemberitahuan dari Muhammad SAW tentang keghaiban tanda-tanda Kiamat,
yang tanda-tandanya belum nampak kecuali di zaman kita, membuktikan kebenaran
risalahnya, sekaligus membuktikan bahwa Kiamat itu memang benar, dan sudah dekat.
Di antara tanda yang sudah nampak adalah sebagai berikut:

1. Persoalan-persoalan besar yang tadinya tak terbayangkan dalam benak manusia.


Keajaiban-keajaiban dan persoalan-persoalan besar yang terjadi dalam
penemuan-penemuan, dalam bidang politik, ketatanegaraan, ilmu
pengetahuan, juga kejadian-kejadian internasional yang tadinya tidak pernah
terbayangkan dalam benak seorang pun jua, baik mengenai kondisi kaum Muslimin
maupun orang-orang kafir, membenarkan ramalan sebelumnya. Persoalan-persoalan
besar yang tadinya tak terbayangkan dalam benak seorang pun jua, tetapi sudah
diinformasikan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
"Kiamat tidak akan terjadi sebelum Kalian melihat persoalan-persoalan besar
yang belum pernah Kalian Saksikan dan bayangkan".

2. Orang yang telanjang kaki, tak berbaju dan pengembala kambing berlomba-
lomba membangun: Tak seorang pun tadinya membayangkan bahwa orang yang
telanjang kaki yang tidak punya sepatu, yang telanjang tak punya baju untuk
menutup seluruh tubuhnya, yang makannya tergantung pada orang lain, yang tidak
punya pekerjaan selain menggembala kambing ini, akan mampu membangun rumah
walau hanya satu, apalagi menjadikan rumah itu sebagai rumah-rumah yang tinggi
yang mengalahkan milik oran lain, lebih-lebih lagi fenomena demikian bukanlah
sekedar fenomena pribadi tetapi fenomena yang terjadi pada sejumlah besar
masyarakat penggembala kambing yang telanjang kaki, telanjang (dada) dan
ekonominya tergantung kepada orang lain. Ya, ini adalah kenyataan yang tak
terbayangkan dalam benak seorang jua pun, tetapi kini menjadi realita di depan
hidung. Sebab, setelah Allah membukakan kepada kaum Muslimin dan umat-
umat lain kekayaan tanah khususnya minyak, kita melihat para pengembala
kambing yang tadinya telanjang kaki, telanjang dada dan ekonominya
tergantung kepada orang lain, kini belomba membangun seperti yang sudah
diinformasikan oleh Rasulullah SAW, yaitu merupakan salah satu tanda Kiamat
menjelang tiba. Beliau bersabda:
"Jika kamu melihat orang yang (biasanya) telanjang kaki, telanjang dada,
ekonominya tergantung pada orang lain, pengembala ternak berlomba-lomba
membangun bangunan tinggi, maka tunggulah saatnya (Kiamat tiba)". (HR.
Bukhari dan Muslim).

3. Munculnya wanita berpakaian, tetapi telanjang, meliukkan kepalanya bagaikan


pungguk onta.
Ada kesulitan tertentu dalam memahami kondisi wanita yang oleh Rasulullah
SAW dinyatakan akan muncul di akhir umat ini dengan ciri khas bahwa mereka
berpakaian tetapi telanjang.
Orang jadi bingung bagaimana mungkin bisa dibatalkan seorang wanita berpakaian
tetapi sekaligus telanjang sampai akhirnya kita melihat hal itu di zaman sekarang.
Sebab, seorang wanita berpakaian tetapi pakaian itu amat ketat atau tipis sehingga
bisa memperlihatkan bentuk tubuh. (Atau seorang wanita punya banyak baju tetapi
dipotong pendek) atau dia berpakaian di tempat-tempat tertentu tetapi telanjang di
tempat-tempat lain. Mereka juga gemar kesana-kemari. Penyimpangan dari jalan
yang benar ini mencapai puncaknya dan melenggak-lenggokkan tubuhnya sehingga
kaum laki-laki meletakkan segi empat yang tinggi di pipi wanita-wanita itu untuk
menyempurnakan lenggak-lenggok tubuhnya. Dengan cara ini wanita-wanita itu
amat menggoda pria.
Kepala mereka seperti halnya pungguk onta yang condong.
Ini adalah realitas yang kita saksikan di zaman sekarang yang membuktikan
kebenaran hadits Rasulullah SAW yang diberi pengetahuan ghaib oleh Allah sejak
14 abad yang silam. Sebab, beliau SAW bersabda:
"Ada dua kelompok dari ummatku yang akan menjadi penghuni neraka tetapi aku
belum pernah melihatnya. Pertama, orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi
untuk memukul orang lain. Kedua, kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang,
berjalan melenggok, lagi merangsang orang lain, yang kepalanya seperti pungguk
onta yang meliuk. Mereka tidak masuk sorga dan tidak mendapatkan bau sorga".

4. Benda keras berbicara.


Rasulullah SAW bersabda bahwa:
"Di antara tanda menjelang Kiamat, ialah bahwa seseorang pergi meninggalkan
rumah padahal belum lagi pulang tetapi kedua sandalnya, juga pecutnya sudah memberi
tahu apa yang diperbuat oleh isterinya setelah ia keluar rumah".
Sandal adalah benda keras. Pecut (cemeti) adalah benda keras. Tak seorang pun
tadinya membayangkan bahwa benda keras akan bisa berbicara. Kini kenyataannya,
benda keras itu benar-benar bisa berbicara. Persoalannya sekarang, bagaimana
sandal atau cemeti memberikan informasi kepada seseorang tentang keadaan
keluarga yang ditinggalkannya pergi? Kini, telah ditemukan alat-alat canggih yang
dibawa oleh seseorang di tangannya, sehingga mentransfer suara dan
pembicaraan yang terjadi di rumahnya, atau di rumah orang lain. Alat ini,
dikemas atau dalam bentuk sepatu sehingga tidak kelihatan dan bisa dipasang
di ujung tongkat atau di tempat tertentu pada sepatu sehingga tak terlihat (oleh
orang lain).

5. Ilmu Agama dicabut, banyak terjadi gempa bumi, waktu terasa cepat, banyak
fitnah dan berlomba membangun.
Ilmu Agama dicabut berarti kematian para ulama dan tidak ada pengganti mereka.
Ulama di sini adalah ulama Islam. Dan hadits ini membuktikan hal itu. Banyak
terjadi gempa adalah gempa-gempa yang menghancurkan saat-saat sekarang ini
kita saksikan dan dengar.
Waktu terasa cepat berarti masa hari-hari berlalu seakan hanya beberapa jam
saja. Sebabnya, ialah terlalu banyak kejadian yang menyibukkan, sehingga
terasa kekurangan waktu (Wallahu'alam). Sebab, kalau sibuk dalam pekerjaan,
maka Anda merasa bahwa satu jam berlalu seperti beberapa menit saja.
Sebaliknya, kalau nganggur, maka Anda merasakan bahwa waktu terasa lama.
Banyak terjadi fitnah, berarti banyak fitnah yang menyudutkan seseorang dari
agamanya, juga mengekspresikannya.
Berlomba membangun. Hal ini, bisa Anda buktikan dengan membandingkan
pembangunan rumah-rumah lima tahun yang lalu dengan yang ada sekarang, dan
bagaimana hebatnya perluasan. Semua ini sudah diinformasikan kepada kita oleh
Rasulullah SAW dengan sabdanya:
"Tidak akan terjadi kiamat, sebelum ilmu agama dicabut, gempa banyak terjadi,
waktu semakin sempit, fitnah merajalela dan manusia berlomba membuat
bangunan".

6. Ada salam khusus, perdagangan meluas, pemutusan hubungan kekeluargaan,


banyak membaca dan kesaksian palsu.
Salam khusus berarti seseorang menyampaikan salam khusus hanya untuk orang
yang ia inginkan. Perdagangan meluas berarti perdagangan semakin berkembang.
Menyebarnya pena berarti penggunaan pena meningkat, yang ini merupakan
bukti atas banyaknya membaca dan menulis. Semua ini disebutkan dalam hadits
Rasulullah SAW, yang mengatakan:
"Di antara tanda Kiamat adalah salam khusus, perluasan perdagangan sehingga
wanita membantu suaminya untuk berdagang, pemutusan kekeluargaan, perluasan
pena, tampilnya kesaksian palsu dan penyembunyian kesaksian yang haq".

7. Banyak terjadi perzinahan dan minum khomer


Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sungguh, di antara tanda Kiamat ialah agama dicabut, banyak terjadi kejahilan,
banyak terjadi perzinaan dan banyak orang minum khomer."
Banyak terjadi kejahilan di sini berarti ketidak-tahuan akan agama (Islam).

8. Riba merajalela
Nabi SAW bersabda:
"Akan datang suatu masa kepada manusia di mana tak seorang pun di anrara
mereka yang tidak makan riba, karena barangsiapa tidak memakannya (toh) terkena
baunya".
Pergumulan dengan riba di zaman kita ini dilakukan orang melalui bank-bank
dan lain-lain. Walaupun di sana-sini kita melihat banyak bank Islam bermunculan
tidak bermain riba - kita patut memohon kepada Allah semoga jumlah bank Islam ini
semakin banyak saja.

9. Ucapan salam dengan saling melaknat, laki-laki mirip dengan wanita dan wanita
mirip laki-laki.
Islam memerintahkan agar mengucapkan salam penghormatan yang baik,
jawabannya pun harus baik. Begitulah masyarakat Islam hidup, hingga di zaman
kita ini tampil orang yang menghormati orang lain dengan salam melaknat. Nabi
SAW bersabda:
"Umat selalu hidup dalam syari'at yang baik selama belum timbul tiga hal:
(Pertama), sebelum ilmu agama dicabut. (Kedua). sebelum lahir banyak anak zina
di kalangan mereka. (Ketiga), sebelum 'As-Saqorun' tampil di tengah-tengah
(kehidupan) mereka". Para sahabat pun bertanya: "Saqorun itu sendiri, apa?" (Nabi
menjawab): "Suatu generasi yang lahir di akhir zaman nanti di mana salam hormat di
antara - ketika berjumpa - adalah saling melaknat".
Tak seorang pun menyangka sebelumnya bahwa seorang pria akan menyerupai
seorang wanita dan sebaliknya, sehingga kita disuguhi oleh zaman akan musibah
ini. Akan tetapi, Rasulullah SAW telah menginformasikan kepada kita tentang
realita ini, dan Allah membukakan tabir kepada beliau untuk melihat kenyataan
yang akan terjadi. Untuk itu beliau SAW bersabda:
"Salah satu tanda Kiamat sudah dekat, ialah bahwa kaum pria menyerupai kaum
wanita".

10. Lahir generasi yang mempertahankan kebenaran.


Betapa pun kebobrokan sudah melanda dunia, tetapi hikmah Allah SWT
menghendaki bahwa kelompok pemegang kebenaran akan tetap tampil. Mereka
menegakkan hujjah kepada manusia dengan menyerukan kepada agama Allah,
memegangi kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya SAW. Ini adalah kenyataan yang
bisa kita saksikan sekarang ini. Sebab, di setiap tempat ada orang yang
menampilkan agama Allah, memegangi kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.
Tentang mereka ini, Rasulullah SAW bersabda:
"Sekelompok orang dari umatku selalu memegangi kebenaran akan tampil.
Mereka tak jadi rugi karena orang menghinakan mereka sampai ketetapan Allah
datang."
Ya, itu hanyalah sedikit dari sekian banyak khabar yang diinformasikan oleh
Rasulullah SAW kepada kita sejak empat belas abad yang silam, yang
membuktikan kebenaran kenabiannya. Itu merupakan peringatan kepada kita
sekaligus berita gembira di hadapan siksa yang pedih. Kalau kita melihat tanda-tanda
Kiamat di hari ini, maka kita akan melihatnya di hari esok. Sebab, yang memberi khabar
tentang itu adalah satu, padahal ia adalah orang yang jujur yang kejujurannya sudah
terpuji. Dia adalah Muhammad SAW.

BAB VII
IMAN KEPADA QODAR
PENGERTIAN QODAR.
Allah telah berkehendak untuk menciptakan makhluk dan ia tentukan
dengan qodar dan sifat tertentu. Allah SWT berfirman:
F)Da9Da]0*Kfc_hB
"Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya". (Al-Furqon: 2).
Ia Maha Mengetahui terhadap apa yang akan terjadi pada makhluk-makhluk-Nya, maka
Ia memerintahkan Al-Qolam (pena) agar menulis di Lauh Mahfudz apa yang akan ada
hingga hari kiamat. Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi; bahwasannya yang demikian itu terdapat dalam sebuah
kitab (lauh Mahfudz)? Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah". (Al-
Hajj: 70).
Semua gerak, diam dan lain-lain yang ada di alam wujud ini, ada atas kehendak Allah
SWT. Allah SWT berfirman:
"Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa". (Ar-Rum: 54).
Setiap peristiwa yang terjadi, pasti atas qodar dan kehendak Allah. Allah SWT
berfirman:
+3L)vDZbgfX3]pm0*Lglgoa9v
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu; Sesungguhnya aku
akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". (Al-Kahfi:
23-24).
Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi. Sebaliknya, yang tidak dikehendaki-Nya
pasti tidak terjadi.

IMAN KEPADA QODAR


Iman kepada qodar merupakan salah satu rukun iman, sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah dalam dialognya dengan jibril. Beliau mengatakan: "Anda
harus mengimani qodar, baik maupun buruknya". Manusia tidak akan bisa mengetahui
rahasia-rahasia Allah kecuali ia mengetahui ilmu Allah SWT - padahal untuk
mengetahui hal semacam ini mustahil. Hal ini bisa anda bandingkan dengan garapan-
garapan yang dilakukan oleh para dokter, pakar, insinyur dan lain-lain. Orang lain tidak
bisa mengetahui secara tepat apa yang mereka lakukan, kecuali orang yang ilmunya
sama dengan mereka. Misalnya, jika seseorang bodoh melihat seorang dokter
membedah perut pasien dan memotong usus, maka ia akan menentang tindakan operasi
itu. Akan tetapi jika ia tahu bahwa dokter ini adalah seorang yang ahli dalam bidangnya,
niscaya orang itu akan membatalkan penentangannya dan mengakui ketidak-
mengertiannya terhadap ilmu kedokteran.
Orang mukmin mengakui kemaha-sempurnaan Allah. Itulah sebabnya mengapa ia
mengimani bahwa setiap peristiwa yang terjadi pasti membawa hikmah tersendiri. Jika
belum dapat menangkap makna yang ada di balik suatu peristiwa, maka ia mengakui
ketidak-mengertiannya di hadapan ilmu Allah dan ia tidak menentang ketetapan
Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, yang berfirman:
oh2J)i&fY^)3kXf2J)v
"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan
ditanyai". (Al-Anbiya': 23).

BUAH IMAN KEPADA QODAR


Barangsiapa mengimani, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan qodar
tertentu, maka anda bisa melihat bahwa ia amat ingin mengetahui qodar-qodar
umum untuk menghindari bahaya. Misalnya, ia menepati keharusan makan untuk
menghindari lapar, melakukan upaya berbuat untuk menghindari bahaya sakit,
melakukan kerja dan mencari rizki untuk menghindari kemiskinan.
Orang yang mengimani qadar Allah, tidak akan putus asa manakala ditimpa
suatu bencana, juga tidak besar kepala manakala berhasil. Karena mengimani firman
Allah:
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri". (Al-
Hadid: 22-23).
Orang yang mengimani qodar, qudrat (kekuasaan) dan iradat (kehendak) Allah SWT,
di samping mengetahui kelemahan dan kebutuhan dirinya kepada penciptanya, maka akan
konsisten dalam bertawakkal kepada Tuhannya, di samping memperhatikan hukum sebab-
akibat dan mohon pertolongan kepada Allah SWT. Dengan penuh keyakinan, ia selalu
mengulang firman Allah:
"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan oleh Allah kepada kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal". (At-Taubat: 51).

Salah Faham
Pertama:
Sebagian orang bodoh beranggapan bahwa Allah-lah yang menyesatkan dan
menutup hati mereka untuk tidak menunaikan shalat, puasa dan kewajiban-kewajiban
lainnya, sebaliknya Ia memberi hidayah kepada orang lain. Anggapan ini secara
salah didasarkan pada firman Allah SWT kepada Rasul-Nya:

onj.kgfco:*h]+phX3ngojo&3ng+4:c3jv3n6*P)lgf`
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi,
tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (Al-Qashash: 56).
Orang-orang semacam ini tidak menyadari bahwa hidayah (petunjuk) itu ada dua
macam. Hidayah irsyad dan hidayah i'anah.
Hidayah irsyad adalah seperti orang yang menunjukkan jalan kepada anda menuju
rumah yang anda tuju, kemudian ia melepaskan anda di jalan itu karena ia telah menunjukkan
anda ke jalan yang harus anda tempuh. Rasul-rasul Allah menjalankan petunjuk semacam
ini kepada manusia. Menunjukkan mereka ke jalan yang harus mereka tempuh menuju
sorga. Allah SWT - memberikan titah-Nya kepada Rasulullah SAW - berfirman:
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus". (As-Syura: 52).
Sedangkan hidayah I'anah, adalah bagaikan orang dermawan, belas kasih dan
pengertian, ketika ditanyai tentang jalan yang akan Anda tuju, lalu ia menunjukkan. Dan
ketika anda minta tolong mengantarkannya, ia mambawa anda dengan kendaraannya dan
mengantarkan anda sampai pada tujuan. Inilah yang disebut dengan hidayah i'anah. Yang
demikian ini hanya terjadi, bila orang yang telah menerima hidayah irsyad lebih jauh
minta pertolongan.
Para rasul menunaikan hidayah irsyad, tetapi mereka tidak memiliki hidayah taufik dan
ma'unah, karena Allah SWT akan memberikannya hanya kepada para hamba-Nya - yang
diketahui-Nya - berhak menerimanya. Dalam rangka meng-khitob Rasulullah SAW, Allah
SWT berfirman:
l)D:(kg35ihXo&3L)lj D()+leg866@lj D(9vbm
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (Al-Qoshosh: 56).
Sebab, Yang Mahaadil yang menunjukkan orang yang berhak menerima hidayah
irsyad dengan hidayah taufik dan i'anah. Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada
mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya". (Muhammad: 17).
Allah SWT tidak akan menyesatkan kecuali kepada orang yang menolak hidayah irsyad
dan menuju pada suatu jalan, yang memang pantas tersesat. Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran). Allah memalingkan hati
mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik". (Ash-Shaf: 5).

kedua:
Sebagian orang bodoh mengatakan bahwa orang yang tidak shalat sebenarnya telah
lebih dulu ditetapkan di Lauh Mahfudz sebagai orang yang meninggalkan shalat. Ini
jelas praduga belaka, karena orang yang shalat (musholli) itu menunaikannya atas pilihan
bebasnya, tanpa ada paksaan, demikian pula orang yang meninggalkan shalat. Ini adalah
kenyataan yang diketahui oleh semua orang, karena Allah menciptakan manusia dengan
diberi kebebasan untuk memilih.
Jika seseorang bertanya: "Mengapa hal-hal yang telah ditetapkan di Lauh Mahfudz
tidak dipaksakan saja berlaku kepada manusia?" Jawaban atas pertanyaan ini, kami
kira tidak sulit, bisa dijelaskan melalui contoh berikut ini.
Bukankah anda pernah melihat seorang guru yang jenius dan berpengalaman tentang
keadaan murid-muridnya, yang membuat soal-soal ujian. Ia menulis di kertas nama-nama
siswa yang bakal tidak lulus dalam ujian nanti, dan ia menjelaskan nama-nama siswa yang
bakal lulus ujian. Waktu ujian pun tiba, hasilnya pun terbukti. Maka siswa-siswa yang gagal
akan mengatakan bahwa apa yang ditulis guru di atas kertas itulah yang menyebabkan kita
tidak lulus.
Nah, apakah argumentasi mereka bisa diterima? Bukankah akan dijawab, bahwa apa
yang ditulis oleh sang guru di atas kertas itu adalah kenyataan yang berkaitan dengan
pengetahuan dan pengalamannya mengenai keadaan mereka sebelumnya. Dan kegagalan
kalian adalah karena kelalaian kalian sendiri, sehingga tak perlu kalian mengkambing-
hitamkan pengetahuan dan pengalaman guru guna menutupi kemalasan kalian. Allah punya
contoh yang terbaik. Allah SWT berfirman:
"Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu nyatakan dan
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?" (Al-Mulk: 14).
Allah telah menciptakan kita untuk menjalani masa imtihan (ujian) di dunia ini. Allah
azza wa jalla sudah tahu hasil ujian itu, sehingga Ia menuliskan kegagalan orang yang gagal
dan kebahagiaan orang-orang yang berhasil sesuai dengan ilmu-Nya yang mencakup segala
hal, baik terhadap yang sudah ada dan yang akan ada.
Memang, kadangkala penilaian sang guru itu tidak tepat, tetapi takdir Allah atas
perbuatan makhluk-Nya pasti tidak meleset. Dan ketentuan di lauh mahfudz itu adalah
kenyataan yang berhubungan dengan ilmu Allah yang sudah ada sebelumnya. Misalnya,
meninggalkan shalat merupakan kenyataan yang berhubungan dengan pemberontakan,
kelalaian dan pembangkangan dari orang yang meninggalkan shalat. Sayangnya, orang-
orang bodoh membela kemaksiatan dan kesesatannya justeru dengan ilmu dan
kesempurnaan Allah.
Ilmu Allah itu ada terlebih dahulu, bukan datang kemudian. Allah telah
mengkhabarkan kepada Rasul-Nya kenyataan yang akan ada hingga Hari Kiamat, dan kita
telah melihat - pada pembicaraan tentang tanda-tanda Kiamat - bahwa banyak hal yang
disebutkan oleh Rasulullah SAW, yang telah ditulis oleh kaum Muslimin dalam buku-buku
hadits, kini terbukti dalam kenyataan.
Nah, pantaskah jika seseorang beranggapan bahwa tulisan kaum Muslimin tentang hal-
hal yang sekarang, itulah yang menyebabkan peristiwa itu terjadi? Ilmu Allah itu ada lebih
dulu, bukan muncul kemudian.

BAB VIII
HAL-HAL YANG MERUSAK IMAN
A. KUFUR DAN MACAM-MACAMNYA
1. Kufur Takdzib
Kufur takdzib adalah keyakinan yang mendustakan Rasulullah SAW tentang salah satu
prinsip yang disampaikannya. Allah Ta'ala berfirman:

3c\*e]F^cl)Eg EBi;F*nkg 3:eg35F5Gg358n*6g35i(hIi(93=i(h6`ljl)Eg EcDa]o5Ee)


F*em
"Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang sebelum mereka
telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan
membawa mu'jizat yang nyata, zabur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.
Kemudian aku azab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya)
akibat kemurkaan-Ku". (Fathir: 25-26).

2. Kufur Iba' dan Istikbari


Kufur iba' dan istikbari adalah seperti kufurnya Iblis, karena ia tidak menyangkal
perintah Allah, tidak menolaknya dengan kemungkaran, tetapi ia menerimanya dengan
penyangkalan dan kesombongan. Ia seperti orang yang mengetahui bahwa agama Islam
adalah agama yang benar, yang lain ditolak oleh Allah, yang menjamin kemaslahatan
dunia dan akhiratnya tetapi kemudian ia meninggalkannya dan menerima agama atau
aliran ciptaan manusia. Allah Ta'ala berfirman:

l)F]3eglj3cF6e:Ip5H*h5vD>J]vD>I7e1wkhg3nh`
"Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malikat: "Sujudlah kamu kepada
Adam", maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir". (Al-Baqarah: 34).

3. Kufur Iradl
Kufur iradl adalah menghindari ketentuan yang datang dari Rasulullah saw. Ia tidak
membenarkan maupun mendustakannya, tetapi menjauhinya. Allah Ta'ala berfirman:

oka:njl*jF>kglj3m3(nXFXi;'58)-5Fclkjihlj
"Dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhan-Nya, kemudian ia berpaling dari padanya? Sesungguhnya Kami
akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdusta". (As-Sajdah: 22).

4. Kufur Syak
Kufur syak adalah kufur dalam bentuk ragu-ragu terhadap ajaran yang datang dari
Rasulullah SAW, tidak bersikap membenarkan ataupun mendustakan. Allah Ta'ala
berfirman:
4)Fj'*g3nmoXD93kjbKp^g3m'5i:hI3k53mF^c3mog3`
"Dan berkata: Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh
menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-
raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya". (Ibrahim:
9).

5. Kufur Juhud
Kufur juhud adalah kufur dalam bentuk mengingkari firman yang diturunkan oleh
Allah atau mengingkari apa yang diketahui sebagai esensi Islam. Allah Ta'ala
berfirman:
l)DJ^kg76`3X3c\*cFVm3]ohX 3khi(J^m3(:na*:I3(5D@3=
"Dan mereka mengingkari karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal
hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-
orang yang berbuat kebinasaan". (An-Naml: 14).

DA>)+8)-5l*kg3Vglegbmo5Ee)vi(m/]ogoa) Egb mGA*g'mihYmD`


"Sesunguhnya, Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu
menyedihkan hatimu (janganlah kamu bersedih hati), karena sebenarnya bukan
mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat
Allah". (Al-An'am: 33).

B. SYIRIK DAN MACAM-MACAMNYA


Allah Ta'ala berfirman:

l)FI3Cgljlmoe:gbhkXlT6A*g8cFKl2gbh6`ljl)Egpgb*gr@Dag
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada kamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu; "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (Az-Zumar: 65).

"Sesungguhnya Allah tidak akan mangampuni dosa syirik; dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar".
(An-Nisa': 48).

1. Beriman Kepada Allah, Tetapi Ta Mempercayai Adanya Kekuasaan Selain Allah


Yang Menguasai Makhluk, Kehidupan, Kematian, Penderitaan Dan
Keberuntungan Atas Diri Segenap Makhluk Ini.
Syirik ini seperti yang dilakukan oleh Nasrani dan Majusi. Orang Nasrani percaya
bahwa Allah itu tiga - Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan - orang Majusi
percaya bahwa Allah itu dua - Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan.
Allah berfirman:
"Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekuktu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-
rapinya". (Al-Furqon: 2).

2. Mempercayai Adanya Sifat Sempurna Pada Diri Sendiri Atau Orang Lain.
Sifat-sifat kesempurnaan hanya ada pada Allah. Syirik semacam ini seperti perkataan
Fir'aun:
"(Seraya) berkata: "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (An-Nazi'at: 24).
Atau orang yang mengingkari salah satu sifat kemaha-sempurnaan Allah Ta'ala, seperti
perkataan Fir'aun:
"Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan semesta alam itu?" (Asy-syura: 23).
Dan perkataan orang kafir quraisy, sebagaimana difirmankan Allah Ta'ala:
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha
Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah Yang Maha Penyayang itu? Apakah kami
akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?" Dan
(Perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman)". (Al-Fuqon: 60).
Dan firman Allah:
"Padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dialah
Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya
kepada-Nya aku bertaubat". (Ar-Ra'd: 30).

3. Menyembah Selain Allah Dalam Bentuk Apapun.


Allah SWT berfirman:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu pun".
(An-Nisa': 36).
"Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai
orang-orang yang tidak berpengetahuan?" (Az-Zumar: 64).
"Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu; jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah
Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur". (Az-Zumar: 65).

Macam-Macam Syirik
a. Musyrik Karena Beranggapan Ada Penguasa Pengatur Makhluk Selain Allah.
Setiap orang yang percaya bahwa selain Allah ada penguasa yang mengatur di
alam semesta ini, memberi madhorot dan memberi manfaat dengan cara ghaib di luar
peraturan Allah pada makhluk-Nya - seperti mempercayai bahwa manusia baik yang
hidup atau mati bisa memberi anak, mengabulkan do'a, menurunkan hujan;
melindungi rumah, ternak, anak-anak atau isteri dengan kekuasaan tak nampak yang
membahayakan - maka ia jatuh ke dalam syirik. Allah Ta'ala berfirman mensifati Diri-
Nya:
"Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan kepada siapa yang dikehendaki-
Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa". (Asy-Syuro: 49 - 50).
"Atau siapa pun yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
dia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan
kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang
lain)? Bahkan (sebenarnya) amat sedikitlah kamu mengingat(nya)". (An-Naml: 62).
Jika Allah menimpakan sesuatu kemadharatan kepadamu, maka tidak ada yang
menghilangkan melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan
kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu". (Al-An'am: 17).
"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering;
maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?" (Al-Mulk: 30).
"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam
dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu
yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah
kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai
apa-apa walaupun setipis kulit ari". (Fathir : 13).

Bentuk-Bentuk Syirik Dalam Ibadah


1. Meletakkan Nasib Rezki Kepada Selain Allah.
Orang yang memberikan sesaji minyak samin, madu atau biji-bijian pada sebuah
pohon, batu atau kuburan, orang mempersembahkan daging dan susu kepada jin; orang
yang ketika sapi atau dombanya pertama kali melahirkan bernadzar kepada selain
Allah; orang yang memberi sesaji telur di depan penganten untuk mencari ridho jin, dan
orang yang mempersembahkan sesaji domba untuk jin di setiap tahun atau sekali saja
untuk perlindungan rumah atau sumurnya, terjatuh ke dalam syirik, berdasarkan
firman Allah Ta'ala:
"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan
bila kamu ditimpa oleh kemadharatan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan. Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemadharatan itu daripada
kamu, tiba-tiba sebagian daripada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (Yang
lain), biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka;
maka bersenang-senanglah kamu, Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). Dan
mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui
(kekuasaannya), satu bagian dari rezki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi
Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan.
(An-Nahl: 53-56).
"Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan
ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan
mereka: "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang
diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan sajian
yang diperuntukkan bagi Allah maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala
mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu". (Al-An'am: 136).

2. Berkorban Bukan Karena Allah.


Orang yang menyembelih untuk tempat-tempat tertentu seperti pohon, pasar, kubah
atau makam, seperti penyembelihan Jahiliyah untuk nasib mereka yang diberikan
kepada berhala-berhala, dan orang yang bertakarrub dengan cara menyembelih untuk
dipersembahkan kepada selain Allah maka terjatuh ke dalam syirik, karena
penyembelihan merupakan ibadah. Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami memberikan nikmat kepadamu nikmat yang banyak Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu dialah yang terputus". (Al-Kautsar: 1-3).
"Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintah kepadaku dan aku adalah orang yang pertama menyerahkan diri (kepada
Allah)". (Al-An'am: 163).
Riwayat Imam 'Ali bin Abi Thalib - Karramallahu wajhahu - dari Rasulullah
SAW, bahwa beliau bersabda:
"Allah melaknat orang yang menyembelih demi selain Allah."
Orang yang ingin terhindar dari penyembelihan dalam hajar-hajar yang
dipersembahkan kepada manusia, harus membawa pergi hajar itu dan diberikan
kepadanya hidup-hidup kemudian yang menyembelihnya adalah orang yang kini
pemilik hajar tersebut. Dengan demikian dalam hajar tidak terjadi penyembelihan
yang bukan untuk Allah. Sama sekali hajar tidak boleh dilakukan di tempat-tempat
tertentu.

3. Berdoa Kepada Selain Allah:


Allah SWT menjelaskan bahwa doa adalah ibadah, dalam firnannya:
"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahku
akan masuk Jahannam dalam keadaan hina dina". (Ghofir: 60).
Dan penjelasan Rasulullah SAW dalam sabdanya: "Doa adalah ibadah".
Maka barangsiapa berdoa kepada selain Allah, baik kepada Malaikat, Nabi,
Wali dari kalangan orang shalih, jin, atau semua manusia baik yang hidup maupun
yang mati, akan jatuh ke dalam syirik:
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak
(pula) memberi madzarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemadzaratan kepadamu, maka tidak ada
yang dapat menghalanginya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki suatu kebaikan
bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan
kepada yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya". (Yunus: 106-107).
"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk
(yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu
lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaan kamu, jika kamu, orang
yang benar". (Al-A'raf: 194).
"Katakanlah : "Pergilah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka
mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan
tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari
jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)
dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab
Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti". (Al-Isra: 56-67).
4. Berhukum di luar ketentuan hukum Allah
Orang-orang yang membuang hukum Allah dan menggantinya dengan hukum
buatan manusia atau tradisi-tradisi yang bertentangan dengan syari'ah atau hukum
wadl'i, telah menyembah selain Allah, karena hukum merupakan ibadah. Allah Ta'ala
berfirman:
"Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar
kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui". (Yusuf: 40)
Dan berhukum kepada thaghut:
"Apakah kantu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah
diperintahkan mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan
mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya". (An-Nisa': 60).
Allah berfirman:
"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan yang mengeluarkan mereka daripada cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (Al-Baqarah: 257).

5. Menghalalkan Kemungkaran dan rela melihat tersebarnya kemungkaran


Orang, yang rela lahir dan bathin akan tersebar luasnya kemungkaran, sah
dinyatakan sebagai kafir tanpa ada iman sama sekali walaupun mereka
menganggap diri umat Islam. Kalau sudah demikian, lantas bagaimana dengan orang-
orang yang memberkahi, mencintai dan menghalalkan kemungkaran, seperti orang-
orang yang kini dinyatakan Islam tetapi ia menghalalkan, menyukai, meridloi dan
memberkahi 'program' wanita berpakaian terbuka di pasar-pasar dan tempat-tempat
umum; mendukung penuh pergaulan bebas dengan wanita untuk memuaskan dirinya
dengan hal-hal yang haram, atau seperti orang yang mengkritik masyarakat Islam
sebagai golongan konservatif, hanya dikarenakan keislamannya, dituduh kolot,
terbelakang dan berbagai macam sifat negatif lainnya. Mereka menuduh demikian,
sebab takut di tengah-tengah masyarakat itu diserukan keharusan berhukum kepada
Kitab Allah Tabaraka Wa Ta'ala. Dan puncak ketakutannya adalah kalau sampai
nafsu haram dikekang atau minum minuman keras diperangi.
Tentang hal itu, benar sabda Rasulullah SAW:
"Tak seorang Nabi pun yang diutus Allah kepada umat sebelumku kecuali punya
para murid dan sahabat yang menerima sunnah-nya, dan melestarikan perintahnya.
Kemudian datang generasi berikutnya. Mereka hanya mengatakan, tetapi tidak
mencegahnya dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka
barangsiapa memerangi mereka dengan tangannya maka ia adalah mukmin;
barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya maka ia adalah mukmin; dan
barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya maka ia adalah mukmin.
Selain dari ketiga ini berarti tidak lagi ada imannya sebiji sawi pun".
6. Mengaku tahu persoalan ghaib
Jika seseorang mengklaim bahwa dirinya atau orang lain, tahu persoalan alam
ghaib, maka ia telah jatuh ke dalam syirik dan kufur. Allah Ta'ala berfirman:
"Dia adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui yang ghaib, maka ia tidak
memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul-
rasul yang diridhai-Nya". (Al-Jin: 27).
"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri". (Al-An'am: 59).
Allah SWT berfirman yang ditujukan pada Rasul-Nya untuk mengatakan:
"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak
(pula) menolak kemadzaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemadzaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan,
dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (Al-A'raf : 188).
Itu merupakan ujian sederhana dari Allah untuk melecehkan orang yang
mengaku tahu alam ghaib - yakni, mereka mengakui mengetahui perdagangan yang
menguntungkan, sehingga mereka harus melakukan perdagangan tersebut. Dengan
demikian mereka akan menjadi orang yang paling kaya. Atau, mereka mengetahui
bencana-bencana yang akan ditimpa oleh musibah.
Termasuk dalam kategori ini adalah apa yang dilakukan oleh para ahli nujum dan
dukun. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa mendatangi dukun, kemudian membenarkan apa yang
dikatakannya, maka ia kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad,
(Hadits dikeluarkan Ahmad, Turmudzi, Nasa'i dan ibnu Majah dan merupakan
hadits shahih).
Kenyataan-kenyataan yang ada pada ahli nujum dan dukun memang barang langka
yang itu pun merupakan khabar dari syetan, yang mencapur satu kebenaran dengan
tujuh puluh tujuh kebohongan. Orang yang berhubungan dengan syetan adalah orang
yang paling sesat. Allah berfirman:
"Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu
diturunkan. Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa, mereka
menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang pendusta". (Asy- Syura': 221-223).

7. Sihir dan penipuan


Barangsiapa melakukan pekerjaan sihir, berdoa dengan nama-nama syaitan,
membuat jimat-jimat yang dilakukan dengan menyebut nama-nama jin, dan
membuat daya pikat dan pemutus cinta bagi suami isteri, maka kafir. Allah Ta'ala
berfirman:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syaitan-syaitan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah
yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa
yang diturunkan kepada dua orang malaikat di Negeri Babil yaitu Harut dan
Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum
mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.
"Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka
dapat menceraikan antara seorang (suami dengan isterinya). Dan mereka itu (ahli
sihir) tidak memberi madharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan
izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi madzarat kepadanya dan
tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang
siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di
akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau
mereka mengetahui". (Al-Baqarah: 102).
Termasuk kategori yang memukul kepala mereka, menikam badan mereka dengan
pedang dan golok, dan apa yang dilakukan oleh dukun yang menipu manusia bahwa
ia mengeluarkan kerikil dan sihir dari perut manusia. Rasulullah SAW bersabda :
"Bukan dari golonganku orang yang menjadi dukun atau berdukun kepadanya,
tukang sihir atau minta bantuan sihir padanya dan peramal atau minta
ramalan padanya".

8. Rajah, kalung, makan atau berbedak tanah kuburan


Termasuk perbuatan jahiliyah adalah kepercayaan dari sebagian orang bodoh
bahwa rajah punya manfaat khusus dalam menghalau jin, yang kemudian mereka
kalungkan pada binatang dan anak-anak mereka. Ada orang berkalung benang dan
tali atau jimat yang memuat nama-nama jin dan rajah-rajah yang misterius, atau
makan dan berbedak tanah kuburan. Semua itu merupakan kesesatan dan kebodohan
yang wajib dihindari oleh setiap orang Islam, karena tidak ada yang bisa memberi
madlorot dan manfaat kecuali Allah SWT.
Allah telah menentukan untuk kita sejumlah takdir berbahaya yang dapat kita
ketahui dengan akal kita. Kita harus menolaknya dengan takdir-takdir yang
manfaat seperti menghilangkan takdir lapar dengan takdir makan, takdir sakit
dengan takdir berobat, dan jika kita tidak mampu makan kita bisa minta bantuan
Allah.

C. MURTAD
Allah Ta'ala berfirman:

Dg3B3(*]i&3ng4AOb2g FBs3*mDgp]i(g3kX8T6@
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai kamu dapat mengembalikan
kamu dari agama kamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup, barangsiapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka
itulah yang sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya". (Al-Baqarah: 217).
Murtad adalah: Orang meninggalkan agama Islam, dengan syarat berakal, atas
kemauan sendiri, tidak dipaksa pindah agama lain seperti Nasrani, Yahudi maupun
aliran agama seperti Syi'ah, atau mengingkari hal-hal esensial dalam agama seperti
sholat wajib dan zakat, atau menentang Islam atau mengatakan kata-kata kekafiran
secara tegas.

Apa yang Menyebabkan Murtad?


1. Murtad keyakinan, di antaranya adalah:
a. Ulama Islam sepakat bahwa orang Islam yang menyekutukan Allah,
mengingkari-Nya, menolak salah satu sifat-Nya, meyakini sesuatu yang
diingkari-Nya seperti Tuhan beranak, atau mendustakan malaikat, kitab,
Rasul, hari kiamat, takdir baik dan buruk atau segala perintah-perintah
agama yang esensial, maka ia adalah murtad dan kafir.
b. Sudah jelas murtad seseorang Islam yang menolak sebagian ayat atau
seluruh Al-Qur'an. Murtad juga orang yang berkeyakinan Al-Qur'an sebagai
mukjizat diragukan, mengaku mampu membuat tandingannya, atau
membatalkan larangannya, menambah atau menguranginya.
c. Dianggap murtad dan kafir orang yang berkeyakinan bahwa Nabi SAW
berdusta dalam menyampaikan sebagian ajaran yang dibawanya. Demikian
pula, orang-orang yang menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan secara
ijma', seperti zina dan minum khomer.

2. Murtad perkataan, di antaranya:


a. Orang yang berdusta dalam bersumpah dengan sumpah di luar keyakinan
Islam.
Dari Sabit bin Dlohah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa berkata: "Aku bebas dari Islam, yang jika ia bohong maka ia
seperti apa yang ia katakan. Sebaliknya jika ia benar maka ia tidak kembali
kepada Islam secara selamat". (Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa'i dan
Ibnu Majah, sanadnya adalah Hasan).
b. Orang yang mencela Allah Ta'ala. Al-Qur'an, Rasul, atau salah seorang
nabi, maka ia kafir, baik itu dilakukan secara bergurau, bersungguh-
sungguh, atau mengejek. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami
hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman".
(At-Taubat: 65).
c. Ulama sepakat bahwa orang yang menuduh Ummul Mukminin Aisyah RA
berbuat serong 13), telah kafir.
Melihat kejadian ini, Abdullah bin Ubay, si tokoh munafiq ini lalu
menyebarkan fitnah, bahwa Aisyah telah berbuat serong dengan pengawal
kafilah, yaitu Utsman bin Madz'un. Peristiwa ini kemudian dikenal
dalam sejarah dengan nama: hadistu ifki (Perisiwa dusta), yang
kemudian Aisyah dibantah oleh Allah, maka ia bukan umat Islam. Allah
SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah
dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu
buruk bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan

13
Ketika Aisyah tertinggal dari kafilah Rasulullah SAW sepulang dari perang Tabuk, maka ia dibawa
pulang oleh petugas pengawal kafilah. Saat memasuki kota Madinah pengawal yang menuntun onta yang
dikendarai Aisyah berpapasan dengan Abdullah bin Ubay.
dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang
mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu,
baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita
bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak berprasangka
baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini
adalah suatu berita bohong yang nyata". Mengapa mereka (yang menuduh
itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh
karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah pada
sisi Allah orang-orang yang dusta. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan
rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu
ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong
itu.
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut
dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit
juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia
pada sisi Allah adalah besar. Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu
mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita
memperkatakan ini".
Mahasuci Engkau (Ya Tuhan kami) ini adalah dusta yang besar. Allah
memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu
selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman". (At-Taubah: 11-
17).
d. Mencemarkan agama. Barangsiapa menyerang Islam dan mencemarkan
agama Allah, mengkampanyekan prinsip atheisme atau kafir, maka ia
adalah murtad. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan
mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-
orang kafir itu., karena sesungguhnya mereka itu adalah (yang tidak
dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti". (Taubah: 2).

3. Murtad perbuatan, di antaranya


a. Ulama sepakat bahwa faktor yang menyebabkan seorang Muslim menjadi
kafir adalah menjatuhkan mushaf atau bagian-bagiannya atau menodainya
dengan kotoran. Demikian pula kitab hadits qudsi dan nabawi, dan orang
yang meremehkan Al-Qur'an. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami
hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
(At-Taubah: 65).
b. Orang Islam yang membela Darul harbi (yaitu, negara kafir yang
memerangi orang-orang Islam) secara sukarela dan memerangi orang Islam
berarti kafir, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-
orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali(mu); sebahagian mereka adalah
wali bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi wali maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang dzalim". (Al-Ma'idah: 51).
Juga, berdasarkan larangan dan pernyataan bersih dari rasulullah SAW
tentang hal itu.
d. Umat Islam yang memerangi Syari'at Islam, dan menggantikan dengan
hukum-hukum buatan manusia, maka ia kafir. Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-nabi yang menyerah diri kepada
Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka,
disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-kitab Allah dan
mereka menjadi saksi terhadapnya. Oleh karena itu janganlah kamu
takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah
kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang
tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itulah orang-orang yang kafir". (Al-Ma'idah: 44).

D. MUNAFIK
Munafik adalah orang yang menampakkan iman di hadapan orang Islam tetapi di
dalam bathinnya adalah seorang kafir pembohong. Munafik dalam aqidah adalah
kufur. Beda kafir dan munafik adalah tidak terus terang melakukan tindakan orang
kafir, karena ingin menutupi penampilan kafirnya. Allah Ta'ala berfirman:
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami
mengakui bahwa kamu benar-benar Rasul Allah, dan Allah mengakui bahwa
sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya". dan Allah mengetahui bahwa
sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta". (Al-
Munafiqun: 1).
"Dan yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah
beriman, kemudian menjadi kaftr (lagi). Lalu hati mereka dikunci mati; karena itu
mereka tidak dapat mengerti". (Al-Munafiqun: 3).
Di sini munafik amali berbeda dari munafik aqidah. Munafik amali misalnya
berkhianat terhadap amanat, berbohong dan melanggar janji. Dan munafik amali
tidak dianggap kafir, tetapi ia adalah berbuat fasik, yang menjadi cabang dari munafik.
Sifat-sifat orang munafik yang paling menonjol adalah:
1. Merusak bumi dengan memusnahkan Syari'ah Allah dan menuduh bahwa orang
mukmin itu bodoh.
Allah Ta'ala berfirman tentang sifat orang munafik:
"Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan". Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka:,
"Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka
menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu
telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu". (Al-Baqarah: 11-13).
2. Menipu orang-orang mukmin dengan menampakkan iman apabila bertemu,
kemudian menampakkan kekafiran di kalangan pemimpin sendiri.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan bila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-
syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sendirian dengan kamu,
kami hanyalah berolok-olok". (Al-Baqarah: 14).
3. Merintangi pengadilan yang berdasar hukum Allah dan menghalangi orang-orang
melaksanakan hukum yang diturunkan oleh Allah.
Allah Ta'ala berfirman :
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah
diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka:
"Marilah kamu tunduk kepada hukum yang Allah telah turunkan hukum kepada
Rasul. Niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan
sekuat-kuatnya dari (mendekati) kami". (An-Nisa': 60-61).
4. Memerintahkan kemungkaran dan melarang kebaikan.
Allah Ta'ala berfirman :
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang
lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang
berbuat ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa
kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik
itulah fasik". (At-Taubah : 67).
5. Menjadikan orang kafir sebagai pemimpin dengan kedudukan lebih berkuasa
daripada orang mukmin.
Allah Ta'ala berfirman :
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan
pedih. (Yaitu) orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan
meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah". (An-
Nisa': 138-139).
5. Memusuhi orang mukmin karena kebenciannya kepada kecintaan kepada Iman
mereka, dan membantu orang kafir karena kekafiran mereka.
Orang yang membantu, menyukai dan mendukung orang-orang kafir
dikarenakan menyukai kekafiran mereka, maka imannya berkurang. Allah
Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): "Ya Tuhan
kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah rahmat dan Engkau
adalah pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah
ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa
mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka. Sesungguhnya Aku
memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka;
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang". (Al-Mu'minun: 109-112).
KEBODOHAN YANG MEMBAHAYAKAN
Kebodohan terhadap agama Allah merata di negara-negara Islam. Sehingga ada
orang Islam yang bersahadat bahwa "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
Rasulullah", mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, pergi haji dan
mengimani semua yang ada dalam Al-Qur'an, mencintai dan mendukung
Rasulullah SAW, tetapi ternyata terlihat pada perbuatan, perkataan dan keyakinan
tertentu yang menjatuhkannya dalam kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan,
karena kebodohannya tentang hakikat Islam. Bahkan mungkin ia menduga bahwa syirik,
kufur dan munafik termasuk suatu pandangan yang diridhoi oleh Allah. Ia seorang Islam
yang berkecimpung dalam agamanya tetapi ia jatuh ke dalam kekafiran atau
kemusyrikan karena kebodohannya yang sebenarnya menjebloskannya ke dalam
siksa api neraka.

Orang Yang Tidak Tahu Dapat Dimaafkan, Dan Ia Harus Kembali Mempelajari Dan
Mengikuti Kebenaran Jika Kebenaran Itu Datang Kepadanya
Islam seseorang tidak akan luntur, kecuali dikarenakan perbuatan yang menentang
Islam. Tujuan dan niat merupakan syarat bagi keabsahan perbuatan.
Orang yang tidak tahu, lalu terjatuh ke dalam kemusyrikan dan kekafiran maka
imannya tidak berkurang, karena ia dimaafkan. Ia harus belajar dan segera bertaubat,
karena kaum Hawari bertanya kepada Isa bin Maryam - karena mereka tidak tahu -
sebagaimana yang disitir dalam Al-Qur'an:

l*nj.ji:nc+oa93`3kJglj D13j3n*hXGn)b5W*T:J)f&i)Fjl5pJ*Y)o)oAg3`
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam,
sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab:
"Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang beriman". (Al-Ma'idah: 112).
Sebab, dengan pertanyaan ini mereka tidak tahu bahwa Allah Maha kuasa atas segala
sesuatu. Memang, orang yang mengingkari kekuasaan Allah adalah kafir, tetapi
ketidak-tahuan merupakan alasan pemaaf bagi mereka di hadapan Allah dan Rasul-Nya
SAW.
Ketika Rasulullah keluar bersama sahabatnya menuju lembah khaibar melewati pohon
yang memiliki tempat gantungan di mana dulu orang-orang musyrik menggantungkan
pedang-pedang mereka pada waktu perang, dan mereka percaya bahwa pohon itu dapat
memberikan kemenangan kepada mereka, maka sebagian dari kaum Muslimin berkata
kepada Rasulullah:
"Buatlah tempat gantungan untuk kita seperti yang mereka miliki, maka Nabi SAW
bersabda: "Mahasuci Allah, ini adalah seperti yang dikatakan kaum Musa: "Hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah berhala sebagaimana mereka mempunyai beberapa berhala".
(Al-A'raf: 138). "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian kelak benar-benar
akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian".
Orang-orang yang mengajukan pertanyaan kepada Nabi Musa dan Nabi Muhammad
SAW ini, sudah terjebak ke dalam kemusyrikan, yang dijawab oleh Nabi Muhammad
SAW. "Kalian benar-benar akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum Kalian". Jawaban
Musa AS, seperti yang direkam Al-Qur'an adalah:
"Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
(Al-A'raf: 138).
Isa, Musa dan Muhammad SAW tidak mengatakan bahwa orang-orang yang terjatuh ke
dalam kekafiran dan kemusyrikan tidak tahu, setelah mereka beriman adalah berarti mereka
kafir atau musyrik. Dan Allah berfirman:
"Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang
ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Pengampun lagi Maha
Penyayang". (Al-Ahzab: 5).

Tidak Ada Maaf Bagi Seseorang Setelah Mengetahui


Karena persoalannya amat penting, maka para ulama wajib menjelaskan hakikat Islam
kepada masyarakat tentang orang yang karena tidak tahu atau karena salah telah jatuh ke
dalam kekafiran atau kemusyrikan bahwa dia harus segera bertaubat. Allah Ta'ala
menyatakan kecaman-Nya kepada ulama yang menyembunyikan agama Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh
semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah bertaubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah
Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang". (Al-Baqarah: 159).
Allah SWT juga mengancam orang yang terus-menerus menentang agama Allah dan
Sunnah Rasulullah, dan mengikuti jalan selain jalan orang mukmin setelah mereka diberi
penjelasan:
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (An-Nisa': 114).

FAKTOR KEBERHASILAN PARA SAHABAT MEMIMPIN AGAMA


DAN DUNIA
Banyak ayat-ayat yang menyebutkan bahwa para sahabat memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Umat terbaik yang ditampilkan kepada manusia.
2. Umat tengah yang menjadi saksi atas manusia.
3. Umat yang jujur, yang oleh Allah didorong untuk mencintai iman. Sebaliknya,
membenci kekafiran, kefasikan dan maksiat.
4. Umat yang jaya (sukses) dan mukmin sejati.
5. Keras terhadap orang-orang kafir. Sebaliknya lembut terhadap sesama Mukmin.
6. Ahli sujud dan ruku' yang diketahui oleh isi kalbu mereka, sehingga Allah ridha
kepada mereka.
Dengan demikian, mereka berhak diangkat oleh Allah menjadi penguasa di bumi,
menerima realisasi janji Allah, yang hal ini telah terwujud pada zaman khulafaur
Rasyiddin 14) - Radhiallahu anhum - seperti yang difirmankan Allah:

14
Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali - semoga Allah meridhai mereka. Mereka punya
hubungan sama dengan Rasulullah SAW. Sebab, Aisyah RA - salah seorang isteri Rasulullah - adalah
puteri Abu Bakar. Hafsah Ummul Mukminin salah seorang isteri Rasulullah SAW, adalah puteri Umar.
Ruqayah binti Rasulullah SAW, yang beliau nikahkan dengan Usman. Setelah Ruqayah meninggal dunia,
 Egi(n)i(glnek*gi(h6`ljl)Eg\hC:I3kcvp]i(n^hC:J*g8AhPgohkXienjonjl)Eg+DX
oaI3^gi&b2g-]bgDY5F^clj32*Kp5ocFL)vpnmD6Y)3nji(]oBDY5lji(ngD6*gi(gpS9
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari kamu dan beramal
saleh, bahwa Ia akan jadikan mereka khalifah di bumi sebagaimana Ia telah jadikan khalifah
orang-orang yang sebelum mereka dan Ia akan teguhkan bagi mereka agama mereka
yang Ia ridhai untuk mereka, dan Ia akan gantikan ketakutan mereka dengan keamanan.
Mereka menyembah akan daku, tidak menyekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa
kufur sesudah itu, maka mereka itu ialah orang-orang yang fasik". (An-Nur: 55).
Mereka juga berhak memimpin dunia, memegang kendali agama yang diridhai
Allah. Mereka berhak diangkat menjadi imam untuk mengendalikan agama para
pengikutnya. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang muhajirin dan ashar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". (At-Taubah: 100).
Inilah umat yang dijadikan benteng agama oleh Allah.
Allah ridha kepada mereka, yang melalui mereka Ia meridhai banyak umat dan
bangsa, yang mendekati dan mencintai umat ini walaupun kebangsaan, warna kulit dan
bahasa mereka berbeda-beda.

KEMAJUAN YANG MENINGGALKAN KITA


Orang yang mencermati perkembangan umat Islam, tahu bahwa mereka telah
menjadi beban bangsa-bangsa lain dalam mengelola masalah-masalah duniawi; baik
perindustrian, pertanian, perdagangan maupun ilmu pengetahuan. Nah apakah yang
menjadi sebab keterbelakangan material, bahkan agama ini?
Setelah iman melemah dalam diri, hubungan dengan Allah melemah dan akhlak
tingkah laku melemah, maka kebobrokan mulai melanda sedikit demi sedikit, sampai
meninggalkan shalat dan mengikuti nafsu sehingga manusia saling menzalimi, banyak
dosa, timbul konflik internal di antara kaum Muslimin, ketidak-tahuan terhadap masalah
agama dan dunia sekaligus tersebar luas di mana-mana, banyak bid'ah dan tahayyul,
kaum Muslimin kehilangan kesatuan dan persaudaraan sehingga kekuatan mereka porak-
poranda. Mereka terjerembab dari satu ke jurang yang lebih tragis.

Penjajahan Memperdalam Akar Keterbelakangan, Tetapi Justeru Kita Menyambutnya


Jika Allah berfirman:

ljieYnkmie*hXoA:Jmigog3` 4*Pml)F]3ehg3cieYjlemigog3`+lj?:]ieg3c/]

Usman dinikahkan dengan Ummu Kultsum, puteri beliau kedua. Itulah sebabnya mengapa Usman digelari
Dzun Nurain (Pemilik dua cahaya). Rasulullah SAW menikahkan Ali bin Abi Thalib dengan puteri beliau.
Fathimah Zahroh si ibu ahli sorga. Demikian pula, Ali bin Abi Thalib menikahkan puterinya, Ummu
Kultisum binti Fathimah Zahroh, dengan Umar bin Khatab.
KhulafaurRasyidin adalah menteri-menteri Rasulullah SAW. Beliau seringkali bermusyawarah dengan
mereka dalam memecahkan persoalan-persoalan penting. Di samping itu, mereka adalah Sabiqunal awwalin
(orang pertama) masuk Islam di Mekkah, di mana yang pertama masuk Islam adalah Ali karamahullahu
wajhah, Abu Bakar, Usman dan Umar RA. Ada sejumlah hadits yang menyebutkan keutamaan mereka di
atas seluruh sahabat yang baik itu.
w*6Il*nj.kg
"Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah, mereka berkata: "Bukankah
kami (dapat berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat
keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankan kami turut memenangkanmu,
dan membela kamu dari orang-orang yang beriman?" Maka Allah akan memberi keputusan
di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada
orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman". (An-Nisa': 141).
Maka umat Islam setelah kehilangan iman yang benar, kemudian digantikan
dengan tahayyul dan bid'ah - kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah - menjadi
orang yang terkondisikan untuk siap menerima pemerintahan orang-orang kafir, yang
sekuat tenaga mereka untuk memerangi semua faktor yang dimungkinkan
membangkitkan kaum muslimin dalam masalah agama dan dunia mereka. Sebagai akibat
dari kelemahan iman, kita melihat di antara kita ada yang rela diperintah orang-orang kafir
bahkan membantu mereka untuk menaklukkan kaum muslimin.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemajuan Dalam Agama Dan Dunia


Faktor-faktor yang bisa membangkitkan Muslimin dalam masalah agama mereka
tercermin pada proses pendalaman iman dalam diri mereka, kemantapan hubungan mereka
dengan sang Pencipta, keikhlasan ibadah mereka kepada Allah SWT, mengikuti syari'at-
Nya dan berakhlak Islam dan mendidik seluruh generasi dengan semua prinsip ini. Jika
melakukan semua itu, maka mereka bersatu dan barisan mereka menjadi kuat dan Allah akan
menolong mereka dalam mengalahkan musuh-musuh mereka.
Faktor-faktor yang menyatakan kebangkitan dalam masalah dunia tersimpul bahwa
orang-orang Islam harus memanfaatkan dengan baik potensi alam yang dipercayakan
Allah kepada mereka. Untuk mewujudkan hal ini, mereka membutuhkan beberapa faktor di
mana yang paling penting:
1. Memperbanyak eksperimen ilmiah secara teratur.
2. Memperbanyak harta dan bahan pokok.
3. Memperbanyak pabrik dan pasar yang menjual hasil industri.
4. Adanya pemerintahan yang adil yang mendukung kerja, sebaliknya mencegah
kezaliman dan kekejaman.
Tidak diragukan lagi bahwa faktor-faktor ini termasuk kategori tindakan positif yang
Islam mendorong kita untuk memanfaatkannya dan merealisir gotong-royong untuk
melaksanakannya secara khusus, dan kebutuhan untuk mencapainya amat mendesak,
karena jika kaum muslimin mengabaikannya - sebagaimana terjadi sekarang - maka
mereka akan tetap butuh dan merunduk di hadapan orang-orang kafir.
Allah SWT berfirman:
"Dia telah memiliki kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan". (Al-Haj: 78).
Sesungguhnya Allah telah memerintahkan untuk tolong-menolong dalam kebaikan
yang memperluas semuanya ini dan memperluas yang lainnya, dan melarang kita terhadap
dosa dan pelanggaran dalam semua bentuk.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya". (Al-Ma'idah: 2).
Kita misalnya bisa mengadakan kuliah-kuliah syari'ah, matematika, ilmu
pengetahuan, pertanian atau kedokteran di setiap bulan, kalau saja setiap orang menyumbang
real. Dari kuliah-kuliah ini kita bisa menghasilkan eksperimen-eksperimen ilmiah yang
lazim untuk mewujudkan industri. Kita juga bisa menggali potensi alam kita dan
memanfaatkan dengan baik, di samping itu kita dimungkinkan memiliki pakar-pakar
eksperimen.
Kalau setiap orang menyumbang setengah real di setiap bulan, maka kita bisa
mendirikan koperasi atau pabrik yang bermanfaat, lantas bisa dibayangkan kalau setiap
orang dari kita ini menyumbang segala-galanya? Ya, dalam waktu singkat, kita berjaya
dalam kebangkitan material.
Allah telah menjadikan negara-negara Islam kaya dengan potensi tetapi kita terlalu
lemah dari memanfaatkan kekayaan ini, kecuali di bawah kontrol dan bimbingan orang-
orang kafir.

Pernyataan Perang Dari Kaum Penjajah Terhadap Faktor-Faktor Yang Menyebabkan


Kaum Muslimin Maju
Sebagian besar negara-negara Islam tunduk berpuluh-puluh tahun kepada pemerintahan
kafir yang tidak pernah melepaskan setiap kesempatan untuk memerangi Islam dan umat
Islam. Mereka nemerangi agama di berbagai bidang, di antaranya yang terpenting:
1. Menjungkirkan hukum Islam dari negara Islam.
2. Menghilangkan pendidikan agama di segala lapisan sekolah.
3. Memerangi ulama Islam yang aktif.
4. Membentuk partai-partai atheis yang memerangi agama.
5. Mendorong untuk bid'ah dan tahayyul, dengan meminjam nama agama.
6. Merusak wanita dan keluarga, dan menyebar-luaskan tindakan yang tidak
bermoral.
7. Membangkitkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permusuhan antar
umat Islam.
Allah telah memperingatkan kita agar tidak taat kepada ahli kitab. Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang
yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman". (Ali Imron: 100).
Pengganyangan dari kaum penjajah terhadap kekuatan material kaum Muslimin,
memang serius di mana yang paling menonjol adalah:
1. Menciptakan jurang untuk memecah-belah umat Islam.
2. Menguasai harta kekayaan umat Islam.
3. Mendidik generasi Islam di bawah bimbingan missionaris dan orientalis, dengan
menebarkan racun bahwa kemajuan umat Islam hanya bisa tercapai dengan cara
memerangi agama dan merusak wanita dengan kedok kebebasan wanita dalam
akhlak, kebajikan dan kesucian, dan memperbolehkan mereka meneguk
minuman keras dan zina; dengan memerangi syari'ah dan menggantikannya
dengan hukum-hukum sekuler.
Untuk memalingkan perhatian kita dari mendirikan pabrik, perseroan, perguruan tinggi
dan organisasi, mereka memusatkan perhatian kita dalam usaha memerangi propaganda
anti akidah, akhlak, syari'ah dan prinsip-prinsip Islam. Mereka menganggap orang-
orang yang shalat adalah kolot, sebaliknya meninggalkan shalat dianggap modern.
Wanita yang berpakaian Islam dan menjauhi pergaulan bebas dianggap terbelakang,
sedangkan pelacuran dianggap modern. Orang yang tidak mau minum khomer dianggap
kolot dan picik, sedangkan hura-hura dianggap modern dan merdeka.
Penjajah dan murid-murid mereka telah menjauhkan kita dari memanfaatkan
sarana-sarana kemajuan material yang benar.
Musuh-musuh Islam menciptakan strategi sedemikian rupa agar kaum Muslimin
amat bergantung kepada mereka, baik berupa pabrik dan produksinya.
Kita harus memahami bahwa kemajuan yang dicapai negara-negara kafir bukan
dikarenakan kekafiran, karena kafir sudah ada sebelum Islam, tetapi tidak
mempersembahkan pesawat terbang, roket, listrik, atau yang lainnya kepada para
pengikutnya. Akan tetapi kemajuan material itu mereka capai dikarenakan mereka
memanfaatkan faktor-faktor yang menyebabkan mereka bisa mereguk nikmat yang
diberikan Allah untuk hamba-Nya. Allah SWT berfirman:
"Kepada masing-masing golongan - baik golongan ini maupun golongan itu - Kami
berikan bantuan dari kemurahan Tuhan-Mu. Dan kemurahan tuhan-Mu tidak dapat
dihalangi". (Al-Isra': 20).
Mereka pun menerima pemberian Allah, karena mereka bekerja. Dan kita tidak
memperoleh, karena kita malas.

Jalan Keberhasilan
Kalau Kaum Muslimin berpegang teguh kepada agama Islam secara benar, maka
kehormatan mereka akan kembali dan Allah membantu mereka mengalahkan musuh-
musuh mereka sehingga mereka mudah memanfaatkan faktor-faktor yang
menyebabkan keberhasilan dalam masalah dunia dan agama.
(Rabbana la tuzigh qulubana ba'da idz hadaitana wahab lana min ladunka rahmatan
innaka antal wahhab).
Wassalamun 'alal mursalin, wal hamdu lillahi rabbil 'alamin.

DAFTAR NAMA 100 ULAMA


YANG MEREKOMENDASIKAN BUKU INI
1. Ibrahim bin Umar Uqail
2. Ahmad bin Ibrahim Al-Aizary
3. Ahmad bin Ahmad Harbah
4. Ahmad bin Isma'il Al-Anisy
5. Ahmad bin Hamud Asy-Syaikh
6. Ahmad bin Abdurrazzaq Ar-Raqihy
7. Ahmad bin Abdullah Khalil
8. Ahmad bin Abdullah Azh-Zhamiry
9. Ahmad bin Ali Al-Anisy
10. Ahmad bin Ali Asy-Syamy
11. Ahmad bin Ali Al-Afif
12. Ahmad bin Ali Al-Gharsy
13. Ahmad bin Ali bin Ahmad Al-Mutawakkil
14. Ahmad bin Ali Al-Murtadha
15. Ahmad bin Idrus Alwy
16. Ahmad bin Qasim Al-Bahr
17. Ahmad bin Muhammad Ghamdhan
18. Ahmad bin Muhammad Al-Mujahid
19. Ahmad bin Muhammad Al-Mahdy
20. Ahmad bin Muqbil bin Nashr
21. Asad Hamzah
22. Ismail bin Shaleh Nashshar
23. Hasan bin Qosim Al-Bahr
24. Hasan bin Yahya Adr-Dzary
25. Husain bin Abdullah Al-Badry
26. Husain bin Ali Ka'ibah
27. Husain bin Yahya As-syu'uby
28 Hamud bin Muhammad bin Abdullah Syarafuddin
29. Hamud bin Hasyim Adz-Dzarihy
30. Hamid bin Qasim Uqail
31. Rasyid bin Iwadh Al-Washaby
32. Zaid bin Ali Al-Anisy
33. Zaid bin Ali Al-Kabir
34. Syaraf bin Qasim Al-Wajih
35. Abdul Khaliq bin Muhammad Syamsan
36. Abdurrahman bin Abbas bin Ibrahim
37. Abdurrazzaq bin Ahmad Ar-Raqihy
38. Abdul-Qadir bin Abdullah
39. Abdul Karim bin Ali Ar-Rahby
40. Abdullah bin Abdul Haq Al-Mathary
41. Abdullah bin Abdullah Al-Wazhaf
42. Abdullah bin Abduh bin Mahdy Al-Ubay
43. Abdullah bin Qasim Al-Wasyly
44. Abdullah bin Muhamad Asy-Syarafy
45. Abdullah bin Muhammad Al-Anisy
46 Abdullah bin Yahya Al-Anisy
47. Abdul-Mu'iz bin Abdus-Sattar
48. Abdun-Nur bin Muhammad Al-Burkany
49. Ali bin Ahmad Washil
50. Ali bin Muhammad Al-Habsy
51 Ali bin Muhammad bin Ali Asy-Syarafy
52. Ali bin Mathhar Usyaisy
53. Ali bin Yahya Syamsan
54. Lathaf bin Muhsin Sary
55. Muhammad bin Ahmad At-Ta'zy
56. Muhammad bin Ahmad Al-Azany
57 Muhammad bin Ahmad Al-Ummal
58. Muhammad bin Ahmad Al-Ghabany
59. Muhammad bin Ahmad Al-Wahhaby
60. Muhammad bin Isma'il Al-Umrany
61. Muhammad bin Isma'il Al-Anisy
62. Muhammad bin Isma'il bin Muhammad Al-Mutawakkil
63. Muhamad bin Hasan Qasim
64. Muhammad bin Sa'id Asy-Syaibany
65. Muhammad bin Sulaiman Al-Ahdal
66. Muhammad bin Syarafuddin
67. Muhammad bin Abdurrahman Al-Anisy
68. Muhammad bin Abdul Jalil Al-Ghazy
69. Muhammad bin Abdullah bin Lathf Syakir
70. Muhammad bin Abdullah Al-Haddar
71. Muhammad bin Ali Al-Badry
72. Muhammad bin Ali Al-Baththah
73. Muhammad bin Ali Ar-Rahby
74. Muhammad bin Ali bin Muhammad Al-Akwa'
75. Muhammad bin Ali Ajlan
76. Muhammad bin Ali Al-Mashur
77. Muhammad bin Ali Al-Haishamy
78. Muhammad bin Muhammad Al-Ghasyam
79. Muhammad bin Muhammad Abul-Ghaits
80. Muhammad bin Muhammad Al-Qudaimy
81. Muhammad bin Masy'uf Al-Aslamy
82 Muhammad bin Muqbil bin Nashr
83. Muhammad bin Yahya Al- Mathhar
84. Muhammad bin Yahya Ad-Daulah
85. Muhammad bin Yahya Qathran
86. Muhammad bin Yahya Mursyid
87. Muhammad bin Yahya Syamsan
88. Muhsin bin Qasim Hamid
89. Musyrif bin Abdul Karim Al-Mihraby
90. Mathhar bin Syarafuddin Hanasy
91. Manshur bin Najy Shaleh
92. Mahyub Sa'id Mudhisy
93. Yahya bin Ahmad Syamsan Al- Bu'dany
94. Yahya bin Ahmad At-Ta'zy
95. Yahya bin Abdullah Hasyusyah
96. Yahya bin Abdullah Al-Habsyi
97. Yahya bin Ali Al-Anisy
98. Yahya Ash-Sha'fany
99. Yahya bin Lathaf Al-Fusail
100. Yahya bin Abdul Aziz

You might also like