You are on page 1of 3

Kasus

Nama saya Ny. S berusia 28 tahun, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, saat ini saya hamil 34
minggu. Ini merupakan kehamilan pertama saya, senang rasanya akan memiliki seorang anak
yang sudah kami rindu-rindukan selama ini. Namun kebahagian itu seakan sirna dengan
sekejab, takala suamiku sering sakit-sakitan dan pada akhirnya suami saya meninggal karena
penyakit HIV-AIDS. Aku sangat syok mendengar penyakit yang diderita suamiku. Akupun di
suruh dokter untuk melakukan pemeriksaan HIV di poli VCT. Dan ternyata hasil
pemeriksaan saya dinyatakan positif HIV.
Saya stres dengan kondisi yang saya alami merasa bersalah, saya juga berpikir untuk
mencoba bunuh diri, saya menangis, menyesal tidak percaya akan kondisi yang saya alami.
Dirumah saya tidak mau berinteraksi dengan lingkungan karna takut dijauhi dan
didiskriminasi oleh lingkungan, saya merasa putus asa, takut janin yang saya kandung
bermasalah, takut apakah anaku juga tertular HIV.
Tidak hanya masalah psikologis, saya juga melangalami perubahan pada tubuh saya,
saya sekarang mudah lemas, kondisi cepat drop, cepat capek dan lelah, tidak seperti orang
hamil pada umumnya. Saat ini kehamilan saya sudah 40 minggu dan memasuki masa-masa
melahirkan, saya takut apakah ada bidan yang mau menolong saya, apakah saya bisa
melahirkan secara normal, sedangkan keadaan ekonomi saya tidak cukup untuk melakukan
operasi sesar. Ibu sejati harusnya yang bisa memberikan air susunya kepada anak, apakah
nantinya saya bisa seperti itu.

Langkah 1 deskripsi kasus


Langkah 2 identifikasi masalah
1. Kenapa pasien Ny S yang hamil dengan HIV mengeluhkan mudah lemas, kondisi
cepat drop, cepat capek dan lelah tidak seperti orang hamil pada umumnya?
2. Apakah Ny S yang hamil dengan HIV bisa melahirkan secara Normal?
3. Lebih aman manakah Ny S melahirkan secara Normal atau Sesar?
4. Apakah Ny S yang hamil dengan HIV bisa menyusui saat anaknya lahir?
5. Apakah janin Ny s bisa bermasalah dan tertular HIV juga?
6. Bagaimana model / cara agar masyarakat agar tidak mendeskriminasi ibu hamil
dengan HIV?
7. Bagaimana pengobatan yang aman untuk Ny S yang hamil dengan HIV?
8. Bagaimana terapi psikologis pada pasien Ny S yang hamil dengan HIV?
9. Apa masalah keperawatan/diagnose keperawatan yang muncul pada pasien Ny S yang
hamil dengan HIV?
10. Bagaimana prognosis Ny S yang hamil dengan HIV?
Langkah 3 bain storming
Langkah 4 penyelesaian masalah
1. HIV menyerang sel-sel darah putih yang merupakan bagian dari sistem kekebalan
tubuh terhadap penyakit. Akibatnya, seseorang yang terinfeksi virus ini mengalami
penurunan kekebalan alami tubuh. Sehingga, ibu hamil dengan positih HIV akan
merasakan mudah lemas, kondisi cepat drop, cepat capek dan juga lelah.
2. Bisa secara normal, akan tetapi kemungkinan besar akan menularkan HIV kepada
bayinya.
3. Ibu hamil dengan HIV positif disarankan untuk melakukan persalinan dengan seksio
sesaria. Persalinan dengan elektif seksio sesaria dapat menurunkan transmisi
perinatal. Persalinan ini dinilai dapat meminimalkan terpaparnya janin terhadap darah
maternal, akibat pecahnya selaput plasenta dan sekresi maternal, saat janin melewati
jalan lahir.
4. Secara teori, ASI dapat membawa HIV dan dapat meningkatkan transmisi perinatal.
Oleh karena itu, WHO tidak merekomendasikan pemberian ASI pada ibu dengan HIV
positif, meskipun mereka mendapatkan terapi ARV. Pemilihan susu formula
dibandingkan ASI terbukti dapat menurunkan transmisi HIV dari ibu ke anak dari 15-
25% sampai kurang dari 2%.
5. Frekuensi rata-rata transmisi vertikal dari ibu ke anak dengan infeksi HIV mencapai
25-30%.
6. Dapat dilakukan dengan cara penyuluhan tentang HIV dengan menyertakan isi agar
masyarakat dapat melakukan penggerakan dukungan bagi keluarga dengan atau
terdampak HIV
7. Highly active anti-retroviral therapy (HAART) adalah kemoterapi antivirus yang
disarankan oleh WHO untuk ibu hamil sebagai pengobatan utama HIV selama masa
kehamilan dan postpartum. Selain memperbaiki kondisi maternal, HAART terbukti
dapat mencegah transmisi perinatal yaitu dengan mengurangi replikasi virus dan
menurunkan jumlah viral load maternal.
Obat pilihan pertama yang boleh digunakan untuk ibu hamil adalah lamivudine (3TC)
150 mg dan zidovudine (ZDV) 250 mg untuk golongan nucleoside reverse
transcriptase inhibitors (NRTIs), nevirapine (NVP) 200 mg untuk golongan non-
NRTIs (NNRTIs), indinavir 800 mg dan nelfinavir 750 mg untuk golongan protease
inhibitors (PI).2 Obat-obatan ini terbukti memiliki potensi teratogenik dan efek
samping maternal yang sangat minimal. Sasaran terapi ARV pada kehamilan adalah
untuk menjaga viral load dibawah 1000 kopi/ml.
8. Selayaknya seorang ibu, mereka pasti akan memperjuangkan apapun yang terjadi
untuk kebaikan bayinya. Demikian juga dengan ibu hamil yang positif HIV. Berikan
saja motivasi untuk terus berjuang hidup demi buah hati yang sedang dikandungnya
itu. Dan juga dukungan positif dari orang terdekat dan keluarga adalah hal yang
terpenting untuk meningkatan semangat kembali berjuang.
9. Ny S mencoba untuk bunuh diri, tidak percaya akan kondisi yang dialaminya dan
merasa putus asa.
10. Dalam kasus, tidak ada prognosis pada Ny S.
DAFTAR PUSTAKA

Clara Marcaelia Valerian dkk, TATALAKSANA INFEKSI HIV DALAM KEHAMILAN.


file:///C:/Users/Badan%20Keuangan/Downloads/4873-1-7525-1-10-20130301.pdf
(melalui internet pada tanggal 12/03/2021)

Nasronudin. HIV&AIDS pendekatan biologi molekuler, klinis dan sosial. Surabaya:


Airlangga
University Press; 2007.

You might also like