Professional Documents
Culture Documents
Panduan Penulisan Skripsi
Panduan Penulisan Skripsi
TUGAS AKHIR
STIE MAH EISA MANOKWARI
Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
Tugas Akhir/Makalah ini dapat diselesaikan. Buku ini merupakan pedoman bagi
mahasiswa STIE Mah Eisa Manokwari dalam penulisan tugas akhir berupa
skripsi, makalah sesuai dengan kaidah-kaidah tulisan ilmiah dan tata bahasa
TIM PENYUSUN
1
YAYASAN CARITAS PAPUA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH EISA
MANOKWARI – PAPUA BARAT
Jl. Lembah Hijau Wosi Dalam Manokwari Papua Barat
KEPUTUSAN
KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH EISA MANOKWARI
Nomor: 20 TAHUN 2017
TENTANG
PENETAPAN BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN MAKALAH BAGI
MAHASISWA STIE MAH EISA MANOKWARI
2
6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.
142/D/O/2002 tentang Pemberian Ijin Penyelengaraan
Program Studi Ilmu Hukum dan Pendirian Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni;
7. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 0602/U/1884 tentang Pedoman
Tata Upacara Akademik Tata busana Akademik
Perguruan Tinggi di lingkungan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia;
8. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 030/U/1993 tentang Gelar dan
Sambutan Lulusan Perguruan Tinggi;
9. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 056/U/1984 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulim Pendidikan Tinggi dan Evaluasi
hasil belajar mahasiswa;
10. Statuta Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni
Tahun 2012.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Ditetapkan di : Manokwari
pada Tanggal : 18-08- 2017
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
PRAKATA...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
SURAT KEPUTUSAN..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Batasan .................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................... 1
C. Pokok Skripsi ........................................................................... 1
D. Pengajuan Rencana Skripsi ....................................................... 1
E. Pembimbingan Skripsi ............................................................... 2
F. Judul Skripsi ............................................................................. 2
G. Seminar Proposal Penelitian, Semiknar Hasil Penelitian
Dan Ujian Skripsi........................................................................ 3
H. Batas waktu .............................................................................. 3
BAB II KOMISI PENASEHAT ....................................................................... 4
A. Kriteria ..................................................................................... 4
B. Uraian Tugas ............................................................................ 4
C. Personalia ................................................................................ 4
BAB III PROSEDUR PENYUSUNAN .............................................................. 6
A. Prasyarat............................................................................................................. 6
B. Kegiatan Penelitian............................................................................................. 6
C. Pelaksanaan Penelitian............................................................... 8
D. Kegiatan Pascapenelitian........................................................... 8
E. Ujian Skripsi............................................................................. 9
BAB IV FORMAT SKRIPSI ........................................................................... 12
A. Format Proposal ....................................................................... 12
B. Format Skripsi ........................................................................ 12
BAB V TATA CARA PENULISAN SKRIPSI ................................................. 19
A. Bahan dan Ukuran.................................................................. 19
B. Pengertian............................................................................... 19
4
C. Pemberian Tanda Urut............................................................. 21
D. Tabel dan Gambar .................................................................. 22
E. Bahasa ................................................................................... 23
F. Penulisan Nama...................................................................... 24
G. Kutipan dan Catatan Kaki....................................................... 25
H. Bentuk-bentuk Footnote ......................................................... 28
I. Mempersingkat Footnote (pengulangan)................................... 31
J. Bahasa ................................................................................... 32
K. Hal-hal lain yang diperlukan diperhatikan.............................. 33
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Pokok Skripsi
Pokok Skripsi adalah persoalan atau masalah dalam bidang ilmu yang
menjadi program studi atau yang ada kaitannya dengan kekhususan program
studi mahasiswa penyusun Skripsi.
6
4. Ketua Program Studi dan Tim berwenang untuk menyatakan layak atau
tidaknya topik skripsi, dan meminta perbaikan topik skripsi selambat-
lambatnya 1 (satu) minggu sejak formulir diterima;
5. Apabila topik skripsi sesuai dengan mata kuliah wajib maka mahasiswa yang
bersangkutan wajib lulus mata kuliah yang bersangkutan.
6. Apabila topik skripsi sesuai dengan mata kuliah pilihan maka mahasiswa
yang bersangkutan tidak wajib lulus mata kuliah yang bersangkutan dan
selanjutnya diserahkan kepada Ketua Program Studi untuk menentukan
boleh atau tidaknya mahasiswa yang bersangkutan mengambil topik
tersebut.
7. Ketua Program Studi mengajukan komisi penasihat (dosen pembimbing)
untuk disetujui Wakil Ketua Bidang Akademik.
8. Topik skripsi dapat diajukan lebih dari 1 (satu), dan selanjutnya ditetapkan
topik yang terpilih. Topik tersebut harus sesuai dengan minat studi yang
ditempuhnya, dan bukan merupakan duplikasi/pengulangan dari skripsi
terdahulu;
9. Formulir Bimbingan Skripsi yang telah ditandatangani oleh Ketua Program
Studi disampaikan kepada Wakil Ketua I maksimal 2 (dua) minggu setelah
KRS.
E. Pembimbingan Skripsi
1. Waktu pembimbingan skripsi minimal 2 (dua) bulan sejak persetujuan
pembimbingan skripsi oleh Wakil Ketua I.
2. Setiap pembimbingan harus dilengkapi dengan Kartu Kendali yang
ditandatangani Komisi Pembimbing.
F. Judul Skripsi
Judul skripsi harus merupakan rangkaian dua proposisi atau lebih dan dua
variabel serta minimal mengandung satu konsep.
Contoh:
Rumusan judul skripsi yang tepat:
1. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Aded
( Studi pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang tercatat pada Bursa
Efek Indonesia)
2. Analisis Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress
Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Perencanaan Laba pada PT Unilever
Indonesia Tbk
4. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen menggunakan
jasa Hotel Swisbel Manokwari
5. Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesman Amban
Manokwari
6. Pengaruh Pengetahuan, Kemampuan, Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja
SDM pada KUD Bina Mulia di Desa Sabena Bintuni
7. Pengaruh Kepuasan, Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasional Terhadap
Kinerja Karyawan pada PT Suri Manokwari.
7
G. Seminar Proposal Penelitian, Seminar Hasil Penelitian
dan Ujian Skripsi
H. Batas Waktu
1. Skripsi yang disusun pada semester berjalan, berakhir maksimal pada akhir
semester pemrograman, apabila tidak terpenuhi maka nilai skripsi pada KHS
diberi nilai E. Mahasiswa wajib memprogram kembali melalui KRS, tanpa
harus memperbarui formulir bimbingan skripsi;
2. Penulisan skripsi maksimal dua semester berturut-turut, apabila tidak
terpenuhi maka mahasiswa wajib mengganti topik dan/atau pembimbing.
8
BAB II
KOMISI PENASEHAT/PEMBIMBING
A. Kriteria
B. Uraian Tugas
C. Personalia
1. Pengangkatan
Personalia komisi penasehat/pembimbing diangkat dan ditetapkan oleh
Ketua STIE Mah Eisa Manokwari yang dinyatakan dalam surat penugasan
komisi penasehat/pembimbing (Lampiran 5) atas usul ketua program studi
dan disetujui oleh Wakil Ketua I.
9
2. Penggantian
10
BAB III
PROSEDUR PENYUSUNAN
A. Prasyarat
B. Kegiatan Prapenelitian
11
persetujuannya dan penerbitan surat penugasannya melalui Wakil Ketua
I.
e. Berdasarkan usulan ketua program studi, Ketua STIE Mah Eisa
Manokwari menetapkan komisi penasehat Skripsi yang dinyatakan
dalam surat penugasan komisi penasehat/pembimbing Skripsi (Lampiran
5).
a. Seminar usulan penelitian adalah mata kuliah dengan bobot kredit 1 sks.
Mata kuliah ini merupakan forum presentasi usulan penelitian bagi
mahasiswa penyusun Skripsi, yang diselenggarakan oleh program studi
untuk memperoleh masukan penyempurnaan usulan dalam rangka
penetapan usulan penelitian menjadi rencana penelitian.
b. Peserta seminar adalah ketua program studi, komisi penasehat, staf
pengajar bidang ilmu yang sehubungan dan mahasiswa-mahasiswa
program studi yang bersangkutan.
c. Permohonan penyelenggaraan seminar diajukan oleh mahasiswa dengan
cara:
1) Mengisi formulir surat permohonan seminar usulan penelitian
(Lampiran 6), dengan persetujuan komisi penasehat.
2) Menyerahkan naskah usulan penelitian yang telah disetujui oleh
komisi penasehat, sebanyak perkiraan jumlah peserta seminar.
3) Membuktikan kerajinannya mengikuti seminar usulan dan laporan
hasil penelitian dengan menunjukkan kartu seminar (Lampiran 7)
atas namanya.
d. Atas dasar permohonan mahasiswa, ketua program studi menetapkan :
1) Persetujuan penyelenggaraan seminar dengan membubuhkan tanda
tangannya pada surat permohonan mahasiswa yang bersangkutan,
2) Waktu penyelenggaraan seminar,
3) Pembuatan undangan seminar (Lampiran 8) dengan dilampiri masing-
masing dengan 1 eksemplar naskah usulan penelitian, dan
4) Moderator yang akan memimpin setiap presentasi dalam seminar.
e. Penilaian presentasi mahasiswa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Dilaksanakan oleh ketua program studi, komisi
penasehat/pembimbing, moderator dan staf pengajar yang hadir ;
2) Nilai ditetapkan atas dasar mutu naskah usulan penelitian,
penguasaan materi dan cara presentasi;
3) Digunakan sistem kategori yang sama dengan ujian Skripsi, dan
12
4) Nilai ditulis pada lembar penilaian seminar (proposal) usulan
penelitian (Lampiran 9) yang disediakan.
f. Hasil seminar yaitu rencana penelitian untuk penyusunan Skripsi
merupakan hasil penyempurnaan usulan penelitian dengan
mempertimbangkan saran perbaikan yang disampaikan oleh peserta
seminar, setelah disetujui oleh komisi penasehat/pembimbing.
C. Pelaksanaan Penelitian
D. Kegiatan Pascapenelitian
E. Ujian Skripsi
Ujian Skripsi adalah ujian akhir program studi yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam penguasaan ilmu yang
menjadi pokok Skripsi serta ilmu-ilmu pendukunganya.
1. Persayaratan
2. Pelaksanaan
3. Penilaian
a. Penilaian dilaksanakan secara komprehensif atas materi ujian yaitu isi
Skripsi dan ilmu-ilmu pendukungnya.
b. Setiap penguji memberikan nilai komprehensif atas jawaban mahasiswa
terhadap pernyataan semua penguji. Lampiran 17 daftar nilai)
c. Nilai ujian Skripsi adalah nilai rataan dari semua nilai penguji.
d. Nilai ujian Skripsi dinyatakan dengan angka yang dikonversikan ke
nilai huruf dengan pedoman sebagai berikut:
15
4. Hasil ujian Skripsi
5. Penyerahan Skripsi
a. Skripsi yang telah diperbaiki oleh mahasiswa dan telah disetujui oleh
komisi penasehat, ditandatangani oleh ketua dan anggota komisi
penasehat dan disahkan oleh ketua program studi dan Ketua STIE Mah
Eisa Manokwari.
b. Skripsi tersebut dijilid dengan format yang sesuai dengan pedoman ini
dan digandakan sekurang-kurangnya 5 eksemplar, yaitu 2 eksemplar
untuk komisi penasehat, 2 eksemplar untuk perpustakaan STIE Mah
Eisa Manokwari, dan 1 eksemplar untuk mahasiswa sendiri.
6. Ringkasan Skripsi
16
BAB IV
FORMAT PROPOSAL SKRIPSI DAN SKRIPSI
A. Format Proposal
B. Format Skripsi
Skripsi terdiri atas bagian awal, bagian utama dan bagian akhir.
Bagian Awal
1. Sampul depan
2. Halaman judul
a. Halaman ini memuat tulisan yang sama dengan sampul depan akan
tetapi dicetak di atas kertas putih yang sama dengan naskah.
b. Halaman ini adalah halaman bernomor i, tanpa mencantumkan
nomor halaman tetapi diperhitungkan.
Contoh format halaman judul tercantum pada (lampiran 20b).
17
3. Halaman pengajuan
4. Halaman persetujuan
5. Prakata
18
6. Abstrak/Intisari
9. Daftar tabel
a. Daftar tabel disusun secara berurut sesuai dengan nomor tabel dan
halamannya.
b. Tulisan DAFTAR TABEL diketik dengan huruf kapital tanpa diberi titik
dan ditempatkan tepat pada sembir atas di tengah ruang tulis,
simetris dari sembir kiri dan kanan.
c. Tulisan nomor diketik mulai batas sembir kiri dan tulisan halaman
diketik merapat pada batas sembir kanan dengan jarak 3 spasi di
bawah tulisan DAFTAR TABEL.
d. Judul tabel diketik dengan huruf kapital pada huruf awal kata
pertama, dimulai 3 ketukan setelah tanda titik yang mengikuti nomor
19
tabel dan berakhir 1 ketukan sebelum huruf h dari kata halaman.
Jarak antar judul tabel adalah 2 spasi. Jika satu judul memerlukan
dua baris atau lebih, maka jarak antara baris adalah 1 spasi dan
huruf pertama baris kedua dan seterusnya diketik dengan indentasi 5
ketukan dari huruf awal baris pertama.
Contoh:
format daftar tabel tercantum dalam Lampiran 27.
Bagian Utama
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian awal skripsi yang memberikan
gambaran tentang:
A. Latar belakang
Latar belakang adalah perwajahan dari suatu penelitian/tulisan yang
mengetengahkan arti penting mengapa penelitian dilakukan
berdasarkan konsep-konsep ilmiah dan atau data-data empiris yang
diperoleh dari penelitian pendahuluan yang terdiri atas:
Dass Sollen (kondisi ideal: teori-teori, perundang-undangan) Dass Sein
(kondisi nyata, peristiwa konkrit), Fenomena dan isu.
B. Rumusan Masalah
20
Permasalahan adalah perbedaan/gab/antara dass solen dan dass sein
yang diformulasikan dalam bentuk kata tanya untuk mengarahkan
kemana sebenarnya penelitian akan ditujukan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus relevan dengan rumusan masalah, yang
hendak dicapai oleh mahasiswa di dalam penelitiannya.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian berisi tentang segala hal yang berguna apabila
penelitian telah tercapai.
E. Keaslian Penelitian
Peneliti mampu mendapatkan data penelitian sejenis terdahulu, dan
mampu menjelaskan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan, baik substansi penelitian maupun prosedur penelitiannya.
Bagian ini memuat secara rinci dan sedapat mungkin secara kronologis
penjelasan tentang cara penelitian dilakukan. Uraian ini meliputi sifat
penelitian, tempat dan waktu bahan atau materi, alat yang digunakan,
serta kesulitan-kesulitan yang timbul dalam pelaksanaan penelitian.
21
B. Jenis dan Sumber Data
Bagian ini diuraikan Jenis data kualitatif dan kuantitatif, dan Sumber
data apakah primer atau sekunder.
22
5. BAB V PENUTUP
Bagian Akhir
1. DAFTAR PUSTAKA
2. LAMPIRAN
23
BAB V
Bab ini menetapkan jenis bahan dan ukuran naskah, tata cara pengetikan
dan pemberian tanda urut/penomoran, mengatur pencatuman tabel dan gambar
serta menentukan pedoman tentang ragam bahasa, cara penulisan nama dan
hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam tata cara penulisan Skripsi.
1. Naskah
Naskah Skripsi dibuat di atas kertas HVS 80 g/m2, berwarna putih, ditulis
tidak bolak-balik dengan menggunakan pita mesin tulis berwarna hitam.
2. Sampul
Sampul dibuat dari kertas bufalo atau yang sejenis, diperkuat dengan
karton dan lapisi plastik. Warna sampul Skripsi adalah merah bendera.
3. Ukuran
Ukuran naskah adalah 21 x 28 cm.
B. Pengetikan
1. Mesin tulis
Naskah dapat ditulis dengan menggunakan komputer atau mesin ketik.
2. Jenis huruf
a. Naskah ditulis dengan huruf Times New Roman, Arial atau Bookman
Old Style berukuran 12 huruf/inci. Penggunaan huruf persegi tidak
diperkenankan.
b. Huruf miring untuk tujuan tertentu, seperti yang diatur dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, jika
diketik dengan huruf biasa diberi satu garis di bawahnya.
c. Huruf tebal untuk subjudul, anak subjudul dan sub-anak-subjudul jika
ditulis dengan mesin ketik diberi satu garis di bawahnya.
d. Lambang, huruf Yunani atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik,
ditulis rapi dengan memakai tinta hitam.
3. Bilangan dan satuan
a. Lambang bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat.
b. Satuan dinyatakan dengan singkatan resminya tanpa tanda titik di
belakangnya. Jika belum ada singkatan resmi, maka satuan ditulis
secara lengkap. Misalnya 5 m, 10 kg, 1 jam 20 menit.
4. Jarak baris
Jarak antara 2 baris dibuat 2 spasi kecuali abstrak, kutipan langsung,
judul dan isi daftar tabel dan gambar serta pustaka yang lebih dari 1 baris,
ditulis dengan jarak 1 spasi.
5. Batas sembir (margin)
Batas-batas pengetikan, ditinjau dari tepi kertas diatur dengan jarak
sebagai berikut :
a. Tepi atas : 4 cm
24
b. Tepi bawah : 3 cm
c. Tepi kiri : 4 cm dan
d. Tepi kanan : 3 cm
25
9. Perincian ke bawah
Jika pada penulisan naskah ada perincian yang harus disusun ke bawah,
maka:
a. Sebagai tanda urut rincian dipakai angka atau huruf abjad sesuai
dengan derajat rinciannya, diikuti dengan tanda titik atau diapit
tanda kurung.
b. Huruf atau angka tanda urut rinciannya ditulis tepat di bawah huruf
pertama baris kalimat yang berada diatasnya.
c. Jika rincian tidak cukup ditulis dalam 1 baris maka huruf pertama
baris kedua dan seterusnya ditulis tepat di bawah huruf pertama
baris pertama.
d. Penggunaan tanda kurung (-) sebagai tanda rincian tidak
dibenarkan.
Bagian ini meliputi tata cara pemberian tanda urut untuk halaman
naskah, tabel, gambar, persamaan serta judul, subjudul dan seterusnya.
Pemberian tanda urut dilaksanakan dengan penomoran menggunakan angka
romawi atau angka Arab dengan pengabjadan menggunakan huruf kapital atau
huruf biasa.
1. Halaman
a. Bagian awal Skripsi, mulai dari prakata sampai dengan akhir daftar,
diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil.
b. Bagian utama dan bagian akhir, mulai dari pendahuluan sampai ke
halaman terakhir, diberi nomor halaman dengan angka Arab.
c. Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali jika ada
judul atau bab pada bagian atas halaman itu, untuk halaman yang
demikian nomornya ditulis di sebelah kanan bawah.
d. Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 2 cm
dari tepi atas atau tepi bawah.
2. Tabel
Tabel diberi tanda urut dengan angka Arab.
3. Gambar
Gambar diberi tanda urut dengan angka Arab.
26
D. Tabel dan Gambar
1. Tabel
a. Judul tabel ditulis dengan diawali tulisan tabel beserta nomor urutnya,
dengan angka Arab dan tanda titik, hanya huruf pertama dari kata
pertama yang ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri tanda
titik. Keseluruhan judul ini ditempatkan simetris di atas tabel dan jika
lebih dari 1 baris maka ke-2 dan seterusnya ditulis mulai tepat di
bawah huruf pertama nama judul dengan jarak 1 spasi.
b. Tabel tidak boleh dipenggal, jika terpaksa karena memang panjang
sehingga tidak mungkin ditulis dalam satu halaman, maka pada
halaman lanjutan dicantumkan kata Lanjutan tabel diikuti nomor tabel,
tanpa disertai judulnya lagi. Nama-nama kolom tabel ditulis kembali.
c. Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara kolom
yang satu dengan yang lainnya cukup tegas, tanpa garis pemisah
kolom.
d. Jarak antar lajur adalah 1 ½ spasi, sedangkan jika lajur tidak cukup
ditulis dalam 1 baris dalam kolom yang bersangkutan, maka jarak
antar baris dalam satu lajur adalah 1 spasi.
e. Jika tabel lebih lebar daripada ukuran lebar naskah, sehingga harus
dibuat memanjang naskah, maka bagian tabel diletakkan di sebelah kiri
kertas atau di sisi jilidan.
f. Tabel yang dikutip dari sumber lain harus dinyatakan dengan cara
menulis sumbernya pada akhir judul tabel seperti cara pengacuan
sumber pustaka dalam uraian.
g. Tabel diketik simetri terhadap sembir kiri kanan dan terhadap teks di
atas dan di bawahnya dengan jarak masing-masing 3 spasi.
h. Tabel yang terdiri atas lebih dari 2 halaman atau harus dilipat
ditempatkan pada lampiran.
Contoh tabel tercantum dalam lampiran 33.
2. Gambar
a. Bagian Skripsi yang diatur sama dengan gambar adalah bagan, grafik,
peta, foto, konfigurasi dan langkah-langkah reaksi kimia.
b. Gambar di buat dengan tinta hitam di atas kertas putih.
c. Judul gambar ditulis 2 spasi di bawah gambar, diawali dengan tulisan
Gambar dan angka Arab serta tanda titik, selanjutnya ditulis judul
gambar dengan huruf kapital pada huruf awal kata pertama saja tanpa
diakhiri tanda titik. Keseluruhan judul ini ditempatkan simetris di
bawah gambar dan jika lebih dari satu baris maka baris ke-2 dan
seterusnya ditulis mulai tepat di bawah huruf pertama nama judul
dengan jarak antar baris 1 spasi.
d. Gambar tidak boleh penggal, jika terpaksa karena ukuran gambar lebih
luas dari 1 halaman, maka gambar dapat dilipat yang rapi.
e. Bila gambar dilukis memanjang halaman naskah, maka bagian atas
gambar diletakkan di sebelah kiri di sisi jilidan.
f. Keterangan gambar ditulis pada tempat-tempat yang lowong dalam
gambar dan tidak pada halaman lain.
g. Skala pada grafik dibuat agar mudah dipakai untuk mengadakan
interpolasi dan ekstrapolasi. Gambar yang dibuat di atas kertas grafik
27
tidak dibenarkan, demikian pula jika kemudian kertas grafik ini
ditempelkan pada kertas naskah. Untuk kurva hubungan linear, skala
pada sumbu x dan y ditetapkan sedemikian rupa sehingga ada
kesesuaian antara kemiringan (slope) dengan persamaan regresinya.
h. Potret hitam-putih atau berwarna ditempelkan pada kertas naskah
dengan perekat yang kuat, bukan dengan plester sudut.
i. Gambar beserta judulnya dibuat simetris terhadap sembir kiri kanan
dan terhadap teks di atas dan di bawahnya dengan jarak masing-
masing 3 spasi.
j. Gambar yang dikutip dari sumber lain harus dinyatakan sumber,
dengan menuliskannya pada akhir judul gambar seperti cara
pengacuan sumber pustaka dalam uraian.
Contoh gambar tercantum dalam lampiran 34.
E. Bahasa
2. Istilah
a. Istilah yang dipakai ialah istilah Indonesia atau yang telah
diIndonesiakan. Pengindonesiaan istilah asing berpedoman kepada
Pedoman Umum Pembentukan istilah.
b. Jika terpaksa harus memakai istilah asing, maka istilah ini ditulis
dengan huruf miring atau bergaris bawah.
c. Istilah-istilah baru yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia
dapat digunakan, asal konsisten. Pada penggunaannya yang pertama
kali perlu diberikan padanannya dalam bahasa asing diapit tanda
kurung dengan huruf miring. Jika istilah baru ini cukup banyak
jumlahnya, maka sebaiknya dibuatkan daftar istilah dalam lampiran.
28
F. Penulisan Nama
30
nama ’claw back provision’, didalam Undang-Undang Kepailitan sangat
perlu.”
Jika panjangnya lima baris atau lebih menggunakan spasi satu tanpa
tanda kutip pada awal dan akhir kutipan, dimulai setelah 1,5 cm dari
batas tepi kiri. Jarak antara kutipan yang panjangnya lima baris atau
lebih dan teks adalah dua spasi.
Contoh:
Berdasarkan ajaran perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad)
jika ternyata terbukti Direksi tidak menjalan kewajibannya secara
pantas (kennelijk onbehoorlijk taakvervulling) dan akibat dari
kelalaiannya itu menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pihak
yang dirugikan berhak menuntut anggota Direksi secara pribadi sebagai
pihak yang telah melakukan perbuatan melawan hukum, yang menurut
hukum Indonesia berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata (di Negara
Belanda Pasal 1639 N.B.W.)
d. Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian dari kalimat,
maka pada bagian yang dihilangkan diganti 3 titik.
Contoh:
“... program restrukturisasi kredit perbankan yang dilaksanakan
selama ini ... berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam
pengelolaan bank.”
e. Kalau dari suatu kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada
akhir kalimat, maka diganti dengan 4 titik.
Contoh:
“Permohonan pengesahan dana pensiun diajukan oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa ....”
f. Titik 4 juga digunakan jika yang dihilangkan bagian awal kalimat
berikutnya atau lebih.
Contoh:
“.... yang diperlukan untuk bertindak sebagai pengurus”
g. Kalau perlu disisipkan sesuatu ke dalam kutipan, dipergunakan tanda
kurung besar [ ...].
Contoh:
Bentuk utang pajak tagihan yang lahir dari Undang-Undang No. 6
Tahun 1983 [sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 9
Tahun 1999]. (Pertimbangan Putusan No. 015K/N/1999 tanggal 4 Juli
1999)
h. Kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris terdapat tanda kutip
(dua koma), maka tanda kutip itu diubah menjadi tanda kutip satu
koma. Contoh:
Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan
ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara.
Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama “claw
back provision” , di dalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu.
Jika dikutip maka pengetikannya seperti berikut ini:
”Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan
ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara.
31
Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama ’claw
back provision’ , di dalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu.”
i. Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya, tetapi oleh pengutip
dianggap perlu diberi garis, dibubuhi catatan langsung di belakang
bagian yang diberi garis di antara tanda kurung besar.
Contoh :
“Dalam hal seperti itu, ternyata Presiden sama sekali tidak [garis miring
dari penulis] mempunyai pengaruh apa-apa”.
Cara ini berlaku bagi setiap perubahan dan tambahan terhadap bentuk
asli bahan yang dikutip.
j. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir kutipan. Nomor
diketik setengah spasi di atas baris kalimat, langsung sesudah akhir
kutipan. Nomor kutipan berurut sampai bab terakhir, tidak dibubuhi
titik, tanda kurung, dan lain-lain.
32
adalah lanjutan nomor footnote terakhir bab sebelumnya), tanpa
titik, tanpa kurung, dan lain-lain.
c. Tiap-tiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di atas baris
pertama tanpa dibubuhi titik, tanda kurung, dan lain-lain, tetapi
langsung diikuti huruf pertama dalam footnote (tanpa diselingi satu
pukulan ketik).
d. Tiap-tiap footnote diketik berspasi satu dan dimulai sesudah 1,5 cm dari
batas tepi kiri. Baris kedua dan seterusnya dari suatu footnote dimulai
pada batas tepi kiri..
e. Kalau suatu footnote terdiri atas dua alinea atau lebih, maka tiap-tiap
alinea disusun seperti petunjuk di atas ini.
f. Jarak antara tiap-tiap footnote adalah dua spasi.
H. Bentuk-Bentuk Footnote
Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk dan contoh-contoh footnote untuk
sumber kutipan dari buku, makalah, surat kabar, karya yang tidak
diterbitkan, wawancara, ensiklopedi, internet, dan lain-lain.
1. B u k u
Yang dicantumkan berturut-turut adalah nomor footnote nama
pengarang (nama kecil atau nama depan, nama tengah/initial untuk
orang barat umumnya, dan nama akhir atau nama keluarga), judul
buku, jilid, cetakan, edisi, penerbit, tempat diterbitkan, tahun
penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip. Judul buku diberi garis
atau dicetak miring jilid atau dicetak tebal.
33
7Soerjono Soekamto, ed., Identifikasi Hukum Positif Tidak Tertulis
Melalui Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Ind.Hill,
Jakarta,1988, hlm. 105.
e. Lembaga atau Badan :
8Sekretariat Negara Republik Indonesia, Konferensi Tingkat Tinggi
Asean, Bali 23–25 Pebruari 1976, h. 85.
9Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya Sistem
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan, Binacipta, Bandung,
1977, hlm. 51.
f. Terjemahan:
10F.J.H.M. van der Ven, Pengantar Hukum Kerja, Cet. II, (terjemahan
Sridadi), Kanisius, Yogyakarta, 1969, hlm. 61.
g. Mengutip dari bahan yang dikutip: penulis yang langsung dikutip
dicantumkan lebih dahulu, kemudian penulis asli:
The Guidance of Learning Activities, D. Appleton-Century Company,
New York, 1952, h. 186, dikutip dari Ernest Hilgard, Theories of
Learning, Appleton, New York, 1948, hlm. 37.
h. Kumpulan karangan :
12John Stanner, “Family Relationships in Malaysia”, dalam David C.
Buxbaum (ed), Family Law and Customary Law in Asia: A
Contemporary Legal Perspective, Martinus Nijhoff, The Haque, 1968,
hlm. 202.
2. Majalah
Yang dicantumkan berturut-turut: nama penulis (seperti pada buku),
judul tulisan di antara kutip, nama majalah (diberi bergaris, cetak
miring atau cetak tebal), nomor, tahun majalah dalam angka Romawi
(kalau ada), bulan dan tahun penerbitan, penerbit, tempat penerbitan,
dan nomor halaman yang dikutip.
13Oemar Seno Adji, “Perkembangan Delik Khusus dalam Masyarakat
yang Mengalami Modernisasi”, Hukum dan Pembangunan, No. 2 Th. X,
Maret 1980, hlm. 113.
Kalau tidak diketahui nama pengarang suatu artikel dalam majalah,
maka nama pengarang ditiadakan, jadi footnote dimulai dengan judul
karangan.
14”Sekolah-sekolah di Yogyakarta”, Suara Guru II, September 1957, hlm.
18, 19, 21.
3. Surat Kabar
15Lim, “Sudah Tiba Waktunya Hukum Intergentil Ditinggalkan sebagai
34
Halaman kutipan harus disebutkan jika artikel online tersebut memiliki
halaman; dan URL harus dicantumkan setelah tanggal penerbitan
(bukan tanggal akses) atau halaman kutipan jika ada.
11Fajar Pratama, „Akankah Politikus KMP Hadiri Rapat DPR Tandingan?‟,
Detik News (online), 3 Oktober 2014, h 1
<http://news.detik.com/read/2014/11/03/070319/2736815/10/akank
ah-politikus-kmp-hadiri-rapat-dpr-tandingan?n991101605>.
4. Skripsi/Tesis/Disertasi
16Heru Supraptomo, “Masalah-Masalah Pengaturan Cek serta Bilyet Giro
6. Wawancara
17Wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri Surabaya, Tempat, Tgl. 16
Juni 1980
8. Peraturan Perundang-undangan
20Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,
Contoh:
17 SudargoGautama, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni,
Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama I), hlm. 131.
36
18Sudargo Gautama, Masalah Agraria, berikut Peraturan-peraturan dan
Contoh-contoh, Cet. II, Alumni, Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat
Sudargo Gautama II), hlm. 98.
19Sudigdo Hardjosudarmo, Masalah Tanah di Indonesia Suatu Studi di
Sekitar Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura, Bharata, Jakarta,
1970, hlm. 54.
20 Sudargo Gautama I, Op.Cit., hlm. 139.
Yang dikutip adalah dari karya Sudargo Gautama dalam footnote nomor
17 (bukan 18).
3. Loc.Cit.
Loc.cit. kependekan dari loco citato, artinya “pada tempat yang telah
disebut”,
Digunakan kalau menunjuk kepada halaman yang sama dari suatu
sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah
diselingi oleh sumber lain.
Contoh:
1Komar Kantaatmadja, Hukum Perusahaan Bagi Perusahaan-perusahaan
1982, hlm. 59
3Kantaatmadja, Loc.Cit.
4Suryodiningrat, Loc.Cit.
J. Bahasa
1. Bentuk kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang
kedua (saya, kami, kita, engkau dan lain-lain). Dalam penyajian ucapan
terima kasih pada pengantar, saya dapat diganti dengan penulis.
2. Isi Prakata mengenai substansi skripsi tidak perlu merendah secara
berlebihan supaya tidak timbul kesan pada pembaca bahwa skripsi
Anda “tidak ada apa-apanya”. Prakata dapat dipergunakan untuk
menyampaikan kesan, pesan, ucapan yang bersifat personal tetapi
harus dituliskan dengan gaya bahasa formal.
3. Tidak dibenarkan menggunakan :
37
a. Kalimat panjang.
b. Kata-kata ”....dimana....”....yang mana....”, ”....sejauh mana...”....oleh
karena mana....” dan kata semacam itu.
4. Istilah yang dipakai istilah Indonesia atau yang sudah di-Indonesia-kan,
jika terpaksa harus memakai istilah asing digunakan huruf italic atau
dicetak miring.
5. Penggunaan kata penghubung, kata depan, awalan, akhiran dan tanda
baca secara tepat, antara lain :
a. Tidak membutuhkan koma untuk kata “bahwa”, “karena”, “sebab”,
“supaya.”
b. Membutuhkan koma sebelum kata “akan tetapi”, “tetapi”,
melainkan”, “maka”.
c. Membutuhkan koma sebelum dan setelah kata “misalnya”,
“contohnya“, “ialah”
6. Singkatan atau akronim tidak boleh digunakan pada awal kalimat.
1. Pedoman umum
38
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Hukum UGM. 2017. Buku Pedoman Penelitian Reguler. Unit Riset dan
Publikasi, Yogyakarta.
Soekanto, S dan Mamudji, Sri. 2015. Penelitian Hukum Normatif. Raja Wali Press.
Jakarta.
39
LAMPIRAN-LAMPIRAN
40
Lampiran 1
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
No.
Wakil Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) MAH-EISA
Manokwari dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di bawah ini :
Nama :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
telah memenuhi persyaratan untuk menyusun Skripsi sesuai Prosedur Penyusunan Skripsi, mulai
semester awal/akhir tahun akademik 2..../2.....
Manokwari, ..................................
Catatan :
1 lembar untuk mahasiswa
2 lembar untuk Komisi Penasehat
1 lembar untuk Ketua Program Studi
1 lembar untuk arsip Wakil Ketua I Bidang Akademik
41
Lampiran 2
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nomor :
Hal : Permohonan kesediaan sebagai ketua/anggota
Komisi penasehat
Yth,
Ketua STIE Mah-Eisa Manokwari dengan hormat memohon kesediaan Saudara untuk
bertindak sebagai Ketua/Anggota Komisi penasehat dari mahasiswa :
Nama :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
Ketua :
Anggota :
Manokwari, ..............................................
Ketua
u.b. Wakil Ketua I Bidang Akademik,
42
Lampiran 3
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
MANOKWARI
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk bertindak sebagai
Ketua/Anggota Komisi Penasehat dari :
Nama Mahasiswa :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
Manokwari, ..................................
Anggota, Ketua,
................................................ ...............................................
Mengetahui
Ketua Program Studi
..............................................................
...............................................................
43
Lampiran 4
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nomor :
Hal : Usulan susunan komisi penasehat
Dan rencana judul Skripsi
Yth.
KETUA STIE Mah-Eisa Manokwari
Di –
Manokwari
Dengan hormat,
Setelah mendengar keinginan dan minat mahasiswa serta kesesuaiannya dengan program
studi/minat kekhususan, serta kesanggupan staf pengajar yang bersangkutan, bersama ini kami
mengusulkan Komisi Penasehat Skripsi bagi Saudara :
Nama :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
dengan susunan :
Ketua :
Anggota :
Kami mohon dapat diterbitkan keputusannya, dan untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Manokwari, ..................................
Ketua Program Studi,
............................................................
44
Lampiran 5
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
No. …………………………………………..
Berdasarkan surat usulan Wakil Ketua I Bidang Akademik STIE Mah-Eisa Manokwari
................................... No ........................................ dan sesuai dengan Pedoman Penyusunan Skripsi
STIE Mah-Eisa , dengan ini Ketua STIE Mah-Eisa menugaskan staf pengajar yang tersebut di
bawah ini sebagai Komisi Penasehat Skripsi mahasiswa :
Nama :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
Ditetapkan di Manokwari
pada tanggal ...........................
KETUA,
45
Lampiran 6
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Dengan hormat,
Nama mahasiswa :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
IP Kumulatif :
Judul Usulan Penelitian :
Manokwari, ..................................
Pemohon,
............................................................
.................................................................................
46
Lampiran :7
KARTU SEMINAR
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
NAMA : ....................................................
NPM : ....................................................
PEMRASARAN
NO. PARAF
KELOMPOK
URT NAMA NPM TGL PANITIA
SEMINAR
47
Lampiran 8
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nomor :
H a l : Undangan Seminar
Usulan/Hasil Penelitian untuk Skripsi
Yth. ...........................................................
Manokwari,
Dengan hormat kami mengundang Saudara untuk menghadiri dan memberi nilai seminar
usulan/laporan hasil* penelitian untuk Skripsi yang akan dipresentasikan oleh :
Nama Mahasiswa :
No. Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
Komisi Penasehat : (Ketua)
(Anggota)
Manokwari, ..................................
Ketua STIE Mah-Eisa Manokwari .
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nama Mahasiswa :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Nilai Rataan : ( )
Pedoman Penilaian
80 - 100 (A)
70 - 79 (B)
60 - 69 (C)
< 59 (E)
Manokwari, ..............................200..
P e n i l a i,
.................................................
49
Lampiran 10
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
KARTU KONSULTASI
PENELITIAN UNTUK PENYUSUNAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
Rencana Judul Skripsi :
50
Lampiran 11
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
4. N a m a :
No. Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
5. Komisi Penasehat,
Ketua :
Anggota :
10. Untuk penyelesaian naskah Skripsi masih diperlukan waktu kira-kira : bulan
Manokwari,
Mengetahui, Mahasiswa,
Ketua Komisi Penasehat,
......................................... .............................................
51
Lampiran 12
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Dengan hormat,
Nama Mahasiswa :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Kekhususan :
IP Kumulatif :
Judul Penelitian :
Manokwari, ..................................
P e m o h o n,
...................................................
.............................................................
52
Lampiran 13
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nama Mahasiswa :
Nomor Pokok :
Program Studi :
Nilai :
Pedoman Penilaian
80 - 100 (A)
70 - 79 (B)
60 - 69 (C)
< 59 (E)
Manokwari,
P e n i l a i,
...............................................
53
Lampiran 14
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nomor :
Hal : Usulan Penetapan Panitia Ujian Skripsi
Yth.
Ketua STIE Mah-Eisa Manokwari
Di –
Manokwari
Dengan hormat,
telah selesai melakukan penelitian untuk Skripsi dan telah siap untuk diseminarkan.
Sehubungan dengan itu kami mengusulkan penetapan Panitia Ujian Skripsi dengan susunan
sebagai berikut :
Ketua :
Sekretaris :
Anggota : 1.
2.
3.
Selanjutnya kami mengharapkan dapat diterbitkan Surat Penugasannya. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih.
Manokwari, ..................................
Ketua Program Studi
..................................................
NIP.
54
Lampiran 15
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
No. .............................................
Nama :
No. Pokok :
ProgramStudi :
Kekhususan :
Panitia Ujian Skripsis ini bertugas untuk menilai skripsi yang telah disusun oleh mahasiswa
dan melaksanakan ujian Skripsi sesuai dengan Prosedur Penyusunan Skripsi, agar tugas
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Ditetapkan di Manokwari
Pada tanggal .................................
K e t u a,
THEODORUS L HERIN, SE MM
55
Lampiran 16 Undangan Ujian
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nomor :
Lampiran : 1 (satu( Ekspl
Perihal : Ujian ( Usulan, hasil dan skripsi)
Kepada
Yth 1. Ketua Komisi ............
2. Anggota komisi.............
3. Penguji .....................
4. Penguji ..........................
5. Penguji ................................
di Tempat
Dengan hormat,
Sdr/i diundang untuk menghadiri dan melakukan ujian terhadap
(Usulan/hasil/skripsi):
Nama :
No. Pokok :
ProgramStudi :
Kekhususan :
Judul :
pada
hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
Manokwari, ..................................
Ketua Program Studi
..................................................
NIP.
56
Lampiran 17
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Nomor :
Hal : Laporan Hasil Ujian Skripsi
Lamp : Daftar Nilai Mahasiswa
Yth.
KETUA STIE MAH-EISA MANOKWARI
di –
Manokwari
Dengan ini panitia ujian skripsi untuk Saudara .......................................................... Nomor Pokok
....................................... mahasiswa STIE Mah-Eisa Manokwari, program studi
............................................... melaporkan hasil ujian yang diselenggarakan pada :
Hari, tanggal :
Pukul :
Tempat :
bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan Lulus/Tidak Lulus dengan nilai (A) (B) (C)
Manokwari, ...................................
Tanda tangan
Ketua : .......................................................... ...........................................
2. ...................................................... ..........................................
3. ..................................................... ..........................................
57
Lampiran 18
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
Pada hari ini ............. tanggal ...... bulan .................. tahun ............... pukul ............ sampai
dengan ............, berdasarkan Surat Penugasan Panitia Ujian Skripsi Nomor ........................... telah
dilaksanakan ujian Skripsi terhadap mahasiswa,
Nama :
Nomor pokok :
Program studi :
Judul skripsi :
Oleh Panitia Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mah-Eisa Manokwari, yang sesuai
dengan Surat Penugasan Panitia Ujian Skripsi nomor ......... ..................yang terdiri atas
Ketua :
Sekretaris :
Anggota : 1.
2.
3.
dengan hasil : Lulus / tidak lulus*
Nilai : A / B / C*
Kategori : dengan pujian / sangat memuaskan / memuaskan*
Yudisium telah diucapkan oleh Ketua Panitia Ujian Skripsi atas nama Ketua STIE Mah-Eisa
Manokwari di depan peserta ujian.
Berita acara ini dibuat rangkap dua dan ditandatangani oleh Ketua, Sekretaris dan
mahasiswa teruji.
58
Lampiran 19. Contoh Surat Perjanjian
YAYASAN CARITAS
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MAH-EISA
MANOKWARI
SURAT PERJANJIAN
No :
Pada hari ini Rabu tanggal 28 September 2005 jam 09.00 saya telah menempuh ujian di
STIE Mah-Eisa Manokwari.
Sehubungan dengan ini saya berjanji untuk menyelesaikan segala masalah akademis dan
menyerahkan Skripsi yang telah disetujui oleh seluruh Komisi Penasehat yang sudah dijilid
selambat-lambatnya tanggal ..........................
Bila sampai batas waktu tersebut saya tidak dapat memenuhi ketentuan di atas, maka saya
bersedia diuji kembali dan membayar BPP.
Yang berjanji,
NITA D. APALEM
NPM. 90123456
59
Lampiran 20a. Contoh halaman judul proposal skripsi
Oleh
60
Lampiran 20b. Contoh halaman judul seminar hasil
HASIL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi 12pt
Persyaratan Skripsi
Program Studi Manajemen
Oleh
61
Lampiran 20c. Contoh halaman judul skripsi
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat 12pt
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi ................................
Oleh
62
Lampiran 21. Contoh halamaan pengajuan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Derajat
Sarjana
Program Studi
Manajemen
Tertanda tangan
Kepada
63
Lampiran 22
LEMBAR PERSETUJUAN
EISA MANOKWARI
64
Lampiran 23. Contoh format prakata
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan penyertaan
Nya sehingga skripsi ini dapat dirampungkan dan selesai sesuai waktunyang telah ditentukan..
Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil pengamatan penulis
terhadap kehidupan para petani penyadap nira yang bekerja mulai sejak terbit fajar sampai larut
senja tanpa henti, dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum
mereka.
Oleh karena itu dengan skripsi ini, penulis bermaksud menyumbangkan beberapa konsep
untuk mengangkat kondisi kehidupan mereka yang umumnya berada di bawah garis kemiskinan ke
taraf yang lebih tinggi.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, yang
hanya berkat bantuan berbagai fihak, maka skripsi ini selesai pada waktunya.
Untuk itu penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. DR. Karim
Saleh sebagai Ketua Komisi Penasehat dan Leo Sabarofek, SE sebagai Anggota Komisi Penasehat
atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap
permasalahan penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya sampai dengan penulisan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Yos Ramandey, MM dari Dinas
Perkebunan Kabupaten Manokwari yang telah banyak membantu dalam rangka pengumpulan data
dan informasi, serta kepada saudari Indriani yang telah banyak membantu dalam pengolahan data
komputer.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembangunan, khususnya pengembangan ilmu dan
teknologi sosiologi pertanian.
NITA APELEM
65
Lampiran 24. Contoh format abstrak.
ABSTRAK
Roberth Kurniawan Ruslak Hammar. Penataan Ruang Kota dan Implikasinya terhadap
Perlindungan Hak-hak Rakyat atas Tanah di Kota Manokwari (dibimbing oleh Amier Sjariffudin
dan H. Kaimuddin Salle).
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Manokwari irian Jaya, dengan tujuan untuk mengetahui,
mendiskripsikan dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang berkenaan dengan
pelaksanaan ruang kota dan hubungannya dengan perlindungan hak-hak rakyat atas tanah di Kota
Manokwari.
Analisis yang digunakan ialah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Anilisis kualitatif
dimaksudkan untuk mengkaji masalah inkonsistensi penataan ruang kota terhadap Rencana Umum
Tata Ruang Kota (RUTRK) Manokwari, dan analisis kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan penataan ruang kota dengan perlindungan hak-hak rakyat atas tanah.
Hasil penelitian ini menunjukkan hal-hal berikut. Pertama, pelaksanaan penataan ruang kota di
Manokwari tidak konsisten dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Manokwari karena
pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan tanah
(ruang) tidak dapat dikendalikan. Kedua, rendahnya pertisipasi masyarakat dalam penataan ruang
kota dan kurangnya sosialisasi rencana tata ruang serta tidak transparannya pelaksanaan
musyawarah dalam pengadaan tanah, berarti hak-hak rakyat atas tanah di Kota Manokwari kurang
terlindingi.
66
Lampiran 25. Contoh format abstact
ABSTRACT
Roberth Kurniawan Ruslak Hammar. The Urban Space Management and Its Implication to the
Protection of Human Rights on the Land in Manokwari City. (supervised by Amier Sjariffudin and
H. Kaimuddin Salle)
This research was carried out in Manokwari Irian Jaya. It aimed to investigate, descrube and
reveal some solution toward the problem dealing with the implementation of urban space
management and its relation to the protection of human rights on the land.
The analysis of the research was gualitative one and it was used to examine the
implementation of urban space management. The quantitative analysis was also used to investigate
the relationship of urban space management with the protection of human rights on the land.
The result of this research indicated : first, the implementation of urban space management
in Manokwari was not in accordance with the General Plan of Urban Space Management of
Manokwari; second, the low level of social participation in the urban space management, lack of
socialization of urban space plan, and the deliberation which was not transparent in the provision af
land implied that the people’s rights on the land were not properly protected.
67
Lampiran 26. Contoh format daftar isi
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ............................................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Permasalahan .............................................................................................................. 16
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 22
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................................... 23
68
Lampiran 27. Contoh format daftar tabel.
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
1. Perkembangan produksi kopi di Irian Jaya Barat tahun 1989 – 1991 .............................. 2
2. Produksi dan hasil penjualan kopi pada “PT SONA” Manokwari ................................... 3
3. Data untuk Model Linier Programming ............................................................................ 26
4. Bentuk dasar tabel Simplex ............................................................................................... 30
5. Analisis statistik deskriptif hasil penelitian pada perusahaan kopi bubuk -
“PT SONA” Manokwari ..................................................................................................... 45
5. Hasil komputasi constant, koefisien regresi berganda, korelasi, determinasi
F-hitung, T-hitung, signifikansi-t pada pabrik kopi bubuk “PT SONA” Manokwari ...... 48
7. Jenis produksi, harga per unit, jumlah produksi dan nilai penjualan rata-rata
per bulan pada perusahaan kopi bubuk “PT SONA” Manokwari .................................... 55
11. Elastisitas, jumlah rata-rata, harga rata-rata dan harga pokok produksi
pada perusahaan kopi bubuk “PT SONA” Manokwari .................................................... 56
9. Nilai produk marginal, harga rata-rata faktor produksi dan perbandingannya ................. 57
10. Rata-rata produksi, harga jual per unit dan nilai penjualan selama satu bulan,
pada perusahaan kopi bubuk “PT SONA” Manokwari .................................................... 62
69
Lampiran 28. Contoh format daftar gambar.
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
70
Lampiran 29. contoh format daftar lampiran
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor halaman
1. Hasil analisis fungsi Cobb Douglass uasaha tani kelapa sawit pada
Kec. Prafi ................................................................................................................... 126
2. Hasil analisis fungsi Cobb Douglass usaha tani kelapa sawit pada
Kec. Masni ................................................................................................................. 127
3. Hasil analisis fungsi Cobb Douglass usaha tani kelapa sawit pada
Kec. Warmare ............................................................................................................ 128
4. Hasil analisis fungsi Cobb Douglass usaha tani kelapa sawit pada
Kec. Amberbaken ...................................................................................................... 129
5. Hasil analisis fungsi Cobb Douglass usaha tani kelapa sawit pada
Kec. Oransbari ........................................................................................................... 130
6. Hasil analisis fungsi Cobb Douglass usaha tani kelapa sawit pada
Kec. Minyambau ....................................................................................................... 131
7. Hasil komputasi solusi optimal program klassik transportasi ............................................ 132
8. Hasil komputasi analisis (skenario A)
Model program tujuan ganda ..................................................................................... 133
9. Hasil komputasi analisis (skenario B)
Model program tujuan ganda ..................................................................................... 133
10. Hasil komputasi analisis (skenario C)
Model program tujuan ganda ..................................................................................... 134
11. Hasil komputasi analisi ( skenario D)
Model program tujuan ganda ..................................................................................... 135
71
Lampiran 30. Contoh format arti singkatan dan lambang
72
Lampiran 31. Contoh format daftar pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Biddulp, O. 1953. The Translocation of Minerals in Plants. dalam E. Truog, E (ed), Mineral
Nutrition of Plants. The University of Wisconsin Press, Madison.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1975 a. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Balai Pustaka, Jakarta.
1975 b. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Balai Pustaka, Jakarta.
Epstein, E. 1971. Effect of Soil Temperature on Mineral Element Composition and Morphology of
the Potato Plant. Agron. J. 63 : 664 – 666.
Hasan, A. K., Drew, J. V., Knudson, D. and Olsen, R. A. 1970. Influence of Soil Salinity on
Production of Dry Matter and Uptake and Distribution of Nutrients in Barley and Corn. I.
Agron. J. 62 : 43 – 45.
Hewitt, E.J. 1966. Sand and Water Culture Methods Used in the Study of Plant Nutrition. Comm.
22 (Revised 2nd edition). Commonwealth Agricultural Bureaux. Farnham Royal Bucks,
England.
Langridge, J. 1963. Biochemical Aspects of Temperature Responses. Ann. Rev. Plant Physiol. 14 :
411 – 462.
Nuraeni. 1992. Analisis Marjin Pemasaran Kacang Tanah. Skripsi Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
Pearson, G. A. and Ayers, A. D. 1960. Rice as a Crop for Salt Affected Soil in Process of
Reclamation. Product. Res. Rep. 43 : 13.
Bernstein, L. 1969. Salinity Effects at Saveral Growth Stages of Rice. Agron J. 51
(10) : 654 – 657.
73
Lampiran 32. Contoh penulisan judul, sub judul dan seterusnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
....................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
....................................
Nomor sub-sub bab ditulis dengan cara seperti berikut:
1. ..........................................................................
a. ......................................................................
b. ......................................................................
1) ..................................................................
2) .................................................................
a) .............................................................
b) .............................................................
(1) .......................................................
(2) ......................................................
2. ........................................................................................
74
Lampiran 33. format contoh tabel.
Tabel 23. Efek suhu terhadap tekanan uap, bobot, jenis dan tegangan muka 2-
propanol (Monick, 1968)
a
Ditetapkan dengan alat Victor Meyer.
75
Lampiran 34. Contoh format gambar.
76
Lampiran 35. Cara penulisan nama penulis dalam daftar yang perlu diperhatikan
1. Nama Indonesia yang menggunakan nan atau garis hubung dianggap merupakan satu kesatuan
nama, misalnya : Sultan Iskandar nan jauh ditulis Iskandar nan jauh,S. Ary Soemadi-Soekardi
ditulis Soemadi-Soekardi, A.
2. Nama Belanda, misalnya :
J.J. de Vries ditulis : Vries, J.J. de
H.A. Van de berg ditulis : Berg H.A. Van de
3. Nama Perancis, misalnya :
J.du Bois, ditulis : du Bois, J
A.R.L. Petit, ditulis L’Petit, A.R.
4. Nama Jerman yang mengandung von, zu, zun, zur, im.Alexander van Munchen, von.
5. Nama Portugis dan Brasil yang memakai do, da, dos, das. A.G. do Santos, ditulis : Santos, A.G.,
do.
6. Nama Spanyol
J. Perez Y Fernandes, ditulis : Perez Y Fernandes, J.
7. Nama Arab yang mengandung el, Ibn, Abn, Abdel.
1. Mohmmad Ibn Hajar, ditulis : Ibn Hajar, M
2. Achmad el Husain, ditulis : el husaian, A
8. Nama Cina
1. Lee Tang Gwan, ditulis : Lee, Tang Gwan
2. Han Ai-Ping, ditulis : Han Ai-Ping
77
Lampiran 36: Halaman depan Skripsi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Derajat
Sarjana
Oleh:
RIMAWATI ARUNG
12331344603606
78
Lampiran 37: Lembar Persetujuan
LEMBAR PERSETUJUAN
EISA MANOKWARI
79
Lampiran 38: Halaman Pengesahan
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
RIMAWATI ARUNG
12331344603606
Skripsi ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Manajemen
pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mah-Eisa Manokwari, pada tanggal 20 Juli 2009, yang
terdiri dari:
Ketua :
.........................................
Sekretaris :
.........................................
Anggota :
.........................................
Anggota :
.........................................
Anggota :
.........................................
80
Lampiran 39: Surat Pernyataan Keaslian
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam usulan penelitian disertasi ini tidak
suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yang menyatakan,
Roberth K.R.Hammar
81
Lampiran 40: Contoh Bab I Pendahuluan
(perhatikan Dass Sollen, Dass Sein, Fenomena dan isu)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang wilayah negara Indonesia dengan sumber daya alam yang tiada
sesuai amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam
falsafah dan dasar negara Pancasila. Untuk mewujudkan amanat tersebut maka
kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus
dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat
mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta
daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang
karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain
dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
sistem keterpaduan sebagai ciri utama. Untuk itu perlu adanya suatu kebijakan
baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai
pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana
tata ruang1
landasan ideal dan moral dalam implementasi penataan ruang di Republik ini.
menjamin kepastian hukum bagi upaya pemanfaatan ruang, atau dengan kata
lain pembangunan yang dilaksanakan harus sesuai dengan rencana tata ruang
rencana (rumusan dan program) executive summary, album peta, dan peraturan
berkenaan dengan hak ulayat dan hak atas sumberdaya agraria lainnya. Hal ini
penting bukan saja sebagai suatu bentuk pengakuan, melainkan pula penataan
memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
hutan di sekitar hutan lindung Wosi maupun Taman Wisata Gunung Meja. 3 Hal
Perhubungan Provinsi Papua Barat bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah hanya
sebagai slogan belaka, karena terjadi disfungsi ruang4. Demikian pula Jeffry E.
harus tegas melindungi daerah-daerah resapan air, seperti hutan lindung tanpa
2
Maria S.W. Sumardjono. 2008. Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya. Kompas Jakarta, hlm. 4.
3
Yohan Kaleb Karubaba. 1999. Perencanaan Tata Guna Lahan Perkotaan, Studi Kota Manokwari di Provinsi Papua
Dalam Mengantisipasi Perkembangan Penduduk, Thesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, hlm. 57.
4
Koran Cahaya Papua, 7 Desember 2007. Tata Ruang Wilayah Manokwari Hanya Jadi Slogan, hlm. 1
85
mengabaikan hak ulayat masyarakat setempat 5. Selain disfungsi ruang,
Ketua Dewan Adat Papua Daerah Mnukwar bahwa sering terjadi sengketa tanah
dari tuntutan adanya penghormatan secara hukum dan politik terhadap jati diri
rencana tata ruang belum mendapat tempat yang proporsional dalam proses
pada umumnya produk rencana tata ruang dibuat sekadar formalitas karena
5
Koran Cahaya Papua, 29 Desember 2008. Ketegasan Pemerintah Melindungi Daerah Resapan Air, hlm. 3.
6
Koran Cahaya Papua, 7 Januari 2008. Selesaikan soal tanah butuh keterlibatan semua unsur, hlm. 1.
7
Koran Cahaya Papua, 11 Desember 2007. Putuskan AMDAL libatkan pemilik ulayat, hlm. 1.
8
Koran Cahaya Papua, 29 Desember 2007. LP3BH serukan: Perlindungan hak masyarakat adat, hlm. 1.
9
Koran Cahaya Papua, 15 Januari 2008. Kebijakan tata ruang dan pertanahan, hlm. 1.
86
samping itu ada berbagai kebijakan dalam rencana tata ruang yang
tersebut selaras dengan kondisi umum di Papua yakni rakyat Papua sebagai
pemilik tanah sering dikalahkan oleh alasan hukum dan dalih pembangunan
yang berkuasa atau penguasa yang berusaha.10 Kondisi tersebut terjadi pula
akibat pergeseran kebijakan pertanahan dari yang semula berciri populis ke arah
lindung, suaka alam dan wisata serta hutan produksi, hutan produksi terbatas,
kawasan pertambagan dengan kawasan hak ulayat MHA antara lain (1) kawasan
tata ruang wilayah, (2) eksploitasi kawasan Taman Wisata Gunung Meja, oleh
masyarakat adat (Faam atau marga Mandacan, Meidogda dan Saroi di Ayambori)
termasuk Pemerintah, (3) sengketa hak ulayat kaitan dengan hak pengusahaan
hutan di Momi Waren dan Masyarakat Hukum Adat Moskona di Merdey, serta (4)
10
Dhuroruddin dan Ikrar 1999. Berbagai Faktor Separatisme di Papua, dalam Syamsuddin Haris, dkk. Indonesia
diambang Perpecahan. Erlangga, Jakarta. hlm. 210.
11
Maria.S.W. Sumardjono. Loc. Cit.
87
(5) sengketa pemanfaatan laut dan pesisir di kawasan Taman Nasional Laut
daerah.
B. Rumusan Masalah
permasalahan yang harus dicarikan jawaban dan dikaji dalam penelitian ini
adalah:
adat?
hukum adat?
88
b. Bagaimanakah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari
tersebut?
C. Tujuan Penelitian
hukum adat.
89
D. Kegunaan Penelitian
90
Lampiran 41: Contoh Keaslian Penelitian
E. Keaslian Penelitian
hak-hak masyarakat adat belum banyak penulis temui, namun guna menjamin
berkenaan dengan penataan ruang dan hak-hak masyarakat adat atas sumber
dan lingkungan hidup. Hasil temuannya antara lain sebagai berikut: (1) konsepsi
kuat antara rakyat dengan tanah miliknya, namun dalam implementasinya, sifat
mutlak dan magis religius telah melemah dan tergeser oleh nilai-nilai ekonomis
lingkungan hidup yang baik, serta aspirasi masyarakat belum tersalurkan secara
Juridis dan Realitas Sosial Hak Kolektif Masyarakat Hukum Adat atas Tanah
Pasca Undang-Undang Pokok Agraria. (Disertasi PPS Unhas 2004). Ada tiga
(persekutuan) hukum adat secara juridis itu harus terpenuhi untuk dapat
substansi dan struktur dari sistem hukum terhadap eksistensi juridis dan hak
atau terlikuidasi dalam realitas sosialnya; (3) Intensif komponen budaya hukum
terpenuhi dalam realitas sosialnya. Temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
ada persekutuan hukum yang masih eksis secara utuh dalam realitas sosialnya,
proses eliminasi, dan peran kepala suku dalam pengelolaan hak kolektifnya
(PPS Universitas Diponegoro Semarang 2004). Fokus penelitian ini adalah (1)
bekerjanya hukum penataan ruang dalam realitas sosial yang bertujuan untuk
92
sanksi yuridis untuk mempertahankan keberadaan norma hukum; (2) eksistensi
dan fungsi hukum penataan ruang (Kota Surabaya) yang bertumpu pada UU
RTRW Jawa Timur secara realistis; (4) Kota Surabaya belum mempunyai
penataan ruang yang dapat bekerja secara efektif di Kota Surabaya merupakan
kebutuhan dasar dan sangat penting karena selama ini belum terdapat
secara sinergis.
Amier Sjarifuddin, Abrar Saleng dan Kahar Lahae, pada tahun 2003
tatanan hukum adat dalam pengelolaan hak kolektif masyarakat hukum adat
(hak ulayat) dan realitas sosial eksistensinya pasca-UUPA; (3) keterlibatan kepala
masyarakat atau persekutuan hukum adat (yang masih eksis) dalam pengelolaan
tanah dan hutan ulayat, respons dan ketaatan warganya, sebelum serta pasca-
93
UUPA dan UU Kehutanan; serta (4) persepsi masyarakat mengenai masyarakat
hukum adat atau persekutuan hukum adat dan hak kolektif masyarakat hukum
adat (hak ulayat). Temuan penelitian adalah masih eksisnya struktur, status,
dan realitas sosial MHA, adanya keterlibatan pemimpin adat dan ketaatan MHA
PPS Unhas 2006). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa: (1) pada sistem
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004, dan tidak sesuai dengan sistem perencanaan
Tahun 2004; (2) tidak ada kepastian hukum tentang batas kawasan hutan
negara dan hutan dikuasai oleh masyarakat adat; (3) masih adanya ego sektoral
penelitian guna penulisan thesis pada tahun 1995 dengan judul ”Eksistensi Hak
94
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979; (2) tanah ulayat bersumber pada
suku yang berkisar tanah ulayat suku dan keret yang sebagian besar belum
sebagainya. Di samping itu sebagian tanah ulayat sudah ditandai dengan patok
hukum antara masyarakat hukum adat dengan tanah ulayat disertai aturan
hukum adat yang masih kuat dan tingkat kepatuhan yang tinggi dilakukan atas
dasar kesepakatan bersama dan sifatnya tidak tertulis yang mengikat mereka
budaya dan ekonomi yang bermakna politis lebih dominan dalam mempengaruhi
adat.
penulisan thesis pada PPS Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 1996
95
contoh dapat dikemukakaan pembangunan fisik yang mengalami hambatan
pembuangan akhir atau sampah (TPA), stadion dan pembangunan kampus baru
yakni faktor ekonomi (ekonomi uang), falsafah masyarakat hukum adat tentang
tanah dan sosial budaya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berlakunya
tanah dalam Rencana Umum Tata Ruang kota di Kota Makassar. Sedangkan
kota di Manokwari tidak konsisten dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota
kota dan kurangnya sosialisasi rencana tata ruang serta tidak transparannya
96
Dari berbagai penelitian tersebut dikristalisasi dalam tabel sebagai
berikut.
98
9. Johan Rongalaha keberadaan hak Berbagai kearifan lokal,
ulayat atas tanah seyogyanya diadopsi
dalam berbagai regulasi
Hak ulayat pembangunan, sehingga
mempunyai tidak terjadi resistensi
pengaruh yang yang berimplikasi pada
sangat kuat terhambatnya
untuk pembangunan kota
menghambat jayapura, namun
pelaksanaan fisik kearifan lokal belum
kotamadya terungkap dalam
Jayapura penelitian ini.
99
Lampiran 42: Kerangka Pemikiran
E. Kerangka Pemikiran
sebagai berikut:
(1). Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan
hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi , air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu
pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.
(2). Hak menguasai dari Negara tersebut dalam ayat (1) pasal ini
memberi wewenang untuk :
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan, dan pemeliharaan bumi,air, dan ruang angkasa
tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai
bumi, air dan ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara
tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-
besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan
dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia
yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat
dikuasakan kepada daerah-daerah swantara dan masyarakat-
masyarakat hukun adat, sekadar diperlukan dan tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan
peraturan pemerintah.
100
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan tetap menghormati hak yang
kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus
dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat
mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta
daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan
berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada karena pengelolaan
subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain dan pada akhirnya
keterpaduan sebagai ciri utama. Untuk itu perlu adanya suatu kebijakan
baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai
pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana
tata ruang.
101
Salah satu pengejawantahan dari otonomi daerah adalah: provinsi,
setiap orang untuk mengetahui rencana tata ruang; menikmati manfaat ruang
memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
102
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, serta
Negara Indonesia yang beraneka budaya dan adat istiadat ini, memiliki
berbagai kearifan lokal tentang penataan ruang yang hidup dan dihormati oleh
MHA, termasuk MHA Arfak di Kabupaten Manokwari. Oleh karena itu variabel
penataan ruang dalam masyarakat hukum adat yang didasarkan pada nilai-nilai
kearifan lokal merupakan variabel yang perlu dikaji, dianalisis guna dikristalisasi
daerah yang secara nyata masih ada dan hidup dalam komunitas adat.
Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada hal-hal sebagai berikut: (1) proses
dan bentuk penataan ruang masyarakat hukum adat; (2) prinsip-prinsip yang
(4) proses pelibatan masyarakat hukum adat dalam penyusunan Rencana Tata
penataan ruang dan implikasinya terhadap hak ulayat masyarakat hukum adat;
103
Gambar 3 Skema Kerangka Pikir Implikasi Penataan Ruang Terhadap Hak
Ulayat Masyarakat Adat
Perlindungan
UUD 1945 Hak-hak
MHA
Prinsip-prinsip PR
MHA
Pelibatan MHA
RTRW
Mengakomodasi
Prinsip-prinsip PR
MHA & Implikasi
Lembaga Pengawas
RTRW
104
Lampiran: 43. Contoh Format Makalah (Tugas-tugas Mahasiswa)
Lambang dan lain-lain disesuaikan dengan STIE Mah Eisa
Oleh:
Makalah
Dalam Mata kuliah: Teori Hukum,
Dosen : Prof. Dr. RM. Sudikno Mertokusumo, SH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2007
105
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PRAKATA ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. . 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Aliran Dalam Menemukan Hukum oleh Hakim .................... ........... 4
B. Menemukan Hukum suatu Kreativitas seni
dalam Keputusan Hakim ................................................................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 27
B. Saran............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
106
KEPUTUSAN HAKIM DALAM
PERSPEKTIF SENI
Oleh:
Makalah
Dalam Mata kuliah: Teori Hukum,
Dosen : Prof. Dr.R.M. Sudikno Mertokusumo, SH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2007
107
ABSTRAK
Agar kreativitas seni yang digunakan hakim dalam putusannya memiliki kualitas,
maka seyogyanya hakim memperluas cakrawala wawasan dengan pemahaman teori
hukum dan perundang-undangan secara memadai, guna menghindari berbagai
kesalahan penerapan hukum dalam putusannya.
108
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradilan yang bebas dan tidak memihak. Ujud dari output peradilan adalah
keputusan hakim. Hakim memiliki tugas pokok yakni mengadili, memeriksa dan
memutuskan suatu perkara dengan alasan hukumnya tidak jelas atau belum ada.
kewajiban.
hukum baru terasa jika ada sengketa, dan sarana terakhir untuk menyelesaikan
109
kepustakaan hukum upaya penerapan hukum dalam kasus konkret tersebut
disebut sebagai seni. Hal tersebut selaras dengan Will Durant (Suriasumantri,
2001:24-25) yang menyatakan bahwa “Tiap ilmu dimulai dengan Filsafat dan
diakhiri dengan seni”. Disisi lain Apeldoorn (2005:377) menyatakan bahwa hukum
sebagai kesenian hidup adalah primair; takkan ada pergaulan manusia dengan
tiada hukum. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam abad menengah seni rupa
acapkali mengabdi pada hukum: seni lukis dan seni gambar lebih-lebih seni
secara proporsional.
memperoleh pengungkapan dalam seni musik, drama, tari, sajak dan arsitektur, dan
Makna lain dari Seni adalah suatu kegiatan (proses) dan sekaligus juga
sebuah hasil kegiatan (produk). Kedua hal itu dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan (The Liang Gie, 2005:14). Sedangkan pandangan lain menyatakan bahwa
Seni adalah segenap kegiatan budi pikiran seseorang (seniman) yang secara mahir
dari kegiatan itu ialah suatu kebulatan organis dalam sesuatu bentuk tertentu dari
unsur-unsur bersifat
110
ekspresif yang termuat dalam suatu medium inderawi (The Liang Gie, 2005:18). Dari
B. Rumusan Masalah
keputusan hakim pada Badan Peradilan. Di media, terurai jelas bahwa berbagai
C. Tujuan Penulisan
111
BAB II
PEMBAHASAN
”apakah di antara peraturan tesebut dengan fakta konkret yang diperiksa oleh
hakim, masih ada ”sesuatu” atau tidak?” Atau dengan lain kata, yang berlaku di
dalam penyelesaian fakta konkrit yang diadili oleh pengadilan itu, aturan hukum
112
masih sumber hukum yang lain yaitu : kebiasaan, traktat, yurisprudensi,
doktrin, kaidah agama, bahkan nilai-nilai kepatutan yang hidup di dalam
masyarakat. Dalam pandangan kaum non-dogmatik ini, tugas hakim adalah
konkrit yang diperiksanya. Dalam penghubungan antara sumber hukum dan
fakta konkrit itu, kahim melakukan penilaian.
”Setiap peraturan hukum ini bersifat abstrak dan pasif. Abstrak karena
umum sifatnya dan pasif karena tidak akan menimbulkan akibat hukum
kalau tidak terjadi peristiwa konkrit. Peraturan hukum yang abstrak itu
memerlukan rangsangan agar dapat aktif, agar dapat diterapkan pada
peristiwa yang cocok.”
Mula-mula dikenal aliran legis, yang cendrung memandang hakim tidak lain hanya
113
Sekedar terompet undang-undang (bouche de laloi) hukum oleh hakim, yang
konstruksi hukum atau interprestasi. Terakhir muncul lagi aliran realis di Amerika
Serikat dan Skandinavia, yang pada pokoknya memandang hakim tidak sekadar
terhdap putusan hakim, akan tetapi hanya berlaku salah satu unsur
pertimbangan. Selain unsur kaidah hukum itu, putusan hakim juga dipengaruhi
1. Aliran Legis
bahwa : ”Hakim-hakim rakyat tidak lain hanya corong yang mengucapkan teks undang-
114
berjiwa dan tidak manusiawi, para hakim tidak boleh mengubahnya, baik tentang
Juga Rousseau (Achmad Ali, 2002: 133) dalam teori kedaulatan rakyat yang
negara adalah kehendak bersama rakyat, dan kehendak bersama itu diwujudkan
dan sumber hukum, dan hakim tidak boleh melakukan pekerjaan pembuat undang-
undang
lama semakin disadari bahwa undang-undang tidak perna lengkap dan tidak
umum, tidak tertentu pada suatu kasus tertentu. Sifat undang-undang yang
abstrak dan umum itu, menimbulkan kesulitan dalam penerapannya secara ”in-
115
Achmad Sanusi mengeritisi Legisme sebagai berikut:
problem-problem hukum yang muncul, maka pemikiran legis ini mulai ditinggalkan.
Di saat itu kalangan hukum berpendapat bahwa melakukan penemuan hukum oleh
sebagai berikut:
116
”Pada dasarnya setiap orang melakukan penemuan hukum, setiap orang
selalu berhubungan dengan orang lain, hubungan mana diatur oleh hukum
dan setiap orang akan berusaha menemukan hukumnya untuk dirinya
sendiri, yaitu : kewajiban dan wewenang apakah yang dibebaskan oleh
hukum padanya”.
”Penemuan hukum terutama dilakukan oleh hakim dalam memeriksa dan
memutuskan suatu perkara. Penemuan hukum oleh hakim ini dianggap
yang mempunyai wibawa. Ilmuwan hukumpun mengadakan penemuan
hukum. Hanya kalau ahasil penemuan hukum oleh hakim itu adalah
hukum, maka hasil penemuan hukum oleh ilmuwan hukum bukanlah
hukum malaikan ilmu atau doktrin. Sekalipun dihasilkan itu bukanlah
hukum , namun disini digunakan istilah penemuan hukum juga oleh karena
doktrin ini kalau diikuti dan diambil alih oleh hakim dalam putusanya
menjadi hukum. Doktrin bukanlah hukum melaikan sumber hukum”.
putusannya. Tidak ada teks yang jelas, tidak ada teks yang tanpa sifat ambiguitas.
a. Aliran Begriffsjurispudenz
undang itu itu tidak lengkap, namun undang-undang masih dapat menutupi
dan hendaknya tetap dipandang dari sudut dogmatik sebab bagaimanapun hukum
sebagai stu sistem tertutup, dimana pengertian hukum tidaklah teori tentang
teori hukum menjadi Oleh aliran ini, pekerjaan hakim dianggap semata-mata
117
pekerjaan intelek di atas hukum-hukum rasional dan logis. Yang menjadi tujuan
”Di sini hakim mengambil kesimpulan dari adanya premisse mayor, yaitu
Aliran ini menempatkan rasio dan logika pada tempat yang sangat istimewa.
berdasarkan rasio. Jadi kritikan terhadap aliran ini, terutama berpendapat bahwa
agi penganut aliran ini, keadilan dan kemanfaatan hukum bagi warga masyarakat
diabaikan.
“Perhatikan apa yang disimpulkan oleh Mr. Heinsius dari suatu ketentuan
”Toelating en vestigingsbesluit”, Zij op wie de bepalingen Indie gevestigd te
zijn dan na daartoe schriftelijke vergunning te hebben bekomen”, bahwa–
katanya oleh karena peraturan ini tidak juga memuat pengecualian bagi
orang-orang Indonesia, yang sudah turun-temurun berada di sini, maka
siapa saja yang tidak mempunyai izin tertulis untuk menetap di sini, ia
harus dipandang sebagai bukan penduduk Indonesia. Atau putusan
Hogeraad 18 Juni 1910 berkenan dengan kekuasaan orang tua dan
perwalian yang sifatnya utuh dan tidak dapat dipecah-pecah, sehingga–
katanya–seorang bapa atau ibu yang sesudah berlangsung perceraian tidak
diserahi hak perwalian, tidak berhak untuk melihat anak-anaknya atau
untuk bergaul dengan mereka. Atau Putusan Hogeraad 17 Desember 1909
juga, tatkala menolak adanya hak waris bagi „Vereniging tot uitbreiding der
Museum te Haarlem‟, dari seorang Druyvestein, berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan, bahwa tatkala orang yang membuat wasiat itu meninggal (2
118
April 1905), vereniging tersebut – karena pengurusnya lupa meminta
pengakuan yang baru – harus dianggap belum ada sebagai badan hukum
sebab pengakuan lama sudah berakhir pada tanggal 31 Mei 1904”(Achmad
Ali, 2002:138).
luasnya untuk melakukan “penemuan hukum”, dalam arti kata bukan sekedar
kemanfaatan masyarakat. Dikaitkan dengan teori tujuan hukum, maka jelas aliran
pada ukuran dari keyakinan hakim (overtuiging), di mana kedudukan hakim bebas
hakim adalah manusia biasa yang takkan mungkin terlepas dari berbagai
keluarga dan sebagainya. Faktor subjektif yang ada pada diri hakim sebagai
hakim.
mengemuakan bahwa:
119
”Aliran ini sangatlah berlebih-lebihan karena berpendapat bahwa hakim
boleh menyimpang”.
fungsi hakim”.
”freies Ermesson”. Aliran ini tidak setuju jika hakim diberi ”freies Ermessen”.
Namunpun demikian, aliran ini tetap mengakui bahwa hakim tidak hanya sekedar
perasaan dan kebutuhan hukum warga masyarakat serta kesadaran hukum warga
masyarakat. Aliran ini menolak adanya kebebasan (vrijbrief) dari hakim seperti yang
diinginkan Freirechtsschule.
120
Hamaker dalam karangannya: Het rechten en de maatschappij danjuga Recht,
putusannya sesuai dengan kesadaran hukum dan perasaan hukum yang sedang
Hymans (dalam karangannya: Het recht der werkelijkheid), hanya putusan hakim
yang sesuai dengan kesadaran hukum dan kebutuhan hukum warga masyarakatnya
yang merupakan ”hukum dalam makna sebenarnya” (het recht der werkelijkheid).
Olehnya itu, penganut aliran ini sangat menekankan betapa perlunya para hakim
memiliki wawasan pengetahuan yang luas, bukan sekedar ilmu hukum dogmatik
belaka, tetapi seyogianya juga mendalammi ilmu-ilmu sosial lain seperti: sosiologi,
Seorang hakim seyogianya adalah orang yang memiliki wawasan ilmu dan
memperoleh hakim yang berkualitas semacam itu, banyak ditentukan pula oleh
“proses rekrutmen” calon hakim. Seyogianya yang diterima sebagai calon hakim
mentalitas yang cukup baik. (Achmad Ali, 2002:146). Peningkatan kualitas bagi
para hakim sendiri juga harus senantiasa dilakukan, baik dengan penataran atau
121
neueren Amerik. Theorien der Rechtssoziologie und des Rechtsrealismus), dan G.
merupakan salah satu pecahan dari Freirechtslehre, dan pecahan lainnya adalah
Akhirnya semua aliran yang terdahulu dianggap berat sebelah oleh Prof. Paul
dalam bukunya yang berjudul: Mr. C. Asser‟s Handleiding Tot De Beoefening van Het
Ali, 2002:141).
Bagi Scholten, hukum merupakan satu sistem, yang berarti semua aturan
saling berkaitan, aturan-aturan itu dapat disusun secara mantik, dan untuk yang
bersifat khusus dapat dicarikan aturan-aturan umumnya, sehingga tiba pada asas-
asasnya. Namun tidaklah berarti bahwa hakim hanya bekerja secara mantik
semata-mata. Hakim juga harus bekerja atas dasar penilaian, dan hasil dari
penilaian itu menciptakan sesuatu yang baru. Paul Scholten melihat bahwa sistem
hukum itu logis, tetapi tidak tertutup. Inilah ajarannya yang disebut open systeem
van het recht. Sistem hukum itu tidak statis, karena sistem hukum itu
122
senantiasa menambah luasnya sistem hukum tersebut. Karena itu lebih tepat jika
kita menyatakan bahwa sistem hukum itu sifatnya terbuka (Achmad Ali, 2002:141).
Paul Scholten melihat bahwa penilaian hakim itu dilakukan dalam wujud
primer, sedangkan hakim mempunyai ”keadaan terikat” pada yang lebih primer itu.
Stufenbau des Rechts baik dari A. Merki maupun Hans Kelsen. Mirip tetapi tidak
sama pada segi lainnya. Menurut Pitlo, Scholten menekankan setiap pengucapan
Inleiding in het Nederlandse Recht, hal. 98), Sudikno menuliskan bahwa yang
maka penemuan hukum yang heteronom ini tidak lain merupakan penerapan
undang-undang yang terjadi secara logis terpaksa sebagai silogisme (Achmad Ali,
otonom ini hakim memutus menurut apresiasi pribadi. Di sini hakim menjalankan
materiil yuridis, di Jerman dipertahankan oleh Oskar Bullow dan Eugen Ehrlich. Di
Prancis pandangan baru ini dikembangkan oleh Francois Geny. Dalam hal ini, Geny
hukum dan terhadap fiksi bahwa undang-undang berisi hukum yang berlaku. Di
Amerika Serikat Oliver Wendel Holmes dan Jerome Frank menentang pendapat
bahwa hukum yang ada itu lengkap yang dapat dijadikan sumber bagi hakim untuk
persoalan logika dan penggunaan pikiran yang tepat saja, tetapi lebih merupakan
pemberian bentuk yuridis kepada asas-asas hukum materiil yang menurut sifatnya
tidak logis dan lebih mendasar pada pengalaman dan penilaian yuridis dari pada
dan terpaksa mencari kelengkapanny dalam praktik hukum dari hakim Tetapi
Sudikno sendiri berpendapat bahwa: ”Tidak ada batasnya yang tajam antara
1. Menemukan Hukum
124
Seni dalam putusan hakim bermula dari kegiatan penemuan hukum.
Namun
pertanyaan teoretis adalah apakah hakim selalu melakukan penemuan hukum? Ada
dua pandangan yang berbeda untuk menjawab, apakah hakim selalu melakukan
penemuan hukum atau tidak? Kedua pendapat itu masing-masing (Achmad Ali,
2002 :145) adalah: 1). Penganut Doktrin ”Sens-clair (la doctrine du sensclair)
Penganut aliran ini berpendapat bahwa ”penemuan hukum oleh hakim” hanya
dibutuhkan jika:
Menurut penganut pandangan ini, di luar dari keadaan pada dua hal di atas,
menimbulkan keraguan;
hari maka dapat dianggap, semua istilah yang tidak ditentukan oleh
125
sejelas-jelasnya. Kekaburan teks harus dihindari, demikian pula jangan
Prof. Mr. Pitlo (Achmad Ali, 2002:147) antara lain mengemukakan bahwa
yang dilakukan dengan dirinya sendiri, di mana berbicara dengan diri sendiri
”saya tahu, tetapi saya tidak dapat mengatakannya dengan baik”‟ adalah
tahu, berarti ia telah menjelaskan pada dirinya sendiri dengan kata -kata.
Jadi tepatlah kalau kita tiba pada kesimpulan bahwa bahasa senantiasa
terlalu miskin bagi pikiran manusia yang sangat bernuansa. Satu kata sering
seseorang itu ”miskin”? 1001 arti bisa muncul. Apakah ”miskin secara
secara ekonomis”? Apa kriteria ”miskin secara akhlak ”? Apa kriteria ”miskin
dilakukan terhadap diri sendiri, karena sering kita mengakui bahwa kita,
diluar kesadaran, telah menggunakan satu kata untuk menyatakan lebih dari
satu pengertian, sehingga pikiran kita tetap saja keruh. Belum lagi kalau kita
pikiran kita kepada orang lain yang mungkin memberi nilai pada kata yang
oleh pembicara atau penulis. Hal ini penulis sering saksikan bahkan alami
2002:145).
eksistensi bahasa ini, bahwa pikiran kita jauh lebih bernuansa dari pada
bahasa. Bahasa adalah alat bantu utama untuk menggambarkan pikiran kita
sebab berpikir tidak lain adalah pembicaraan yang kita lakukan dengan diri
kita. Siapa yang merasa tidak puas dengan gagasan-gagasan yang masih
tidak akan berhenti sebelum ia tiba pada fomulasi kata-kata yang setajam
mungkin. Olehnya itu, Pitlo memandang bahwa bahasa bukan sekadar sarana
undang dan teks undang-undang sama dengan hubungan antara pikiran kita
itu teks itu tidak mungkin sempurna dan mampu menampung seluruh
konteks. Olehnya itu tidak pernah penafsiran itu tidak dilakukan. Semua
127
pembacaan dan semua cara mendengarkan kata-kata yang diucapkan,
Seorang yang jujur akan berusaha untuk melakukan kegiatan penafsiran itu
kemerdekaan Belanda melawan Kerajaan Spanyol pada abad ke-16. ada yang
Keputusan hakim adalah seni, berkaitan erat dengan tugas hakim yang
fakta hukum. Berkenaan dengan tugas hakim, Sudikno Mertokusumo (1993: 91-92)
Proses penemuan hukum oleh hakim dimulai pada tahap kualifikasi dan
hukum yang tersedia. Dalam hal ini tidak menganut pandangan legisme yang hanya
128
menerima undang-undang saja sebagai satunya-satunya hukum dan sumber
doktrin, hukum agama, dan bahkan keyakinan hukum yang dianut oleh
”My duty as judge say be to objectify in law, not my own aspirations and
convictions and philosophies, but the aspirations and convictions and philosophies
of the men and women of my time. Hardly shall I do this well if my own
symphathies and beliefs and passionate devotions are with a time that is past”.
aspirasi, pendirian dan falsafah warga masyarakat pada waktu dan di mana putusan itu
keyakinan hakim semata, melainkan harus dapat diterima umum, yakni sesuai dengan
living law. Di Republik ini banyak Putusan Hakim yang kontroversial. Misalnya
bandingkan vonis Tomy Soeharto dengan Maulawarman dan Noval Hadad. Mereka yang
hanya jadi eksekutor di ”lapangan”, diganjar pidana penjara seumur hidup oleh hakim
yang sama. Mengapa Tommy Soeharto yang kejahatannya berakumulasi, hanya diganjar
pembalakan liar.
Dalam memilih putusan mana yang akan dijatuhkan yang penting bukan
penting menurut Apeldoorn ialah justru setelah putusan itu dijatuhkan yaitu dapat
129
tidaknya putusan yang akan dijatuhkan itu diterima, baik menurut persyaratan
pandangan pribadi hakim tentang pertanyaan putusan mana yang paling dapat diterima
terutama oleh para pihak yang bersangkutan dan oleh masyarakat. (Sudikno
Mertokusumo, 1996:91).
pernyataan hakim Amirudin Zakaria yang termuat dalam harian nasional sebagai
berikut:
Zakaria ”gampang dipahami”, justru menjadi ”sulit dipahami” jika kita bercermin
pada ”rasa keadilan masyarakat” dan ”logika hukum”. Dan justru sebaliknya,
teramat sangat tidak setimpal. Andaikata pemikiran Hakim Amiruddin Zakaria itu
juga merupakan pemikiran para hakim lain yang mengadili kasus-kasus korupsi
”kelas kakap”, nicaya para koruptor ”kelas kakap” yang tentunya adalah ”tokoh-
tokoh masyarakat” akan tertawa terbahak-bahak, karena hanya akan divonis lebih
ringan dari pada satu minggu kurungan, karena kalau sudah satu minggu
130
kurungan, sudah sangat berat. Dan bersiap-siaplah para pencuri ayam dan para
”falsafah” diatas adalah memang teramat pantas untuk mereka. Dan jika pemikiran
seperti itu juga menulari para hakim lain yang menangani kasus-kasus ”korupsi
kelas kakap”, niscaya hanya kesia-sialah setiap hari segala pidato mengenai
Lebih lanjut dinyatakan bahwa: Kalau ”wabah pandangan keliru” seperti yang
telah menjangkiti semua penegak hukum itu, niscaya meskipun penguasa silih
berganti, tetapi penegakan hukum di Indonesia pasti akan semakin terpuruk. Dan
jangan lupa, suka atau tidak suka, keterpurukan hukum membawa dampak
Semaksimal apapun yang diupayakan dalam sektor ekonomi oleh para pakar
ekonomi kita, toh akan sia-sia saja. Kalau filosofi Hakim Amiruddin Zakaria yang
”Laws are spider webs; they hold the weak and delicate who are caugh in
their meshes, but are torn in pieces by the rich and powerful” (Hukum adalah
jaringan laba-laba, yang hanya mampu menjerat yang lemah, tetapi akan robek
sendiri. Hal ini selaras dengan apa yang pernah dikemukakan oleh hakim terkenal
dari Amerika Serikat, Cardozo (dalam karangannya yang termasyhur: The Nature of
judicial process) bahwa: ”The law which is resulting product is not found but made.
umumnya hakim akan memberi titik berat terhadap salah satu unsur. Dalam hal
secara otonom, karena ia bukan ”le bouche de la lois” (hakim adalah corong UU),
melainkan juga ”la bouche de la societe” (hakim adalah corong masyarakat). Idee
des recht tersebut merupakan teori yang di kemukakan oleh Gustav Radbruch
keseimbangan antara ketiga unsur itu, merupakan seni tersendiri bagi hakim,
132
apakah lebih memperhatikan unsur keadilan atau yang lain. Oleh karena itu
hukum, namun hasil putusannya bukan sebagai ilmu tetapi sebagaai hukum dan
seperti latar belakang, pendidikan, dan lain-lain yang menurut Satjipto Rahardjo
133
BAB III
A. Kesimpulan
Kreativitas hakim dalam menerapkan hukum dan tujuan hukum dalam suatu kasus
seni yang didasarkan pada ilmu hukum, dengan demikian putusan hakim itu adalah
B. Saran
Agar kreativitas seni yang digunakan hakim dalam putusannya memiliki kualitas, maka
134
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali, 1999. Pengadilan dan Masyarakat. Hasanuddin University Press. Ujung
Pandang.
-------------, 2002 Menguak Tabir Hukum (Suatu kajian Filosofis dan sosiologi) PT
Toko Gunung Agung, Jakarta.
Achmad Sanusi. 1977. Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia.
Tarsito, Bandung.
Sudikno Mertokusumo dan Pitlo, 1993 Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya
Bakti.
--------------, 2007. Teori dan Politik Hukum (Catatan kuliah, pada magister hukum
perdata 2007/2008) UGM Yogyakarta..
Suriasumantri, Jujun. 2001. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
The Liang Gie. 2005. Filsafat Seni, Suatu Pengantar. PUBIB, Yogyakarta.
135
Lampiran 44: Petunjuk Penulisan Jurnal Patriot
Daniel Balubun, SH
Dr. George Frans Wanma, SH.,MH
Budiman, ST.M.M.
Dr. Rustan, SH.,M.H.
PERSYARATAN NASKAH
Jurnal Ilmu Hukum dan Agraria Terbit setiap semester
136
4. Setiap kutipan harus dinyatakan sumbernya secara tegas dengan
meletakan dalam tanda kurung(bodynote: memuat nama pengarang, tahun
dan halaman), serta tidak menggunakan bentuk pengutipan lainnya
(footnote atau endnote).
5. Setiap naskah harus dilengkapi dengan abstrak dalam bahasa indonesia
dan dapat pula berbahasa inggris. Abstrak maksimal 60 kata, disertai Kata
Kunci (Key Word).
6. Setiap naskah dilengkapi dengan Daftar Pustaka terdiri dari nama
pengarang, tahun terbit, judul, nama penerbit dan tempat/kota terbit.
7. Setiap naskah dilampiri dengan riwayat singkat penulis.
8. penyunting dapat melakukan penyuntingan setiap naskah sebelum dimuat
tanpa mengubah substansi naskah.
9. Karya yang karena sesuatu hal dipertimbangkan dan tidak memenuhi
persyaratan untuk dimuat, maka naskah tersebut dapat diambil kembali
melalui pengelola.
Setiap naskah dapat diantar langsung atau dikirim ke Redaksi. Alamat
Kantor STIE Mah Eisa Manokwari, Jl Simponi Wirsi Nomor 11 Manokwari
Tlp/Fax (0986) 212756 HP. 081344954555
137
PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
LAUT DAN PESISIR
Roberth K.R. Hammar, George Frans Wanma
ABSTRAK
Pencemaran lingkungan laut dan pesisir sangat sensitif karena
berdampak ekologis. Akibat pencemaran akan membawa kerugian
yang tak terbilang banyaknya, karena selain menyangkut hewan
dan tumbuhan yang berada dalam kawasan laut dan pesisir, juga
manusia yang selama ini menggantungkan hidupnya pada laut
dan pesisir, bahkan seluruh umat manusia.
I. PENDAHULUAN
Dalam daerah pantai dan daerah laut dangkal terdapat mayoritas dari
segala kehidupan laut, sedangkan dalam daerah samudera dalam yang gelap
terus menerus tidak terdapat cukup cahaya untuk mendukung tumbuhnya
rumput laut, yakni tumbuh-tumbuhan hijau bersel satu yang dengan sinar
138
matahari mampu membentuk gula dan tepung, dan merupakan dasar dari
piramida makanan di samudera.
Seyogyanya kekayaan alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang terdapat di laut dan pesisir harus dijaga, dilestarikan, dan tetap terjaga
kualitas lingkungannya. Namun realitas menunjukkan bahwa akibat aktivitas
manusia menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan laut dan pesisir, yang
berdampak pada menurunya kualitas lingkungan maupun terancamnya
kelestarian sumberdaya alam laut dan pesisir. Pencemaran tersebut terjadi
bukan saja akibat eksploitasi yang berlebihan, tetapi juga akibat pencemaran
yang datang dari darat maupun laut.
Oleh karena itu upaya pengendalian pencemaran lingkungan laut dan
pesisir, merupakan suatu kemutlakan, guna menyelamatkan laut dan pesisir
beserta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dan sekaligus dapat
dimanfaatkan guna mensejahterakan masyarakat bangsa dan negara Indonesia
tercinta ini.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dianalisis dalam
tulisan ini adalah Bagaimana pengendaliaan pencemaran lingkungan laut dan
pesisir di negara Republik Indonesia.
139
b. Hutan Mangrove
c. Terumbu karang
140
Pemanfaatan sumberdaya alam di Republik ini mengacu pada Undang-
Undang Dasar 1945, pada Pembukaan alinia keempat dinyatakan bahwa Negara
melindungi segenap bangsa Indoneasia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Kemudia pada pasal 33 ayat 3 yaitu bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan didpergunakan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Landasan operasional (Tap MPR No. IV/MPR/99 tentang GBHN) yang
menghendaki agar sumber daya alam dipergunakan sebesar-besar kemakmuran
rakyat dengan memperhatikan keseimbangan antara kemakmuran lahiriah dan
kepuasan batiniah. Khusus yang berkenaan dengan lingkungan hidup
dinyatakan bahwa kelestarian fungsi lingkungan hidup menjadi pertimbangan
dalam pembangunan yang berkesinambungan dan berlanjut.
Sebagai implementasi berbagai kebijakan pembangunan yang
berwawasan lingkungan, maka ditetapkanlah Undang-Undang No. 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pasal-pasal yang berkenaan dengan penulisan ini sebagai berikut:
- Dalam pasal 5 ayat (1) setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
- Pasal 6 ayat (1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menaggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
- Pasal 9 ayat (1) pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang
pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap
memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat.
- Pasal 8 ayat (1) sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya
ditentukan oleh pemerintah. Pada ayat (2) dinyatakan bahwa Pemerintah:
a. mengatur daan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup;
b. mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan
hidup, dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber daya
genetika;
c. mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau
subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam
dan sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika;
d. mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
e. mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di dalam Undang Undang No. 5 Tahun 1994 tentang Perindustrian,
pada pasal 9 ayat (4) dinyatakan bahwa pencegahan timbulnya kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup, serta pengamanan terhadap keseimbangan dan
kelestarian sumber daya alam. Sedangkan pada pasal 21 dinyatakan bahwa
perusakan mempunyai kewajiban melaksanakan upaya keseimbangan dan
kelestarian sumber daya alam serta mencegah timbulnya kerusakan dan
pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang
dilakukan.
Menurut Rachmat dkk (1999:163) pada prinsipnya ketentuan
pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan ini berlaku bagi setiap
orang ( UU No. 23/1997, Pasal 6 ayat 1), dan bagi setiap bidang usaha (UU
No.23/1997, Pasal 6 ayat 2), termasuk golongan ekonomi lemah. Namun
141
mengingat kondisi dan kendala yang dimiliki serta fungsi strategis usaha
golongan ekonomi lemah maka kewajiban tersebut dikecualikan untuk jenis
industri tertentu dalam kelompok industri kecil. (Undang-Undang No. 5/1984.
Pasal 21 ayat 3). Selanjutnya dinyatakan bahwa Pemerintah berkewajiban
membina dan membantu usaha golongan ekonomi lemah dalam mengendalikan
kerusakan dan pencemaran lingkungan yanag diakibatkan oleh kegiatan
usahanya.
VI. PENUTUP
146
DAFTAR PUSTAKA
Likadja F.E dan Bessie D.F. 1988. Hukum Laut dan Undang-Undang Perikanan.
Ghalia Indnesia.
Manuputy,A.P.1995. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Laut dari
Kapal di perairan Indonesia. Majalah Hukum Amanna Gappa No.
VI/Tahun IV/Juli 1995.
Ohorela,H.M.G. 1995. Sasi Laut atau Sasi Pelabuhan di daerah Maluku Tengah.
Majalah Huku Amanna Gappa No. VI/Tahun IV/Juli 1995.
Prartono,T. 1999. Pencemaran di Pantai Timur Sumatera Bagian Utara: Satus
dan Permasalahannya. Dalam Bengen,D.A. dan Amiruddin. Prosiding
Konperensi Nasional I Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan Indon esia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor.
Rahmadhani,G. 1999. Pencemaran Lingkungan Laut Indonesia. Dalam
Bengen,D.A. dan Amiruddin. Prosiding Konperensi Nasional I
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indon esia. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Rahmat, B . dkk. 1999. Pencemaran Lingkungan Laut dan Pesisir: Permasalahan
dasn Pengendaliannya. Dalam Bengen,D.A. dan Amiruddin. Prosiding
Konperensi Nasional I Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Indon esia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut
Pertanian Bogor.
Soekanto,S. 1993. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
147
Lampiran 44: Jurnal Ilmiah
PRINSIP-PRINSIP FIDUSIA
SEBAGAI JAMINAN KEBERADAAN DALAM AR-RAHN
BERDASARKAN HUKUM ISLAM
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
Rasulullah. SAW telah menjaminkan (sic) baju besi kepada seorang Yahudi
di Medinah, sewaktu beliau mengutang sya'ir (gandum) dari seorang Yahudi untuk
ahli rumah beliau. (riwayat Ahmad, Bukhari, Nasai dan Ibnu Majah).
Sumber Jaminan Rahn adalah Al-Qur'an, Hadits Nabi dan Ijtihad. Firman
Allah : Tiap-tiap diri tanggungjawab atas apa yang diperbuatnya (Surat A1
Muddassir, Q.S. 74 ayat 38). Sedangkan beberapa cobtoh dalam hadits
diriwayatkan antara lain oleh Bukhari : Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah
membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan baju besi (H.R.
Bukhari No. 1927 Kitab A1 Buyu, dan Muslim). Dari Anas r.a., Rasulullah
mengadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Medinah dan mengambil
darinya gandum untuk keluarga beliau (H.R. Bukhari No.1927 Kitab Al-Buyu,-
Ahmad, Nasa'I dan Ibnu Majah). Abu Hurairah r.a., bahwasannya Rasulullah
berkata, barang yang digadaikan itu tidak boleh di tutup dari pemilik yang
mengadaikan. Baginya adalah keuntungan dan tanggungjawabnya bila ada
kerugian (atau biaya) (H.R. Syafi'I dan Daruguthi).
Berdasarkan ijtihad, para ulama bersepakat bahwa gadai diperbolehkan.
Juga jumhur berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu tidak
berpergian, sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW yang menjaminkan baju
besinya kepada seorang Yahudi ketika beliau menetap di Mekah dan juga pada
waktu berpergian serta melihat pada kebiasaan Rasulullah. Demikian juga
didasarkan pada Surat AlBaqarah ayat 283 tersebut di atas.
Menurut M. Syafi' i Antonio, rukun Rahn nada 5 yaitu Rahn ( yang
mengadaikan), Murtahin ( yang menerima gadai ), Marhun/Rahn ( barang yang
digadaikan), sighat (ijab dan Kabul) dan Marhun bih. (M.Syafi'i Antonio, 1999:
214)
Agar Rahn itu sah, maka setiap komponen harus memenuhi syarat-syarat
tertentu yaitu Rahn dan Murtahin, para pihak harus memenuhi syarat berakal
dan dapat membedakan (memilih). Akad yang dilakukan orang gila, orang mabuk
atau anak kecil adalah tidak sah. Demikian juga para pihak telah dewasa, jadi
anak yang masih di bawah umur dinyatakan tidak cakap untuk bertindak dalam
hukum (An Nissa ayat 6):
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin,
kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara
harta) maka serahkan kepada mereka hartanya. (Al Qur'an dan terjemahannya,
2000: 166).
154
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri Fidusia terdapat
dalam Rahn khususnya mengenai penguasaan benda yang dalam praktek
adakalanya diserahkan kepada pemegang Gadai sekaligus dapat dimanfaatkan
olehnya, tetapi adakalanya tetap dipegang oleh Pemberi Gadai untuk di
manfaatkan sendiri. Hal ini disebabkan jika barang jaminan seperti inventaris,
mesin-mesin pabrik, mobil dan lain-lain ditahan oleh penerima Gadai dan tidak
digunakan, maka kemungknan akan berkarat dan cepat rusak. Keadaan
demikian dapat mempersulit pemberi Gadai dalam membayar hutangnya karena
barang gadai seyoginya dapat digunakan oleh Pemberi Gadai untuk menjalankan
usahanya, telah diserahkan penguasaannya kepada penerima Gadai. Oleh
karena itu alangkah baik jika barang-barang jaminan tetap di pegang pemberi
Gadai untuk digunakan dalam kegiatan usahanya sehingga hutang pemberi
Gadai pada pemegang Gadai dapat secepatnya dilunasi.
Para ulama Fikh dalam hat ini sepakat bahwa barang yang dijadikan
jaminan itu tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa menghasilkan sesuaitu sama
sekali karena tindakan tersebut merupakan perbuatan menyia-nyiakan harta
yang dilarang oleh Rasulullah SAW (H.R. Tarmizi), (Sutan Remi Syahdeini, 1999 :
82) Konsep Fidusia dengan salah satu asas muamalat yaitu asas manfaat.
Di samping prinsip dasar Jaminan Fidusia yang ada di dalam Jaminan Rahn,
teryata terkandung persamaan prinsip lainnya antara Fidusia dan Rahn di
samping perbedaan-perbedaannya. Persamaan-persamaan tersebut antara lain,
baik Jaminan Fidusia maupun Jaminan Rahn sama-sama merupakan perjanjian
yang bersifat accessoir yaitu ikutan atau tambahan dari perjanjian pokoknya.
Juga pada kedua perjanjian itu jika debitur wanprestasi atau ingkar jani dalam
membayar hutangnya, maka benda yang dijaminkan tidak boleh dijadikan milik
penerima Fidusia atau ArRahn dan jika ada sisa dari hasil penjualan barang
jaminan setelah dipotong hutang debitur kepada kreditur, maka sisanya itu
harus dikembalikan kepada debitur atau pemilik barang. Jadi seperti halnya
pada Fidusia dalam Rahn seandainya Rahin (pemberi gadai) tidak dapat
membayar hutangnya, maka Murtahin (penerima gadai) tidak boleh menyita
barang yang dijaminkan untuk dimiliki sendiri, sebab dalam perjanjian Rahn
tidaklah berarti terjadi perpindahan hak atas benda yang dijaminkan; tegasnya
barang itu hanya sekedar jaminan pembayaran dari Rahin, (Chairuman
Pasaribu, 1994: 142-143).
Kemudian, baik daiam Fidusia maupun Ar-Rahn, pada dasarnya
perjanjian jaminan merupakan perjanjian dua pihak yaitu antara debitur sebagai
pemberi jaminan dan kreditur sebagai penerima jaminan meskipun dalam
praktek/ pelaksanaannya dapat terjadi perjanjian tiga pihak yaitu antara debitur
(orang yang berutang), kreditur (orang yang berpiutang/penerima jaminan) dan
pemberi jaminan yaitu pemilik benda yang dijaminkan yang bersedia benda
miliknya dijadikan jaminan hutang oleh debitur.
Adapun mengenai perbedaan antara Jaminan Fidusia dan Ar-Rahn menyangkut
antara lain, subyek dan obyeknya. Dalam perjanjian Jaminan Fidusia para pihak
haruslah sudah dewasa yang berdasarkan KUH. Perdata diisyaratkan telah
berusia 21 tahun atau belum 21 tahun tetapi sudah menikah (Pasal 330 ayat
(1)KUH.Perdata); sedangkan subyek Jaminan Rahn telah berumur 15 tahun atau
di bawah 15 tahun, belum, belum menikah, tetapi sudah mengalami mimpi
basah bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan sedangkan obyek menurut
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminnan Fidusia. Dapat
berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dijadikan obyek Hak Tanggungan (Pasal 1 angka 2 UUF). Sementara itu
155
dalam Hukum Islam, obyek jaminan Rahn adalah benda bergerak maupun
benda tidak bergerak.
Mengenai pemanfaatan barang jaminan, dalam Jaminan Fidusia
hanya dapat dimanfaatkan oleh pemberi jaminan, sedangkan dalam Rahn
pemanfaatannya dapat dilakukan baik oleh si pemberi jaminan ataupun oleh si
penerima jaminan dengan syarat siapa yang akan menggunakan barang
jaminan, harus mendapat izin terlebih dahulu dari pihak lainnya.
Untuk hutang yang dijaminkan, dalam Jaminan Fidusia, jumlahnya setiap saat
dapat berubah-ubah karena hutang piutang menurut KUH. Perdata menganut
sistem bunga artinya nilai bunga setiap waktu dapat berubah sehingga
mengakibatkan besarnya hutang pun dapat berubah. Sedangkan pada Rahn,
hutang yang dijaminkan dengan jaminan Rahn sejak awal perjanjian sampai
dengan jatuh tempo pembayaran, jumlahnya tidak berubah artinya nilainya
harus tetap.
Selain itu, kedudukan kreditur dalam Jmainan Fidusia adalah didahulukan atau
diutamakan (droit de preference) dari kreditur-kreditur lainnya dalam hal
pelunasan piutangnya (Pasal 27 UUF); sementara dalam Ar-Rahn tidak ada
pengaturan demikian. Agar diketahui umum, Jamina Fidusia wajib didaftarkan
di Kantor Pendaftaran Fidusia dan lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia (Pasal 11 dan 14 ayat (3)
UUF). Dalam Rahn tidak ada ketentuan tentang kewajiban mendaftarkan barang
yang dijaminkan, cukup dibuat perjanjian dalam bentuk tertulis baik dengan
akta notaris maupun di bawah tangan. Selanjutnya berdasarkan Pasal 10 UUF,
kecuali diperjanjikan lain, Jaminan Fidusia meliputi hasil dari benda yang
menjadi obyek jaminan Fidusia. Sedangkan dalam Rahn, hasil dari benda
jaminan yang bentuknya terpisah dari benda jaminan, tidak termasuk dalam
benda yang dijaminkan; dan jika hasil dari benda yang dijaminkan bentuknya
tidak terpisah dan benda jaminan, maka termasuk dari benda yang dijaminkan.
Dalam hal pemberi Fidusia (debitur) cidera janji, menurut Pasa129 UUF,
eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu, (a) pelaksanaan title eksekutorial oleh penerima
Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) UUF:
Sedangkan
(b) penjualan benda jaminan oleh penerima Fidusia atas kekuasaan sendiri
melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan; (c) penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan pemberi dan penerima Fidusia jika dengan cara demikian dapat
diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Sedangkan dalam
Rahn, yang berhak menjual benda yang dijaminkan adalah penggadai (Rahin);
156
dan jika Rahin tidak mau membayar hutangnya atau tidak mau menjual barang
yang dijaminkan untuk membayar hutang, maka penerima Gadai (Murtahin)
dapat Hakim untuk memaksa Rahin membayar hutangnya atau menjual benda
yang dijaminkan.
III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku-Buku (Teks)
Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum. Jakarta :
Tazkia Institute, 1999.
,Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta : Tazkia
Institute, 1999.
Arifin Zainul. Memahami Bank Syariah. Lingkup, Peluang, Tantangan Dan
Prospek. Cet.I. Jakarta: Alvabe, Maret 2008.
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum
Indonesia. Cet. V. Jakarta: Raja Grafindo Rajawali, 1996.
Aziz, M. Amin. Mengembangkan Bank Islam di Indonesia. Buku I dan II Cet. II.
Jakarta: Penerbit Bangkit, 1992.
Badrulzaman, Mariam Darus. Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan
Fiducia. Cet. IV. Bandung : Alumni, 1987
Hamzah, A; dan Senjum Manullang. Lembaga Fiducia dan Penerapannya di
Indonesia. Cet. I. Jakarta: Ind Hill-Co, 1987
Hasbullah, Frieda Husni. Hukum Kebendaan Perdata. Hak-Hak Yang Memberi
Jaminan. Jilid, II. Cet. II. Jakarta: Ind Hill-Co, 2005
Oie, Hoey Tiong. Fidusia Sebagai Jaminan Unsur Perikatan. Cet. II. Jakarta :
Galia Indonesia, 1985.
157
Muslehudin, Muhamrnad. Sistem Perbankan Dalam Islam. Cet. 2. Jakarta :
Rineka Cipta, 1994
Pasaribu; Chairuman dan Suhrawadi K. Lubis. Hukum Perjanjian Dalam Islam.
Cet. I. Jakarta: Sinar Grafika, 1994.
Perwataatmadja; Karnaen A dan M. Syafi'I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank
Islam. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1999
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf.
Rasyid, Sulaiman. Figh Islam. Cet. 27. Bandung : Sinar Baru Agensindo, 1994
Syahdeini, Sutan REMI, Perbaikan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta: Grafiti, 1999.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. Beberapa Masalah Lembaga Jaminan Khususnya
Fiducia Di Dalam Praktek dan Perkembangannya Di Indonesia.
Yogyakarta : Liberty, 1977.
Sabiq, Sayid. Fikih Sunnah; Jilid 12 dan 13. Terjemahan Kahar Mansyur. Jakarta
: Kalam Mulia, 1991.
158
Lampiran 45: Bahan bacaan
TEKNIK PENGUTIPAN
UNTUK SKRIPSI DAN JURNAL
Buku atau karya yang dikutip dalam kutipan harus ditulis dalam daftar rujukan.
1. Kutipan Langsung
(1) Kutipan yang berisi empat puluh kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip
dan terpisah dari teks yang mendahului. Kutipan tersebut ditulis sekitar
1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan teks halaman. Penulisan
teks kutipan menggunakan spasi tunggal.
159
Contoh:
Dalam penelitian ini terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
motif berkuasa antara remaja yang tinggal di kotamadya, di kota
kabupaten, dan di desa. Jadi, hipotesis yang dikemukakan penulis
terbukti. Akan tetapi, sebetulnya yang dimaksud oleh penulis tidak hanya
sama tingginya, tetapi sama tinggi pada skala tingkat atas.
Menurut hasil penelitian ini, motif berkuasa remaja Jawa sama tinggi,
tetapi pada skala tingkat bawah karena motif berkuasa pada semua
kelompok tersebut di bawah rerata total. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa motif berkuasa remaja Jawa yang diteliti adalah rendah.
(2) Kutipan yang memuat kurang dari empat puluh kata ditulis di antara
tanda kutip yang terpadu dengan teks, kemudian diikuti nama
pengarang, tahun, dan nomor halaman. Nama pengarang dapat terpadu
dengan teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman yang
ditempatkan dalam tanda kurung. Jika terdapat tanda kutip dalam
kutipan, dipergunakan tanda kutip tunggal („…‟).
Nama pengarang bahan kutipan dapat ditulis terpadu dalam teks atau
ditulis dalam kurung bersama tahun penerbitannya.
Lebih lengkap dan lebih baik hasilnya jika nomor halaman disebutkan juga.
Uraian di bawah ini dapat dicermati.
Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan, perlu dibuat lebih dahulu
pengantar kalimat yang relevan, kemudian nama akhir pengarang,
tahun terbit, tanda titik dua, dan nomor halaman di dalam tanda
kurung.
Contoh:
160
(2) Jika nama pengarang ditempatkan setelah kutipan
Contoh:
Ideologi adalah sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta
atau kebenaran oleh kelompok tertentu (Sargent, 1987:2)
Contoh:
(4) Jika sebuah kutipan diambil dari dua buku rujukan atau lebih karena
isinya kurang lebih sama, di antara sumber rujukan ditulis tanda titik
koma (;).
Contoh:
(5) Jika sebuah kutipan diambil dari dua buku rujukan atau lebih karena
isinya kurang lebih sama, di antara sumber rujukan ditulis tanda titik
koma (;).
161
Contoh:
Isi catatan kaki ditulis turun setengah spasi dari nomor catatan kaki
dan ditulis dengan jarak antarbaris satu spasi. Jarak antara dua nomor
catatan kaki adalah dua spasi.
(Pada karya ilmiah yang terdiri atas beberapa bab, nomor catatan kaki
diurutkan dalam setiap bab. Apabila terjadi pergantian bab, penomoran
dimulai dari nomor satu lagi.
(6) Nomor catatan kaki dalam teks diletakkan langsung di belakang huruf
terakhir pernyataan yang diberi catatan dengan menaikkan setengah
spasi.
Contoh:
(7) Catatan kaki yang lebih dari dua baris ditulis dengan satu spasi.
(8) Penulisan catatan kaki dimulai dari nama akhir pengarang, judul
rujukan, kota tempat penerbitan, penerbit, tahun, dan nomor halaman.
(1) Ibid. (singkatan dari Ibidium, artinya sama dengan yang sudah disebutkan
di atas). Singkatan itu digunakan untuk catatan kaki yang sumbernya sama
dengan catatan kaki yang tepat di atasnya tanpa diselingi oleh perujukan
sumber lain. Huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, kemudian diikuti
tanda titik (.), kemudian koma (,), lalu nomor halaman.
(2) Jika yang dirujuk berada pada halaman yang berbeda, digunakan singkatan
Op. cit (singkatan dari opere citato yang artinya karangan yang telah
dikutip) dengan diikuti nomor halaman yang dirujuk.
3. Daftar Rujukan
Daftar rujukan merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau
bahan lain yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-
bahan yang dibaca tetapi tidak dikutip tidak dicantumkan dalam daftar
rujukan. Semua bahan yang dikutip secara langsung ataupun tak langsung
dalam teks harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
162
Daftar rujukan dapat berupa buku, makalah, artikel, atau bahan-bahan lain,
misalnya makalah hasil lokakarya, seminar, artikel dari internet, dan hasil
penerbitan suatu lembaga. Kata rujukan berasal dari bahasa Arab, ro-ja-„a
yang secara harfiah berarti kembali. Dengan demikian, rujukan berarti tempat
melihat kembali bahan-bahan atau bacaan yang dikutip. Bagian-bagian yang
ditulis dalam daftar rujukan adalah sebagai berikut:
(1) nama pengarang ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal, dan nama
tengah, tanpa gelar akademik;
Contoh:
Alatas, Syed Hussen. 1988. Intelektual Masyarakat Berkembang.
Jakarta: LP3ES.
Effendy. 2003. Teori VSEPR dan Kepolaran Molekul. Malang:
Bayumedia.
Schiffrin, D. 1993. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.
Usman, Muchlis. 1996. Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah:
Pedoman Dasar dalam Istinbath Hukum Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Nama pengarang dalam daftar rujukan dapat disingkat. Perhatikan
contoh berikut!
Alatas, S. 1988. Intelektual Masyarakat Berkembang. Jakarta: LP3ES
(2) Jika pengarang terdiri atas dua pengarang, penulisan rujukan sebagai
berikut.
Contoh:
163
Sosial. Terjemahan oleh Asrudin Barori Tou. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
(3) Jika nama pengarang lebih dari dua orang, nama pengarang pertama
yang ditulis, lalu singkatan dkk. (dan kawan-kawan).
Contoh:
(4) Penulisan nama pengarang yang terdiri atas dua kata atau lebih
dimulai dengan nama akhir, diikuti tanda koma, kemudian nama
pertamanya.
Contoh:
Soegito menjadi Soegito.
Sri Retnowati Wigati menjadi Wigati, Sri Retnowati atau Wigati, S. R.
Norman Fairclough menjadi Fairclough, Norman atau Fairclough, N.
(5) Urutan nama Tionghoa tidak dibalik karena unsur nama pertama
Tionghoa merupakan nama keluarga.
Contoh:
Liem Swie King tetap Liem Swie King.
(6) Jika beberapa buku yang diacu ditulis oleh pengarang yang sama,
nama pengarang tetap ditulis secara utuh, lalu diakhiri dengan
tanda baca titik, tahun terbit, dan seterusnya.
Contoh:
(7) Jika beberapa buku yang diacu ditulis oleh pengarang yang sama,
nama pengarang tetap ditulis secara utuh, lalu diakhiri dengan
tanda baca titik, tahun terbit, dan seterusnya.
Contoh:
Suhartono. 2000. Pengantar Psikolinguistik. Surabaya: Unesa Press.
Suhartono . 2001. Pertuturan. Surabaya: Bina Ilmu.
Suhartono . 2002. Jurnalistik. Surabaya: Aksara Kata.
3.2 Judul
(1) Judul buku ditulis sesudah tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik,
dan dicetak miring atau garis bawah pada masing-masing kata. Jika
pada judul terdapat anak judul, di antaranya ditulis tanda titik dua.
Contoh:
164
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning:
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (terjemahan
Alwiyah Abdurrahman). Bandung: Kaifa.
(2) Judul artikel, laporan penelitian, makalah, skripsi, atau tesis ditulis
di antara tanda petik.
Contoh:
Contoh:
(4) Jika rujukan berupa karya terjemahahan, nama pengarang asli ditulis
paling awal, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan,
nama penerjemah, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit
terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkam,
digunakan kata tanpa tahun.
Contoh:
(5) Jika rujukan berupa buku kumpulan artikel (ada editornya), setelah
nama pengarang ditambahkan singkatan Ed. jika editornya satu orang
dan Eds. jika editornya lebih dari satu orang. Dalam BI editor disebut
penyunting.
Contoh:
165
Leteridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Bilingual Education:
Teaching English as a Second Language. New York: Praeger.
Latif, Yudi dan Ibrahim, Idi Subandy (Eds.). 1996. Bahasa dan
Kekuasaan. Bandung: Mizan.
(6) Jika rujukannya adalah artikel dalam buku kumpulan artikel, judul
artikel ditulis di antara tanda petik ganda. Setelah titik, digunakan
Dalam dan seterusnya.
Contoh:
Contoh:
(1) Nama kota ditulis setelah judul, diikuti tanda titik dua (:).
Contoh:
Surabaya:
Jakarta:
Surabaya:
(2) Nama kota diikuti nama penerbit buku.
Contoh:
Surabaya: Usaha Nasional.
Jakarta: Gramedia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(1) Nama pengarang ditulis paling awal, lalu diikuti tanggal, bulan,
dan tahun terbit.
(2) Judul artikel yang dikutip ditulis dengan cetak biasa dan berhuruf
besar pada setiap awal kata, kecuali kata tugas.
166
(3) Nama majalah ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama
setiap kata dan ditulis miring. Nomor halaman disebut pada
bagian akhir.
(4) Judul artikel ditulis di antara tanda petik dua (“).
Contoh:
Kompas. 17 Agustus, 2005. “Interpretasi Proklamasi”, hal. 8.
Fauzan, Ali. 12 Juni 2000. “Krisis Energi.” Jawa Pos, hal. 4.
Mujani, Saiful. 2000. “Tanggung Jawab Politik Santri”. TEMPO,
edisi 6-12 November.
(1) Nama kota ditulis setelah judul, diikuti tanda titik dua (:).
Contoh:
Surabaya:
Jakarta:
(2) Nama kota diikuti nama penerbit buku.
Contoh:
Surabaya: Usaha Nasional.
Jakarta: Gramedia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(1) Nama pengarang ditulis paling awal, lalu diikuti tanggal, bulan,
dan tahun terbit.
(2) Judul artikel yang dikutip ditulis dengan cetak biasa dan berhuruf
besar pada setiap awal kata, kecuali kata tugas.
(3) Nama majalah ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama
setiap kata dan ditulis miring. Nomor halaman disebut pada
bagian akhir.
(4) Judul artikel ditulis di antara tanda petik dua (“).
Contoh:
Kompas. 17 Agustus, 2005. “Interpretasi Proklamasi”, hal. 8.
Fauzan, Ali. 12 Juni 2000. “Krisis Energi.” Jawa Pos, hal. 4.
Mujani, Saiful. 2000. “Tanggung Jawab Politik Santri”. TEMPO,
edisi 6-12 November.
167
Lampiran 46: Contoh Jurnal Internasional
Faisal Santiago
ABSTRACT
168
1. INTRODUCTION
The era of globalization has broad and multi-faceted impact in the economic,
legal, social, political and security beings. This condition implies to the growth
and development of the society regarding the fulfillment of the needs in the
global, regional and national level in terms of togetherness, sustainability and
inclusiveness. These dimensions are related to the interaction of society,
especially the business behavior which influence each other (Santiago, 2012: 8).
Moreover, the contemporary development in economic and business aspects
demands the existence of legal guarantee as well as cross-border legal protection
for business people having Implementation of The Role of Notary Through Capital
Market In The Era of Asean Economic Community business contracts
internationally. A legal standard thus is required to serve the needs and interests
of the business community (Harahap, 1995: 1-10). The legal and business
aspects are simultaneously growing in parallel with complementary relationships.
Law has evolved as an order and system, from limited functions as an instrument
to meet the needs of local communities, to the new functions as a controller of
social order both in national and global scale. Meanwhile, the conduct of
business has also grown from patterns of activity which was originally developed
from real sector of the economy, such as manufacture and labor-intensive
industries, to the patterns of financial sector activity. Nowadays, the capital
market has a strategic function because of its potential to raise capital and funds,
that are purposively used to increase the volume of development activities
(Nasarudin, 2004:1)
Changes in behavior in the field of law and business also have the effect on the
growing demand in many countries to legislate some business laws and
regulations. Furthermore, these changes are also driven by changes in the
economic structure from agrarian-based society to industry and service-based
society. In essence, this structural changes will replace the old patterns with the
new ones to ensure legal certainty targeted based on contracts made by and for
the citizens. The changes also enables the changes in organizational life of the
citizens in which they are able to decide freely the position of their rights and
obligations. This freedom has only been limited by confirmation of other citizens
through official contracts evidenced by the deed that legitimacy can be accounted
for. (Santiago, 2010: 11)
Legal certainty in the field of business will be firmly based on the ad hoc and
inter-party agreements. Contemporarily, the business contracts are no longer
determined by the habits that rely on trust. So, if there at certain condition is a
conflict can be solved by contextual and legal framing as stipulated in the
contract deed made by a legitimate authority. Hence, the notary has important
functions to make legal contracts. Especially in Indonesia, according to Law No.
30 of 2004, the notary is referred to as public official. Therefore, a deed made by
the notary is considered to have the legal force. This paper aims to analyse the
functions of notary in the face of ASEAN Economic Community. The scope of the
problems in this study is how the role and function of the notary in the face of the
ASEAN Economic Community. This study especially analyzes the the role of
notary in capital market operation.
169
2. THE MEANING AND FUNCTION OF CAPITAL MARKET
The development of modern society was also entering the area of economic
activity broadly includes funding strategically conducted by many countries in
the world. One of the tools that are considered effective in Indonesia is the
existence of Capital Market institution that is governed by the constitution No. 8
of 1995 about Capital Market (Capital Market Law).
According to Article 1 point 13, the Capital Market is an activity that is concerned
with the public offering and trading of securities, the Public Company relating to
the issuance of securities, as well as institutions and professions related to
securities. (UUPM)
The capital market is basically a market that trades securities in the form of long-
term financial instruments in the form of capital (equity) and debt. Term capital
market is used as the translation of the capital market, which means
a place or system of how to meet the needs of funds for capital of a company. The
stock market is the place to buy or sell newly issued securities. (Simatupang,
Richart Burton, 2003: case 169). Another popular term used is securities market.
Thus, the Indonesian capital market trading in securities in the form of capital
instruments and debt, derivative instruments such as letter of replacement or
tentative evidence of an effect, evidence of the advantages and warranties, rights
to order or buy stocks or bonds, warrants, and options.
Muhammad Din, Selmita Paranoan, Rahma Masdar, Hamonangan Siallagan and
Tarmizi Achmad
Capital market instruments can be distinguished on debt securities (bonds) and
ownership securities (stock or equity). Bond is an evidence of debt recognition
from a company. Meanwhile, stock is an evidence of capital investment in the
company. On exchanges around the world, both effects are heavily trafficked. It is
also happen in Indonesia‟s stock exchange. Specifically, in Indonesia, there are
also securities named as credit securities, which is an evidence of the recognition
of short-term debt (less than 3 years).
In practice, stocks and bonds can be multiplied manifold. That is, stocks and
bonds derived in some kind of classification that can be determined according to
the criteria inherent in each stock and bond itself. (Sound Son, Anom, 2000)
In most developing countries, economic development is one that is often used as
a development priority scale along with its various dynamics. Reality faced today,
Indonesia needs a very large fund, so that various attempts were made including
fund raising efforts, including through syndicated loans from donor countries.
But for the Indonesian government, foreign borrowing is not the way of the
strategic efforts for development. So the solution, as the other strategic efforts, is
to raise the potential that exist in Indonesian society optimally. Thus
alternatively, capital market is made that is intended as a vehicle to meet the
needs of development financing.
Strategic function and importance of capital markets makes the government is
very concerned over the development and advancement of capital markets,
because of the potential to raise funds massively, so it can be used to increase
the volume of development activities. (lrsan Nasarudin 2004, p 1)
It is expected the society moved to invest in the stock market by buying a number
of securities of the companies. Ownership of securities firms by communities
provide hope and opportunities to improve the welfare if the positive performance
of resources made by the company.
170
One of the efforts of the direction of government policy in the field of economics
has always strived to support and stimulate the development of capital markets,
which required support shared mainly by related parties of the capital market
itself. Therefore, the performance of the institutional capital market sustained
various professional device regulated by legislation, in order to provide assurance
to all parties involved in capital market activities, which of them as supporting
the notary enrolled at institutions in the capital market institutions.
In many countries in the world, the role of institutions that have legitimate
authority to make the notary deed is notary agencies. Deed of notary is generally
recognized as evidence; even though the position is often depend on the legal
system in each country.
Notary in Indonesia is categorized as Latin notaries (Soedjendro, 2001: 28), which
according to Black was the one who recorded what was said by another person or
people who copy what has been written by others. Latin notaries characteristic is
that he is carrying out the task of serving the needs of the community within the
scope of private law / civil law. Essentially, the main theme of the civil law is
property rights and agreements. This means that one aspect of the duties and
authority of the Notary in serving the needs of the community is making the deed
of agreement with a view to gaining legal certainty concerning the implementation
of the agreement and deliver justice in the sense of equal distribution of rights
and obligations or responsibilities to the parties.
Notary is a public official (openbaarambtenaar) which is responsible for making
authentic deed which can be as evidence of certain legal acts. The legal basis of
the regulation notary in Indonesia was initially set at Reglement op het-ambt
Notary is Indonesie, Ordinance dated Implementation of The Role of Notary
Through Capital Market In The Era of Asean Economic Community
January 11th 1860, Stb. 1860 number 3. Since October 6, 2004 that provision
was replaced by the law of Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 of 2004
concerning notary (hereinafter abbreviated UUJN). Article 15 according to
paragraph (1) UUJN, an authorized notary to make the deeds authentic of all
deeds, agreements, and determination required by a general regulation or by the
concerned desired to be declared in an authentic deed.
Notary deed as authentic deed is a perfect evidence for the parties in the traffic
law relationship. In a variety of business relationships, banking and others, will
need written evidence in the form of an authentic deed is increasing in line with
its development, the demands of legal certainty in a variety of economic and
social relations, either nationally, regionally and globally. Through the authentic
deed clearly define the rights and obligations, ensure legal certainty and at the
same time is expected to avoid disputes.
Manufactures of official contracts are usually carried out by officials who have
official authority. Authentic deed required by legislation, desired by the parties
concerned to ensure the rights and obligations of the parties for the sake of
certainty, order and protection of the law.
"Product" notaries have formal proof strength, material and to certain legal
actions also have the power executorial. The public officials need to be given
special attributes: an independent position (onafhankelijkheid-independence) and
impartial (onpartijdigheid-impartiality) in order to run his produce certificates that
have the power of perfect evidence. (Santiago, 2010: 104)
171
Therefore, the position of Notary as a public official (as Notary) and "work" must
be regulated by law (or laws on par with the Act), that official notary in running
the office assured that its deed has a position and weight as well as nature "as
the strength of evidence that is perfect". In Indonesia, this time related to the
position and authority of the Notary governed by Law No. 30 Year 2004 on
Notary.
In carrying out the notary profession impartially (onpartijdigheid-impartiality) and
has an independent position (onafhankelijkheid-independence), is not supervised
by anyone. Thus the nature and characteristics possessed only by the notary, as
well as the position of an independent and impartial must be adhered to as well
as absolute or mandatory run by a notary. (Radjaguguk, 1998: 49)
In the field of legal proof authentic deed made by and / or in the presence of a
public official has a significant meaning that differentiate it with deed under the
hand.
The verification means that: The word imposes obligations opposed to disprove
the notion is not necessary to prove that the signature of a notary is true. That
information is made a notary in his or her deed considered true; other than that,
the deed of guarantee date made, who made them and the truth of the
information given by the parties (Santiago, 2010: 106)
In the development of social transformative from the local to the national and
global (which in the early days better known as word system) of the last century it
was the demands of the business world industrial This leads to cause the
changes in the legal world (which reflect changes structural of the world from the
normative status to contracts) it, or vice versa; that changes in the legal
institutions that allowed mobilization capital funds and manpower in order to
support business activities that is safe and conducive.
Furthermore, the concept of law as well as the institution responsible for the
appropriate portion defined by the role as legal products including Notary
institutions, to carry out its role in a professional manner for the benefit of the
legal community. Legal authority owned notary on his designated State as a
public official that has the legitimacy to make a variety of deed, including making
contracts (law in concreto) recognized a magnitude equivalent legislation (law in
abstracto) for the parties, (originally made on the basis of freedom of the parties,
to the extent not contrary to the legislation, free from any form of coercion,
digression, and swindle).
Muhammad Din, Selmita Paranoan, Rahma Masdar, Hamonangan Siallagan and
Tarmizi Achmad
Given the role and function of the notary, to meet Asean-Economic trade activity,
the Notary will be the strategic institution that can provide protection and legal
certainty through deeds were made, as well as part of the legal system in the
contract manufacturing business.
The legal system that was developed around the concept of contract in any
private relationship between community law (subjects of law, various legal
events), can be done in the interests of ensuring legal certainty and legal
protection, and can be developed as an idea conceived as the result of a social
contract to respect the individual rights of the legal community, which is done in
the presence of a legitimate institution and has the authority, the notary.
(Santiago, 2010: 12)
Here the laws are likely to be used as a conduit of powers new to the parties
concerned, including to recognize the authority of the government (and the whole
apparatus), or as well as giving legitimacy (as notary to make the deed and etc).
172
In the behavior of the global community (in this case the Asean Economic
Community), requires legal protection to legal certainty, providing a strong
influence on patterns of legal legitimacy implemented by institutions that have
the authority (including the notary) and public law in resolving possible conflicts
of a legal event. Therefore, if the law requires the completion of a conflict, the
principle of the rule of law gives a major role to judges to escort him, including
the nature of the position to reinforce the legitimacy of the deed made on the
authority possessed Notary.
The importance of the rule of law in a country that supports economic
development, is linked to the fact the habit that the ability to build in a
developing country is in need of substantial funds from investors, which
principally sometimes absorbed in the industry, which includes many involve
aspects binding fully in support the activities of contract law became increasingly
important, in a business transaction.
"The important role which is based on contract law, caused by the legislation are
not able to pursue the changes in society which so rapidly due to development
plans. So that people will look for themselves to organize their interests, until
legislators set the new developments." (Nugroho, 1990: 23)
The existence of substantial aspects of contract law may provide the legal
regulation of business behavior that is mutually beneficial for all parties, in the
sense there is no injured party. Along with development-oriented
industrialization, that to produce a product, an indicator that requires binding
business contracts, among others; contract binding business relationships
between business entities such as the sale and purchase of stocks and securities
on capital markets especially for companies willing to go public and will conduct
Initial Public Offering (IPO), the overall need of protection and legal certainty,
guided by the Notary as a supporting institution capital market in order to gain
public legitimacy.
Thus, business contracts are getting legal protection for parties, as well as the
rights and obligations to be implemented. Contracts of business in capital
markets activities will have the force of law if according to the capital markets act
executed before notary registered in from Indonesia Capital Market Supervisory
Board (Bapepam-LK).
4. CONCLUSION
The role and function of the notary in the face of the ASEAN Economic
Community is very important. Its position as a public official, has a strategic role
and function in providing legal protection and legal certainty for business entities
requiring the legitimacy of international cooperation as well as binding and
contained in an authentic act, especially for businesses whose activities in the
capital market. In the scope of business conduct ASEAN capital markets in the
region, all business entities requiring businesses that have legitimate business
contract
REFERENCES
175