You are on page 1of 3

TUGAS 3

MATA KULIAH

Tugas Akhir Program (TAP)

Oleh :

LUKMAN

N I M : 041391009
SENGKETA KEPEGAWAIAN
Contoh kasus:
Tidak sedikit persoalan kepegawaian negeri dalam keorganisasian pemerintahan
yang berujung pada sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Tidak
jarang pula dalam sengketa kepegawaian sipil negeri itu hasilnya oleh PTUN
memenangkan pihak pegawai. Dari persoalan hubungan kerja antara atasan dengan
bawahan, ketidak jelasan kebijakan kepegawaian dalam sistem dan mekanisme
rotasi, mutasi, demosi, penilaian kinerja, kedisiplinan hingga terminasi atau
pemberhentian pegawai. Persoalan pemberian sanksi kedisiplinan Masalah
kedisiplinan dan pemberian sanksi pelanggaran ringan, sedang hingga berat berupa
pemecatan (pemberhentian dengan tidak hormat) merupakan pemicu terjadinya
sengketa kepegawaian dalam lingkup intansi pemerintahan antara PNS dengan
pihak yang mengeluarkan keputusan hukuman disiplin tersebut di PTUN (Pasal 48
UU 5/1986 tentang PTUN jo. Pasal 1 angka 10 UU 51/2009 tentang Perubahan
Kedua PTUN). Satu kasus yang telah terjadi adalah penyelesaian sengketa antara
calon pegawai negeri sipil dengan Wali Kota Yogyakarta di Pengadilan Tata Usaha
Negara Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011.
Perihal sengketa antara Calon Pegawai Negeri Sipil dengan Wali Kota Yogyakarta
(Kasus Putusan No.01/G/2011/PTUN.YK) di Pengadilan Tata Usaha Negara Daerah
Istimewa Yogyakarta dan atas penerbitkan Surat Keputusan Walikota Yogyakarta
Nomor: 93/Pem.D/BP/D.2. Perihal pemberhentian dengan hormat sebagai seorang
calon pegawai negeri sipil. Calon PNS ini diberhentikan oleh Walikota-nya dipicu
oleh hasil penilian kinerja dari CPNS yang bersangkutan karena melanggar
ketentuan kedisiplinan pegawai. Namun Penggugat (CPNS) menganggap tergugat
telah melanggar undang-undang dan asas-asas pemerintahan yang baik,
berdasarkan Pasal 53 ayat (2) UU 5/1986 tentan PTUN jo. UU 30/2014 tentang
Admisitrasi Pemerintahan.
Sumber:
Doni Lingga C., Ari Retno P., Studi Kasus Penyelesaian Sengketa Antara Calon
Pegawai Negeri Sipil Dengan Wali Kota Yogyakarta di Pengadilan Tata Usaha
Negara Daerah Istimewa Yogyakarta (Kasus Putusan No.01/G/2011/PTUN.YK)
Monday/14/09/2020/06.13.
Catatan/Disclaimer: Text di atas merupakan ekstraksi/saduran/kutipan/pemuatan-
ulang berita, dan hanya dipergunakan untuk keperluan Tugas Mata Kuliah (TMK)
mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Terbuka.
Pertanyaan:
Menyimak kasus peristiwa hukum sebagaimana yang terjadi dideskripsikan di atas,
1. Jelaskan apakah kasus sengketa antara CPNS dengan Walikota Yogyakarta
tersebut di atas apakah telah memenuhi unsur-unsur sengketa hukum dalam
lingkup PTUN?;
2. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan kedua belah pihak, manakala salah
satu pihak mengetahui hasil putusan PTUN dianggap tidak memuaskan?
Adakah peluang dimungkinkannya penyelesaian sengketa tersebut diselesaikan
melalui ADR (Alternatif Dispute Resolution), jelaskan?
Jawaban anda dibatasi tidak lebih dari 1000 kata.
Jawab

1. Kasus sengketa antara Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan Wali Kota
Yogyakarta telah memenuhi unsur-unsur sengketa hukum dalam lingkup PTUN.
Unsur-unsur sengketa hukum dalam PTUN meliputi subjek sengketa yang
merupakan pegawai negeri atau calon pegawai negeri sipil (dalam hal ini CPNS) dan
pihak yang mengeluarkan keputusan terkait status kepegawaian (dalam hal ini Wali
Kota Yogyakarta), adanya keputusan yang menjadi objek sengketa (Surat Keputusan
Wali Kota Nomor 93/Pem.D/BP/D.2), serta adanya dugaan pelanggaran undang-
undang dan asas-asas pemerintahan yang baik yang menjadi alasan penggugat
(CPNS) untuk mengajukan sengketa.
Apabila salah satu pihak mengetahui hasil putusan PTUN dianggap tidak
memuaskan, kedua belah pihak memiliki beberapa upaya hukum yang dapat
dilakukan. Pihak yang merasa tidak puas dengan putusan PTUN dapat mengajukan
banding ke Mahkamah Agung (MA) dalam waktu yang ditentukan setelah putusan
PTUN dibacakan. Selain itu, pihak yang merasa dirugikan juga dapat mengajukan
upaya hukum lain, seperti peninjauan kembali (PK) jika terdapat alasan yang cukup
kuat atau mengajukan gugatan ke pengadilan lain yang berwenang dalam kasus
tersebut, seperti pengadilan umum.
2. Mengenai peluang penyelesaian sengketa melalui Alternatif Dispute Resolution
(ADR), dalam kasus sengketa kepegawaian di PTUN, biasanya proses ADR tidak
diterapkan. ADR lebih umum digunakan dalam penyelesaian sengketa di luar ranah
peradilan, seperti mediasi atau arbitrasi. Namun, dalam beberapa kasus, pihak-pihak
yang terlibat dapat memilih untuk mencoba penyelesaian melalui mediasi atau
negosiasi sebelum atau selama proses persidangan di PTUN. Pilihan ini tergantung
pada kesepakatan kedua belah pihak dan praktek hukum yang berlaku di wilayah
tersebut.

You might also like