You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA

AMAN DAN NYAMAN (NYERI) PADA PASIEN TUMOR TESTIS DI


RUANGAN GARUDA BAWAH RSUD ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :
MOH.YASIN
NIM : 2022031017

CI LAHAN CI INTITUSI

Ns. Handrycho Apole, SST Ns. Ismunandar Kidang S.Tr.,M.Tr.Kep


19840609 200604 1 005 NIK. 20220901133

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)

A. Pengertian
Kebutuhan dasar Nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi
menyenangkan dalam merespons terhadap sesuatu rangsangan yang berbahaya. yang
tidak Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya. (Tetty, 2015).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial dengan yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fol the Study of Pain);
awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dengan durasi kurang dari 3 bulan. Nyeri
kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai suatu
kerusakan (International Association fol the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan
(Andarmoyo, Sulistyo, 2013).
B. Anatom Fisiologis
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung saraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang secara potensial merusak.
a. Mekanik (mekano sensitif) Kerusakan ujung saraf bebas akibat trauma karena
benturan atau gerakan.
b. Thermis (thermo sensitif): Rangsangan panas atau dingin yang berlebihan
c. Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin, serotinin, ion
kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim proteolitik.
Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
a. Serabut delta A (menusuk dan tajam): Pada kulit dan otot bermielin halus,
garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik.
b. Serabut delta C (panas & terbakar): Dalam otot, tidak bermielin, garis tengah
0,4 1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik (Andarmoyo, Sulistyo, 2013).
C. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut lokasinya:
a. Perifer pain: Daerah perifer (kulit & mukosa)
b. Deep pain: Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot, sendi/tendon,
pembuluh darah)
c. Viseral / splanik pain: Organ viseral (renal colik, cholesistisis/radang kandung
empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d.Reffered pain Penyakit organ/ struktur tubuh (vertebrata, viseral, otot),
ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e. Psykogenik pain: Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma psikologis.
f. Phantom pain ; Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak ada. Contohnya
yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g. Intractable pain: Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya
a. Nyeri akut mendadak, berlangsung <3 bulan, intensitas berat, area dapat
diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot meningkat, dan cemas.
b. Nyeri kronis Berlangsung> 3 bulan, intensitas ringan hingga berat, sumber
nyeri tidak diketahui dan sulit dihilangkan, sensasi difus (menyebar).
3. Menurut sifatnya
a. Insidentil: Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya yaitu trauma
ringan.
b. Stedy: Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu abses
c. Paroximal Intensitas tinggi dan kuat, 10-15 menit lalu hilang dan timbul lagi
D. Etiologi
a. Lingkungan
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Kelelahan
e. Budaya
f. Ansietas
g. Gaya koping
h. Pengalaman sebelumnya
i. Dukungan keluarga dan sosial
(Andarmoyo, Sulistyo, 2013)
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri Akut
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b. Menunjukan kerusakanGangguan tidur Muka dengan ekspresi nyeri
c. Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
d. Posisi untuk mengurangi nyeri
e. Penurunan Tanda-tanda vital
2. Nyeri Kronis
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan non verbal
c. Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
d. Kelelahan
e. Perubahan pola tidur
f. Takut cedera
g. Interaksi dengan orang lain menurun
(Kemenkes, 2016).
F. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana jaringan tubuh
yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters).
(histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat → edema, kemerahan dan
nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction): perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik,
→→ proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai
nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke
substantia gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord→ ke otak melalui
spinothalamic tracts → thalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk
reticular formation, limbic system, dan somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption): otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri→ individu mulai
menyadari nyeri.
4. Modulasi (modulation) saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine & gamma aminobutyric acid→ menghalangi /menghambat
transmisi nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek
menghilangkan nyeri (Tety, S, 2015).
G. Komplikasi
a. Edema pulmonal
b. Kejang
c. Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
(Tety, S, 2015)
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c. Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
d. Kompres hangat
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian obat Analgetik Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya
perasaan secara total. Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada
dalam keadaan sadar.
b. Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid) Aspirin dan Ibuprofen
mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah
luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan luka.
(Tety, S, 2015).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan skala nyeri
2. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
3. Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal Pemeriksaan
laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya (Tety, S, 2015).
4. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang peah diotak
5. EKG MRI
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1)Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungan hidup
pasien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden
terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman pasien.
2)Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
3)Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman, karena
dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit
sehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti nyeri.
2. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara
lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
3. Kualitas Deskripsi : Menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
4. Faktor presipitasi:
Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
5. Intensitas:
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
6. Waktu dan lama:
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana
timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
7. Karakteristik nyeri (PQRST) P (provokatif) :
faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri Q (quality) s : seperti apa
nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat) R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri): keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
4) Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak terganggu)
5) Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
6) Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas secara
mandiri)
7) Pemeriksaan Fisik Ekspresi wajah 1) Menutup mata rapat-rapat 2)
Membuka mata lebar-lebar 3) Menggigit bibir dibawah Verbal 1)
Menangis 2) Beteriak Tanda-tanda Vital 1) Tekanan darah 2) Nadi 3)
Pernafasan Ekstremitas Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi
tempat atau rasa yang tidak nyaman (NANDA Internasional Inc, 2015-
2017).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik
b. Gangguan Rasa Nyaman berhubngan dengan Gejala penyakit
c. Resiko Disfungsi Seksual berhubungan dengan Gangguan endokrin

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi 1. Untuk
b/d Agen tindakan keperawatan PQRST mengetahui status
Pencedera selama 7 jam, diharapkan 2. Mengajarkan tingkat nyeri
Fisik nyeri pasien berkurang teknik 2. Klien mampu
dengan kriteria hasil : nonfarmakologis memahami dan
1. Keluhan nyeri untuk mengurangi menerapkan
menurun nyeri teknik
2. Tidak ada 3. Kolaborasi nonfarmakologis
ganggun pola pemberian untuk mengurangi
tidur analgesik nyeri
3. Mampu 3. Untuk membantu
mengontrol nyeri mengurangi raasa
nyeri yang tidak
tertahankan
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur 1. Untuk
Rasa Nyaman tindakan keperawatan pasien mengetahui
b/d Gejala selama 1 x 24 jam 2. Kaji penyebab kebutuhan tidur
Penyakit diharapkan gangguan gejala penyakit pasien
Rasa Nyaman berkurang 3. Ciptakan 2. Untuk
dengan kriteria hasil : lingkungan nyaman mengetahui
1. Kebutuhan pola dan tenang 3. Dengan
tidur tercukupi 4. lingkungan yang
2. Pasien tampak 5. Kolaborasikan nyaman akan
segar dengan dokter meningkatkan
3. Tingkat nyeri pemberian obat kualitas dan
berkurang tidur kuantitas tidur
pasien
4. Agar pasien tidur
lebih nyaman dan
nyenyak
5. Mengetahui
perkembangan
pola tidur pasien
6. Agar pasien dapat
tidur dengan
nyenyak
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Ruzz
Media.
Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman.
NANDA Internasional Inc. (2015-2017). Diagnosa Keperawatan. Definisi & klasifikasi.
Nurarif A.H, & Kusuma,H. (2016). Asuhan keperawatan praktis. Jakarta: Medication.
Tety, S. (2015). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri . Jakarta: EGC.

You might also like