You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pengembangan sistem ini diperlukan beberapa teori untuk mendukung


proses–proses pengembangannya. Berikut ini adalah teori-teori dasar yang digunakan dalam
melakukan pengembangan sistem.

2.1 Internet of Things (IOT)

[1]
Menurut Jogiyanto yang dikutip Karina Dewi Astuti : Internet of Things atau IoT
adalah teknologi komunikasi antar mesin dengan memakai koneksi internet. Wujud
komunikasi pintar ini pula diucap Machine- to- Machine( M2M) dengan manusia selaku
pengelola serta penggunanya [5]. Setiap peralatan elektronik yang saling terhubung dengan
menggunakan internet disebut IoT, seperti kamera keamanan yang terhubung dengan
smartphone dan dapat menampilkan gambar pada smartphone tersebut dengan media
penghubung internet. Internet of Things saat ini banyak digunakan diberbagai bidang, seperti
keamanan, bidang industri, bidang pertanian, dan sebagainya:

2.2 Komponen Elektronika

[3]
Menurut Kotler yang dikutip Dimas Aditya Nugraha : Komponen elektronika yang
digunakan adalah modul ESP32 dan sensor PZEM-004Tv30. Modul ESP32 merupakan
mikrokontroler yang diluncurkan oleh Espressif System yang merupakan produk penerus
dari mikrokontroler ESP8266. Pada mikrokontroler ini sudah terdapat modul WiFi pada
chip, sehingga sangat membantu untuk membuat suatu sistem aplikasi [8]. Selain itu
terdapat PZEM-004Tv30 [3] yang merupakan sebuah modul elektronik yang berfungsi
untuk mengukur: Tegangan (V), Arus (I), Daya (W), Frekuensi (f), Energi (kWh) dan Power
Faktor (pf). Dengan kelengkapan fungsi ini, modul PZEM-004T sangat cocok untuk proyek
atau eksperimen untuk mengukur daya pada jaringan listrik seperti rumah atau gedung.

4
2.3 Arduino IDE

Software Arduino IDE (Integrated Development Environment) digunakan untuk


membuat, menulis program, memvalidasi dan juga meng-upload program ke board ESP32
sesuai dengan keperluan project yang ingin dibangun. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
C for Arduino atau bahasa C yang sudah disesuaikan dengan hardware Arduino. Arduino
IDE digunakan untuk upload program ke modul ESP32 untuk mengintegrasikan system.
Program yang diupload akan menghubungkan modul ESP32 dengan aplikasi Blynk dan
membaca nilai dari sensor PZEM-004Tv30. Nilai ini akan muncul pada aplikasi Blynk

2.4 Aplikasi Blynk

Ada banyak jenis aplikasi smartphone yang mendukung IoT, salah satunya adalah
aplikasi Blynk. Aplikasi Blynk memiliki tiga komponen utama.yaitu aplikasi, server, dan
libraries. Fungsi server Blynk untuk menangani semua komunikasi diantara smartphone dan
hardware. Sangatlah mudah untuk membuat aplikasi Blynk yaitu menggunakan sistem drag
and drop widget box. Selain bertindak sebagai pengontrol, aplikasi Blynk juga dapat
menampilkan konsumsi daya, pengaturan parameter (kuota daya, waktu terjadwal, suhu dan
arus maksimum) dan menampilkan pemberitahuan. Blynk Tidak terikat dengan
mikrokontroler jenis tertentu, tetapi harus didukung oleh hardware yang dipilih.

2.5 Modul ESP32

Modul ESP32 adalah mikrokontroler yang dikenalkan oleh Espressif System


merupakan penerus dari mikrokontroler ESP8266. Pada mikrokontroler ini sudah tersedia
modul WiFi dalam chip sehingga sangat mendukung untuk membuat sistem aplikasi IoT.

5
Gambar 2.1 Modul WiFi ESP32

Berikut adalah spesifikasi modul ESP32:

1. Prosesor:

a. Main processor: Tensilica Xtensa 32-bit LX6 microprocessor

b. Cores: 2 or 1 (depending on variation)

c. Clock frequency: up to 240 MHz

d. Performance: up to 600 DMIPS

e. Ultra low power co-processor: allows you to do ADC conversions, computation,


and level thresholds while in deep sleep.

2. Konektivitas wireless:

a. Wi-Fi: 802.11 b/g/n/e/i (802.11n @ 2.4 GHz up to 150 Mbit/s)

b. Bluetooth: v4.2 BR/EDR dan Bluetooth Low Energy (BLE)

3. Memori:

a. Internal memory:

6
 ROM: 448 KiB

 SRAM: 520 KiB

 RTC fast SRAM: 8 KiB

 RTC slow SRAM: 8 KiB

 eFuse: 1 Kibit

b. Embedded flash:

 0 MiB (ESP32-D0WDQ6, ESP32-D0WD, and ESP32-S0WD chips)

 2 MiB (ESP32-D2WD chip)

 4 MiB (ESP32-PICO-D4 SiP module)

c. External flash & SRAM: ESP32 supports up to four 16 MiB external QSPI
flashes and SRAMs with hardware encryption based on AES to protect
developers' programs and data. ESP32 can access the external QSPI flash and
SRAM through high-speed caches.

 Up to 16 MiB of external flash are memory-mapped onto the CPU code space,
supporting 8-bit, 16-bit and 32-bit access. Code execution is supported.

 Up to 8 MiB of external flash/SRAM memory are mapped onto the CPU


data space, supporting 8-bit, 16-bit and 32-bit access. Data-read is
supported on the flash and SRAM. Data-write is supported on the SRAM.

4. Peripheral input/output:

a. Rich peripheral interface with DMA that includes capacitive touch

b. ADCs (analog-to-digital converter)

c. DACs (digital-to-analog converter)

d. I²C (Inter-Integrated Circuit)

e. UART (universal asynchronous receiver/transmitter)

7
f. CAN 2.0 (Controller Area Network)

g. SPI (Serial Peripheral Interface)

h. I²S (Integrated Inter-IC Sound)

i. RMII (Reduced Media-Independent Interface)

j. PWM (pulse width modulation)

5. Keamanan:

a. IEEE 802.11 standard security features all supported, including


WFA, WPA/WPA2 and WAPI

b. Secure boot

c. Flash encryption

d. 1024-bit OTP, up to 768-bit for customers

e. Cryptographic hardware acceleration: AES, SHA-2, RSA, elliptic


curve cryptography (ECC), random number generator (RNG).

6. 30 pin GPIO:

Gambar 2.2 Pinout Modul ESP32


8
a. Pin hanya sebagai INPUT:

 GPIO 34

 GPIO 35

 GPIO 36

 GPIO 39

b. Pin dengan internal pull up, dapat diseting melalui program:

 GPIO14

 GPIO16

 GPIO17

 GPIO18

 GPIO19

 GPIO21

 GPIO22

 GPIO23

c. Pin tanpa internal pull up (dapat ditambahkan pull up eksternal


sendiri):

 GPIO13

 GPIO25

 GPIO26

 GPIO27

 GPIO32

 GPIO33

9
2.6 Action Research

Action research merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian, dalam


penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan menjelaskan
suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan
atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Action research dalam
pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan masalah,
dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan
(Kurt Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004), sedangkan pendapat Davison,
Martinsons & Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan, sebagai sebuah
metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat secara
tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran dari hasil intervensi yang
direncanakan setelah diagnosis yang rinci terhadap konteks masalahnya.

Penelitian tindakan (action research) dilaksanakan bersama-sama paling


sedikit dua orang yaitu antara peneliti dan partisipan atau klien yang berasal dari
akademisi ataupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan yang akan dicapai dari
suatu penelitian tindakan (action research) akan dicapai dan berakhir tidak hanya
pada situasi organisatoris tertentu, melainkan terus dikembangkan berupa aplikasi
atau teori kemudian hasilnya akan di publikasikan ke masyarakat dengan tujuan
riset.

Peneliti perlu untuk membuat kerjasama dengan anggota organisasi dalam


kegiatan ini, membuat persetujuan eksplisit dengan klien. Pelaporan secara rutin
mengenai jalannya kegiatan dapat mencerminkan ciri khusus dari kesepakatan ini.
Baik peneliti maupun klien dapat memiliki peran dan tanggungjawab ganda,
meskipun ini dapat berubah selama perjalanan kegiatan berlangsung, tetapi
penting untuk menentukan aturan awal pada bagian luar proyek agar dapat
mencegah konflik kepentingan dan menghindari ancaman terhadap hak prerogatif
pribadi atau jabatan mereka. Adalah sangat penting membuat kesepakatan terlebih
dahulu mengenai sasaran dari penelitian, kemudian dapat dilakukan perbaikan-
perbaikan yang diperlukan.

10

You might also like