You are on page 1of 90

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN
CHOLELITIASIS DIRUANG BAITUSSALAM 2
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh:
Yuli Artha Prihat S
Nim : 404901800103

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG
2021
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

i
HALAMANPERSETUJUAN

KaryaTulisIlmiahberjudul:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN
CHOLELITIASIS DIRUANGBAITUSSALAM2
RSISULTANAGUNGSEMARANG

Dipersiapkandandisusun oleh:

Nama :Yuli Artha Prihat

S NIM: 40901800103

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
D IIIKeperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung
Semarang pada :Hari :
Tanggal :

Pembimbing

Ns. Retno Issroviatiningrum, M.Kep


NIDN. 06044038901

ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis
Ilmiah Prodi DIII Keperawatan FIK Unissula Semarang pada.. tanggal 26 mei 2021.
dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Semarang, 15Juni 2021.

Penguji I
Ns. Retno Setyawati, M.kep Sp. KMB ................... .......................
NIDN. 0613067403

Penguji II
Ns. Muh Abdurrouf, M.kep .................. .......................
NIDN 06-0505-7902

Penguji III
Ns. Retno Issroviatiningrum, M.kep ..... .....................................
NIDN 06-0403-8901

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Iwan Ardian, SKM., M.Kep.


NIDN. 0622087403

iii
MOTO

¸ 3 ˚ ˚i , 3 ˚ ˚ '3~˚i
´ ¸ ˚ ´ ¸
~ '3˝ ~
~

Sesungguhnya sejalan dengan kesusahan dan kesempitan itu ada yang menawarkan

dan kelapangan (QS. al-Insyirah Ayat 5-6)

“Bila kesulitan itu dihadapi dengan tekad yang sungguh-


sungguh dan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran
untuk melepaskan diri darinya, tekun dan sabar serta tidak
mengeluh atas kelambatan datangnya kemudahan, pasti
kemudahan itu akan tiba”

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulia Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEP ERAWATAN
PADA Ny.S DENGAN CHOLELITIASIS DI RUANG BAITUSSALAM 2
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG”.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan
Agung Semarang.

Berbagai hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan Karya Tulis


Ilmiah ini, namun semuanya dapat selesai berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga


saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Drs. H. Bedjo Santoso, MT., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Sultan Agung Semarang.
3. Bapak Iwan Ardian, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UNISSULA Semarang.
4. Bapak Ns. Muh Abdurrouf, M.Kep., selaku Ketua Prodi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA Semarang.
5. Ibu Ns.Retno Issroviatiningrum, M.Kepselaku pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan dan
pengarahan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
kurang lebih tiga tahun.

v
7. Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk praktek disana, dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah saya peroleh dari kampus sehingga saya
dapat mengambil studi kasus untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Ayahku (Nurcholis) dan Ibuku (maimunah) tercinta yang selalu
mendoakan, mengingatkan untuk tetap beribadah dan memberikan
semangat, dukungan baik moril dan materi yang diberikan untuk
menyelesaikan pendidikan.
9. Adik-adikku (Nahda Aulia Stani) tercinta yang selalu menjadi penasehat,
penguat dan penyemangat terbaik.
10. Teman dekatkuulfa setianingrum, deti krimawati, martha firda, arta liana,
nita fitriani,indah dan teman sekelompok karya tulis ilmiah yang selalu
memberikan motivasi, nasihat, dukungan dan selalu mendoakan satu
sama lain.
11. Teman-teman seperjuanganku DIII Keperawatan 2018 dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat banyak
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna
bagi penulis dan pembaca dapat memberikan peningkatan pelayanan
keperawatan dimasa mendatang.
Semarang, 13 Februari 2021
Penulis

Yuli Artha prihat S

vi
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.....................................................i


HALAMANPERSETUJUAN.......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.....................................................................iii
MOTO..........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Studi Kasus............................................................................................3
C. Manfaat Studi Kasus..........................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................................5
A. Konsep Dasar Penyakit Cholelitiasis.................................................................5
BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................17
A. Pengkajian Keperawatan..................................................................................17
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................................21
D. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................22
E. Analisa Data.....................................................................................................24
F. Planning/ Intervensi Keperawatan...................................................................25
G. Implementasi....................................................................................................26
H. Evaluasi keperawatan......................................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................35
A. Pengkajian........................................................................................................35
B. Diagnosa keperawatan.....................................................................................36
C. Tambahan diagnosa keperawatan....................................................................43
BAB V PENUTUP.....................................................................................................44
A. Kesimpulan......................................................................................................44

vii
B. Saran................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................46
LAMPIRAN................................................................................................................51

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesediaan Membimbing

Lampiran 2 Surat Keterangan Konsultasi

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Konsultasi

Lampiran 4 Tulis Tangan Asuhan Keperawatan

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolelitiasis atau batu empedu adalah batu yang terdapat di dalam
kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya.
Kolelitiasis pada umumnya banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia.
kolelitiasis terbagi menjadi 3 jenis, yaitu batu kolesterol, batu pigmen dan batu
campuran. Semua spesimen reaksi yang terdapat di dalam kandung empedu
diperiksa secara hispatologik untuk melihat ada tidaknya perubahan mukosa di
dalam kandung empedu(Veronika et al., 2016).
Pravelensi penyakit kolelitiasidi negara Asia 3%-15% lebih rendah
dibandingan negara barat. Kasus kolelitiasis di Indonesia kurang mendapat
perhatian karena sering sekali asimtomatik sehingga sulit di deteksi atau sering
terjadi kesalahan dalam mendiagnosis. Penelitian yang pernah dilakukan di
Medan tahun 2011, didapatkan 82 kasus kolelitiasis.prevalensi batu empedu
sekitar 4.3% – 10.7%. Choleltiaisis biasanya terjadi di derita orang dewasa,
antara usia 20-50 tahun dan sekitar 20% dialamioleh pasien yang berumur diatas
40tahun.Perempuan lebih banyak yaitu 67,71% daripada laki- laki 32,29%.
(80,46%). Pasien dengan peningkatan IMT sebanyak 69,27%. Angka kejadian
kolelitiasis di bagian bedah di RSI Siti Rahmah mengalami peningkatan dalam
empat tahun terakhir. Pada tahun 2014 kejadian kolelitiasis berjumlah 10 kasus,
serta pada tahun 2017 berjumlah 118 kasus(Nurhikmah & Efriza, Abdullah,
2018).
Penatalaksanaan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu
penatalaksanaan non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada
tidaknya gejala yang menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada
kolelitiasis simtomatik dan kolelitiasis yang asimtomatik. Pada kolelitiasis yang
asimtomatik, perlu dijelaskan pada pasien bahwa tidak diperlukan tindakan
sampai kolelitiasis menjadi simtomatik. Sedangkan untuk Kolesistektomi sampai
saat ini masih merupakan baku emas dalam penanganan kolelitiasis dengan
gejala (simtomatik). Pada saat ini penatalaksanaan kolestiasis mengunakan

1
laparoskopik kolesistektomi merupakan tindakan yang paling umum dilakukan
untuk pengangkatan batu empedu, terutama padakasus yang mengalami
komplikasi seperti kolangitis.sedangkan untuk penatalaksaanan alternatif terapi
non bedah meliputi penghancuran batu dengan menggunakanobat-obatan seperti
chenodeoxycholic atau ursodeoxycholic acid (UDCA), extracorporeal shock-
wave lithotripsy (ESWL) dengan pemberian obat, penggunaan obat secara
langsung di kandung empedu. Terapi medikamentosa dengan UDCA untuk
menurunkan saturasi kolesterol empedu dan menghasilkan suatu cairan lamelar
yang menguraikan kolesterol dari batu serta mencegah pembentukan inti
batu(Widiastuti, 2019).
Dari tindakan pembedahan yang telah dilakukan dapat mempengaruhi
kondisiseseorang, setiap pembedahan pasti akan menimbulkan luka dan
menyebabkan nyeri. Sehingga Nyeri yang muncul disebabkan oleha danya
rangsangan mekanik luka yang dapat menyebabkan tubuh menghasilkan
mediator - mediator kimia nyeri, yang mememberikan rasa kekakuan pada sendi
pasien untuk bergerak atau mobilisasi yang dapat menurunkan kualitas
hidup,sehingga pasien sulit menggerakan ekstremitasnya sampai terjadi
kekakuan sendi(Arianti et al., 2020)
Maka disini perawat berperan penting dalam memberikan asuhan pre
maupun post agar tidak terjadinya peningkatan keparahan penyakit pada pasien.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan,
dituntut mampu melakukan pengkajian secara komprehensif, menegakkan
diagnose, merencanakan intervensi, memberikan intervensi keperawatan dan
intervensi yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
melaksanakanpemberian asuhan keperawatan kepada pasien, serta melakukan
evaluasi dan tindak lanjut. Salah satu intervensi perawat dalam penanganan
Pasien Cholelithiasisdengan mengajarkan latihan rentang gerak (ROM), selain
itu perawat juga memberikan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri yang
dialami oleh pasien dengengan memberikan terapi distraksi dan relaksasi (tarik
nafas dalam) yang dapat menurunkan skla nyeri pada pasien.

2
Kasus yang ditemukan penulis adalah pasien cholelitiasis yaitu Ny.S
dengan masalah gangguan mobilitas fisik, di Ruang Batussalam 2 RSI Sultan
Agung Semarang. Dapaat disimpulkan bahwa perawat kebanyakan
menggunakan pemberian analgetik sebagai tindakan farmakologi. Sedangkan
pada tindakan non-farmakologi biasanya perawat melakukan latihan renntang
gerak (ROM) jarang dilakukan oleh perawat. Sehingga penulis me nerapkan
asuhan keperawatan pada Ny.S dengan intervensi latihan gerak (ROM) pasif
untuk mengurangi skala nyeri serta mengurangi kekakuan pada sendi maupun
otot di Ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang.
B. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Supaya penulis dapatmemahami asuhan keperawatan pre dan pada post op
kcholelitiasis secara komprehensif, sehingga mampu mengatasi masalah
keperawatan dan mencapai hasil yang terbaik pada pasien post op
cholelitiasis di ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang pengkajian asuhan keperawatan
dengan kasus Pre dan Post OP Cholelitiasis
b. Mahasiswa mampu mempahamimenganalisa data dengan kasus Pre dan
Post Op Cholelitiasis
c. Mahasiswa mampu menyusun diagnosa keperawatan yang munjul pada
kasus pasien Cholelitiasis
d. Mahasiswa mampu menyusun intervensi yang ada dalam asuhan
keperawatan dengan kasus Pre dan Post Op Cholelitiasis
e. Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan tentang tidakan yang
dilakukan pada pasien dengan kasus Pre dan Post Op Cholelitiasis.
f. Mahasiswa mampu untuk mengevaluasi asuhan keperawatan dengan
kasus Pre dan Post Op cholelitiasis
C. Manfaat Studi Kasus
Karyatulis ilmiah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Institusi pendidikan

3
Untuk memperoleh pengalaman dan menjadi tolak ukur dalam
mengimplementasikan fokus intervensi keperawatan,yaitu dengan penerapan
latihan Rentang Gerak (ROM).
2. Profesi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan pembaharuan ilmu dibidang keperawatan
dalam pemberian intervensi latihan Rentang Gerak (ROM).
3. Lahan praktik
Sebagai acuan atau sumber referensi baru dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan penerapan intervensi Latihan Rentang Gerak (ROM)
pasif.
4. Pasien
Meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi klien dalam mengurangi
skala nyeri dan mengurangi kekakuan pada sendi maupun otot yang dialami
klien post operasi Cholelitiasis dengan penerapan Latihan Rentang Gerak
(ROM).

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Cholelitiasis


1. Pengertian
Cholelithiasis adalah batu empedu yang terdapat di saluran empedu.
Lebih dari 90% klien dengan cholecystitis menyebabkan cholelithiasis.
Cholelitiasis adalah timbunan batu kristal dalam kandung empedu atau
didalam saluran empedu. Batu yang ditemukan didalam kandung empedu
disebut kolelitiasis, sedangkan batu didalam saluran empedu disebut
koledokolitiasis. Batu empedu juga dapat didefini11sikan sebagai endapan
satu atau lebih komponen empedu, seperti kolestrol, bilirubin, garam
empedu, kalsium, dan protein(Naga, 2013).
Kolelitiasis adalah suatu penyakit yang berisi batu empedu yang biasa
ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau
pada kedua-duanya. Kolelitiasis disebut juga dengan batu empedu,
gallstones, atau biliary calculus. Kolelitiasis atau batu empedu. Batu empedu
dikenal ada tiga jenis, yaitu batu kolesterol, batu pigmen atau batu bilirubin,
dan batu campuran.Kandung empedu terletak di bawah hati, di sisi perut
bagian kanan atas, tepat di bawah lobus kanan hepar. Kandung empedu ini
memiliki fungsi untuk menyimpan dan memekatkan empedu(Sanusi et al.,
2019).
2. Etiologi
Secara umum, etiologi dari batu empedu masih belum diketahui secara pasti.
Namun sejauh ini banyak riset yang dilakukan, faktor predisposisilah yang
menjadi paling penting untuk diketahui. Predisposisi tersebut antara lain
usia lebih dari 60 tahun. Genetika, jenis kelamin (wanita lebih sering, di
karenakan hormon estrogen meningkat saturasi kolestrol dalam kandung
empedu), kegemukan (maka kadar kolestrol dalam kandung empedu pun
tinggi), infeksi saluran pencernaan, dan kondisi klinis seperti diabetes, sirosis

5
hati, pankreatitis, kangker kandung empedu, dan juga reseksi ileum(Naga,
2013).
3. Patofisiologi
Penyebab yang jelas belum diketahui pada kasus ini tetapi ada beberapa
faktor etiologi yang dapat diidentifikasi anatara lain :
a. Faktor metabolik
Cairan empedu mengandung air, HCO3, pigmen empedu, garam empedu
dan kolestrol yang tinggi dalam cairan empedu memungkinkan
terbentuknya batu. Tidak dijumpai kolerasi darah dan kolestrol empedu.
b. Statis bilier
Stagnasi cairan pada empedu menyebabkan air ditarik ke kapiler,
sehingga garam empedu menjadi lebih banyak yang akan mengubah
kelarutan kolestrol.
c. Peradangan
Karena proses peradangan, kandung empedu menjadi berubah, sehingga
keasaman cairan empedu bertambah dan daya laru kolestrol menjadi
menurun.
Dampak cholelitiasis terhadap fungsi pencernaan tergantung pada
besarnya batu dan lokasi batu. Bila besarnya batu menghambat sirkulasi dan
penekanan pada jaringan maka akan dijumpai manifestasi klinis akibat
spasme duktus dan gangguan pencernaan akibat cairan empedu yang tidak
mengalir ke duodenum.
1) Bilirubin terkonjugasi akan meningkat dalam darah diakibatkan oleh
absorsi cairan empedu oleh kapiler darah sebagai dampak adanya
obstruksi. Ikterus akan timbul
2) Cairan empedu tidak masuk ke duodenum, menyebabkan gangguan
ingesti dan absorpsi khususnya lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak. Dingesti dan absorbsi karbohidrat dan lemak berkurang maka
akaan menyebabkan neunasa, muntah, diare, distensi abdomen.

6
3) Adanya obstruksi akan menyebabkan spasme pada duktus biliaris yang
berusaha untuk melewatkan sumbatan, sehingga menimbulkan nyeri
yang tambah bila kimus masuk ke duodenum pada saat makan.
Ada dua jenis batu yaitu :
a) Batu kolestrol dengan ciri berukuran besar, warna kuning pucat, dapat
bergerombol atau tunggal, terjadi akibat gangguan metabolisme
kolestrol dan garam empedu.
b) Batu pigmen empedu, berukuran kecil, warna hitam atau coklat,
biasanya bergerombol, terjadi akibat gangguan metabolisme bilirubin
tak terkonjugasi(Diyono, 2013).
4. Manifestasi Klinis
a. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi dan akirnya akan menjadi infeksi. Penderita akan
mengalami panas dan mungkin terasa massa padat pada abdomen.
Penderita pada kolik bilier disertai dengan nyeri hebat pada abdomen
kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan.
b. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi
dibawa ke dalam duodenum akan diresap oleh darah.
c. Perubahan warna uruin dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat
gelap. Feses yang tidak lagi di warnai pigmen empedu akan tampak
kelabu dan biasanya pekat.
d. Defisiensi vitamin
obstruksi aliran empedu juga akan menganggu absorpsi vitamin A, D, E,
dan K yamh larut lemak. Oleh karena itu penderita dapat memperlihatkan
gejala defisiensi vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama.
e. Terjadi regurgitasi gas
Reegurtasi gas ini dapat berbentuk flatus maupun sendawa(Naga, 2013).

7
5. Pemeriksaan Diasnotik
a. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimpotamik biasanya tidak menunjukan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium apabila terjadi peradangan akut,
dapat terjadi leukositosis apabila terjadi sidroma mirizi akan ditemukan
peningkatan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus soledokus
oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mengakibatkan batu di
dalam koledokus. Kadar serum alkali fosfatase mungkin juga amilase
serum biasanya meningkat serangan akut.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos abdomen
Foto polos abdomen biasa ya tidak memberikan gambaran yang khas
karena hanya sekitar 10-15 % batu kandung empedu yang bersif
atradiopak.biasanya empedu yang mengandung cairan empedu
berkadar kalsiumtinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau
hidrops,kandung empedu biasanya terlihat sebagai jaringan lunakdi
kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalamususbesar,
difleksurahepatika.

8
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai kadar spesifisitas dan sensitifitas yang
tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran
empedu intra-hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding
kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang
mengakibatkan peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat
duktus koledokus distal terkadang sulit dideteksi karena terhalang
adanya udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa
nyeri pada batu kandung empedu yang lebih jelas dari pada dengan
palpa sibiasa.
3) Kolesistografi
Digunakan untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan
kontrascukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup
akuratuntuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung
jumlahdan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada
keadaanileus paralitik, muntah, kadar bilirubin serum di atas 2
mg/dl,obstruksi pylorus dan hepatitis, karena pada keadaan-keadaan
tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan
kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung
empedu(Albab, 2013)
6. Komplikasi
a. Dalam kolelitiasis : gangguan apapun yang berkaitan dengan
pembentukan batu empdu ( kolangitis, kolesistitis, koledolitiasis, atau
ilues batu empedu)
b. Dalam kolesistitis : komplikasi kantung empedu (epiema, hidrops
mukokel, atau gangren) : gangren bisa menyebabkan perforasi,
pembentukan fistula, pankreatitis, empedu seperti air lemon dan kantung
empedu porselen.
c. Dalam koledolitiasis : kolangitis, sakit kuning obstruktif, pangkreatitis,
dan sirois bilier sekunder.
d. Dalam kolangitis : syok septik dan kematian.

9
e. Dalam ilues batu empedu : obstruksi usus, yang menyebabkan perforasi
instestinal, peritonitis, septisemmia, infeksi sekunder dan syok
septik(Sarwiji, 2011).
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan dari penyakit cholelitiasis bisa dilakukan dengan dua cara
yaitu non bedah dan bedah.
a. non bedah
1) perubahan pola makan dengan menghindari atau mengurangi
makanan berlemak.
2) Lisis batu, pelarutan batu dengan menggunakan metlit butil eter.
3) Litrotipasi, pemecahan batu empedu denagan menggunakan
gelombang kejut dari perangkatelektromagnetik, yaitu ESW
(Extraporall Sbock Wave Litotripsy)
4) Endoscopy ERCP.
b. Bedah
Penatalaksanaan bedah ini dilakukanan dengan mengangkat kandung
empedu atau kolesistektomy. Dilakukan jika batu kandung empedu
menyebabkan serangan nyeri berulang-ulang, meskipun telah dilakukan
perubahan sebagaimana pada penatalaksanaan nonbedah seperti uraiain
sebelumnya(Naga, 2013).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
(Hadi, 2016)Menjelaskan bahwa tahap awal yang sangat penting dalam
proses asuhan keperawatan adalah pengkajian. Pada tahap ini menentukan
keberhasilan perawat dalam mengkaji masalah pada pasien dan mengambil
langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah pada pasien. Adapun hal-hal
yang perlu dikaji adalah:
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat
ini Keluhan klien saat ini

10
2) Riwayat kesehatan lalu
Apakah dahulu klien memiliki riwayat penyakit atau kelainan pada
ginjal, dan apakah memiliki gejala-gejala tumor
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga keluarga klien memiliki riwayat penyakit
ginjal atau tumor
c. Riwayat kesehatan Lingkungan
Bagaimana lingkungan sekitar tempat tinggal klien.
d. Pola Kesehatan Fungsional
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Merupakan persepsi klien tentang penyakitnya dan bagaimana cara
klien mempertahankan kesehatannya
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Terkait bagaimana kebiasaan klien dalam mengonsumsi makanan,
adakah kesulitan dalam makan, dan bagaimana frekuensi makan
klien tiap hari.
3) Pola Eliminasi
Apakah terdapat gangguan pada pola, frekuensi, dan warna pada
eliminasi
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Terkait dengan aktivitas sehari- hari atau pekerjaan klien, apakah
ada kesulitan dalam melaksanakan aktivitas
5) Pola Istirahat dan Tidur
Bagaimana pola kebiasaan tidur klien, apakah terdapat keluhan
kesulitan tidur
6) Pola Kognitif dan Perseptual
Apakah klien mengeluh adanya gangguan pada kemampuan sensasi
(penglihatan dan pendengaran), adanya keluhan nyeri, dan
kesulitan yang dialami.memfasilitasi peregangan dan pelepasan
kelompok otot yang akan menghasilkan perbedaan sensasi ,lakukan

11
pengkajian nyeri PQRST, kolaborasi pemberian analgesik, berikan
relaksasi otot progresif.
P : Apa yang merasakan nyeri itu muncul
Q : Bagaimana rasa nyeri yang dirasakan
R : Dibagian tubuh sebelah mna nyeri itu muncul
S : skla nyeri (1-10)
T : Kapan nyerinya muncul(Aini et al., 2019)
7) Pola Persepsi Diri
Apakah klien dan keluarganya merasa cemas atas penyakit yang
menimpa klien.Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang
berhubungan dengan perasaan dan emosi pasien ketika akan
menjalani operasi dengan kriteria tingkatan yang diukur dan dinilai
menggunakan modifikasi alat ukur T-MAS dengan skala interval,
dengan kriteria : skor 1–7 : cemas ringan, 8–14:cemas sedang , 15 –
21 : cemas berat(Arifa & Trise, 2012)
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan tindakan untuk mengkaji bagian tubuh
klien dengan melakukan pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) dan
pemeriksaan head to toe. Dalam Pemeriksaan fisik daerah abdomen
pemeriksaan dilakukan dengan sistematis inspeksi, auskultasi, palpasi,
dan perkusi.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatn pada dengan pre dan post oprasi pasien
cholelitiasis berdasarkan SDKI menurut (PPNI, 2016)
1) Pre oprasi
a) Ansietas
2) Post oprasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b) Resiko infeksi
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungann dengan nyeri

12
d) Risiko defisit nutrisi
b. Fokus interfensi
Fokus intervensi keperawatan pada pasien dengan pre dan post op
cholelitiasis berdasarkan SIKI menurut (PPNI, Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1,
2018)
Pre oprasi
1) Anisetas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluhan cemas
klien berkurang :
a) Kebingungan menurun
b) Tekanan darah menjadi normal
c) Kekhawatiran menurun
d) Pola tidur

membaik Intervensi:

a) Identifikasi saat tingkat ansietas


b) Latihan kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
c) Ajarkan tehnik relaksasi
d) Anjurkan mengambil posisi nyaman semi flower
e) Ciptakan lingkungan teanang tanpa ada
gangguan Post oprasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik Tujuan dan Kriteria hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat nyeri pada
klien menurun dengan kriteria hasil:
a) Keluhan nyeri menurun
b) Tampak meringis menurun
c) Mampu menuntaskan aktivitas
d) Rasa gelisah menurun

13
e) Mampu menggunakan teknik nonfarmakologis
f) Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
Intervensi:
a) Identifikasi lokasi, karakteristik,skala, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
c) Berikan teknik non farmakologik untuk mengurangi rasa nyeri
(misal: terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/dingin, teknik
relaksasi)
d) Ajarkan teknik nonfarmakologik untuk mengurangi rasa nyeri
e) Kolaborasi pemberian analgesik
f) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
2) Resiko infeksi
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan risiko infeksi
pada klien menurun dengan kriteria hasil:
a) Tidak terdapat bau pada cairan luka pasien
b) Bengkak berkurang
c) Nyeri berkurang
d) Kerusakan lapisan kulit menurun
e) Kerusakan jaringan menurun
f) Perdarahan menurun
Intervensi:
a) Monitor tanda dan gejala infeksi
b) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
c) Berikan perawatan kulit pada area luka
d) Batasi jumlah pengunjung
e) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
f) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan
3) Gangguan mobilitas fisik
Tujuan dan Kriteria
Hasil:

14
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan gangguan
mobilitas fisik pada klien menurun dengan kriteria hasil:
a) Gerakan terbatas pada klien menurun
b) Kelemahan fisik klien menurun
c) Pergerakan ekstremitas klien meningkat
d) Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
e) Tekanan darah membaik
f) Nyeri klien menurun
g) Kecemasan menurun
Intervensi:
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Monitor TTV
c) Fasilitasi aktivitas dengan menggunakan alat bantu
d) Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan
pergerakan
e) Ajarkan mobilisasi sederhana (mis: duduk di tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi)
4) Risiko defisit nutrisi
Tujuan dan Kriteria
Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan risiko defisit
nutrisi pada klien menurun dengan kriteria hasil:
a) Nafsu makan membaik
b) Porsi makan meningkat
c) Perasaan cepat kenyang menurun
d) Frekuensi makan meningkat
Intervensi
a) Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi
b) Monitor mual dan muntah
c) Identifikasi kemampuan menelan
d) Berikan makanan sesuai keinginan jika memungkinkan

15
3. Pathways

Obesitas, diet rendah serat tinngi

Kadar empedu turun

Kolestrol

Supersaturasi

Pembentukan kristal

Gangguan
Batu mobilitas fisik

Kolestiasis pada saluran empedu tindakan oprasi Luka Nyeri


Akut
Resiko
Batu terdorong menuju duktus Kurangnya pengetahuam infeksi

Ansetas
Gangguan pola tidur

Obstruksi duktus pada kandung empedu

Gesekan empedu dengan dinding

Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas

Nyeri akut

16
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ini di lakukan pada tanggal 13 Februari 2021 pada pukul
17.00 WIB penulis mengelola kasus pada Ny.S dengan masalah penyakit
Cholelitiasis di ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultanagung Semarang
di peroleh gambaran kasus seperti berikut :
1. Data Umum
a. Identitas klien
Klien bernama Ny.S berusia 47 th, alamat Pangkis Harjowinagun
timur Batang, agama islam, pendidikan terakhir SLTA, bekerja sebagai
ibu rumah tangga berasal dari suku jawa indonesia dengan diagnosa
medis Cholelitiasis di Rumah Sakit pada tanggal 13 Februari 2021
pada pukul 18.00
b. Identitas penanggung jawab
Klien selama dirawat di rumah sakit yang menjadi tanggung jawab
atas semua kesembuhan klien adalah anak kandungnya yang bernama
Nn.S, berusia 19th jenis kelamin perempuan, agama islam, berasal dari
suku jawa bangsa Indonesia, pendidikan berstatus mahsiswi dengan
pekerjaan sebagai pelajar.
2. Keluhan utama
Klien mengataakan nyeri di bagian perut sebelah kanan atas dan nyeri saat
beraktifitas, lamanya keluhan klien 1 bulan yang lalu,timbulnya keluhan
secara mendadak.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan masuk ke RS karena nyeri perut sebelah kanan atas
sebelum masuk ke rumah sakit, napsu makan klien menjadi menurun, klien
mengatakan mengalami penurunan berat badan yang awalnya 80 kg
menjadi 76 kg, faktor yang memperberatkeluahan pasien adalah saat
beraktivitas berlebih maka nyerinya semakin terasa. Sebelum dibawa ke

17
rumah sakit klien sudah dibawa ke klinik terdekat dan sudah diberi terapi
dari klinik, namun klien belum ada perubahan.
4. Riwayat kesehatan masa lampau
Klien mengatakan dulu pernah menjalani oprasi cs waktu melahirkan anak
ke4 nya. Klien juga pernah mengalawi riwayat magh 2 tahun yang lalu dan
sekarang sudah sembuh tidak pernah kambuh lagi.

5. Riwayat keluarga
a. Susunan Kesehatan Keluarga (genogram)

Keterangan:

: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Hubungan suami istri
: Hubungan saudara kandung
: Tinggal satu rumah

6. Riwayat sosial
Klien mengatakan tinggal satu rumah dengan suami serta anak-anaknya,
klien mengikuti kegiatan ibu- ibu di lingkungan tempat tinggalnya.

18
Keadaan lingkungan rumah bersih, keselamatan anak sudah terjamin dan
terdapat ventilasi udara di dalam rumah dengan diberi jendela.
7. Keadaan Kesehatan saat ini
Ny.S telah didiagnosa medis penyakit Cholelitiasi. Tindakan yang sudah
untuk Ny.S yaitu terapi pro laparascopy cholelitiasis.

B. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon


1. Presepsi kesehatan atau penanganan kesehatan
klien mengatakan jika klien sakit biasanya di belikan obat
warung,apabila tidak kunjung sembuh klien dibawa keklinik ataupun
puskesmas terdekat.Klien sebelumnya tampak biasa saja, tetapi setelah
dirawat di RS klien tampakkhawatir dengan kondisinya sekarang, klien
hanya bisa berbaring di tempat tidur, serta membutuhkan bantuan apabila
ingin duduk maupun ingin kekamar mandi.Sebelum di rawat klien maka n 3
kali sehari, setelah dirawat klien makan 3 kalisehari dengan porsi separo,
klien tidak mengkonsumsi obat-obatan maupun yang lainya, klien
berolahraga senam aerobik seminngu 2x, kondisi ekonomi klien cukup
untuk sehari- hari. Klien selalu memperhatikan mengenai kesehatan dan
kesejahteraan anaknya
2. Nutrisi
Klien mengatakan sebelum dan saat di rawat makan 3 kali sehari, tetapi
saatdirawat napsu makan klien menjadi menurun klien hanya makan
dengan porsi separo, klien mengatakan ada pantangan maknan yang harus
di hindari yaitu makanan yang mengandung lemak seperti daging dan tidak
boleh makan goreng-gorengan, klien lebih suka sayur-sayuran dan buah-
buahan seperti melon dan jeruk. Klien mengatakan terkadang mual,
kemampuan mengunyah baik. Klien mengalami penurunan berat badan
selama 1 bualan terakhir yg awalnya 80 kg menjadi 76 kg. Klien minum
dengan frekuensi 1000cc dalam sehari, klien terpasang infus dan tidak
demam.

19
3. Eliminasi
Klien mengatakan pola BAB klien sebelum sakit dan selama sakit 1 kali
dalam sehari lancar tidak ada gangguan. Pola BAK klien sebelum dan
selama sakit bisa 6 sampai 7 kali dalam sehari. Klien tidak memiliki
masalah pada eliminasinya dan terpasang selang kateter.
4. Aktivitas
Klien mengatakan aktivitas sebelum sakit normal-normal saja tapi setelah
dirawat aktivitas klien terganggu. Sebelum dirawat klien mandi sendiri
sehari 2 kali, setelahdirawat klien mandi dengan bantuan anaknya,
pergerakan tubuh klien sakit apabila terlalu banyak bergerak klien sulit
saat beraktivitas. Saat klien beraktifitas dibantu anaknya .
5. Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit tidur cukup7-8jam dalam sehari, setelah
sakit klien jarang tidur nyenyak, sering terbangun kalo sudah bangun di
malam hari klien tidak bisa tidur lagi sampai pagi ,dan tidur 5- jam dalam
sehari.
6. Kognitif atau Pereptual
Klien mampu berbicara dengan baik , klien dapat mendengar dan melihat
dengan baik, klien merasakan nyeri pada perut bagian kanan atas.
P : Nyeri terjadi saat beraktivitas atau bergerak
Q : Nyeri sepertidi tuduk-tusuk
R : Dibagian abdomen kanan atas.
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
7. Presepsi Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dirinya aktif dan sehat. Selama sakit
Klien mengatakan khawatir dengan kondisinya yang sekarang, klien
dibantu dalam melakukan pengambilan keputusan oleh anaknya. Klien
mengatakan berharap bisa segera sembuh, klien berperan sebagai ibu dan
istri. Klien merasa bangga dengan menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya.

20
8. Peran dan Hubungan
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, bisa menjalin hubungan
dengan klien lain.
9. Seksualitas dan Hubungan
Klien mengtakan tidak ada masalah dalam reproduksinya
10. Koping dan Toleransi Stress
selama sakit klien menjadi lebih mudah menangis kalo nyerinya datang.
Pasien lebih tenang saat berdzikir. klien sempat panik dan takut saat anak
dirawat di rumah sakit.
11. Nilai dan kepercayaan
Klienmengatakansetelahdirawatklienmelaksanakansholatdenganduduk
karenakondisinyayangsekaranghanyabisaberbaringdandudukditempattidur.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan klien
Keadaan umum klien lemah, lemas, gelisah meringis menahan nyeri,
dengan kesadaran composmentis, tanda-tanda vital :Tekanan darah
140/70mmHg, Suhu:36,7ºC, Respiratory Rate (RR):18 x/menit,
Nadi:75x/menit. Bentuk kepala masochepal, warna rambut hitam beruban,
rambut bersih, tidak rontok dan lepek serta berminyak ubun- ubun
berbentuk datar. Bentuk mata kanan dan kirisimetris, konjungtiva anemis,
kemampuan penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu dan tidak ada
pembesaran pupil. Bentuk hidung kanan dan kiri simetris, hidung bersih
tidak ada sekret. Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, pendengaaran baik,
tidak menggunakan alat bantu dengar, serta tidak ada serumen. Tidak
kesulitan bicara, mulut bersih, gigi bersih, tidak ada lesi, bentuk bibir
simetris, tidak kesulitan untuk menelan, bentuk leher tidak ada benjolan,
Tidak terdapat kelenjar, limfe tidak ada pembesaran tonsil, dan tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid di leher .
2. Pemeriksaan abdomen
Paru-paru inspeksi : perkembangan paru simetris, palpasi : tidak ada
benjolandan tidak ada nyeri tekan, perkusi : suara paru sonor, auskultasi :

21
tidak ada suara tambahan. Jantung inspeksi : tidak ada jejas, ictus cordis
tidak tampak, palpasi :tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba, perkusi :
bunyi pekak, auskultasi : bunyi jantung lup dup. Abdomen Inspeks: terdapat
luka di bagian abdomen , Auskultasi: Terdengar suara bising usus, Perkusi:
Terdengar bunyi timpani , Palpasi :terdapat nyeri tekan di bagian abdomen.
3. Genatalia
Alat kelamin bersih, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, bagian anus
tidak ada benjolan (hemoroid).
4. Kulit
Kulit bersih, warna sawo matang, kulit lembab dan ada luka pada tusukan
jarum infus pada tangan sebelah kanan dan luka sayatan operasi pada perut
bagian kanan bawah, dengan nyeri diarea jahitan, akan tetapi tidak terlihat
adanya tanda-tanda seperti kemerahan dan adanya pess.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Periksaan laboratorium
Pemerikasaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hematologi
Hemoglobin L 11,2 11,7-15,5 g/dL
Hematrokrit 36,2 33,0-0,45 %
Leukosit 7,67 3,60-11,00 ribu/uL
Trombosit H 496 150-440 ribu/uL
Kimia klinik
Glukosa darah sewaktu 95 75-110 mg/
Ureum 21 10-50 dL
Creatinin 0,77 0,60-1,10 mg/d
SGO (AST) 10 0-35 L
SGPT (ALT) 17 0-35 mg/d
Bilirubin total 0,72 0,1-1,0 L u/L
u/L
mg/dL

22
2. Pemeriksaan USG
TS YTH
USG Abdomen
Hepar : Bentuk dan ukuran membesar, perenkim homogen, liver tip lancip,
tapi regular, tak tampak nodul.V. porta melebar.
Ductus biliaris intra dan ekstra hepatal tak melebar.
Vesica felea : Bentuk dan ukuran normal, tak tampak massa, tampak
mutiple lesi hiperekoik (uk terbesar 1,95 cm)
Pancreas : Bentuk dan ukuran normal, tak tampak massa.
Lien : Bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak nodul.V.
lienalis tak melebar.
Ginjal kanan kiri : bentuk dan ukuran normal, PCS tak meleba, tak tampak
batu/massa.
Aorta : tak melebar, tak tampak limfa denopatipara aorta.
Vesica urinaria : dinding tak menabal,reguler, tak tampak batu/massa.
Uterus : bentuk dan ukuran normal, endometrial line tak menebal.
Tak tampak cairan bebas intraabdomen. Tak tampak cairan bebas
supradiafragma
Pada regio adnexa tampak lesi kistik bentuk bulat batas tegas (ukuran 2,5
cm), cenderung functional cyst.
KESAN :
Hepatomegali
Multiple cholesistolithiasis.
3. Terapi
Infus : RL 20 TPM
Injeksi : Cefotaxim 1 gram 3x1
Paracetamol 3x1
Per oral : ceprofioxacin 500 mg 2x1
Acetyl sistein 200 mg 3x1
4. Diit yang di peroleh
Nasi DM

23
E. Analisa Data
Pada tanggal 13 februari 2021 pada pukul 15.00 WIB dengan pre
oprasi, di dapatkan data subyektif yang pertama yaitu pasien me ngatakan
merasa khawatir akan menghadapi oprasi. Sedangkan data obyektif yaitu klien
tampak tegang, tanda-tanda vital suhu : 36,7 C, tekanan darah :140/70
Mmhg,Respiratory Rate: 18x/menit, nadi : 70 x/menit. Berdasarkan data di atas
penulis menegakan diagnosa keperawatan yaitu ansietas berhubungan dengan
kekhawatiran mengalami ke gagalan.
Pada tanggal 14 februari 2021 pada pukul 10.00 WIB klien telas
selasai menjalani oprasi, di dapatkan data subyektif yang pertama yaitu klien
mengataakan nyeri di bagian perut sebelah kanan atas P : nyeri saat bergerak,
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri pada abdomen kanan atas, S : skala
nyeri 3, T : nyeri hilang timbul. Sedangkan data obyektifnya yaitu klien tampak
meringis, tanda-tanda vital Tekanan darah : 143/83 Mmhg, Suhu : 36,9
C,Respiratory Rate : 20x/menit, Nadi : 63x/menit.. Berdasarkan data diatas
penulis menegakan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis. Dibuktikan dengan nyeri pada abdoem
kanan atas, nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Data fokus yang ke dua pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul
10.00 WIB, didapatkan data subyektif yaitu klien mengatakan sulit bergerak
karena nyeri oprasi yang telah di jalaninya dan klien membutuhkan bantuan
orang lain saat beraktivitas. Sedangkan data obyektif klien tampak lemah dan
berbaring di tempat tidur, pergerakan klien terbatas, klien di bantu anaaknya
kalo hendak beraktivitas. Dari data di atas penulis menegakan diagnosa
keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post oprasi
dibuktikan dengan sulit bergerak karena nyeri post oprasi pergerakan klien
terbatas, klien dibantu anaknya saat beraktifitas.
Data fokus yang ke tiga pada tanggal 14 februari 2021 pukul 10.00
WIB, di dapatkan data subyektif yaitu klien mengatakan sulit tidur dan kalo
sudah tidur tiba-tiba terbangun di malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi.
Sedangkan data obyekif yaitu tanda klien terlihat lesu, terdapat kantung mata,

24
tanda- tanda vital Tekanan Darah : 140/70 Mmhg, Suhu: 36,7 C,Respiratory
Rate : 20x/menit, Nadi : 75 x/menit. Dari data di atas penulis menegakan
diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kotrol
tidur dibuktikan dengan sulit tidur jika sudah tidur terbangun di malam hari
tidak bisa tidur lagi sampai pagi.

F. Planning/ Intervensi Keperawatan


Pada tanggal 13 Februari 2021 pada pukul 14.00 WIB. disusun
intervensi keperawatan pre oprasi berdasarkan masing- masing diagnosa yang
muncul. Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu anietas berhubungan
dengan kekhawatiran mengalami kegagaalan. Tujuan dan kriteria hasil yang di
tetapkan yaitu setelah di lakukan tindakaan keperawatan selama 1x24 jam
keluhan cemas klien berkurang dengan kriteria hasil sebagai berikut
kebingungan klien menurun, tekanan darah menjadi normal, ke khawatiran
menurun, pola tidur menjadi membaik. Adapun intervensi yang dilakukan
antara lain : Identifikasi saat tingkat ansietas, latihan kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan, ajarkan tehnik relaksasi, anjurkan mengambil posisi
nyawan semi flower, ciptakaan lingkungan yang tenang tanpa ada gaangguan.
Pada tanggal 14 Februari 2021 di ssusun intervensi keperawatan post
oprasi berdasarkan intervensi kkeperawatan berdasarkan masing- masing
diagnosa yang muncul.
Diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis di buktikan dengan nyeri pada abdomen sebelah kanan
atas nyeri yang di rasakan hilang timbul. Tujuan dan kriteria hasil yang di
tetapkan yaitu, setelah di lakukan tidankan keperawatan selama 3 x24 jam di
harapkan tinggat nyeri menjadi menurun dengan kriteria hasil sebagai berikut
keluhan nyeri menjadi menurun, ekspresi wajah meringis menurun, gelisah
menurun. Adapun intervensi yang dapat di lakukan sebagai berikut :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, insensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, berikan terapi farmakologi, berikan tehnik non
farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri( misalnya terapi kompres hangat,
terapi pijat, terapi musik), ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.

25
Diagnosa yang ke 2 yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan denga
nyeri post oprasi di buktikan dengan kien sulit bergerak karena nyeri post
oprasi pergerakan klien terbatas, klien di bantu anaknya untuk beraktifitas.
Tujuan dan kriteria hasil yang di tetapkan yaitu setelah di lakukan tidakan
keperawatan selama 3x24 jam di harapkan gangguan mobilitas fisik klien
menurun dengan kriteria hasi sebagai berikut pergerakan ekstremitas klien
meningkat, kelemahan fisik menurun, kekuatan otot meningkat, rentang gearak
mrnjadi meningkat. Adapun intervensi yang di dapat dilakukan antara lain :
Memonitor TTV, Identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainya,
memberikandukunganpositifpadasaatmelakukanlatihangeraksendi, anjurkan
ambulaasi sederhana yang harus di lakukan (misalnya berjalan dari tempaat
tidur ke kursi, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi), libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan
ambulasi, ajarkan mobilisasi sederhana (misalnya duduk di tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi, duduk disisi tempat tidur),ajarkan ambulasi
dini, latihan rentang gerak (ROM).
Diagnosa yaang ke tiga ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur dibuktikan dengan sulit tidur jika sudah tidur terbangun di malam
hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Tujuan dan kriteria hasi yang di terapkan
yaitu setelaah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan
gangguan pola tidur menjadi terasi dengan kriteria hasil sebagai berikut
kesulitan tidur mrnjadi menurun, keluhan istirahat tidak cukup menjadi
menurun, kemampuan beraktifitas menjadi membaik. Adapun intervensi yang
di dapat dilakukan antara lain : Identifikasi pola tidur dan aktivitas, identifikasi
faktor penganggu tidur, fasilatasi penghilang stres, ajarkan relaaksasi otot auto
genetk atau cara nonfarmakologi lainya, tetepkan jadwal tidur rutin, modifikasi
lingkungan (misalnya pencahayaan,kebisingan, suhu, matras, tempat tidur.

G. Implementasi
Pada tanggal 13 Februari 2021 pada pukul 17.00 WIB. Melakukan
intervensi keperawatan pre oprasi yaitu ansietas berhubungan dengan
kekhawatiran mengalami kegagalan, dengan melakukan intervensi yang

26
pertama yaitu mengidentifikasi saat tingkat ansietas, data subyektif yang
didapatkan berupa pasien mengatakan cemas saat akan di oprasi, sedangkan
data obyektif berupa klien tampak cemas memikirkan oprasi yang akan di
jalaninya, tanda-tanda vital Tekanan Darah : 140/70 Mmhg, Suhu : 36,7 C,
Respiratory Rate : 18x/menit, Nadi : 75x/menit. Pada pukul 19.00 melakukan
implementasi yang ke 2 yaitu ajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi
kecemasan menjelang oprasi. Respon klien adalah untuk data subyektif pasien
mengatakan cemasnya sudah agak berkurang dan siap untuk oprasi, sedangkan
data obyektif klien tampak rileks tanda –tanda vital Tekanan Darah : 120/60
Mmhg, Suhu : 36,6 C, Respiratory Rate : 20x/menit, Nadi 78x/menit. Pada
pukul 20.00, di lakukan intervensi yang ke 3 yaitu posisikan pasien semi
flower, respon klien untuk data subyektif yang didapatkan berupa klien
mengatakaan bersedia diatur posisi tidur dengan semi flower, sedangkan data
obyektifnya berupa klien sudah di posisikan semi flower.
Pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul 11.00 WIB, melakukan
implementasi post oprasi yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis, melakukan implementasi yang pertama yaitu
mengidentifikasi nyeri, respon klien untuk data subyektif adalah untuk data
subyektif berupa klien mengatakan masih merasakan nyeri di bagian abdomen
kanan atas nyeri dirasakan saat beraktifitas nyeri P : nyeri saat
beraktifitas/bergerak, Q : seperti di tusuk-tusuk, R : di bagian perut kanan atas,
S : skla nyeri 4, T : hilang timbul sedangkan data obyektif klien tampak
meringis menahan nyeri. Pada pukul 12.00 melakukan implementasi yang ke 2
yaitu memberikan terapi farmakologi utuk mengurangi nyeri respon klien
untuk data subyektif adalah pasien mengatakan masih terasa nyeri di bagian
abdomen sedangkan data obyektifnya pasien mengatakan bersedia di injesksi
menggunakan Cefotaxim 1 gram. Pada pukul 13.00 WIB melakukan
implementasi yang 3 yaitu ajarkan tehnik distraksi relaksasi respon klien untuk
data subyektif adalah klien mengatakan nyerinya sudah agak berkurang dari
sebelumnya dan bersedia untuk diajarkan distraksi relaksasi sedangkan data

27
obyektinya yaitu klien tampak mengikuti arahan dengan baik dan dapat
mengulanginya.
Pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul 13.30 WIB. Melakukan
implementesi post oprasi dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri post opasi dengan melakukan implementasi
yang pertama yaitu memonitor TTV, sespon klien untuk data subyektif adalah
klien mengtakan bersedia untuk di periksa, sedangkan untuk data obyektifnya
klien terlihat lemas kekuatan otot klien lemah, Tekanan Darah : 140/80 mmhg,
Suhu : 36,2 C, RespiratoryRate(RR) : 20x/menit, Nadi :80x/menit. Pada pukul
13.33WIB dengan melakukan implementasi yang ke-2 yaitu mengidentifikasi
adanya nyeri dan keluhan fisik lainya, respon klien unuk data subyektif adalah
klien mengatakan nyeri dibagian abdomen kanan atas klien hanya bisa
berbaring di tempat tidur kaki dan tanganya terasa kaku sehingga sulit untuk
digerakan, sedangkan untuk data obyektifnya klien tampak lemas dan hanya
bisa berbaring di tempat tidur. Pada pukul 13.40 WIB melakukan implementasi
yang ke-3 dengan memberikan dukungan positif pada saat melakukan latihan
gerak sendi, respon klien untuk data subyektif adalah klien mengtakan di
dukung keluarganya pada saat latihan gerak sendi sedangkan untuk data
obyektinya klien tampak tersenyum serta tampak lemas. Pada pukul 13.42 WIB
melakukan implementasi yang ke-4 yaitu ajarkan mobilisasi sederhana
(misalnya bangun dari tempat tidur, duduk di tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi, duduk disisi tempat tidur), respon klien untuk data subyektif
adalah klien mengatakan bersedia untuk diajarkan latihan rentang gerak sendi,
sedangkan untuk data objektifnya klien tampak mengikuti arahan dengan baik
dan dapat mengulanginya meskipun memerlukan bantuan dari anaknya.
Pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul 13.50 WIB, melakukan
implementasi post oprasi dengan diangnosa keperawatan gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Melakukan implementasi yang
pertama mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas respon klien untuk data
subyektif adalah klien mengatakan sulit tidur, jika sudah tidur terbangun di
malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi, sedangkan untuk data obyektifnya

28
klien tampak lesu. Pada pukul 14.00 WIB melakukan implementasi yang ke-2
dengan memfasilitasi penghilang stres seperti mendengarkan murotal, respon
klien untuk data subyektif klien mengatakan bersedia mengikuti arahan dari
perawat, untuk data obyektifnya klien tampak sedikit agak rileks setelah
mendengarkan murotal.
Pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 14.00 WIB melakukan
implementasi post oprasi hari ke- 2 dengan diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dengan melakukan intervensi
yang pertama yaitu mengindentifikasi nyeri, respon klien untuk data subyektik
klien mengatakan klien mengatakan nyerinya sudah agak berkurang dan
bersedia untuk dikaji, P : nyeri saat bergerek, Q : seperti di tusuk-tusuk, R:
nyeri di bagian abdonmen kanan atas, S : skala nyeri 3, T : nyeri hilang timbul
sedangkan data objektifnya klien tampaak meringis menahan nyeri, Tekanan
Darah : 110/70 Mmhg, Suhu : 36,2 C, Respiratory Rate (RR) : 20x/menit, N :
80x/menit. Pada pukul 14.50 WIB melakukan intervensi yang ke -2
memberikan terapi farmakologi dan pemberian analgetik paracetamol untuk
meengurangi nyeri respon klien untuk data subyektif klien mengatakan
bersedia untuk di injeksi sedangkan untuk data obyektifnya klien kooperatif
dan berbaring di tempat tidur. Pada pukul 15.00 melakukan intervensi yang ke-
3 mengajarkan tehnik distraksi relaksasi respon klien untuk data subyekit klien
mengatakan sudah bisa sendiri meskipun di bantu oleh keluarganya sedangkan
untuk data obyektifnya klien dapat mempraktekan dengan baik dan dapat
mengulanginya.
Pada tanggal 15 Februari 2021 pada pukul 15.30 WIB melakukan
implementasi dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitaas fisik
berhubungan dengan nyeri post oprasi memonitor TTV respon klien untuk data
subyektif klien mengatakan bersedia untuk di periksa sedangkan untuk data
obyektifnya Tekanan Darah : 91/51 Mmhg, S : 36,5 C , Respiratory Rate (RR)
: 20x/menit, Nadi : 20x/menit. Pada pukul 16.00 WIB melakukan intervensi
yang ke-2 mengidentifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainya respon klien
untuk data subyektif klien mengatakan sudah bisa menggerakan kaki dan

29
tangannya dan sudah bisa duduk diaatas tempat tidur dengan berprgangan bed
sedangkan untuk data obyektifnya klien tampak duduk. Pada pukul 15.40 WIB
melakukan intervensi yang ke-3 anjurkan ambulaasi sederhana yang harus di
lakukan (misalnya berjalan dari tempaat tidur ke kursi, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi) respon klien ntuk data
subyektif klien mengatakan bersedia untuk berlatih latian rentang gerak,
sedangkan untuk data obyektinya klien tampak latihan rentang gerak dengan
bantuan oleh anaknya dan mengikuti arahan dengan baaik.
Pada tanggal 15 Februari 2021 pada pukul 16.30 melakukan
implementasi dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan
dengan kurang kontrol tidur melakukan intervensi yang pertama
mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas respon klien untuk data subyetif klien
mengatakan msdih terbangun di malam hari dan sedikit-sedikit sudah bisa tidur
lagi,sedangkan untuk data obyektifnya mata klien terlihat ada kantong mata.
Pada pukul 16.00 WIB, melakukan intervensi yang ke-2 modifikasi lingkungan
dengan pecahayaan yang redup (pencahayaan) respon klien untuk data
subyektik adalah klien mengatakan tidurnya lebih nyaman saat lampu
kamarnya di matakin, sedangkan untuk objektifnya klien tampak terlihat lebih
nyaman saat tidur di ruangan yang redup.
Pada tanggal 16 Februari 2021 pada pukul 15.00 melakukan
implementasi hari ke-3 dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik dengan melakukan intervensi mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekrekuensi, kualitas, insensitas nyeri respon klien
untuk data subyektif adalah klien mengatakan nyerinya sudah berkurang dan
bersedia untuk dikaji, P : nyeri terjadi saat beraktifitas/bergerak, Q : nyeri
seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri di bagian abdomen kanan atas, S : skala nyeri
2, T : neri yang di rasakan hilang timbul sedangkan untuk data obyektifnya
klien tampak tersenyum dan lebih nyaman dari sebelumnya. Pada pukul pukul
15.30 WIB, melakukan intervensi yang ke-2 dengan mengajarkan tehnik
distraksi dan relaksasi (tarik nafas damal) respon klien untuk data subyektif
adalah klien sudah bisa mempraktekan sendiri tanpa bantuan dari orang lain,

30
sedangkan untuk data obyektifnya klien dapat mempraktekanya dengan baik
dan benar.
Pada tanggal 16 Februari 2021 pada pukul 16.30 WIB melakukan
implementasi keperawatan dengan diagnosa gangguaan mobilitas fisik
berhuubungan dengan nyeri post oprasi dengan intervensi yang pertama
memonitor TTV respon klien untuk data subyektif adalah pasien mengatakan
bersedia untuk di periksa sedangkan untuk data obyektifnya Tekanan Darah :
130/70 mmhg, Suhu 36,2 C , Respiratory Rate : 20x/menit, Nadi : 70x//menit.
Pada pukul 17.00 WIB melakuakn intervensi keperawatan yang ke-2 anjurkan
ambulaasi sederhana yang harus di lakukan respon klien untuk data subyekti
adalah klien mengatakan sudah bisa duduk sendiri tanpa bantuan anaknya,
klien sudah bisa berjalan kamar mandi tetapi masih di batu anaknya sedangkan
data obyektifnya klien tampak tenang duduk diatas tempat tidur. Pada pukul
17.00 WIB melakukan intervensi yang ke-3 dengan latihan rentang gerak
(ROM) respon klien untuk data subyektif adalah klien mengatakan sudah bisa
melakukan latihan rentang gerak sendiri dan dapat menglanginya sedangkan
data obyektifnya klien tampak melakukan latihan rentang gerak dengan baik
dan benar.
Pada tanggal 16 februari 2021 pada pukul 18.00 melakukan implentasi
dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur melakukan intervensi keperawatan yang pertama mengidentifikasi
pola tidur dan aktivitas respon klien untuk data subyektif adalah klien
mengatakan sudah bisa tidur dengan baik dan tidak terbangun di malam hari
sedangkan untuk data obyektifnya klien tampak tersenyum dan kooperatif saat
di kaji. Pada pukul 18.30 WIB melakukan intervensi keperawatan yang ke-2
terapkan jadwal rutin respon klien untuk data subyektif adalah klien
mengatakan bersedia untuk di beri jadwal tidur rutin sedangkan untuk
obyektifnya klien kooperatif dan bersedia untuk tidur dengan jadwal rutin.

31
H. Evaluasi keperawatan
Pada tanggal 13 Februari 2021 pukul 20.00 WIB hasil evaluasi pre
oprasi pada diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan kekhawatiran
mengalami kegagalan S: klien mengatakan cemas saat akan dioprasi, O : klien
tampaak cemas, A : masalah belum teratasi, P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5.
Pada pukul 21.00 WIB melakukan evaluasi yg ke-2, S : klien mengatakan
cemasnya sudah berkurang dan sudah siap untuk di oprasi, O : tekanan Darah :
125/70 mmhg, suhu : 36,6 C, Respiratory Rate : 20x/menit, nadi : 78x/menit,
A
: masalah teratasi, p : hentikan intervensi.
Pada tanggal 14 Februari 2021 pukul 20.00 WIB hasil evaluasi pada
post oprasi dengan diangnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis S : klien mengatakan nyeri di bagian abdomen kanan
atas, O : klien tampak meringis menahan nyeri, P : nyeri saat beraktivitas/
bergerak, Q : seperti di tusuk-tusuk, R : di bagian abdomen kanan atas, S : skla
nyeri 4, T : hilang timbul, A ; masalah belum teratasi, P : lanjutkan intervensi
2,3,4,5.
Pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul 20.20 WIB hasil evaluasi
pada post oprasi dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri post oprasi klien mengatakan hanya bisa berbaring
belum bisa mengerakan badannya, O : klien tampak lemas dan hanya bisa
berbaring di tempat tidur, A : masalah belum teratasi dan tujuan belum
tercapai, P : lanjutkan intervensi 1,2,4,5.
Pada tanggal 14 Februari 2021 pada pukul 21.00 WIB hasil evalusi
pada post oprsi dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang kontrol tidur, S : klien mengatakan sulit tidur jika
tidur terbangun di malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi, O : klien
tampak lesu akibat kurang tidur, A : masalah belum teratasi tujuan belum
tercapai, P : lanjutkan intervensi 1, 2, 4, 5, 6.
Pada tanggal 15 Februari 2021 pada pukul 20.00WIB hasil evaluasi
pada post oprasi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis, S : klien mengatakan nyerinya sudah sedikit

32
berkurang, O : klien tampak meringis P : nyeri saat bergerak/ beraktivitas, Q :
seperti di tusuk-tusuk, R : di bagian perut kanan atas, S : skala nyeri 3, A :
masalah teratasi sebagian tujuan belum tercapai, lanjutakan intervensi, P :
lanjutkan intervensi 2 dan 5.
Pada tanggal 15 Februari pada pukul 20.30 WIB hasil evaluasi pada
post oprasi dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri post oprasi, S : klien mengatakan sudah bisa
mengerakan badanya dan sudah bisa duduk diatas tempat tidur meskipun masih
dibantu oleh anaknya, O : klien tampak duduk diatas tempat tidur, A : masalah
teratasi sebagian tujuan belum tercapai, P : lanjutkan intervensi 3 dan 5.
Pada tanggal 15 Februari 2021 pada pukul 21.00 hasil evaluasi pada
post oprasi dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan
dengan kurang kontrol tidur, S : pasien mengatakan sudah agak nyaman pada
saat tidur, O : wajah pasien tempak lebih segar dari sebelumya, A : masalah
teratasi sebagian tujuan belum tercapai, P : lanjutkan intervensi 4 dan 5.
Pada tanggal 15 Februari 2021 pada pukul 13.00 WIB hasil evaluasi
pada post oprasi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis, S : pasien mengatakan nyeri di bagian abdomen
kanan atas sudah berkurang P :nyeri terjadi saat beraktivitas/ bergerak, Q :
seperti di tusuk-tusuk, R :nyeri di bagian abdomen kanaan atas, S: skala nyeri
2, T : hilang timbul , O : klien tampak tersenyum, A : masalah terataasi tujuan
tercaapai, P : hentikan intervensi.
Pada tanggal 16 Februari 2021 pada pukul 13.30 WIB hasil evaluasi
post oprasi dengan dignosa kepeerawatan gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri pos oprasi, S : klien sudah bisa duduk sendiri tanpa
bantuan orang lain dah sudah bisa berjalan ke kamar mandi meski masih di
bantu oleh anaknyan, O : klien tampak tenang dan duduk di atas tempat tidur,
A : masalah teratasi tujuan tercapai, P : hentikan intervensi.
Pada tanggal 16 Februari 2021 pada pukul 14.00 WIB hasil evaluasi
pada post oprasi dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang kontrol tidur, S : pasien mengatakan sudah bisa

33
tidur dengan tenang dan sudah tidak terbanngun di malam hari, O : klien
tampak tersenyum sudah tidak terdapat kantung mata, A : masalah teratasi
tujuan tercapai, P : hentikan intervensi.

34
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
kasus Cholelitiasis pada Ny.S di ruang Baitulsalam 2 rumah sakit islam sultan agung
Semarang yang di kelola 3 hari pada tanggal 13 Februari 2021 sampai dengan 16
Februari 2021. Dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menentukan intervensi keperawatan
, melakukan implementasi keperawatan, serta sampai dengan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 13 Februari 2021
WIB di temukan pasien Ny.S dengan diagnosa keperawatan Choleliitiasis.
Pengertian dari Cholelitiasis ialah timbunan batu kristal di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu. Cholelitiasis juga dapat didefinisikan
sebagai endapan satu atau lebih komponen empedu, seperti kolestrol,
bilirubin, garam empedu, kalsium dan protein.(Nareswati, 2013).
Di sini penulis akan membahas tentang pengkajian yang belum
terdokumentasi secara lengkap, pengkajian adalah dasar dari proses
keperawatan yang memeliki tujuan untuk mengumpulka n informasi maupun
data klien supaya dapat mengindentifikasi masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan, dan keperawatan klien, baik fisik maupun lingkungan.(Jannah,
2019). Berdasarkan pengajian yang telah di data ada beberapa yang belum di
cantumkan oleh penulis yaitu, pengkajian pola eliminasi yaitu kebiasaan
dalam BAB, di kaji berapakali dalam sehari, berapaa frekuensinya,
bagaimana warnanya, bagaimana konsistensinya serta memilki bau yang
khas. (Syafridayani, 2019).
Diantaranya penulis tidak mengkaji lebih detail mengenai awal
mulanya adanya batu didalam saluran empedu pada abdomen klien yang
akhirnya klien didiagnosaCholelitiasis, klien mengatakan nyeri di abdomen
bagian kanan atas. Selain itu ada beberapa kekurangan dalam pengkajian
antara lain kekurangan dalam data pemeriksaan diagnostik, penulis juga

35
hanya melihat diagnosa klien pada rekam medikklien tanpa mengumpulkan
data yang cukup untuk mendukung ketepatan tentang penyakit klien.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dalam penegakan dan memprioritaskan
dignosa penulis mengambil landandasan teori menggunakan SDKI (Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia).
1. Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post oprasi
dibuktikan dengan pasien mengatakan kaki dan tanganya sulit
digerakan karena nyeri post oprasi pergerakan klien terbatas klien di
bantu anaknya pada saat beraktivitas. Ganguan mobilitas fisik adalah
keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri(PPNI, 2017). Batasan karakteristik pada masalah ganguan
mobilitas fisik antara lain : mengeluh sulit mengerakan ekstremitas,
nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat
bergerakan, kekuatan otot menurun, rentaang gerak (ROM) menurun,
sendi kaku, gerakan tidak terakoordinasi, gerakan terbatas, fisik
lemah.Pada tanggal 14 Februari 2021 penulis mengangkat diagnosa
tersebut karena pada saat pengkajian di dapatkan data pasien mengeluh
sulit menggerakkan ektemitas, nyeri saat bergerak dan pergerakan klien
terbatas.Penulis menegakkan diagnosa gangguan mobilitas fisik ini
sesuai dengan batasan karakteristik nyeri menurut(PPNI, 2017)
Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan ganguan
mobilitas fisik dengan tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam di harapkan gangguan mobilitas fisik klien menurun
dengan kriteria hasi sebagai berikut pergerakan ekstremitas klien
meningkat, kelemahan fisik menurun, kekuatan otot meningkat, rentang
gearak menjadi meningkat(PPNI, 2019). Adapun intervensi yang di
dapat dilakukan antara lain : Memonitor TTV, Identifikasi adanya
keluhan nyeri atau keluhan fisik lainya, memberikan dukungan positif
pada saat melakukan latihan gerak sendi, anjurkan ambulaasi sederhana

36
yang harus di lakukan (misalnya berjalan dari tempaat tidur ke kursi,
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi),
libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan ambulasi,
ajarkan mobilisasi sederhana (misalnya duduk di tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi, duduk disisi tempat tidur),ajarkan ambulasi
dini, latihan rentang gerak (ROM)(PPNI, 2018a).
. Salah satu intervensi pada masalah keperawatan ini yang
dimplemtasikan oleh penulis adalah mengidentitifikasi nyeri dan
keluhan fisik lainya, memonitoring Tanda-Tanda Vital, mengajarkan
latihan rentang gerak (ROM) Berdasarkan semua tindakan yang telah
dilakukan seharusnya penulis penulis menabahkan intervensi ukur nilai
kekuatan otot dan memberikan dukukan positif supaya untuk
mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas klien apakah sudah
ada perkembangan dalam beraktivitas (Forwaty et al., 2019). Latihan
rentang gerak (ROM) dapat membantu mempertahankan atau dapat
memperbaiki tingkat kesempurnaan pergerakan sendi secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan pergerakan massa otot dan tonus otot.
Latihan rentang gerak (ROM) merupakan salah satu meningkatkan
kesehatan dengan menjaga kelenturan otot dan dapat melancarkaan
peredaran darah(Indrayana & Wahyudi, 2020). Pada masalah
keperawatan ini keluarga sangat berperan dalam membantu klien untuk
begerak dan beraktivitas. Masalah keperawatan gangguan mobilitas
fisik seperti mandi, berpakaian, berpindah tempat atau bergerak, makan,
minum dan minum tentu membutuhkan bantuan oraang lain dan
keluarga .
Selain itu penulis juga tidak melakukan latihan miring kanan
dan kiri karena pada saat itu sedang lepas. Dengan latihan miring kanan
dan kiri hal ini bisa dipercepat pemulihannya dengan mobilisasi dini
dan dapat mencegah komplikasi pasca operasi laparatomi. Dengan
mobilisasi dini yang dilakukan dengan latihan di tempat tidur seperti
miring kiri miring kanan dan kiri, dengan bergerak akan mencegah

37
kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri menjamin
kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme
tubuh, mengembalikan kerja fisiolo gis organorgan vital yang pada
akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka sayatan post
oprasi. Biasanya mobilisasi dini sudah dapat dilakukan sejak 8 jam
setelah pembedahan, tentu setelah pasien sadar atau anggota tubuh
dapat digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan regional.
Banyak keuntungan yang bias diraih dari latihan di tempa ttidur dan
berjalan pada periode dini pasca operasi. Mobilisasi segera secara
bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi serta trombosis vena(Arif et al., 2020)
Penulis tidak mengalami kesulitan pada saat
mengimplementasikan intervensi ini kepada klien. Karena klien
kooperatif dan keluarga lebih berperan dalam membantu klien bergerak.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam. Evaluasi pada
diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri post oprasi pada hari terakir didapatkan respon yang sudah
memenuhi kriteria hasil klien sudah b isa duduk secara mandiri tanpa
bantuan orang lain, masalah teratasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dan
manfaat latihan rentang gerak (ROM) yaitu untuk meningkatkan atau
mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot,mempertahankan
fungsi jantung dan pernaapasan, menentukan nilai kemampuan sendi
tulangdan otot, memperbaiki tonus otot, memperbaiki tolerans otot
untuk latihan, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi (Irawati et al., 2016).
2. Nyeri akut
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
dibuktikan dengan klien mengatakan nyeri dibagian abdomen kanan
atas nyeri yang dirasakan hilang timbul. Nyeri akut adalah pengalaman
sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintesitas

38
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Penulis
mengagkat diagnosa tersebut (PPNI, 2016).
Batasan karakteristik nyeri : mengeluh nyeri, ekspresi wajah
klien menunjukan meringis dan gelisah, fokus pada nyeri penulis
menegakan diagnosa nyeri akut sesuai dengan batasan karakteristtik
nyeri menurut (PPNI, 2016)
Penulis menyusun rencanaa asuhan keperawatan pada diagnosa
nyeri akut setelah di lakukan tidankan keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan tinggat nyeri menjadi menurun dengan kriteria hasil sebagai
berikut keluhan nyeri menjadi menurun, ekspresi wajah meringis
menurun, gelisah menurun. Adapun intervensi yang dapat di lakukan
sebagai berikut : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, insensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, berikan terapi
farmakologi, berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri( misalnya terapi kompres hangat, terapi pijat, terapi musik),
ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.(PPNI, 2019). Intervesi yang di
tetapkan yaitu identifikasi saat tingkat ansietas, latihan kegiatan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan, ajarkan tehnik relaksasi,
anjurkan mengambil posisi nyawan semi flower, ciptakaan lingkungan
yang tenang tanpa ada gaangguan.(PPNI, 2018a)
Hasil penelitian (N urdin et al., 2013) tehnik napas dalam dapat
di lakukan dalam semua responden dan hasilnya sangat mempengaruh
yang signifikan terhadap penurunan skala pada pasien post oprasi
ansietas. Implentasi yang dilakukan oleh penulis yaitu pemberian tehnik
napas dalam di rasa cukup efekti dalam mengurangi nyeri pada klien
post oprasi Cholelitisis. Ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi adanya
perubahan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi pasien juga terlihat sangat nyaman setelah dilakukan tehnik
relaksasi tarik nafas dalam dan dapat berpengaruh untuk menurunkan
skla nyeri pada pasien post oprasi (Hamzah, 2020).

39
Hasil evaluasi menunjukan bahwa ketika di kaji klien
mengatakan skla nyeri klien 4 setelah di beri asihan keperawatan
selama 3x24 jam dengan tehnik relaksasi napas dalam skala nyeri klien
menjadi 2.
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
dibuktikan dengan klien merasa cemas dan kwatir akan kegagalan
oprasi yang akan dihadapinya.
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif
individu terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman(PPNI, 2016). Pada tanggal 13 Februari 2021
penulis mengangkat dignosa tersebut karena pada saat pengkajian
didapatkan data pasien cemas,khawatir dan gelisah akan oprasi yang
akan dihadapinya. Batasan karakteristik dalam Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI) sudah sesuai yaaitu adanya merasa
khawatir akibat kondisi yang di hadapi dan ekspresi wajah klien tampak
tegang menurut (PPNI, 2016).
Penulis tidak mencantumkan tingkat ansietas pada pasien
,tingkatan dalam kecemasan ada 4 tingkatan yaitu: Cemas ringan
Respon cemasringan seperti sesak nafas, frekuensi nadi menjadi
meningkat tekanan darah darah naik, gejala ringan padalambung, muka
berkerut dan bibir bergatar, lapangpersepsi luas, konsentrasi pada
masalah,tidak dapat duduk tenang, tremor halus padatangan. Cemas
sedang, Respon cemas sedangseperti: sering nafas pendek, nadi dan
tekanandarah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah,lapang pandang
menyempit, rangsangan luartidak mampu diterima, Bicara banyak dan
lebihcepat, susah tidur dan perasaan tidak enak. Cemas berat, Respon
kecemasan berat sepertinafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat,berkeringat berlebih dan sakit kepala, penglihatan
kabur,ketegangan dan lapang persepsi sangat sempit,tidak mampu
menyelesaikan masalah, blocking,verbalisasi cepat dan perasaan

40
ancaman meningkat.Panik, Respon panik seperti nafas pendek,rasa
tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,hipotensi, lapang perspsi
sempit, tidak dpatberpikir logis, agitasi, mengamuk, marah,
ketakutan,berteriak–teriak,blocing, kehilnagn kendalidan persepsi
kacau(Widyastuti, 2015). Pada ansietas yang dialami pasien termasuk
dengan tingkat ansietas sedang gejala yang dialami pasien seperti
mengalami tekanan darah klien menjadi menigkat, frekuensi nadi klien
menjadi meningkat, mulut sedikit kering, klien mengalami susah tidur.
Selain itu juga penulis tidak melakukan menghitung skla
kecemasan Sedangkan pengukuran tingkat kecemasan menggunakan
skala HARS (Hamilton Anxienty Rating Scale) yang terdiri dari 14
pertanyaan dengan skor 0 : tidak ada gejala, skor 1 : satu dari gejala
yang ada, 2 : separuh dari gejala yang ada, 3 : lebih dari separuh gejala
yang ada, 4 : semua gejala. Dengan nilai < 14 : tidak ada kecemasan,
nilai 14-20 : Kecemasan ringan, nilai 21-27 : Kecemasan sedang dan
nilai 28-41 : Kecemasan berat(Lestari & Yuswiyanti, 2018)
Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan pada
diagnosa ansietas Tujuan dan kriteria hasil yang di tetapkan yaitu
setelah di lakukan tindakaan keperawatan selama 1x24 jam keluhan
cemas klien berkurang dengan kriteria hasil sebagai berikut
kebingungan klien menurun, tekanan darah menjadi normal, ke
khawatiran menurun, pola tidur menjadi membaik (PPNI, 2019).
Adapun intervensi yang di lalukan antara lain Identifikasi saat tingkat
ansietas, latihan kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan,
ajarkan tehnik relaksasi, anjurkan mengambil posisi nyawan semi
flower, ciptakaan lingkungan yang tenang tanpa ada gaangguan(PPNI,
2018)
Hasil penelitian (Rokawie et al., 2017) fenomena yang di
temukan pada pasin pre oprasi sebagian besar pasien yang akan
menjalani operasi merasa khawatir dan mengatakan takut akan
terjadinya cacat, takut tidak sembuh, dan takut meninggal adapun

41
intervensi yang di lakukan yaitu dengan tehnik nafas dalam untuk
mengatasi kecemasan pasien yang akan mengalami pre oprasi abdomen.
Hasil evaluasi menunjukan ketika di kaji klien mengatakan merasa
cemas dan khawatir akan di oprasi setelah di beri asuhan keperawatan
selama 1x24 jam dengan tehnik nafas dalam klien mengatakan
cemasnya sudah berkurang dan sudah siap untuk di oprasi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur di
buktiktika dengan klien mengeluh sulit tidur jika terbangun di
malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi.
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal(PPNI, 2016). Pada tanggal 14
Februari 2021 penulis mengakan diggnosa tersebut karna pada saat
pengkajian didapatkan data pasien mengeluh sulit tidur jika terbangun
di malam hari tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Batasan karakterisitik
pada dignosa keperawatan mengeluh sulit tidur, mengeluh kemampuan
beraktifitas menjadi menurun,menguluh istirahat tidak cukup.(PPNI,
2016).
Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan pada diagnosa
gangguan pola tidur. Tujuan dan kriteria hasil yang di tetapkan yaitu
setelah di lakukan tindakaan keperawatan selama 2x24 diharapkan
gangguan pola tidur menjadi terasi dengan kriteria hasil sebagai berikut
kesulitan tidur mrnjadi menurun, keluhan istirahat tidak cukup menjadi
menurun, kemampuan beraktifitas menjadi membaik(PPNI, 2019).
Adapun intervensi yang di dapat dilakukan antara lain : Identifikasi pola
tidur dan aktivitas, identifikasi faktor penganggu tidur, fasilatasi
penghilang stres, ajarkan relaaksasi otot auto genetk atau cara
nonfarmakologi lainya, tetepkan jadwal tidur rutin, modifikasi
lingkungan (misalnya pencahayaan,kebisingan, suhu, matras, tempat
tidur(PPNI, 2018b)
Penulis mengunakan terapi murutal untuk mengatasi gangguan
pola tidur bahwa ada pengaruh terapi murottal Al Qur’an terhadap

42
kualitas tidur dipengaruhi oleh terapi murottal Al Qur’an dengan tempo
yang lambat serta harmonis lantunan Al Qur’an dapat menurunkan
hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan
tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak rangsangan audio Al-Quran berfungsi sebagai
pedoman hidup seorang muslim. Audio AlQuran memiliki efek dalam
mensekresi hormon-hormon dalam tubuh (Susanti et al., 2019)

C. Tambahan diagnosa keperawatan


Selain membahas masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S
dengan post operasi Cholelitiasis, penulis juga akan membahas diagnosa
tambahan yang tidak ditegakkan oleh penulis, yaitu risiko infeksi. Penulis
menambahkan diagnosa ini karena terdapat luka pada abdomen pasca operasi.
Penulis seharunya lebih melengkapi pada analisa datanya untuk menegakkan
diagnosa resiko infeksi, karena terdapat pembedahan yang mengakibatkan
luka sayatan yang berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik (PPNI, 2016). Sehingga harus di atasi karena tindakan pembedahan
membutuhkan keseterilan untuk mencegah terjadinya resiko infeksi (Sandy,
2015)

43
BAB V
PENUTUP
Asuhan keperawatan yang di kelola selama 3 hari mulai pada tanggal 13
februari 2021 sampai tanggal 16 Februari 2021. Langkah terakir dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini adalah membuat kesimpulan dan saran yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan asuhan keperawatan pada pasien khususnya pada pasien
Cholelitiasis.

A. Kesimpulan
Penulis memperpleh kesimpulan dari asuhan keperawarawatan pada Ny.
S dengan post oprasi Cholelitiasis sebagai berikut.
1. Dapat disimpulkan cholelitiasi adalah timbunan kristal di dalam
kandung empedu atau di saluran empedu seperti kolestrol, bilirubin,
garam epedu, kalsium, dan protein.
2. Pengkajian yang di lakukan mulai dari data umum, pola kesehatan
fungsional,pemeriksaanfisik, sampaidatapenunjang .pada pengkajian
Ny S pada tanggal 14 Februari 2021 di dapatkan data post oprasi
yaitu, mengeluh sulit bergerak karena nyeri post oprasi, mengeluh
nyyeri dia abdomen kanan atas karena nyeri post oprasi, sulit tidur
jika sudah tidur terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur lagi
sampai pagi.
3. Masalah keperawataan yang muncul pada Ny. S adalah ansietas ber
hubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan di buktiakn
dengan dengan klien merasa cemas dan kwatir akan kegagalan
oprasi yang akan dihadapinya, nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis di tandai dengan klien mengeluh nyeri di bagian
abdomen kanan atas nyeri yang dirasakan hilang timbul, ganguan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post oprasi di buktikan
dengan pasien mengatakan kaki dan tanganya sulit digerakan karena
nyeri post oprasi pergerakan klien terbatas klien di bantu anaknya
pada saat beraktivitas, ganguan pola tidur berhubungan dengan

44
kurang kontrol tidur di buktikan dengan klien mengeluh sulit jika
tertidur terbangun di malam hari dan tidak bisa bangun lagi sampai
pagi. Dengan diagnosa keperawatan prioritas adalah gangguan
mobilitas fisik.
4. Rencana tindakan yang ditetapkan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Fokus intervensi yang di berikan kepada
Ny. S dengan dignosa keperawatan prioritas gangguan mobilitas
fisik yaitu dengan latihan rentang gerak (ROM) pasif.
5. Implemntasi dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang
telah disusun pada masing- masing diagnosa keperawatan.
6. Hasil evaluasi yang di dapatkan setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari didapatkan tujuan tercapai dan masalah
teratasi.

B. Saran
1. Instutusi pendidik
Menjadikan karya tulis ilmiah sebagai referensi pada institusi
pendidik untuk menamping penyusunan asuhan keperawatan dengan
kaasus Cholelitiasis.
2. Lahan Praktik Rumah sakit
Hasil asuhan keperawatan di berikan kepada pasien sudah cukup
baik dan sebaikanya lebih meningkatkan mutu pelayanan supaya
dapat memberikan asuhan keperawatan serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan supaya dapat
menerapkan setiap asuhan keperawatan sesuai dengan teori.
3. Masyarakat.
Diharapkan bagi masyarakat hendaknya lebih menambah informasi
melalui tenaga kesehatan, media massa maupun media elektronik
untuk mengetahui cara pencegahan dari penyakit Cholelitiasis dan
mendukung sosialisasi tentang penyakit cholelitiasis yang di berikan
oleh tenaga kesehatan.

45
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S. N., Suyadi, & Harjayanti, A. D. (2019). Relaksasi Otot Progresif Dalam
Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Gastritis. Jurnal
Keperawatan CARE, 9(1).
Albab, A. U. (2013). Karakteristik Pasien Kolelitiasis Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo. 1–56.

Arianti, A., Mayna, N. P., & Hidayat, Y. (2020). Mobilisasi Dini Terhadap
Pemulihan Peristaltik Usus Dan Skala Nyeri Pasien Post Pembedahan. Journal
of Holistic Nursing Science, 7(1), 21–31.
Arif, M., Suryati, I., & Fitri, H. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Pelaksanaan Mobilisai Dini Pada Pasien Post Operasi Prosiding Seminar
Kesehatan Perintis. Jurnal.Stikesperintis, 3(1), 52–56.

Arifa, S., & Trise, I. N. (2012). Pengaruh Pemberian Informasi Persiapan Op Dengan
Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasn Pasien Pre
Op. Jurnal Kebidanan, IV(01), 40–49.
Diyono. (2013). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH sistem
pencernaan. KENCANA (DIVISI dari PRENADAMEDIA Group).

Forwaty, E., Malini, H., & Oktarina, E. (2019). Artikel Penelitian Pengaruh
Intradialytic Range of Motion ( ROM ) Exercise terhadap Depresi , Insomnia
dan Asupan Nutrisi pada Pasien Hemodialisis. 8(3), 529–536.
Hadi, P. (2016). Modul Bahan ajar cetak: Keperawatan Medikal Bedah II.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hamzah, A. A. (2020). PROMOSI MANAJEMEN NYERI NONFARMAKOLOGI
OLEH KELUARGA PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG BCH
RSUPN DR.CIPTOMANGUN KUSUMO JAKARTA. JURNAL
KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071, 1, 7–8.
Indrayana, T., & Wahyudi, T. (2020). Pengaruh Range of Motion Rom ) Aktif
Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lanjut Usia. Jurnal Perawat Indonesia,
4(2), 339.
Irawati, P., Sekarsari, R., & Marsita, A. (2016). Kefektian Latihan Rentang Gerak
ROM. Jurnal Ilmu Keperawatan. Jktf, 2, 31–40.
Jannah, M. (2019). “Metode Pengumpulan Data Dalam Pengkajian Proses
Keperawatan.”

Lestari, K., & Yuswiyanti, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD DR. R Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Maternitas, 3(1),
Halaman 27-32. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/4017

46
Naga, S. s. (2013). BUKU PANDUAN LENGKAP Ilmu Penyakit Dalam (P. E.
Nareswati (ed.)). DIVA Press.
Nurdin, S., Kiling, M., & Rottie, J. (2013). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
FRAKTUR DI RUANG IRINA A BLU RSUP PROF Dr. R.D KANDOU
MANADO. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 1(1), 106506.
Nurhikmah, R., & Efriza, Abdullah, D. (2018). Hubungan Peningkatan Indeks Massa
Tubuh dengan Kejadian Kolelitiasis di Bagian Bedah Digestif RSI Siti Rahmah
Padang Periode Januari - Juni 2018. Medical Journal.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.


PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tidakan
Keperawatan (edisi 1). PPNI DPP.
PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (edisi 1). DPP PPNI.

Rokawie, A. O. N., Sulastri, S., & Anita, A. (2017). Relaksasi Nafas Dalam
Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen. Jurnal
Kesehatan, 8(2), 257.
Sandy, F. P. T. (2015). Infeksi Luka Operasi (ILO) Pada Pasien Post Operasi
Laparotomi. Jurnal Keperawatan Terapan, 1(1), 14–24.

Sanusi, H., Umboh, A., & Umboh, V. (2019). PROFIL CT-SCAN PASIEN DENGAN
KOLELITIASIS DI BAGIAN RADIOLOGI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO PERIODE AGUSTUS 2015 – AGUSTUS 2016 Jurnal
KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 3 No 2, Juli - Desember 2019. 3(2), 8.
Sarwiji, B. (2011). Nursing: Memahami berbagai macam penyakit. Permata Putri
Media.
Susanti, S., Widyastuti, Y., & Sarifah, S. (2019). Pengaruh Terapi Murottal Al- Qur ’
an Untuk Menurunkan Nyeri Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Hari Ke
1 The Effect Of “ Murottal Al- Qur ’ an ” Therapy To Decrease Pain Of Lower
Extremity Fracture Post Operation Day 1. Indonesian Journal On Medical
Science, 6(2), 57–62.

Syafridayani, F. (2019). “Pentingnya Klasifikasi Data Dalam Pengkajian Proses


Keperawatan.” https://doi.org/10.31219/osf.io/tr4jz

47
Veronika, S., Tarigan, P., & Sinatra, J. (2016). Karakteristik Penderita Kolelitiasis
Hasil Ultrasonography ( USG ) di RSUD dr . Pirngadi Medan. Jurnal
Kedokteran Methodist Volume 10 Nomer 1 Tahun 2017, 2015–2018.
Widiastuti, W. (2019). Terapi Ursodeoxycholic Acid ( UDCA ) dan Tindakan
Kolesistektomi Laparaskopik pada Remaja dengan Cholelithiasis : Sebuah
Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 2(4), 34–39.
Widyastuti, Y. (2015). Gambaran Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur
Femur Di RS Ortopedi Prof . Dr . R Soeharso Surakarta (Description Of
Anxiety On Pre Operation Fracture Femur Patients In RS Orthopedi Prof . Dr .
R Soeharso Surakarta). Ejournal.Sikespku.Com, 12, 31–36.
Aini, S. N., Suyadi, & Harjayanti, A. D. (2019). Relaksasi Otot Progresif Dalam
Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Gastritis. Jurnal
Keperawatan CARE, 9(1).
Albab, A. U. (2013). Karakteristik Pasien Kolelitiasis Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo. 1–56.

Arianti, A., Mayna, N. P., & Hidayat, Y. (2020). Mobilisasi Dini Terhadap
Pemulihan Peristaltik Usus Dan Skala Nyeri Pasien Post Pembedahan. Journal
of Holistic Nursing Science, 7(1), 21–31.
Arif, M., Suryati, I., & Fitri, H. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Pelaksanaan Mobilisai Dini Pada Pasien Post Operasi Prosiding Seminar
Kesehatan Perintis. Jurnal.Stikesperintis, 3(1), 52–56.
Arifa, S., & Trise, I. N. (2012). Pengaruh Pemberian Informasi Persiapan Op Dengan
Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasn Pasien Pre
Op. Jurnal Kebidanan, IV(01), 40–49.
Diyono. (2013). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH sistem
pencernaan. KENCANA (DIVISI dari PRENADAMEDIA Group).
Forwaty, E., Malini, H., & Oktarina, E. (2019). Artikel Penelitian Pengaruh
Intradialytic Range of Motion ( ROM ) Exercise terhadap Depresi , Insomnia
dan Asupan Nutrisi pada Pasien Hemodialisis. 8(3), 529–536.
Hadi, P. (2016). Modul Bahan ajar cetak: Keperawatan Medikal Bedah II.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Hamzah, A. A. (2020). PROMOSI MANAJEMEN NYERI NONFARMAKOLOGI


OLEH KELUARGA PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG BCH
RSUPN DR.CIPTOMANGUN KUSUMO JAKARTA. JURNAL
KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071, 1, 7–8.
Indrayana, T., & Wahyudi, T. (2020). Pengaruh Range of Motion Rom ) Aktif
Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lanjut Usia. Jurnal Perawat Indonesia,

48
4(2), 339.
Irawati, P., Sekarsari, R., & Marsita, A. (2016). Kefektian Latihan Rentang Gerak
ROM. Jurnal Ilmu Keperawatan. Jktf, 2, 31–40.
Jannah, M. (2019). “Metode Pengumpulan Data Dalam Pengkajian Proses
Keperawatan.”

Lestari, K., & Yuswiyanti, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Wijaya
Kusuma RSUD DR. R Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Maternitas, 3(1),
Halaman 27-32. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/4017
Naga, S. s. (2013). BUKU PANDUAN LENGKAP Ilmu Penyakit Dalam (P. E.
Nareswati (ed.)). DIVA Press.
Nurdin, S., Kiling, M., & Rottie, J. (2013). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
FRAKTUR DI RUANG IRINA A BLU RSUP PROF Dr. R.D KANDOU
MANADO. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 1(1), 106506.

Nurhikmah, R., & Efriza, Abdullah, D. (2018). Hubungan Peningkatan Indeks Massa
Tubuh dengan Kejadian Kolelitiasis di Bagian Bedah Digestif RSI Siti Rahmah
Padang Periode Januari - Juni 2018. Medical Journal.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.


PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tidakan
Keperawatan (edisi 1). PPNI DPP.
PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (edisi 1). DPP PPNI.

Rokawie, A. O. N., Sulastri, S., & Anita, A. (2017). Relaksasi Nafas Dalam
Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen. Jurnal
Kesehatan, 8(2), 257.
Sandy, F. P. T. (2015). Infeksi Luka Operasi (ILO) Pada Pasien Post Operasi
Laparotomi. Jurnal Keperawatan Terapan, 1(1), 14–24.

Sanusi, H., Umboh, A., & Umboh, V. (2019). PROFIL CT-SCAN PASIEN DENGAN
KOLELITIASIS DI BAGIAN RADIOLOGI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO PERIODE AGUSTUS 2015 – AGUSTUS 2016 Jurnal
KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 3 No 2, Juli - Desember 2019. 3(2), 8.

49
Sarwiji, B. (2011). Nursing: Memahami berbagai macam penyakit. Permata Putri
Media.
Susanti, S., Widyastuti, Y., & Sarifah, S. (2019). Pengaruh Terapi Murottal Al- Qur ’
an Untuk Menurunkan Nyeri Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Hari Ke
1 The Effect Of “ Murottal Al- Qur ’ an ” Therapy To Decrease Pain Of Lower
Extremity Fracture Post Operation Day 1. Indonesian Journal On Medical
Science, 6(2), 57–62.
Syafridayani, F. (2019). “Pentingnya Klasifikasi Data Dalam Pengkajian Proses
Keperawatan.” https://doi.org/10.31219/osf.io/tr4jz

Veronika, S., Tarigan, P., & Sinatra, J. (2016). Karakteristik Penderita Kolelitiasis
Hasil Ultrasonography ( USG ) di RSUD dr . Pirngadi Medan. Jurnal
Kedokteran Methodist Volume 10 Nomer 1 Tahun 2017, 2015–2018.
Widiastuti, W. (2019). Terapi Ursodeoxycholic Acid ( UDCA ) dan Tindakan
Kolesistektomi Laparaskopik pada Remaja dengan Cholelithiasis : Sebuah
Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 2(4), 34–39.
Widyastuti, Y. (2015). Gambaran Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur
Femur Di RS Ortopedi Prof . Dr . R Soeharso Surakarta (Description Of
Anxiety On Pre Operation Fracture Femur Patients In RS Orthopedi Prof . Dr .
R Soeharso Surakarta). Ejournal.Sikespku.Com, 12, 31–36.

50
LAMPIRAN
Lampiran 1
SURAT KESEDIAN MEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ns. Retno
Issroviatiningrum, M.Kep

NIDN :06-0403-8901
Pekerjaan : Dosen

Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas


nama mahasiswa Prodi DIII Keperawatan FIK Unissula Semarang sebagai
berikut:
Nama : Yuli Artha Prihat Safitriani
NIM 40901800103
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Pre dan Post Op
Cholelitiasis di Ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang

Menyatakan bahwa mahasiwa seperti yang disebutkan di atas benar-benar


telah melakukan konsultasi pada pembimbing KTI mulai tanggal 13 Februari
2021 sampai dengan 26 Mei 2021 bertempat di prodi DIII Keperawatan FIK
Unissula Semarang. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan
sesungguhnya untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 26 Mei 2021

Pembimbing

Ns. Retno Issroviatiningrum, M.Ke

51
NIDN 06-0403-8901
Lampiran 2
SURAT KONSULTASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ns. Retno Issroviatiningrum, M.Kep
NIDN :06-0403-8901
Pekerjaan : Dosen

Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama


mahasiswa Prodi DIII Keperawatan FIK Unissula Semarang sebagai berikut:
Nama : Yuli Artha Prihat Safitriani
NIM 40901800103
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Pre dan Post Op
Cholelitiasis di Ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang

Menyatakan bahwa mahasiwa seperti yang disebutkan di atas benar-


benar telah melakukan konsultasi pada pembimbing KTI mulai tanggal 13
Februari 2021 sampai dengan 26 Mei 2021 bertempat di prodi DIII
Keperawatan FIK Unissula Semarang.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk


digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 26 Mei 2021


Pembimbing

Ns. Retno Issroviatiningrum, M.Kep

52
NIDN 06-0403-8901
Lampiran 3
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
MAHASISWA PRODI DIII KEPERAWATAN

FIK UNISSULA

NAMA MAHASISWA : Yuli Artha Prihat Safitriani

JUDUL KTI : Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Cholelitiasis


di Ruang Baitussalam 2 RSI Sultan Agung Semarang

PEMBIMBING : Ns. Retno Issroviatiningrum, M.Kep

Hari/ Materi Saran Pembimbing TTD


Tanggal Konsultasi Pembi
m bing
Selasa, Konsul - Kasus disetujui oleh pembimbing
16 pengambilan
Februari kasus
2021
Selasa, - Pembimbing menyampaikan untuk
23 langsung mulai pembuatan Bab 1
Februari
2021
Sabtu, 6 Konsul Bab 1 - Pembimbing menyampaikan untuk
Maret Bab 1 dikirim di grup
2021

Rabu, 24 - Langsung buat sampai Bab 3


Maret
2021

53
Kamis, Konsul Bab 3 - Lanjutkan sampai pembahasan dan
15 April penutup
2021

Rabu, 19 Konsul Bab 1-5 - Ditambahkan penguji 1,2 dan NIDN


Mei nya.
2021 - Daftar gambar, daftar lampiran dan
daftar isi ditambahkan.
- Latar belakang (kalau prevelensi
daerah semarang ada bias
ditambahkan).
- Peran perawat membantunya dengan
cara apa ditambahkan.
- Tujuan khusus diperbaiki.
- Nyeri dan aktivitas harus
ditonjolkan dipengkajian (kalau ada
nyeri harus dimunculkan PQRST).
- Tambahkan jenis-jenis cemas apa
saja
- Pengkajian yang dilaksanakan apa.
- Bisa ditambahakan jurnal-jurnalnya
lebih banyak jurnal lebih baik.
- Daftar pustaka pakai Mendeley dan
di rata kanankiri.
Senin, Konsul koreksi Jurnal yang dipembahasan ditambahkan.
24 Mei KTI yang sudah
2021 direvisi

Kamis, Konsul koreksi - Acc dan dilembar konsultasi


27 Mei KTI yang sudah dilengkapi dari mulai pengambilan
2021 direvisi kasus sampai Bab 5

54
Lampiran 4s
Tulis tangan lampiran Asuhan Keperawatan

55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80

You might also like