Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Sampai saat ini didunia ada kurang lebih sekitar 241 negara termasuk didalamnya negara indonesia.
Perlu diketahui bahwasannya setiap negara memiliki ciri dan karakter yang kuat baik dari segi
negaranya maupun dari segi bangsanya yang memudahakan bangsa lain untuk mengenalinya. Dengan
demikian itu, jika suatu negara atau bangsanya ingin mudah untuk dikenali oleh bangsa lain, perlu
adanya ciri khas yang menjadi jati diri bangsa tersebut. Negara indonesia sebagai salah satu bagian
dari negara-negara yang ada didunia menjadikan pancasila sebagai pandangan hidup sekaligus dasar
dan ideology negara. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam butir-butir sila pancasila harus dijadikan
sebagai ciri khas dalam pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi rakyat indonesia.
Sebagaimana terkandung dalam pansila lima nilai dasar yang dapat dijadikan landasan dalam
menjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana nilai dasar tersebut adalah nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Dengan menjalankan nilai-nilai dasar tersebut
dalam kehidupan maka ciri atau jati diri bangsa indonesia akan mudah dikenali bangsa lain sebagai
bangsa yang kuat, kokoh akan ciri khas yang melekat pada setiap diri bangsanya.
Kata Kunci: nilai-nilai pancasila, karakter, jati diri bangsa
Abstract
Until now in the world there are approximately 241 countries including Indonesia. It is necessary to know
that every country has strong characteristics and character both in terms of its country and in terms of its
nation which makes it easy for other nations to recognize it. Thus, if a country or nation wants to be
easily recognized by other nations, it is necessary to have a characteristic that becomes the identity of the
nation. The State of Indonesia as one part of the countries in the world makes Pancasila a way of life as
well as the basis and ideology of the State. Therefore, the values in the points of the Pancasila precepts
must be used as a characteristic in the implementation of national and state life for the Indonesian
people. As contained in the Pancasila, there are five basic values that can be used as the basis for carrying
out the life of the nation and state, where these basic values are the values of divinity, humanity, unity,
democracy and justice. By carrying out these basic values in life, the characteristics or identity of the
Indonesian nation will be easily recognized by other nations as a strong nation, solid with the
characteristics inherent in every nation.
Keywords: Pancasila values, character, national identity
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1647
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1648
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1649
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
semua peraturan yang ada dan berlaku di mewujudkan visi pembangunan nasional,
Indonesia harus bersumber Pancasila. yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak
Ditinjau dari segi istilahnya, mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
karakter sering disamakan dengan istilah beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
temperamen, tabiat, watak atau akhlak. Upaya pembentukan karakter sesuai
Sedangkan ditinjau secara etimologi dengan budaya bangsa ini tentu tidak
karakter memiliki berbagai banyak arti semata-mata hanya dilakukan di sekolah
seperti character (bahasa latin) yang tetapi juga dilakukan melalui serangkaian
berarti instrument of marking, charessein kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah,
(bahasa Prancis) yang berarti to engrove akan tetapi juga melalui kebiasaan dalam
atau mengukir, watek (bahasa Jawa) kehidupan, seperti religius, jujur, disiplin,
berarti ciri wanci, watak (bahasa toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-
Indonesia) yang berarti sifat pembawaan jawab, dan sebagainya.
yang mempengaruhi tingkah laku, budi Pendidikan Pancasila pada dasarnya
pekerti, tabiat, dan perangai seseorang. mengarahkan perhatian pada moral yang
Sedangkan menurut Wynne pada diharapkan dapat terwujud dalam
tahun 1991 kata karakter itu sendiri kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang
berasal dari Bahasa Yunani yang berarti to memancarkan iman dan taqwa terhadap
mark atau menandai dan memfokuskan Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat
pada bagaimana mengimplementasikan yang terdiri atas berbagai golongan agama,
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau kebudayaan, dan beraneka ragam
tingkah laku. Kata karakter dalam bahasa kepentingan, perilaku yang mendukung
Latin kharassein, dan kharax, yang kerakyatan yang mengutamakan
maknanya tools for marking, to engrave, kepentingan bersama di atas kepentingan
dan pointed stake. Kata ini mulai banyak perorangan dan golongan sehingga
digunakan kembali dalam bahasa Perancis perbedaan pemikiran diarahkan pada
caractere pada abad ke-14 dan kemudian perilaku yang mendukung upaya
masuk dalam bahasa Inggris menjadi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh
character, sebelum akhirnya menjadi rakyat Indonesia. Pendidikan Pancasila
bahasa Indonesia karakter. Sementara merupakan mata pelajaran wajib yang
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diajarkan diseluruh jenjang pendidikan,
(1995:445), istilah karakter berarti sifat- mulai pendidikan dasar sampai perguruan
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti tinggi. Karakteristik dari mata pelajaran
yang membedakan seseorang dari yang Pendidikan Pancasila adalah sebagai
lain tabiat, watak. pendidikan dan pembentukan nilai dan
Pendidikan karakter pada dasarnya moral.
mengajarkan tentang kebiasaan cara Sedangakan Prinsip merupakan
berpikir dan perilaku yang dapat sebuah kebenaran yang pokok atau dasar
membantu individu untuk hidup dan ketika orang berfikir, bertindak dan lain
bekerja sama sebagai keluarga, sebagainya. Dalam proses menjalankan
masyarakat, dan bernegara dan membantu prinsip-prinsip demokrasi secara umum,
mereka untuk membuat keputusan yang terdapat dua landasan pokok yang menjadi
dapat dipertanggung jawabkan. Pada dasar yang merupakan syarat mutlak yang
hakikatnya, Pendidikan memiliki peranan harus dipenuhi dan untuk harus diketahui
yang sangat penting dalam pembentukan oleh setiap orang yang menjadi pemimpin
karakter. Pendidikan karakter semula Negara atau rakyat atau masyarakat atau
ditempatkan sebagai landasan untuk organisasi atau partai dan atau keluarga,
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1650
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1651
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Pancasila telah disepakati dan disetujui Perlu diketahui bahwa Bangsa yang
oleh rakyat Indonesia melalui baik ialah bangsa yang mampu untuk
perdebatan dan tukar pikiran baik mempertahankan budayanya sehingga
dalam sidang BPUPKI maupun PPKI mampu menjadi ciri khas yang dapat
oleh para pendiri Negara. Perjanjian dibedakan dengan bangsa lain.
luhur tersebut dipertahankan terus Mempertahankan budaya bangsa di tengah
oleh negara dan bangsa Indonesia. Kita gempuran budaya asing tentu merupakan
semua mempunyai janji untuk hal yang tidak mudah. Karena, secara jujur
melaksanakan, mempertahankan serta diakui kondisi bangsa ini yang semakin
tunduk pada asas Pancasila. menunjukkan perilaku tidak terpuji dan
7. Pancasila sebagai Dasar Negara tidak menghargai budaya bangsa. Perilaku
Republik Indonesia. Sebagai dasar tidak terpuji tersebut antara lain
Negara, Pancasila merupakan suatu memudarnya sikap kebhinekaan dan
asas kerohanian yang meliputi suasana kegotongroyongan dalam kehidupan
kebatinan atau cita-cita hukum, masyarakat Indonesia. Di samping itu
sehingga merupakan suatu sumber perilaku anarkhisme dan ketidakjujuran
nilai, norma serta kaidah, baik moral marak di kalangan peserta didik. Seperti
maupun hukum negara dan menguasai tawuran, menyontek dan plagiarisme. Di
hukum dasar baik yang tertulis dalam sisi lain banyak terjadi penyalahgunaan
Undang-Undang Dasar maupun yang wewenang oleh para pejabat negara
tidak tertulis atau konvensi. Dalam sehingga korupsi semakin merajalela di
kedudukannya sebagai dasar Negara, hampir semua instansi pemerintah.
Pancasila mempunyai kekuatan Upaya mengaplikasikan nilai-nilai
mengikat secara hukum. Pancasila telah dilakukan pada masa
8. Pancasila sebagai Sumber Hukum pemerintahan Presiden pertama yaitu
Nasional. Pancasila merupakan sumber Soekarno pada tahun 1960-an, dalam
dari segala sumber hukum. Pancasila kerangkan nation and character building.
merupakan sumber kaidah hukum Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk
negara yang secara konstitusional meng-Indonesiakan orang Indonesia yang
mengatur negara Republik Indonesia disesuaikan dengan visi dan misi politik
beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu penguasa pada masa itu. Oleh karena itu,
rakyat, wilayah, serta pemerintahan bahan-bahan yang diberikan pun bukan
negara. Sebagai sumber dari segala hanya tentang Pancasila dan UUD 1945,
sumber hukum atau sebagai sumber tetapi juga bahan-bahan yang berisi
tertib hukum Indonesia maka Pancasila pandangan politik penguasa masa itu.
tercantum dalam ketentuan tertinggi Upaya menggemakan dan membakar
yaitu Pembukaan Undang-Undang semangat nasionalisme sangat tinggi,
Negara Kesatuan RI tahun 1945, sehingga Azyumardi Azra memandangnya
kemudian diaplikasikan atau sebagai fase ke-2 tumbuhnya sikap
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok- nasionalisme pada bangsa Indonesia.
pokok pikiran, yang meliputi suasana Alur pikir pembangungan karakter
kebatinan dari Undang-Undang Negara menempatkan bahwa pendidikan adalah
Kesatuan RI tahun 1945. Sehingga, Pada salah satu strategi dasar dari
akhirnya dijabarkan dalam pasal-pasal pembangunan karakter bangsa yang dalam
Undang-Undang Negara Kesatuan RI pelaksanaanya harus dilakukan secara
tahun 1945, serta hukum positif signifikan dengan beberapa strategi yang
lainnya. mencakup sosialisasi atau penyadaran,
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1652
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1653
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1654
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
tidak mau bekerja sama ketika ada banyaknya suku, agama, ras. Serta
teman membutuhkan bantuan. Serta menjaga adab dan kesopanan, budi
ada ungkapan dimana hukum tajam pekerti di dalam berbagai kondisi.
kebawah tumpul keatas. 3. Ketiga, Cinta pada tanah air untuk
menjaga persatuan dan kesatuan di
Rajasa tahun 2007 mengungkapkan tengah masyarakat karena menyadari
bahwasannya generasi muda harus bahwa kita bertanah air satu, Indonesia
mengembangkan karakter nasionalisme serta meningkatkan kreativitas karya
melalui tiga proses yaitu: yang kita hasilkan.
1. Pertama, Pembangun Karakter atau 4. Keempat, Mengawasi dan memberikan
character builder merupakan generasi saran terhadap jalannya
muda berperan membangun karakter penyelenggaraan kedaulatan rakyat
positif bangasa melalui kemauan keras, yang dilakukan pemerintah dan
untuk menjunjung nilai-nilai moral mengutamakan pengambilan
serta menginternalisasikannya pada keputusan dengan musyawarah
kehidupan nyata. mufakat untuk menyelesaikan suatu
2. Kedua, Pemberdaya Karakter atau permasalahan, baik kepentingan dua
character enabler menempatkan orang atau lebih.
generasi muda menjadi role model dari 5. Kelima, Senantiasa berusaha membantu
pengembangan karakter bangsa yang orang lain yang dilanda kesusahan,
positif, dengan berinisiatif membangun menghormati hasil musyawarah
kesadaran kolektif dengan kohesivitas sekalipun bertentangan dengan
tinggi, misalnya menyerukan pendapat kita, serta berani
penyelesaian konflik. memeperjuangkan keadilan baik untuk
3. Ketiga, Perekayasa karakter atau diri sendiri maupun untuk orang lain.
character engineer dimana generasi
muda berperan dan berprestasi dalam Setiap butir-butir sila dalam
ilmu pengetahuan dan kebudayaan, pancasila memiliki arti dan makna
serta terlibat dalam proses tersendiri didalamnya, makna tersebut
pembelajaran dalam pengembangan adalah:
karakter positif banmgsa sesuai dengan 1. Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang
perkembangan zaman (Ginting, 2017). Maha Esa bermakna bahwa bangsa
Indonesia hendaknya:
Adapun beberapa cara untuk a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan
mengaplikasikan nilai-nilai pancasila Yang Maha Esa sesuai dengan
dalam kehidupan sehari-hari adalah agama dan kepercayaannya masing-
dengan: masing menurut dasar kemanusiaan
1. Pertama, Memiliki satu agama dan yang adil dan beradab.
menjalankan peribadatan dari agama b. Hormat dan menghormati serta
yang diikuti dengan ketakwaan pada bekerjasama antara pemeluk agama
tuhan serta tidak memaksa seseorang dan penganut-penganut kepercaya-
untuk masuk ke agama yang diyakini an yang berbeda-beda sehingga
karena setiap orang memiliki hak untuk terbina kerukunan hidup.
memilih agama sesuai yang c. Saling menghormati kebebasan
dikehendaki. menjalankan ibadah sesuai dengan
2. Kedua, Menghargai perbedaan di agama dan kepercayaan masing-
tengah masyarakat yang terdiri dari masing.
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1655
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1656
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1657
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
DAFTAR PUSTAKA
Adha, M. M., & Susanto, E. (2020). Kekuatan nilai-nilai Pancasila dalam membangun
kepribadian masyarakat Indonesia. Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan
Keagamaan, 15(01), 121-138.
Anggraini, D., Fathari, F., Anggara, J. W., & Al Amin, M. D. A. (2020). Pengamalan nilai-nilai
Pancasila bagi generasi milenial. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan Politik (JISoP), 2(1), 11-
18.
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1658
Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 6 No. 1 Juni 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Antari, L. P. S., & De Liska, L. (2020). Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Penguatan
Karakter Bangsa. Widyadari: Jurnal Pendidikan, 21(2), 676-687.
Asatawa, I., & Ari, P. (2017). Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Makalah Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana.
Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa Di Era
Globalisasi. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(2), 440-450.
Damanhuri, D., Bahrudin, F. A., Legiani, W. H., & Rahman, I. N. (2016). Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa. Untirta Civic Education
Journal, 1(2).
Hadiwijono, A. (2016). Pendidikan Pancasila, eksistensinya bagi mahasiswa. Jurnal Cakrawala
Hukum, 7(1), 82-97.
Fauzi, F. Y., Arianto, I., & Solihatin, E. (2013). Peran guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam upaya pembentukan karakter peserta didik. Jurnal PPKn UNJ
Online, 1(2), 1-15.
Kaderi, M. A. (2015). Pendidikan Pancasila untuk perguruan tinggi.
Karim, N. (2010). Pendidikan karakter. Shautut Tarbiyah, 16(1), 69-89.
Maftuh, B. (2008). Internalisasi nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme melalui pendidikan
kewarganegaraan. Jurnal Educationist, 2(2), 134-144.
Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila sebagai upaya membentuk karakter
jujur. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(1), 33-41.
Pancasila, T. M. P. (2014). Pendidikan Pancasila. KATA PENGANTAR, 87.
Rachmah, H. (2013). Nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. E-Journal WIDYA Non-Eksakta, 1(1).
Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa
Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 82-89.
Ilham Maulana Aditia & Dinie Anggraeni Dewi – Universitas Pendidikan Indonesia 1659