You are on page 1of 26

Mekanisme Kerja Obat

Anestesi Lokal
Ratno Samodro*, Doso Sutiyono*, Hari Hendriarto Satoto*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

DISAMPAIKAN OLEH
DOKTER MUDA

NUZULUL CANDRA HANDAYANI

PEMBIMBING
DR. A.A.KRISNAYANA SP.AN

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESI


RSUD KOTA MATARAM
2016
ABSTRAK

 Berkembang dan meluas pemakaiannya relatif


lebih murah, pengaruh sistemik yang minimal,
analgesi yang adekuat dan kemampuan
mencegah respon stress secara lebih sempurna.
 Golongan ester dan golongan amide.
 Mekanisme kerja obat anestesi local mencegah
transmisi impuls saraf (blokade konduksi)
dengan menghambat pengiriman ion natrium
melalui gerbang ion natrium selektif pada
membrane saraf.
ABSTRAK

 Absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.


Komplikasi obat anestesi lokal yaitu efek
samping lokal pada tempat suntikan dapat
timbul hematom dan abses sedangkan.
 Efek samping sistemik antara lain neurologis
pada Susunan Saraf Pusat, respirasi,
kardiovaskuler, imunologi ,muskuloskeletal
dan hematologi
PENDAHULUAN

 Hasil yang baik akan dicapai apabila selain


persiapan yang optimal seperti halnya anestesi
umum juga disertai pengetahuan tentang
farmakologi obat anestesi lokal
SEJARAH

 Carl Koller (1884), pertama kali memperkenalkan


kokain secara topikal pada operasi mata.
 William Halsted (1884), seorang ahli bedah telah
menggunakan kokain intradermal dan blok saraf
fasialis, pudendal, tibialisposterior dan plexus
brachialis.
 Penggunaan klinis lidokain sejak 1947.
Sebelumnya dibukain (1930), tetrakain (1932)
dan sesudah itu kloroprokain (1955), mepivakain
(1957), prilokain (1960), bupivakain (1963),
etidokain(1972).
Penggolongan Obat Anestesi Lokal

 Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi


dalam dua golongan besar, yaitu golongan
ester dan golongan amide.
 Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam
perbedaan tempat metabolisme, dimana
golongan ester terutama dimetabolisme oleh
enzim pseudo-kolinesterase di plasma
sedangkan golongan amide terutama melalui
degradasi enzimatis di hati
 Untuk kepentingan klinis, anestesi lokal dibedakan
berdasarkan potensi dan lama kerjanya
menjadi 3 group.

 Group I meliputi prokain dan kloroprokain yang


memiliki potensi lemah dengan lama kerja
singkat.
 Group II meliputi lidokain, mepivakain dan
prilokain yang memiliki potensi dan lama kerja
sedang.
 Group III meliputi tetrakain, bupivakain dan
etidokain yang memiliki potensi kuat dengan
lama kerja panjang
 Anestesi lokal juga dibedakan berdasar pada mula
kerjanya.
 Kloroprokain, lidokain, mepevakain, prilokain dan
etidokain memiliki mula kerja yang relatif
cepat.
 Bupivakain memiliki mula kerja sedang, sedangkan
prokain dan tetrakain bermula kerja lambat.
 Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di negara kita
untuk golongan ester adalah prokain, sedangkan
golongan amide adalah lidokain dan bupivakain.
Secara garis besar ketiga obat ini dapat dibedakan
sebagai berikut
JENIS ANETESI LOKAL

PROKAIN LIDOKAIN BUPIVAKAIN


GOLONGAN ESTER AMIDE AMIDE
MULA KERJA 2 MENIT 5 MENIT 15 MENIT
LAMA KERJA 30 – 45 MENIT 45 – 90 MENIT 2 – 4 JAM
METABOLISME PLASMA HEPAR HEPAR
DOSIS 12 (mg/kgBB) 6 (mg/kgBB) 2 (mg/kgBB)
POTENSI 1 3 15
TOKSISITAS 1 2 10
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS

 Bagian lipofilik penting untuk aktivitas obat anestesi,


dan secara terapeutik sangat berguna untuk obat
anestesi local yang membutuhkan keseimbangan
yang bagus antara kelarutan lipid dan kelarutan air.

 Sifat dasar ikatan ini adalah dasar untuk


mengklasifikasikan obat yang menghasilkan blockade
konduksi impuls saraf seperti obat anestesi local ester
atau obat anestesi amide . Perbedaan penting antara
obat anestesi lokal ester dan amide berkaitan dengan
tempat metabolisme dan kemapuan menyebabkan
reaksi alergi.
 Obat dengan kelarutan lemak yang lebih rendah
biasanya memiliki onset yang lebih cepat .Durasi
kerja umumnya berkorelasi dengan kelarutan
lemak. Anestesi lokal dengan kelarutan lemak
tinggi memiliki durasi yang lebih panjang,
diperkirakan karena lebih lama dibersihkan dari
dalam darah
MEKANISME KERJA

 Obat anestesi local mencegah transmisi impuls


saraf (blokade konduksi) dengan menghambat
pengiriman ion natrium melalui gerbang ion
natrium selektif pada membrane saraf
(Butterworth dan Strichartz, 1990).
MEKANISME KERJA

 Gerbang natrium sendiri adalah reseptor spesifik


molekul obat anestesi local. Penyumbatan
gerbang ion yang terbuka dengan molekul obat
anestesi local berkontribusi sedikit sampai hampir
keseluruhan dalam inhibisi permeabilitas natrium.
Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium untuk
meningkatkan perlambatan kecepatan depolarisasi
seperti ambang batas potensial tidak tercapai
sehingga potensial aksi tidak disebarkan.
 Tidak semua serat saraf dipengaruhi sama oleh obat
anestesi lokal. Sensitivitas terhadap blokade
ditentukan dari diameter aksonal, derajat
mielinisasi, dan berbagai faktor anatomi dan fisiologi
lain. Diameter yang kecil dan banyaknya mielin
meningkatkan sensitivitas terhadap anestesi lokal.

 Dengan demikian sensitivitas saraf spinalis terhadap


anestesi lokal.
FARMAKOLOGI KLINIS

Farmakokinetik
 Karena anestesi lokal biasanya diinjeksikan atau
diaplikasikan sangat dekat dengan lokasi kerja maka
farmakokinetik dari obat umumnya lebih
dipentingkan tentang eliminasi dan toksisitas obat
dibanding dengan efek klinis yang diharapkan
A. Absorpsi
Sebagian besar membran mukosa memiliki barier
yang lemah terhadap penetrasi anestesi lokal,
sehingga menyebabkan onset kerja yang cepat. Kulit
yang utuh membutuhkan anestesi lokal larut-lemak
dengan konsentrasi tinggi untuk menghasilkan efek
analgesia. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi absorpsi seperti lokasi, adanya
vasokonstriksi dan agen anestesi.
B. DISTRIBUSI
 Distribusi tergantung dari ambilan organ, yang
ditentukan oleh faktor-faktor sperti perfusi jaringan
organ, koefisien partisi jaringan atau darah ikatan
protein plasma dan masa jaringan.
Metabolisme dan Ekskresi
 Metabolisme dan ekskresi dari lokal anestesi
dibedakan berdasarkan strukturnya
 Ester-anestesi lokal ester dominan dimetabolisme
oleh pseudokolinesterase (kolinesterase palsma atau
butyrylcholinesterase). Hidrolisa ester sangat cepat,
dan metabolitnya yang larut-air diekskresikan ke
dalam urin.
 Amida-anestesi lokal amida dimetabolisme (N-
dealkilasi dan hidroksilasi) oleh enzim mikrosomal
P-450 di hepar. Hidrolisa yang lambat sehingga
sangat sedikit obat yangdiekskresikan tetap oleh
ginjal
KOMPLIKASI OBAT ANESTESI LOKAL

1.Efek samping lokal


 Pada tempat suntikan ( Hematome, Abses )
2.Pengaruh Pada Sistem Organ
A. Neurologis Gejala awal rasa kebas hingga kejang.
B. Respirasi ( Apneu ,Bronkospasme )
C. Kardiovaskular ( Bradikardi, hipotensi, henti jantung )
D. Imunologi ( Reaksi alergi, mengurangi respon
inflamasi )
E. Muskuloskeletal ( Miotoksik )
F. Hematologi ( Menurunkan koagulasi )
INTERAKSI OBAT

 Suksinilkolin dan anestesi lokal ester (meningkatkan


potensi)

 Inhibitor pseudokolinaesterase

 Cimetidine dan propanolol (menurunkan aliran darah


hepatik dan bersihan lidokain )

 Opioid (misal, fentanil, morfin) dan agonis adrenergik


α2 (contoh: epinefrin, klonidin) meningkatkan potensi
penghilang rasa nyeri anestesi lokal.

 Kloroprokain epidural dapat mempengaruhi kerja


analgesik dari morfin intraspinal
RINGKASAN

 Berkembang dan meluas pemakaiannya ( murah,


pengaruh minimal, analgesia adekuat ).
 Secara kimiawi (ester dan amide)
 Perbedaan tempat metabolismenya.
 Mekanisme kerja obat anestesi local mencegah
transmisi impuls saraf (blokade konduksi)
dengan menghambat pengiriman ion natrium
melalui gerbang ion natrium selektif pada
membrane saraf.
RINGKASAN

 Farmakokinetik obat meliputi absorpsi,


distribusi, metabolisme dan ekskresi.
 Komplikasi obat anestesi lokal yaitu efek samping
lokal pada tempat suntikan dapat timbul
hematom dan abses.
 Efek samping sistemik antara lain neurologis
pada Susunan Saraf Pusat, respirasi,
kardiovaskuler, imunologi ,muskuloskeletal dan
hematologi Beberapa interaksi obat anestesi lokal
antara lain pemberian bersamaan
RINGKASAN

 Beberapa interaksi obat anestesi lokal antara lain


pemberian bersamaan dapat meningkatkan
potensi masing-masing obat. penurunan
metabolisme dari anestesi lokal serta
meningkatkan potensi intoksikasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marwoto, Primatika DA. Anestesi lokal/Regional. Dalam :


Soenarjo, Jatmiko DH. editor. Anestesiologi. Semarang :
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas kedokteran
UNDIP, 2010: 309-22.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Local Anesthetics. In:
Clinical Anesthesiology. 4th edition. New York: Mc Graw Hill
Lange Medical Books, 2006 : 151-52, 263-75.
3. Brown DL, Factor DA. Regional Anesthesi and Analgesia.
Philadelphia :WB Saunders, 1996 : 188 – 205.
4. Miller RD. Anesthesia. 5th edition . Philadelphia : Churchill
& Livingstone, 2000 : 491 – 515.
5. Stoelting R Hillier SC. Pharmacology and Physiology in
Anesthetics Practice. 4th ed. Philladelphia : JB Lippincott –
Raven, 2006:
 179 - 83

You might also like