Professional Documents
Culture Documents
Draft Laporan Akhir Kemiskinan Kab Lumajang
Draft Laporan Akhir Kemiskinan Kab Lumajang
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Lumajang ini bisa terselesaikan. Laporan Akhir Kajian Analisis Profil Kemisinan
pelaksanaan dan Analisa Profil Kemiskinan Kabupaten Lumajang dimana output yang
Demikian sebagai prakata dari kami, besar harapan kami laporan akhir profil
kemiskinan ini bisa memberi manfaat dan kiranya dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Hormat kami,
Lumajang,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi bergantung pada
potensi ekonomi yang dimiliki dan sumber daya-sumber daya yang ada yang dapat
berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Setiap sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi perlu dikelola dengan baik secara efektif dan
Salah satu indikator yang mencerminkan kondisi ekonomi suatu wilayah adalah
dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman
tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik
kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan
ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumber daya
lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam
pembangunan. Oleh karena itu potensi sumber daya yang dimiliki suatu wilayah
suatu wilayah tidak selalu dapat dikembangkan dengan optimal sehingga kontribusi
mengalami penurunan angka kemiskinan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data hasil
rata-rata kenaikan 0.3%, dari angka 9,49% pada tahun 2019, menjadi 9,83% pada
tahun 2020 dan 10,05% pada tahun 2021.Hal tersebut menunjukkan bahwa program-
maka diperlukan penanganan yang komprehensif dan bersifat lintas sektor serta
dan menyeluruh untuk mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga
Kajian Analisis Profil Kemiskinan Kabupaten Lumajang sebagai panduan awal dalam
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
tradisi dll)
KAJIAN PUSTAKA
hidup yang rendah yaitu suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
kemiskinan tidak hanya dapat dilihat dari sisi ekonomi tapi juga dapat dilihat dari segi
sosial, budaya, dan politik. Definisi kemiskinan ini semakin berkembang sesuai
definisi kemiskinan telah diperluas tidak hanya berdasarkan tingkat pendapatan tetapi
papan).
2. Ketidakmampuan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
3. Tidak ada jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
kemiskinan yang diacu dalam Mutaqien (2006), antara lain kemiskinan itu sendiri,
batas minimal tertentu untuk dapat hidup layak sebagai manusia. Batas tersebut
kemiskinan ini yang terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
adanya perubahan atau ‘shock’ yang mengakibatkan seseorang atau sekeluarga atau
kemiskinan.
6. Kemiskinan individual, yaitu kemiskinan yang terjadi jika hanya beberapa orang
struktural dan kemiskinan kronis dengan klasifikasi yang telah dilakukan Krisnamurthi
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial
sekitarnya. Kemiskinan struktural juga dapat diukur dari kurangnya perlindungan dari
hukum dan pemerintah sebagai birokrasi atau peraturan resmi yang mencegah
Hal ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan Papilaya (2006) bahwa
deprivation) manusia atau kelompok manusia yang terjadi secara sistematis sehingga
membuat manusia dan kelompok manusia terjebak dalam kondisi yang memiskinkan
disebabkan oleh beberapa hal yaitu kondisi budaya yang mendorong sikap dan
kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif, keterbatasan sumberdaya dan
perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, perubahan
yang bersifat musiman, dan bencana alam atau sesuatu yang menyebabkan
memperoleh penghasilan per kapita setara 230 kg beras bagi penduduk desa dan
per orang per hari ditambah dengan beberapa kebutuhan non pangan makanan
KFM adalah nilai barang dan jasa minimum yang diperlukan oleh suatu keluarga
per bulan. Ukuran garis kemiskinan didasarkan pada nilai pengeluaran konsumsi
per kapita.
rumah tangga miskin secara sosial dan politik. mereka sering tinggal didaerah
c. Alineasi, yaitu perasaaan tidak punya identitas dan kontrol atas diri sendiri. Hal
miskin dalam hubungan sosial yang sudah timpang antara pemilik dan penggarap,
antara majikan dan buruh atau antara pandega dan ponggawa. Buruh tidak punya
kemampuan untuk menetapkan upah, petani dan buruh nelayan tidak bisa
perwakilan sosial poitik mereka yang tercermin dari tidak adanya fleksibilitas dan
f. Kelangkaan aset yang membuat penduduk miskin desa bekerja dengan tingkat
Hal ini terjadi karena faktor alamiah, perubahan pasar, maupun kondisi
kesehatan.
h. Tidak adanya jaminan keamanan akibat status sosial rendah yang disebabkan
oleh posisi yang lemah, faktor agama, ras, etnik, dan sebagainya. Pendekatan
pendekatan objektif dan subjektif (objective and subjective approach). Dari berbagai
Bappenas adalah :
lain :
tidak memperoleh penghasilan atau kalau bekerja tidak penuh, baik dalam ukuran
4. ketiadaan aset
5. diskriminasi
6. tekanan harga
7.penjualan tanah
kerja yang dimasuki juga membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan
peluang.
2. Rendahnya derajat kesehatan Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan
kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran
kemiskinan itu.
terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat
terjangkau oleh pelayan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati
masyarakat lainnya. Berdasarkan penelitian Mukherjee, et al, 2001 yang diacu dalam
umum adalah kurangnya akses terhadap sarana dan prasarana sosial seperti
METODE PENYUSUNAN
a. Pengumpulan profil, informasi segala aspek dan urusan yang terkait dengan
data terbaru.
Sumber data yang akan dijadikan rujukan unuk penyusunan profil ini, yakni
data primer yang sebagian besar ada dalam ruang lingkup dan koordinasi dari Badan
Daerah (OPD) Kabupaten Lumajang yang memiliki data dasar dari salah satu urusan
pemerintahan daerah. Selain itu, adapun beberapa buku dan dokumen yang
menunjang data dalam penyusunan profil ini, yakni: Kabupaten Lumajang Dalam
Angka 2020 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lumajang.
3.3 ANALISIS DATA
dan penginterprestasian data berdasar persepsi atas fakta, realita dan fenomena data
pembahasan yakni :
secara makro.
Setelah mendapatakan data baik dari studi literatur dan dokumen, permohonan
informasi data di bidang atau lembaga terkait, maka akan dianalisis menggunakan
metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data dan pembahasan tersebut kemudian
Bujur Timur dan 7o52’ – 8o23’ Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Lumajang
Luas wilayah 1.790,90 Km2 atau 3,74 persen dari luas Provinsi Jawa Timur.
Dengan kondisi daerah yang demikian merupakan potensi yang sangat baik
ada di Kabupaten Lumajang yang terluas adalah Kecamatan Senduro seluas 170,90
km2 dan Kecamatan Pasrujambe seluas 162,47 km2. Sedangkan Kecamatan dengan
luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Sumbersuko seluas 29,07 km2 dan
Kecamatan Lumajang seluas 28,47 km2, adapun rincian persentase luas masing-
4%
10%
13%
5%
2%
1%
5% 2%
3%
3%
2% 5%
6% 4% 4%
Tabel. 4.1.
2019
4.2 TOPOGRAFI
yaitu : daerah gunung, pegunungan, dataran fluvial dan dataran alluvial. Kategori
sekitar Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Kecamatan yang termasuk ke dalam
kategori yang ketiga adalah Lumajang, Sumbersuko dan Sukodono. Untuk kategori
Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh 3
(tiga) gunung berapi, yaitu Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Bromo (3.292 m) dan
Gunung Lamongan. Untuk kawasan selatan, daerahnya sangat subur karena terdapat
endapan sediment dari sungai-sungai yang mengalirinya. Ada beberapa sungai yang
mengalir di kawasan tersebut yaitu Kali Glidik, Kali Rawan, Kali Gede, Kali Regoyo,
Kali Rejali, Kali Besuk Sat, Kali Mujur dan Kali Bondoyudo.Ketinggian daerah
permukaan laut, dengan daerah yang terluas adalah pada ketinggian 100 – 500 m
dari permukaan laut (dpl ) 63.109,15 ha (35,24%) dan yang tersempit adalah pada
ketinggian > 1.000 m dari permukaan laut yaitu 6.889,4 ha atau 3,85 persen dari luas
menyebabkan daerah ini mempunyai perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau berkisar pada bulan
April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April.
Daerah Lumajang mempunyai 3 (tiga) tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak
kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan setahun yang
Sedang daerah dengan iklim agak kering meliputi Tekung, Kunir dan
dengan temperatur udara rata-rata per bulan minimum 24,9° C, maksimum 32,2° C
yang secara umum suhu udara Kabupaten Lumajang tergolong panas. Pemantauan
yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bondoyudo
- Mayang di Lumajang dalam kurun waktu setahun ini rata-rata hari hujan berkisar
antara 1 sampai dengan 19 hari tiap bulannya. Sedangkan rata-rata intensitas curah
4.4 DEMOGRAFI
terdiri dari laki-laki sebesar 561.637 jiwa dan perempuan sebanyak 567.140 jiwa. Dari
sisi kepadatan penduduk, Kabupaten Lumajang tingkat kepadatan penduduk rata-rata
adalah 630 jiwa/km2. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduk per Kecamatan,
(2.012 jiwa/ km2), diikuti dengan Kecamatan Sukodono (1.303 jiwa/km2) dan
penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan 100. Pada Tahun 2019
sex ratio penduduk Kabupaten Lumajang sebesar 99.03 yang berarti setiap 100
Tabel 4.2
terdiri dari laki-laki sebesar 552.253 jiwa dan perempuan sebanyak 565.360 jiwa. Dari
adalah 625 jiwa/km2. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduk per Kecamatan,
(2.973 jiwa/ km2), diikuti dengan Kecamatan Sukodono (1.956 jiwa/km2) dan
penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan 100. Pada Tahun 2019
sex ratio penduduk Kabupaten Lumajang sebesar 98.32 yang berarti setiap 100
Indikator kinerja makro ekonomi yang paling kerap digunakan dan dinilai dapat
melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan jumlah nilai
tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi
biaya untuk menghasilkannya) oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam
Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi
Tabel 4.4
Produk Domestk Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Lumajang (Miliar rupiah), 2017-2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian,
A Kehutanan dan 10.838,18 10.944.17 11.209,67 11.314,47 11.650,49
Perikanan
Pertambangan dan
B 1.181,81 1.335,67 1.386,20 1.314,64 1.372,51
Penggalian
C Industri Pengolahan 5.562,03 6.234,65 6.772,35 6.587,69 7.135,35
Pengadaan Listrik
D 12,99 13,92 14,95 14,57 15,12
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E 14,59 15,40 16,41 17,14 18,60
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
F Konstruksi 2.225,25 2.417,10 2.611,54 2.465,89 2.542,52
Perdagangan Besar
dan Eceran
G 3.776,83 4.215,96 4.572,27 4.288,29 4.639,46
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 510,96 564,89 628,95 596,86 640,21
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 354,01 394,52 434,88 392,03 424,41
Makan
Informasi dan
J 879,77 949,16 1.046,58 1.129,68 1.203,05
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
K 493,86 534,28 560,81 562,11 579,54
Asuransi
L Real Estate 450,29 505,88 567,94 581,16 605,04
M,N Jasa Perusahaan 91,56 102,35 111,50 105,81 1088,45
Administrasi
Pemerintahan
O Pertahanan dan 852,96 962,25 1.057,57 1.087,72 1.088,45
Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 729,71 770,20 831,60 864,09 861,78
Jasa Kesehatan dan
Q 202,48 220,22 242,61 267,05 285,01
Kegiatan Sosial
R,
S, Jasa lainnya 455,58 509,83 555,13 472,78 508,20
T, U
jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di daerah
Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku atau PDRB atas dasar harga
menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.
Berdasarkan Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
2017 ke tahun 2018 sebesar 2.057,59 sedangkan pada tahun 2018 sampai tahun
2019 kenaikan sebesar 1.930,51. Untuk tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami
penurunan sebesar 558,94 atau merupakan kenaikan yang paling rendah diantara 4
tahun terakhir. Sedangakan pada tahun 2020 sampai tahun 2021 mengalami
Jika dilihat angka per-sektor, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih
Lumajang. Namun, meskipun sektor ini masih selalu menjadi sektor unggulan sektor
ini rupanya tidak memiliki perkembangan atau peningkatan secara signifikan tiap
sebesar 336,02 pada tahun 2020-2021. Sedangkan pada tahun 2019-2020 mencapai
peningkatan yang rendah daripada tahun 2020-2021 yakni sebesar 104,8. Jika dilihat
berdasar besaran peningkatan, maka sector pertanian kehutanan dan perikanan pada
tahun 2020-2021 mengalami peningkatan dari 2 tahun terakhir . Hal ini kemungkinan
perikanan di Kabupaten Lumajang. Sektor ini menjadi sector terbesar kedua setelah
sector pertanian, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2021, sector ini mencapai
disektor ini lebih besar dibandingkan peningkatan disektor pertanian, kehutanan dan
bahwa meskipun secara nominal sektor industry pengolahan lebih kecil daripada
mengelola atau memanfaatkan sumberdaya yang ada sudah cukup baik terbukti dari
untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan
ekonomi dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan tahun
dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua
lapangan usaha kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu
Grafik 4.3
Perkembangan Laju Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lumajang
Tahun 2017-2021
1,61
1,11
-2,79
mampu menekan laju inflasi sehingga laju inflasi selalu berada dibawah laju
Kabupaten Lumajang mengalami penurunan sejak tahun 2017 hingga 2019. Namun,
mencapai -2,79 dimana pada tahun 2019 mencapai 4,77. Penurunan pada tahun 2020
rendahnya produktivitas sumber daya manusia yang diperlihatkan oleh tingkat Indeks
Tabel 4.4
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lumajang Menurut
Komponen, Tahun 2016-2020
Komponen Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Tinggi rendahnya nilai IPM tidak dapat dilepaskan dari program pembangunan
peningkatan angka IPM tidak bisa terjadi secara instan. Pembangunan manusia
merupakan sebuah proses dan tidak bisa diukur dalam waktu singkat. Investasi
berikutnya, tetapi akan baru terasa pada beberapa tahun kemudian. Indeks
manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas
hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut
mencakup :
Rencana kerja tahunan yang dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja akan
merupakan indeks komposit dari 3 (tiga) jenis indeks yang mengukur tingkat
kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran masyarakat yang diukur melalui tingkat daya
beli masyarakat. Pengukuran IPM Kabupaten Lumajang berdasarkan data BPS tahun
2020 adalah 65,46 dan mengalami kenaikan 0,13 persen dari IPM tahun 2019 yang
menunjukkan angka 65,33. Untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan yang telah
dinikmati oleh masyarakat menggunakan indeks kesehatan. Indeks ini sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh UNDP (United Nation Development Program) yang
diukur berdasarkan capaian usia harapan hidup masyarakat. Berdasarkan tolok ukur
ini diasumsikan bahwa semakin tinggi usia harapan hidup suatu wilayah, semakin baik
2020 selalu menunjukkan peningkatan, yaitu dari 69,38 dan akhirnya di tahun 2020
secara bertahap angka rata-rata lama sekolah. Harapan Lama Sekolah pada tahun
2016 mencapai 11,77 tahun, di tahun 2017 sedikit meningkat menjadi 11,78
tahun dan di tahun 2018 menjadi 11,79 tahun. Di tahun 2019 menjadi 11,80 atau
naik 0,01. Seiring peningkatan dana alokasi untuk pendidikan, rata-rata lama
sekolah (MYS) juga meningkat dan tahun 2020 meningkat 0,01 persen yaitu 11,81.
Di tahun 2016 MYS mencapai 6,05 tahun dan kemudian di tahun 2017 dan
2018 masing-masing mencapai 6,20 dan 6,21 tahun. Di tahun 2019 menjadi 6,22 atau
naik 0,01. Berdasarkan hasil penghitungan angka IPM tahun 2016-2020, diperoleh
gambaran bahwa angka IPM kabupaten Lumajang selalu lebih rendah dari angka IPM
provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2019 IPM kabupaten Lumajang mencapai 65,46
terpaut signifikan dengan IPM provinsi Jawa Timur yang sebesar 71,71.
Tabel 4.5
Angka IPM dan Peringkat IPM Kabupaten Lumajang Tahun 2016-2020
Tahun Angka IPM Kabupaten Angka IPM Jatim Peringkat
Lumajang
2016 63,74 69,74 35
2017 64,23 70,27 36
2018 64,83 70,77 36
2019 65,33 71,50 36
2020 65,46 71,71 36
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lumajang, 2021
kategori rendah di tingkat Jawa Timur. Pada tahun 2020 peringkat IPM Kabupaten
Timur.
Hasil BPS tahun 2021 di Kabupaten Lumajang seperti terlihat pada tabel
4.7 menunjukkan bahwa penduduk usia kerja (15 tahun keatas) tercatat ada sebanyak
813.392 orang, yang terdiri dari angkatan kerja sebesar 554.318 orang dan bukan
angkatan kerja sebesar 283.106 orang .Sebagian besar penduduk usia kerja
tersebut kegiatan utamanya adalah bekerja sebanyak 534.879 orang. Hal ini
Tabel 4.6
Penduduk Usia Kerja (15 Tahun ke atas) Menurut Kegiatan Utama dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Lumajang Tahun 2021
Kegiatan Laki-Laki % Perempuan % Jumlah %
Utama
Angkatan 342.374 42,64 211.944 24,45 554.318 33,20
Kerja
Bekerja 327.246 40,76 207.633 23,95 534.879 32,03
Pengangguran 1.089 0,13 1.286 0,14 2.375 0,14
Pernah Kerja
Pengangguran 7.619 0,94 4.129 0,47 11.748 0,70
Tidak Pernah
Bekerja
Bukan 62.265 7,75 220.841 25,48 283.106 16,95
Angkatan
Kerja
Sekolah 23.358 2,90 18.943 2,18 42.301 2,53
Rumah 12.149 1,51 177.920 20,52 190.069 11,38
Tangga
Lainnya 26.758 3,33 23.978 2,76 50.736 3,03
Jumlah Usia 802.858 100 866.674 100 1.669.532 100
Kerja
Bila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia kerja, angkatan kerja laki-
laki lebih besar dibandingkan dengan angkatan kerja perempuan. Angkatan kerja laki-
laki sebanyak 42,64 persen dari penduduk usia kerja laki dan angkatan kerja
perempuan hanya 24,45 persen dari penduduk usia kerja perempuan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa jumlah penduduk usia kerja laki-laki lebih berpotensi untuk
bekerja dibanding dengan penduduk perempuannya. Sebaliknya, untuk penduduk
usia kerja perempuan yang termasuk bukan angkatan kerja lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki. Kegiatan utama seminggu yang lalu untuk penduduk usia kerja laki-
laki sebagian besar adalah bekerja sebanyak 40,76 persen sementara penduduk usia
kerja perempuan yang bekerja sebanyak 23,95 persen dan 20,52 persen mengurus
rumah tangga.
Tabel 4.7
Perkembangan Angkatan Kerja, TPAK, TPT dan TKK Kabupaten Lumajang
Tahun 2017-2020
Tahun 2017 2018 2019 2020
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah rasio antara penduduk yang bekerja
terhadap angkatan kerja. Antara TPT dan TKK akan selalu berkaitan satu sama lain.
Jika TPT semakin besar maka kesempatan kerja akan berkurang, dan sebaliknya
jika TKK besar berarti TPT akan berkurang atau semakin kecil. Berdasarkan table
5.5 diatas dapat diketahui bahwa jumlah angkatan kerja di Kabupaten Lumajang pada
tahun 2019 mencapai 548.450 orang, kemudian meningkat menjadi 557.754 orang
pada tahun 2020. Jumlah angkatan kerja yang meningkat dalam kurun waktu 2 tahun
tersebut searah dengan angka TPAK, tahun 2019 sebesar 66,14 persen, dan pada
tahun 2020 meningkat menjadi 66,92 persen. Nilai TPT di Kabupaten Lumajang pada
tahun 2019 sebesar 2,73 persen, mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2020 yang
angkanya sebesar 3,36 persen. Dengan TPT sebesar 3,36 persen pada tahun 2020,
artinya TKK pada saat itu sebesar 96,64 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Lumajang lebih besar dibandingkan jumlah
LUMAJANG
118,51
115,91
112,65
103,69
98,88
2018. Penurunan sebesar 4.81, merupakan sebuah penurunan yang relatif signifikan.
Hal ini disebabkan dalam menurunkan angka kemiskinan yang berarti juga mengubah
menyediakan infrastruktur dsb) bukanlah hal yang mudah. Sehingga, jika dalam 1
(satu) tahun saja pemerintah mampu menurunkan sebesar 4%, maka dapat dikatakan
bahwa usaha pemerintah daerah sudah baik. Meskipun, jumlah masyarakat miskin di
tidak luput pula dikarenakan jumlah populasi yang berbeda antar daerah serta
peluang pekerjaan. Termasuk juga kualitas pendidikan baik formal maupun informal
ternyata juga mempengaruhi tingkat kemiskinan rumah tangga. Selain itu, angka
yang akan berdampak secara multiplayer bagi kehidupan masyarakat. Ketika daya
beli masyarakat rendah, maka akan berdampak langsung pada kondisi pemenuhan
maka tidak heran jika persentase kemiskinan tinggi tentunya angka stunting, kematian
kelompok masyarakat marjinal yang berada pada referensi pendapatan sedikit lebih
dimaksudkan dalam garis kemiskinan ini meliputi konsumsi untuk sandang, pangan,
Gambar 5.2
Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Lumajang, 2017-2021
(rupiah/kapita/bulan)
334,906
318,196
296,633
281,461
267,366
kemiskinan, maka semakin tinggi pula daya beli masyarakat di Kabupaten Lumajang.
salah satunya oleh adanya peningkatan Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten
lebih besar Rp. 173.770 atau sebesar Rp. 1.826.831 pada tahun 2018.
pengeluaran penduduk miskin Kabupaten Lumajang tidak terlalu jauh dari garis
dalam pemenuhan kebutuhan pokok mereka, baik kebutuhan makan maupun non-
makanan.
Gambar 5.3
1,6 1,57
1,38
1,14
1,09
(P1) di Kabupaten Lumajang pada tiga tahun terakhir mengalami kenaikan. Pada
tahun 2021, P1 Kabupaten Lumajang mencapai 1.57 atau meningkat sebesar 0,43
dibandingkan tahun 2020 yakni 1,14. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi
mencapai 0,34 dibandingkan tahun 2020 yaitu 0,21 yang artinya semakin tinggi
Gambar 5.4
Perkembangan Indeks Keparahan (P2) Kabupaten Lumajang, 2017-2021
0,37
0,34
0,21 0,21
0,2
sebagai ibu rumah tangga yakni sebesar 108,993. Meskipun pekerjaan sebagai
sebagai petani atau pekebun yang mencapai 161,980 dan belum/tidak bekerja
sebesar 115,121 pada tahun 2018. Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa
alam serta keterampilan sumber daya manusia. Artinya jenis pekerjaan tersebut
merupakan jenis pekerjaan dengan pendapatan yang tidak pasti. Sehingga ketika
dalam 1 (satu) keluarga hanya ditopang oleh laki-laki (kepala keluarga), maka
keluarga tersebut akan sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Selain itu, jumlah
pekerja informal lebih besar dibandingkan pekerja disektor formal yang hanya
Tabel 5.2
Kemiskinan seringkali terjadi dikarenakan mereka tidak mampu diserap oleh lapangan
pekerjaan karena terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Sehingga,
hal ini menyebabkan mereka menjadi pengangguran dan tidak mampu memenuhi
kebutuhan primernya termasuk pemenuhan kualitas kesehatan, perumahan dan
akses-akses lainnya termasuk akses politik yang menjadi hak bagi seluruh rakyat
Indonesia.
yang berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan di Kabupaten Lumajang itu sendiri.
Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan antara jumlah murid pada jenjang
pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok
usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APK
ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang
pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin
banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu
wilayah. Nilai APK bisa lebih besar dari 100 % karena terdapat murid yang berusia di
luar usia resmi sekolah, terletak di daerah kota, atau terletak pada daerah perbatasan.
Gambar 5.5
APM dan APK Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Lumajang Tahun
2021
120
100
80
60
40
20
0
APM APK
(sekoah dasar) dan SMP lebih banyak diminati oleh masyarakat di Kabupaten
Lumajang. Namun sedikit sekali yang tertarik pada jenjang SMA, sehingga pemerintah
minimal hingga ke jenjang SMA dalam rangka peningkatan kualitas dan terserapnya
tenaga kerja disektor formal baik didalam maupun diluar wilayah Kabupaten Lumajang
yang pada akhirnya akan mampu memperbaiki kondisi ekonomi minimal dilevel rumah
tangga.
kesehatan ini merupakan salah satu dampak langsung dari adanya kemiskinan. Pada
kondisi kesehatan masyarakat yang semakin baik. Persentase balita yang telah
diimunisasi adalah proporsi penduduk berusia lima tahun ke bawah (balita) di rumah
tangga miskin yang setidaknya mendapatkan salah satu dari imunisasi BCG, DPT,
Tabel 5.3
Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Kecamatan dan
Jenis Imunisasi di Kabupaten Lumajang 2018
No Kecamatan HB<7har BCG DPT- Polio 4 Campak Imunisasi
i HB3 Dasar
Lengkap
1 Tempursari 368 362 348 352 375 401
2 Pronojiwo 471 455 418 421 512 508
3 Candipuro 942 880 740 734 777 776
4 Pasirian 1161 1103 1047 1038 1002 1030
5 Tempeh 1173 1145 1117 1120 1048 1068
6 Lumajang 1208 1122 1061 1061 1123 1104
7 Sumbersuko 567 598 582 582 523 507
8 Tekung 455 418 353 361 360 408
9 Kunir 710 666 631 685 669 685
10 Yosowilangun 819 829 890 890 804 771
11 Rowokangkung 520 458 480 529 391 419
12 Jatiroto 674 670 632 615 610 625
13 Randuagung 970 1017 831 874 815 787
14 Sukodono 799 861 811 808 771 698
15 Padang 457 452 419 402 408 401
16 Pasrujambe 529 484 459 467 446 583
17 Senduro 661 655 627 635 615 619
18 Gucialit 319 352 321 310 330 303
19 Kedungjajang 634 609 592 593 516 508
20 Klakah 734 684 648 645 665 695
21 Ranuyoso 682 632 609 619 553 583
Total 14853 14452 13716 13741 13313 13479
Sumber : BPS (2019)
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa Kecamatan Lumajang, Tempeh dan
Pasirian merupakan Kecamatan yang memiliki angka terbesar bayi yang mendapat
Tabel 5.4
Jumlah Bayi Lahir, Bayi Bawah Garis Merah (BGM) dan Bergizi Buruk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Lumajang,2018
No Kecamatan Bayi Lahir Bayi Bawah Gizi Buruk
Garis Merah
1 Tempursari 417 3 15
2 Pronojiwo 538 4 9
3 Candipuro 888 12 35
4 Pasirian 1180 15 28
5 Tempeh 1148 12 15
6 Lumajang 1159 8 22
7 Sumbersuko 510 4 19
8 Tekung 451 5 8
9 Kunir 702 6 14
10 Yosowilangun 752 5 17
11 Rowokangkung 432 1 9
12 Jatiroto 618 0 30
13 Randuagung 936 9 40
14 Sukodono 737 6 15
15 Padang 418 4 12
16 Pasrujambe 530 6 23
17 Senduro 607 2 7
18 Gucialit 305 2 1
19 Kedungjajang 555 3 13
20 Klakah 758 5 31
21 Ranuyoso 659 12 34
Lumajang 2018 14300 124 397
2017 1468 115 224
Sumber : BPS (2019)
peningkatan bayi lahir yang sangat signifikan ditahun 2018. Namun sayangnya,
peningkatan kelahiran bayi ini tidak diimbangi oleh kualitas kesehatan yang memadai
yang berdampak pada peningkatan bayi bawah garis merah dan gizi buruk.
Meningkatnya bayi bawah garis merah dan gizi buruk dapat disebabkan oleh
gizi untuk bayi.Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan rendahnya pendapatan
keluarga sehingga keluarga tidak dapat memenuhi asupan gizi bayi. Pemerintah
harus segera ambil langkah dalam menyikapi hal ini, karena jika tidak maka akan
Klassen Typology (Tipologi Klassen) Adalah alat ukur yang digunakan untuk
masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua
indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita
daerah. Dalam analisis ini digunakan indikator pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
klasifikasi daerah kuadran I (cepat maju dan cepat tumbuh) adalah Kecamatan
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita yang tinggi.
yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi pertumbuhan ekonomi lebih
rendah (maju tapi tertekan) yaitu Kecamatan Gucilalit, Tempursari dan Pasrujambe.
Selanjutnya adalah kuadran III yakni daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi tinggi tetapi tingkat pendapatan per kapita rendah (berkembang pesat) yakni
Kecamatan Candipuro, Kunir, dan Klakah. Dan yang terakhir adalah kuadaran IV,
satu permasalah sosial yang sulit untuk diuraikan, apabila tidak diatasi dengan segera
dikarenakan pula faktor-faktor yang mempengaruhi juga berbeda. Seperti yang telah
harga-harga barang dan jasa namun juga disebabkan oleh faktor lainnya seperti
Lumajang.
SD/SDLB (01)
0%
6% SD/SDRJT M.IBTIDAIYAH (03)
4%
1%
0%
13% 10% SMP/SMPLB(4)
SMP/SDRJT 2%
0%
42% PAKET B(05)
SMA/SDRJT 16% M.TSANAWIYAH(06)
62%
D1/D2/D3 4%
39% 1% SMA/SMK/SMALB (07)
S2/S3 M.ALIYAH(09)
SENDIRI(1)
BELUM KAWIN
(1) DIBANTU TDK
BAYAR(2)
9% 9%
KAWIN/NIKAH 11% 27%
DIBANTU
38% (2)
BAYAR(3)
37%
CERAI HIDUP (3) 6% BURUH/KARYAWA
26% 1%
N/PEGAWAI(4)
16% 0% 20%
CERAI MATI (4) PNS/DLL(5)
BEBAS TANI(6)
LAPANGAN KERJA
TANI(1)
HOLTI(2)
KEBUN(3)
IKAN TGKP(4)
IKAN BDDY(5)
TERNAK(6)
1%5% HUTAN(7)
6%
0%
1%
0% TAMBANG(8)
3% 30%
1% INDUSTRI(9)
LISTRIK GAS(10)
9% BANGUNAN(11)
PERDAGANGAN(12)
HOTEL(13)
9% 3% TRANSPORTASI(14)
0% INFORMASI(15)
7% 9%
0% KEUANGAN(16)
1%
2% 13% PENDIDIKAN(17)
KESEHATAN(18)
MASYARAKAT(19)
PEMULUNG(20)
LAINNYA(21)
Berdasarkan infografis diatas yang bersumber dari data DTKS tahun 2020
pendidikan, status kawin, status kedudukan dan lapangan pekerjaan dapat diketahui
berumur 41-60 (31%) dan >60 (28%). Dimana rentang umur tersebut adalah rentang
usia produktif. Dimana semakin banyak usia produktif, maka semakin besar pula
menyebabkan masyarakat merasa memiliki lebih banyak pilihan untuk bekerja, namun
pengalaman dan keterampilan yang mumpuni. Artinya jika selama ini pemerintah
daerah focus pada Analisa dan penurunan pengangguran terbuka, maka saat ini
pemerintah daerah Kabupaten Lumajang juga harus segera meletakkan fokus pada
pengangguran terselubung - tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
indikator penting dalam sebuah proses pembangunan daerah. Dalam hal ini, rupanya
pada data infografis partisipasi sekolah bahwa sebesar 61% tidak bersekolah lagi
Fakta partisipasi sekolah tersebut diperkuat oleh data ijazah tertinggi, dimana
sebesar 42% penduduk miskin di Kabupaten Lumajang tidak memiliki ijazah dan 39%
mereka hanya tamat hingga SD (ijazah tertinggi). Hal ini mengindikasikan bahwa
dimaksud tidak hanya masalah geografis namun literasi pendidikan dan kesadaran
masyarakat yang masih rendah. Selain itu, dream job menjadi petani serta
di Kabupaten Lumajang untuk memiliki pendidikan dan ijazah yang lebih tinggi dari
SD maupun SMP.
disampaikan untuk mengetahui jenjang pendidikan apa yang dilalui oleh masyarakat
memang masih perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk mengentaskan mereka dari
kemiskinan.
Selain umur produktif dan pendidikan, rupanya status kawin juga menjadi faktor
38% penduduk miskin di Kabupaten Lumajang adalah penduduk belum kawin dan
37% merupakan cerai hidup. Penduduk miskin yang belum kawin diperkirakan
cerai hidup dimana status ini akan mendorong kehidupan perempuan (umumnya)
menjadi lebih rentan karena dia harus menghidupi keluarganya sendiri dengan tingkat
employed ini diiringi dengan pendidikan atau keterampilan yang baik maka akan
Namun jika sebaliknya, maka mereka hanya akan menjadi subsistence worker atau
pekerja yang rentan. Selain itu, sebesar 26% penduduk miskin di Kabupaten
Lumajang bekerja disektor bebas tani (buruh tani/pekerja lepas). Tentunya pekerjaan
ini merupakan pekerjaan yang memiliki upah yang sangat rendah dan tidak pasti
(tergantung pada adanya pekerjaan dan pemberi pekerjaan) yang membuat para
penduduk yang bekerja sebagai pekerja lepas tani ini tidak mampu memenuhi
kebutuhan primernya. Disamping bekerja sendiri dan bebas tani, ternyata penduduk
buruh/karyawan (sebesar 11%). Hal ini menunjukkan bahwa upah yang diberikan
memberikan kesejahteraan.
Lumajang masih bergantung pada sektor primer yakni pertanian. Tebukti sebesar
30% penduduk miskin di Kabupaten Lumajang bekerja disektor pertanian dan 13%
bangunan (11%), perdagangan (9%) dan sektor lainnya. Sektor pertanian dan
peternakan merupakan sektor primer yang memberikan penghasilan yang tidak pasti
teknologi yang memadai) akan terus berada pada kondisi yang tidak sejahtera.
Kecamatan Yosowilangun.
Berikut merupakan data kelompok kerja tani per kecamatan, tidak bersekolah
GUCIALIT
JATIROTO
KEDUNGJAJANG
KLAKAH
8% 11%
KUNIR
3% 1%
LUMAJANG
3% PADANG
10% 4% PASIRIAN
3% 5% PASRUJAMBE
2%
PRONOJIWO
3% 9% RANDUAGUNG
2% RANUYOSO
4% 2%
1% 4%
ROWOKANGKUNG
9% 2% 9%
SENDURO
4% SUKODONO
SUMBERSUKO
TEKUNG
TEMPEH
TEMPURSARI
YOSOWILANGUN
5%5%3%
5%2%
LUMAJANG
2% 4% PADANG
4% PASIRIAN
8% PASRUJAMBE
6% PRONOJIWO
2% RANDUAGUNG
3% 6% RANUYOSO
5% ROWOKANGKUNG
4% 5% SENDURO
5%
SUKODONO
4% SUMBERSUKO
5%6% 2%7%
2% TEKUNG
TEMPEH
TEMPURSARI
YOSOWILANGUN
TEMPURSARI
YOSOWILANGUN
GUCIALIT
JATIROTO
KEDUNGJAJANG
KLAKAH
2%6% 5%2%5%
KUNIR
LUMAJANG
7% PADANG
2% 6%
2%
PASIRIAN
4% 5% PASRUJAMBE
PRONOJIWO
4%
4% 7% RANDUAGUNG
RANUYOSO
4% ROWOKANGKUNG
9% 4% SENDURO
2%8%
8% 3% SUKODONO
SUMBERSUKO
TEKUNG
TEMPEH
TEMPURSARI
YOSOWILANGUN
Berdasarkan ketiga infografis tersebut yakni kelompok kerja tani per
kecamatan, tidak bersekolah lagi per kecamatan dan tidak/belum pernah sekolah per
Kabupaten Lumajang.
Lalu untuk 5 (lima) Kecamatan dengan penduduk miskin paling banyak yang
Randuagung (8%), Kecamatan Pasirian (8%), dan Kecamatan Kunir (7%) sedangkan
a. Kecamatan Tempeh
maju dan cepat tumbuh namun memiliki penduduk miskin tidak bersekolah lagi
tertinggi (8%) dan bergantung pada sektor pertanian (10%) jika dibandingkan dengan
20 Kecamatan yang lain. Untuk data/profil kemiskinan di Kecamatan Tempeh adalah
sebagai berikut :
UMUR
19%
22%
0-20
21-40
41-60
>60
31% 28%
STATUS KAWIN
3% 9%
PARTISIPASI SEKOLAH
19%
TIDAK/BELUM PERNAH
SEKOLAH (0)
MASIH SEKOLAH (1)
18%
63% TIDAK BERSEKOLAH LAGI
(2)
JENJANG/JENIS PENDIDIKAN
1%
PAKET A (02)
7% M.ALIYAH(09)
PERGURUAN TINGGI (10)
0%
IJAZAH TERTINGGI
0% 0%
0%
6% TIDAK PUNYA
16% SD/SDRJT
41% SMP/SDRJT
SMA/SDRJT
D1/D2/D3
D4/S1
37%
S2/S3
LAPANGAN KERJA
0% TANI(1)
0% HOLTI(2)
1% KEBUN(3)
0%
IKAN TGKP(4)
0% 8%
IKAN BDDY(5)
3% 5% TERNAK(6)
HUTAN(7)
2%
35% TAMBANG(8)
INDUSTRI(9)
LISTRIK GAS(10)
9% BANGUNAN(11)
PERDAGANGAN(12)
HOTEL(13)
6% TRANSPORTASI(14)
INFORMASI(15)
1% KEUANGAN(16)
0% 6% 1% PENDIDIKAN(17)
17% 0% KESEHATAN(18)
3%
MASYARAKAT(19)
1% 0% PEMULUNG(20)
LAINNYA(21)
STATUS KEDUDUKAN
SENDIRI(1)
5%
18% 2% DIBANTU TDK BAYAR(2)
13%
1%
DIBANTU BAYAR(3)
BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI
(4)
26%
PNS/DLL(5)
35%
BEBAS TANI(6)
0%
Kecamatan Tempeh didominasi oleh umur produktif yakni umur 41-60 tahun (31%).
sekolah sebesar 63% tidak melanjutkan sekolah dan sebesar 39% menempuh jenjang
dimana 41% menyatakan tidak memiliki ijazah dan 37% memiliki ijazah tertingginya
penduduk miskin Kecamatan Tempeh adalah tani (35%) dan industri (17%). Hal
bahwa sebesar 35% mereka bekerja sebagai buruh/karyawan, 26% sebagai bebas
tidak hanya bertumpu pada sektor primer (pertanian) namun telah mampu
memanfaatkan sektor sekunder yakni industry. Namun hal yang perlu ditingkatkan
b. Kecamatan Randuagung
atau daerah yang relatif tertinggal. Tentunya hal tersebut diperkirakan karena selain
tingkat penduduk miskin yang tidak bersekolah lagi cukup tinggi (6%) juga penduduk
miskin yang belum/tidak pernah sekolah juga tinggi yakni sebesar 8% jika
UMUR
TIDAK/BELUM PERNAH
27% SEKOLAH (0)
MASIH SEKOLAH (1)
58%
15% TIDAK BERSEKOLAH LAGI
(2)
JENJANG/JENIS PENDIDIKAN
SD/SDLB (01)
8% PAKET A (02)
2%
0%
1% M.IBTIDAIYAH (03)
2%
0% SMP/SMPLB(4)
14% PAKET B(05)
3%
0% M.TSANAWIYAH(06)
M.ALIYAH(09)
PERGURUAN TINGGI (10)
STATUS KAWIN
10%
BELUM KAWIN (1)
37%
KAWIN/NIKAH (2)
CERAI HIDUP (3)
50% CERAI MATI (4)
3%
IJAZAH TERTINGGI
TIDAK PUNYA
00%
4% %
10% SD/SDRJT
SMP/SDRJT
47% SMA/SDRJT
D1/D2/D3
39%
D4/S1
S2/S3
LAPANGAN KERJA
TANI(1)
HOLTI(2)
KEBUN(3)
IKAN TGKP(4)
IKAN BDDY(5)
TERNAK(6)
HUTAN(7)
2%5%
2%
0%
TAMBANG(8)
0%
1%
0% INDUSTRI(9)
7% LISTRIK GAS(10)
BANGUNAN(11)
44% PERDAGANGAN(12)
10% HOTEL(13)
TRANSPORTASI(14)
0%
2% INFORMASI(15)
0%
2% KEUANGAN(16)
6% PENDIDIKAN(17)
0% KESEHATAN(18)
17% 0% MASYARAKAT(19)
PEMULUNG(20)
LAINNYA(21)
STATUS KEDUDUKAN
SENDIRI(1)
KELUARGA(8)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa umur penduduk miskin di
Kecamatan Randuagung tersebar disemua rentang usia yakni 30% untuk rentang usia
41-60 tahun, 29% untuk rentang usia 21-40 tahun, 22% untuk rentang usia 0-20 tahun
dan 19% untuk usia >60 tahun. Hal ini berarti di Kecamatan Randuagung, penduduk
miskin didominasi oleh penduduk produktif. Selain itu, terdapat kemiskinan anak
dikarenakan sebesar 22% adalah penduduk berusia 0-20 tahun. Fakta ini didukung
oleh adanya data tentang tingkat partisipasi sekolah di Kecamatan Randuagung yang
hanya mencapai 15% untuk status masih bersekolah dan 58% untuk status tidak
melanjutkan sekolah lagi sehingga mengakibatkan tamatan SMA hanya 8% dan MAN
ijazah SD hanya sebesar 39% (sebagai pendidikan tertinggi yang pernah dienyam
memiliki ijazah. Untuk kehidupan sosial, sebesar 50% penduduk miskin di Kecamatan
ini berstatus cerai hidup dan 37% adalah penduduk yang belum kawin.
miskinnya ternyata juga bergantung pada pertanian dimana terdapat 44% penduduk
miskin yang bekerja disektor pertanian dan hanya 17% disektor perkebunan dengan
status kedudukan adalah sebagai pekerja bebas tani (37%) dan berusaha sendiri
sebesar 25%. Melihat permasalahan ini, maka dapat disimpulkan bahwa kemiskinan
Peningkatan pendidikan baik itu hard maupun soft skill, formal maupun informal
hasil-hasil pertanian maupun perkebunan yang memiliki nilai tambah sehingga secara
jangka panjang akan mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup
c. Kecamatan Pasirian
maju dan cepat tumbuh. Namun disamping itu, sebesar 9% penduduk miskin di
bersekolah lagi.
UMUR
STATUS KAWIN
10%
BELUM KAWIN (1)
38% KAWIN/NIKAH (2)
CERAI HIDUP (3)
49% CERAI MATI (4)
3%
PARTISIPASI SEKOLAH
TIDAK/BELUM PERNAH
24% SEKOLAH (0)
MASIH SEKOLAH (1)
59%
17% TIDAK BERSEKOLAH LAGI
(2)
JENJANG/JENIS PENDIDIKAN
SD/SDLB (01)
PAKET A (02)
1%
1%
10%0% M.IBTIDAIYAH (03)
5%
0%
SMP/SMPLB(4)
PAKET B(05)
15%
M.TSANAWIYAH(06)
61%
SMA/SMK/SMALB (07)
7%
0% PAKET C(08)
M.ALIYAH(09)
IJAZAH TERTINGGI
TIDAK PUNYA
00%
5% % SD/SDRJT
13%
SMP/SDRJT
46% SMA/SDRJT
D1/D2/D3
36%
D4/S1
S2/S3
LAPANGAN KERJA TANI(1)
HOLTI(2)
KEBUN(3)
IKAN TGKP(4)
IKAN BDDY(5)
TERNAK(6)
2%
1% HUTAN(7)
4%
0%
1%
0%
3% TAMBANG(8)
3% INDUSTRI(9)
7% 34% LISTRIK GAS(10)
BANGUNAN(11)
7% PERDAGANGAN(12)
0% HOTEL(13)
TRANSPORTASI(14)
14% INFORMASI(15)
4% KEUANGAN(16)
4%
0%
5%1% 8% PENDIDIKAN(17)
KESEHATAN(18)
MASYARAKAT(19)
PEMULUNG(20)
LAINNYA(21)
STATUS KEDUDUKAN
SENDIRI(1)
BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI(4)
PNS/DLL(5)
23%
BEBAS TANI(6)
10%
0% 15% 1% BEBAS NON-TANI(7)
KELUARGA(8)
didominasi oleh penduduk miskin berumur produktif (29%) namun, umur penduduk
miskin di Kecamatan Pasirian tersebar disemua rentang seperti sebesat 27% untuk
rentang usia 21-40 tahun, 24% untuk rentang usia 0-20 tahun dan 20% untuk usia
>60 tahun. Hal ini berarti di Kecamatan Pasirian, penduduk miskin didominasi oleh
penduduk produktif. Selain itu, terdapat kemiskinan anak dikarenakan sebesar 24%
adalah penduduk berusia 0-20 tahun. Sama halnya seperti di Kecamatan
yang status kawinnya adalah cerai hidup. Secara sudut pandang sosiologi ekonomi,
kelompok rentan yang tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai,
akan mengalami permasalahan sosial dan ekonomi yang jauh lebih berat ketika
mereka harus bekerja sendiri (pendapatan hanya terdiri dari satu sumber) dan
menanggung kehidupan keluarganya. Masalah yang dihadapi tidak hanya melulu soal
papan yang layak namun lebih dari itu yakni ketidakmampuan untuk mengakses
kualitas hidupnya.
59% menyatakan tidak bersekolah lagi, artinya mereka hanya tamat dibangku SD
(36%) dan sebesar 24% tidak/belum pernah sekolah serta didukung pula oleh data
kepemilikan ijazah bahwa sebesar 46% tidak memiliki ijazah. Dengan tingkat
sektor pertanian (24%) dan sebesar 14% industry (kemungkinan besar disektor
tambang pasir) dengan kedudukan berusaha sendiri (32%), bebas tani (23%) dan
yang dikuasai oleh Kecamatan Pasirian yakni daerah tambang pasir seperti area selok
awar-awar ternyata belum mampu memberikan dampak equity (secara adil dan
tersedia dengan nilai tambah yang manfaatnya tidak hanya disektor ekonomi namun
juga sektor pendidikan dan kesehatan demi pembangunan ekonomi (termasuk IPM)
yang berkelanjutan.
d. Kecamatan Yosowilangun
yakni cepat maju dan cepat tumbuh dimana jika dibandingkan dengan 20 Kecamatan
UMUR
20% 23%
0-20
21-40
41-60
>60
30% 27%
STATUS KAWIN
3% 11%
24%
TIDAK/BELUM PERNAH
SEKOLAH (0)
MASIH SEKOLAH (1)
JENJANG/JENIS PENDIDIKAN
0% SD/SDLB (01)
0%
7%
PAKET A (02)
12% M.IBTIDAIYAH (03)
1%
0%
SMP/SMPLB(4)
PAKET B(05)
18% M.TSANAWIYAH(06)
59%
SMA/SMK/SMALB (07)
PAKET C(08)
3%
0% M.ALIYAH(09)
IJAZAH TERTINGGI
0% 0% 0%
7%
TIDAK PUNYA
13% SD/SDRJT
44% SMP/SDRJT
SMA/SDRJT
D1/D2/D3
D4/S1
36%
S2/S3
1% LAPANGAN KERJA
0%
TANI(1)
0% 0% 1% HOLTI(2)
KEBUN(3)
2% 4% IKAN TGKP(4)
1% 6% IKAN BDDY(5)
TERNAK(6)
HUTAN(7)
TAMBANG(8)
8% INDUSTRI(9)
48% LISTRIK GAS(10)
BANGUNAN(11)
PERDAGANGAN(12)
9% HOTEL(13)
TRANSPORTASI(14)
0% INFORMASI(15)
KEUANGAN(16)
2%
10% PENDIDIKAN(17)
KESEHATAN(18)
0% 5% MASYARAKAT(19)
0% 1% PEMULUNG(20)
0% LAINNYA(21)
2%
STATUS KEDUDUKAN
5% SENDIRI(1)
6%
DIBANTU TDK BAYAR(2)
29%
DIBANTU BAYAR(3)
BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI(4)
PNS/DLL(5)
36% BEBAS TANI(6)
6%
BEBAS NON-TANI(7)
1% KELUARGA(8)
17%
0%
rentang usia 0-20 tahun sebesar 23%, 21-40 sebesar 27%, 41-60 tahun sebesar 30%
dan usia >60 tahun sebesar 20%. Sehingga dapat diketahui bahwa rentang usia
Yosowilangun juga didominasi oleh penduduk dengan status kawin cerai mati dan
belum kawin. Dimana penduduk dalam kondisi tersebut merupakan penduduk yang
rentan tidak hanya disektor ekonomi, namun juga pendidikan serta kesehatan. Hal ini
sebesar 60% merupakan penduduk miskin yang tidak bersekolah lagi dan sebesar
24% belum pernah sekolah. Hal ini sejalan dengan jenis pendidikan yang dienyam
sebesar 44% tidak memiliki ijazah dan 36% memiliki ijazah SD/sederajat. Rendahnya
bergantung pada sektor pertanian (48%) dan peternakan (10%) dimana status
pabrik kayu dan pande besi di Kecamatan Yosowilangun belum mampu memberikan
sebesar 36% penduduk miskin merupakan pekerja lepas tani dan juga berusaha
sendiri dimana kondisi tersebut adalah kondisi yang sangat rentan dan memerlukan
e. Kecamatan Kunir
Kecamatan Kunir memiliki penduduk miskin yang tidak bersekolah lagi sebesar 6%
STATUS KAWIN
10%
BELUM KAWIN (1)
34%
KAWIN/NIKAH (2)
CERAI HIDUP (3)
53% 3% CERAI MATI (4)
PARTISIPASI SEKOLAH
TIDAK/BELUM PERNAH
24% SEKOLAH (0)
MASIH SEKOLAH (1)
IJAZAH TERTINGGI
TIDAK PUNYA
0%
6% SD/SDRJT
14%
SMP/SDRJT
45% SMA/SDRJT
D1/D2/D3
35%
D4/S1
S2/S3
LAPANGAN KERJA
TANI(1)
HOLTI(2)
5% KEBUN(3)
5%1%
0%
0%
2%
2% IKAN TGKP(4)
9% 40% IKAN BDDY(5)
9% TERNAK(6)
0% HUTAN(7)
8%
0%
1% 1%
2%
14% 0% TAMBANG(8)
INDUSTRI(9)
LISTRIK GAS(10)
STATUS KEDUDUKAN
SENDIRI(1)
dengan rentang usia 41-60 tahun (32%), usia 21%-40% (28%), 0-20 tahun (22%) dan
>60 tahun sebesar 18%. Dapat disimpulkan bahwa kompisisi umur penduduk miskin
di Kecamatan Kunir didominasi oleh penduduk usia produktif termasuk anak-anak dan
lansia. Selain itu, komposisi penduduk miskin dengan status cerai hidup sebesar 53%
dan belum kawin sebesar 34%. Tentunya hal ini mengindikasikan bahwa penduduk
miskin di Kecamatan Kunir menjadi lebih rentan dikarenakan penduduk dalam kondisi
tersebut merupakan penduduk yang rentan tidak hanya disektor ekonomi, namun juga
bersekolah lagi dan 24% tidak/belum sekolah. Hal ini sejalan dengan data jenis
pendidikan yang pernah ditempuh penduduk miskin Kecamatan Kunir yang sebagian
besar hanya sampai pada jenjang SD/sederajat (61%). Selain itu, 45% penduduk
miskin Kecamatan Kunir juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki ijazah dan
disektor sekunder namun masih bergantung pada sektor primer yakni sektor pertanian
40% dan peternakan sebesar 14% dengan status kedudukan berusaha sendiri (43%)
hal ini memberikan indikasi bahwa penduduk miskin Kecamatan Kunir memiliki etos
kerja yang cukup tinggi dimana dimungkinan mereka berusaha untuk keluar dari jerat
berfungsi untuk mengetahui aset apa yang “diperjuangkan” dan fungsi dari aset yang
25000
20000
15000
10000
5000
AN S O
ILA RI
KL G
GU RO
W NU G
TE O
NG OTO
AH
M IR
UN
KE JAT LIT
RA NO E
PA NG
SE NG
PA G
YO MP PEH
UA O
O
U N
NG
B
N
RO RA UN
AN
M ON
UK
SR IA
ND IW
SU UR
W SA
N
PR JAM
OK YO
A
U
AK
JA
NG
U
DA
KU
KU
PA SIR
TE EM
CI
J
DU IR
SO UR
RS
IP
AJ
ND
G
GK
SU OD
JA
ND
BE
T
K
O
LU
CA
oleh penduduk miskin. Hal ini menunjukkan bahwa akses terhadap informasi sudah
Selanjutnya, kepemilikan sepeda motor dan sepeda juga dimiliki oleh seluruh
pentingnya informasi dan mobilitas ini merupakan modal dasar bagi pemerintah
Kabupaten Lumajang.
hanya berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, upaya penanganan
pendapatan. Itu sebabnya, berbagai upaya penanganan kemiskinan itu belum mampu
memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian (sandang), dan tempat tinggal
rendah, pendidikan yang rendah, dan tingkat produktivitas yang juga sangat rendah.
perumahan),
massal
A. Kebijakan Langsung
politik
d. menciptakan iklim investasi dan bisnis yang sehat dan menguntungkan (aman
dan efisien)
melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas alokasi sumber daya alam dan
kelembagaan yang akan memperluas akses masyarakat miskin kepada sumber daya
seperti :
1) program rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi Anak dan Balita terlantar (AB),
dilindungi, dan direhabilitasi di dalam dan di luar panti sosial. Program ini dapat
berbentuk bantuan uang tunai, raskin, jamkesmas, bantuan pendidikan untuk siswa
pada sektor pertanian yang tinggi, status kedudukan bekerja didominasi oleh
berusaha sendiri dan buruh tani, serta didominasi oleh penduduk usia produktif dan
anak anak.
Kabupaten Lumajang Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani dan berusaha
sendiri
4. Tingginya masalah sosial sehingga menyebabkan tingkat kasus cerai hidup juga
tinggi yang juga berdampak pada semakin rentannya kehidupan penduduk miskin