You are on page 1of 1

MODERASI BERAGAMA

Masalah yang berkaitan dengan moderasi beragama disekolah yang telah terjadi bahkan
sedang terjadi dan menyerang kepada peserta didik khususnya siswi perempuan adalah
perundungan karena tidak memakai hijab. Sebagian kelompok peserta didik dalam satu kelas
notaben menggunakan hijab yang bercirikan pemeluk agama islam, akan tetapi didalam sekolah
tersebut terdapat sebagian peserta didik dengan pemeluk agama yang sama akan tetapi tidak biasa
menggunakan hijab. Aturan disekolah tersebut untuk siswi perempuan boleh menggunakan hijab
dan boleh juga tidak menggunakan hijab. Akibatnya siswi yang tidak menggunakan hijab
mendapatkan perundungan dari sekelompok temannya yang masing-masing menggunakan hijab.
Lalu dampak dari akibat tersebut siswi yang mendapatkan perundungan dari temannya mengalami
tekanan psikis dan merasa enggan untuk masuk sekolah.
Baru setelah mendapatkan perundungan dari temannya, siswi tersebut memutuskan untuk
tidak masuk sekolah bahkan sudah ingin putus sekolah karena kondisi disekolah yang tidak
membuat nyaman dirinya dan merasa tersiksa atas perundungan yang dilakukan oleh sekelompok
temannya kepada dirinya. Hal ini tentu sangat merugikan pihak lain yang tadinya sedang fokus
sekolah dalam menimba ilmu, akhirnya karena hal tersebut memutuskan untuk tidak sekolah.
Seharusnya moderasi agama salah satu pokok yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam
menjalankan peran sosial ditengah masyarakat yang majemuk dengan indikator moderasi beragama
yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan terhadap adat tradisi tertentu.
Segala bentuk macam intoleransi tidak boleh dibiarkan terjadi dalam sistem pendidikan di
indonesia. Praktek intoleransi merupakan dosa besar dunia pendidikan. Oleh karena itu situasi yang
tidak kondusif seperti halnya praktek intoleransi, tidak boleh dibiarkan ada dilingkungan pendidikan
khususnya disekolah.
Melihat dari kasus kejadian diatas menunjukan bahwa literasi dan moderasi beragama di
dunia pendidikan masih cukup belum baik khususnya dilingkungan sekolah. Kondisi ini memberi
kontribusi terjadinya intoleransi terhadap sesama peserta didik karena salah satu peserta didik tidak
menggunakan hijab. Adapun untuk mengatasi masalah ini tentunya bisa dianalisis dan diselesaikan
melalui pembelajaran peserta didik dengan menggunakan metode/model pembelajaran Projec Based
Learning (PJBL). Hal ini peserta didik diberikan arahan dari guru sebagai fasilitator untuk
memantau berjalannya tahapan-tahapan projek yang dilakukan oleh peserta didik secara
berkelompok.
Adapun rencana projek yang akan dilaksanakan peserta didik adalah sebagai berikut :
1. Membuat analisis mengenai cara menghargai Perbedaan serta membuat sebuah poster atau
anime tentang kemajemukan bangsa indonesia dari sudut pandang agama.
2. Meningkatkan pemahaman peserta didik makna dari toleransi, anti kekerasan melalui
membaca literatur berupa buku, artikel, jurnal, melihat dialog antar agama dan lain
sebagainya serta menguatkanya dengan mencari referensi lalu mengkaji berupa dalil naqli
dan aqli tentang toleransi.
3. Peserta didik membuat praktek nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari seperti nilai
saling menghargai kepada sesama, sikap jujur, kasih sayang, menjaga harmoni dilingkungan
sekolah, peduli terhadap sesama dan saling tolong menolong dalam nilai-nilai kebaikan.
4. Menciptakan dialog antar kelompok agama, diharapkan peserta didik mendengarkan dan
memahami pandangan orang lain, serta mencari solusi yang dapat menguntungkan semua
pihak.
5. Mengolah dan menjaga sikap tenang dan tidak mudah terprovokasi yang mungkin
menimbulkan berbagai macam konflik, merupakan sikap yang sangat diperlukan dalam
moderasi beragama.
6. Memasang hasil karya peserta didik berupa poster, pamflet mengenai toleransi, anti
kekerasan, komitmen kebangsaan, menerima tradisi dan lain sebagainya disekitar wilayah
sekolah dan secara online di publish di media sosial.

You might also like