You are on page 1of 39

PENEMUAN KASUS AFP

(HBS, CBS, HRR)


Mindo Nainggolan
National Polio Coordinator
IVD Unit – WHO Indonesia
Pengertian AFP

Penemuan Kasus AFP

Topik Pelaporan Kasus AFP

Pembahasan
Pengumpulan Sampel AFP

Penyimpanan dan Pengiriman


Sampel AFP
1. PENGERTIAN AFP
Pengertian AFP
▪ Anak usia kurang dari 15 Tahun
▪ Mengalami kelumpuhan layuh/lunglai
▪ Kelumpuhan terjadi mendadak, bukan
karena ruda paksa

TETAP LAPORKAN KASUS apabila ditemukan


keraguan menentukan sifat kelumpuhan akut
dan flaccid atau ada kaitan dengan ruda paksa
Penilaian Kekuatan Otot
Penilaian Kekuatan Otot dilakukan dengan Pemeriksaan
Langsung dan mengacu pada standar baku, misalnya SKALA dari The Medical
Research Council Inggris:
0 : tidak tampak kontraksi otot sama sekali
1 : tampak kontraksi otot dengan pergerakan yang sangat minim
2 : pergerakan baik, namun tidak bisa melawan arah gravitasi
3 : pergerakan baik melawan arah gravitasi, namun tidak bisa tahanan
4 : pergerakan baik melawan arah gravitasi dan cukup melawan tahanan
5 : Kekuatan otot penuh

Jika Kekuatan Otot kurang dari 5 maka dapat diklasifikasikan sebagai lumpuh/lemah
CONTOH ANAK DENGAN KEKUATAN OTOT NORMAL, MUSCULAR DISTROPHY, DAN
HIPOTONIA
BAYI LUMPUH LAYU:
Pada keadaan terlentang di tempat tidur
▪ Posisi seperti katak
▪ Gerakan sedikit
▪ Lutut menyentuh tempat tidur
Beberapa Diagnosa Penyakit
dengan Gejala AFP
1. Syndrome Guillain Barre 13. Periodic Paralysis
(SGB) hipokalemi
2. Myelitis transversa 14. Spinal Muscular
3. Poliomyelitis Atrophy
4. Polyneuropathy 15. Efek samping
5. Myelopathy sitostatika (mis: vincristin)
6. Dermatomyositis 16. Ensepalitis atau
Ensefalopati
7. Hipokalemi
17. Meningitis
8. Erb’s paralysis 18. Miastenia gravis
9. Food drop paralysis umum
10.Stroke pada anak 19. Metabolic myopathies
11.Todd’s paralysis 20. Herediter Motor and
12.Duchene Muscular Sensory Neoropathy
Dystrophy (HMSN)
Beberapa Diagnosa dengan AFP yang ada di daftar ICD10
NO. ICD 10 D I A G N O S I S of Diseases with accute flaccid paralysis
1 G. 54 Nerve root and plexus disorder
2 G. 56 Mononeuropathies of upper limb
3 G. 57 Mononeuropathies of lower limb
G. 61 Inflamatory Polyneuropathy
4 G. 61.0 Guillain - Barre S y n d r o m e
5 G. 61.8 Other Inflamatory Polyneuropathy
G. 62 Other Polyneuropathies
6 G. 62.0 Drug - induce Polyneuropathy
7 G. 62.1 Alcoholic Polyneuropathy
8 G. 62.2 P o l y n e u r o p a t h y d u e to o t h e r toxic a g e n t s
9 G. 62.8 Radiation - induce Polyneuropathy
10 G. 62.9 Polyneuropathy, unspecified
G. 63 Polyneuropathy in diseases clssified
11 G. 63.0 Polyneuropathy in infectious a n d parasitic diseases
Diptheria
L y m e disease
M u m p s
Posterpetic
G. 70 - 73 D i s e a s e s of Myoneur a l junction annd m uscle
12 G. 70.0 Myasthenia gravis
13 G. 70.1 Toxic Myoneural disorders
G. 71 Primary disorders of muscle
14 G. 71.0 Muscular dystrophy
(Autosomal ressive, Becker, Duchenne)
G. 72 Other Myopathies
15 G. 72.0 Drug - induce Myopathy
16 G. 72.1 Alcoholic Myopathy
17 G. 72.3 Periodic Paralysis
Hyperkalaemic
Hypokalaemic
Myotonic
Normokalaemic
18 G. 72.4 Inflamatory Myo p a t h y
19 G. 72.8 Other Specipied Myopathies
20 G. 72.9 Myopathy, b
G. 73 Disorders of Myoneur a l junction a n d m uscle in diseases classified
21 G. 73.4 M y o p a t h y in infectious a n d parasitic diseases classified
Beberapa Diagnosa dengan AFP yang ada di daftar ICD10
NO. ICD 10 D I A G N O S I S of Diseases with accute flaccid paralysis
1 G. 54 Nerve root and plexus disorder
2 G. 56 Mononeuropathies of upper limb
3 G. 57 Mononeuropathies of lower limb
G. 61 Inflamatory Polyneuropathy
4 G. 61.0 Guillain - Barre S y n d r o m e
5 G. 61.8 Other Inflamatory Polyneuropathy
G. 62 Other Polyneuropathies
6 G. 62.0 Drug - induce Polyneuropathy
7 G. 62.1 Alcoholic Polyneuropathy
8 G. 62.2 P o l y n e u r o p a t h y d u e to o t h e r toxic a g e n t s
9 G. 62.8 Radiation - induce Polyneuropathy
10 G. 62.9 Polyneuropathy, unspecified
G. 63 Polyneuropathy in diseases clssified
11 G. 63.0 Polyneuropathy in infectious a n d parasitic diseases
Diptheria
L y m e disease
M u m p s
Posterpetic
G. 70 - 73 D i s e a s e s of Myoneur a l junction annd m uscle
12 G. 70.0 Myasthenia gravis
13 G. 70.1 Toxic Myoneural disorders
G. 71 Primary disorders of muscle
14 G. 71.0 Muscular dystrophy
(Autosomal ressive, Becker, Duchenne)
G. 72 Other Myopathies
15 G. 72.0 Drug - induce Myopathy
16 G. 72.1 Alcoholic Myopathy
17 G. 72.3 Periodic Paralysis
Hyperkalaemic
Hypokalaemic
Myotonic
Normokalaemic
18 G. 72.4 Inflamatory Myo p a t h y
19 G. 72.8 Other Specipied Myopathies
20 G. 72.9 Myopathy, b
G. 73 Disorders of Myoneur a l junction a n d m uscle in diseases classified
21 G. 73.4 M y o p a t h y in infectious a n d parasitic diseases classified
KASUS AFP dengan jenis virus
polio cVDPV2 di Indonesia

*cVDPV2 adalah jenis polio virus yang bermutasi dan bersikulasi dari virus vaksin type 2
Kasus cVDPV2 di Indonesia

PROVINSI ACEH
Pidie
(1 kasus VDPV2 and 4 anak sehat positif
VDPV2)

Aceh Utara
(1 Kasus VDPV2)

Bireuen
(1 Kasus VDPV2)

PROVINSI JAWA Purwakarta


BARAT (1 Kasus VDPV2 from Purwakarta and 7 anak
sehat positif VDPV2)
CONTOH KASUS AFP DENGAN cVDPV2

Semua penderita berusia 15 tahun atau lebih yang diduga kuat


sebagai kasus poliomyelitis oleh dokter, dilakukan tatalaksana
seperti kasus AFP.

Anak Laki-laki, 7 tahun, jalan pincang Anak Perempuan, jalan pincang


Capaian OPV 4 di Provinsi Sulawesi Tenggara (2016-2022)
2016 2017 2018 2019

2020 2021 2022

<60%

60-
94%
>=95
%

Sumber :Buletin Imunisasi Rutin (Final), Dit. Pengelolaan Imunisasi, 2016-2022


Capaian IPV di Provinsi Sulawesi Tenggara (2017-2022)

2017 2018 2019

2020 2021 2022

<60%

60-
94%
>=95
%

Sumber :Buletin Imunisasi Rutin (Final), Dit. Pengelolaan Imunisasi, 2016-2022


Mengapa Imunisasi Penting?
Imunisasi Polio menyebabkan manusia memiliki Perwalanan terhadap
Virus Polio dalam saluran pencernaan, virus yang masuk ke dalam
saluran pencernaan akan menurun dan tidak mampu bereplikasi
sehingga rantai penyebaran terputus

Mengapa Surveilans AFP Penting?


Surveilans AFP sangat PENTING untuk mendeteksi dan
merespon Wabah Penyakit yang menyebabkan kelumpuhan.
Hal ini membantu menahan penyebaran penyakit dan mencegah
kasus lebih lanjut
2. CARA MENEMUKAN KASUS AFP
PENEMUAN KASUS AFP DAPAT DILAKUKAN
MELALUI

SISTEM SURVEILANS DI RUMAH SAKIT SISTEM SURVEILANS MASYARAKAT


(HOSPITAL BASED (COMMUNITY
SURVEILLANCE/HBS) BASED SURVEILLANCE/CBS)

a. Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) a. Surveilans Aktif


b. Surveilans Pasif Rumah Sakit b. Surveilans Pasif
c. Hospital Record Review (HRR) c. Review Register Puskesmas
Sistem Surveilans di RS (Hospital Based Surveillance/HBS)
Lokasi
Jenis Pelaksana Frekuensi

1. Surveilans Aktif RS yang memiliki Petugas Surveilans Dinkes Tiap minggu


RS (SARS) pasien <15 tahun
Petugas Surveilans RS Tiap hari

2. Surveilans Pasif Tenaga Kesehatan melaporkan Segera mungkin


RS pasien yang datang ke rumah
sakit,
yang memenuhi kriteria/definisi
operasional kasus
3. HRR Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Ko Tergantung Situasi,
misalnya Silent
District, RS tidak
aktif melapor, ada
kejadian KLB
SURVEILANS AKTIF BERBASIS RUMAH SAKIT
LAPORAN MINGGUAN

▪ RUANG RAWAT
▪ MEMERIKSA INAP/POLI ANAK
▪ RUANG RAWAT Melanjutkan
DIAGNOSA INAP/POLI PENYAKIT investigasi dll apabila
DALAM kasus AFP ada
▪ MENEMUKAN TANDA ▪ RUANG RAWAT ditemukan
DAN GEJALA AFP INAP/POLI SYARAF
▪ IGD

▪ REGISTER PASIEN
PETUGAS SURVEILANS
▪ EWARS/SKDR TIAP MINGGU
DINKES/KAB
▪ DISKUSI DENGAN DPJP MEREVIEW dan
BERKOORDINASI
▪ PJ SURVEILANS RS
SURVEILANS AKTIF BERBASIS RUMAH SAKIT
MEMERIKSA TANDA DAN GEJALA

▪ RUANG RAWAT INAP/POLI ANAK


▪ RUANG RAWAT INAP/POLI PENYAKIT
DALAM
MELAPORKAN DINAS
▪ RUANG RAWAT INAP/POLI SYARAF MINGGUAN KESEHATAN
▪ IGD
▪ REKAM MEDIS
termasuk zero KAB/KOTA
reporting

▪ DISKUSI dengan DPJP TIAP HARI PETUGAS SURVEILANS


▪ MENANYAKAN KASUS AFP KE TIAP RUMAH SAKIT
RUANGAN
HOSPITAL RECORD REVIEW

MELAKUKAN PUSKESMAS
MENCATAT HASIL INVESTIGASI PADA (Jika pasien sudah pulang)
KASUS
HRR (FP1, KU60, RM) RUMAH SAKIT
(Jika pasien masih dirawat)

HOSPITAL
RECORD REVIEW
▪ REKAM MEDIS (ICD10)
▪ DAFTAR REGISTER PASIEN DINAS KESEHATAN
DENGAN MELAKUKAN
▪ DIAGNOSA DIFFRENTIAL KAB/KOTA
DENGAN RIWAYAT
REVIEW
KELUMPUHAN/KELEMAHAN OTOT
SISTEM SURVEILANS MASYARAKAT (COMMUNITY BASED SURVEILANS/CBS)

Jenis Lokasi Pelaksana Frekuensi

1. Surveilans Aktif ▪ Pelayanan Kesehatan Petugas Puskesmas Di Puskesmas (Tiap


termasuk pengobatan Minggu)
tradisional
▪ Wilayah
Pedesaan/Kelurahan, dan
fokus pada anak-anak usia
<15 tahun, cakupan
imunisasi polio rendah,
wilayah kumuh, BABS
2. Surveilans Pasif Puskesmas Tenaga kesehatan Segera mungkin
melaporkan pasien yang
datang ke puskesmas
yang
memenuhi kriteria/defi
nisi operasional kasus
3. Review Register Petugas Surveilans PKM Tenaga Kesehatan Sesuai kondisi (periode
Puskesmas tertentu)
Mengingat masyarakat awam sulit membedakan antara
AFP dengan kelumpuhan lainnya, maka kepada masyarakat
diminta agar melaporkan semua anak berusia di bawah 15
tahun yang mengalami kelumpuhan apapun sebabnya ke
puskesmas terdekat.

Identifikasi anak yang tinggal di wilayah sanitasi yang tidak baik


3. PELAPORAN KASUS AFP
Alur Pelaporan Surveilans PD3I Lab mengirim database hasil lab (MLIS) dan
laporan bulanan
Kab/Prov/Pusat
melakukan monitoring
rutin SKDR: Pusat
Laboratorium
• Memastikan kasus Dinkes Provinsi ke Pusat Pusat mengirim bulletin dan umpan
yang dilaporkan di Mingguan (setiap hari Kamis): balik mingguan, bulanan, dan
SKDR diverifikasi dan form investigasi kasus dan list triwulan
ditindaklanjuti kasus
Provinsi mengirim spesimen ke lab rujukan, melampirkan
MR-01 dan MR-04)
Provinsi
Dinkes Kab/Kota ke Dinkes Provinsi
Lab kirim hasil ke Provinsi by email/WA
SKDR • Segera: form investigasi kasus dan
spesimen Provinsi meneruskan hasil lab by WA ke kab/kota
• Mingguan (setiap hari Selasa): form Kab/kota meneruskan hasil lab by WA ke Puskesmas/RS
investigasi kasus dan list kasus

Kab/Kota
Segera, setiap ada suspek: • Segera, setiap ada suspek:
Puskesmas melaporkan RS memberikan notifikasi ke Dinkes Kab/Kota
form investigasi kasus dan menggunakan form MR-03
kirim spesimen ke Dinkes
Kab/Kota • Mingguan, hari Senin
RS mengirimkan form SARS-PD3I ke Dinkes
Kab/Kota

Dokter Praktek Swasta,


Puskesmas Bidan, Kader, RS
Laporan mingguan, hari Senin/Selasa Masyarakat
Puskesmas mengirim laporan melalui
SKDR (WA/SMS)
KASUS AFP
/SUSPEK PD3I
AFP bukan diagnosa
Kekuatan otot diisi dengan
menggunakan skala angka
yang tidak umum (1-6)
Format Pelaporan
Surveilans Aktif
Rumah Sakit

Mingguan, dikirim oleh


RS ke Dinkes Kab/Kota
setiap hari Senin

31
4. PENGUMPULAN SAMPEL AFP
Tatalaksana Pengambilan Spesimen
Tinja Kasus AFP
APABILA MAKA

Isi Formulir FP 1
Kelumpuhan ≤ 14 Hari Ambil 2 Spesimen

Isi Formulir FP 1
Kelumpuhan > 14 Hari – Ambil 2 Spesimen
2 bulan KU 60
Resume Medis

Isi Formulir FP 1
Kelumpuhan > 2 bulan KU 60
Resume Medis
SPESIMEN TINJA DIKATEGORIKAN ADEKUAT:
SAAT PENGAMBILAN
▪ 2 spesimen dikumpulkan tidak lebih dari 14 hari dengan jarak Pengambilan sampel 1
dan sample 2 memenuhi masa tenggang minimal 24 jam
▪ Volume sampel tercukupi (minimal 8-gram atau sebesar ruas ibu jari orang dewasa bila
feses padat, dan minimal 1 sendok makan apabila menderita diare

SAAT DITERIMA DI LABORATORIUM:


▪ 2 spesimen tidak bocor.
▪ 2 spesimen volumenya cukup.
▪ Suhu dalam spesimen karier tidak melebihi 8
derajat
▪ Spesimen tidak rusak (kering, dll).

Apabila salah satu kriteria diatas tidak terpenuhi maka dikategorikan sebagai spesimen tidak adekuat.
5. PENGUMPULAN dan
PENYIMPANAN SAMPEL AFP
Pengambilan dan Pengumpulan Spesimen

Hospital Rumah

Apabila penderita dirawat di RS: Apabila penderita dirawat di Rumah:


1. Mintalah bantuan kepada salah seorang 1. Mintalah bantuan kepada orang tua untuk
petugas rumah sakit untuk mengumpulkan mengumpulkan spesimen dari penderita.
spesimen dari penderita. 2. Titipkan spesimen carier yang sudah
2. Titipkan perlengkapan untuk mengambil dilengkapi cold pack
spesimen kepada petugasrumah sakit. 3. Buat perjanjian untuk pengambilan spesimen
3. Jelaskan kepada petugas bersangkutan cara: 4. Jelaskan tatacara Pengambilan, Penyimpanan,
▪ mengumpulkan spesimen, termasuk dan Pengumpulan Spesimen kepada orang
seberapa banyak spesimen yang harus tua.
dikumpulkan, dan memasukkannya
kedalam pot-tinja.
▪ menyimpan spesimen dalam specimen
carrier.
▪ mengelola specimen carrier: Specimen
carrier hanya boleh dibuka pada waktu
akan menyimpan spesimen ke
dalamnya dan harus ditutup rapat
segera setelah spesimen dimasukkan ke
dalamnya.
Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan:
Upayakan langsung (<48 jam) melakukan investigasi setelah kasus dilaporkan/ditemukan

Upayakan mengumpulkan 2 sampel dengan jarak kedua sample minimal 24 jam

Upayakan mengirimkan spesimen dalam 72 jam setelah sample terakhir diterima

Simpanlah sample dalam suhu freezer, apabila tidak dapat dipastikan bisa mengirimkan sampel
dalam 72 jam. Hal ini sudah dilakukan saat Pengambilan sample dengan menggunakan icepack
Kesimpulan
• Surveilans AFP merupakan alat penting yang digunakan secara
global untuk mendeteksi penyakit baru dan merespons wabah.
• Memperkuat jejaring RS/PKM dalam penemuan dan pelaporan
kasus AFP dengan membentuk tim kerja pelapor kasus AFP
• Mendorong pihak RS/PKM agar aktif melapor baik zero reporting
• Meningkatkan pemantauan pada RS/Puskesmas prioritas oleh
Dinkes setempat
• Monitoring dan evaluasi performa surveilans secara berkala baik
melalui pelaporan rutin atau temuan kasus
Referensi
• Global Polio Surveillance Action Plan, 2022-2024 (who.int)
• Pedoman Surveilans Kemkes: Pedoman dan Juknis - Google Drive
• Contoh link HRR di Provinsi Aceh:
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1c3HRX7QfZcAMhVy8vTYRrU-1nEC1I5XC/edit#gid=258653822

• Video Pengambilan Sampel AFP:


https://www.youtube.com/watch?app=desktop&v=ce51Lh7rBx4
• Video AFP surveillance:
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1KObb4D_njNA3WJca
9M58fELlzjbXIjko

You might also like