You are on page 1of 13

MAKALAH AGAMA

KEJADIAN DAN HAKIKAT MANUSIA MENURUT AJARAN ISLAM YANG


BERPOTENSIAL UNTUK BERIMAN, BERTAKWA DAN BERAKHLAK

DOSEN PEMBIMBING :

ANDRIANTO

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. Muhammad Reyhan (231014201015)


2. Siti Rani Hasanah (231014201011)

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPSB) PADANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT

LUBUK ALUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “Kejadian dan Hakikat
Manusia Menurut Ajaran Islam Yang Potensial Untuk Beriman, Bertakwa dan
Berakhlak”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Agama Islam di Universitas Sumatera Barat.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Lubuk Alung, 17 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................……………....................................................…… i

DAFTAR ISI .................................................................................................……..… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .......................................................................................……… 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................….……….. 5

C. Tujuan ..........................................................................……....................…....… 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Kejadian dan Hakikat Menurut ajaran islam …………………………………... 6

1. Hakikat Manusia …………....................................................……....….…. 7

2. Asal Kejadian Manusia ............................................................……..…… 13

3. Tugas Manusia Menurut Agama ...............................................…………. 15

4. Fungsi Agama dalam Hidup Manusia....................................….........…… 18

5. Agama dan Tuntunan Hidup ………………………………….…………. 21

6. Motivasi dan Tujuan Beragama ………………………………….....…… 22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................……..…. 21

B. Saran ......................................................................................................…….. 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu
yang sangatklasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja
dengan berbicaratentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi(mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian
ini manusia adalahmakhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk
dapat menguasai makhluklainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa
Arab, kata ‘manusia’ inibersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan lain-
lain. Meskipun bersinonim,namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna
spesifiknya. Kata nâs misalnya lebihmerujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial.
Sedangkan kata basyar lebih menunjukpada makna manusia sebagai makhluk biologis.
Begitu juga dengan kata-kata lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang Hakikat Manusia ?

2. Asal Kejadian Manusia?

3. Tugas Manusia Menurut Islam ?

4. Fungsi Agama Dalam Hidup Manusia?

5. Menjelaskan tentang Tuntunan Hidup?

6. Motivasi dan Tujuan Beragama?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.

2. Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia.

3. Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.

4. Untuk mengetahui Motivasi dan Tujuan Beragama.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Menurut Islam

Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari


diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk
mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam
Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau
materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia
adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.

2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah
roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada
roh di dunia ini.

3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani
dan rohani.Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak
tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya
dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi
membentuk yang disebut manusia.

4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran ini
memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu
sendiri di dunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia
yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai
manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri, hakikat
manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui
pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri

B. Asal Kejadian Manusia

Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Quran hanya
menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-Quran mengenai penciptaan
Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat 11, surat Al-
Mukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-Sajdah: 7-9, surat
Al-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5.(Depag, 2003)
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-
macam istilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan
sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang
ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-
Quran secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada
umumnya hanyadipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya
manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala
sesuatu pasti dapat terjadi. Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi
Adam AS. bukan manusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada asumsi
bahwa: Ayat-ayat Quran yang menerangkan tentang manusia diciptakan berasal dari tanah
bukan berarti bahwa seluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia.
Hal itu sebagaimana pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan bahan makanannya
berasal dari tanah, sebab semua unsur kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap
oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.(Rahmat, 1991).
Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam al-Quran
merupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran, sebenarnya bahan-bahan yang

membentuk manusia yaitu menthe, air, dan ammonia terdapat pada tanah, untuk kemudian
bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “lumpiur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang
dimaksud adalah bahan-bahan yang ada pada Lumpur hitam, kemudian diolah dalam bentuk
reaksi kimia)(Ibrahim, 1993).

C. Tugas Manusia Menurut Agama

Dalam perjalanan hidup dan kehidupannya, manusia sebagai makhluk Allah pada
dasarnya mengemban amanah atau tugas-tugas kewajiban dan tanggungjawab yang
dibebankan oleh Allah kepadanya agar dipenuhi, dijaga dan dipelihara dengan sebaik-
baiknya. Al-Maraghy, ketika menafsirkan ayat “Innallaha ya’murukum an tu’addu al-
amanaati ila ahliha … (Q.S. al-Nisa’: 58), ia mengemukakan bahwa amanah tersebut ada
bermacam-macam bentuknya, yaitu:Amanah hamba terhadap Tuhannya, yakni sesuatu yang
harus dipelihara dan dijaga oleh manusia, yang berupa mengikuti segala perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya, serta menggunakan alat-alat potensialnya dan anggota
badannya dalam berbagai aktivitas yang bisa menimbulkan kemanfaatan baginya dan dapat
mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga bila manusia melanggarnya, maka berarti dia
berkhianat kepada Tuhannya.

Dari beberapa pendapat ahli tafsir tersebut dapat difahami bahwa tugas hidup manusia
yang merupakan amanah dari Allah – itu pada intinya ada dua macam, yaitu : ’Abdullah
(menyembah atau mengabdi kepada Allah), dan Khalifah Allah, yang keduanya harus
dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

1) Tugas manusia sebagai ’Abdullah (hamba Allah):


Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi dari mengemban amanah
dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi, kalimah
La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid, dan atau ma’rifah kepadaNya. Sedangkan Khalifah
Allah merupakan realisasi dari mengemban amanah dalam arti: memelihara, memanfaatkan,
atau mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indera,
akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna menegakkan keadilan, kemakmuran
dan kebahagiaan hidup.
Tugas hidup manusia sebagai ’abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam Q.S. Adz-
Dzariyat ayat 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
2) Tugas manusia sebagai Khalifah Allah

Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas
mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), serta mewujudkan keselamatan dan
kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan cara beriman dan beramal
saleh (Q.S. al-Ra’d : 29), bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam
menegakkan kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas
suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang
akan datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya
(’abdullah).
Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri
sendiri; tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam
masyarakat; dan tugas kekhalifahan terhadap alam.

D. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia

a) Sebagai Pembimbing Dalam Hidup, Pengendali utama kehidupan manusia adalah


kepribadiannya yang mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan
yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu
kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman
yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis
ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.

b) Penolong Dalam Kesukaran, Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya)
akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung
menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang.

c) Penentram Batin, Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang
itu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan
kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang
miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain
halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah
memikirkan harta kekayaannya.
d) Pengendali Moral, Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan
setiap ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan
dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam
Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah
untuk meminta dihormati. Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu
indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada
kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang
tua) untuk minta dihormati kepada anak. Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang
berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan
manusia dengan manusia lain (hablum minannas atau hubungan sosial).

E. Agama dan Tuntunan Hidup

Rosulullah SAW bersabda “innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq” yang artinya


Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin
masyarakat.Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang
mesti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun
sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas).

Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim. sebab maju
mundurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada moral dan akhlak penduduk
atau masyarakat yang ada di dalam bangsatersebut. Untuk mencapai maksud tersebut maka
perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuh kembangkan
akhlak mulyadan menghilangkan faktor-faktor penyebab kemaksiatan yang mengakibatkan
pengaruh terhadap moral dan akhlak bangsa menjadi terpuruk.

F. Motivasi Dan Tujuan Beragama

Motivasi beragama sangat berkaitan langsung dengan perjalanan rokhani seseorang


untuk mencari keridhaan Allah. Secara garis besar motivasi beragama dibagi menjadi dua:

1. Motivasi intrinsik.

Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang dari luar. Dalam
beragama seseorang merespon ajaran (Islam) melalui pemahaman yang mendalam lewat
kitab suci (al-Quran) dan Hadits untuk mendapatkan kebenaran yang haqiqi setelah melalui
perjalanan rokhani yang panjang. Motivasi intrinsik ini sering diperoleh oleh para muallaf
sehingga sehingga dia yakin tentang kebenaran Islam.

2. Motivasi ekstrinsik

Ialah motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar. Seseorang
beragama (Islam) karena memang dari keturunan dan atau lingkungannya memilih Islam.
Ataupun juga dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar dari nilai yang terkandung dalam ajaran
(Islam) itu sendiri. Motivasi ini terdapat pada masyarakat secara umum termasuk kita sendiri.

Kedua macam motivasi tersebut pada tahap-tahap awal seseorang beragama sangat
diperlukan. Kelanjutannya perlu mendapat pembinaan agar tujuan mencapai ridha Allah
benar-benar terwujud. Pada akhirnya nanti seseorang beragama (Islam) benar-benar bersih
dari bentuk-bentuk motivasi yang jahat. Sehingga tidak ada lagi agama (Islam) dijadikan
dasar legalisasi penghancuran terhadap yang tidak beragama (Islam).

Sejalan dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis manusia dalam


memenuhi kebutuhan keduanya sangat diperlukan adanya motivasi. Begitu pula dalam
beragama, yang merupakan kebutuhan psikis manusia, motivasi sangat diperlukan yang
tujuannya justru membersihkan manusia dalam beragama dari faktor faktor yang jahat.

Untuk menumbuhkan motivasi beragama yang bersih salah satu metode yang dapat
dipakai misalnya metode Tombo Ati yang terdiri dari lima pelaksanaan, yakni:

1) Membaca al-Quran dan memahami maknanya

2) Menegakkan Qiyamul Lail;

3) Bergaul dan berdiskusi dengan para ulama dan cendekiawan;

4) Melaksanakan puasa-puasa sunnah;

5) Melanggengkan dzikir setiap saat


Dengan mencapai tataran tersebut maka tujuan hidup manusia untuk memperoleh keridhaan
Allah, mudah-mudahan dapat tercapai.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannya


manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut
untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus
menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Manusia bukanlah
makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat dalam diri manusia. Salah
satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang agama, oleh karena itu
manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama lain karena kita
diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi
aturan yang ada.

B. SARAN

Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia kita
harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling tolong
menolong dalam kebaikan antar sesama. Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah
ini sangat dianjurkan untuk dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang
pengetahuan Agama. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk
menggali lebih dalam Hakikat Manusia menurut Islam.
DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di

http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html (diakses 3 April 2019)

https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-manusia.html
(diakses 27 Maret 2019)

Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam

http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html
(diakses 27 Maret 2019)

Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di https://dalamislam.com/info-

islami/konsep-manusia-dalam-islam (diakses 2 April 2019)

You might also like