You are on page 1of 16

UJI EFEKTIFITAS PEMBERIAN EKSTRAK MINYAK KELAPA

SEBAGAI PELEMBAP TERHADAP PENYEMBUHAN XEROSIS PADA


MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA ANGKATAN 2019

PROPOSAL PENELITIAN

Di Usulkan Oleh :
DZIKRI AKBAR ABDULLAH 1908260018
BINCAR ROBINSON HUTASUHUT 1908260033
RISKY SYAHRUL RAMDHAN 1908260059

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………...…………….... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………….……………... 3
2.1 Neuromediantor……… …………………………………………………. 3
2.2 Neurotransmitter………………………………………………………….3
2.3 Neuropeptida……………………………………………………………...3
2.4 Peptida Vasoaktif Intestinal………………………………………………4
2.2.1 Subtansi P……………………………………………………………….4

2.2.2 Enkefalin………………………………………………………………..4

2.2.3 Sitokin (penghubung antara sistem saraf dan sistem imun)…………….4

2.2.4 Hubungan Neuron Endokrin Sistem Imun……………………………...7

2.3.1 Sumbu Hipotalamus-Pituitari-Adrenal………………………………….8

2.3.2 ACTH…………………………………………………………………..11

2.3.3 Glukokortikoid…………………………………………………………12

2.3.4 Enkefalin Dan Endorfin………………………………………………..12

2.4.1 Hormon Pertumbuhan (somatotropin)…………………………………13

2.4.2 Prolaktin………………………………………………………………..13

2.4.3 Stres Dan Imunitas……………………………………………………..13

2.4.4 Stres Dan CD 4+……………………………………………………….21


2. 5.1 Stres Dan Persepsi…………………………………………………….22

2.5.2 Respon Metabolik Terhadap Stres…………………………………….23

2.5.3 Respon Hormonal Terhadap Stres (respon endokrin)…………………26

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………...30


DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………32
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian sebagai salah satu syarat tugas untuk
mengikuti ujian blok research fakultas kedokteran universitas muhammadiyah sumatera utara.

Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “UJI
EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK MINYAK KELAPA SEBAGAI PELEMBAP
TERHADAP PENYEMBUHAN XEROSIS PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
ANGAKTAN 2019” ini, terutama kepada pembimbing saya yaitu dr. febrina D.pertiwi,Sp.KK

Semoga Proposal Penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik
sekarang maupun dihari yang akan datang.

Medan,15 januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang istimewa pada menusia. Berbeda dengan organ lain,kulit yang
terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan pengamatan,baik dalam kondisi normal
maupun sakit. Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dengan berat sekitar 5kg dan luas
2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg.Bila diamati lebih teliti,terdapat variasi kulit
sesuai dengan area tubuh. Kulit ( dan adneksa ) menjalankan berbagai tugas memlihara
kesehatan manusia secara utuh yang meliputi fungsi,yaitu : Perlindungan fisik ( terhadap gaya
mekanik,sinar ultraviolet,bahan kimia),Perlindungan
imunologik,Ekskresi,Pengindraan,Pengaturan suhu tubuh,dan Pembentukan vitamin D. Fungsi-
fungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik kulit yang terbagi
menjadi 3 lapisan : Epidermis,dermis dan subkutis. Dalam menjalankan berbagai fungsi di
atas,ketiga lapisan tersebut bertindak sebagai satu kesatuan yang saling terkait satu dengan yang
lain.Sebagai contoh perlindungan umunologik terhadap infeksi dikerjakan bersama oleh
keratinosit dan sel penyaji antigen di epidermis yang berkomunikasi dengan limfosit yang
beredar disekitar pembuluh darah dermis.1

Kulit kering merupakan keadaan stratum korneum yang kurang lembap akibat penurunan
kandungan air. Kulit tampak kasar, pecah-pecah, bersisik, dan gatal. Penyebab kulit kering tidak
dipahami dengan paripurna, sedangkan perubahan fisiologis kulit dan pengaruh lingkungan
diyakini menyebabkan kulit kering. Kulit kering dapat menimbulkan hendaya. Kulit kering
cenderung mudah meradang, pecah-pecah (fisura), dan dermatitis. Lebih lanjut, rasa gatal
membuat penderitanya menggaruk. Akibat garukan, terjadi kerusakan kulit yang lebih berat
berupa erosi, ekskoriasi, serta inflamasi yang berpotensi mencetuskan infeksi bakteri sekunder.
Rasa gatal juga menurunkan kualitas hidup karena mengganggu tidur dan dapat menimbulkan
depresi.2

Indonesia merupakan penghasil kelapa terbesar setelah Filipina. Hampir semua


wilayah pesisir di Indonesia banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa. Minyak kelapa murni
atau bahasa ilmiahnya virgin coconut oil (VCO) adalah minyak yang berasal dari sari
pati kelapa, diproses secara higienis tanpa sentuhan api secara langsung dan bahan kimia
tambahan sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan.
Minyak kelapa murni (VCO) mempunyai banyak manfaat terutama dalam bidang
kesehatan diantaranya merupakan anti bakteri, menjaga kesehatan jantung, membantu
mencegah penyakit osteoporosis, diabetes, lever, serta dapat menurunkan berat
badan, dan memelihara kesehatan kulit.3

Salah satu,solusi untuk mengatasi kondisi kulit kering adalah penggunaan produk
pelembab. Pelembab merupakan salah satu produk komersial yang banyak tersedia dipasaran.
Formulasi pelembab dapat bersifat sebagai humektan ,oklusif, dan emolien. Masing-masing
memiliki mekanisme kerja dan bahan yang berbeda. Komponen pelembab dapat dikelompokkan
kedalam beberapa kategori,yaitu humektan, oklusif, emolien, dan konstituen pelembab alami
atau esensial protein. Emolien sering digunakan kedalam produk pelembab yang berfungsi untuk
menghaluskan kulit melalui pengisian ruang antara lapisan corneocyt. Meskipun tidak seperti
sifat bahan oklusif, emolien juga dapat berfungsi mencegah terjadinya penguapan air pada kulit.
Umumnya emolien terdiri dari emulsi air dalam minyak dengan komponen minyak sebesar 3 -
25%.4

Berdasarkan uraian di atas minyak kelapa yang mengandung asam lemak jenuh yang
memiliki sifat emolien yang bisa berfungsi sebagai pelembap pada kulit kering atau xerosis.
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang uji efektifitas pemberian ekstrak minyak kelapa
sebagai pelembap terhadap penyembuhan xerosis pada mahasiswa fakultas kedokteran
universitas muhammadiyah sumatera utara angkatan 2019.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya xerosis pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Angkatan 2019
2. Apakah ekstrak minyak kelapa yang mengandung emolien bisa menjadi pelembap pada
mahasiswa yang mengalami xerosis
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meneliti tentang uji efektifitas pemberian
ekstrak minyak kelapa sebagai pelembap yang mengandung emolien terhadap
penyembuhan xerosis pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas muhammadiyah
sumatera utara angkatan 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pembuatan pelembap kulit dari ekstrak minyak kelapa
2. Untuk mengetahui manfaat pemberian ekstrak minyak kelapa sebagai pelembap
untuk mahasiswa FK UMSU angkatan 2019 yang mengalami xerosis

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
1. Bagi penulis
Penelitian ini menambah pengetahuan khususnya mengenai pelembap yang bisa
digunakan untuk xerosis.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat
khususnya pada orang yang mengalami xerosis.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan
informasi dan pengetahuan ilmiah tentang pemakaian pelembap.
4. Bagi Institusi Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan petugas kesehatan dalam memberikan pemilihan terapi
kepada pasien yang mengalami xerosis.
1.5 Hipotesis
Ada pengaruh pemberian ekstrak minyak kelapa yang mengandung asam lemak jenuh yang
memiliki sifat emolien yang bisa berfungsi sebagai pelembap pada kulit kering atau xerosis

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI KULIT


Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan
jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat
yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu
hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan lemak.5
Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh
darah maupun limfa oleh karena itu semua nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada
lapisan dermis. Epitel berlapis gepeng pada epidermis ini tersusun oleh banyak lapis sel yang
disebut keratinosit. Sel-sel ini secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal
yang secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanannya, sel-sel ini
berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam sitoplasmanya. Mendekati
permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap dilepaskan (terkelupas). Waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini
disebut sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya yang berubah pada tingkat berbeda dalam
epitel memungkinkan pembagian dalam potongan histologik tegak lurus terhadap permukaan
kulit. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum basal, stratum spinosum,
stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.

Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua lapisan
tidak tegas, serat antaranya saling menjalin. Merupakan lapisan yang terletak di antara lapisan
epidermis dan subkutan. Lapisan ini lebih tebal daripada lapisan epidermis. Ketebalan lapisan
epidermis bervariasi tergantung usia. Semakin tua, ketebalan dan kelembaban kulit akan
menurun
Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis. Ia berupa
jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi terutama sejajar terhadap
permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah
tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di
bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit relatif sukar
digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis
kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak
ada atau sedikit lemak ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di
abdomen, paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan lemak ini
disebut pannikulus adiposus.1,5

2.2 DEFINISI KULIT


Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang memiliki fungsi sebagai pelindung terhadap
segala bentuk trauma.17 Kulit atau integumen membungkus bagian luar tubuh (integere berarti
“menutupi”) mencapai 16% dari berat badan dimana tidak hanya berfungsi sebagai barrier
mekanis antara lingkungan eksternal dan jaringan di bawahnya, tetapi secara dinamis juga
terlibat dalam mekanisme pertahanan dan fungsi penting lain termasuk estetika.

2.2.1 JENIS KULIT

Terdapat 3 jenis kulit, yaitu kulit normal, berminyak dan kering, yaitu
1) Kulit Normal Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat serta
memiliki kelembaban yang cukup.
2) Kulit Berminyak Jenis kulit ini memiliki kadar minyak di permukaan kulit yang berlebihan.
Hal ini terjadi karena meningkatnya kelenjar sebasea. Kulit tampak mengkilap, kotor dan kusam.
Umumnya, pori-pori kulit berminyak lebih lebar sehingga terkesan kasar dan lengket.
3) Kulit Kering Merupakan kulit yang memiliki sedikit kadar lemak sehingga kulit menjadi
kurang elastis, kaku, dan tampak kerutan. Selain itu, kelembaban kulit juga menurun sehingga
kulit tampak kasar, bersisik, dan gatal.

2.3 KULIT KERING


Kulit kering atau xerosis, bisa merupakan keadaan yang kongenital maupun akuisita.
Kulit kering bisa terjadi secara ringan dimana jarang disadari, bisa juga sangat berat dimana
dapat menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi. Keluhan utama pada kekeringan kulit yang
paling sering khususnya dalam masalah kosmetik.

2.3.1 DEFINISI
Kulit kering ditandai dengan kurangnya kelembaban dalam stratum korneum. Hal ini
dipicu oleh kenaikan transepidermal water loss (TEWL) saat ada defek pada permeabilitas
barrier yang memungkinkan terjadinya kehilangan air berlebih ke atmosfer. Gangguan pada
permeabilitas barrier ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti bahan deterjen yang keras,
aseton dan kontaktan lainnya serta terlalu sering mandi. Jika kulit terlalu kering, bagian luar
lapisan kulit akan menjadi kaku dan pecah-pecah. Lapisan luar kulit yang pecah-pecah ini bisa
16 menjadi fisura pada kulit dan teriritasi, inflamasi serta kemerahan. Kondisi ini semakin parah
pada area tubuh yang memiliki kelenjar sebacea yang relatif sedikit seperti lengan, kaki dan
tengkuk.

2.3.2 ETIOLOGI
Kurangnya kandungan air pada stratum korneum membuat kulit kering yang memicu
deskuamasi abnormal dari korneosit. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rawlings et al, pasien
dengan kulit kering memiliki gangguan pada struktur dari lipid bilayer, yang berhubungan
dengan meningkatnya asam lemak dan berkurangnya ceramide. Ceramide adalah lipid
interseluler utama dalam lapisan tanduk kulit. Ceramide memainkan peran penting dalam
menjaga fungsi barrier kulit. Telah terbukti berkurangnya kadar atau perubahan profil ceramide
di stratum korneum mengakibatkan fungsi barrier menurun. Perubahan dalam kadar ceramide
menghasilkan perubahan susunan lipid diperlihatkan dengan struktur lipid yang kurang teratur,
yang telah diidentifikasi sebagai penyebab peningkatan permeabilitas stratum korneum.
Perubahan komposisi ceramide juga telah dilaporkan berhubungan dengan kulit kering yang
terjadi akibat perubahan musim dan usia. Mereka juga membuktikan bahwa desmosom tetap
intak pada bagian atas dari stratum korneum dan kandungan desmoglein I meningkat pada
permukaan stratum korneum. Hal ini terjadi karena enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan
desmosom terganggu saat kandungan air kurang. Hal ini menyebabkan deskuamasi abnormal
yang mengakibatkan “gumpalan” keratinosit yang membuat kulit terlihat kasar dan kering.

2.3.3 PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga kunci defisiensi yang telah terbukti berkontribusi pada xerosis yaitu
kekurangan faktor pelembab alami atau natural moisturizing factor (NMF); kekurangan dalam
barrier lipid kulit, ceramide; dan kekurangan kelembaban kulit itu sendiri di epidermis yang
sehat, dimediasi oleh aquaporin. 24 Komponen NMF ditemukan secara eksklusif di stratum
korneum dan terletak dalam konsentrasi tinggi dalam korneosit. NMF terdiri terutama dari asam
amino dan turunannya (~40%), termasuk pyrrolidone carbolic acid (PCA, ~12%), laktat (~12%),
urea (~7%), dan garam anorganik (~18%). Faktor pelembab higroskopis ini menarik dan
mengikat air di atmosfer sebaik menarik air dari dermis yang memungkinkan korneosit tetap
terhidrasi meskipun kering karena faktor lingkungan.

2.3.4 KLASIFIKASI
Kulit kering dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kulit kering yang didapat (acquired dry skin)
dan kulit kering konstitusional (constituional dry skin). Acquired dry skin dapat timbul pada kulit
normal atau kulit berminyak yang menjadi kering dimana hal ini bersifat sementara dan pada
area tertentu saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain radiasi sinar matahari (UV),
paparan iklim ekstrim (panas, dingin, angin, kekeringan), paparan bahan kimia (deterjen,
solvent), terapi obat (retinoid).
Sedangkan constitutional dry skin, dibagi lagi menjadi patologik dan non patologik. Pada
constitutional dry skin patologik contohnya adalah ichtyosis dimana terjadi kerusakan
keratinisasi secara genetik yang bermanifestasi deskuamasi abnormal dan defek pada barrier.
Contoh lainnya adalah pada dermatitis kontak juga terjadi kulit kering akibat defek genetik pada
metabolisme asam lemak esensial (d-6 desaturase). Pada penyakit ini terjadi xerosis yang luas
disertai inflamasi, plaque like dan rasa gatal.
Selanjutnya pada non patologik constitutional dry skin terdapat tiga jenis yaitu fragile
skin, senile skin dan minor dry skin. Fragile skin merupakan bentuk antara kulit kering dengan
kulit normal. Sering dijumpai eritema dan hipersensitifitas terhadap bahan-bahan tertentu.
Kemudian pada senile skin, kekeringan kulit yang terjadi merupakan akibat dari proses penuaan.
Sedangkan pada minor dry skin atau xerosis vulgaris, umum dijumpai pada wanita dengan
tampilan pucat khususnya pada wajah, punggung, tangan dan badan yang diduga disebabkan
oleh kelainan genetik.

2.3.5 GAMBARAN KLINIS


Pada kulit yang kering gambaran klinis yang pertama terlihat adalah kulit yang kusam
dan peningkatkan tanda garis topografi (topographical skin markings). Kulit akan tampak kusam
karena permukaan kulit yang kasar akan kurang bisa merefraksikan cahaya daripada permukaan
kulit yang halus. Dan saat kulit menjadi semakin kering, hilangnya cairan akan menyebabkan
ikatan kohesif diantara korneosit berkurang karena tepi korneosit akan mengerut. Melonggarnya
seluruh korneosit akan menyebabkan kulit mengelupas dan bersisik. Permukaan kulit juga akan
terasa kasar. Kulit terasa kurang lentur ketika diregangkan; kulit tampak pecah-pecah dan
terbentuk fisura akibat kurangnya elastisitas Pasien dengan kulit kering biasanya merasa gatal
dan akan menggaruk. Pada pemeriksaan fisik pasien ini dapat menunjukkan perubahan sekunder
berupa penebalan dan likenifikasi, lesi yang meleleh dan krusta.
2.4 PELEMBAP
2.4.1 DEFINISI
Stratum korneum merupakan struktur yang interaktif, dinamis, dan memegang peran
dalam pemeliharaan hidrasi yang berhubungan dengan fungsi barrier. Pelembab telah sedemikian
rupa dirancang dengan baik untuk memberikan atau mengembalikan hidrasi dalam stratum
korneum. Pelembab juga membantu untuk memberikan barrier sementara dan memberikan
waktu untuk perbaikan pada stratum korneum yang rusak. Dengan mengunggulkan hidrasi
stratum korneum, penggembungan lapisan luar menyebabkan permukaan kulit lebih halus.
Dewasa ini pelembab mulai memakai bahan-bahan alami, seperti tumbuhan dan vitamin.
2.4.2 SEDIAAN PELEMBAP
Formulasi pelembab biasanya dalam bentuk emulsi minyak dalam air (o/w), dimana
tetesan minyak tersebar dalam air dan distabilkan oleh emulsifier. Sebaliknya, emulsi air dalam
minyak (w/o) lebih jarang digunakan karena daya sebar yang buruk dan rasa berminyak yang
ditinggalkan di kulit. Namun pelembab jenis ini tahan air.
Emulsi dikategorikan ke dalam krim atau lotion, tergantung pada viskositasnya.
Pelembab juga bisa berbentuk gel yang hanya berisi bahan hidrofilik atau salep dengan hanya
bahan-bahan lipofilik. Bentuk lain pelembab yang masih kurang umum digunakan adalah
multiple emulsions, emulsi silikon dalam air, atau suspensi. Pilihan bentuk pelembab tergantung
pada efek yang diinginkan dan bahan-bahan yang seharusnya disertakan.
Pelembab dapat memiliki komposisi sederhana dan hanya berisi beberapa bahan, atau
kompleks banyak zat. Dalam kasus o/w dan w/o emulsi yang paling sederhana pelembab harus
mengandung tiga bahan, yaitu air, lipid (minyak), dan emulsifier.

2.4.3 KANDUNGAN PELEMBAB


1) OKLUSIF
Merupakan zat yang secara fisik mengeblok transepidermal water loss (TEWL) di
stratum korneum. Mekanisme yang terjadi adalah setelah air menguap dari pelembab oklusif,
bahan oklusif akan melindungi kulit dari lingkungan luar. Petrolatum dalam konsentrasi minimal
5% merupakan bahan oklusif paling efektif, diikuti oleh lanolin, minyak mineral, dan silicon
seperti dimethicone. Petrolatum dan lanolin banyak digunakan, meskipun telah terbukti lanolin
menginduksi kontak dermatitis pada beberapa kasus.
2) EMOLIEN DAN PROTEIN
Emolien membuat kulit halus dengan mengisi ruang diantara serpihan kulit dengan
tetesan minyak, dan biasanya tidak oklusif kecuali diterapkan dengan berlebihan. Ketika
dikombinasikan dengan emulsifier, mereka dapat membantu mempertahankan minyak dan air di
stratum korneum. Contoh emolien adalah minyak mineral, lanolin, asam lemak, kolesterol,
squalene, dan lipid struktural.Asam lemak dan lemak alkohol bermanfaat dengan memberi efek
pada barrier kulit. Contohnya adalah stearat, linoleat, linolenat, oleat, dan asam laurat, yang
dapat ditemukan, misalnya dalam minyak kelapa dan minyak biji anggur. Sedangkan ceramide
merupakan lipid struktural yang terletak antara sel-sel kulit, juga memiliki peran yang cukup
besar dalam potensi water-holding dari stratum corneum. Ceramide sintetis sekarang tersedia dan
secara klinis terbukti efektif dalam mencegah kulit kering. Misalnya lacto-ceramide yang
dikemas dalam liposom.Protein hampir sama seperti emolien, protein menyusut pada kulit
meninggalkan sebuah film yang melembutkan kulit, meregangkan keriput, dan mencegah
hilangnya air.

3) HUMEKTAN
Saat diaplikasikan ke kulit, humektan menarik air dan meningkatkan hidrasi stratum
korneum. Namun, air yang ditarik bukan air yang berada di atmosfer (atmospheric water)
melainkan transepidermal water. Humektan hanya mampu menarik air dari atmosfer bila
kelembaban atmosfer lebih dari 80%. Bahan kimia yang terkandung dalam humektan antara lain
hydroxyl group yang memungkinkan terjadinya hydrogen binding, dengan kata lain mereka akan
menarik air. Selain itu humektan mengandung gliserin, sorbitol, propilen, glikol, heksilena dan
butilena glikol, MP Diol, urea dan berbagai macam gula lainnya. Humektan tidak efektif sebagai
oklusif sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan oklusif.

2.4.4 MANFAAT PELEMBAP


Emulsi dikategorikan ke dalam krim atau lotion, tergantung pada viskositasnya.
Pelembab juga bisa berbentuk gel yang hanya berisi bahan hidrofilik atau salep dengan hanya
bahan-bahan lipofilik. Bentuk lain pelembab yang masih kurang umum digunakan adalah
multiple emulsions, emulsi silikon dalam air, atau suspensi. Pilihan bentuk pelembab tergantung
pada efek yang diinginkan dan bahan-bahan yang seharusnya disertakan. 20 Pelembab dapat
memiliki komposisi sederhana dan hanya berisi beberapa bahan, atau kompleks banyak zat.
Dalam kasus o/w dan w/o emulsi yang paling sederhana pelembab harus mengandung tiga
bahan, yaitu air, lipid (minyak), dan emulsifier.
Kenaikan kadar air dicapai dengan pengikatan air oleh bahan pelembab yang
menghambat penguapan air dan meningkatkan kadar air di epidermis. Selain itu, peningkatan
hidrasi dari stratum korneum bisa dicapai dengan pengambilan air dari bahan yang diaplikasikan.
Kenaikan kadar air yang bersamaan dengan pengisian dari retakan permukaan kulit, membuat
kulit menjadi semakin elastis dan terasa lebih lembut, serta berkurangnya rasa gatal dan
mengalami perbaikan.
REFERENSI
1. Sri Linuwih Menaldi,Kusmarinah Bramono,Wresti Indriatmi.Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin,Edisi ketujuh (cetakan kedua 2016).Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Marsha Bianti.Kulit Kering Pada Usia Lanjut.Cermin Dunia Kedokteran-245/vol.43 no
10 tahun 2016.
3. Marlina,Dwi Wijayanti,DKK.Pembuatan Virgin Coconut Oil Dari Kelapa Hibrida
Menggunakan Metode Penggaraman Dan NaCL Dan Garam Dapur.Jurnal
Chemurgy,Vol.01,No.2,Desember 2017
4. M.E.T.Butar butar,Dan A.Y.Chaerunisaa.Peran Pelembap Dalam Mengatasi Kondisi
Kulit Kering.Majalah Farmasetika,6(1)2021,56-69.
5. Sonny J.R.Kalangi.Histofisiologi Kulit.Jurnal Biomedik(JBM),vol.5,No
3,Suplemen,November 2016,Hlm S12 – 20
6. Eceng Ridwan Fauzi,Rina Nurmalina.Merawat Kulit dan Wajah.Jakarta.Elex Media
Komputindo;2012.2-3
7. Emia Harinda,Asih Budiastuti,Aryoko Widodo.Efektivitas Madu Dalam Formulasi
Pelembap Pada Kulit Kering.Jurnal Kedokteran Diponegoro.volume 7,No 1,januari 2018
8.

You might also like