Professional Documents
Culture Documents
Uji Efektifitas Pemberian Ekstrak Minyak Kelapa Sebagai Pelembap Terhadap Penyembuhan Xerosis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Angkatan 2019
Uji Efektifitas Pemberian Ekstrak Minyak Kelapa Sebagai Pelembap Terhadap Penyembuhan Xerosis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Angkatan 2019
PROPOSAL PENELITIAN
Di Usulkan Oleh :
DZIKRI AKBAR ABDULLAH 1908260018
BINCAR ROBINSON HUTASUHUT 1908260033
RISKY SYAHRUL RAMDHAN 1908260059
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………...…………….... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………….……………... 3
2.1 Neuromediantor……… …………………………………………………. 3
2.2 Neurotransmitter………………………………………………………….3
2.3 Neuropeptida……………………………………………………………...3
2.4 Peptida Vasoaktif Intestinal………………………………………………4
2.2.1 Subtansi P……………………………………………………………….4
2.2.2 Enkefalin………………………………………………………………..4
2.3.2 ACTH…………………………………………………………………..11
2.3.3 Glukokortikoid…………………………………………………………12
2.4.2 Prolaktin………………………………………………………………..13
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian sebagai salah satu syarat tugas untuk
mengikuti ujian blok research fakultas kedokteran universitas muhammadiyah sumatera utara.
Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “UJI
EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK MINYAK KELAPA SEBAGAI PELEMBAP
TERHADAP PENYEMBUHAN XEROSIS PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
ANGAKTAN 2019” ini, terutama kepada pembimbing saya yaitu dr. febrina D.pertiwi,Sp.KK
Semoga Proposal Penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik
sekarang maupun dihari yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ yang istimewa pada menusia. Berbeda dengan organ lain,kulit yang
terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan pengamatan,baik dalam kondisi normal
maupun sakit. Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dengan berat sekitar 5kg dan luas
2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg.Bila diamati lebih teliti,terdapat variasi kulit
sesuai dengan area tubuh. Kulit ( dan adneksa ) menjalankan berbagai tugas memlihara
kesehatan manusia secara utuh yang meliputi fungsi,yaitu : Perlindungan fisik ( terhadap gaya
mekanik,sinar ultraviolet,bahan kimia),Perlindungan
imunologik,Ekskresi,Pengindraan,Pengaturan suhu tubuh,dan Pembentukan vitamin D. Fungsi-
fungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik kulit yang terbagi
menjadi 3 lapisan : Epidermis,dermis dan subkutis. Dalam menjalankan berbagai fungsi di
atas,ketiga lapisan tersebut bertindak sebagai satu kesatuan yang saling terkait satu dengan yang
lain.Sebagai contoh perlindungan umunologik terhadap infeksi dikerjakan bersama oleh
keratinosit dan sel penyaji antigen di epidermis yang berkomunikasi dengan limfosit yang
beredar disekitar pembuluh darah dermis.1
Kulit kering merupakan keadaan stratum korneum yang kurang lembap akibat penurunan
kandungan air. Kulit tampak kasar, pecah-pecah, bersisik, dan gatal. Penyebab kulit kering tidak
dipahami dengan paripurna, sedangkan perubahan fisiologis kulit dan pengaruh lingkungan
diyakini menyebabkan kulit kering. Kulit kering dapat menimbulkan hendaya. Kulit kering
cenderung mudah meradang, pecah-pecah (fisura), dan dermatitis. Lebih lanjut, rasa gatal
membuat penderitanya menggaruk. Akibat garukan, terjadi kerusakan kulit yang lebih berat
berupa erosi, ekskoriasi, serta inflamasi yang berpotensi mencetuskan infeksi bakteri sekunder.
Rasa gatal juga menurunkan kualitas hidup karena mengganggu tidur dan dapat menimbulkan
depresi.2
Salah satu,solusi untuk mengatasi kondisi kulit kering adalah penggunaan produk
pelembab. Pelembab merupakan salah satu produk komersial yang banyak tersedia dipasaran.
Formulasi pelembab dapat bersifat sebagai humektan ,oklusif, dan emolien. Masing-masing
memiliki mekanisme kerja dan bahan yang berbeda. Komponen pelembab dapat dikelompokkan
kedalam beberapa kategori,yaitu humektan, oklusif, emolien, dan konstituen pelembab alami
atau esensial protein. Emolien sering digunakan kedalam produk pelembab yang berfungsi untuk
menghaluskan kulit melalui pengisian ruang antara lapisan corneocyt. Meskipun tidak seperti
sifat bahan oklusif, emolien juga dapat berfungsi mencegah terjadinya penguapan air pada kulit.
Umumnya emolien terdiri dari emulsi air dalam minyak dengan komponen minyak sebesar 3 -
25%.4
Berdasarkan uraian di atas minyak kelapa yang mengandung asam lemak jenuh yang
memiliki sifat emolien yang bisa berfungsi sebagai pelembap pada kulit kering atau xerosis.
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang uji efektifitas pemberian ekstrak minyak kelapa
sebagai pelembap terhadap penyembuhan xerosis pada mahasiswa fakultas kedokteran
universitas muhammadiyah sumatera utara angkatan 2019.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya xerosis pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Angkatan 2019
2. Apakah ekstrak minyak kelapa yang mengandung emolien bisa menjadi pelembap pada
mahasiswa yang mengalami xerosis
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meneliti tentang uji efektifitas pemberian
ekstrak minyak kelapa sebagai pelembap yang mengandung emolien terhadap
penyembuhan xerosis pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas muhammadiyah
sumatera utara angkatan 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pembuatan pelembap kulit dari ekstrak minyak kelapa
2. Untuk mengetahui manfaat pemberian ekstrak minyak kelapa sebagai pelembap
untuk mahasiswa FK UMSU angkatan 2019 yang mengalami xerosis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua lapisan
tidak tegas, serat antaranya saling menjalin. Merupakan lapisan yang terletak di antara lapisan
epidermis dan subkutan. Lapisan ini lebih tebal daripada lapisan epidermis. Ketebalan lapisan
epidermis bervariasi tergantung usia. Semakin tua, ketebalan dan kelembaban kulit akan
menurun
Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis. Ia berupa
jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi terutama sejajar terhadap
permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah
tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di
bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit relatif sukar
digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis
kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak
ada atau sedikit lemak ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di
abdomen, paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan lemak ini
disebut pannikulus adiposus.1,5
Terdapat 3 jenis kulit, yaitu kulit normal, berminyak dan kering, yaitu
1) Kulit Normal Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat serta
memiliki kelembaban yang cukup.
2) Kulit Berminyak Jenis kulit ini memiliki kadar minyak di permukaan kulit yang berlebihan.
Hal ini terjadi karena meningkatnya kelenjar sebasea. Kulit tampak mengkilap, kotor dan kusam.
Umumnya, pori-pori kulit berminyak lebih lebar sehingga terkesan kasar dan lengket.
3) Kulit Kering Merupakan kulit yang memiliki sedikit kadar lemak sehingga kulit menjadi
kurang elastis, kaku, dan tampak kerutan. Selain itu, kelembaban kulit juga menurun sehingga
kulit tampak kasar, bersisik, dan gatal.
2.3.1 DEFINISI
Kulit kering ditandai dengan kurangnya kelembaban dalam stratum korneum. Hal ini
dipicu oleh kenaikan transepidermal water loss (TEWL) saat ada defek pada permeabilitas
barrier yang memungkinkan terjadinya kehilangan air berlebih ke atmosfer. Gangguan pada
permeabilitas barrier ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti bahan deterjen yang keras,
aseton dan kontaktan lainnya serta terlalu sering mandi. Jika kulit terlalu kering, bagian luar
lapisan kulit akan menjadi kaku dan pecah-pecah. Lapisan luar kulit yang pecah-pecah ini bisa
16 menjadi fisura pada kulit dan teriritasi, inflamasi serta kemerahan. Kondisi ini semakin parah
pada area tubuh yang memiliki kelenjar sebacea yang relatif sedikit seperti lengan, kaki dan
tengkuk.
2.3.2 ETIOLOGI
Kurangnya kandungan air pada stratum korneum membuat kulit kering yang memicu
deskuamasi abnormal dari korneosit. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rawlings et al, pasien
dengan kulit kering memiliki gangguan pada struktur dari lipid bilayer, yang berhubungan
dengan meningkatnya asam lemak dan berkurangnya ceramide. Ceramide adalah lipid
interseluler utama dalam lapisan tanduk kulit. Ceramide memainkan peran penting dalam
menjaga fungsi barrier kulit. Telah terbukti berkurangnya kadar atau perubahan profil ceramide
di stratum korneum mengakibatkan fungsi barrier menurun. Perubahan dalam kadar ceramide
menghasilkan perubahan susunan lipid diperlihatkan dengan struktur lipid yang kurang teratur,
yang telah diidentifikasi sebagai penyebab peningkatan permeabilitas stratum korneum.
Perubahan komposisi ceramide juga telah dilaporkan berhubungan dengan kulit kering yang
terjadi akibat perubahan musim dan usia. Mereka juga membuktikan bahwa desmosom tetap
intak pada bagian atas dari stratum korneum dan kandungan desmoglein I meningkat pada
permukaan stratum korneum. Hal ini terjadi karena enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan
desmosom terganggu saat kandungan air kurang. Hal ini menyebabkan deskuamasi abnormal
yang mengakibatkan “gumpalan” keratinosit yang membuat kulit terlihat kasar dan kering.
2.3.3 PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga kunci defisiensi yang telah terbukti berkontribusi pada xerosis yaitu
kekurangan faktor pelembab alami atau natural moisturizing factor (NMF); kekurangan dalam
barrier lipid kulit, ceramide; dan kekurangan kelembaban kulit itu sendiri di epidermis yang
sehat, dimediasi oleh aquaporin. 24 Komponen NMF ditemukan secara eksklusif di stratum
korneum dan terletak dalam konsentrasi tinggi dalam korneosit. NMF terdiri terutama dari asam
amino dan turunannya (~40%), termasuk pyrrolidone carbolic acid (PCA, ~12%), laktat (~12%),
urea (~7%), dan garam anorganik (~18%). Faktor pelembab higroskopis ini menarik dan
mengikat air di atmosfer sebaik menarik air dari dermis yang memungkinkan korneosit tetap
terhidrasi meskipun kering karena faktor lingkungan.
2.3.4 KLASIFIKASI
Kulit kering dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kulit kering yang didapat (acquired dry skin)
dan kulit kering konstitusional (constituional dry skin). Acquired dry skin dapat timbul pada kulit
normal atau kulit berminyak yang menjadi kering dimana hal ini bersifat sementara dan pada
area tertentu saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain radiasi sinar matahari (UV),
paparan iklim ekstrim (panas, dingin, angin, kekeringan), paparan bahan kimia (deterjen,
solvent), terapi obat (retinoid).
Sedangkan constitutional dry skin, dibagi lagi menjadi patologik dan non patologik. Pada
constitutional dry skin patologik contohnya adalah ichtyosis dimana terjadi kerusakan
keratinisasi secara genetik yang bermanifestasi deskuamasi abnormal dan defek pada barrier.
Contoh lainnya adalah pada dermatitis kontak juga terjadi kulit kering akibat defek genetik pada
metabolisme asam lemak esensial (d-6 desaturase). Pada penyakit ini terjadi xerosis yang luas
disertai inflamasi, plaque like dan rasa gatal.
Selanjutnya pada non patologik constitutional dry skin terdapat tiga jenis yaitu fragile
skin, senile skin dan minor dry skin. Fragile skin merupakan bentuk antara kulit kering dengan
kulit normal. Sering dijumpai eritema dan hipersensitifitas terhadap bahan-bahan tertentu.
Kemudian pada senile skin, kekeringan kulit yang terjadi merupakan akibat dari proses penuaan.
Sedangkan pada minor dry skin atau xerosis vulgaris, umum dijumpai pada wanita dengan
tampilan pucat khususnya pada wajah, punggung, tangan dan badan yang diduga disebabkan
oleh kelainan genetik.
3) HUMEKTAN
Saat diaplikasikan ke kulit, humektan menarik air dan meningkatkan hidrasi stratum
korneum. Namun, air yang ditarik bukan air yang berada di atmosfer (atmospheric water)
melainkan transepidermal water. Humektan hanya mampu menarik air dari atmosfer bila
kelembaban atmosfer lebih dari 80%. Bahan kimia yang terkandung dalam humektan antara lain
hydroxyl group yang memungkinkan terjadinya hydrogen binding, dengan kata lain mereka akan
menarik air. Selain itu humektan mengandung gliserin, sorbitol, propilen, glikol, heksilena dan
butilena glikol, MP Diol, urea dan berbagai macam gula lainnya. Humektan tidak efektif sebagai
oklusif sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan oklusif.