You are on page 1of 75

KIMIA ANALISIS

KIMIA ANALISIS
a. Reaksi Kimia
b. Analisa Kualitatif dan Kuantitatif (Spektrofotometri dan Kromatografi)
c. Validasi Metode Analisa
d. Standarisasi Mutu Simplisia dan Metode Ekstraksi
e. Obat Tradisional dan Skrining Fitokimia
Reaksi Kimia
Oksidasi Reaksi yang melibatkan agen pengoksidasi dan mendapatkan oksigen
Agen pengoksidasi: O2, Br2, Cl2, HNO3, H2SO4, H2O2, F2
Reduksi Reaksi yang melibatkan agen pereduksi dan kehilangan oksigen
Agen pengoksidasi: CO, H2, H2S, SO2, KI, NH3, Li
Contoh :
Oksidasi

Reduksi

Senyawa yang mengalami oksidasi disebut reduktor (asam askorbat, Pb)


Senyawa yang mengalami reduski disebut oksidator (KMnO 4)
Reaksi Kimia
Subtitusi Reaksi penggantian gugus fungsional, satu gugus menggantikan gugus yang lain

Eleminasi Reaksi pemisahan suatu senyawa sehingga gugus fungsi tertentu terpisah dan
terbentuknya ikatan rangkap baru
Contoh Etil alkohol + H2SO4 → Etena
Adisi Reaksi penambatan atom pada ikatan rangkap, kebalikan dari eliminasi

Saponifikasi Reaksi antara basa kuat dan asam lemak menjadi gliserol + senyawa sabun

Esterifikasi Reaksi antara alkohol dan asam karboksilat menjadi ester.


Contoh metanol + asam asetat → metil asetat + air
Reaksi Kimia
Hidrolisis Reaksi penguraian akibat adanya air (H2O)
Mudah terjadi pada gugus ester, amida, gugus beta laktam
(sefaosporin dan penisilin >>>>> serbuk kering )

Bagaimana cara pemecahan cincin betalaktam pada pengolaha limbah ?


1. Hidrolisis denga menaikan pH 10-12 dengan NaOH, Sodium carbonat (Na2CO3)
2. Hidrolisis dengan asam (Dikhawatirkan IPAL rusak karna korosif)
3. Hidrolisis dengan merkuri klorida (HgCl2) (sisa merkuri dari hidrolisis merusak lingkungan)
Profil pH vs Stabilitas
Contoh hasil percobaan
Maka
Dikatalis
oleh basa
spesifik pH yang sesuai pada sediaan tersebut adalah
pH 4 karena memiliki konstanta ecepatan
Dikatalis
oleh asam degradasi yang paling rendah, sehingga
spesifik waktu kadluarsa obat jadi lebih panjang

Tidak
dikatalis
METODE ANALISIS
 Analisa kualitatif → Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang
dituju dalam suatu sampel. Metode analisis kualitatif dapat menggunakan
reaksi kimia (perubahan warna, pengendapan, aroma) atau instrumen seperti
spektrofotometer IR / UV-Vis, KCKT, NMR, MS, KLT

 Analisa kuantitatif → Untuk mengetahui jumlah (kadar) suatu analit yang


dituju dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif dapat menggunakan titrasi atau
instrumen seperti spektrofotometer, KCKT, KG, SSA.
Volumetri
Kategori Titrasi Keterangan
Asam- Asidimetri Analisis basa kuat maupun basa yang tidak terlalu lemah
Basa menggunakan reaksi netralisasi.
Titran : Asam (HCl, H2SO4)
Titrat/sampel : Basa (Natrium bicarbonat, NaOH)
Menggunakan indikator PP (dari merah muda menjadi
bening)

Alkalimetri Analisis asam kuat maupun asam yang tidak terlalu lemah
menggunakan reaksi netralisasi.
Titran : Basa (NaOH)
Titrat/sampel : Asam (Ibuprofen, asam mefenamat)
Menggunakan indikator PP (dari bening ke merah muda)
Volumetri
Kategori Titrasi Keterangan
Oksidimetri/ Iodimetri Titran : Oksidator (I2)
Oksidasi Titrat/sampel : Reduktor (Vitamin C)
Permangomentrik Titran : Oksidator (KMnO4)
Titrat/sampel : Reduktor (Natrium nitrat)
Serimetri Titran : Oksidator (Ce(SO4)2)
Titrat/sampel : Reduktor (Fe Fumarate)
Reduksimetri Iodometri Titran : Reduktor (Na2S2O3)
Titrat/sampel : Oksidator (Benzil penisilin)
Volumetri
Kategori Titrasi Keterangan
Pengendapan Argentometri Titrasi pengendapan berdasarkan pembentukan endapan
dengan ion Ag+
Titran : AgNO3
Titrat/sampel : Senyawa mengandung halida (Cl, Br, I)
dan ion-ion seperti SCN, CN dan CNO. Contohnya
kloralhidrat, KCl dll
Pembentukan Kompleksometri Analisis pada logam dengan valensi 2 dan valensi
kompleks melalui pembentukan kompleks antara EDTA dan ion
Ion logam logam sehingga menimbulkan warna
Titran : EDTA
Titrat/sampel : Ca, Mg, Zn, Al, Zn
Volumetri
Titrasi Keterangan
Nitrimetri Reaksi diazotasi (reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan
natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium)
menimbulkan perubahan warna
Titran : NaNO3
Titrat/sampel : Pracetamol, Dapsone, Benzokain
Titrasi bebas air Titrasi untuk asam lemah dan basa lemah
Gravimetri Perbedaan bobot tetap saat ditimbang
Seperti analisis kadar abu dan susut pengeringan
PERHITUNGAN TITRASI
Molekul Valensi
Titrasi Netralisasi H2SO4 2
H3PO4 3
HCl 1

Ket : N : Normalitas HNO3 1


M : molaritas NaOH 1
V : Valensi Mg(OH)2 2
PERHITUNGAN TITRASI
Seorang analis BPOM akan menguji kandungan PCT dalam sampel obat dengan
metode titrasi. Analis tersebut berkonsultasi kepada Apoteker untuk memilih
metode titrasi yang sesuai.\n\nTitrasi apakah yang digunakan ?

a. Alkalimetri
b. Iodometri
c. Asidimetri
d. Nitrimetri
e. Serimetri
Seorang apoteker di R&D industri farmasi akan melakukan penetapan kadar
kloralhidrat dengan menggunakan metode titrasi pengendapan.
Apakah senyawa titran yang digunakan dalam titrasi tersebut?

a. AgNO3
b. EDTA
c. NaNO2
d. KMnO4
e. I2
Contoh soal
Mikonazol nitrat dengan sampel sebanyak 350 mg dilarutkan dengan 50 ml asam
asetat glasial, kemudian dititrasi dengan asam perklorat 0,099 N dan didapatkan
volume peniter 7,3 ml ( tiap 1 ml 0,1 N asam perklorat setara dengan 47,92 mg
mikonazol nitrat). Berapa kadar mikonazol dalam sampel ?

7,3 𝑚𝑙 𝑥 0,099 𝑥 47,92


Kadar =
0,1

Kadar = 346, 317 𝑚𝑔


SPEKTROFOTOMETRI
PRINSIP
Penyerapan suatu spektrum gelombang cahaya elektromagnetik untuk senyawa-senyawa
yang memiliki gugus kromofor.
Gugus kromofor adalah gugus fungsional yang memiliki ikatan rangkap berkonjugasi.

Daerah serapan
UV = 100 - 400 nm
Visible = >400 - 800 nm
 Analisa kualitatif →
Panjang gelombang
 Analisa kuantitatif →
absorbansi untuk
menghitung kadar obat
SPEKTROFOTOMETRI
Keterangan

Sumbu x = panjang gelombang (nm)


Sumbu y = absorbansi

λ = 395 nm merupakan panjang gelombang


maksimal yang dapat digunakan nilai absorbansinya
dalam pengukuran kadar
PERHITUNGAN ABSORBANSI

1% (g/100ml) dibawa ke ppm


x10.000
PERHITUNGAN
Larutan obat X (Mr = 288,4 g/mol) diukur absorbansinya dengan spektro UV dengan
panjang gelombang mx 285 nm terhadap blanko etanol. Hasil pengujian dengan
1%
konsentrasi obat 10 ppm menghasilkan nilai absorban 0,562. Tentukan nilai A1𝐶𝑀 dan
nilai absorptivitas molar (Ƹ) dari obat dengan panjang gelombang 285 nm?
nilai Ƹ
𝟏%
nilai A𝟏𝑪𝑴 10 ppm = 10 mg/L = 0,01 g/L
10 𝑛 (𝑚𝑜𝑙) 𝑔
C = 10 ppm = 10000 = 0,001 % M = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿) dan nilai 𝑛 = 𝑚𝑟
Maka
𝟏% 0,01
a=A .b.C
𝟏𝑪𝑴 M = 288,4 A=ƹ.b.C
1%
0,562 = A . 1. 0,001
1𝐶𝑀 0,56 2 = ƹ . 1.
0,01
1% 288,4
A1𝐶𝑀 = 562 ƹ = 16.208
PERHITUNGAN
A. REGRESI LINIER
persamaan garis yang di hasilkan oleh kurva standar (Multiple point calibration)
C (ppm) Absorban

2 0,311
4 0,422
6 0,562
10 0,678
15 0.721
20 0,823

B. SINGLE POIN (PERBANDINGAN)


𝒔𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒖𝒋𝒊
𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 uji = 𝐱 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫
𝒔𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓
PERHITUNGAN
REGRESI LINIER
Penentuan kadar senyawa kimia artemisinin yang telah diderivatisasi akan
menggunakan spektrofotometri UV. Dari kurva standar regresi, ditentukan
persamaan regresi adalah sebagai berikut: y= 1.43x + 2.17
Apabila dari pengukuran absorbansi ditentukan bahwa nilai absorbansi sampel
adalah 3.90. Maka berapakah konsentrasi dari senyawa tersebut?

y= 1.43x + 2.17
3.90 = 1.43 x + 2,17
X = 1,20 ppm
SOAL
Tablet cetirizine akan dilakukan uji penetapan kadar menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis. Sebanyak 100 mg serbuk ditimbang lalu ditambahkan
pelarut sebanyak 50 mL. Dengan larutan tersebut, Analis ingin membuat larutan
encer yang memiliki konsentrasi 10 ppm dalam volume 100 mL.
Maka berapa mL larutan yang harus diambil?

a. 0,5 mL Konsentrasi awal = 100 mg/50 ml = 2 mg/ml = 2000 ppm


b. 1 mL
c. 1,5 mL M1 V1 = M2 V2
d. 2 mL 2000 X = 10. 100
e. 2,5 mL x = 1000/2000
x = 0,5
CONTOH PERBANDINGAN
Penentuan kadar paracetamol sebanyak 500 mg dilarutkan dalam 50 ml
kemudian diambil 1 ml dan dilarutkan dalam 100 ml. Hasil dari larutan standar 10
ppm memiliki nilai absorban 0,25 dan sampel uji memiliki nilai absorban 0,35.
berapa kosentrasi pct dalam sampel?

𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
konsentrasi uji = 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x konsentrasi standar
0,35
konsentrasi uji = 0,25 x 50
konsentrasi uji = 70 ppm

Kadar obat = 70 x 50 x 100


Kadar obat = 350.000 ppm = 350 mg
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
Mekanisme kerja SSA berdasarkan penguapan larutan sampel, logam yang terkandung
didalamnya diubah menjadi atom bebas lewat pembakaran. Atom-atom yang tereksitasi ini
mampu mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya dengan panjang gelombang tertentu
- analisis kuantitatif senyawa logam berat golonga IA dan IIB
- AAS tidak mampu membedakan bentuk analit karena yang terbaca adalah atom dalam
bentuk netral sehingga tidak dapat digunakan untuk analisis kualitatif seperti FeCl3
dengan FeCl2 serta PbO dengan PbO2
- Penetapan kadar: absorbansi
SPEKTROSKOPI INFRAMERAH (IR)
Mekanisme kerja spektroskopi IR berdasarkan vibrasi ikatan kovalen antar atom pada
sampel. Hal ini terjadi pada molekul polar dimana perubahan pada panjang ikatan akan
merubah momen dipol sehingga dapat menyerap radiasi infra merah.
 Analisis kualitatif (identifikasi): membandingkan daerah sidik jari (1500-500 cm-1)
sampel terhadap baku pembanding ataupun dengan menganalisis gugus fungsi (4000-
1500 cm-1)

 Analisis kuantitatif: penetapan kadar dapat dilakukan tetapi tidak umum


SOAL
Apoteker industri farmasi ingin menentukan kadar cemaran logam berat dalam obat tetes mata yang
diproduksi.
Apakah metode analisis yang tepat dan dapat dipilih oleh apoteker tersebut?

a. HPLC
b. Spektrofotometri UV-Vis
c. NMR
d. Spektrofotometri IR
e. AAS
ELEKTROFORESIS
memisahkan molekul dalam cairan atau gel menggunakan medan
listrik. Ketika medan listrik diterapkan, ion akan bergerak sesuai
dengan muatannya dan terpisah dari makromolekul. Ion-ion akan
bermigrasi ke katoda maupun anoda, sedangkan spesimen netral
tidak akan terpengaruh. Sehingga dapat memisahkan spesimen di
dalam molekul protein, DNA, RNA, plasmid, isoenzim,
lipoprotein, hemoglobin, dan makromolekul lainnya

Kation (+) Negatif (Katoda)


Anion (-) Positif (Anoda)

Senyawa dengan muatan listrik paling tinggi dan ukuran molekul


lebih kecil akan bermigrasi lebih jauh
SOAL

Apoteker QC akan melakukan analisis sampel berupa DNA dari darah tikus. Metode
instrumentasi apakah yang dapat digunakan?

a. Kromatografi Lapis Tipis


b. Spektrofotometri Infra Merah
c. Spektrofotometri Serapan Atom
d. Elektroforesis
e. Western Blot
KLT
PRINSIP
Pemisahan berdasarkan polaritas senyawa dengan mekanisme adsorpsi, desorpsi, dan elusi

 Identifikasi: nilai Rf sampel sama dengan nilai Rf pembanding

 Penetapan kadar: harus menggunakan densitometri

12
Rf BIRU = 14 = 0,85

KLT merupakan metode yang paling cepat dan sederhana


untuk melakukan identifikasi kandungan Bahan Kimia
Obat (BKO) di dalam jamu
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau HPLC
PRINSIP
Pemisahan berdasarkan polaritas senyawa
 Analisa kualitatif dengan melihat waktu retensi (tR).
Waktu retensi adalah jarak dari titik injeksi ke puncak analit. Waktu retensi dapat dipengaruhi oleh :
laju alir fase gerak, stabilitas fase gerak, ukuran kolom dan pH analit.
 Analisa kuantitatif dengan melihat area under curve (AUC).

Klt dengan fase diam c18 dan


B menggunakan fase gerak ar-metanol
urutan senyawa yang bersifat polar
A C
yaitu A>B>C
PERHITUNGAN
A. REGRESI LINIER
persamaan garis yang di hasilkan oleh kurva standar (Multiple point calibration)

B. SINGLE POIN (PERBANDINGAN)

𝑨𝑼𝑪 𝑼𝑱𝑰
𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 uji = 𝑨𝑼𝑪 𝑺𝑻𝑨𝑵𝑫𝑨𝑹 𝐱 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫
PERHITUNGAN
SOAL
Seorang Apoteker di Industri Kosmetik sedang menguji kadar Vitamin E sebagai anti aging pada
pelembab yang diproduksinya. Instrumen pengujian yang digunakan adalah HPLC. Kurva baku
yang diperoleh adalah y = 4x - 5 (x dalam ppm, y merupakan AUC). Berdasarkan analisis sampel
diperoleh luas area dibawah kurva sebesar 30.
Berapakah konsentrasi Vitamin E yang terbaca pada instrumen HPLC?
a. 7,50 ppm
b. 8,75 ppm
c. 9,34 ppm
Y = 4X-5
d. 10,50 ppm 30 = 4X-5
e. 20,80 ppm X = 8,75
SOAL
Seorang apoteker sedang melakukan analisa kadar bahan baku Naproxen. Sebanyak 400 mg
serbuk ditimbang dan dilarutkan dalam 250 mL pelarut, kemudian di pipet 1 mL dan
diencerkan hingga 50 mL. Analisis menggunakan HPLC menunjukan AUC sampel 3200,
sementara luas area dibawah kurva (AUC) standar sebesar 3170 dan konsentrasi standar 30
ppm.
Berapa persen kadar naproxen dalam sampel tersebut?
a. 42,58%
b. 78,50% 𝐀𝐔𝐂𝑺 𝐂𝑺
= 𝐂𝐬 Konsentrasi x Volume x FP
c. 83,23% 𝐀𝐔𝐂𝑹 % Kadar = x 100
Massa sampel
d. 94,64% 𝑨𝑼𝑪 𝑺 0,03028 x 250 x 50
CS= XCR % Kadar = x 100
e. 100,23% 𝑨𝑼𝑪 𝑹 400
𝟑𝟐𝟎𝟎 % Kadar = 94.62%
Pengenceran =
ad hingga CS= X30
𝟑𝟏𝟕𝟎
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
CS=30,28 ppm
50
Pengenceran = = 50 𝑘𝑎𝑙𝑖 Cs = 0,03 mg
1
INDEKS POLARITAS
Tingkat kepolaran dari suatu fase gerak. Hal ini dibutuhkan dalam tahap pengembangan metode
analisa yang dinyatakan dalam indeks polaritas. Berikut indeks polaritas dari fase gerak yang
sering digunakan dalam sistem KCKT,
SOAL
Contoh soal
Bagian QC sedang mengembangkan metode analisa dengan sistem KCKT. Adapun
fase gerak yang digunakan adalah acetonitril 8:2 Air. Berapakah indeks polaritas
campuran tersebut?
Indeks polaritas acetonitril = (8/10) x 5,8 = 4,64
Indeksi polaritas air = (2/10) x 10,2 = 2,04
Jadi indeks polaritas campuran 4,64 + 2,04 = 6,68
Polarimeter
Metode analisis untuk mengukur kadar suatu sampel yang
memiliki sifat aktif yakni senyawa yang memiliki atom karbon
asimetris/kiral/yang berikatan dengan 4 atom berbeda, sebagai
contoh turunan glukosa, fruktosa dan madu.
Besar sudut pemutaran bidang polarisasi

1%
Ø = (α) 1𝐶𝑀 . L .C

Rotasi jenis Ø = besar sudut


[𝛼] = 𝛼 C = konsentrasi larutan
L = Panjang kolom laarutan
𝑙𝑥𝑐
α = rotasi optik / Sudut putar larutan optik aktif
untuk sinar D natrium pada suhu (t)
[𝛼] = rotasi jenis
Polarimeter
Seorang Apoteker di industri menghitung konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan dalam
formulasi sirup. Perhitungan dilakukan menggunakan alat polarimeter. Didapatkan hasil
rotasi optik larutan sukrosa adalah 80o and rotasi jenis sukrosa adalah 40,5 o. Panjang kolom
larutan yang digunakan adalah 10 dm. Berapa konsentrasi larutan sukrosa?

Rotasi jenis 40,5 = 𝟏𝟎𝟖𝟎𝒙 𝒄


[𝛼] = 𝛼
𝑙𝑥𝑐
C = 𝟏𝟎 𝒙𝟖𝟎𝟒𝟎,𝟓 <𝟎,𝟏𝟗𝟕𝟓 𝒈/𝒎𝒍
LARUTAN STANDAR

Standar Penetapan kadar Sampel dan standar Standar dan Penetapan kadar sampel
Eksternal sederhana yang merupakan zat yang sampel ibuprofren menggunakan
membutuhkan baku sama. dipreparasi secara persamaan regresi hasil
pembanding diluar terpisah baku pembanding
sampel ibuprofen
Standar Penetapan kadar suatu Sampel dan standar Standar dengan Penetapan kadar Arsenik
Adisi analit dalam matriks yang digunakan zat konsentrasi yang yang sangat kecil dalam
yang kompleks atau yang sama. diketahui sampel darah
jumlah yang sangat dimasukkan ke
kecil dalam sampel

Standar Penetapan kadar suatu Sampel dan Standar dengan Penetapan kadar
Internal analit yang standar berbeda, konsentrasi yang metomil dengan
memerlukan proses tetapi memiliki diketahui menggunakan baku
preparasi yang panjang kemiripan struktur / dimasukkan ke internal benzanilid
(derivatisasi, ekstraksi, sifat fisika dan dalam sampel
filtrasi kimia.
UJI KESESUAIAN SISTEM
Verifikasi bahwa metode analisis yang digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan pada hari analisis
dilakukan membutuhkan uji kesesuaian sistem. Uji ini bersifat spesifik sesuai dengan kriteria keberterimaan
yang ditentukan sebelumnya dan memastikan kualitas dari metode pengukuran Penerapannya paling umum
pada instrumen kromatografi.

SYARAT : RSD ≤ 2% (jumlah replikasi ≥ 5

𝑺𝑫
% RSD = 𝑹𝒂𝒕𝒂;𝒓𝒂𝒕𝒂 x 100%
Uji kesesuaian sistem : resolusi
Resolusi menunjukkan seberapa baik pemisahan senyawa dalam sampel yang akan dianalisis.
Pengukuran dilakukan pada dua puncak yang berdekatan. Tujuannya agar nilai hasil pengukuran
kuantitatif dapat dipercaya, karena sistem telah memisahkan senyawa target dengan cemaran
dengan baik.

2 ∆ tR
Rs =
W1 : W2
tR = waktu retensi ; W1 = lebar puncak pertama ; W2 = lebar puncak kedua
 Syarat: Rs ≥ 1,5
 Jika Rs <1,5 maka turunkan flow rate/ turunkan kekuatan fasa gerak
Uji kesesuaian sistem : faktor ikutan
Faktor ikutan menunjukkan pengukuran keasimetrisan puncak. Puncak yang tidak simetris dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran luas area dibawah kurva (AUC). Selain itu juga akan menyebabkan
penurunan resolusi, batas deteksi, dan presisi. Penyebab tailing diantaranya ketidaksesuaian sifat
fisikokimia analit dengan kolom, pengemasan kolom tidak seragam, sampel uji terlalu pekat

a:b
t=
2𝑎
tR = waktu retensi ; W1 = lebar puncak pertama ; W2 = lebar puncak kedua
 Syarat: Rs ≥ 1,5
 Jika Rs <1,5 maka turunkan flow rate/ turunkan kekuatan fasa gerak
SOAL
Apoteker di QC sedang mengukur kadar zat aktif hasil pengujian disolusi menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. Sebelum menguji disolusi, dilakukan uji kesesuaian sistem dengan
membaca serapan larutan standar sebanyak 5 replikasi. Dari hasil pengujian tersebut, diperoleh
nilai rata-rata serapan sebesar 0,45 dan standar deviasi 0,015. Berapa % RSD serapan dari hasil
uji kesesuaian sistem?
a. 0,58
b. 1,16%
SD
c. 3,33% % RSD = Rata;rata x 100%
d. 3,52%
e. 4,44% 0,015
% RSD = x 100%
0,45

% RSD = 3,33 %
VALIDASI METODE ANALISI
Suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

Parameter Keteranga Rumus Syarat

Presisi Kedekatan hasil dari sejumlah pengukuran SD RSD ≤ 2%


% RSD = x 100%
Rata;rata
(Keterulangan/ yang dilakukan
Keseksamaan)
Akurasi Kesesuaian antara hasil analisis yang Nilai aktual % Recovery 98-
% Recovery = x 100%
Nilai teoritis
(Kecermatan) diperoleh dengan nilai sebenarnya 102%
Selektivitas/ Spesifisitas spesifik valid untuk zat Rs =
𝟐 (𝑻𝑹𝟏;𝑻𝑹𝟐) RS ≥ 1,5
𝐖𝟏 : 𝑾𝟐
Spesifisitas diukur
Lempeng teoritis
Selektivitas dapat memisahkan dan 𝐓𝐑
mengukur masing- masing nilai dari N = 16 ( 𝐖 ) 2
campuran zat
VALIDASI METODE ANALISI
Parameter Keteranga n Rumus Syarat

Linearitas Merupakan kemampuan metode analisis Perhitungan dengan regresi linear, R >0,997
memberikan respon secara langsung diperoleh intercept, slope dan r.
dinyatakan dalam sekitar garis regresi minimal menggunakan 5 seri kadar
Rentang Batas terendah dan tertinggi analit yang
dapat diuji secara akurat, presisi, dan linear
LOD Batas terkecil analit yang dapat SD -
LOD = 3 x
Slope
(batas deteksi) terdeteksi, tetapi tidak perlu dihitung

LOQ Batas terkecil analit dapat terkuantitasi/ SD Memenuhi


LOQ = 10 x
Slope
(batas dapat dihitung akurasi dan
b = slope/kemiringan
kuantitasi) presisi
Robustness Ketahanan metode pada perubahan SD RSD ≤ 2%
% RSD = x 100%
Rata;rata
(ketahanan kecil yang secara sengaja diterapkan
Ruggedness Ketangguhan metode pada perubahan SD RSD ≤ 2%
% RSD = x 100%
Rata;rata
(ketangguhan) kondisi uji normal (laboratorium,
analis, instrumen, bahan, hari analisis)
SOAL
Apoteker di QC akan melakukan analisa kadar asam folat dalam tablet menggunakan
HPLC. Sebelum pengujian dilakukan uji kesesuaian sistem dengan menginjeksikan
larutan standar sebanyak 1 kali. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh waktu retensi
asam folat sebesar 7,5 menit dengan lebar puncak 0,5 . Berapakah nilai lempeng teoritis
yang dihasilkan?
a. 1500
𝐓𝐑
b. 2300 N = 16 ( 𝐖 ) 2
𝟕,𝟓
c. 3500 N = 16 (𝟎,𝟓) 2
d. 3600 N = 3600
e. 5200
SOAL
Apoteker di QC akan melakukan analisa kadar asam folat dalam tablet menggunakan
HPLC. Sebelum pengujian dilakukan uji kesesuaian sistem dengan menginjeksikan
larutan standar sebanyak 1 kali. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh waktu retensi
asam folat sebesar 7,5 menit dengan lebar puncak 0,5 . Berapakah nilai lempeng teoritis
yang dihasilkan?
a. 1500
𝐓𝐑
b. 2300 N = 16 ( 𝐖 ) 2
𝟕,𝟓
c. 3500 N = 16 (𝟎,𝟓) 2
d. 3600 N = 3600
e. 5200
SOAL
Bagian R&D industri obat tradisional akan melakukan penetapan kadar mangostin
dalam ekstrak kulit manggis dengan menggunakan metode KLT densitometri dan
menentukan % koefisien variasi (KV) dari hasil penetapan tersebut diperoleh rata-rata
kadar sebesar 653,75 mcg/mL dengan nilai SD 13,55.
Berapakah Koefisien Variasinya?
a. 1,00%
b. 1,09%
SD
c. 1,53% % RSD = Rata;rata x 100%
d. 1,93%
e. 2,07% 13,55
% RSD = x 100%
653,75

% RSD = 2,07 %
SOAL
Seorang Apoteker di Industri Farmasi sedang mengembangkan suatu metode
analisa. Saat melakukan validasi diperoleh persamaan kurva baku y = 200x - 1 dan
simpangan baku 1,5.
Berapakah batas analit terkecil dalam sampel yang dapat terkuantifikasi (LOQ)?
a. 0.030
SD
b. 0.053 LOQ = 10 x Slope
c. 0.075 1,5
d. 0.085 LOQ = 10 x
200
e. 0.105 LOQ = 0,075
SOAL
Seorang Apoteker R&D ingin melakukan validasi metode analisis penetapan kadar Vitamin B12
dalam tablet Vitamin B kompleks.
Apakah parameter validasi yang harus diperhatikan dalam pengujian tersebut?

a. Selektivitas
b. Spesifisitas
c. Presisi
d. Akurasi
e. Linearitas
SOAL
Apoteker industri sedang melakukan validasi metode analisis untuk menentukan jumlah zat aktif
dalam tablet. Hasil penetapan kadar yang diperoleh dari lima kali replikasi adalah 98%, 101%,
97%, 99% , dan 103 % dengan standar deviasi 0,45%.
Apakah parameter metode analisis yang sedang ditentukan?

a. Akurasi
b. Presisi
c. Linearitas
d. LOQ
e. LOD
SOAL
Apoteker di industri farmasi melakukan evaluasi tablet aspirin. Diketahui aspirin bersifat asam
lemah dengan pKa 3,4. Uji disolusi tablet tersebut menggunakan dapar fosfat pH 6,4.
Berapa persen aspirin dalam bentuk terion pada kondisi tersebut?
a. 50%
b. 70% 10 ph−pka
c. 89% % terion = 1+10 ph−pka
d. 90% ,
106,4−𝟑 𝟒
e. 99% % terion = 6,4−3,4
1+10
10𝟑
% terion = 1+10 3 Bila selisih pka- ph ≥2 maka terion 99,99%
Bila nilai pka=ph maka terion 50%
10000
% terion = 1001
% terion = 99,99%
SIMPLISIA
 Simplisia : bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan

belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan <60oC

 Simplisia yang baik:

 Kadar air < 10%


 Simplisia daun dan bunga bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan

 Simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah dipatahkan


 Tidak berjamur
 Berbau khas menyerupai bahan segarnya
METODE EKSTRAKSI
MASERASI
DINGIN
PERKOLASI

EKSTRAKSI INFUSA

DEKOKTA
PANAS
REFLUKS

SOKLETASI
MASERASI
Merendam simplisia dengan sesekali pengadukan, ekstraksi digunakan pada simplisia yang tidak tahan panas
(termolabil)
 Keuntungan: peralatan sederhana dan mudah

 Kerugian:

● Waktu relatif lama > 24 jam


● Tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin
● Mudah terjadi kejenuhan

• Digesti: Maserasi dengan pengadukan konstan pada suhu 40-50 0C


PERKOLASI
Penyarian dengan mengalirkan penyari secara terus menerus pada serbuk simplisia dengan alat
prekolator

Keuntungan:
- Tidak terjadi kejenuhan
- Pengaliran meningkatkan difusi dengan dialiri cairan penyari sehingga zat terdorong keluar
dari sel)
Kerugian:
- Waktu relatif lama > 24 jam
- Butuh banyak cairan pengekstraksi
REFLUKS
Ekstraksi simplisia dengan pelarut yang dididihkan secara terus menerus selama 2 jam atau lebih, ekstraksi
digunakan pada simplisia yang tahan panas (termostabil)
Keuntungan:
● Dapat mengekstraksi sampel dengan tekstur kasar dan tebal seperti akar, batang, buah, biji, dan
herba
● Waktu ekstraksi relatif lebih cepat
Kerugian:
● Butuh volume total pelarut yang besar
● Tidak dapat digunakan untuk sampel termolabil
SOKLETASI
Ekstraksi simplisia secara kontinu/sinambung dengan pendingin balik. Pelarut dididihkan, menguap, kondensasi
dan mengenai simplisia lalu jatuh ke penampungan. Ekstraksi digunakan pada simplisia yang tahan panas
(termostabil)
Keuntungan:
- Dapat digunakan pada sampel dengan tekstur yang lunak yang tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung
- Digunakan pelarut yang lebih sedikit (sulit jenuh)
Kerugian:
- Pelarut terus menerus didaur ulang sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
pada ekstrak di bagian bawah
DESTILASI
Ekstraksi senyawa dengan kandungan yang mudah menguap / volatil (minyak atsiri) dengan uap
air berdasarkan peristiwa tekanan parsial. Digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih ≥ 200 °C. Destilasi uap berfungsi untuk:

- Memurnikan senyawa cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya cukup tinggi

Kelemahan:
- menggunakan alat khusus dan hanya dapat memisahkan
zat yang memiliki titidk didih yang besar

Kelebihan:
- produk yang dihasilkan benar-benar murni
METODE EKSTRAKSI
METODE FUNGSI

Penyarian menggunakan air mendidih suhu kurang Keuntungan: Mudah, murah dan
Infusa lebih 90 derajat selama 15 menit waktu relatif singkat
Kelemahan: Zat harus tahan panas

Penyarian menggunakan air mendidih suhu kurang Keuntungan: Mudah, murah dan
Dekokta lebih 90 derajat selama 30 menit waktu relatif singkat
Kelemahan: Zat harus tahan panas
Enfleurasi Pengambilan minyak atsirii dari bunga, menggunakan lemak yang telah jenuh dengan
aroma bunga dan penyerapan aroma tanpa pemanasn
STANDARISASI MUTU SIMPLISIA
• SPESIFIK
Parameter Keterangan
Identifikasi deskripsi tata nama dan bagian tumbuhan yang digunakan.
Organoleptik Pengenalan secara fisik dengan menggunakan panca indera dalam
mendeskripsikan bentuk, bau, warna, rasa, ukuran
Pola kromatografi Kesesuaian pola kromatogram dengan sistem yang tertera pada
farmakope, umumnya digunakan metode KLT
Kandungan kimia Kadar golongan senyawa tertentu misalnya kadar flavonoid total
ekstrak kental daun afrika tidak kurang dari 6,11% dihitung dari rutin
STANDARISASI MUTU SIMPLISIA
Non Spesifik
Parameter Keterangan

Susut Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan dan
pengeringan dinyatakan dalam nilai persen %
𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥 ; 𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓
Susut Pengeringan (%) = 𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝒂𝒘𝒂𝒍
x 100%

Bobot jenis (BJ) Parameter khusus ekstrak cair - kental


𝐖𝟐 ; 𝑾𝟎
BJ Sampel = 𝐖𝟏 ; 𝑾𝟎 x BJ air pada suhu 25oC
Keterangan :
W0 = Bobot piknometer kosong
W1 = Bobot piknometer + air
W2 = Bobot piknometer + sampel
Kadar air Syarat kadar air ≤ 10%.
1. Metode gravimetri
Berdasarkan penguapan air yang ada dalam bahan dengan jaan pemanasan, kemudian ditimbang sampai berat konstan.
𝐖𝟏 ; 𝑾𝟐
BJ Air % = 𝐖𝟏 ; 𝑾𝟎 x 100
Keterangan :
W0 = Berat cawan kosong
W1 = Berat cawan kosong + sampel sebelum pemanasan
W2 = Berat cawang kosong + sampel setelah pemanasan
STANDARISASI MUTU SIMPLISIA
Non Spesifik
Parameter Keterangan

Kadar air 2. Destilasi Toluen


𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐚𝐢𝐫 𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐝𝐞𝐬𝐭𝐢𝐥𝐚𝐬 (𝐦𝐋) 𝐱 𝐁𝐉 𝒂𝒊𝒓
Kadar Air % = 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 (𝐠)
x 100

3. Titrasi Karl Fischer


Menggunakan prinsip potensiometri dan jarang digunakan
𝐕𝟏 𝐱 𝑭
Kadar Air % = 𝑾𝟏 x 100
Keterangan :
V1 = Volume pereaksi Karl Fisher yang terpakai untuk titrasi sampel (mL)
F = Faktor standarisasi pereaksi Karl Fishe (mL air/mL pereaksi)
W1 = Berat sampel (g)
Kadar abu total Menunjukkan kandungan anorganik (mineral)
Sampel dipijarkan perlahan-lahan dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600±25oC hingga arang habis,
Syarat: 1-20% kemudian ditimbang hingga diperoleh bobot tetap/konstan.
W2 ; W0
Kadar Abu Total (%) = W1 x 100%
Keterangan :
W0 = Berat krus silikat
W1 = Berat sampel sebelum dipijarkan
W2 = Berat krus silikat + abu setelah dipijarkan
STANDARISASI MUTU SIMPLISIA
Non Spesifik
Parameter Keterangan

Kadar abu tidak Menunjukkan tingkat pengotor oleh silikat/pasir


larut asam Prinsip : Sampel dipijarkan hingga diperoleh abu lalu dididihkan dengan asam
sulfat encer. Bagian yang tidak larut asam disaring dengan kertas saring bebas abu. Residu yang diperoleh
Syarat: 1-10% dibilas dengan air panas. Residu yang tersaring dan kertas saringnya dimasukkan ke dalam krus silikat,
dipijarkan perlahan – lahan dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ± 25℃ hingga arang habis,
kemudian ditimbang hingga diperoleh bobot tetap
W2 ; W0
Kada Abu Tidak Larut Asam (%) = W1 x 100%
Keterangan :
W0 = Berat krus silikat
W1 = Berat sampel sebelum dipijarkan
W2 = Berat krus silikat + abu tidak larut asam
Kadar sari larut air Menunjukkan perkiraan kandungan senyawa aktif yang bersifat polar (larut dalam air) Kadar Sari Larut Air =
Berat sari air (g) 100
Berat ekstrak awal
x 20 x 100%
Keterangan : kadar dihitung dalam persen senyawa yang larut air terhadap ekstrak awal. Angka 100 berasal dari
100 mL air dan angka 20 berasal dari ambilan filtrat 20 mL
Cemaran logam Menentukan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan atom. Bertujuan untuk memberikan jaminan
berat ekstrak tidak mengandung logam tertentu. Persyaratan sesuai dengan sampel masing-masing di kompedial
STANDARISASI MUTU SIMPLISIA
Non Spesifik
Parameter Keterangan

Kadar sari larut Menunjukkan perkiraan senyawa aktif yang bersifat plar - nonpolar (larut dalam etanol)
etanol
Berat sari etanol (g) 100
Kadar Sari Larut Etanol = x x 100%
Berat ekstrak awal 20

Keterangan : kadar dihitung dalam persen senyawa yang larut air terhadap ekstrak awal. Angka 100 berasal dari 100
mL etanol dan angka 20 berasal dari ambilan filtrat 20 mL
Sisa pelarut Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu dengan metode kromatografi gas. Parameter ini bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada
Angka Lempeng Metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri aerob pada suatu sampel
Total (ALT) Syarat ALT : ≤ 106 koloni/g
Pilih cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah koloni tertinggi yang kurang dari 250

𝟏
ALT = rata-rata jumlah koloni x 𝐅𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏
STANDARISASI MUTU SIMPLISIA
Non Spesifik
Parameter Keterangan

Angka Kaping Metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah kapang (fungi yang berfilamen) dan khamir (fungi
Khamir (AKK) tidak berfilamen) pada suatu sampel
Syarat AKK : ≤ 104 koloni/g
Pilih cawan dari satu tingkat pengenceran dengan jumlah koloni tertinggi yang kurang dari 50 koloni. Hitung
jumlah rata-rata koloni dalam media biakan dan jumlah koloni per g atau per mL sediaan
𝟏
AKK = rata-rata jumlah koloni x 𝐅𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏

Angka Paing Dikenal juga dengan sebutan Most Probable Number (MPN)
Mungkin (APM) Metode kuantitatif yang sering digunakan untuk mengukur jumlah bakteri Coliform dan E.Coli.
Perhitungan jumlah bakteri menggunakan tabel khusus APM
STANDARISASI MUTU SIMPLISIA
Non Spesifik
Soal
Analis QC sedang melakukan perhitungan kadar ALT pada sampel obat batuk herbal dengan
metode cawan dan diperoleh data sebagai berikut. Berapa jumlah ALT (cfu/mL) dalam
sediaan OHT tersebut?

Cawan 1 Cawan 2
Pengenceran
(cfu/mL) (cfu/mL)
-2 Jumlah mikroba dalam sampel
10 224 236 = (224+236)/2 x faktor pengenceran
-3
10 22 25 = 230 x 102 cfu/mL
-4
10 3 2
-5
10 0 0
SKRINING FITOKIMIA
Golongan Reagen Hasil

Alkaloid Mayer Endapan putih

Wagner Endapan merah - coklat

Dragendrof Endapan orange- coklat

Buchardat Jingga

Flavonoid AlCl3 Warna merah

Uap Amonia Kuning


Natrium metoksida Kuning

Alkalin (NaOH / KOH) Coklat atau kuning

Shinoda Warna pink - merah


Tanin FeCl3 Terkondensasi (Coklat - hitam)
Terhidrolisis (Biru - hitam)
Kalium ferrisianida dan amonia Coklat

Gelatin Endapan putih

Triterpenoid/ Lieberman-buchardat Hijau biru


Steroid
Annisaldehi-H2SO4 Merah - ungu

Salkowski Kloroform menjadi merah

Minyak Atsiri Kalium permanganat Hijau biru

Vanilin Merah - ungu

Annisaldehid-H2SO4 Kloroform menjadi merah

Saponin Kocok Berbusa

Lieberman-buchardat Hijau/ungu
KLT
Golongan Pereakasi
Alkaloid Ninhidrin , Buchardat , Dragendrof
Flavonoid Sitoborat
Terpen Asam fosfomolibdat
Fenol FeCl3
Pereaksi Umum Uap iodium , H2SO4 , Vanilin sulfat
FITOTERAPI
FITOTERAPI
OBAT TRADISIONAL
JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITOFARMAKA

Khasiat terbukti secara empiris Khasiat terbukti secara praklinis Khasiat terbukti secara praklinis
dan aman, turun temurun (farmakologi & toksisitas pada (farmakologi & toksisitas pada
hewan) hewan) dan klinis (manusia
Bahan baku belum standar BB : Bahan baku terstandardisasi BB : Bahan baku terstandardisasi BB :
Kualitatif Kuantitatif Kuantitatif
PJ : Kualitatif PJ : Kualitatif PJ : Kuantitatif

Norit, Antangin Tolak Angin, OB Herbal Stimuno, Nodiar

You might also like