You are on page 1of 21

TUGAS ULUM AL-QUR’AN

MAKALAH

RASM AL-QUR’AN

Disusun Oleh :

SAHABUDDIN /10120220081

NURDIN HALID / 10120220085

MUH. RIDWAN SYAFIQ / 10120220082

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad, utusan Allah, yang membimbing umat manusia dengan ajaran-ajaran
suci Al-Qur'an.

Makalah ini merupakan upaya kami untuk menjelajahi dan memahami


aspek penting dalam studi Al-Qur'an, yaitu Rasm al-Qur'an. Rasm, dalam konteks
ini, merujuk kepada bentuk tulisan Al-Qur'an yang dikenal sebagai mushaf
Utsmani, bentuk yang dihasilkan oleh komisi yang dipimpin oleh Khalifah Utsman
ibn Affan radhiyallahu 'anhu pada masa awal Islam. Kajian tentang Rasm al-Qur'an
sangatlah penting, karena ini merupakan fondasi dari teks Al-Qur'an yang menjadi
pegangan utama umat Islam dalam beribadah, memahami hukum-hukum agama,
dan menjalani kehidupan sehari-hari.

Dalam makalah ini, kami akan membahas berbagai aspek terkait Rasm al-
Qur'an. Awalnya, kami akan memberikan pengertian dasar mengenai Rasm al-
Qur'an, termasuk sejarah perkembangannya. Kemudian, kami akan membahas
berbagai macam Rasm al-Qur'an yang ada, yang mencerminkan keragaman warisan
tulisan Al-Qur'an di berbagai wilayah Islam.

Selanjutnya, kita akan mengeksplorasi kaidah-kaidah Rasm Utsmani, yang


mengatur tatacara penulisan Al-Qur'an dan menjaga keseragaman di seluruh dunia
Muslim. Pemahaman tentang kaidah-kaidah ini penting untuk memahami
bagaimana Al-Qur'an telah terjaga dari perubahan sejak zaman Utsman
radhiyallahu 'anhu.

Pendapat ulama tentang Rasm al-Qur'an juga akan menjadi fokus kami
dalam makalah ini. Melalui pandangan ulama, kita akan mendapatkan wawasan

i
yang lebih dalam tentang pentingnya Rasm al-Qur'an dalam konteks studi agama
Islam.

Terakhir, kami akan membahas kaitan antara Rasm al-Qur'an dengan


Qirā'ah al-Qur'an. Ini akan membantu kita memahami bagaimana bentuk teks Al-
Qur'an ini memengaruhi cara kita membaca dan menghafalnya.

Makalah ini adalah hasil upaya kami untuk menyajikan informasi yang
terkini dan relevan tentang Rasm al-Qur'an. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang salah satu aspek terpenting dari
warisan agama Islam ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menjadi kontribusi kecil kami dalam menghormati dan memahami Al-Qur'an,
firman Allah yang agung.

Akhirnya, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan petunjuk dan berkah-Nya kepada kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, 24 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................1

DAFTAR ISI ..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................4

A. Latar Belakang .....................................................................................4

B. Rumusan Masalah ................................................................................5

C. Tujuan masalah.....................................................................................5

BAB II ............................................................................................................6

PEMBAHASAN ............................................................................................6

D. Pengertian Rasm Al-Qur’an .................................................................6

E. Macam-Macam Rasm Al-Qur’an .........................................................7


1. Rasm Qiasi / Imla'i .........................................................................................7
2. Rasm ‘Arudi ...................................................................................................9
3. Rasm Utsmani ................................................................................................9

F. Kaidah-Kaidah Rasm Utsmani ...........................................................10

G. Pendapat Ulama tentang Rasm Al-Qur’an .........................................12

H. Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’ah Al-Qur’an ..........................15

I. Hubungan antara keduanya adalah sebagai berikut: ..........................17

BAB III ........................................................................................................18

PENUTUP ....................................................................................................18

A. Kesimpulan .........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................20


iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an, sebagai kitab suci dalam agama Islam, memiliki peran


penting dalam kehidupan umat Muslim di seluruh dunia. Ia tidak hanya
menjadi sumber pedoman dalam hal keagamaan, moral, dan hukum, tetapi
juga menjadi landasan spiritualitas dan identitas bagi umat Islam. Al-
Qur'an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW selama lebih dari dua puluh tahun.

Salah satu aspek yang penting untuk memahami Al-Qur'an adalah


Rasm al-Qur'an, yaitu bentuk dan tata cara penulisan teks Al-Qur'an. Rasm
al-Qur'an yang paling dikenal adalah mushaf Utsmani, yang disusun dan
diterbitkan pada masa Khalifah Utsman ibn Affan radhiyallahu 'anhu.
Mushaf Utsmani ini menjadi standar penulisan Al-Qur'an yang diterima
oleh umat Islam di seluruh dunia, dan iatelah menjadi rujukan utama dalam
membaca, menghafal, dan mengajarkan Al- Qur'an.

Namun, sebagian besar umat Islam mungkin hanya memiliki


pemahaman yang terbatas tentang Rasm al-Qur'an, bagaimana proses
pengumpulan teks Al- Qur'an dilakukan, dan apa pentingnya pemahaman
ini dalam konteks keagamaan dan studi Al-Qur'an. Oleh karena itu,
makalah ini hadir untuk menjawab berbagai pertanyaan dan kebingungan
terkait Rasm al-Qur'an.

4
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang rasm al-qur’an.
Beberapapertanyaan yang akan dijawab adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian rasm al-qur’an?
2. Apa-apa saja macam-macam ras mal-qur’an?
3. Apa saja kaidah-kaidah rasm usmani?
4. Apa pendapat ulama tentang rasm al-qur’an?
5. Apa kaitan-kaitan rasm al-qur’an dengan qira’ah al-qur’an?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui pengertian rasm al-qur’an
2. Mengetahui macam-macam ras mal-qur’an
3. Memahami kaidah-kaidah rasm usmani
4. Mengetahui pendapat ulama tentang rasm al-qur’an
5. Mengetahui kaitan-kaitan rasm al-qur’an dengan qira’ah al-
qur’an.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Al-Qur’an

Istilah rasm berasal dari kata baasa arab ‫ سسم—زسم‬yang berarti


menggambar atau melukis.7 Sedangkan al-Qur‟an adalah kalam Allah
SWT yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW, melalui malaikat
jibril, dengan jalan mutawatir, ditulis dalam mushaf membacanya adalah
ibadah, serta dimulai dari surah al- Fatihah dan diakhiri dengan Surat an-
Nash. Jadi rasm al-Qur‟an adalah ilmu yang secara khusus mempelajari
tata cara penulisan al-Qur‟an baik lafal lafalnya, maupun bentuk huruf-
huruf yang digunakan.

Istilah Rasm al-Qur‟an ini diartikan sebagai kaidah-kaidah


penulisan dalam penulisan al-Qur‟an pada masa khalifah Utsman bin
Affan dan para sahabat. Sementara kalau menurut az-Zarqani Rasm al-
Qur‟an ialah penulisan al-Qur‟an yang telah disepakati Utsman bin Affan
di dalam penulisan kalimat kalimat dan huruf hurufnya. Kemudian pola
penulisan ini dijadikan sebagai tolak ukur penulisan (rekonstruksi) al-
Qur‟an atau penggandaan dari Mushaf Utsmani.

Rasm Usmani sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa


penulisan kalimat-kalimat Al-Qur‟an yang disetujui sahabat Usman bin
Affan (35 H/655 M) pada waktu penulisan mushaf. Cara penulisan ini,
sebagaimana disebut oleh az- Zarqani, memiliki karakter khusus yang
sering menyimpang dengan pola penulisan bahasa Arab konvensional pada
umumnya. Dalam sejarah kodifikasi Al-Qur‟an, rasmul-mushaf masuk
pada kajian marsumul-khat, salah satu cabang pembahasan Ulum al-
Qur‟an (studi ilmu-ilmu Al-Qur‟an). Namun, pada perkembangan

6
selanjutnya pola penulisan Al-Qur‟an berubah menjadi disiplin ilmu
tersendiri, yakni ilmu Rasm Utsmani. Perkembangan karya puncak ilmu
ini, menurut sebagaian pakar, ditandai dengan ditulisnya dua karya
monumental dalam bidang rasm utsmani, yakni al-Muqni„ fi Maiif Ahli al-
Amir karya Abu „Amr ad-Dany (w. 444 H), dan at-Tabyan lihijti-Tanzil
karya Abu Dawud Sulaiman bin Najah (w. 496 H ). Keduanya kemudian
dikenal sebagai dua pakar paling otoritatif dalam disiplin ilmu rasm
Usmani (syaikhani fi rasm).

Perlu diketahui bahwah rasm al-Qur‟an bagian dari tatacara


penulisan mushaf al-Qur‟an secara berbeda dan memiliki ciri khas baik itu
penulisan lafal- lafalnya maupun bentuk bentuk huruf yang digunakannya.
Penulisan al-Qur‟an pada dasarnya sudah dilakukan oleh para sahabat
pada masa Nabi Muhammad. Ia membentuk tim sendiri dalam mencatat al-
Qur‟an yang dipimpin oleh Zaid Bin Tsabit, pada saat itu penulisan al-
Qur‟an dilakukan hanya menunggu petunjuk dari Nabi Muhammad.

B. Macam-Macam Rasm Al-Qur’an


Dibagi menjadi tiga macam:
1. Rasm Qiyasi (‫)الرسم القياسى‬
2. Rasm A’rudi (‫)الرسم العروضي‬
3. Rasm Usman (‫)الرسم العثمان‬
Berikut penjelasan dari masing-masing ungkapan diatas:

1. Rasm Qiasi / Imla'i

Rasmul Imla’i adalah penulisan menurut kelaziman


pengucapan / pertuturan. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa Al-Qur’an dengan rasm imla’I dapat
dibenarkan, tetapi khusus bagi orang awam. Bagi para ulama
atau yang memahami rasm Utsmani tetap wajib
mempertahankan keaslian rasm Utsman.

7
Pendapat diatas diperkuat oleh Al-Zarqani dengan
mengatakan bahwa rasm Imla’I diperlukan untuk
menghindarkan ummat dari kesalahan membaca Al-Qur’an,
sedangkan rasm Utsmani di perlukan untuk memelihara
keaslian mushaf Al-Qur’an. Tampaknya, pendapat ini lebih
moderat dan lebih sesuai dengan kondisi ummat, disatu pihak
mereka ingin melestarikan rasm Utsmani, sementara dipihak
lain mereka menghendaki dilakukannya penulisan Al-Qur’an
denganrasm Imla’I untuk memberikan kemudahan bagi kaum
muslimin yang kemungkinan mendapat kesulitan membaca Al-
Qur’an dengan rasm Utsmani. Namun demikian, kesepakatan
para penulis Al-Qur’an dengan rasm Utsmani harus diindahkan
dalam pengertian menjadikannya sebagai rujukan yang
keberadaannya tidak boleh hilang dari masyarakat Islam.
Sementara jumlah ummat Islam dewasa ini cukup besar yang
tidak menguasai rasm Utsmani. Bahkan, tidak sedikit jumlah
ummat Islam untuk mampu membaca aksara arab. Mereka
membutuhkan tulisan lain untuk membantu mereka agar dapat
membaca ayat-ayat Al-Qur’an, seperti tulisan latin. Namun
demikian Rasm Utsmani harus dipelihara sebagai standar
rujukan ketika dibutuhkan.

Demikian juga tulisan ayat-ayat Al-Qur’an dalam karya


ilmiah, rasm Utsmani mutlak diharuskan karena statusnya
sudah masuk dalam kategori rujukan dan penulisannya tidak
mempunyai alasan untuk mengabaikannya. Dari sini kita dapat
memahami bahwa menjaga keotentikan Al-Qur’an tetap
merujuk kepada penulisan mushaf Utsmani. Akan tetapi segi
pemahaman membaca Al-Qur’an bisa mengunakan penulisan
yang lain berdasarkan tulisan yang dalam proses penulisan Al-
Qur’an mulai dari Zaman Rasulullah, zaman khalifah Abu

8
Bakar sampai khalifah Utsman Bin Affan yang penulisnya
tidak pernah lepas dari Zaid Bin Tsabit yang merupakan
sekretaris Rasulullah SAW. Secara historis ini membuktikan
bahwa Allah SWT tetap menjaga dan memelihara keotentikan
Al-Qur’an.

2. Rasm ‘Arudi

Rasm ‘Arudi ialah cara menuliskan kalimat-kalimat arab


disesuaikan dengan wazan sya’ir-sya’ir arab. Hal itu dilakukan
untuk mengetahui “bahr” (nama macam sya’ir). Dari sya’ir
tersebut contohnya seperti:

‫وليل كموج البحر ار خي سدو له‬

sepotong sya’ir Imri’il qais tersebut jika ditulis akan berbentuk:

‫وليلن كموج البح ر ار خي سدو له‬Sesuai dengan ‫فعو لن مفا عيلن فعولن‬
‫مفا عيلن‬

sebagai timbangan sya’ir yang mempunyai “ bahar tawil.”

3. Rasm Utsmani

Rasmul Utsmani adalah pola penulisan Al-Qur’an pada


masa Utsman dan disetujui oleh Utsman. Rasm utsmani
menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
bernama Ilmu Rasm Utsmani. Ilmu ini didefinisikan sebagai
ilmu untuk mengetahui segi-segi perbedaan antara Rasm
utsmani dan untuk mengetahui segi perbedaan antara rasm
utsmani dan kaidah-kaidah rasm istilahi (rasm yang biasa selalu
memperhatikan kecocokan antara tulisan dan ucapan) sebagai
berikut contoh antara rasm utsmani dengan rasm istilahi.

9
Dalam rasm utsmani lafaz (‫ )اليستوون‬ditulis (‫)اليستون‬

¨ Lafaz (‫ )الصالة‬ditulis (‫)الصلوة‬

¨ Lafaz (‫ )الزكاة‬ditulis (‫)الزكوة‬

¨ Lafaz (‫ )الحياة‬ditulis (‫)الحيوة‬

C. Kaidah-Kaidah Rasm Utsmani

Para Ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi 6 istilah, yaitu:


1. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf).
Contohnya :
b. menghilangkan huruf alif pada yaa` nida`,seperti َ ‫يا‬
‫يّها النّاس‬menurut kaidah imlak (‫)يااْيها الناس‬
c. membuang huruf yaa’ , huruf yaa’ dibuang dari manqushah
munawwan , baik berharakat rafa’ maupun jarr,
seperti ‫ باغ‬aslanya ‫با غِى‬
d. membuang huruf wawu , dibuang apabila bergandengan dengan
wawu yang lain. Seperti َ‫الَ َي ْست َْون‬asalnya َ‫ال َي ْست َُو ْون‬
e. membuang huruf lam , dihilangkan apabila dalam keadaan
idhghom . seperti ‫ الَّ ْي ُل‬dan ‫الّذى‬asal keduanya ‫اللَّ ْي ُل‬dan ‫اللَّذى‬

2. Al-Ziyadah ( penambahan). Contoh :


a. menambahkan huruf alif setelah wawu pada akhir isim jama’
seperti ungkapan ‫ اُولُوا االَلباب‬dan ‫وار ِبّهم‬
َ ُ‫ُمال ق‬
b. menambah alif setelah hamzah marsumah wawu (hamzah yang
terletak di atas tulisan wawu) ( ‫)ؤ‬. seperti ‫ ت َا هللا ت َ ْفتَؤُا‬:asalnya ‫ت َا‬
ُ ‫هللا تَفتَأ‬
c. Penambahan huruf “yaa’ pada kata-kata ‫ائ‬ ِ َ‫مِ ْن ت ِْلق‬
‫نَ ْفسِى‬dan ‫ حِ َجا ٍبمن ورائ‬Penambahan huruf “wawu”, pada kata-
kata tertentu ‫ الئك‬, ‫ اوالت اوالء‬, ‫اولوا‬dan ‫ساوريكم‬.

3. Al-Hamzah, contoh:
a. Apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat
yang sebelumnya. Seperti : ‫ذن‬ ْ ْ‫ائ‬kecuali pada beberapa keadaan.
b. Al-Hamzah al-Sakinah yang aslinya ditulis di atas huruf yang
sesuai dengan harakat sebelumnya, baik di awal, tengah, maupun
akhir, seperti )‫(اقرأ‬,)‫(جئنك‬, ‫ هيء‬kecuali dalam kata-kata tertentu,
seperti )‫(فادارءثم‬dan )‫(ورءيا‬maka kedua kata tersebut hurufnya
dihilangkan dan hamzah ditulis menyendiri.

10
c. Al-Hamzah al-Mutaharrikah apabila berada di awal kata atau
digabungkan dengan huruf tambahan, hamzah tersebut
ditulis dengan alif secara pasti (mutlak, baik dalam keadaan fatah,
dammah maupun kasrah, seperti
kata )‫(سأصرف‬,)‫(فيأئ‬,)‫(أيوب‬,)‫(اذا‬.)‫(اولوا‬kecuali di tempat-tempat
tertentu seperti ‫قل أئنكم لثكفرون‬di dalam surah fushilat.

4. Badal (penggantian) Contoh :


a. Alif di tulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata
: ّ ‫الزكوة‬
ّ , َ ‫صلوة‬
ّ ‫ال‬
b. Alif di tulis dengan yaa’ pada kata : ‫ إلى‬, ‫ على‬, ‫أنّى‬yang
berarti ‫كيف‬, ‫متى‬, ‫بلى‬, ‫لدى‬
c. Alif di gantindengan huruf nun taukid khafifah pada kata ‫إذًا‬pada
ungkapan )‫(وكأين من نبي‬, maka ditulis dengan nun’.
d. Ha’ at-Ta’nis ( ‫ ) ة‬ditulis dengan huruf ta (‫ )ث‬.seperti
kata ‫رحمة‬menjadi ‫ رحمت‬.

5. Washal (penyambungan) dan Fashl (pemisahan).


Washl : metode penyambungan kata yang mengakibatkan hilang
atau dibuangnya huruf tertentu. Contoh :
a. ( ‫ )من‬min bersambng dengan maa ( ‫ )ما‬penulisannya di sambung
dan huruf nun pada mim tidak ditulis. Seperti : َ ‫م ّما‬kecuali
pada ‫من ما ملكت أيْما نكم‬
b. ) ‫( إِ ْن‬in disusul dengan maa ( ‫ )ما‬ditulis bersambung dengan
meniadakan nun sehingga imma ) ‫( إ َّما‬, kecuali pada ‫إن َما‬ ْ ‫تو عدُون‬
c. ) ‫( مِ ن‬min disusul dengan man ) ‫ ( َم ْن‬ditulis bersambung
dengan menghilangkan huruf nun sehingga
menjadi mimman ( ‫ ) م َّم ْن‬bukan ‫مِ ْن َم ْن‬

6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi


a. Suatu kata yang boleh dibaca dengan dua cara tapi penulisannya
disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Tetapi yang kita
maksudkan bukan bacaan yang janggal (syaddzah).
b. Di dalam mushaf `Utsmani, penulisan kata semacam itu di tulis
dengan menghilangkan alif, misalnya “maliki yaumiddin” . Ayat
di atas boleh di baca dengan menetapkan alif (yakni di baca dua
alif), boleh juga hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu
alif).
Kebanyakan mashaf ditulis mengikut kaedah-kaedah ini. Oleh itu,
penulisan mushaf Utsmani ini diakui penulisan yang bersifat tauqifi
(penetapan, penentuan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam), maka
penggunaan tulisan Imlai atau Qiasi tidaklah diharuskan.

11
D. Pendapat Ulama tentang Rasm Al-Qur’an

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum rasm utsmani ini


setelah kaidahkaidah tersebut usai ditulis. Perdebatan para ulama tentang
ini adalah seputar hukum rasm utsmani ini apakah dapat dihukumkan
tauqifi, yaitu diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW atau ini adalah hasil
ijtihad para sahabat terdahulu. Oleh karena itu, perbedaan pendapat para
ulama ini dibagi kepada tiga (3) golongan, diantaranya :

Pertama. Jumhur ulama berpendapat bahwa rasm utsmani adalah


tauqifi, sehingga tidak boleh menulis al-Qur‟an selain dengan Rasm
Utsmani ini. Dalil mereka berdasarkan penunjukan Nabi orang-orang yang
khusus menulis ayat yang diwahyukan kepada Nabi, beliau memiliki
sekretaris khusus untuk menulis ayat- ayat tersebut sehingga menjadi
rampung penulisannya menjelang beliau wafat. Kemudian dilanjutkan oleh
para khulafa‟ al-Rasyidin pewarisan al-Qur‟an tersebut dengan berbagai
terobosan mereka seperti yang kita bahas sebelumnya. Walaupun berbeda
generasi, al-Qur‟an tetap tidak berubah walau sedikitpun, hal ini menjadi
jaminan Allah SWT tersendiri terhadap wahyu tersebut. Dalam riwayat
diceritakan tentang peletakan kaidah Rasm Utsmani ini oleh Rasulullah
SAW sendiri, yaitu sabda beliau yang Artinya: “ Pertemukanlah tinta,
miringkanlah pena, tegakkan huruf ba‟, pisahkan huruf sin, jangan
disembunyikan huruf mim, perbaiki kalimat Allah, panjangkan kalimat
rahman, perhatikanlah kalimat rahim, dan letakkan penamu ditelingamu
sebelah kiri agar aku mengingatkanmu tentang hal itu”.

Adapun ulama yang sepakat dengan tauqifi nya Rasm Utsmani


adalah Imam Ibn al-Mubarak dalam kitabnya “al-Ibriz”, Abu „Amr ad-
Dhani dalam karyanya “al-Muqni” dan beberapa ulama lainnya. Alasan
Ibn al-Mubarak tentang hal ini adalah karena kekuatan dan rahasia yang
tersimpan dibalik Rasm tersebut. Penulisan huruf Ya‟ dalam kalimat biadi
>h misalnya, mengandung rahasia bahwa kekuatan Allah SWT berbeda

12
dengan kekuatan manusia, maka ditambahkannya huruf ya‟ pada kalimat
tersebut adalah sebagai penghormatan kepada-Nya.

Imam Malik pernah ditanya tentang hukum menulis al-Qur‟an


dengan rasm isthilahi, kemudian beliau menjawab : ”Saya tidak sepakat
dengan hal itu, menurut saya al-Qur‟an harus ditulis sesuai dengan tulisan
pada periode pertama”. Abu Amr ad-Dhani mengatakan bahwa tidak ada
satupun ulama yang berseberangan dengan pendapat Imam Malik ini.
Bahkan Imam Sakhawi berkata bahwa pendapat Imam Malik ini adalah
pendapat yang benar, karena penulisan dengan model lain adalah tindakan
pembodohan dan terhadap keutamaan yang telah ditorehkan oleh ulama
periode pertama (sahabat).

Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa diharamkan


menyalahi rasm utsmani dalam penulisan waw, alif, ya‟, dan sebagainya.
Sementara itu Imam an- Naisaburi suatu ketika pernah mengatakan bahwa
wajib bagi para ulama, qari, dan penulis al-Qur‟an untuk mengikuti rasm
utsmani dalam penulisan al-Qur‟an, karena rasm ini adalah rasm Zaid bin
Tsabit dan beliau adalah sekretaris Rasulullah SAW dan penulis wahyu.

Kedua. Sebagian ulama mengatakan bahwa Rasm Utsmani adalah


isthilahi, yaitu berdasarkan ijtihad para sahabat, bukan tauqifi. Diantara
ulama yang berpendapat seperti itu adalah Imam Ibn Khaldun dalam
“Muqaddimah”nya dan Qadhi Abu Bakar al-Baqillani dalam “Nukat al-
Intishar”. Pendapat mereka karena rasm utsmani ini tidak ada dalil nash
dari al-Qur‟an, hadits atau perkataan ulama yang memerintahkan dan
melarang secara terangterangan terhadap penulisan al- Qur‟an dengan
rasm tertentu.

Menurut al-Baqillani, Rasulullah SAW tidak pernah


memerintahkan para sahabat untuk menulis al-Qur‟an dengan satu bentuk
tulisan, karena itulah banyak perbedaan penulisan al-Qur‟an dalam
mushaf. Sebagian sahabat menulis kalimat berdasarkan makharijul huruf,

13
dan yang lain ada yang menambah atau mengurangi tulisan tersebut,
karena mereka tahu bahwa tulisan itu hanya ijtihad para sahabat.

Ketiga. Kelompok ketiga berpendapat bahwa diperbolehkan


bahkan diwajibkan bagi orang awam untuk menulis al-Qur‟an dengan
model tulisan yang mereka kenal dan pahami, agar tidak terjadi perubahan
dan kesalahpahaman.

Namun dalam waktu yang sama, diharuskan menjaga dan


melestarikan model tulisan Rasm Utsmani bagi kaum terpelajar dan cerdik
cendikia, sebagai sebuah bentuk penghormatan terhadap warisan nenek
moyang yang tak ternilai harganya.

Diantara para ulama yang berpendapat seperti ini adalah Syeik


Izuddin Bin Abdussalam, Badruddin Muhammad bin Abdullah az-
Zarkasyi dan ulama lain. Az- Zarkasyi mengatakan bahwa mengikuti
penulisan dengan satu model itu berlaku pada generasi awal saja, karena
ilmu berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan sekarang
dikhawatirkan terjadi kesalahpahaman terhadap al-Qur‟an dikalangan
kaum awam. Imam az-Zarqani mengomentari pendapat beliau bahwa hal
tersebut adalah pendapat yang sangat ideal dan moderat, yaitu tergambar
pada dua sisi: - Penjagaan terhadap al-Qur‟an dengan Rasm yang mudah
dipahami oleh orang awam sesuai dengan perkembangan zaman, hal ini
sebagai upaya untuk menjaga umat dari kesalahan tulis dan pemahaman. -
Pelestarian terhadap rasm awal yang merupakan peninggalan leluhur yang
tak ternilai harganya. Hal ini juga menurut az-Zarqani adalah suatu bentuk
kehati-hatian yang luar biasa dari para ulama sehingga layak dipuji.

Setelah menyaksikan dan mempelajari dengan seksama tentang


Rasm Utsmani ini memanglah diperlukan untuk memelihara keaslian
mushaf Al-Qur‟an dan lebih sesuai dengan kondisi ummat, dan sebagai
satu cara untuk melestarikan Rasm Utsmani, kesepakatan para penulis Al-
Qur‟an dengan Rasm Utsmani harus diindahkan dalam pengertian

14
menjadikannya sebagai rujukan yang keberadaannya tidak boleh hilang
dari masyarakat Islam. Sementara jumlah ummat Islam dewasa ini cukup
besar yang tidak menguasai Rasm Utsmani. Bahkan, tidak sedikit jumlah
ummat Islam yang mampu membaca aksara arab. Mereka membutuhkan
tulisan lain untuk membantu mereka agar dapat membaca ayat-ayat Al-
Qur‟an, seperti tulisan latin. Namun demikian Rasm Utsmani harus
dipelihara sebagai standar rujukan ketika dibutuhkan.

Demikian juga tulisan ayat-ayat Al-Qur‟an dalam karya ilmiah,


Rasm Utsmani mutlak diharuskan karena statusnya sudah masuk dalam
kategori rujukan

Dan penulisannya tidak mempunyai alasan untuk mengabaikannya.


Dari sini kita dapat memahami bahwa menjaga keotentikan Al-Qur‟an
tetap merujuk kepada penulisan Mushaf Utsmani. Akan tetapi segi
pemahaman membaca Al-Qur‟an bisa menggunakan penulisan yang lain
berdasarkan tulisan yang dalam proses penulisan al-Qur‟an mulai dari
zaman Rasulullah, zaman khalifah Abu Bakar sampai khalifah Usman Bin
Affan yang penulisnya tidak pernah lepas dari Zaid Bin Tsabit yang
merupakan sekretaris Rasulullah SAW. Sehingga secara historis hal ini
membuktikan bahwa Allah SWT tetap menjaga dan memelihara
keotentikan Al- Qur‟an hingga akhir zaman nantinya.

E. Kaitan Rasm Al-Qur’an dengan Qira’ah Al-Qur’an

Rasm al-Quran dan qiraah al-Quran adalah dua konsep penting


dalam studi Al-Quran yang berkaitan erat. Di bawah ini, saya akan
menjelaskan hubungan antara keduanya 2

1. Rasm al-Quran:

Rasm al-Quran adalah konsep yang merujuk pada bentuk fisik atau
penulisan Al-Quran. Ini mencakup tata letak, tanda baca, huruf, dan
pengaturan teks Al-Quran seperti yang ditulis dalam mushaf. Rasm al-

15
Quran adalah bentuk standar dari teks Al-Quran yang digunakan di seluruh
dunia dalam berbagai qiraah (cara membaca) Al-Quran.

2. Qiraah al-Quran:

Qiraah al-Quran adalah konsep yang berkaitan dengan cara


membaca dan mengucapkan teks Al-Quran. Ini mencakup aturan tajwid
(cara melafalkan huruf dan kata-kata dengan benar), intonasi, hukum
bacaan (tajwid), dan cara membaca Al-Quran sesuai dengan tradisi yang
telah ditentukan. Ada berbagai qiraah yang diakui dalam Islam, seperti
qiraah Hafs dari 'Asim dan qiraah Warsh dari Nafi'.

16
F. Hubungan antara keduanya adalah sebagai berikut:

1. Rasm sebagai Dasar:

Rasm al-Quran adalah dasar atau referensi utama dari teks


Al-Quran yang digunakan dalam semua qiraah. Tanpa bentuk
fisik yang benar, tidak mungkin untuk mengucapkan Al-Quran
dengan benar sesuai dengan tajwid dan qiraah yang berbeda.

2. Qiraah sebagai Pelaksanaan Praktis:

Qiraah al-Quran adalah penerapan praktis dari rasm Al-


Quran. Ini mengatur cara orang membaca dan mengucapkan
kata-kata dan ayat-ayat Al-Quran dalam ibadah, seperti salat dan
tilawah (membaca Al-Quran dengan tujuan penghormatan dan
ibadah). Setiap qiraah memiliki aturan khusus untuk
mengucapkan teks Al- Quran.

3. Variasi dalam Qiraah:

Salah satu aspek menarik dalam hubungan ini adalah


bahwa berbagai qiraah dapat memiliki perbedaan kecil dalam
cara membaca dan mengucapkan kata-kata Al-Quran, tetapi rasm
Al-Quran tetap tidak berubah. Ini berarti bahwa meskipun ada
variasi dalam qiraah, bentuk fisik teks Al-Quran (rasm) tetap
tidak berubah.

Jadi, rasm al-Quran adalah teks Al-Quran dalam bentuk


fisiknya, sementara qiraah al-Quran adalah cara praktis orang
membaca dan mengucapkan teks tersebut sesuai dengan aturan
dan tradisi yang telah ditentukan. Keduanya bekerja bersama
untuk memastikan bahwa Al-Quran dijaga dengan baik dan
dibaca dengan benar dalam konteks ibadah dan studi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah ini membahas konsep Rasm Al-Qur'an, yang merujuk


pada tata cara penulisan Al-Qur'an dalam bentuk fisik, termasuk tata letak,
tanda baca, huruf, dan pengaturan teks dalam mushaf. Rasm Al-Qur'an
juga terkait erat dengan konsep Qira'ah Al-Qur'an, yang berfokus pada
cara membaca dan mengucapkan teks Al- Qur'an sesuai dengan aturan
tajwid dan qiraah yang berbeda.

Dalam makalah ini, Anda menjelaskan bahwa Rasm Al-Qur'an


memiliki sejarah panjang yang dimulai pada masa khalifah Utsman bin
Affan dan para sahabat. Rasm Utsmani adalah bentuk standar penulisan
Al-Qur'an yang disepakati oleh Utsman bin Affan dan menjadi rujukan
dalam penulisan Al-Qur'an.

Anda juga membahas macam-macam Rasm Al-Qur'an, yaitu Rasm


Qiyasi (penulisan menurut kelaziman pengucapan), Rasm A'rudi
(penulisan berdasarkan wazan sya'ir Arab), dan Rasm Usmani (penulisan
standar Utsmani). Setiap jenis Rasm memiliki karakteristik khusus dan
aturan penulisan yang berbeda.

Pendapat ulama tentang Rasm Al-Qur'an dibagi menjadi tiga


golongan, yaitu yang menganggapnya sebagai tauqifi (ditetapkan oleh
Rasulullah SAW), yang menganggapnya sebagai isthilahi (berdasarkan
ijtihad para sahabat), dan yang menganggapnya sebagai hal yang
diperbolehkan dengan pengecualian bagi orang awam. Perdebatan ini
berkaitan dengan apakah Rasm Utsmani adalah wahyu atau hasil ijtihad
para sahabat.

18
Dalam hubungannya dengan Qira'ah Al-Qur'an, Rasm Al-Qur'an
berfungsi sebagai dasar atau referensi utama, sedangkan Qira'ah adalah
implementasi praktis cara membaca dan mengucapkan teks Al-Qur'an
sesuai dengan aturan tajwid dan qiraah yang berbeda. Meskipun ada
variasi dalam Qira'ah, Rasm Al-Qur'an tetap tidak berubah.

Makalah ini memberikan pemahaman yang baik tentang


pentingnya Rasm Al-Qur'an dalam memahami tata cara penulisan dan
pembacaan Al-Qur'an. Hal inimencerminkan keragaman dan kompleksitas
dalam studi Al-Qur'an, yang menjadisalah satu aspek penting dalam
pemahaman agama Islam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur, R. (t.t.). KODIFIKASI RASM AL-QUR’AN (Sebuah tinjauan


historis) M.Ulil Abshor.

Daulay, M. R. (2015). Studi Pendekatan Alquran. Thariqah Ilmiah:


Jurnal ilmu-ilmu kependidikan & Bahasa Arab, 1(01).

http://aljasmine21.blogspot.com/2012/10/ilmu-rasm-quran.html

20

You might also like