You are on page 1of 32

Kelompok 3

MAKALAH
Konsep Dasar Modul Ajar PAI SMA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Kajian Materi dan Pembelajaran PAI SMA


Dosen Pengampu: Abdullah, M.Pd.I.

Disusun oleh:
DINA RAHMAWATI 2111110350
TITANIA AMILIA PUTRI 2111110373
NORHIDAYAH 2111110389
RIDMA AZIZAH PUTRI 2111110454
MARDIYANDI 2111110477

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2023/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Konsep Dasar Modul Ajar PAI SMA". Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas akademik dalam mata kuliah Kajian Materi dan Pembelajaran PAI SMA.

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dasar dalam pembuatan modul
ajar PAI di tingkat SMA. Dalam pengembangan pendidikan agama Islam, modul
ajar menjadi salah satu instrumen yang penting untuk mendukung proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dasar pembuatan
modul ajar PAI SMA.

Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan inspirasi dalam proses penulisan
makalah ini. Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bapak Abdullah,
M.Pd.I dan semua pihak yang telah memberikan motivasi dan masukan berharga.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin lebih memahami
tentang konsep dasar modul ajar PAI SMA.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi sumbangan kecil dalam
pengembangan pendidikan agama Islam di Indonesia. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan petunjuk dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita
ambil. Amiinn.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palangka Raya, 18 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Konsep Dasar Modul Ajar ............................................................................ 3
B. Komponen-Komponen Modul Ajar ............................................................. 5
C. Menyusun dan Mengembangkan Modul Ajar .............................................. 9
D. Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam Rencana
Pembelajaran/Modul Ajar.................................................................................. 10
E. Diferensiasi Konten, Proses Dan Produk Modul Ajar ............................... 16
F. Contoh Dokumen Modul Ajar PAI............................................................. 18
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 26
A. Kesimpulan ................................................................................................ 26
B. Saran ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang penting
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA). PAI bertujuan untuk mengembangkan pemahaman
siswa tentang ajaran Islam, nilai-nilai moral, dan etika yang relevan dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu alat yang digunakan dalam pengajaran PAI di
SMA adalah modul ajar. Modul ajar adalah bahan ajar yang dirancang khusus
untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dasar PAI secara lebih
mendalam dan interaktif.

Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan pengajaran PAI di SMA telah


mengalami perubahan signifikan dengan peningkatan penggunaan modul ajar.
Modul ajar memberikan kemudahan bagi siswa dalam belajar PAI dengan cara
yang lebih terstruktur dan berorientasi pada hasil. Namun, untuk memastikan
efektivitas modul ajar PAI, penting untuk memahami konsep dasar yang
mendasari pembuatan, penggunaan, dan evaluasi modul ajar tersebut.

Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam
mengenai konsep dasar modul ajar PAI di tingkat SMA. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana modul ajar PAI
dapat dirancang dan digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran di
SMA. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang konsep dasar ini, diharapkan
pengajaran PAI di SMA dapat menjadi lebih efisien dan bermanfaat dalam
membentuk karakter siswa serta meningkatkan pemahaman mereka tentang
ajaran Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep dasar modul ajar?
2. Apa saja komponen-komponen yang harus ada dalam sebuah modul
ajar?

1
3. Bagaimana proses penyusunan dan pengembangan modul ajar PAI yang
efektif?
4. Bagaimana penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi
kebutuhan beragam siswa dalam kelas?
5. Bagaimana cara melakukan diferensiasi konten, proses, dan produk
dalam modul ajar PAI?
6. Apa contoh dokumen modul ajar PAI yang dapat dijadikan referensi?

C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi dan ruang lingkup konsep dasar modul ajar.
2. Untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang esensial dalam
sebuah modul ajar.
3. Untuk menyajikan panduan praktis dalam menyusun modul ajar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran PAI di SMA
4. Untuk memahami penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam
konteks pembelajaran PAI di SMA.
5. Untuk memahami strategi konkret dalam diferensiasi konten, proses,
dan produk dalam modul ajar.
6. Untuk menyajikan contoh-contoh dokumen modul ajar PAI yang dapat
digunakan sebagai referensi dalam pengembangan materi pembelajaran
PAI di SMA.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Modul Ajar


Kurikulum merdeka belajar esensinya dibentuk oleh PT Cikal namun
diadobsi dan digaungkan oleh menteri pendidikan hingga saat ini telah
disosialisasikan secara menyeluruh kepada satuan pendidikan. Kurikulum
merdeka disosialisasikan dan dimplementasikan pada semua satuan pendidikan
dengan tujuan untuk memperbarui proses pembelajaran yang terkendala oleh
pandemi. Pemerintah memberikan opsional pada proses penerapan kurikulum
merdeka di sekolah, yaitu; (1) merdeka belajar, (2) merdeka berbagi, (3)
merdeka berubah.

Pada saat penerapan kurikulum merdeka sudah tentu membawa efek dan
perubahan secara signifikan mengenai guru dan tenaga pendidik di sekolah dari
segi administrasi pembelajaran, strategi dan pendekatan pembelajaran, metode
pembelajaran, dan bahkan proses evaluasi pembelajaran.1 Hakikatnya merdeka
belajar merupakan memperdalam kompetensi guru dan siswa untuk berinovasi
dan meng-upgrade kualitas pada pembelajaran secara independen.2

Kurikulum merdeka belajar memiliki empat prinsip yang diubah menjadi


arahan kebijakan baru, yaitu;

1. USBN telah diganti menjadi ujian asesmen, hal ini untuk menilai
kompetensi siswa secara tes tertulis atau dapat menggunakan penialain lain
yang sifatnya lebih komprehensif seperti penugasan.
2. UN diubah menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter,
kegiatan ini bertujuan untuk memacu guru dan sekolah untuk meng-upgrade

1
Rahimah, “Peningkatan Kemampuan Guru SMP Negeri 10 Kota Tebingtinggi Dalam Menyusun
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Melalui Kegiatan Pendampingan Tahun Ajaran 2021/2022,”
ANSIRU PAI : Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (2022): 92–106.
2
Ni komang lina Merta sari, Ni Ketut Widiratini, and Made Diah Anggendari, “Pengembangan
Bahan Ajar Embroidery Berbasis Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” Jurnal BOSAPARIS:
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga 13, no. 1 (2022): 28–36,
https://doi.org/10.23887/jppkk.v13i1.43939.

3
mutu pada pemelajaran dan tes seleksi siswa ke jenjang selanjutnya tidak
dapat dijadikan sebagai acuan secara basic. Asesmen kompetensi minimum
untuk menilai literasi, numerasi, dan karakter.
3. RPP, berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang mana RPP mengikuti
format pada umumnya. Kurikulum merdeka memberikan keleluasaan bagi
guru untuk dapat secara bebas memilih, membuat, menggunakan, dan
mengembangkan format RPP. Hal yang perlu diperhatikan adalah 3
komponen inti pada pembuatan RPP yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan asesmen. RPP kini terkenal dengan modul ajar.

Modul ajar merupakan perangkat pembelajaran atau rancangan


pembelajaran yang berlandaskan pada kurikulum yang diaplikasikan dengan
tujuan untuk menggapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.3 Modul ajar
mempunyai peran utama untuk menopang guru dalam merancang
pembelajaran.4 Pada penyusunan perangkat pembelajaran yang berperan
penting adalah guru, guru diasah kemampuan berpikir untuk dapat berinovasi
dalam modul ajar. Oleh karena itu membuat modul ajar merupakan kompetensi
pedagogik guru yang perlu dikembangkan, hal ini agar teknik mengajar guru di
dalam kelas lebih efekti, efisien, dan tidak keluar pembahasan dari indikator
pencapaian.

Pada dasarnya modul ajar merupakan materi pembelajaran yang disusun


secara ekstensif dan sistematis dengan acuan prinsip pembelajaran yang
diterapkan guru kepada siswa. Sistematis dapat diartikan secara urut mulai dari
pembukaan, isi materi, dan penutup sehingga memudahkan siswa belajar dan
memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Selain itu, menurut sungkono

3
Nahdlliyah Nurdyansyah, “Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan Alambagi Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar,” Program Studi Pendidikan Guru Madrasa Ibtida’iyah Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, no. 20 (2018): 41–50.
4
Fabiana Dini Prawingga Nesri and Yosep Dwi Kristanto, “Pengembangan Modul Ajar Berbantuan
Teknologi Untuk Mengembangkan Kecakapan Abad 21 Siswa Pendidikan Matematika , Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta , Indonesia E-Mail : Abstrak PENDAHULUAN Abad 21 Memberikan
Banyak Peluang Bagi Dunia Pendidikan Untuk Be,” Aksioma 9, no. 3 (2020): 480–92.

4
modul ajar bersifat unik dan spesifik, yang berarti ditujukan untuk sasaran
tertentu dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan sasarannya.5

Sementara spesifik dapat diartikan bahwa modul ajar didesain secara


maksimal untuk mencapai indikator keberhasilan. Modul ajar sangat
dipentingkan dalam proses pembelajaran bagi guru dan siswa. Sejatinya, guru
akan mengalami kesulitan untuk meng-upgrade efektivitas mengajar jika tidak
disandingkan dengan modul ajar yang lengkap. Hal ini berlaku untuk siswa,
karena yang disampaikan oleh guru tidak sistematis. Kemungkinan
penyampaian materi tidak sesuai dengan kurikulum yang seharusnya
diterapkan, oleh karena itu modul ajar adalah media utama untuk meningkatkan
kualitas dalam pembelajaran yang mana berperan baik bagi guru, siswa dan
proses pembelajaran.

B. Komponen-Komponen Modul Ajar


Sebelum menyusun modul ajar, guru mengetahui strategi mengembangkan
modul ajar dan harus memenuhi dua syarat minimal, yaitu memenuhi kriteria
yang telah ada dan kegiatan pembelajaran dalam modul ajar sesuai dengan
prinsip pembelajaran dan asesmen. Adapun kriteria modul ajar kurikulum
merdeka adalah sebagai berikut;6

1. Esensial yaitu setiap mata pelajaran berkonsep melalui pengalaman belajar


dan lintas disiplin ilmu,
2. Menarik, bermakna, dan menantang yaitu guru dapat menumbuhkan minat
kepada siswa dan menyertakan siswa secara aktif pada pembelajaran,
berkaitan dengan kognitif dan pengalaman yang dimilikinya sehingga tidak
terlalu kompleks dan tidak terlalu mudah untuk seusianya,
3. Relevan dan kontekstual yaitu berkaitan dengan unsur kognitif dan
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan sesuai kondisi waktu dan
tempat siswa berada, dan

5
Sungkono, “Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran,”
Majalah Ilmiah Pembelajaran 2, no. 4 (2009): 5–1.
6
Utami Maulinda, “Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka,” Tarbawi 5, no. 2
(2022): 130–38.

5
4. Berkesinambungan yaitu kegiatan pembelajaran harus memiliki keterkaitan
sesuai dengan fase belajar siswa (fase 1, fase 2, fase 3).

Kriteria modul ajar yang telah dipaparkan sebelumnya perlu dijadikan acuan
ketika menyusun modul ajar. Setelah menetapkan prinsip dari kriteria di atas,
guru harus membuat modul ajar sesuai dengan komponen yang ditentukan
berdasarkan kebutuhan. Namun, secara global modul ajar memiliki komponen
sebagai berikut:7 a) Komponen informasi umum; b) Komponen inti; c)
Lampiran. Pada komponen informasi umum meliputi beberapa poin yaitu:

1. Identitas penulis modul, intitusi asal, dan tahun dibentuknya modul ajar,
jenjang sekolah, kelas, alokasi waktu.
2. kompetensi awal yaitu bentuk kalimat pernyataan mengenai pengetahuan
dan keterampilan yang harus dicapai siswa sebelum mempelajari materi.
3. Profil Pelajar Pancasila. Poin ini merupakan pembeda antara kurikulum
sebelumnya dengan kurikulum merdeka, Profil Pelajar Pancasila
merupakan tujuan akhir dari sebuah proses pembelajaran yang berkaitan
dengan pembentukan karakter siswa. Guru dapat mendesain profil pelajar
pancasila dalam konten atau metode pembelajaran, profil pelajar pancasila
digunakan sesuai kebutuhan siswa pada proses pembelajaran. Beberapa
pilar profil pelajar pancasila yang saling berkaitan di semua mata pelajaran
dan terlihat jelas dalam materi/ konten pembelajaran, pedagogik, kegiatan
project, dan asesmen. Setiap modul ajar meliputi satu ata beberapa poin
dimensi profil pelajar pancasila yang telah ditentukan.
4. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasaran merupakan fasilitas dan media
yang dibutuhkan guru dan siswa guna menunjang proses pembelajaran di
kelas. Salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan dan sangat dibutuhkan
oleh guru dan siswa adalah teknologi. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran yang lebih bermakna.

7
Guruberbagi, “Kriteria Pengembangan Modul Ajar Kurikulum Merdeka Esensial
Berkesinambungan Komponen Modul Ajar Di Kurikulum Merdeka Informasi Umum,” n.d.

6
5. Target Siswa. Target siswa dapat dilihat dari psikologis siswa sebelum
mulai pembelajaran. Guru dapat membuat modul ajar sesuai kategori siswa
dan dapat memfasilitasinya agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Setidaknya terdapat tiga kategori siswa pada umumnya, di antaranya adalah:
a. Siswa reguler: karakter tersebut tidak mengalami kesulitan dalam
memahami materi ajar
b. Siswa kesulitan belajar: siswa tersebut mengalami kendala baik secara
fisik maupun mental dimana kurang dapat berkosentrasi jangka panjang,
mehamai materi ajar, kurang percaya diri, dan sebagainya
c. Siswa pencapaian tinggi: siswa tersebut tergolong cepar memahami
materi pembelajaran, terampil berpikir kritis dan mampu memimpin.
6. Model Pembelajaran. Model pembelajaran dalam kurikulum merdeka
beragam dan dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan kelas. Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan salah
satunya adalah sintaks 5 model pembelajaran, agar pembelajaran dapat lebih
bermakna.

Sementara pada komponen inti modul ajar meliputi tujuan pembelajaran,


asesmen, pemahaman bermakna, pertanyaan pemantik, kegiatan pembelajaran,
dan refleksi siswa dan guru.

1. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran harus mencerminkan poin-poin


penting pada pembelajaran dan dapat diuji oleh berbagai jenis asesmen
sebagai bentuk dari pemahaman siswa. Tujuan pembelajaran terdiri dari alur
konten capaian pembelajaran dan alur tujuan pembelaran. Hal ini dilakukan
untuk menentukan kegiatan belajar, sumber daya yang akan digunakan,
kesesuaian dari beragam siswa, dan teknik asesmen yang digunakan. Bentuk
tujuan pembelajaran pun beragam, mulai dari bidang kognitif yang meliputi
fakta dan informasi, prosedural, pemahaman konseptual, seni berpikir kritis
dan keterampilan bernalar, dan langkah berkomunikasi.
2. Pemahaman Bermakna Pemahaman bermakna untuk mendeskripsikan
proses pembelajaran tidak hanya menghafal konsep atau fenomena saja,

7
namun perlu diterapkan kegiatan menghubungkan konsep-konsep tersebut
untuk membentuk pemahaman yang baik sehingga konsep yang telah
dirancang oleh guru dapat membentuk perilaku siswa.
3. Pertanyaan Pemantik Guru dapat membuat pertanyaan kepada siswa yang
dituangkan dalam rancangan pembelajaran modul ajar untuk
membangkitkan kecerdasan berbicara, rasa ingin tahu, memulai diskusi
antar teman atau guru, dan memulai pengamatan. Fokus pembuatan
pertanyaan dalam bentuk kata tanya terbuka, seperti; apa, bagaimana,
mengapa.
4. Kegiatan Pembelajaran Pada kegiatan ini berisikan skenario pembelajaran
dalam kelas atau luar kelas. Kegiatan ini memiliki urutan yang sistematis
yang dapat disertakan dengan opsi pembelajaran atau pembelajaran
alternatif sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, namun tetap pada koridor
durasi waktu yang telah direncanakan. Adapun tahap kegiatan pembelajaran
adalah pendahuluan, inti, dan penutup berbasis metode pembelajaran aktif.
5. Asesmen Seperti yang telah diketahui bahwa kurikulum merdeka belajar
mendesain asesmen menjadi tiga kategori, yaitu asesmen diagnostik,
asesmen formatif, dan asesmen sumatif. Hal ini untuk mengukur capaian
pembelajaran di akhir kegiatan pembelajaran. Asesmen diagnositik harus
dilakukan sebelum pembelajaran dengan mengategorikan kondisi siswa dari
segi psikologis dan kognitif. Asesmen formatif dilakukan saat proses
pembelajaran. Sementara asesmen sumatif dilakukan di akhir proses
pembelajaran. Adapun bentuk asesmennya beragam di antaranya adalah ;
(1) sikap, asesmen ini dapat berupa pengamatan, penilaian diri, penilaian
teman sebaya dan anekdotal, (2) perfoma, penilaian ini berupa hasil
keterampilan/ psikomotorik siswa berupa presentasi, drama, market day,
dan lain sebagainya, dan (3) tertulis, penilaian ini berupa tes tertulis secara
objektif, essay, multiple choice, isiam, dan lain-lain. Guru dapat berkreasi
dalam melakukan asesmen kepada siswa.
6. Remedial dan Pengayaan Dua kegiatan pembelajaran ini dapat diberikan
kepada siswa dengan pencapaian tinggi dan siswa yang membutuhkan

8
bimbingan untuk memahami materi. Guru dapat memperhatikan defrensiasi
lembar kerja bagi siswa yang mendapatkan pengayaan dan siswa yang
mendapatkan remedial. Pada tahap akhir, yaitu lampiran yang meliputi
lembar kerja peserta didik, pengayaan dan remedial, bahan bacaan guru dan
siswa, glossarium, dan daftar pustaka. Beberapa komponen di atas tidak
perlu dicantumkan semua pada modul ajar dan dikembalikan pada satuan
pendidikan yang memiliki kebebasan merancang dan mengembangkan
modul sesuai dengan kondisi lingkungan belajar dan kebutuhan siswa

C. Menyusun dan Mengembangkan Modul Ajar


Terdapat langkah-langkah mengembangkan modul ajar pada kurikulum
merdeka, di bawah ini terdapat 10 langkah, di antaranya adalah:

1. Melakukan analisis pada siswa, guru, dan satuan pendidikan mengenai


kondisi dan kebutuhannya.8 Pada tahap ini guru dapat mengidentifikasi
masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran, guru dapat
menganalisis kondisi dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran sehingga
modul ajar yang didesain akurat dengan masalah yang ada dalam
pembelajaran.
2. Melakukan asesmen diagnostik atau asesmen awal pada siswa mengenai
kondisi dan kebutuhan dalam pembelajaran. Secara umum, sesuai namanya
asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa
dan mengetahui kondisi awal siswa.9 Pada tahap ini guru mengidentifikasi
kesiapan siswa sebelum belajar. Guru melakukan asesmen ini secara
spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan
siswa.
3. Melakukan identifikasi dan menentukan entitas profil pelajar pancasila yang
akan dicapai.10 Pada tahapan ini guru dapat mengidentifikasi kebutuhan
siswa dan beracuan dengan pendidikan berkarakter. Profil pelajar pancasila

8
ibid.
9
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, “Modul Asesmen Diagnostik,” 2022.
10
Halimah Halimah et al., “Implementasi Pancasila Sebagai Entitas Dan Identitas Pendidikan Abad
Ke-21 Di SMAN 4 Palangka Raya,” Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global 2, no. 1
(2023): 119–33, https://doi.org/10.30640/cakrawala.v2i1.632.

9
hakikatnya dapat dicapai dengan project,oleh karena itu guru harus mampu
merancang alokasi waktu dan dimensi program profil pelajar pancasila.
4. Mengembangkan modul ajar yang bersumber dari Alur Tujuan
Pembelajaran, Alur tersebur berdasarkan dengan Capaian Pembelajaran.
Esensi dari tahapan ini adalah pengembangan materi sama halnya seperti
mengembangkan materi pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
5. Mendesain jenis, teknik, dan instrumen asesmen. Pada tahap ini guru dapat
menentukan instrumen yang dapat digunakan untuk asesmen yang beracuan
pada tiga insturmen asesmen nasional yaitu asesmen kompetensi minimum,
survei karakter, dan survei lingkungan belajar.11
6. Modul ajar disusun berdasarkan komponen-komponen yang telah
direncanakan.
7. Guru dapat menentukan beberapa komponen secara esensial yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran. Beberapa komponen yang ada dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran.
8. Komponen esensial dapat dielaborasikan dalam kegiatan pembelajaran.
9. Setelah tahapan sebelumnya telah diterapkan, maka modul siap digunakan.
10. Yang terakhir dilakukan adalah evaluasi modul. Untuk guru mengetahui
kesesuaian karakteritik modul dilihat dari isi inti modul, isi modul dan
keemasan modul, maka perlu diadakan evaluasi modul.12

D. Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam Rencana


Pembelajaran/Modul Ajar
Salah satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang keberagaman manusia
yaitu Q.S Al-Hujurat:13. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT.
menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan tujuan agar
saling mengenal. Ayat tersebut juga menjadi landasan larangan bagi manusia
untuk membeda-bedakan orang lain. Larangan itu termasuk membeda-bedakan

11
Ratih Ayu Wandira, Ismail, and Irma Anggraini, “Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Dan
Survei Karakter Pada SMA Negeri 9 Banda Aceh Dan SMK Negeri 1 Banda Aceh,” JED: Jurnal
Economica Didactica 27, no. 2 (2022): 58–66, https://jurnal.usk.ac.id/JED/article/view/28930.
12
Marwiyah and Bachtiar S. Bachri, “Evaluasi Modul Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Di Kejar Paket B PKBM Trunojoyo Pondok Al-Falah Kepang Kemayoran Bangkalan,”
Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan 7, no. 3 (2016).

10
dari segi suku, ras, bangsa, agama, hingga warna kulit. Manusia dilarang keras
merendahkan orang lain dan merasa dirinya paling unggul dibandingkan yang
lain. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.13

Dalam menanggapi hal tersebut, berbagai macam upaya dalam memberikan


pendidikan bagi seluruh peserta didik tanpa adannya mendiskriminasi sebagian
pihak baik itu dari peserta didik yang memiliki kelainan fisik, gangguan
kesehatan mental, mempunyai kecerdasan yang tinggi ataupun yang memiliki
kecerdasan yang rendah sama-sama meiliki hak untuk mendapatkan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhannya. Usaha penyesuaian akan kebutuhan tersebut
dapat dilakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Penyesuaian tersebut
seperti minat, gaya belajar (profil belajar), dan tentang kesiapan belajar siswa.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar.

Pembelajaran diferensiasi merupakan suatu teori yang mengutamakan


potensi, minat dan bakat siswa.14 Adapun komponen penyongsong
pembelajaran diferensiasi terdiri dari isi, proses, produk, lingkungan belajar
yang dimana untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan belajar pada setiap
peserta didik. Ada suatu istilah dalam pembelajaran berupa teknik-teknik
(metode) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang
beragam dalam suatu kelas. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah seorang guru
mengajarkan satu peserta didik dengan satu gaya belajar, akan tetapi
pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan individu setiap peserta didik sesuai dengan gaya belajar peserta
didik.15

13
Republik Indonesia, “Nomor 21 / PUU-VII / 2009 Tentang UU SISDIKNAS & UU BHP,” Undang
Undang, 2009, 1–4.
14
Ali Imron Al Ma’ruf Siti Aminuriyah, “PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DI SEKOLAH
DASAR PENGGERAK : KAJIAN LITERATUR KEMAJUAN PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH,” no. 1 (n.d.): 1–14.
15
“Pdf-Coaching-Dalam-Supervisi-Guru-Dan-Tendik-2021_compress.Pdf,” n.d.

11
Menurut pendapat Tomlimson, mengatakan bahwa terdapat tiga hal dalam
melakukan pembelajaran berdiferensiai yaitu : (1) kesiapan belajar, (2) minat
(3) profil belajar. Selanjutnya Tomlinson, menjelaskan bahwa “ifeerentiated
instruction includes teachers’ proactive plan to through concern with providing
ways for students to access knowledge by giving various approaches on the
content, process, and product”. Pernyataan tersebut jika diartikan bahwa
pembelajaran diferensiasi merupakan rencana proaktif guru melalui perhatian
dengan menyediakan berbagai cara bagi peserta didik untuk dapat mengeakses
pengetahuan dengan melakukan berbagai pendekatan baik terdapat pada
konten, proses maupun produk. Pernyataan tersebut menguraikan bahwa, setiap
guru harus mempunyai rencana dalam memberikan berbagai pendekatan
kepada peserta didik, agar peserta didik dapat mampu mengakses pengetahuan
terkait apa yang ia butuhkan. Lebih lanjut lagi, Tomlinson, mengungkapkan
bahwa “It gives students multiple options for learning content that demonstrate
their understanding, skill, and knowledge and express it in different products
that suit their level of mastery.” Pernyataan tersebut diartikan bahwa
pembelajaran diferensiasi memberikan kebebasan kepada siswa dalam
menentukan konten yang menunjukan pemahaman, keterampilan, pengetahuan
mereka dan mengungkapkannya dalam berbagai produk yang sesuai dengan
tingkat penguasaannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, pembelajaran
berdiferensiasi dapat dianalogikan bahwa apabila guru memberikan tugas
membaca kepada peserta didik, maka seorang guru harus mengetahui terlebih
dahulu tingkat kemampuan membaca peserta didik sehingga seorang guru
memberikan tugas membaca kepada peserta didik sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, dalam menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi peserta didik tidak terbebani dengan tugastugas yang diatas
kemampuannya akan tetapi justru pembelajaran berdiferensiasi menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang peserta didik agara
terus belajar yang pada akhirnya membantu peserta didik mencapai apa yang ia
butuhkan. Dalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat konsep yang dapat
dikembangkan.

12
Merujuk pada LMS Modul 2.1 pada program guru penggerak yang
menungkapkan bahwa dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi memiliki
indikator keputusan tersebut yang terkait dengan ; (1) Bagaimana menciptakan
lingkungan belajar yang dapat menstimulus siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang tinggi, (2) Bagaimana guru memberikan respon kebutuhan
belajar kepada peserta didik yang meliputi sumber belajar, media pembelajaran,
rencana pembelajaran, penugasan dan penilaian yang berbeda, (3) Bagaimana
mengatur suasana kelas yang efektif yang didalamnya mencakup prosedur,
rutinitas yang dapat memungkinkan flesibilitas dengan struktur yang jelas
meskipun melakukan kegiatan yang berbeda namun kelas tetap dapat berjalan
dengan baik.16

Seorang guru menempatkan dirinya sebagai fasilitator dalam


mengupayakan pendidikan yang bermutu baik dalam menciptakan suasana
kelas yang kondusif maupun memenuhi kebutuhan peserta didik. Dalam
mengupayakan hal tersebut, seorang guru harus mempunyai gaya belajar yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga memudahkan guru dalam
menstimulus dan mengarahkan peserta didik dalam mengoptimalkan
pembelajaran. Selain itu pembelajaran berdiferensiasi mempunyai tujuan umum
yaitu untuk mengakomodir pembelajaran siswa dengan melihat minat belajar,
kesiapan belajar dan prefensi belajar, adapun tujuan khusus dari pembelajaran
berdiferensiasi antara lain; (1) Untuk membantu peserta didik dalam belajar,
seorang guru harus meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap
kemampuannya, sehingga seorang guru dapat memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik, (2) Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
Supaya peserta didik mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuannya sehingga peserta didik termotivasi, (3) Untuk menjalin
hubungan yang harmonis guru dan siswa. Dalam pembelajaran berdiferensiasi

16
Suwartiningsih Suwartiningsih, “Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah Dan Keberlangsungan
Kehidupan Di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021,” Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia (JPPI) 1, no. 2 (2021): 80–94,
https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39.

13
seorang guru dan peserta didik menjalin relasi hubungan yang baik sehingga
memudahkan guru untuk menggali informasi terkait profil peserta didik dan
menjadikan peserta didik aktif untuk menggali suatu pelajaran, (4) Untuk
membantu peserta didik menjadi pelajar yang mandiri. Jika peserta didik
diberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuannya maka peserta didik
dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan sendirinya, (5) untuk meningkatkan
kepuasan guru. Jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi maka guru
akan tertantang dalam mengoptimalkan pembelajaran dengan menggunakan
berbagai macam metode pembelajaran dan gaya belajar.17

Menurut Yuanita dengan judul “Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam


Perspektif Pendidikan Islam” Hasil penelitian secara konseptual
mengungkapkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menentukan cara belajarnya masing-masing
selaras dengan tujuan pendidikan Islam. Pembelajaran berdiferensiasi
menumbuhkan ruh ilmiah pada diri siswa dengan pemahaman materi yang
berlandaskan pada profil belajar. Komponen pembelajaran berdiferensiasi yang
terdiri dari isi, proses, produk, dan lingkungan belajar merupakan pola umum
yang di dalamnya memuat komponen khusus dalam pendidikan Islam.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang selaras dengan
pendidikan agama Islam, yang dimana memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menentukan gaya belajarnya masing-masing sehingga menjadikan
peserta didik menjadi lebih mandiri, hal tersebut sesuai dengan pendidikan
agama Islam yaitu mewujudkan manusia yang memiliki rasa tanggung jawab.18

Menurut Anis Sukmawati dalam jurnalnya yang berjudul “Implementasi


Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam” menyimpulkan bahwa pembelajaran diferensiasi
pada mata pelajaran Pendididikan Agama Islam ini memberikan kesempatan

17
Marlina, Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Inklusif, 2020.
18
Yuanita Widiastuti, Linda Laila Zahas Fana, and Muhibbin, “Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam
Perspektif Pendidikan Islam,” Humanistika: Jurnal Keislaman 3, no. 1 (2020): 67–79.

14
untuk belajar secara natural, dimulai dari kemampuan awal setiap peserta didik.
Keberhasilan pembelajaran diferensiasi tersebut juga didukung oleh adanya
kolaborasi dan komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan wali murid.19

Pembelajaran berdiferensiasi ini menjadikan suasan kelas menjadi harmonis


sehingga peserta didik mampu mengendalikan dirinya untuk mudah
mendapatkan apa yang ia butuhkan selama pembelajaran. Selain itu adanya
hubungan yang harmonis diluar kelas sehingga seorang guru dapat merespon
peserta didik terkait informasi-informasi yang didapati oleh wali murid Dalam
menerapkan Pembelajaran berdiferensiasi dengan gaya belajar pada mata
pelajaran PAI, kita ambil contoh pada materi Haji. Sebelum memasuki materi
haji, seorang guru harus mempunyai pemetaan terkait kebutuhan belajar siswa
sehingga pada saat proses pembelajaran seorang guru dapat mengetahui apa saja
yang dibutuhkan kepada peserta didik. Dalam materi Haji tidak hanya dilakukan
pembelajaran pada di dalam kelas saja, akan tetapi bisa dilakukan di luar kelas.
Dalam materi haji dapat dibuatkan pembelajaran dengan gaya belajar (visual,
audiotory dan kinesthetic), seperti visual seorang guru dapat menampilkan
materi ibadah Haji dengan media pembelajaran seperti power point, mind map
dll. Adapun dalam melakukan gaya belajar audiotory seorang guru bisa
menampilkan materi haji dengan menggunakan rekaman suara, membuat lagu
dari materi haji dll. Adapun dalam melakukan gaya belajar kinesthetic seorang
guru bisa membuat miniatur ka’bah dan tempat lainnya yang dimana mengajak
peserta didik terjun langsung dalam mempraktika ibadah haji. Uraian diatas
menggambarkan cara penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan
menggunakan gaya belajar visual, audiotory dan kinesthetic pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang Sekolah Dasar.

19
Wasehudin Dirjo, Ilzamudin, Wahyu Hidayat, Rifyal Ahmad Lugowi, “IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAS BINA PUTERA-KOPO,” n.d., 5–24.

15
E. Diferensiasi Konten, Proses Dan Produk Modul Ajar
Dalam bukunya Tomlinson, menyebutkan strategi pembelajaran
berdiferensiasi dibagi menjadi 4 (empat) hal yaitu:20

1. Diferensiasi Konten/isi yang berkaitan dengan kurikulum dan materi yang


dipelajari peserta didik dengan memetakan kebutuhan belajar dan
menggunakan pengelompokan berdasarkan kesiapan, minat, dan profil
belajar siswa. Diferensiasi konten; ketika pendidik sudah mengetahui
beberapa aspek kebutuhan peserta didik melalui pemetaan tersebut, maka
pendidik dapat memberikan konten yang berbeda, kepada setiap peserta
didik sesuai dengan kebutuhan dan profil belajar mereka. Artinya, tidak
semua materi harus diberikan pada setiap peserta didik. Untuk langkah-
langkah yang direncanakan yaitu; (a) menentukan tujuan pembelajaran; (b)
mengklasifikasikan peserta didik berdasarkan kebutuhan belajarnya; (c)
mempersingkat waktu belajar bagi peserta didik yang telah menguasai
materi; (d) memberikan bimbingan intensif pada peserta didik yang
memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Dari keempat materi pokok yang
terdapat dalam mata pelajaran PAI, pendidik harus menentukan materi dan
keterampilan apa yang telah dikuasai oleh peserta didik. Sehingga, ketika
akan memberikan materi yang esensial bagi peserta didik, guru telah
memiliki persiapan materi lain dengan tingkat kesulitan lebih tinggi bagi
mereka yang telah menguasai, dan materi yang lebih sederhana bagi mereka
yang masih kesulitan
2. Diferensiasi Proses yaitu terkait bagaimana cara yang dilakukan peserta
didik dalam mengolah ide dan informasi, serta cara mereka berinteraksi
dengan materi yang telah menjadi pilihannya. Dalam proses pembelajaran
ini pendidik perlu memahami kebutuhan belajar peserta didik, apakah
mereka mampu belajar secara mandiri, berkelompok, atau bahkan
membutuhkan pendampingan khusus untuk menanamkan konsep yang
harus dipahami. Berikutnya, terkait pemberian tugas maka dapat diberikan

20
Carol Ann Tomlinson, “How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms,” 2001.

16
tugas secara umum yang harus diselesaikan semua peserta didik. Bagi
mereka yang telah menyelesaikan tugas umumnya maka dapat mengerjakan
pekerjaan khusus yang telah dibuat pendidik sesuai dengan kemampuan dan
gaya belajar masing-masing peserta didik. Pada materi tertentu, diferensiasi
proses juga dapat dilakukan dengan mengelompokkan peserta didik sesuai
dengan kesiapan, kemampuan dan minat belajar peserta didik.
3. Diferensiasi Produk merupakan wujud hasil dari apa yang telah dipelajari
oleh peserta didik. Produk pembelajaran ini dapat menjadi penentu bagi
guru untuk menilai tingkat pemahaman peserta didik dan menjadi bahan
pertimbangan untuk memberikan materi berikutnya. Produk yang
diharapkan di sini ialah produk yang dapat mencerminkan pemahaman
peserta didik dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Strategi ini
bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya. Tugas ini dapat diberikan kepada setiap
individu ataupun per kelompok, sesuai dengan jenis materi yang sedang
dipelajari. Produk yang dihasilkan dapat berupa tulisan, presentasi, pidato,
hasil tes, desain produk baik digital maupun manual dan sebagainya. Dalam
materi PAI ini terdapat berbagai produk yang dapat dihasilkan seperti
hafalan hadist/ayat Al quran, presentasi materi dengan bantuan
powerpoint/canva, unjuk kerja praktik sholat, dan sebagainya.
4. Diferensiasi Lingkungan Belajar, terkait bagaimana cara siswa bekerja dan
merasa dalam pembelajaran. Diferensiasi dalam lingkungan belajar, disebut
juga iklim kelas. Dalam penataan lingkungan, perlu mempertimbangkan
aspek kenyamanan dan keindahan agar tercipta lingkungan belajar yang
kondusif.21

21
Yeni Suhaeni4ersitas Islam, UnivUjang Cepi Barlian1*, Anisa Sriwandita Yuni2, Ria Restu
Ramadhanty3 and Nusantara Bandung, “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INGGRIS,” 2023, 815–22.

17
F. Contoh Dokumen Modul Ajar PAI

MODUL AJAR PAI DAN BP SMA


ELEMEN AKIDAH

INFORMASI UMUM :

A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Nur Khasanah, S.Aag.M.PdI
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Imogiri
Tahun Ajaran : 2022/2023
Jenjang Sekolah : SMA
Kelas/Fase/Semester :X/E/1
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 45 Menit)
B. Kompetensi Awal : Peserta didik mampu mendefinisikan
Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dengan
Syuabul Iman ( cabang-cabang iman)
C. Profil Pelajar Paancasila : gotong royong dan bernalar kritis
D. Sarana dan Prasarana :
1. Sarana : Laptop, Aandroid, LCD, Jaringan Internet,
Spidol
2. Prasarana : Buku Peserta didik Pendidikan Agama
Islam & BP, Penerbit pusat kurikulum dan perbukuan kementrian
pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi Jakarta Pusat.
E. Target Peserta Didik : Reguler/umum
F. Model Pembelajaran :
Pertemuan ke-1 : Metode Inquiry learning dengan mind
mapping
Pertemuan ke-2 : Metode reflektif

KOMPONEN INTI :

KOMPONEN DESKRIPSI

18
TUJUAN PEMBELAJARAN Pertemuan 1 : Melalui metode inquiry
learning dengan mind mapping peserta
didik mampu menganalisis makna
syu’abul iman (cabang-cabang iman)
pengertian, dalil, macam dan manfaatnya
Pertemuan 2 : Melalui metodereflektif
thingking), peserta didik dapat membuat
dan menyajikan paparan tentang
Memahami Hakikat dan Mewujudkan
Ketauhidan dengan Syuabul Iman
(cabang-cabang iman)
PEMAHAMAN BERMAKNA Pengalaman Peserta Didik Dalam
Memahami Hakikat Dan Mewujudkan
Ketauhidan Dengan Syuabul Iman
(Cabang- Cabang Iman) Selalu Menyakini
Adanya Allah Swt
PERTANYAAN PEMANTIK Peserta didik mengamati dan mempelajari
cerita gambar (cergam) dan infograis.
Tampilan menarik infograis akan
menumbuhkan rasa ingin tahu dan
memotivasi untuk
mempelajari materi pelajaran
KEGIATAN INTI Pendahuluan
a. Mengajak Peserta didik untuk
berdoa setelah menyapa dengan
salam
b. Mengecek kehadiran Peserta didik
c. Guru menyampaikan tujuan dan
manfaat pembelajaran
Guru menyampaikan garis besar dan
cakupan materidan langkah pembelajaran.

19
Pertemuan 1 :
-Guru meminta peserta didik melakukan
literasi materi syu’abul iman
-Peserta didik menganalisis dan menelaah
syu’abul iman dan implementasinya
dalam kehidupan
-Peserta didik membuat mind map secara
berkelompok dengan kertas plano yang
berisi tentang definisi iman, definisi
syuabul iman, macam-macam syuabul
iman, tanda-tanda orang
beriman,problematika praktik keimanan
di sekitar kita dan hikmah dan manfaat
syuabul iman
-Perwakilan kelompok yang dianggap
paling menguasai materi diminta untuk
mempresentasikan hasil mind map dan
kelompok lain secara bergantian dan
partisipatif menanggapi
Pertemuan 2 :
Langkah-langkah model
pembelajaran berbasisrefleksi adalah:
-Guru menciptakan suasana kondusif
selama proses pembelajaran.
-Guru menjelaskan ruang lingkup materi
dan tujuan pembelajaran.
-Guru meminta peserta didik untuk
menggambarkan pola telapak tangan kiri
berikut dengan jari-jarinya.

20
-Lakukan hal yang sama untuk telapak
tangan kanan pada halaman kosong
selanjutnya.
-Mintalah peserta didik untuk melakukan
refleksi dan muhasabah diri, 5 hal terburuk
apakah yang pernah kamu lakukan yang
merupakan perbuatan yang salah kepada
sesama manusia dan berdosa kepada Allah
Swt. Lalu dituliskan hasil refleksi tersebut
pada pola ruas-ruas jari gambar telapak
kiritersebut!
-Lanjutkan sesi muhasabah diri
berikutnya, apa yang akan dilakukan agar
5 kesalahan masa lalu tersebut dapat
diampunioleh Allah Swt. dan dimaafhan
oleh orang yang terdampak? Mintalah
peserta didik untuk menuliskan 5 amal
baik tersebutpada pola ruas-ruas jari
gambar telapak kanan kamu!
-Dengan niat sungguh-sungguh dan
bimbingan orang tua dan guru, berikan
motivasi kepada peserta didik untuk
membaikiamalan di waktu-waktu
selanjutnya.
Penutup
-Kegiatan guru bersama peserta didik
yaitu:
-Membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
-melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan; dan

21
-Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran; dan
-Mempersiapkan diri untuk materi yang
akan datang yaitu memahami hakikat dan
mewujudkan ketauhidan dengan syuabul
iman (cabang-cabang iman)
Kegiatan guru yaitu:
1. Melakukan penilaian;
2. Merencanakan kegiatan tindak
lanjut dengan memberikan tugas baik
individu maupun kelompok
3. Menyampaikan rencana
pembelajaran padapertemuan berikutnya
ASESMEN 1. Teknik Penilaian
-Penilaian Sikap:Jurnal
-Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
-Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja
2. Bentuk Penilaian dan
Instrumen penilaian
-Observasi : Lembar
Pengamatan Sikap
-Tes Tertulis : Essay
-Penugasan: Lembar Tugas Siswa
Non Kognitif
REMEDIAL DAN Remedial : (Terlampir)
PENGAYAAN -Dilakukan terhadap Peserta didik yang
belum memahami konten dengan baik
serta kepada Peserta didik yang belum
mampu mencapai tujuan pembelajaran
Pengayaan (Terlampir)
-Dilakukan kepada Peserta didik yang
mampu menjawab dengan benar asesmen
Formatif

22
LAMPIRAN :

A. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

1. Membuat quote di publikasikan di media sosial. Hasil quote di foto


kirimkan ke guru
2. Lembar kerja menjawab pertanyaan di bawah ini
1a 1b

Pertanyaan :
1. Bagaimana mengamalkan perilaku Memahami Hakikat dan
Mewujudkan Ketauhidan dengan Syuabul Iman (cabang-cabang iman) ?
Berikan contoh perilaku kebaikan di lingkungan sekolah
2. Simpulkan menurut kelompok anda, faktor apa saja yang mendorong
kalianuntuk memperkokoh keimanan tentang ketauhidan ?

B. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK

Pengertian Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dengan


Syuabul Iman (cabang-cabang iman) (Ahmad Taufiq, dkk. 2021.
Pendidikan Agama Islam & BP SMA Kelas X. Jakarta)
C. GLOSARIUM
D. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Taufiq, dkk. 2021. Pendidikan Agama islam & BP SMA Kelas X.
Jakarta : Pusat Kurikulum dan perbukuan Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi

23
Rancangan Asesmen Diagnostik

Waktu Asesmen Maret 2022 Durasi Asesmen 90 menit

Identifikasi materi yang Pertanyaan Kemungkinan Skor (Kategori) Rencana Tindak Lanjut
akan diujikan
Jawaban

1.Mengidentifikasi Berikan contoh Memahami Terlampir • Terjawab benar skor 25 Peserta didik dengan nilai ≤
Memahami Hakikat dan Hakikat dan Mewujudkan (setiap item benar) 6 diadakan remedial
Mewujudkan Ketauhidan Ketauhidan dengan Syuabul Iman • Terjawab salah skor 5
dengan Syuabul Iman (cabang-cabang iman) • Tidak terjawab skor 0
(cabang-cabang iman) • Skor maksimal 100 Peserta didik dengan nilai ≥
7 diadakan pengayaan

1. Bagaimana pentingnya
Memahami Hakikat dan
Mewujudkan Ketauhidan
dengan Syuabul Iman (cabang-
cabang iman) ?

24
E. Menjelaskan pentingnya Terlampir • Terjawab benar skor 100 Peserta didik dengan nilai ≤
Memahami Hakikat dan • Terjawab salah skor 5 6 diadakan remedial
• Tidak terjawab skor 0
Mewujudkan Ketauhidan • Skor maksimal 100
Peserta didik dengan nilai ≥
dengan Syuabul Iman
7 diadakan pengayaan
(cabang-cabang iman)

3. Menjelaskan kandungan 2. Bagaimana kandungan ayat al Terlampir • Terjawab benar skor 100 Peserta didik dengan nilai ≤
ayat al Qur’an didalam Qur’an didalam Memahami • Terjawab salah skor 5 6 diadakan remedial
• Tidak terjawab skor 0
Memahami Hakikat dan Hakikat dan Mewujudkan • Skor maksimal 100
Peserta didik dengan nilai ≥
Mewujudkan Ketauhidan Ketauhidan dengan Syuabul
7 diadakan pengayaan
dengan Syuabul Iman Iman (cabang-cabang iman) ?
(cabang-cabang iman)

3. Menjelaskan ilmu tajwid d. Bagaimana cara mengetahui ilmu Terlampir • Terjawab benar skor 100 Peserta didik dengan nilai ≤
kandungan ayat al Qur’an tajwid kandungan ayat alQur’an • Terjawab salah skor 5 6 diadakan remedial
• Tidak terjawab skor 0
didalam Memahami didalam MemahamiHakikat dan • Skor maksimal 100
Peserta didik dengan nilai ≥
Hakikat dan Mewujudkan Mewujudkan Ketauhidan dengan
7 diadakan pengayaan
Ketauhidan dengan Syuabul Iman (cabang-cabang
Syuabul Iman (cabang- iman) ?
cabang iman)

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modul ajar adalah bahan ajar yang dirancang untuk pembelajaran yang lebih
terstruktur dan interaktif. Modul ajar harus mencakup komponen seperti tujuan
pembelajaran, materi, metode, evaluasi, dan sumber referensi. Proses
penyusunan dan pengembangan modul ajar PAI yang efektif memerlukan
perencanaan, penyesuaian kurikulum, pengujian, dan penilaian terus-menerus.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan siswa
beragam dalam kelas dengan menyediakan tingkat kesulitan, materi, dan
penilaian yang sesuai. Diferensiasi Konten, Proses, dan Produk dalam modul
ajar PAI, diferensiasi dapat dilakukan dengan menyajikan konten yang sesuai
dengan kemampuan siswa, menggunakan beragam metode pengajaran, dan
memungkinkan siswa mengekspresikan pemahaman mereka melalui produk
yang berbeda. Terdapat contoh dokumen modul ajar PAI yang dapat dijadikan
referensi untuk pengembangan modul yang efektif.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul ajar dalam pengajaran


Pendidikan Agama Islam (PAI) di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Indonesia merupakan perkembangan yang positif. Modul ajar PAI telah
membawa sejumlah manfaat, seperti memberikan pendekatan pembelajaran
yang lebih terstruktur dan berorientasi pada hasil. Namun, untuk
memaksimalkan potensi modul ajar ini dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang ajaran Islam, perlu pemahaman yang mendalam tentang konsep dasar
yang mendasarinya.

B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi studi
kasus dan praktik terbaik dalam penggunaan modul ajar PAI di SMA. Ini dapat
memberikan wawasan lebih lanjut tentang bagaimana pendekatan ini dapat
diterapkan secara efektif.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dirjo, Ilzamudin, Wahyu Hidayat, Rifyal Ahmad Lugowi, Wasehudin.


“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM
KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMAS BINA PUTERA-KOPO,” n.d., 5–24.
Guruberbagi. “Kriteria Pengembangan Modul Ajar Kurikulum Merdeka Esensial
Berkesinambungan Komponen Modul Ajar Di Kurikulum Merdeka Informasi
Umum,” n.d.
Halimah Halimah, Misnawati Misnawati, Stefani Ratu Lestariningtyas, Yulina
Mingvianita, Sepmiatie Sepmiatie, and Ratni Indah Suryatini. “Implementasi
Pancasila Sebagai Entitas Dan Identitas Pendidikan Abad Ke-21 Di SMAN 4
Palangka Raya.” Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global 2, no. 1
(2023): 119–33. https://doi.org/10.30640/cakrawala.v2i1.632.
Indonesia, Republik. “Nomor 21 / PUU-VII / 2009 Tentang UU SISDIKNAS &
UU BHP.” Undang Undang, 2009, 1–4.
Islam, UnivUjang Cepi Barlian1*, Anisa Sriwandita Yuni2, Ria Restu
Ramadhanty3, Yeni Suhaeni4ersitas, and Nusantara Bandung.
“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM
KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN BAHASA
INGGRIS,” 2023, 815–22.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “Modul Asesmen Diagnostik,” 2022.
Marlina. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Inklusif, 2020.
Marwiyah, and Bachtiar S. Bachri. “Evaluasi Modul Pembelajaran Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Di Kejar Paket B PKBM Trunojoyo Pondok Al-Falah
Kepang Kemayoran Bangkalan.” Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan 7,
no. 3 (2016).
Maulinda, Utami. “Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka.”
Tarbawi 5, no. 2 (2022): 130–38.
Merta sari, Ni komang lina, Ni Ketut Widiratini, and Made Diah Anggendari.
“Pengembangan Bahan Ajar Embroidery Berbasis Merdeka Belajar Kampus
Merdeka.” Jurnal BOSAPARIS: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga 13, no.
1 (2022): 28–36. https://doi.org/10.23887/jppkk.v13i1.43939.
Nesri, Fabiana Dini Prawingga, and Yosep Dwi Kristanto. “Pengembangan Modul
Ajar Berbantuan Teknologi Untuk Mengembangkan Kecakapan Abad 21
Siswa Pendidikan Matematika , Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ,
Indonesia E-Mail : Abstrak PENDAHULUAN Abad 21 Memberikan Banyak
Peluang Bagi Dunia Pendidikan Untuk Be.” Aksioma 9, no. 3 (2020): 480–92.
Nurdyansyah, Nahdlliyah. “Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan
Alambagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.” Program Studi Pendidikan Guru
Madrasa Ibtida’iyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo, no. 20 (2018): 41–50.

27
“Pdf-Coaching-Dalam-Supervisi-Guru-Dan-Tendik-2021_compress.Pdf,” n.d.
Rahimah. “Peningkatan Kemampuan Guru SMP Negeri 10 Kota Tebingtinggi
Dalam Menyusun Modul Ajar Kurikulum Merdeka Melalui Kegiatan
Pendampingan Tahun Ajaran 2021/2022.” ANSIRU PAI : Pengembangan
Profesi Guru Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (2022): 92–106.
Siti Aminuriyah, Ali Imron Al Ma’ruf. “PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
DI SEKOLAH DASAR PENGGERAK : KAJIAN LITERATUR
KEMAJUAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH,” no. 1 (n.d.): 1–14.
Sungkono. “Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses
Pembelajaran.” Majalah Ilmiah Pembelajaran 2, no. 4 (2009): 5–1.
Suwartiningsih, Suwartiningsih. “Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan
Tanah Dan Keberlangsungan Kehidupan Di Kelas IXb Semester Genap SMPN
4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021.” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Indonesia (JPPI) 1, no. 2 (2021): 80–94.
https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39.
Tomlinson, Carol Ann. “How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability
Classrooms,” 2001.
Wandira, Ratih Ayu, Ismail, and Irma Anggraini. “Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) Dan Survei Karakter Pada SMA Negeri 9 Banda Aceh Dan SMK
Negeri 1 Banda Aceh.” JED: Jurnal Economica Didactica 27, no. 2 (2022):
58–66. https://jurnal.usk.ac.id/JED/article/view/28930.
Widiastuti, Yuanita, Linda Laila Zahas Fana, and Muhibbin. “Pembelajaran
Berdiferensiasi Dalam Perspektif Pendidikan Islam.” Humanistika: Jurnal
Keislaman 3, no. 1 (2020): 67–79.

28
29

You might also like