Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kelompok 3 Konsep Dasar Modul Ajar Fix
Makalah Kelompok 3 Konsep Dasar Modul Ajar Fix
MAKALAH
Konsep Dasar Modul Ajar PAI SMA
Disusun oleh:
DINA RAHMAWATI 2111110350
TITANIA AMILIA PUTRI 2111110373
NORHIDAYAH 2111110389
RIDMA AZIZAH PUTRI 2111110454
MARDIYANDI 2111110477
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Konsep Dasar Modul Ajar PAI SMA". Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas akademik dalam mata kuliah Kajian Materi dan Pembelajaran PAI SMA.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dasar dalam pembuatan modul
ajar PAI di tingkat SMA. Dalam pengembangan pendidikan agama Islam, modul
ajar menjadi salah satu instrumen yang penting untuk mendukung proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dasar pembuatan
modul ajar PAI SMA.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan inspirasi dalam proses penulisan
makalah ini. Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bapak Abdullah,
M.Pd.I dan semua pihak yang telah memberikan motivasi dan masukan berharga.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin lebih memahami
tentang konsep dasar modul ajar PAI SMA.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi sumbangan kecil dalam
pengembangan pendidikan agama Islam di Indonesia. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan petunjuk dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita
ambil. Amiinn.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang penting
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA). PAI bertujuan untuk mengembangkan pemahaman
siswa tentang ajaran Islam, nilai-nilai moral, dan etika yang relevan dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu alat yang digunakan dalam pengajaran PAI di
SMA adalah modul ajar. Modul ajar adalah bahan ajar yang dirancang khusus
untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dasar PAI secara lebih
mendalam dan interaktif.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam
mengenai konsep dasar modul ajar PAI di tingkat SMA. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana modul ajar PAI
dapat dirancang dan digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran di
SMA. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang konsep dasar ini, diharapkan
pengajaran PAI di SMA dapat menjadi lebih efisien dan bermanfaat dalam
membentuk karakter siswa serta meningkatkan pemahaman mereka tentang
ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep dasar modul ajar?
2. Apa saja komponen-komponen yang harus ada dalam sebuah modul
ajar?
1
3. Bagaimana proses penyusunan dan pengembangan modul ajar PAI yang
efektif?
4. Bagaimana penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi
kebutuhan beragam siswa dalam kelas?
5. Bagaimana cara melakukan diferensiasi konten, proses, dan produk
dalam modul ajar PAI?
6. Apa contoh dokumen modul ajar PAI yang dapat dijadikan referensi?
C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi dan ruang lingkup konsep dasar modul ajar.
2. Untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang esensial dalam
sebuah modul ajar.
3. Untuk menyajikan panduan praktis dalam menyusun modul ajar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran PAI di SMA
4. Untuk memahami penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam
konteks pembelajaran PAI di SMA.
5. Untuk memahami strategi konkret dalam diferensiasi konten, proses,
dan produk dalam modul ajar.
6. Untuk menyajikan contoh-contoh dokumen modul ajar PAI yang dapat
digunakan sebagai referensi dalam pengembangan materi pembelajaran
PAI di SMA.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat penerapan kurikulum merdeka sudah tentu membawa efek dan
perubahan secara signifikan mengenai guru dan tenaga pendidik di sekolah dari
segi administrasi pembelajaran, strategi dan pendekatan pembelajaran, metode
pembelajaran, dan bahkan proses evaluasi pembelajaran.1 Hakikatnya merdeka
belajar merupakan memperdalam kompetensi guru dan siswa untuk berinovasi
dan meng-upgrade kualitas pada pembelajaran secara independen.2
1. USBN telah diganti menjadi ujian asesmen, hal ini untuk menilai
kompetensi siswa secara tes tertulis atau dapat menggunakan penialain lain
yang sifatnya lebih komprehensif seperti penugasan.
2. UN diubah menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter,
kegiatan ini bertujuan untuk memacu guru dan sekolah untuk meng-upgrade
1
Rahimah, “Peningkatan Kemampuan Guru SMP Negeri 10 Kota Tebingtinggi Dalam Menyusun
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Melalui Kegiatan Pendampingan Tahun Ajaran 2021/2022,”
ANSIRU PAI : Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (2022): 92–106.
2
Ni komang lina Merta sari, Ni Ketut Widiratini, and Made Diah Anggendari, “Pengembangan
Bahan Ajar Embroidery Berbasis Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” Jurnal BOSAPARIS:
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga 13, no. 1 (2022): 28–36,
https://doi.org/10.23887/jppkk.v13i1.43939.
3
mutu pada pemelajaran dan tes seleksi siswa ke jenjang selanjutnya tidak
dapat dijadikan sebagai acuan secara basic. Asesmen kompetensi minimum
untuk menilai literasi, numerasi, dan karakter.
3. RPP, berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang mana RPP mengikuti
format pada umumnya. Kurikulum merdeka memberikan keleluasaan bagi
guru untuk dapat secara bebas memilih, membuat, menggunakan, dan
mengembangkan format RPP. Hal yang perlu diperhatikan adalah 3
komponen inti pada pembuatan RPP yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan asesmen. RPP kini terkenal dengan modul ajar.
3
Nahdlliyah Nurdyansyah, “Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan Alambagi Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar,” Program Studi Pendidikan Guru Madrasa Ibtida’iyah Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, no. 20 (2018): 41–50.
4
Fabiana Dini Prawingga Nesri and Yosep Dwi Kristanto, “Pengembangan Modul Ajar Berbantuan
Teknologi Untuk Mengembangkan Kecakapan Abad 21 Siswa Pendidikan Matematika , Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta , Indonesia E-Mail : Abstrak PENDAHULUAN Abad 21 Memberikan
Banyak Peluang Bagi Dunia Pendidikan Untuk Be,” Aksioma 9, no. 3 (2020): 480–92.
4
modul ajar bersifat unik dan spesifik, yang berarti ditujukan untuk sasaran
tertentu dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan sasarannya.5
5
Sungkono, “Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran,”
Majalah Ilmiah Pembelajaran 2, no. 4 (2009): 5–1.
6
Utami Maulinda, “Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka,” Tarbawi 5, no. 2
(2022): 130–38.
5
4. Berkesinambungan yaitu kegiatan pembelajaran harus memiliki keterkaitan
sesuai dengan fase belajar siswa (fase 1, fase 2, fase 3).
Kriteria modul ajar yang telah dipaparkan sebelumnya perlu dijadikan acuan
ketika menyusun modul ajar. Setelah menetapkan prinsip dari kriteria di atas,
guru harus membuat modul ajar sesuai dengan komponen yang ditentukan
berdasarkan kebutuhan. Namun, secara global modul ajar memiliki komponen
sebagai berikut:7 a) Komponen informasi umum; b) Komponen inti; c)
Lampiran. Pada komponen informasi umum meliputi beberapa poin yaitu:
1. Identitas penulis modul, intitusi asal, dan tahun dibentuknya modul ajar,
jenjang sekolah, kelas, alokasi waktu.
2. kompetensi awal yaitu bentuk kalimat pernyataan mengenai pengetahuan
dan keterampilan yang harus dicapai siswa sebelum mempelajari materi.
3. Profil Pelajar Pancasila. Poin ini merupakan pembeda antara kurikulum
sebelumnya dengan kurikulum merdeka, Profil Pelajar Pancasila
merupakan tujuan akhir dari sebuah proses pembelajaran yang berkaitan
dengan pembentukan karakter siswa. Guru dapat mendesain profil pelajar
pancasila dalam konten atau metode pembelajaran, profil pelajar pancasila
digunakan sesuai kebutuhan siswa pada proses pembelajaran. Beberapa
pilar profil pelajar pancasila yang saling berkaitan di semua mata pelajaran
dan terlihat jelas dalam materi/ konten pembelajaran, pedagogik, kegiatan
project, dan asesmen. Setiap modul ajar meliputi satu ata beberapa poin
dimensi profil pelajar pancasila yang telah ditentukan.
4. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasaran merupakan fasilitas dan media
yang dibutuhkan guru dan siswa guna menunjang proses pembelajaran di
kelas. Salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan dan sangat dibutuhkan
oleh guru dan siswa adalah teknologi. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran yang lebih bermakna.
7
Guruberbagi, “Kriteria Pengembangan Modul Ajar Kurikulum Merdeka Esensial
Berkesinambungan Komponen Modul Ajar Di Kurikulum Merdeka Informasi Umum,” n.d.
6
5. Target Siswa. Target siswa dapat dilihat dari psikologis siswa sebelum
mulai pembelajaran. Guru dapat membuat modul ajar sesuai kategori siswa
dan dapat memfasilitasinya agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Setidaknya terdapat tiga kategori siswa pada umumnya, di antaranya adalah:
a. Siswa reguler: karakter tersebut tidak mengalami kesulitan dalam
memahami materi ajar
b. Siswa kesulitan belajar: siswa tersebut mengalami kendala baik secara
fisik maupun mental dimana kurang dapat berkosentrasi jangka panjang,
mehamai materi ajar, kurang percaya diri, dan sebagainya
c. Siswa pencapaian tinggi: siswa tersebut tergolong cepar memahami
materi pembelajaran, terampil berpikir kritis dan mampu memimpin.
6. Model Pembelajaran. Model pembelajaran dalam kurikulum merdeka
beragam dan dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan kelas. Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan salah
satunya adalah sintaks 5 model pembelajaran, agar pembelajaran dapat lebih
bermakna.
7
namun perlu diterapkan kegiatan menghubungkan konsep-konsep tersebut
untuk membentuk pemahaman yang baik sehingga konsep yang telah
dirancang oleh guru dapat membentuk perilaku siswa.
3. Pertanyaan Pemantik Guru dapat membuat pertanyaan kepada siswa yang
dituangkan dalam rancangan pembelajaran modul ajar untuk
membangkitkan kecerdasan berbicara, rasa ingin tahu, memulai diskusi
antar teman atau guru, dan memulai pengamatan. Fokus pembuatan
pertanyaan dalam bentuk kata tanya terbuka, seperti; apa, bagaimana,
mengapa.
4. Kegiatan Pembelajaran Pada kegiatan ini berisikan skenario pembelajaran
dalam kelas atau luar kelas. Kegiatan ini memiliki urutan yang sistematis
yang dapat disertakan dengan opsi pembelajaran atau pembelajaran
alternatif sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, namun tetap pada koridor
durasi waktu yang telah direncanakan. Adapun tahap kegiatan pembelajaran
adalah pendahuluan, inti, dan penutup berbasis metode pembelajaran aktif.
5. Asesmen Seperti yang telah diketahui bahwa kurikulum merdeka belajar
mendesain asesmen menjadi tiga kategori, yaitu asesmen diagnostik,
asesmen formatif, dan asesmen sumatif. Hal ini untuk mengukur capaian
pembelajaran di akhir kegiatan pembelajaran. Asesmen diagnositik harus
dilakukan sebelum pembelajaran dengan mengategorikan kondisi siswa dari
segi psikologis dan kognitif. Asesmen formatif dilakukan saat proses
pembelajaran. Sementara asesmen sumatif dilakukan di akhir proses
pembelajaran. Adapun bentuk asesmennya beragam di antaranya adalah ;
(1) sikap, asesmen ini dapat berupa pengamatan, penilaian diri, penilaian
teman sebaya dan anekdotal, (2) perfoma, penilaian ini berupa hasil
keterampilan/ psikomotorik siswa berupa presentasi, drama, market day,
dan lain sebagainya, dan (3) tertulis, penilaian ini berupa tes tertulis secara
objektif, essay, multiple choice, isiam, dan lain-lain. Guru dapat berkreasi
dalam melakukan asesmen kepada siswa.
6. Remedial dan Pengayaan Dua kegiatan pembelajaran ini dapat diberikan
kepada siswa dengan pencapaian tinggi dan siswa yang membutuhkan
8
bimbingan untuk memahami materi. Guru dapat memperhatikan defrensiasi
lembar kerja bagi siswa yang mendapatkan pengayaan dan siswa yang
mendapatkan remedial. Pada tahap akhir, yaitu lampiran yang meliputi
lembar kerja peserta didik, pengayaan dan remedial, bahan bacaan guru dan
siswa, glossarium, dan daftar pustaka. Beberapa komponen di atas tidak
perlu dicantumkan semua pada modul ajar dan dikembalikan pada satuan
pendidikan yang memiliki kebebasan merancang dan mengembangkan
modul sesuai dengan kondisi lingkungan belajar dan kebutuhan siswa
8
ibid.
9
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, “Modul Asesmen Diagnostik,” 2022.
10
Halimah Halimah et al., “Implementasi Pancasila Sebagai Entitas Dan Identitas Pendidikan Abad
Ke-21 Di SMAN 4 Palangka Raya,” Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global 2, no. 1
(2023): 119–33, https://doi.org/10.30640/cakrawala.v2i1.632.
9
hakikatnya dapat dicapai dengan project,oleh karena itu guru harus mampu
merancang alokasi waktu dan dimensi program profil pelajar pancasila.
4. Mengembangkan modul ajar yang bersumber dari Alur Tujuan
Pembelajaran, Alur tersebur berdasarkan dengan Capaian Pembelajaran.
Esensi dari tahapan ini adalah pengembangan materi sama halnya seperti
mengembangkan materi pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
5. Mendesain jenis, teknik, dan instrumen asesmen. Pada tahap ini guru dapat
menentukan instrumen yang dapat digunakan untuk asesmen yang beracuan
pada tiga insturmen asesmen nasional yaitu asesmen kompetensi minimum,
survei karakter, dan survei lingkungan belajar.11
6. Modul ajar disusun berdasarkan komponen-komponen yang telah
direncanakan.
7. Guru dapat menentukan beberapa komponen secara esensial yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran. Beberapa komponen yang ada dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran.
8. Komponen esensial dapat dielaborasikan dalam kegiatan pembelajaran.
9. Setelah tahapan sebelumnya telah diterapkan, maka modul siap digunakan.
10. Yang terakhir dilakukan adalah evaluasi modul. Untuk guru mengetahui
kesesuaian karakteritik modul dilihat dari isi inti modul, isi modul dan
keemasan modul, maka perlu diadakan evaluasi modul.12
11
Ratih Ayu Wandira, Ismail, and Irma Anggraini, “Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Dan
Survei Karakter Pada SMA Negeri 9 Banda Aceh Dan SMK Negeri 1 Banda Aceh,” JED: Jurnal
Economica Didactica 27, no. 2 (2022): 58–66, https://jurnal.usk.ac.id/JED/article/view/28930.
12
Marwiyah and Bachtiar S. Bachri, “Evaluasi Modul Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Di Kejar Paket B PKBM Trunojoyo Pondok Al-Falah Kepang Kemayoran Bangkalan,”
Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan 7, no. 3 (2016).
10
dari segi suku, ras, bangsa, agama, hingga warna kulit. Manusia dilarang keras
merendahkan orang lain dan merasa dirinya paling unggul dibandingkan yang
lain. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.13
13
Republik Indonesia, “Nomor 21 / PUU-VII / 2009 Tentang UU SISDIKNAS & UU BHP,” Undang
Undang, 2009, 1–4.
14
Ali Imron Al Ma’ruf Siti Aminuriyah, “PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DI SEKOLAH
DASAR PENGGERAK : KAJIAN LITERATUR KEMAJUAN PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH,” no. 1 (n.d.): 1–14.
15
“Pdf-Coaching-Dalam-Supervisi-Guru-Dan-Tendik-2021_compress.Pdf,” n.d.
11
Menurut pendapat Tomlimson, mengatakan bahwa terdapat tiga hal dalam
melakukan pembelajaran berdiferensiai yaitu : (1) kesiapan belajar, (2) minat
(3) profil belajar. Selanjutnya Tomlinson, menjelaskan bahwa “ifeerentiated
instruction includes teachers’ proactive plan to through concern with providing
ways for students to access knowledge by giving various approaches on the
content, process, and product”. Pernyataan tersebut jika diartikan bahwa
pembelajaran diferensiasi merupakan rencana proaktif guru melalui perhatian
dengan menyediakan berbagai cara bagi peserta didik untuk dapat mengeakses
pengetahuan dengan melakukan berbagai pendekatan baik terdapat pada
konten, proses maupun produk. Pernyataan tersebut menguraikan bahwa, setiap
guru harus mempunyai rencana dalam memberikan berbagai pendekatan
kepada peserta didik, agar peserta didik dapat mampu mengakses pengetahuan
terkait apa yang ia butuhkan. Lebih lanjut lagi, Tomlinson, mengungkapkan
bahwa “It gives students multiple options for learning content that demonstrate
their understanding, skill, and knowledge and express it in different products
that suit their level of mastery.” Pernyataan tersebut diartikan bahwa
pembelajaran diferensiasi memberikan kebebasan kepada siswa dalam
menentukan konten yang menunjukan pemahaman, keterampilan, pengetahuan
mereka dan mengungkapkannya dalam berbagai produk yang sesuai dengan
tingkat penguasaannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, pembelajaran
berdiferensiasi dapat dianalogikan bahwa apabila guru memberikan tugas
membaca kepada peserta didik, maka seorang guru harus mengetahui terlebih
dahulu tingkat kemampuan membaca peserta didik sehingga seorang guru
memberikan tugas membaca kepada peserta didik sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, dalam menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi peserta didik tidak terbebani dengan tugastugas yang diatas
kemampuannya akan tetapi justru pembelajaran berdiferensiasi menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang peserta didik agara
terus belajar yang pada akhirnya membantu peserta didik mencapai apa yang ia
butuhkan. Dalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat konsep yang dapat
dikembangkan.
12
Merujuk pada LMS Modul 2.1 pada program guru penggerak yang
menungkapkan bahwa dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi memiliki
indikator keputusan tersebut yang terkait dengan ; (1) Bagaimana menciptakan
lingkungan belajar yang dapat menstimulus siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang tinggi, (2) Bagaimana guru memberikan respon kebutuhan
belajar kepada peserta didik yang meliputi sumber belajar, media pembelajaran,
rencana pembelajaran, penugasan dan penilaian yang berbeda, (3) Bagaimana
mengatur suasana kelas yang efektif yang didalamnya mencakup prosedur,
rutinitas yang dapat memungkinkan flesibilitas dengan struktur yang jelas
meskipun melakukan kegiatan yang berbeda namun kelas tetap dapat berjalan
dengan baik.16
16
Suwartiningsih Suwartiningsih, “Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah Dan Keberlangsungan
Kehidupan Di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021,” Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia (JPPI) 1, no. 2 (2021): 80–94,
https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39.
13
seorang guru dan peserta didik menjalin relasi hubungan yang baik sehingga
memudahkan guru untuk menggali informasi terkait profil peserta didik dan
menjadikan peserta didik aktif untuk menggali suatu pelajaran, (4) Untuk
membantu peserta didik menjadi pelajar yang mandiri. Jika peserta didik
diberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuannya maka peserta didik
dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan sendirinya, (5) untuk meningkatkan
kepuasan guru. Jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi maka guru
akan tertantang dalam mengoptimalkan pembelajaran dengan menggunakan
berbagai macam metode pembelajaran dan gaya belajar.17
17
Marlina, Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Inklusif, 2020.
18
Yuanita Widiastuti, Linda Laila Zahas Fana, and Muhibbin, “Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam
Perspektif Pendidikan Islam,” Humanistika: Jurnal Keislaman 3, no. 1 (2020): 67–79.
14
untuk belajar secara natural, dimulai dari kemampuan awal setiap peserta didik.
Keberhasilan pembelajaran diferensiasi tersebut juga didukung oleh adanya
kolaborasi dan komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan wali murid.19
19
Wasehudin Dirjo, Ilzamudin, Wahyu Hidayat, Rifyal Ahmad Lugowi, “IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAS BINA PUTERA-KOPO,” n.d., 5–24.
15
E. Diferensiasi Konten, Proses Dan Produk Modul Ajar
Dalam bukunya Tomlinson, menyebutkan strategi pembelajaran
berdiferensiasi dibagi menjadi 4 (empat) hal yaitu:20
20
Carol Ann Tomlinson, “How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms,” 2001.
16
tugas secara umum yang harus diselesaikan semua peserta didik. Bagi
mereka yang telah menyelesaikan tugas umumnya maka dapat mengerjakan
pekerjaan khusus yang telah dibuat pendidik sesuai dengan kemampuan dan
gaya belajar masing-masing peserta didik. Pada materi tertentu, diferensiasi
proses juga dapat dilakukan dengan mengelompokkan peserta didik sesuai
dengan kesiapan, kemampuan dan minat belajar peserta didik.
3. Diferensiasi Produk merupakan wujud hasil dari apa yang telah dipelajari
oleh peserta didik. Produk pembelajaran ini dapat menjadi penentu bagi
guru untuk menilai tingkat pemahaman peserta didik dan menjadi bahan
pertimbangan untuk memberikan materi berikutnya. Produk yang
diharapkan di sini ialah produk yang dapat mencerminkan pemahaman
peserta didik dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Strategi ini
bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya. Tugas ini dapat diberikan kepada setiap
individu ataupun per kelompok, sesuai dengan jenis materi yang sedang
dipelajari. Produk yang dihasilkan dapat berupa tulisan, presentasi, pidato,
hasil tes, desain produk baik digital maupun manual dan sebagainya. Dalam
materi PAI ini terdapat berbagai produk yang dapat dihasilkan seperti
hafalan hadist/ayat Al quran, presentasi materi dengan bantuan
powerpoint/canva, unjuk kerja praktik sholat, dan sebagainya.
4. Diferensiasi Lingkungan Belajar, terkait bagaimana cara siswa bekerja dan
merasa dalam pembelajaran. Diferensiasi dalam lingkungan belajar, disebut
juga iklim kelas. Dalam penataan lingkungan, perlu mempertimbangkan
aspek kenyamanan dan keindahan agar tercipta lingkungan belajar yang
kondusif.21
21
Yeni Suhaeni4ersitas Islam, UnivUjang Cepi Barlian1*, Anisa Sriwandita Yuni2, Ria Restu
Ramadhanty3 and Nusantara Bandung, “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INGGRIS,” 2023, 815–22.
17
F. Contoh Dokumen Modul Ajar PAI
INFORMASI UMUM :
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Nur Khasanah, S.Aag.M.PdI
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Imogiri
Tahun Ajaran : 2022/2023
Jenjang Sekolah : SMA
Kelas/Fase/Semester :X/E/1
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 45 Menit)
B. Kompetensi Awal : Peserta didik mampu mendefinisikan
Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dengan
Syuabul Iman ( cabang-cabang iman)
C. Profil Pelajar Paancasila : gotong royong dan bernalar kritis
D. Sarana dan Prasarana :
1. Sarana : Laptop, Aandroid, LCD, Jaringan Internet,
Spidol
2. Prasarana : Buku Peserta didik Pendidikan Agama
Islam & BP, Penerbit pusat kurikulum dan perbukuan kementrian
pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi Jakarta Pusat.
E. Target Peserta Didik : Reguler/umum
F. Model Pembelajaran :
Pertemuan ke-1 : Metode Inquiry learning dengan mind
mapping
Pertemuan ke-2 : Metode reflektif
KOMPONEN INTI :
KOMPONEN DESKRIPSI
18
TUJUAN PEMBELAJARAN Pertemuan 1 : Melalui metode inquiry
learning dengan mind mapping peserta
didik mampu menganalisis makna
syu’abul iman (cabang-cabang iman)
pengertian, dalil, macam dan manfaatnya
Pertemuan 2 : Melalui metodereflektif
thingking), peserta didik dapat membuat
dan menyajikan paparan tentang
Memahami Hakikat dan Mewujudkan
Ketauhidan dengan Syuabul Iman
(cabang-cabang iman)
PEMAHAMAN BERMAKNA Pengalaman Peserta Didik Dalam
Memahami Hakikat Dan Mewujudkan
Ketauhidan Dengan Syuabul Iman
(Cabang- Cabang Iman) Selalu Menyakini
Adanya Allah Swt
PERTANYAAN PEMANTIK Peserta didik mengamati dan mempelajari
cerita gambar (cergam) dan infograis.
Tampilan menarik infograis akan
menumbuhkan rasa ingin tahu dan
memotivasi untuk
mempelajari materi pelajaran
KEGIATAN INTI Pendahuluan
a. Mengajak Peserta didik untuk
berdoa setelah menyapa dengan
salam
b. Mengecek kehadiran Peserta didik
c. Guru menyampaikan tujuan dan
manfaat pembelajaran
Guru menyampaikan garis besar dan
cakupan materidan langkah pembelajaran.
19
Pertemuan 1 :
-Guru meminta peserta didik melakukan
literasi materi syu’abul iman
-Peserta didik menganalisis dan menelaah
syu’abul iman dan implementasinya
dalam kehidupan
-Peserta didik membuat mind map secara
berkelompok dengan kertas plano yang
berisi tentang definisi iman, definisi
syuabul iman, macam-macam syuabul
iman, tanda-tanda orang
beriman,problematika praktik keimanan
di sekitar kita dan hikmah dan manfaat
syuabul iman
-Perwakilan kelompok yang dianggap
paling menguasai materi diminta untuk
mempresentasikan hasil mind map dan
kelompok lain secara bergantian dan
partisipatif menanggapi
Pertemuan 2 :
Langkah-langkah model
pembelajaran berbasisrefleksi adalah:
-Guru menciptakan suasana kondusif
selama proses pembelajaran.
-Guru menjelaskan ruang lingkup materi
dan tujuan pembelajaran.
-Guru meminta peserta didik untuk
menggambarkan pola telapak tangan kiri
berikut dengan jari-jarinya.
20
-Lakukan hal yang sama untuk telapak
tangan kanan pada halaman kosong
selanjutnya.
-Mintalah peserta didik untuk melakukan
refleksi dan muhasabah diri, 5 hal terburuk
apakah yang pernah kamu lakukan yang
merupakan perbuatan yang salah kepada
sesama manusia dan berdosa kepada Allah
Swt. Lalu dituliskan hasil refleksi tersebut
pada pola ruas-ruas jari gambar telapak
kiritersebut!
-Lanjutkan sesi muhasabah diri
berikutnya, apa yang akan dilakukan agar
5 kesalahan masa lalu tersebut dapat
diampunioleh Allah Swt. dan dimaafhan
oleh orang yang terdampak? Mintalah
peserta didik untuk menuliskan 5 amal
baik tersebutpada pola ruas-ruas jari
gambar telapak kanan kamu!
-Dengan niat sungguh-sungguh dan
bimbingan orang tua dan guru, berikan
motivasi kepada peserta didik untuk
membaikiamalan di waktu-waktu
selanjutnya.
Penutup
-Kegiatan guru bersama peserta didik
yaitu:
-Membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
-melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan; dan
21
-Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran; dan
-Mempersiapkan diri untuk materi yang
akan datang yaitu memahami hakikat dan
mewujudkan ketauhidan dengan syuabul
iman (cabang-cabang iman)
Kegiatan guru yaitu:
1. Melakukan penilaian;
2. Merencanakan kegiatan tindak
lanjut dengan memberikan tugas baik
individu maupun kelompok
3. Menyampaikan rencana
pembelajaran padapertemuan berikutnya
ASESMEN 1. Teknik Penilaian
-Penilaian Sikap:Jurnal
-Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
-Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja
2. Bentuk Penilaian dan
Instrumen penilaian
-Observasi : Lembar
Pengamatan Sikap
-Tes Tertulis : Essay
-Penugasan: Lembar Tugas Siswa
Non Kognitif
REMEDIAL DAN Remedial : (Terlampir)
PENGAYAAN -Dilakukan terhadap Peserta didik yang
belum memahami konten dengan baik
serta kepada Peserta didik yang belum
mampu mencapai tujuan pembelajaran
Pengayaan (Terlampir)
-Dilakukan kepada Peserta didik yang
mampu menjawab dengan benar asesmen
Formatif
22
LAMPIRAN :
Pertanyaan :
1. Bagaimana mengamalkan perilaku Memahami Hakikat dan
Mewujudkan Ketauhidan dengan Syuabul Iman (cabang-cabang iman) ?
Berikan contoh perilaku kebaikan di lingkungan sekolah
2. Simpulkan menurut kelompok anda, faktor apa saja yang mendorong
kalianuntuk memperkokoh keimanan tentang ketauhidan ?
Ahmad Taufiq, dkk. 2021. Pendidikan Agama islam & BP SMA Kelas X.
Jakarta : Pusat Kurikulum dan perbukuan Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi
23
Rancangan Asesmen Diagnostik
Identifikasi materi yang Pertanyaan Kemungkinan Skor (Kategori) Rencana Tindak Lanjut
akan diujikan
Jawaban
1.Mengidentifikasi Berikan contoh Memahami Terlampir • Terjawab benar skor 25 Peserta didik dengan nilai ≤
Memahami Hakikat dan Hakikat dan Mewujudkan (setiap item benar) 6 diadakan remedial
Mewujudkan Ketauhidan Ketauhidan dengan Syuabul Iman • Terjawab salah skor 5
dengan Syuabul Iman (cabang-cabang iman) • Tidak terjawab skor 0
(cabang-cabang iman) • Skor maksimal 100 Peserta didik dengan nilai ≥
7 diadakan pengayaan
1. Bagaimana pentingnya
Memahami Hakikat dan
Mewujudkan Ketauhidan
dengan Syuabul Iman (cabang-
cabang iman) ?
24
E. Menjelaskan pentingnya Terlampir • Terjawab benar skor 100 Peserta didik dengan nilai ≤
Memahami Hakikat dan • Terjawab salah skor 5 6 diadakan remedial
• Tidak terjawab skor 0
Mewujudkan Ketauhidan • Skor maksimal 100
Peserta didik dengan nilai ≥
dengan Syuabul Iman
7 diadakan pengayaan
(cabang-cabang iman)
3. Menjelaskan kandungan 2. Bagaimana kandungan ayat al Terlampir • Terjawab benar skor 100 Peserta didik dengan nilai ≤
ayat al Qur’an didalam Qur’an didalam Memahami • Terjawab salah skor 5 6 diadakan remedial
• Tidak terjawab skor 0
Memahami Hakikat dan Hakikat dan Mewujudkan • Skor maksimal 100
Peserta didik dengan nilai ≥
Mewujudkan Ketauhidan Ketauhidan dengan Syuabul
7 diadakan pengayaan
dengan Syuabul Iman Iman (cabang-cabang iman) ?
(cabang-cabang iman)
3. Menjelaskan ilmu tajwid d. Bagaimana cara mengetahui ilmu Terlampir • Terjawab benar skor 100 Peserta didik dengan nilai ≤
kandungan ayat al Qur’an tajwid kandungan ayat alQur’an • Terjawab salah skor 5 6 diadakan remedial
• Tidak terjawab skor 0
didalam Memahami didalam MemahamiHakikat dan • Skor maksimal 100
Peserta didik dengan nilai ≥
Hakikat dan Mewujudkan Mewujudkan Ketauhidan dengan
7 diadakan pengayaan
Ketauhidan dengan Syuabul Iman (cabang-cabang
Syuabul Iman (cabang- iman) ?
cabang iman)
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modul ajar adalah bahan ajar yang dirancang untuk pembelajaran yang lebih
terstruktur dan interaktif. Modul ajar harus mencakup komponen seperti tujuan
pembelajaran, materi, metode, evaluasi, dan sumber referensi. Proses
penyusunan dan pengembangan modul ajar PAI yang efektif memerlukan
perencanaan, penyesuaian kurikulum, pengujian, dan penilaian terus-menerus.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan siswa
beragam dalam kelas dengan menyediakan tingkat kesulitan, materi, dan
penilaian yang sesuai. Diferensiasi Konten, Proses, dan Produk dalam modul
ajar PAI, diferensiasi dapat dilakukan dengan menyajikan konten yang sesuai
dengan kemampuan siswa, menggunakan beragam metode pengajaran, dan
memungkinkan siswa mengekspresikan pemahaman mereka melalui produk
yang berbeda. Terdapat contoh dokumen modul ajar PAI yang dapat dijadikan
referensi untuk pengembangan modul yang efektif.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi studi
kasus dan praktik terbaik dalam penggunaan modul ajar PAI di SMA. Ini dapat
memberikan wawasan lebih lanjut tentang bagaimana pendekatan ini dapat
diterapkan secara efektif.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
“Pdf-Coaching-Dalam-Supervisi-Guru-Dan-Tendik-2021_compress.Pdf,” n.d.
Rahimah. “Peningkatan Kemampuan Guru SMP Negeri 10 Kota Tebingtinggi
Dalam Menyusun Modul Ajar Kurikulum Merdeka Melalui Kegiatan
Pendampingan Tahun Ajaran 2021/2022.” ANSIRU PAI : Pengembangan
Profesi Guru Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (2022): 92–106.
Siti Aminuriyah, Ali Imron Al Ma’ruf. “PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
DI SEKOLAH DASAR PENGGERAK : KAJIAN LITERATUR
KEMAJUAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH,” no. 1 (n.d.): 1–14.
Sungkono. “Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses
Pembelajaran.” Majalah Ilmiah Pembelajaran 2, no. 4 (2009): 5–1.
Suwartiningsih, Suwartiningsih. “Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan
Tanah Dan Keberlangsungan Kehidupan Di Kelas IXb Semester Genap SMPN
4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021.” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Indonesia (JPPI) 1, no. 2 (2021): 80–94.
https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39.
Tomlinson, Carol Ann. “How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability
Classrooms,” 2001.
Wandira, Ratih Ayu, Ismail, and Irma Anggraini. “Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) Dan Survei Karakter Pada SMA Negeri 9 Banda Aceh Dan SMK
Negeri 1 Banda Aceh.” JED: Jurnal Economica Didactica 27, no. 2 (2022):
58–66. https://jurnal.usk.ac.id/JED/article/view/28930.
Widiastuti, Yuanita, Linda Laila Zahas Fana, and Muhibbin. “Pembelajaran
Berdiferensiasi Dalam Perspektif Pendidikan Islam.” Humanistika: Jurnal
Keislaman 3, no. 1 (2020): 67–79.
28
29