You are on page 1of 23

TUGAS MAKALAH

SEJARAH EJAAN DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Wahyudi Meynanda Oriuwatu (2301316)
Muhammad Zahran Yafi (2301207)

PROGRAM STUDI D-IV TRANSPORTASI DARAT SARJANA TERAPAN


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA-STTD
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Sejarah
Ejaan di Indonesia." Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas dalam memahami
perkembangan bahasa Indonesia, khususnya dalam konteks ejaan, yang merupakan bagian
integral dari keberagaman budaya dan sejarah Indonesia.

Makalah ini tidak akan mungkin terwujud tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan panduan dan masukan berharga. Kami juga berterima kasih kepada teman-
teman sejawat yang telah berbagi pemikiran dan wawasan yang sangat bermanfaat dalam
penulisan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi kecil dalam
memperdalam pemahaman kita tentang sejarah ejaan di Indonesia. Terima kasih atas
perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk menjelajahi topik yang begitu penting ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi perjuangan kita dalam melestarikan dan
menghormati bahasa Indonesia.

Jakarta

Rabu,04 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A.Latar Belakang................................................................................................................................3
B.Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
C.Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
1.Hakikat Ejaan..................................................................................................................................5
2.Ejaan Van Ophuijsen.......................................................................................................................7
3.Ejaan Republik................................................................................................................................9
4.EYD (Ejaan yang disempurnakan).................................................................................................11
5.Ejaan Bahasa Indonesia................................................................................................................16
BAB III..................................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................................19
A.KESIMPULAN................................................................................................................................19
B.SARAN..........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ejaan adalah bagian penting dari bahasa, karena melalui ejaan, sebuah masyarakat dapat
mengkomunikasikan pemikiran, ide, dan informasi dengan jelas dan efektif. Di Indonesia,
sejarah ejaan mencerminkan perkembangan bahasa Indonesia dan berbagai perubahan
sosial, politik, dan budaya yang telah terjadi selama berabad-abad. Untuk memahami ejaan
saat ini, kita perlu melihat kembali sejarah ejaan di Indonesia.

Sejarah ejaan di Indonesia bermula pada masa sebelum penjajahan Belanda. Bahasa
Indonesia pada saat itu merupakan bahasa yang berkembang secara alamiah di berbagai
wilayah nusantara. Masing-masing daerah memiliki sistem ejaan yang berbeda, sehingga
belum ada ejaan yang konsisten. Pada saat itulah mulai muncul usaha-usaha awal untuk
merumuskan ejaan yang seragam.

Ketika Belanda mulai menduduki Indonesia pada abad ke-17, ejaan bahasa Indonesia mulai
dipengaruhi oleh ejaan bahasa Belanda. Pada tahun 1901, pemerintah kolonial Belanda
mengeluarkan ejaan yang dikenal sebagai "Ejaan Van Ophuysen" yang berusaha mengatur
ejaan bahasa Indonesia. Ejaan ini masih mencerminkan pengaruh Belanda dan tidak
sepenuhnya mengakui kekayaan bahasa dan budaya Indonesia.

Selama periode kemerdekaan Indonesia yang dimulai pada tahun 1945, ada upaya untuk
mengembalikan bahasa Indonesia ke akarnya yang lebih asli, serta untuk menghapuskan
pengaruh kolonial Belanda dalam ejaan. Pada tahun 1947, pemerintah Indonesia yang baru
merdeka mengeluarkan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"
(Ejaan Republik), yang menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah ejaan Indonesia
modern.
Namun, perubahan ejaan tidak berhenti di sini. Sejak itu, Indonesia telah mengalami
beberapa kali perubahan dalam pedoman ejaan, yang mencerminkan perubahan politik,
sosial, dan budaya dalam sejarahnya. Salah satu perubahan ejaan yang signifikan adalah
pengenalan "Ejaan Yang Disempurnakan" (EYD) pada tahun 1972.

EYD yang berlaku saat ini adalah hasil dari berbagai revisi dan perbaikan sejak tahun 1972.
EYD bertujuan untuk menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang
lebih kaya dan lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Ejaan ini juga mencerminkan
pengaruh globalisasi dan teknologi dalam bahasa, seperti penggunaan kata-kata serapan
dari bahasa asing.

Makalah ini akan membahas lebih lanjut sejarah ejaan di Indonesia, termasuk perubahan-
perubahan penting dalam ejaan dan dampaknya terhadap perkembangan bahasa Indonesia.
Selain itu, makalah ini akan mempertimbangkan peran ejaan dalam mempertahankan dan
melestarikan kekayaan bahasa dan budaya Indonesia dalam konteks global yang terus
berubah.

B.Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Hakikat Ejaan ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Ejaan Van Ophijsen ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Ejaan Republik ?
4. Apakah yang dimaksud dengan EYD ?
5. Apakah yang dimaksud dengan Ejaan Bahasa Indonesia ?

C.Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi Hakikat Ejaan
2. Untuk mengetahui definisi Ejaan Van Ophuijsen
3. Untuk mengetahui definisi Ejaan Republik
4. Untuk mengetahui definisi EYD
5. Untuk mengetahui definisi Ejaan Bahasa Indonesi
BAB II
PEMBAHASAN
1.Hakikat Ejaan
a. Definisi ejaan
Ejaan adalah aturan atau sistem penulisan kata yang digunakan dalam sebuah
bahasa untuk mengatur tata cara mengeja kata-kata secara benar.
b. Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
 Mempermudah Pembacaan dan Pemahaman: Ejaan yang konsisten dan
benar memudahkan pembaca dalam membaca dan memahami teks
tertulis.
 Menjaga Keseragaman: Ejaan yang konsisten digunakan untuk menjaga
keseragaman dalam penulisan suatu bahasa.
 Mencegah Ambiguitas: Ejaan yang tepat dan konsisten membantu
mencegah ambiguitas dalam penulisan kata-kata.
 Mempertahankan Kaidah Bahasa: Ejaan yang benar dan konsisten
membantu mempertahankan kaidah dan norma bahasa.
 Memperlihatkan Pemakaian yang Benar: Ejaan yang baik dan benar
mencerminkan penggunaan yang tepat dalam bahasa tersebut.
 Membantu Proses Pembelajaran: Ejaan yang konsisten dan teratur
memudahkan proses pembelajaran bahasa.
 Memperkuat Identitas Bahasa: Ejaan yang khas dan unik dalam suatu
bahasa dapat menjadi bagian dari identitas bahasa itu sendiri
c. Standar Ejaan dalam Bahasa
Standar ejaan dalam Bahasa Indonesia mengacu pada Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Bahasa. Berikut adalah beberapa
prinsip dan aturan umum dalam ejaan Bahasa Indonesia:
 Huruf Kapital:
1.Huruf pertama di awal kalimat dan nama diri (orang, tempat, institusi)
menggunakan huruf kapital.
2.Huruf kapital juga digunakan untuk menulis kata ganti nama Allah.
 Huruf Vokal dan Konsonan:
1.Huruf vokal dalam Bahasa Indonesia terdiri dari a, i, u, e, o. Huruf vokal
ganda (diftong) seperti ai, au, oi, ei, ou, eu, dan sejenisnya ditulis sebagai
vokal tunggal.
2.Huruf konsonan harus disesuaikan dengan ejaan yang tepat. Misalnya,
'c' digunakan untuk bunyi /ch/, 'j' untuk bunyi /j/, dan'y' untuk bunyi /y/.
 Penggunaan 'S' dan 'Sy':
1.'S' digunakan untuk kata-kata dengan bunyi /s/ seperti "sapi",
"sepeda".
2.'Sy' digunakan untuk kata-kata dengan bunyi /sy/ seperti "syarat",
"syringe".
 Penggunaan 'C' dan 'Ch':
1.'C' digunakan untuk kata-kata dengan bunyi /ch/ seperti "cuci",
"coklat".
2.'Ch' digunakan dalam kata serapan dari bahasa asing yang
menggunakan bunyi /ch/ seperti "cheque", "chips".
 Penggunaan 'E' dan 'É':
1.'E' digunakan untuk kata-kata dengan bunyi /e/ seperti "sendi",
"senyum".
2.'É' digunakan dalam kata serapan dari bahasa asing yang
menggunakan bunyi /e/ seperti "éksotik", "éléktronik".
 Tanda Baca:
Penggunaan tanda baca seperti titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda
seru (!), tanda kurung (), dan sejenisnya mengikuti aturan umum dalam
tata Bahasa.

2.Ejaan Van Ophuijsen


a. Sejarah singkat
Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Melayu yang pertama kali
oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi Soetan Makmoer dan
Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan ejaan
Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku berjudul Kitab Logat Melajoe.[2] Dalam
kitab itu dimuat sistem alfabet Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.
Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia
pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera
Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden,
Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen
kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian
diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan
menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.
b. Definisi Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah
digunakan untuk bahasa Melayu dan kemudian bahasa Indonesia pada
zaman kolonialisme Belanda. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-
kata bahasa Indonesia menurut model yang dipahami orang Belanda,
yaitu menggunakan alfabet Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda. Ada tiga ciri penanda lingual dalam Ejaan van Ophuijsen, yaitu:
[1]

 penggunaan huruf j untuk bunyi konsonan hampiran langit-langit


 penggunaan huruf tj untuk bunyi konsonan gesek pasca rongga-
gigi nirsuara
 penggunaan huruf dj untuk bunyi konsonan gesek pasca rongga-
gigi bersuara
 penggunaan huruf oe untuk vokal /u/ dan
 penggunaan tanda diakritik meliputi tanda koma (,), ain (‘), dan
trema (¨).
Huruf hidup yang diberi aksen trema atau dwititik diatasnya seperti ä, ë, ï
dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata,
bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan
abjad Arab yang dikenal sebagai abjad Jawi. Ejaan ini akhirnya digantikan
oleh Ejaan Republik untuk bahasa Indonesia pada 19 Maret 1947.
c. Contoh kalimat Ejaan Van Ophuijsen
 Poli kebakaran di Jakarta telah mempersiapkan segala
perlengkapan pemdam.
 Indra Surya, baru saja menjadi senator pada usia 35 tahun.
 Pusat pelayanan Kesehatan akan membantu Anda untuk
menyembuhkan slurf.
 Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu universitas
ternama di Indonesia.
d. Kelebihan dan kekurangan Ejaan Van Ophuijsen
Kelebihan dari ejaan Van Ophuijsen adalah bisa digunakan untuk
memperkaya kosa kata adopsi dan menambah variasi ejaan dalam Bahasa
Indonesia.selain itu,ejaan ini juga dapat mempererat hubungan antara
Bahasa Indonesia dan belanda.
Sedangkan kekurangan ejaan ini adalah beberapa suara dalam Bahasa
belanda tidak dapat terwakili dengan baik dalam Bahasa
Indonesia,misalnya “w” dan “g”.selain itu,penggunaan ejaan van
ophuijsen juga dapat menimbulkan dalam pembacaan dan pengucapan
bagi banyak orang.
e. Penggunaan Ejaan Van Ophuijsen di Indonesia
Setelah dicetuskan oleh Van Ophuijsen,Ejaan ini sempat dilarang
penggunaannya oleh pemerintah Indonesia.namun setelah melewati
beberapa perdebatan ,Menteri Pendidikan dan kebudayaan akhirnya
mengeluarkan aturan pada tahun 1947 yang memperbolehkan
penggunaannya.
Berdasarkan aturan tersebut,penggunaan Ejaan Van Ophuijsen
menggunakan huruf-huruf yang telah disebutkan diatas tidak
diwajibkan.artinya ejaan ini tidak dianggap sebagai satu satunya cara yang
benar dalam penulisan Bahasa Indonesia.
3.Ejaan Republik
Ejaan Republik (Edjaan Republik atau Edjaan Soewandi) adalah ketentuan ejaan
dalam bahasa Indonesia yang berlaku sejak 19 Maret 1947.[1] Ejaan ini biasa
dikenal sebagai ejaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu,
yang mengumumkan berlakunya ejaan tersebut. Ejaan ini menggantikan ejaan
warisan masa kolonial yang sebelumnya digunakan, yaitu Ejaan Van Ophuijsen,
yang mulai berlaku sejak tahun 1901. Terdapat beberapa ciri penanda lingual
dalam Ejaan Soewandi, yaitu:
 penggantian huruf oe menjadi u,
 bunyi sentak ditulis dengan k
 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2
 tidak dibedakan antara penulisan di sebagai awalan dan di sebagai kata
depan.
Ejaan ini muncul karena dilatarbelakangi adanya keinginan para cendekiawan
dan budayawan Indonesia yang hadir dalam Kongres Bahasa Indonesia I,
untuk melepaskan pengaruh kolonial Belanda terhadap bahasa Indonesia.
Saat itu, Soewandi selaku Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
memutuskan untuk mengganti Ejaan van Ophuijsen. Ejaan pengganti itu
disebut Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik. Disebut Ejaan Republik karena
ejaan tersebut lahir setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
Ejaan ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang
Disempurnakan pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri
mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa
Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri
menandai pergantian hai itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di
depan kantor departemennya saat itu, dan mengubahnya dari Djl. Tjilatjap
menjadi Jl. Cilacap.
Ejaan Republik (edjaan republik) adalah kepastian ejaan dalam Bahasa
Indonesia yang berlanjut sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga
disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Norma
budaya istiadat kala itu.

Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai
berlanjut sejak tahun 1901.

Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

 huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.


 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan
(') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tidak, pak, maklum, rakjat.
 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-
barat2-an.
 awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah,
disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlanjut sampai tahun 1972 lalu dialihkan oleh Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa
posisinya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972
Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa
Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri
menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di
depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl.cilcap.

4.EYD (Ejaan yang disempurnakan)


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (disingkat Ejaan yang
Disempurnakan atau EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku dari tahun
1972 hingga 2015 menggantikan Ejaan Baru, serta kembali berlaku sejak tahun
2022 menggantikan Ejaan Bahasa Indonesia.[1] Ejaan ini menggantikan Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi pada tahun 1972 dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
pada tahun 2022. EYD pertama kali diberlakukan dan diresmikan pada tanggal 26
Agustus 1972. Pemberlakuan pemakaian EYD diperkuat dengan keputusan
Presiden Nomor 57 Tahun 1972.
Ejaan ini sempat digantikan oleh Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) sejak tahun 2015
hingga bulan Agustus 2022, ketika istilah "Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" kembali digunakan.
Bila menghitung EBI sebagai edisi keempat, Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan saat ini telah memiliki lima edisi.

Sejarah Tahun 1966


Pada tahun 1966, panitia untuk menyusun ejaan baru bagi bahasa Indonesia
dibentuk. Panitia itu bekerja atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 062 Tahun 67, pada tanggal 19 September 1967. Pada, tahun
1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK, sekarang Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa) mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK) yang merupakan
hasil kerja panitia bentukan LBK tersebut. Ejaan Baru pada dasarnya merupakan
lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri


Pendidikan Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan
untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara
tentang ejaan yang baru. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa
Indonesia dan bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia). Di
Malaysia, ejaan baru bersama ini dinamai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu
pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian ejaan
baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan daripada
Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak bulan Maret 1947.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa


Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975
Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah". Buku
pedoman tersebut menjadi pedoman EYD edisi pertama.

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang
Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan". Keputusan menteri ini menjadi aturan EYD edisi kedua yang
menyempurnakan EYD edisi pertama (1975).

Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, yang menjadi aturan EYD edisi ketiga.
Dengan dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi kedua (1987)
diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.[2]

Pada tahun 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 yang
menyempurnakan EYD edisi ketiga (2009), serta mengubah istilah EYD menjadi
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).[3]
Pada tahun 2022, Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 dikeluarkan oleh Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa. Keputusan menteri tersebut pada intinya
mengembalikan istilah EBI menjadi EYD, atau yang lebih tepatnya Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima, sehingga menganggap bahwa EBI
merupakan EYD edisi keempat. Dalam keputusan tersebut pula, beberapa
pedoman dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) direvisi.

Edisi pertama (1972)


Beberapa ketentuan baru yang ditetapkan di dalam EYD edisi pertama, antara
lain:

Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya2 pada kata furqan, dan xenon.
Awalan di- dan kata depan di dibedakan penulisannya. Kata depan di pada contoh
di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara di- pada
dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Huruf diftong oi hanya ditemukan di belakang kata, misalnya oi pada kata amboi.
Bentuk gabungan konsonan kh, ng, ny, dan sy termasuk kelompok huruf
konsonan.
Masih menggunakan dua istilah, yaitu huruf besar dan huruf kapital.
Penulisan huruf hanya mengatur dua macam huruf yaitu huruf besar atau huruf
kapital dan huruf miring.
Penulisan angka untuk menyatakan nilai uang menggunakan spasi antara
lambang dengan angka, misalnya Rp 500,00.
Tanda petik dibedakan istilah dan penggunaannya menjadi dua, yaitu tanda petik
ganda dan tanda petik tunggal.
Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua (2) tidak
digunakan sebagai penanda perulangan, kecuali mungkin dalam tulisan cepat dan
notula.
Ketentuan-ketentuan selain penulisan huruf di dalam pedoman EYD, antara lain:

Penulisan kata.
Penulisan tanda baca.
Penulisan singkatan dan akronim.
Penulisan angka dan lambang bilangan.
Penulisan unsur serapan.
Edisi kedua (1987)
Beberapa perubahan pada EYD edisi kedua, antara lain:

Penggunana huruf kapital dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama


Tuhan terdapat catatan tambahan yaitu:
bila terdiri dari kata dasar maka tulisan disambung, misalnya Tuhan Yang
Mahakuasa;
bila terdiri dari kata berimbuhan maka penulisan dipisah, misalnya Tuhan Yang
Maha Pengasih.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama orang diberi keterangan tambahan,
yaitu:
jika nama jenis atau satuan ukuran ditulis dengan huruf kecil, misalnya mesin
diesel, 10 volt, dan 5 ampere.
Huruf kapital yang digunakan sebagai nama khas geografi diberi catatan
tambahan, yaitu:
istilah geografi bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil, misalnya berlayar ke
teluk;
nama geografi sebagai nama jenis ditulis dengan huruf kecil, misalnya, gula jawa.
Huruf kapital yang digunakan sebagai nama resmi badan dan dokumen resmi
terdapat catatan tambahan, yaitu:
jika tidak diikuti nama maka ditulis dengan huruf kecil, misalnya sebuah republik
dan menurut undang-undang yang berbeda dengan Republik Indonesia dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Penulisan angka untuk menyatakan nilai uang menggunakan spasi antara
lambang dengan angka terdapat catatan tambahan, yaitu:
untuk desimal pada nilai mata uang dolar dinyatakan dengan titik, misalnya
$3.50;
angka yang menyatakan jumlah ribuan dibubuhkan tanda titik, misalnya Buku ini
berusia 1.999 tahun.
Edisi ketiga (2009)
Beberapa perubahan pada EYD edisi ketiga, antara lain:

Huruf diftong oi ditemukan pada posisi tengah dan posisi akhir dalam sebuah
kata, misalnya boikot dan amboi.
Bentuk kh, ng, ny, dan sy dikelompokkan menjadi gabungan huruf konsonan.
Penulisan huruf masih tetap mengatur dua macam huruf, yaitu huruf besar atau
huruf kapital dan huruf miring.
Tanda garis miring terdapat penggunan tambahan, yaitu tanda garis miring ganda
untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan
pembacaan naskah.
Penggunaan angka dua (2) disebutkan digunakan dalam keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Edisi keempat (2015)
Artikel utama: Ejaan Bahasa Indonesia § Perbedaan dengan ejaan sebelumnya
Ejaan yang Disempurnakan edisi keempat disebut dengan nama Ejaan Bahasa
Indonesia.

Edisi kelima (2022)


Beberapa perubahan pada EYD edisi kelima, antara lain:
Penambahan istilah huruf monoftong, yang beranggotakan lambang huruf eu
(juga digunakan oleh bahasa Sunda dan bahasa Aceh).
Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau berimbuhan yang merujuk pada nama
dan sifat Tuhan ditulis terpisah.
Perubahan redaksi (pengantar), pemindahan kaidah penulisan unsur serapan,
penghapusan kaidah penulisan kutipan, perubahan contoh, dan perubahan tata
cara penyajian isi.

5.Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
pernah berlaku sejak tahun 2015 hingga 2022. EBI diatur berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2015,yang menggantikan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
edisi ketiga.Pedoman yang mengatur Ejaan Bahasa Indonesia disebut Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Ejaan ini digantikan oleh EYD edisi kelima yang berlaku mulai 16 Agustus 2022.

Sejarah
Pada tahun 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 yang
menyempurnakan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) edisi ketiga
(2009), serta mengubah istilah EYD menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).

Pada tahun 2021, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,


dan Teknologi Nomor 18 Tahun 2021 tentang Pembakuan dan Kodifikasi Kaidah
Bahasa Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
memberikan wewenang kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
berwenang melakukan pembakuan dan kodifikasi kaidah bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kemudian
mengeluarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Nomor 0321/I/BS.00.00/2021, yang intinya menetapkan ulang Ejaan Bahasa
Indonesia.

Setahun kemudian, Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan


Bahasa Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 dikeluarkan oleh Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa. Keputusan menteri tersebut pada intinya
mengembalikan istilah EBI menjadi EYD, atau yang lebih tepatnya "Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kelima", sehingga menganggap bahwa EBI
merupakan EYD edisi keempat. Dalam keputusan tersebut pula, beberapa
pedoman dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) direvisi.

Perbedaan dengan ejaan sebelumnya


Tidak banyak perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang
Disempurnakan edisi ketiga (revisi 2009). Perubahan-perubahan yang ada pada
Ejaan Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

Pada huruf vokal, untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar digunakan
diakritik yang lebih rinci, yaitu:
diakritik (é) dilafalkan [e] misalnya Anak-anak bermain di teras (téras);
diakritik (è) dilafalkan [Ɛ] misalnya Kami menonton film seri (sèri);
diakritik (ê) dilafalkan [Ə] misalnya Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Pada huruf konsonan terdapat catatan penggunaan huruf q dan x yang lebih rinci,
yaitu:
huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu;
huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
Pada huruf diftong terdapat tambahan yaitu diftong ei misalnya pada akata
eigendom, geiser, dan survei.
Pada huruf kapital aturan penggunaan lebih diringkas (pada PUEYD terdapat 16
aturan sedangkan pada PUEBI terdapat 13 aturan) dengan disertai catatan.
Pada huruf tebal terdapat pengurangan aturan sehingga hanya dua aturan, yaitu
menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring dan menegaskan bagian
karangan seperti judul buku, bab, atau subbab.
Aturan bentuk ulang dengan angka dua (2) dihapuskan.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
 Hakikat Ejaan:
Ejaan adalah aturan atau sistem penulisan kata yang digunakan dalam
sebuah bahasa untuk mengatur tata cara mengeja kata-kata secara benar.
Fungsi ejaan dalam Bahasa Indonesia meliputi mempermudah
pembacaan dan pemahaman, menjaga keseragaman, mencegah
ambiguitas, mempertahankan kaidah bahasa, memperlihatkan pemakaian
yang benar, membantu proses pembelajaran, dan memperkuat identitas
bahasa.

 Ejaan Van Ophuijsen:


Ejaan Van Ophuijsen adalah ejaan bahasa Melayu yang digunakan pada
masa kolonialisme Belanda. Ejaan ini menggunakan alfabet Latin dan
beberapa penanda lingual khusus, seperti penggunaan huruf 'j', 'tj', 'dj',
dan 'oe'. Kelebihannya adalah memperkaya kosa kata adopsi, sedangkan
kekurangannya adalah beberapa suara Bahasa Belanda tidak terwakili
dengan baik dalam Bahasa Indonesia. Penggunaannya sempat dilarang
oleh pemerintah Indonesia, tetapi kemudian diizinkan.

 Ejaan Republik:
Ejaan Republik adalah ejaan bahasa Indonesia yang mulai berlaku pada
tahun 1947, menggantikan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini mencakup
penggunaan huruf 'u' untuk menggantikan 'oe', penggunaan 'k' untuk
bunyi sentak, dan lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk melepaskan
pengaruh kolonial Belanda terhadap bahasa Indonesia.
 Ejaan yang Disempurnakan (EYD):
Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
dari 1972 hingga 2015, dan kembali berlaku sejak 2022. Ejaan ini
mengalami beberapa perubahan selama tahun-tahun berlakunya, seperti
penggunaan diakritik untuk huruf vokal dan penyesuaian aturan
penggunaan huruf q dan x.

 Ejaan Bahasa Indonesia (EBI):


Ejaan Bahasa Indonesia adalah ejaan yang berlaku dari 2015 hingga 2022.
Ejaan ini mengalami perubahan seperti penggunaan diakritik yang lebih
rinci untuk huruf vokal dan peraturan tentang penggunaan huruf q dan x.
Namun, EBI kembali digantikan oleh EYD pada tahun 2022.

Setiap ejaan memiliki sejarah dan aturan sendiri, dan perubahan dalam
ejaan mencerminkan perkembangan bahasa dan upaya untuk menjaga
keseragaman dan kejelasan dalam penulisan. Pengetahuan dan
penggunaan ejaan yang benar sangat penting dalam komunikasi yang
efektif dalam bahasa Indonesia.

B.SARAN
Pendahuluan:
Jelaskan secara singkat pengertian ejaan dan kenapa ejaan itu penting
dalam bahasa.
Identifikasi tujuan utama makalah Anda, yaitu untuk menggambarkan
perkembangan ejaan bahasa Indonesia dan mengapa itu relevan dalam
konteks sosial dan budaya.
Ejaan Van Ophuijsen:
Ringkas sejarah dan karakteristik ejaan Van Ophuijsen, termasuk asal-usul
dan aturan utama.
Bahas dengan singkat kelebihan dan kekurangan ejaan ini, seperti
pengayaan kosa kata adopsi dan kesulitan dalam mencerminkan beberapa
suara Bahasa Belanda dalam Bahasa Indonesia.
Catat bahwa penggunaannya sempat dilarang oleh pemerintah Indonesia,
tetapi kemudian diizinkan.
Ejaan Republik:
Jelaskan perubahan penting dalam ejaan ketika Ejaan Republik
diberlakukan pada tahun 1947.
Tekankan tujuan utama dari ejaan ini, yaitu untuk menghilangkan
pengaruh kolonial Belanda dalam bahasa Indonesia.
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI):

Berikan ringkasan singkat tentang EYD dan EBI, termasuk periode berlaku
dan perubahan-perubahan utama seperti penggunaan diakritik dan
penyesuaian aturan huruf q dan x.
Catat bahwa EBI digantikan kembali oleh EYD pada tahun 2022.
Fungsi dan Pentingnya Ejaan:
Bahas secara singkat mengenai fungsi ejaan dalam bahasa Indonesia,
seperti mempermudah pemahaman, menjaga keseragaman, dan
memperkuat identitas bahasa.
Tambahkan beberapa contoh konkret yang menggambarkan pentingnya
penggunaan ejaan yang benar dalam komunikasi.
Kesimpulan:
Buat kesimpulan singkat yang merangkum poin-poin penting dalam
makalah Anda mengenai hakikat ejaan dalam bahasa Indonesia.
Tekankan kembali pentingnya pemahaman dan penggunaan ejaan yang
benar dalam komunikasi efektif dalam bahasa Indonesia.
Pastikan untuk menjaga singkatan makalah sesuai dengan tujuannya yang
singkat, dan gunakan contoh-contoh yang relevan untuk mendukung
argumen Anda.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Bahasa_Indonesia#:~:text=Ejaan
%20Bahasa%20Indonesia%20(disingkat%20EBI,Disempurnakan
%20(EYD)%20edisi%20ketiga
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_yang_Disempurnakan
http://p2k.unkris.ac.id/en3/2-3065-2962/Ejaan-Soewandi_90453_p2k-
unkris.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik
https://pakguru.co.id/contoh-kalimat-ejaan-van-ophuijsen/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-hkbp-nommensen/
tugas-bahasa-indonesia/tugas-bahasa-indonesia-5/60474210
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ejaan_Van_Ophuijsen

You might also like