You are on page 1of 5

Nama : RAFFIAN HENDRI

Kelas : Ilmu komunikasi C

Nim : 23321173

POTRET DEMOKRASI DI INDONESIA DALAM BINGKAI PENERAPAN SYARIAT


ISLAM

HUBUNGAN AGAMA & NEGARA

1. Paradigma Integralistik adalah negara merupakan lembaga keagamaan dan sekaligus


lembaga politik. Kepala negara adalah pemegang kekuasaan agama dan kekuasaan
politik.
2. Paradigma Mutualistik adalah negara merupakan lembaga keagamaan tetapi
mempunyai fungsi politik. Kepala negara mempunyai kekuasaan agama yang
berdimensi politik
3. Paradigma Sekuler adalah negara merupakan lembaga politik yang sama sekali
terpisah dari agama. Kepala negara hanya mempunyai kekuasaan politik atau
menguasai kekuasaan politik atau penguasa duniawi saja.

PANCASILA : RELASI AGAMA-NEGARA

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan keberhasilan yang sangat monumental dan patut
disyukuri kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah s.wt. karena telah menyelesaikan suatu problem
yang serius menyangkut hubungan agama dan negara. Banyak negara mencoba menyelesaikan
problem tersebut dengan mengorbankan agama ketika mereka memilih sekularisme, atau
mengorbankan kepentingan sebagai anggota masyarakatnya yang majemuk ketika memilih salah
satu agama atau paham keagamaan dalam menata kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.
HIERARKI SILA PANCASILA

1. Ketuhanan yang maha esa : Hakikat Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan
sebagai causa prima.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: Manusia sebagai subjek pendukung pokok negara
adalah Lembaga kemanusiaan sebagai Persekutuan hidup Bersama yang anggotanya
adalah manusia.
3. Persatuan Indonesia: Negara hadir karena adanya manusia yan bersatu (kontrak social).
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan: Mekanisme negara berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat (demokrasi).
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Tujuan negara adalah terciptanya keadilan
sosial.

ISLAM DEMOKRASI

 MUSYAWARAH

“Dan bagi orang-orang yang yang menerima seruan Tuhan dan melaksanakan shalat,
sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka menginfakan
Sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura 38)

 KEBEBASAN
Meliputi kebebasan pribadi, mengemukakan pikiran, dan kebebebasan beragama
 KEADILAN

“Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,


dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menciptakannya dengan sungguh adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. An-Nisa
58)

 PERSAMAAN

“Wahai manusia sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui Mahateliti.”
(QS. Al-Hujarat 13)
DEMOKRASI DI INDONESIA

A. Demokrasi Politik kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
(Pasal 1 ayat (2) UUD 1945).
B. Demokrasi Ekonomi perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi (Pasal 33 ayat (4) UUD 1945).

DEMOKRASI INDONESIA: DISTINKTIF DAN UNIK

 Demokrasi Indonesia adalah “distinktif, jika bukan unik” terletak pada fakta bahwa
demokrasi di Indonesia sukses dan gagal sekaligus. (Donald Horowtz)

DISCONNECTED ELECTORIAL

 Demokrasi tegak manakala hubungan dua arah antara pejabat publik sebagai pemegang
mendate dan publik sebagai pemberi mendate terjaga dan didalamnya terbangun
responsiveness, yakni kebijakan dibuat atas dasar preferensi publik.
1. Susan C Stokes
Rent-Seeking Model Of Democracy (model demokrasi pencari rente)
politis tidak pernah berniat memperjuangkan kepentingan Masyarakat pemilih tetap
mencari kekuasaan bagi keuntungan sempit diri dan kelompoknya
2. Gullermo O`Donnell
Representative Democracy para politisi mendengar suara rakyat dan bekerja untuk
memenuhi kepentingan rakyat.
Delegative Democracy suara rakyat bagaikan anjing sementara para politisi adalah
kafilah yang terus berlalu.
FAKTOR PENYEBAB

1. Popularitas sebagian kandidat jauh kemampuannya untuk menjadi politisi yang handal
dan negarawan (Pemilu suara terbanyak)
2. Semakin berkembangnya sikap rasional para pemilih terutama ‘rasional secara
materi’. Implikasinya, ‘money politics’ menjadi lebih luas sehingga perilaku pemilih
munculnya ‘transaksi material’ berjangka pendek dan sesaat bukan pada ‘transaksi
kebijakan’ antara wakil dengan terwakil.

JALAN KELUAR

 Memformulasikan janji politik ke dalam bentuk dokumen hukum.


Setiap apa yang akan dijanjikan dalam kampanye harus dituangkan dalam naskah hokum
(akta notaris).
 Dalam perspektif Hukum Tata Negara, abai terhadap janji politik yang berdimensi hukum
dapat menjadi alasan untuk meminta pertanggungjawaban para wakil yang bias saja
berujung pada recall untuk anggota legislative dan impeachment pada presiden.
 Demokratisasi Internal Partai Politik.
 Menata Mekanisme Recail Anggota Dewan oleh Partai.

You might also like