You are on page 1of 27

PERALATAN LABORATORIUM KIMIA

Kegiatan Belajar 3
a. Tujuan kegiatan pembelajaran 3
1. Peserta didik dapat mengklasifikasikan jenis-jenis dan penggolongan peralatan
laboratorium kimia
2. Peserta didik dapat mengetahui fungsi masing-masing peralatan laboratorium
kimia

b. Uraian Materi 2

Peralatan laboratorium umumnya dibedakan berdasarkan jenis, fungsi,


kapasitas, dan ketelitiannya. Peralatan tersebut sebelum digunakan harus diperhatikan
kondisinya, apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak, apakah ada bagian dari
peralatan yang rusak, pecah atau retak kemudian lihat spesifikasi dari alat tersebut
seperti kapasitas atau volumenya, rentang atau toleransinya, persyaratan suhu dan
lain-lain. Contoh buret, pipet, dan labu takar biasanya ditera pada suhu tertentu yaitu
pada suhu 27,5 °C (dahulu pada 20 °C) maka peralatan tersebut tidak boleh digunakan
melebihi suhu tersebut.
Peralatan yang diperlukan untuk membuat larutan dan menstandarisasi larutan
adalah: buret, labu takar, pipet volumetrik dan neraca analitik. Peralatan tersebut
mempunyai ketelitian tertentu dan penggunaannya memerlukan teknik-teknik yang
tertentu. Buret, labu takar dan pipet volumetrik dikenal dengan peralatan ukur
volume sedangkan neraca analitik dikenal dengan peralatan ukur berat. Peralatan
penunjang lain yang juga digunakan adalah: erlenmeyer, piala gelas dan gelas ukur,
peralatan tersebut mempunyai ketelitian yang kurang dibandingkan dengan peralatan
ukur .

Jenis Peralatan Laboratorium yang digunakan untuk membuat dan menstandarisasi


larutan adalah :
A. Peralatan Utama :
1. Buret
Buret merupakan salah satu peralatan ukur volume. Buret digunakan untuk
memindahkan suatu larutan dengan volume tertentu. Jenis buret berdasarkan larutan
yang digunakan ada 2 macam buret, yaitu buret asam atau buret bercerat kaca serta
buret basa dengan cerat polietilena yang digunakan larutan basa. Selain itu ada buret
Schellbach yaitu buret yang dinding bagian belakangnya dilengkapi dengan garis biru
yang berfungsi untuk mempermudah pembacaan. Kapasitas buret yaitu 5, 10, 50, dan
100 mL. Contoh gambar buret adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Buret Asam dan buret Schellbach


2. Pipet Volumetrik atau pipet Transfer.
Pipet volumetrik digunakan untuk mengukur atau memindahkan volume sejumlah
tertentu larutan untuk volume tertentu. Jenisnya ada dua, yaitu pipet volumetrik yang
digunakan untuk memindahkan larutan secara kuantitatif dan pipet mohr secara semi
kuantitatif. Kapasitasnya pipet ; 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 mL. Gambar pipet
transfer sebagai berikut :

Gambar 2. Pipet Transfer

3. Labu Takar atau Labu Ukur


Labu takar atau labu ukur digunakan untuk membuat atau mengencerkan zat pada
volume tertentu secara kuantitatif. Kapasitasnya 5, 25, 100, 250, 500, dan 1000 mL.

Gambar 3. Labu Takar


4. Erlenmeyer
Erlenmeyer merupakan bejana yang biasanya digunakan untuk tempat zat yang akan
dititar. Jenisnya ada dua, yaitu bertutup asah dan tidak. Kapasitanya bermacam-macam,
yaitu 200, 300, dan 500 mL.

Gambar 4. Erlenmeyer
5. Neraca

Neraca merupakan peralatan yang digunakan untuk menimbang atau mengukur berat
suatu zat. Berikut adalah beberapa contoh neraca elektronik;

Gambar 5. Neraca-neraca Elektronik.

B. Peralatan Penunjang
1. Piala Gelas, Piala gelas, merupakan bejana yang biasanya digunakan untuk membuat
larutan atau melarutkan zat. Kapasitasnya bermacam-macam, yaitu 50, 100, 250, 600,
1000, 1500, dan 2000 mL.
2. Gelas Ukur, Gelas ukur (graduated cylinder), digunakan untuk menuang volume
tertentu, tetapi ketelitiannya lebih rendah dari buret. Kapasitas gelas ukur bermacam-
macam, yaitu 2,5 mL, 10, 25, 50, 100, 250, 500, 1000, dan 2000 mL.
3. Pipet tetes (medicine dropper), digunakan untuk menambahkan larutan setetes demi
setetes.
4. Tabung reaksi dan tabung pemusing, tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan zat
dalam jumlah sedikit sedangkan tabung pemusing digunakan juga untuk memisahkan
larutan dan endapan dengan bantuan alat pemusing atau centrifuge.
5. Pipet tetes (medicine dropper), digunakan untuk menambahkan larutan setetes demi
setetes.
6. Corong ( funnel), digunakan untuk menghindari tumpahan saat pengisian atau
penuangan larutan ke dalam labu ukur/ buret.
7. Botol semprot/ labu semprot digunakan untuk memindahkan/ mengalirkan padatan
dari wadah penimbangan ke dalam labu ukur.
8. Bulb, adalah alat bantu pada proses pemipetan. Bulb digunakan untuk mengambil atau
menghisap larutan sampel dengan pipet volumetri atau mohr. Sekarang terdapat
larangan untuk menghisap sampel larutan langsung dengan mulut. Bentuk dan warna
dari bulb bermacam – macam tetapi yg umum digunakan yang berwarna merah dan
hitam sehingga disebut dengan bulb hitam atau bulb merah.

Gambar 6. Bulp Hitam dan Bulp Merah

Penyimpanan (Penataan) Alat-Alat Laboratorium


Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium
agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan keteraturan
dalam penyimpanan (storing) maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance).
Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu
agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat
untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya.
Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun
secara teratur, indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti
tidak terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta
terkontrol jumlahnya dari kehilangan. Hanya diperkenalkan beberapa contoh alat secara
terbatas untuk kepentingan pembahasan tentang penataannya.
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun peralatan.
Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara
penyimpanannya, diantaranya adalah :
1) Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan bahan kimia
saja
2) Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian (Alat) alat
3) Keperangkatan
4) Nilai/ harga alat
5) Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6) Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan
7) Bahan dasar penyusun alat, dan
8) Bentuk dan ukuran alat
9) Bobot / berat alat
Pada praktisnya untuk melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan
secara mutlak menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara
terbaik disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidak mutlakan
dalam menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak sekali
dalam mata pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam lab fisika penataan alat
seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan seperti alat-alat untuk percobaan listrik,
magnet, optik, panas, cahaya dst. Demikian untuk alat-alat biologi dikelompokkan secara
khas pula seperti penataan untuk alat-alat genetika, ekologi, fisiologi juga ada model, awetan,
gambar dst.
Kembali pada sembilan aspek di atas, suatu alat ada yang memiliki satu fungsi dan
yang multi fungsi. Misalnya buret hanya dapat digunakan untuk mengukur volume zat cair
saja, sedangkan pH meter dapat digunakan untuk mengukur pH dan juga mV, demikian juga
multimeter (AVO-meter) dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik (mA, A),
tegangan listrik (mV, V), dan tahan listrik (ohm). Tentu kalau penyimpanan alat mengacu
atas dasar fungsi alat, maka akan diperoleh jumlah kelompok alat yang relatif banyak sesuai
konsep-konsep kimia yang harus dipelajari.
Oleh karena itu pengelompokkan berdasarkan fungsi alat cukup kita bagi menjadi alat
yang berfungsi sebagai alat ukur dan alat bukan alat ukur. Tentunya penyimpanan alat ukur
harus ditempatkan pada wadah/tempat khusus yang dapat menjaga keamanan komponen alat
yang memberi informasi kuantitas dan ketelitian pengukuran. Bagian-bagian buret yang harus
dijaga misalnya adalah skala dan ujung buret yang menuju kran. Seringkali buret yang sudah
lama dipakai, warna skalanya tidak nampak jelas. Demikian alat lab yang berfungsi sebagai
alat ukur harus mendapat perhatian lebih dalam mempertimbangkan penyimpanan, penataan
dan pemeliharaannya dibandingkan dengan alat lab bukan alat ukur. Tabel-2 memperlihatkan
beberapa contoh fungsi alat ukur dan penyimpanannya.

Alat-alat kimia analisis canggih yang dikemukakan di atas tentunya kurang tersedia di
lab kimia sekolah, minimal anda mengetahui bahwa peralatan canggih seperti itu
penyimpanan dan penataannya memerlukan ruangan khusus dengan kondisi tertentu pula
seperti kelembaban harus rendah. Jika kondisi ruangan yang dipersyaratkan tidak terpenuhi,
maka ketelitian pengukuran yang dihasilkan alat itu menjadi rendah. Di samping persyaratan
ruangan, khusus untuk Lab Pengukuran yang memiliki kewenangan legal sebagai Lab
Terakreditasi, setiap alat harus dikelola oleh seorang operator tertentu.
Berkaitan dengan alat lab kimia sekolah, neraca analitik digital dan student
spectrophotometer dapat dikategorikan sebagai alat ukur canggih dan teliti. Oleh karena itu
alat seperti ini harus menjadi pertimbangan pertama dalam penyimpanan dan penataannya
dibandingkan dengan peralatan lainnya.
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
PENATAAN ALAT DAN BAHAN KIMIA DI LABORATORIUM

Kegiatan Belajar 3
a. Tujuan kegiatan pembelajaran 3
a. Peserta didik dapat mengetahui cara pengelolaan bahan dan peralatan di
laboratorium kimia
b. Peserta didik dapat mengetahui cara penataan dan penyimpanan bahan
kimia sesuai klasifikasi dan petunjuk MSDS
c. Peserta didik dapat mengetahui cara penyimpanan peralatan laboratorium
sesuai dengan fungsi dan klasifikasinya

b. Uraian Materi 3
A. Penanganan bahan kimia

Bekerja dalam laboratorium kimia, sebagaimana bekerja dalam industry kimia,


pertambangan dan bangunan, mengandung risiko berupa bahaya terhadap keselamatan
kerja.
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerjanya . Hanya
dalam laboratorium yang aman, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan dan keracunan,
seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif dan efisien.
Keadaan aman dalam laboratorium dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap
pekerja atau kelompok pekerja untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan kesadaran
bahwa kecelakaan dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain serta
lingkungan. Ini adalah tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja yang memegang
peranan penting dalam pencegahan kecelakaan. Selain itu disiplin setiap individu terhadap
peraturan juga member andil besar dalam keselamatan kerja . Kedua faktor penting
tersebut bergantung pada faktor manusianya, yang ternyata merupakan sumber terbesar
kecelakaan di dalam laboratorium.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik
maupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam
laboratorium dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat / bahan yang mudah terbakar atau meledak.
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar
5. Syok akibat aliran listrik
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan,
antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja.
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah
dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium dapat
menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat
menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara tepat
dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium :
 Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah
dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.
Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga
fungsinya berkurang.
 Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda
yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak
atau laci).
 Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari,
rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan
percobaan dan bahan pembuat alat :
1. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti : Gaya dan
Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat
reparasi.
2. Pengelompokan alat – alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti : Anatomi,
Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
3. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti :
logam, kaca, porselen, plastik dan karet.
4. Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam
kelompok bahan yang banyak digunakan.
Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang
lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah
tumbuhnya jamur.
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker
glass.
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak
melebihi tinggi bahu.
5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang
mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.

B. Jenis bahaya dan kecelakaan di laboratorium

1. Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik
seperti amonia , karbon monoksida , benzena, kloroform dan sebagainya.
Keracunan dapat berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan baik yang dapat
diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang
seperti pada penyakit hati, kanker dan asbestosis , adalah akibat akumulasi
penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus menerus.

2. Iritasi
Iritasi sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif seperti asam sulfat,
asam klorida, natrium hidroksida, gas khlor dan sebagainya. Iritasi dapat berupa
luka atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata.

3. Kebakaran dan luka bakar


Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani
pelarut – pelarut organik yang dapat yang dapat menyebabkan kebakaran seperti
éter, aseton , alkohol dan sebagainya. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh
peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.

4. Luka kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca. Luka sering terjadi
pada tangan atau mata karena pecahan kaca.

5. Bahaya –bahaya lain


Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu dan pencemaran
lingkungan. Laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi
potensi bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak
menimbulkan kerugian. Suatu contoh bahan bakar bensin dan gas cair mempunyai
potensi bahaya kebakaran yang amat besar.

C. Bahan kimia berbahaya dan cara penanganannya


Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak
diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya
dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan
mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu
beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Kemungkinan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dalam laboratorium
cukup banyak . Hal ini disebabkan oleh banyaknya jenis reagen kimia yang dipakai
meskipun kadang kala jumlah penggunaannya relatif lebih sedikit daripada dalam
industria. Suatu bahan kimia dapat dikatakan berbahaya apabila termasuk salah satu
atau lebih kategori berikut :

1. Bahan Kimia Beracun / Toksik ( Toxic Substances )


Pada dasarnya semua bahan kimia beracun tetapi bahayanya terhadap
kesehatan sangat bergantung pada jumlah zat tersbut yang masuk ke dalam tubuh .
Garam dapur yang kita makan setiap hari adalah bahan kimia yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan. Tetapi jika terlalu besar jumlah yang kita
makan akan membahayakan kesehatan kita. Demikian pula berbagai macam obat ,
baru bermamfaat bagi tubuh pada dosis tertentu. Tetapi akan berbahaya apabila
diberikan dalam dosis berlebihan.
Dalam laboratorium bahan-bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh melewati
tiga saluran yaitu :
(1) Melalui mulut atau tertelan . Hal ini jarang terjadi keuali apabila ada kesalahan
memipet dengan mulut atau makan dan minum di dalam laboratorium.
(2) Melalui kulit. Zat-zat seperti aniline, nitrobenzene, fenol dan asam sianida
(HCN) mudah terserap kulit. Mekanisme dari proses ini diduga ada hubungan
erat dengan kelarutan lipid (lemak) pada kulit.
(3) Melalui pernapasan . Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan dan
saluran ini merupakan sebagian besar ( + 90 % ) dari kasus keracunan yang
terjadi. Gas-gas seperti sulfur dioksida (SO2) dan klor (Cl2) dapat memberikan
efek setempat pada jalan pernapasan. Tetapi gas-gas seperti HCN, CO, H2S,
uap Pb dan Zn yang telah terserap lewat pernapasan , akan terserap lewat
pernapasan akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh
organ-organ tubuh.

Efek Akut dan Kronis


Efek toksik bagi tubuh manusia dibagi dua yakni akut dan kronis. Efek
Akut adalah pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat
atau dirasakan dalam waktu pendek. Suatu contoh keracunan fenol dapat
menyebabkan diare dan keracunan gas CO dapat menimbulkan hilang
kesadaran atau kematian dalam waktu pendek ( detik, menit, jam ).
Kronis adalah suatu akibat keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis
kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka
panjang ( minggu, bulan atau tahun ). Menghirup uap benzena dan senyawa
hidrokarbon terklorinasi ( seperti kloroform, karbon tetraklorida ) dalam kadar
rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah
beberapa tahun.

2. Bahan Kimia Korosif / Iritant ( Corrosive Substances )


Dalam Laboratorium bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asam klorida
dan asam nitrat dapat kita kenal karena bisa merusak berbagai macam peralatan
dari logam. Bahan-bahan tersebut bila kena kulit juga dapat menimbulkan
kerusakan berupa rangsangan atau iritasi dan peradangan kulit. Oleh karena itu
bahan kimia korosif dapat pula disebut sebagai iritant.
(1) Bahan Kimia Korosif Cair
Dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi langsung dengan
kulit, proses pelarutan atau denaturasi protein pada kulit atau akibat gangguan
kesetimbangan membran dan tekanan osmosa pada kulit. Pengaruh iritasi akan
bergantung pada konsentrasi dan lamanya kontak dengan kulit. Asam sulfat
pekat dapat menimbulkan luka yang sukar dipulihkan.
(1) Contoh bahan korosif cair adalah :
 Asam mineral :
Asam nitrat HNO3
Asam Sulfat H2SO4
Asam klorida HCl
Asam Fluorida HF
Asam Posfat H3PO4
 Asam Organik :
Asam Formiat HCOOH
Asam Asetat CH3COOH
Asam monokloroasetat CH2ClCOOH
 Pelarut Organik :
Petroleum
Hidrokarbon terklorinasi
Karbon disulfide

Bahaya bahan kimia korosif dapat dihindari dengan menghindarkan


kontak dengan tubuh. Alat proteksi seperti sarung tangan, kacamata pelindung
dan pelindung muka perlu dipakai untuk menangani bahan kimia korosif. Pada
suhu kamar bahan-bahan korosif dapat pula mengeluarkan uap yang
korosif/irritant pula sehingga pelindung pernapasan (masker) perlu pula
digunakan.

(2) Bahan Kimia Korosif Padat


Iritasi yang ditimbulkan oleh zat padat korosif amat bergantung pada
kelarutan zat pada kulit yang lembab. Sifat korosif dari panas yang
ditimbulkan akibat proses proses pelarutan adalah penyebab iritasi. Demikian
juga zat tersebut dalam bentuk debu halus.
Contoh zat padat korosif sebagai berikut :
 Basa
Natrium hidroksida NaOH
Kalium hidroksida KOH
Natrium Silikat Na2O.xSiO2
Amonium Karbonat (NH4)2CO3
Kalsium Karbida CaC2
 Asam: Trikhloroasetat CCl3COOH
 Lain-lain
Fenol C6H5OH
Natrium Na
Perak Nitrat AgNO3

(3) Bahan Korosif Bentuk Gas


Bentuk gas, merupakan yang paling berbahaya dibandingkan bentuk
padat dan cair karena yang diserang adalah saluran pernapasan. Kelarutan gas
dalam permukaan saluran yang lembab atau lendir menentukan bahaya gas
tersebut disamping jenis zat. Jenis gas iritant dapat digolongkan pada besar
kecilnya kelarutan yang juga menentukan daerah serangan pada alat
pernapasan.
Golongan tersebut adalah sebagai berikut :
 Amat larut, dengan daerah serangan pada bagian atas saluran pernapasan
Amonia NH3
Asam Klorida HCl
Asam Fluorida HF
Formaldehida HCHO
Asam asetat CH3COOH
Sulfurklorida S2Cl2
Tionil klorida SOCl2
Sulfuril klorida SO2Cl2
 Kelarutan sedang. Efek pada saluran pernapasan bagian atas dan lebih
dalam (Bronchin):
Belerang Oksida SO2
Klor Cl2
Brom Br2
Arsen triklorida AsCl3
 Kelarutan kecil, tetapi efeknya pada alat pernapasan bagian dalam :
Ozon O3
Nitrogen oksida NO2
Fosgen COCl2

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar ( Flammable Substance )


Meskipun kebakaran tidak hanya terjadi dalam laboratorium kimia, tetapi
laboratorium kimia mempunyai kemungkinan besar untuk terjadinya kebakaran.
Hal ini disebabkan selain adanya penggunaan listrik dan pemanas lain, juga
banyaknya dipakai bahan kimia yang mudah terbakar atau menimbulkan
kebakaran.

Jenis – jenis bahan kimia mudah terbakar


Kebanyakan bahan kimia mudah terbakar dalam laboratorium dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yakni :
a. Padat: belerang, pospor merah dan kuning, hidrida logam, logam alkali dan
lain-lain.
b. Cair: eter, alcohol, methanol, n- heksana, benzene, aseton, pentane, dan
sebagainya.
c. Gas: hydrogen, asetilen dan sebagainya.

Pada umumnya zat cair lebih mudah terbakar daripada zat padat ; dan zat
gas lebih mudah terbakar daripada zat cair. Tetapi zat padat berupa bubuk halus
lebih mudah terbakar daripada zat cair atau mudah terbakar seperti gas. Diantara
ketiga jenis di atas, golongan cair adalah yang paling banyak terdapat dalam
laboratorium berupa pelarut-pelarut organik.
4. Bahan Kimia Mudah Meledak / Eksplosif ( Explosive Substance )
Bahan-bahan kimia reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak
atau eksplosif. Peledakan terjadi karena terjadi reaksi amat cepat yang
menghasilkan panas dan gas dalam jumlah besar.
Faktor-faktor penyebab Eksplosif
Penanganan bahan-bahan tidak stabil di atas harus berhati-hati, karena ada
beberapa factor yang amat berpengaruh pada proses terjadinya ledakan, yakni :
1. Suhu penyimpanan : semakin tinggi suhu semakin mudah terjadinya reaksi
eksplosif.
2. Benturan : gesekan mekanik : dapat menimbulkan pemanasan local yang
eksplosif. Hal ini dapat terjadi pada saat proses pencampuran , penggerusan
dan pengangkutan.
3. Kelembaban : Kelembaban yang tinggi dalam penyimpanan akan
menyebabkan adsorpsi air yang memudahkan reaksi kimia terjadi. Dengan
sendirinya tempat penyimpanan harus bebas dari atap yang bocor di waktu
hujan.
4. Listrik : yang mungkin dapat memberikan pemanasan dan atau loncatan api.
5. Pengaruh bahan kimia dalam penyimpanan : Bahan kimia reduktor akan
berbahaya bila dicampur atau berdekatan dengan bahan oksidator yang tidak
stabil.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada
suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat
menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat
penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada
peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari
bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api
rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam
memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal
ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
D. Label atau simbol bahaya
Label atau simbol bahaya bahan-bahan kimia serta cara penanganan secara
umum dapat diberikan sebagai berikut :

Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu


Contoh : amonium nitrat, nitrocelulosa
Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api dan panas.

Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya


api atau penyebab kesulitan dalam pemadam api .
Contoh : hidrogen peroksida dan kalium perklorat.
Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor.

Bahaya : mudah terbakar , meliputi :


(1) Zat terbakar langsung
Contoh : aluminium alkil posfor.
Keamanan : hindari campuran dengan udara
(2) Gas amat mudah terbakar
Contoh : butane, propane
Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.
(3) Zat sensitif terhadap air yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena
air atau uap.
(4) Cairan mudah terbakar Cairan dengan flash point di bawah 21oC
Contoh : aseton dan benzene.
Kemanan : jauhkan dari api terbuka, sumber api dan loncatan api .

Bahaya : Toksik berbahaya bagi kesehatan bila terisap, tertelan atau


kontak dengan kulit dan juga dapat mematikan.
Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida.
Keamanan : hindari kontak atau masuk kedalam tubuh , segera berobat ke
dokter bila kemungkinan keracunan.

Bahaya : Korosif atau merusak jaringan atau tubuh manusia.


Contoh : belerang dioksida dan klor.
Keamanan : hindari kontaminasi pernapasan , kontak dengan kulit dan
mata.
Bahaya : iritasi terhadap kulit , mata dan alat pernapasan
Contoh : amonia dan benzil klorida.
Keamanan : hindari kontaminasi udara pernapasan, , kontak dengan kulit
dan mata.

Bahaya : berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam


lingkungan kehiupan
Contoh bahan : ributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum
hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin, serta AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2
Keamanan : Hindari kontak atau bercambur dengan lingkungan yang dapat
membahayakan makhluk hidup, limbah dijauhkan dari lingkungan.

Bahaya : ahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan
dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran
Contoh bahan : Asetilen, Amonia, Etilen, Oksida, Klor, Ni, H
Keamanan : Diikat secara kuat pada penyangga, Bebas dari sinar matahari
langsung, Jauh dari saluran pipa panah diruangan yang ada peredaran hawanya, Gedung
harus tahan api, Memasang sprinkler

Bahaya : Karsinogenik, Teratogenik dan Mutagenik


Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang dengan bahan
ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:
a. karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
b. teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio;
c. mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genética;
d. toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
e. toksisitas terhadap sistem reproduksi; dan/atau f. gangguan saluran pernafasan.
Contoh bahan : Alkylating Agents(dimethyl sulfate, B-Propiolactotte,ethylmethane sulfonate
(EMS),Polycyclic dan Heterocyclic Aromatic Hydrocarbons (benz(a)anthracene,
benzo(a)pyrene, dibenz(a,h)anthracerie) dan Aromatic Amines(2-Naphtylamine/p
naphthylanzine, benzidine,dimethylarninoazobenzene)

Bahaya : Radioaktif

Contoh : karbon-14, uranium, plutonium


Cara penangannya : kalau tidak perlu, jangan menggunakan bahan ini karena bahan ini
memancarkan sinar-sinar radioaktif yang dapat merusak/mematikan sel-sel tubuh.
Pergunakan alat pelindung dari bahan radioaktif.

You might also like