Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS FARMASI
TAHUN 2022
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PBL
SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Disusun Oleh
NIK. 307112014
Mengetahui,
Dekan Fakultas Farmasi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan
sekaligus penulisan laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Advent Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 2022
sampai dengan 23 Desember 2022, dengan baik. Sehubungan dengan
terselesaikannya penulisan laporan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu, yakni :
1. Dr. apt. Purwaeni, S. Si., M. Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut
Kesehatan Rajawali dan dosen pembimbing Praktek Belajar Lapangan.
2. apt. Ani Haerani, S. Farm., M. Farm selaku dosen koordinator Mata kuliah
Praktek Belajar Lapangan.
3. apt. Martha Adiningsih S.Farm. selaku Kepala Instalasi Farmasi dan
pembimbing Lapangan di RS. Advent Bandung.
4. Seluruh Tenaga Kefarmasian mulai dari Apoteker, Tenaga Teknis
Kefarmasian, dan Pegawai lainnya yang bekerja di Instalasi Farmasi RS.
Advent Bandung yang telah membimbing selama kami melaksanakan Praktek
Belajar Lapangan (PBL).
5. Seluruh Pegawai RS. Advent Bandung yang melayani dan membimbing kami
dengan baik agar dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan Rumah Sakit
6. Kepada Orang Tua yang selalu memberikan dukungan dan doa.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
mahasiswa dalam dunia kerja yang sangat luas dan berbeda dengan apa yang
sudah didapat selama berada di perkuliahan mulai dari sistem pekerjaan, situasi
pengambilan keputusan, resiko dan hal lainnya.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian dari fasilitas yang
disediakan rumah sakit untuk menyelenggarakan kegiatan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Sedangkan itu prasarana rumah sakit yang juga harus tersedia adalah:
1. Instalasi air;
2. Instalasi mekanikal dan elektrikal;
3. Instalasi gas medik;
4. Instalasi pengelolaan limbah;
5. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
6. Petunjuk standar, dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
7. Instalasi tata udara;
8. Sistem informasi dan komunikasi;
9. Ambulan.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku;
d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini
berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi; Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang telah ditetapkan; pola penyakit; efektifitas dan keamanan; pengobatan
berbasis bukti; mutu; harga; dan ketersediaan di pasaran.
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
c. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan
proses pengadaan, dan pembayaran. Pengadaan dapat dilakukan melalui:
3) Sumbangan/Dropping/Hibah.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan merupakan kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan
baik.
e. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin
kualitas dan keamanan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang
dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai. Metode penyimpanan dapat dilakukan
berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out
(FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan
yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan
dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan
obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan
Obat emergensi harus menjamin:
16
1) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan.
2) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain.
3) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
4) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.
5) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit
pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock).
a. Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
b. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock
h. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.
Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai adalah untuk:
1) Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.
2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.
3) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan, kerusakan, kadaluwarsa, 23 dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai adalah:
1) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slowmoving).
2) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktutiga
bulan berturut-turut (death stock).
3) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
i. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari:
1) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian
19
2) Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian
dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan,
penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan
kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan.
3) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak
terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan
cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
20
1) Sumber daya manusia Instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain
agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Ketersediaan
jumlah tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit dipenuhi
sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan
oleh menteri. Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi
harus ada dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap
tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur di instalasi farmasi rumah sakit.
2) Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi Sumber Daya Manusia
instalasi farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:
3) Persyaratan SDM
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat).
c. Obat-Obat sitostatika.
Pada tahun 1990, Rumah Sakit Advent adalah salah satu rumah sakit
terbaik dalam fasilitas kesehatan. Satu ruang eksekutif dan 2 ruang VIP
24
diresmikan pada bulan April 2000, kemudian 10 ruang VIP ditambah pada
tahun 1997, sehingga rumah sakit ini berkapasitas 215 tempat tidur.
Pada September 2000, didirikan 2 tingkat Pusat Rawat jalan dan The
Newstart Plaza. Tahun 2003 ditambah satu wing di lantai 3 untuk 3 ruang rawat
inap dan 6 ruang Super VIP.
Rumah Sakit Advent Bandung adalah salah satu dari 500 rumah sakit
dan klinik dalam jaringan Hospital and Clinics Network sedunia yang dikelola
dan dimiliki oleh Gereja Masehi Advent hari Ketujuh.
Visi:
Rumah Sakit Advent Bandung “Menjadi yang terbaik dalam pelayanan
kesehatan di Bandung Tahun 2020”
Misi
Motto
Menuju Sehat Seutuhnya
BAB III
atau mungkin sebelum maupun sesudah makan. Hal ini dilakukan agar obat
dapat memberi efek terapi seperti yang diharapkan, selain itu juga untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3.2.2.1 PEMILIHAN
3.2.2.2 PERENCANAAN
Metode perencanaan yang dipilih oleh Rumah Sakit Advent Bandung
dalam melakukan kegiatan perencanaan kebutuhan adalah metode konsumsi.
Pedoman yang harus dipertimbangkan yaitu: anggaran yang tersedia,
penetapan prioritas (Rumah Sakit Advent Bandung menggunakan sistem
ABC/Pareto), sisa persediaan, data pemakaian priode lalu.
3.2.2.3 PENGADAAN
Pengadaan di Rumah Sakit Advent Bandung dilakukan dengan cara
transaksi dengan PBF dan PAK. Kreteria pemasok: aspek legalitas (SIUP,
Sertifikat CDOB, NPWP, Surat Penunjukan dari principal, alamat dan denah
bangunan, surat garansi jaminan keaslian produk); aspek penanggung jawab
(SIPA/SIKA); Aspek pelayanan; Harga diskon; Kualitas obat. Selain
melakukan pembelian kepada PBF atau PAK pengadaan di Rumah Sakit
Advent Bandung juga dilakukan melalui sumbangan dari pemerintah seperti
33
program ARV dan TB. Pengadaan dilakukan setiap dua kali dalam seminggu,
namun bisa saja dilakukan diluar jadwal tersebut apabila kebutuhan mendesak.
3.2.2.4 PENERIMAAN
Hal-hal yang diperiksa saat penerimaan diantaranya legalitas pemasok,
alamat tujuan pengiriman , kesesuaian faktur (nama, bentuk sediaan, kekuatan,
jumlah, stabilitas, suhu penyimpanan, no batch, kadaluarsa, harga, diskon).
Sebagai bukti bahwa barang yang diterima PBF sesuai, apoteker akan
menandatangani faktur dan salinan faktur ( 1 asli dan 3 rangkap salinan).
3.2.2.5 PENYIMPANAN
Perbekalan di Rumah Sakit Advent Bandung disimpan berdasarkan
kelas terapi (obat diabetes, antibiotik, ARV, sitostatik), bentuk sediaan dan jenis
sediaan yang disusun secara alfabetis dengan prinsip FEFO (tablet, sirup, krim,
inhaler, injeksi), LASA diberi tanda dan diseling seru.
3.2.2.6 PENDISTRIBUSIAN
Sistem pendistribusian yang diterapkan di Rumah Sakit Advent
Bandung yaitu desentralisasi (dilakukan oleh beberapa depo yang merupakan
cabang pelayanan di Rumah Sakit). Distribusi merupakan suatu rangkaian
kegiatan dalam rangka menyalurkan atau menyerahkan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai
kepada pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Pendistribusian di Instalasi Farmasi dari penyimpanan
gudang instalasi farmasi yang kemudian akan didistribusikan ke unit pelayanan
atau Depo yaitu Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat, Depo OK, dan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
3.2.2.8 PENGENDALIAN
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
ketersediaan obat dan BMHP. Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat dan BMHP. Pengendalian di lakukan dengan melakukan
stock opname minimal satu bulan sekali. Pengendalian sediaan farmasi di
Instalasi Farmasi RS. Advent Bandug dilakukan dengan secara komputerisasi
dan manual pada kartu stok sehingga memudahkan untuk mengetahui apabila
ada kekeliruan dari salah satu sistem tersebut dalam menyetok barang.
Dilakukannya pengendalian sediaan farmasi di Instalasi Farmasi bertujuan
untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, serta kehilangan.
3.2.2.9 ADMINISTRASI
Pelaporan dibuat unit Farmasi dalam kurun waktu tertentu melelui
sistem komputer . Contoh: (Narkotik → SIPNAP).
3.3.1 RESEP 1
Nama Pasien : Tn. AD
TTL : Bandung, 04/02/1960
Jaminan : BPJS
Alamat : Bangbayang Timur
Tanggal masuk : 13/10/2022 (15:08)
Tanggal keluar : 21/10/2022 (08:58)
DPJP : NSL, Sp.JP
3.3.2 RESEP 2
Nama Pasien : Tn. TS
TTL : Bandung, 19/05/1968
Jaminan : BPJS
Alamat : Dago Asri B-21, Bandung
Tanggal masuk : 17/10/2022 (12:24)
Tanggal keluar : 19/10/2022 (14:00)
DPJP : PT, Sp.JP(K)
3.3.3 RESEP 3
Nama Pasien : Ny. ES
TTL : Bogor, 13/04/1966
Jaminan : BPJS PBI
Alamat : Cijerokaso, Sukasari, Bandung
Tanggal masuk : 26/10/2022 (13:19)
Tanggal keluar : 27/10/2022 (12:30)
DPJP : IGS, Sp.JP
3.3.4 RESEP 4
Nama Pasien : Tn. TS
TTL : Bandung, 28/05/1949
Jaminan : BPJS CO
Alamat : Perum Bumi Rahayu, SUKABUMI
Tanggal masuk : 20/10/2022
Tanggal keluar : 26/10/2022
DPJP : PT, Sp.JP(K)
3.3.5 RESEP 5
Nama Pasien : Tn. IW
TTL : Blitar, 28/05/1966
Jaminan : UMUM
Alamat : KP.Baru, Bandung
Tanggal masuk : 18/10/2022
Tanggal keluar : 20/10/2022
DPJP : EM, Sp.PD-Sp.JP(K)
3.3.6 RESEP 6
Nama Pasien : Ny. SFO
TTL : Menado, 28/09/1958
Jaminan : UMUM
Alamat : Cimahi
Tanggal masuk : 17/10/2022
Tanggal keluar : 21/10/2022
DPJP : I, Sp.PD
3.3.7 RESEP 7
Nama Pasien : Ny. AA
TTL : Bandung, 27/06/1989
Jaminan : BPJS
Alamat : Dago Tengah, Bandung.
Tanggal masuk : 23/10/2022
Tanggal keluar : 30/10/2022
DPJP : NSL, Sp.JP
3.3.8 RESEP 8
Nama Pasien : Tn. DE
TTL : Bandung, 24/10/1958
Jaminan : BPJS
Alamat : Babakan Sukaresik, Bandung.
Tanggal masuk : 13/10/2022
Tanggal keluar : 17/10/2022
DPJP : TID, Sp.JP
3.3.9 RESEP 9
Nama Pasien : Tn. AMH
TTL : Bandung, 07/04/1949
Jaminan : BPJS
Alamat : Terong, Bandung.
Tanggal masuk : 16/12/2022
Tanggal keluar : 20/12/2022
DPJP : CC, Sp.N
3.3.10 RESEP 10
Nama Pasien : Ny. OK
TTL : Bandung, 01/01/1965
Jaminan : BPJS
Alamat : Kp. Gandok
Tanggal masuk : 19/10/2022
Tanggal keluar : 24/10/2022
DPJP : YW, Sp.N(K)
3.4.1 PENDAHULUAN
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan, terutama dalam pelayanan kefarmasian
yang merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan
kefarmasian dirumah sakit juga mengalami perkembangan. Tidak hanya
berupa bagaimana penyembuhan pasien atau mengurangi rasa sakit
melalui terapi pengobatan akan tetapi berkembang menjadi proses
kefarmasian yang pada intinya mengajak pasien dan keluarga untuk
bekerja sama dalam proses penyembuhan terorganisasi. Hal ini menuntut
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian untuk memberikan pelayanan yang
professional yang komprehensif meliputi aspek bio, psikososial, spiritual,
yang ditujukan pada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat ataupun
yang sakit.
mencatat lebih dari 117 juta orang meninggal akibat PJK diseluruh dunia pada
tahun 2002. angka ini diperkirakan meningkat 11 juta orang pada tahun 2020.
Di Indonesia, kasus PJK semakin sering ditemukan karena pesatnya perubahan
gaya hidup. Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka
kesakitan/kematiannya terlihat cenderung meningkat. Hasil survey kesehatan
nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk Indonesia
menderita PJK. Perbaikan kesehatan secara umum dan kemajuan teknologi
kedokteran menyebabkan umur harapan hidup meningkat, sehingga jumlah
penduduk lansia bertambah. Survey di tiga kecamatan di daerah Djakarta
Selatan pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi lansia melewati angka 15%
yang sebelumnya diperkirakan hanya 7,5% bagi Negara berkembang. Usia
lansia yang didefinisikan sebagai umur 65 tahun ke atas (WHO) ditenggarai
meningkatkan berbagai penyakit degeneratif yang bersifat multiorgan.
Prevalensi PJK (Penyakit Jantung Koroner) diperkirakan mencapai 50% dan
angka kematian mencapai lebih dari 80% yang berarti setiap 2 (dua) orang
lansia satu mengidap PJK dan jika terserang PJK maka kematian demikian
tinggi dan hanya 20% yang dapat diselamatkan.
padalengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju
ke otak (arterikaroid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam
arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan
jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta,
dan arteri-arteri serbrum.
3.4.3 ETIOLOGI
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit,
pindah dari alirandarah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang
mengumpulkan bahan-bahanlemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak
ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam
arteri.Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau
ateroma, terisidengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah
bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi
biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi
di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih
mudah terbentuk ateroma.
b. Hipertensi
Penelitian membuktikan bahwa peningkatan tekanan darah systole maupun
diastole, merangsang peningkan resiko atherosclerosis. Resiko ini
meningkat sejalan dengan keparahan hipertensi. Pada individu dibawah 45
tahun, hiperkolesterolemia tampaknya sebagai faktor resiko paling utama,
sedangkan hipertensi sebagai faktor resiko pada individu yang lebih tua.
Pemberian terapi anti hipertensi dapat menurunkan insiden penyakit yang
berhubungan dengan atherosclerosis, terutama stroke dan iskemia jantung.
c. Merokok Sigaret
Ditemukan hubungan yang kuat dan menetap antara merokok sigaret
dengan komplikasi dari atherosclerosis, yaitu ischaemic heart disease.
Hubungan ini paling kuat terjadi pada pria umur 35-55 tahun. Resiko ini
akan menurun setelah penghentian merokok.
d. Diabetes Mellitus
Kelainan metabolik ini dapat menimbulkan kelainan atherosclerosis pada
umur dini dan mempercepat progresivitasnya. Diabetes mellitus ini dapat
mengakibatkan peningkatan kadar lemak darah yang selanjutnya akan
menimbulkan atherosclerosis.
e. Resistensi insulin
Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan darah gula kedalam
sel di mana itu digunakan dan resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak
50
f. Inflamasi
Inflamasi berkaitan erat dengan aterogenesis melalui aktivasi dan proliferasi
makrofag, sel endotel, dan sel otot polos pembuluh darah. Pada individu
yang sehat, makrofag tersebar di semua jaringan. Inflamasi umumnya
berawal dari cedera endotel yang diakibatkan oleh suatu mekanisme
Vaskular Cell Adhesi Molekul 1 (VCAM-1) sehingga terdapat banyak di
dinding endotel yang cedera atau rusak. Dengan adanya VCAM-1, maka
monosit akan menempel di VCAM-1 kemudian masuk ke sela endotel yang
rusak. Saat itu monosit mengaktifkan sitokin dan berubah menjadi makrofag
(Peter, 2002).
b. Umur
Sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup
faktorgenetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di
arteri - pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun
menyebabkan tanda-tanda ataugejala, pada pria, risiko meningkat setelah
usia 45, sedangkan pada wanita, risikomeningkat setelah usia 55.
c. Stres emosional
Stress berhubungan dengan aliran darah lokal yaitu aliran darah relatif
lambat tetapi mengalami oksilasi cepat yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan dan berlanjut pada disfungsi endotel yang merupakan cikal bakal
aterosklerosis. Mudah rupturnya plak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti : plak yang eksentrik non kalsifikasi, tipisnya fibrous cap, luasnya
51
d. Hiperuricemia
Hiperurisemia adalah kondisi ketika kadar asam urat di dalam tubuh sangat
tinggi hingga melebihi batas normal. Secara kilinis, hiperurisemia dapat
menyebabkan gout dan batu ginjal.
3.4.4 PATOFISIOLOGI
Secara patofisiologi aterosklerosis terjadi akibat proses kronik dari lesi
dinding arteri. Terjadinya lesi arteri berhubungan dengan retensi lipid di tunika
intima oleh matriks proteoglikan yang menyebabkan modifikasi dan inflamasi
arteri.
3.4.5 KLASIFIKASI
1. Asterosklorosis tipe 0
Berdasarkan klasifikasi Asterosklorosis tipe 0 ini bahwa dalam
Aterosklerosis tipe ini tidak adanya penebalan pada lapisan intima.
5. Asterosklorosis tipe Vb
Sedangkan pada Asterosklorosis tipe V b ini terdapat plak dengan
lipid core atau jaringan fibrotik. Dalam Asterosklorosis tipe V b ini akan
menyebabkan terjadinya pengerasan pada pembuluh darah yang besar,
pengerasan pada pembuluh darah ini jika terjadi pada otak dapat
menyebabkan pembuluh darah pecah di otak, yang akan menyebabkan otak
mengalami kelainan penyakit otak.
6. Asterosklorosis tipe Vc
Untuk Asterosklorosis tipe V c ini terdapat plak pada jaringan fibrous.
Namun pada Asterosklorosis tipe ini tidak terdapat lipid core. Selanjutnya
Asterosklorosis pada jenis ini kemungkinan pengerasan pembuluh darah
sangatlah kecil. Sehingga hal ini dapat menyebabkan beberapa kelainan
yang akan terjadi pada pembuluh darah yang nantinya dapat membuat
pembuluh darah menjadi abnormal.
55
3.4.6 ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Nyeri dada dan sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien Tn.AD datang ke IGD RS. Advent
Bandung jam 15:08 tanggal 13/10/2022 dengan keluhan nyeri dada dan
sesak nafas. Dilakukan tindakan pemeriksaan calcium ion, MHC, Eritosit,
ureum hematokrit, eosinophyl, natrium, neotrophyl, lymphocyte,
hemoglobin, WBC, ceratine, eGFR, dan Troponin T Quantitative Setelah
dilakukan pemeriksaan dilakukan tes daignostik Diagnostic ultrasound of
heart, Electrocardiogram, Insertion of inwellding urinary catheter,
Injection of insulin, Microscopic examination of blood, Other microscopic
examination, Injection of infusion of other therapeutic or prophylactic
substance. Didapatkan diagnosa Atherosclerotic heart disease,
sebelumnya Tn.AD memiliki riwayat penyekit jantung dan DMT2.
3.4.12 PATHWAY
3.4.13 PENATALAKSANAAN
1. Modifikasi diet atau obat utuk menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida
2. Asprin atau obat ± obat anti- trombosit untuk mengurangi
pembentukan troumbus
3. Program olah raga yang terancang baik dapat meningkatkan
pembentukan pembuluh kolateral disekitar bagian yang tersumbat
dan dapat menurunkan jumlah lemak dalam darah serta meningkatkan
HDL
4. Pada pengidap diabetis, kontrol gula , kurangi merokok
5. Tindakan inavasif : PTCA ( percutaneous Transluminal Coronaria
Angioplasty ), dikenal sebagai pemasangan cincin pada pembuluh darah
yang tersumbat, pemasangan ini dilakukan apabila kurang dari 3
pembuluh darah yang tersumbat.
5. Furosemide (IV)
6. Ramipril (5 mg – 0 – 0)
7. Nebulisasi
8. Ciprofloxacine (1 x 400 mg)
9. Ceftazidime (2 x 2 gr IV )
10. Nac (3 x 1 tab)
11. Novorapid (3 x 6 unit SC)
12. Concor (1 x 1,25 mg tab)
13. Lovenox (2 x 0,6 ml SC)
14. Aspilet (1 x 1 tab)
15. Infus NS KO
16. Ca Gluconas dalam NS 100 cc drip/2 jam
BAB IV
PEMBAHASAN
identitas, maka pasien umum atau asuransi dapat keruang perawat atau
melakukan cek tensi, BB, TB, dan lain-lain. Setelah itu pasien dapat mengantri
atau menunggu di ruang dokter dan dilakukan pemeriksaan jika terdapat
pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan laboratorium maka pasien akan
melakukan pemeriksaan lebih lanjut baru kembali lagi kedokter dengan
membawa rekam medis dan dibaca hasilnya untuk didiagnosa, dan selanjutnya
diberi terapi (resep obat), pasien akan ke instalasi farmasi rawat jalan untuk
memberikan resep, selanjutnya pasien memlakukan pembayaran dikasir,
terakhir bukti pembayaran diberikan ke Instalasi Farmasi Rawat Jalan baru
obat dapat di berikan kepada pasien. Alur pelayanan resep RS. Advent
Bandung secara umum : Resep diterima – lalu dilakukan pencetakan etiket –
mengambil obat yang tertera diresep – pengambilan obat dengan terlebih
dahulu menulis kartu stok – kemudian obat-obat yang diresepkan diserahkan
ke meja pengemas – dilakukan pengecekan obat kembali dan pengemasan –
obat diberikan kepetugas didepan untuk dilakukan PIO.
ini disebabkan karena suplai oksigen yang tidak mencukupi ke sel-sel otot-otot
jantung dibandingkan kebutuhannya, bahkan lemak atau kolesterol terkumpul
di bawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri. Selanjutnya sesak nafas
pada aterosklerosis disebabkan karena jantung tak dapat memompa cukup
darah yang kaya oksigen ketubuh, jika otak, otot, atau organ tubuh lain tidak
mendapatkan oksigen yang cukup, rasa sesak didada dan napas pendek dapat
terjadi hal ini juga bisa terjadi karena oksigen yang dibawa oleh darah tidak
dapat tersuplai ke paru-paru dengan baik dan cukup.
Untuk terapi medikamentosa ada dua cara yang dapat digunakan yaitu
dengan menurunkan kadar kolesterol LDL dan dengan memberikan obat-
obatan anti inflamasi. Serta pengobatan komplikasi atau penyakit penyerta
yang diderita pasien. Aterogenesis dapat berlajut disebabkan oleh karena
adanya proses inflamasi vaskular. Ada yang menyebutkan bahwa proses
inflamasi berkaitan dengan kadar kolesterol yang tinggi, namun bisa juga
disebabkan oleh karena kuman. Ada beberapa obat yang dapat diberikan
berkaitan dengan mekanismenya untuk menghambat terbentuknya kolesterol
LDL antara lain: Atorvastatin (statin) merupakan obat pilihan utama untuk
menurunkan kadar kolesterol LDL. Statin dapat menurunkan kadar LDL lebih
dari 55% dan trigliserida (TG) lebih dari 30%, dengan demikian diharapkan
dapat menaikkan kadar HDL lebih dari 15%. Target terapi harus sudah tercapai
dalam 6 minggu. Dapat terjadi efek samping pada liver namun jarang terjadi,
sebaiknya tetap dikontrol fungsi liver pada pasien. Selanjutnya Angiotensine
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) dan Angiotensin Receptor Bloker
(ARB). Memiliki mekanisme kerja anti-oksidan, anti inflamasi dan anti-
proliferatif yang bekerja secara langsung, obat-obat ACEI dan ARB yang
diberikan ke pasien dalam terapi antara lain; Ramipil obat ini berfungsi
memperbesar pembuluh darah agar jantung lebih mudah memompa darah ke
seluruh tubuh, obat ini umumnya digunakan untuk menangani tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan gagal jantung. Namun, obat ini juga bisa membantu
mencegah serangan jantung, stroke, dan gangguan ginjal, terutama pada orang
dengan risiko medis tinggi seperti pasien dengan penyakit jantung maupun
diabetes. Selanjutnya golongan antiplatelet adalah salah satu jenis obat
pengencer darah. Obat ini digunakan oleh penderita stroke dan penyakit
jantung, terutama penyakit jantung koroner, untuk mencegah penggumpalan
darah. Obat ini juga digunakan jika terjadi penyempitan pembuluh darah di
tungkai, yaitu pada penyakit arteri perifer. Obat-obatan antiplatelet yang diberi
ke pasien antara lain; aspirin dan clopidogrel. Aspirin bekerja dengan
menurunkan aktifitas trombosit, selain itu dapat juga menurunkan aktifitas
mediator inflamasi (misalnya:CRP, TNF, IL-6 dan I-CAM) dan menghambat
proliferasi sel otot polos vaskular. 4. Agonist Peroxisome Proliferator
Activated Receptor-ɣ (Agonist PPAR- ɣ). Bekerja dengan menurunkan IL-4,
IL-5 dan IL-13 serta menurunkan ekspresi gen proinflamatori. Selanjutnya
64
clopidogrel adalah obat untuk mencegah stroke dan serangan jantung pada
penderita penyakit jantung atau gangguan pembekuan darah. Selanjutnya
trombo aspilet berfungsi untuk mencegah pembekuan darah, dengan mencegah
pembekuan darah dapat menurunkan kemungkinan untuk terkena resiko
serangan jantung dan stroke pada pasien yang baru menjalani operasi
pembuluh darah. Terapi obat selanjutnya ilalah terapi obat diabetes yang
dialami pasien yakni novorafid, obat ini mengandung insulin, digunakan untuk
mengurangi tingkat gula darah tinggi pada orang dewasa, remaja dan anak-
anak berusia 10 tahun ke atas dengan diabetes mellitus (kencing manis).
Novorapid digunakan untuk memasukkan insulin guna membantu
memperbaiki produksi insulin yang dihasilkan tubuh. Terakhir aterosklerosis
dapat memicu terjadinya inflamasi. Penyebab inflamasilah yang memicu
terbentuknya plak yang disebabkan karena bakter, virus maupun jatung,
sehingga pasien juga di beri terapi obat antibiotik yakni ciprofloxacine dan
ceftazime.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari Praktek Belajar Lapangan dan studi kasus yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Advent Bandung dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Praktek Belajar Lapangan merupakan bentuk penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dan pelatihan untuk bekerja secara langsung yang dapat
memberikan kesempatan bagi mahasiswa Sarjana Farmasi untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkulihan serta menambah
keterampilan, pengetahuan, dan wawasan.
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian dari suatu rumah sakit dibawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang
berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan kefarmasian, yang
terdiri dari pelayanan paripurna mencakup perencanaan, pengadaan,
produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi,
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal maupun rawat
jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit.
3. Pengelolaan obat yang dilakukan di Rumah Sakit Adent Bandung sudah
sesuai dengan Permenkes RI No.72 tahun 2016 pasal 3 ayat 2 yaitu meliputi
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan
pelaporan.
4. Pelayanan di Rumah Sakit Advent Bandung telah memenuhi persyaratan
sesuai dengan SOP.
5. Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan di 5 Depo yaitu: Depo Rawat Jalan,
Depo BPJS, Depo Rawat Inap, Depo IGD, dan Depo Gudang.
5.2 SARAN
Melakukan pelayanan farmasi klinik dalam rangka pharmaceutical
care,diantaranya dengan menambah jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Interna Publishing: Jakarta
Bunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Ed. 8 Vol 1.
EGC: Jakarta.
Charles J. P. Siregar., Lia Amalia, 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Corwin, Elizabeth. 2001. Patofsiologi. EGC. : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. Peraturan menteri Kesehatan
Nomor 1045/Menkes/PER/XI tentang pedoman organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2009. Undang-Undang Repubik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.Jakarta.
Fukumoto. Et al. 2017. Conflicting relationship between agedependent disorders,
valvular heart disease and coronary artery disease by covariance structure
analysis. Possible contribution of natriuretic peptide. Division of Cardiology,
Departement of Internal Medicine, The Jikei University School of Medicine,
Tokyo, Japan, Volume 2, Number 4 October 2017.
Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI
Kemenkes RI. 2009. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 Tentang Pekerjan Kefarmasian. Jakarta
Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/Menkes/PER/III Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta
Libby Peter, 2003. The Pathogenesis of atheroclorosis. In: Kasper Demis L. Fauci
Anthony S, Longo dan L et. Al Hanison’s principes of internal
medicine.sixteenth Edition, USA: MoGraw-Hill. 513-30.
Muntakin, Arif . 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.Salemba Medika: Jakarta
Patter Libby. Paul M. Ridker and Attilo Maseri. 2002. Inflamation and
Atherosclerosis. AHA105: 1135-1143.
WHO. 2019. Cardiovascular Diseases. Wolrd Healt Organization, Geneva.
67
LAMPIRAN
Farmasi Kemoterapi
w
w
w
w
w
w
w
w
Bimbingan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
w
71