You are on page 1of 9

MAKALAH

KEARIFAN LOKAL

DI SUSUN OLEH:

ALDI (2022 01 001)

TEKNIK KESELAMATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN

TRI TUNAS NASIONAL

TAHUN AJARAN

2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...........................................................................................................3

A.PENDAHULUAN..............................................................................................................4

B. ADAT DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT JENEPONTO..................................6

C.KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................9


KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, 30 september 2023

Aldi

A.PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang kaya akan berbagai potensi
sumberdaya laut maupun perbendaharaan kultur yang menjadi bagian terpenting dalam
sebuah masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari para saintis yang bergelut dalam
dunia maritim, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
pulau ± 17.507 buah pulau.

Selain perairan yang subur dan mengandung sumberdaya biotik yang melimpah hingga
dapat dieksploitasi 6,7 juta ton per tahun tanpa membahayakan kondisi keberlangsungan
sumberdayanya, kekayaan negeri ini juga tergambar dari berbagai potensi sosial budaya
yang menjadi bagian terpenting dari kehidupan masyarakat. Perbendaharaan kultur
masyarakat bahari secara sederhana sering diistilahkan sebagai sebuah wujud kearifan
lokal. 1 ( Lampe, 2008: 5).

Social capital masyarakat bahari yang terwujud dalam berbagai tadisi ataupun
perbendaharaan kultur manusia Indonesia dapat kita temukan di berbagai daerah di
Indonesia termasuk di belahan Selatan pulau Sulawesi. Pulau yang disebut dengan istilah
Celebes ini menyimpan berbagai potensi budaya yang sarat akan makna dan nilai terhadap
penganutnya. Potensi budaya tersebut terwujud dalam berbagai bentuk, salah satu
diantaranya adalah pelaksanaan upacara adat yang terkadang menjadi ciri khas dari sebuah
masyarakat, tak terkecuali bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Jeneponto, khususnya
mereka yang bermukim di sekitar desa Balang Loe Tarowang (Baltar), Kecamatan
Tarowang.2

Eksistensi sebuah ritual kebudayaan yang sering disebut sebagai upacara adat
masyarakat bahari di Desa Baltar yang disebut sebagai acara je’ne’-je’ne sappara menjadi
suatu hal yang mutlak dan mesti dilestarikan oleh masyarakat setempat dari tahun ke tahun.
Teezzi, Marchettini, dan Rosini dalam Ridwan (2007: 3), mengatakan bahwa akhir dari
sedimentasi modal sosial (social capital) ini akan mewujud menjadi tradisi. Berdasar pada
pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa je’ne’- je’ne’ sappara sebagai sebuah
tradisi dan adat masyarakat bahari di Desa Baltar merupakan suatu wujud modal sosial
(social capital) yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat hingga saat ini. Dan ini
merupakan hal yang mereka harus hadiri dan saksikan.1

Kondisi ini telah dikemukan oleh beberapa informan. Salah satuya adalah AP
bahwa ;“Kalau masukmi bulan Safar, pasti semua orang yang ada darah turatea atau
disebut sossoranna tau Tarowanga akan kembali kesini untuk merayakan acara ini. Mau
tidak mau mereka pasti datang selama mereka mampu. Kalaupun mereka tidak datang,
selalu saja ada sumbangsinya yang ia berikan misalnya dengan mengirim dana untuk
membantu pelaksanaan acara ini. Jadi tidak heran kalau acaranya berlangsung, selalu
tong ada itu orang dari Jawa, Kalimantan, Sumatera bahkan dari Negeri seberang”
(Wawancara, 05 April 2012).2

Selain AP, pengakuan tentang fungsi solidaritas sosial yang lahir sebagai efek
adanya perayaan acara je’ne’- je’ne’ sappara ini juga dikemukakan oleh informan yang
tidak lain adalah informan kelahiran Jeneponto, 14 Mei 1952 dan merupakan putra dari
Raja Tarowang XIV yakni AS. Beliau berpendapat sebagai berikut :

“Betul-betul acara je’ne’- je’ne’ sappara ini punya fungsi yang sangat baik.
Bayangkan saja, setiap tahun itu rumah-rumah penduduk disini akan penuh
karena banyaknya keluarga yang dating dari berbagai daerah. Jadi bagusnya
karena kita bisa kembali dipertemukan dengan keluarga dan berkumpul
kembali. An asal kita tau, mereka yang jauh pasti akan datang untuk merayakan
acara ini. Biarpun mungkin aparat desa tidak rayakan acara ini, mereka akan
datang dan rayakan sendiri karena dianggap warisan orang tua yang harus
dijaga” (Wawancara, 10 April 2012)

B. ADAT DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT JENEPONTO

1
2
Kebudayaan adalah hasil manusia baik yang bersifat materi, maupun yang nonmateri.
Seperti detailnya bahwa kebudayaan itu mempunyai tujuh unsur, yakni sistem mata
pencaharian hidup (ekonomi), peralatan hidup (tehnologi), ilmu pengetahuan, sistem social,
bahasa, kesenian, dan sistem religi. Jika dihubungkan dengan sejarah, maka kebudayaan
sangat erat kaitannya karena sejarah adalah suatu ilmu yang selalu membahas ketujuh unsur
kebudayaan dilihat dari segi waktunya. Jadi detailnya jika kita melihat kebudayaan dari
kaca mata sejarah, berarti dalam pembahasannya kita akan mencoba membahas sejumlah
peninggalan-peninggalan kebudayaan Kabupaten Jeneponto.3Di jenneponto memiliki
berbagai aneka ragam adat ,

Salah satu adat masyarakat di beberapa kota/kabupaten di sulawesi selatan adalah


mandi safar atau yang orang lebih kenal dengan sebutan je'ne sappara,suatu adat budaya
yang sebenarnya telah kurang di ekspos maupun dikerjakan,namun dibeberapa daerah
budaya ini masih terjaga,sebut saja Je'neponto,Bone,dan Pangkep.4dan seperti halnya
upacara adat masyarakat bahari di Desa Baltar yang disebut sebagai acara je’ne’-je’ne
sappara menjadi suatu hal yang mutlak dan mesti dilestarikan oleh masyarakat setempat
dari tahun ke tahun. eeTzzi, Marchettini, dan Rosini dalam Ridwan (2007: 3), mengatakan
bahwa akhir dari sedimentasi modal sosial (social capital) ini akan mewujud menjadi
tradisi. Berdasar pada pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa je’ne’- je’ne’
sappara sebagai sebuah tradisi dan adat masyarakat bahari di Desa Baltar merupakan suatu
wujud modal sosial (social capital) yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat hingga
saat ini. Dan ini merupakan hal yang mereka harus hadiri dan saksikan.7

4
7 - Dec - 2014 | 23:03 | by: Admin1 Jeneponto, beritakotaonline – Melihat antusiasme
ribuan pengunjung yang datang, baik masyarakat lokal maupun luar daerah. bahkan dari
luar Provinsi pun datang mengahadiri acara adat tahunan, jene jene sappara tentunya
sebagai ikon tersendiri untuk datang ke jeneponto jelas Bupati jeneponto Drs H iksan
iskandar yang disambut dengan pengalungan Sarung sutera oleh gadis Balangloe Tarowang
, juga hadir kadis PPKAD H Basyir Bohari Asisten iI H Arifin Kulle Kadis kesehatan dr H
Syafruddin Nurdin. kabag Humas H Din Hajad Kurniawan Camat Tarowang H syahrul
kades Balangloe Satria Dukka serta ribuan pengunjung jene jene sappara di Pantai Baltar
pada hari minggu
Lanjut Iksan iskandar katakan bahwa saya sangat senang dengan
pelestarian budaya jene – jene sappara ini adalah suatu bentuk budaya turun temurun dari
Karaeng karaeng Tarowang sebagai pendahulu kita yang perlu di lestarikan . Hal ini
sebagai bentuk kesyukuran masyarakat Tarowang . Makanya saya sebagai Bupati jeneponto
bermaksud membantu infrastuktur baik gedung,kolam renang dan lainnya.Hanya satu
permintaan yang perlu kita sepakati yaitu menjaga kenyamanan dan keamanan agar touris
lokal dan internasional datang didaerah ini untuk melihat budaya seperti assempa a olle dan
lainnya yang tidak ada duanya ditempat manapun makanya perlu dilestariakan jelas H Iksan
Iskandar.Sementara Kades Balangloe Tarowang Satria Dukka katakan bahwa pelaksanaan
jene – jene sappara dilakasanakan setiap tahun. bulan syafar kebutulan jatuh pada hari
ini,yang dimana pestival kesenian balangloe seperti lomba pasempa,a,olle dan lainnya
sebagai bentuk kesyukuran masyarakat Tarowang melakukan jene jene Sappara, juga
sebagai bentuk silaturahmi antara masyarakat yang ada di daerah ini dengan masyarakat
balangloe Tarowang yang bermukin diluar daerah jelas Satria Dukka ( Sul ).
C.KESIMPULAN DAN SARAN

Dari kebudayaan atau kearifan lokal diatas

You might also like