You are on page 1of 25

KEKHASAN HEREMENEUTIKA PAUL RICOEUR

Widia Fithri, M. Hum


Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Baonjol Padang
e-mail : widia_fithri@yahoo.com

Abstract: Paul Ricoeur’s hermeneutics has its own characteristics if it is viewed from
hermeneutics in general. Paul Ricoeur analyses school of hermeneutics that has already
developed. He then tries to unite the schools in a much bigger scheme by appreciating the
significant role played by the structuralist analysis. The unique of Paul Ricoeur’s hermeneutics
lies in its study of text based on contect. Ricoeur’s concept of hermeneutics is classified as
affirmative postmodernistic school. He is of the opinion that the role of an author is absent, for
the author is absent at the time when someone tries to understand a text. What is really present
in the text is the style of the author in the form of certain genre.
Keywords: Hermeneutics, structuralistic analysis, affirmative postmodernism.

Abstrak : Hermeneutika Paul Ricoeur memiliki tipologi tersendiri dalam peta herme-neutika.
Paul Ricoeur menganalisis secara tajam aliran-aliran hermeneutika sebelumnya. Paul Ricoeur
menyatukan kembali aliran hermeneutika dalam skema yang lebih besar yang mengapresiasi
peran penting yang dimainkan oleh analisis strukturalis. Paradigma teks yang berpusat pada
konteks dan pembaca inilah yang merupakan keunikan konsep hermeneutika Paul Ricoeur.
Konsep hermeneutika Paul Ricoeur diposisikan pada kelompok postmodernis afirmatif. Paul
Ricoeur melihat peran pengarang absen, karena pengarang tidak hadir ketika seseorang
memahami teks. Yang hadir dalam teks adalah gaya pengarang dalam sebuah genre tertentu.
Kata Kunci : hermeneutika, analisis strukturalis, postmodernis afirmatif.

Kata “hermeneutika “ merupakan terjemahan Hermeneia atau interpretasi menaruh


dari bahasa Inggris yakni hermeneutics. perhatian pada setiap wacana (discourse)
Hermeneutics merujuk pada kata kerja dalam yang bermakna. Wacana yang bermakna ada-
bahasa Yunani hermeneo yang berarti meng- lah hermeneia, menginterpretasikan realitas
ungkapkan pikiran seseorang dalam kata- yaitu mengatakan sesuatu tentang sesuatu.
kata. Hermeneutika selanjutnya dipahami Wacana adalah sebuah pernyataan diskursif,
sebagai ilmu atau seni menafsirkan teks. suatu bentuk penangkapan realitas melalui
ekspresi yang bermakna, bukan sebuah
Literatur filsafat mencatat Aristoteles
pilihan di antara kesan-kesan yang berasal
merupakan filsuf awal yang menaruh per-
dari benda di dalam dirinya sendiri (Bleicher,
hatian pada hermeneutika melalui karyanya
1980: 237).
Peri Hermenias atau de Interpretation.
Aristoteles (1941: 40) berpendapat kata The Encyclopedia of Philosophy volu-
tuturan (spoken word) merupakan simbol me ketiga (1967:489) menjelaskan herme-
pengalaman batin dan kata yang ditulis neutika is the outlook associated with the
(written word) merupakan simbol dari kata hermetic writings, a literature in Greek wich
tuturan. Pengalaman batin yang disimbolkan developed in the early centuries after Christ
adalah sama untuk semua orang. under the name " Hermes Trismegistus”.

187
188 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

Much of it is concerned with astrology, wati suatu ungkapan pikiran yang kurang
philosophy hermetic literature. Kata jelas menuju ke pengertian yang lebih jelas,
hermenios diasosiasikan pada dewa Hermes bentuk pemikiran yang kurang jelas diubah
yang bertugas mentransmisikan pesan Jupiter menjadi bentuk yang lebih jelas.
kepada manusia. Hermes bertugas menerje- Hermeneutika pada abad tengah
mahkan pesan dari Dewa ke dalam bahasa memasuki ranah interpretasi terhadap Bibel
yang mudah dimengerti oleh manusia. Her- oleh Chladenius dan Spinoza. Hermeneutika
mes memiliki arti penting dalam menjaga pada masa ini, tertuju pada teks-teks klasik
kesalahpahaman yang berakibat fatal dalam dengan metode filologi dalam rangka
memahami pesan dewa (Sumaryono: 1999:
menafsirkan teks-teks kitab suci. Kedua
23-24). tokoh tersebut belum menyusun konsep
Ricard E. Palmer (1969: 13), dalam hermeneutika secara sistematis melainkan
tradisi Yanani kuno, kata hermeneuin dan menekankan kesadaran kritis kepada para
kata hermeneia dipakai dalam tiga makna pelajar Bible untuk berani skeptis terhadap
yakni :1) mengatakan (to say) 2) menjelaskan para pengajarnya dan berani untuk bersikap
(to explain) dan 3) menerjemahkan (to mandiri dalam melakukan interpretasi
translate) tiga makna ini dalam bahasa (Warnke, 1987: 10).
Inggris diekspresikan dalam kata : to
Pemikiran Martin Luther terhadap
Interprete. Interpretasi dengan demikian
teks-teks injil terutama bagian-bagian yang
menunjukkan pada tiga hal pokok :
ambigu, telah memberi pengaruh terhadap
pengucapan lisan (and oral rasitation),
kelahiran hermeneutika. Philip Melanchton
penjelasan yang masuk akal (reaseanable
dan Matthias Flacius Illyricus (1520-1575)
explanation), dan terjemahan dari bahasa lain
adalah tokoh yang mengembangkan herme-
(a translation from anather language).
neutika khusus yang berguna sebagai kunci
Budi Hardiman (1991 : 3) menguraikan
untuk memahami bagian-bagian yang sulit
lebih lanjut makna hermeneutika yakni : 1)
dari scripture (Grondin, 2007: 46-48).
mengungkapkan pikiran seseorang dalam
kata-kata. 2). Menerjemahkan 3) Bertindak Hermeneutika kemudian berkembang
sebagai penafsir. Ketiga pengertian di atas memasuki perdebatan yang sangat luas dalam
sebenarnya mau mengungkapkan bahwa teori umum mengenai interpretasi yang
hermeneutika merupakan usaha untuk beralih muncul pada masa Friedrich Ernst Daniel
dari sesuatu yang relative gelap ke sesuatu Schleiermacher. Schleiermacher membuka
yang lebih terang. Pengertian pertama, ruang interpretasi yang semula terbatas pada
hermeneutika dapat dipahami sebagai sema- teks-teks klasik menuju persyaratan bagi
cam peralihan sesuatu yang relative abstrak sebuah pemahaman sehingga makna dapat
dan gelap, yakni pikiran-pikiran, ke dalam dipahami.
bentuk ungkapan-ungkapan yang jelas yaitu Schleiermacher mengarahkan herme-
dalam bentuk bahasa. neutika pada seluruh bentuk ekspresi
Pengertian kedua, hermeneutik sebagai manusia baik berupa tulisan maupun lisan.
suatu usaha mengalihkan diri dari bahasa Rumusan Schleiermacher mengenai sebuah
asing, yang maknanya gelap ke dalam bahasa sistem aturan interpretasi membawa perkem-
yang dipahami maknanya secara jelas. bangan hermeneutika menjauh secara gradual
Pengertian ketiga, hermeneutika merupakan dari titik awalnya yang bersifat dogmatis.
suatu tindakan menafsirkan sesuatu, mele- Hermeneutika umum tidak memperbolehkan
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 189

penggunaan metodologi khusus bagi sebuah dan dominasi ikut membantu mengkonteks-
teks istimewa seperti Al Kitab. Satu-satunya tulisasikan konteks pemikiran dan tindakan.
izin yang dapat dibuat bagi muatan spesifik Hermeneutika yang memperlihatkan usaha
semacam itu hanya terdapat di dalam aneka yang bersifat kritis tehadap asumsi-asumsi
warna penggunaan metode-metode yang idealis baik dari teori hermeneutika maupun
disetujui oleh ilmu hermeneutika (Palmer: dari filsafat hermeneutika. Hermeneutika
1969, 11-12). kritis berusaha menyelidiki aspek-aspek
ideologis dari suatu peristiwa yang mungkin
Josef Bleicher (1980: 1) selanjutnya
tidak diperhitungkan dalam proses penafsiran
merumuskan hermeneutika kontemporer.
sebuah teks. Hermeneutika memperhatikan
Her-meneutika kontemporer di bagi menjadi
pertimbangan-pertimbangan esktra-linguistik
tiga bidang yang jelas-jelas terpisah yakni
sebagai faktor yang ikut membentuk dan
teori hermeneutika, filsafat hermeneutika dan
menentukan teks pikiran dan aksi seperti
hermeneutika kritis. Teori hermeneutika
kerja dan kekuasaan.
memusatkan perhatian pada persoalan teori
umum interpretasi sebagai metodologi bagi Beberapa tokoh penting yang mewa-
ilmu-ilmu humaniora (Geisteswis-sens - kili sejarah perkembangan hermeneutika di
chaften). Teori hermeneutika membahas antaranya:
interpretasi sebagai suatu metode untuk 1. Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher
ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial. Friedrich Ernst Daniel Schleier-
Teori hermeneutika membahas pedo-man- macher (1768-1834). Schleiermacher lahir di
pedoman ketentuan-ketentuan yang Breslau, Silesia. Schleiermacher tidak pernah
seharusnya ada untuk mengungkap makna menulis suatu traktat yang sistematik tentang
dari masa lampau menuju masa sekarang. hermeneutika, dan hanya meninggalkan be-
Filsafat hermeneutika sangat berbe- berapa catatan kecil, kumpulan kuliah,
da dari teori interpretasi. Filsafat herme- catatan-catatan pinggir serta dua ceramah di
neutika mengungkapkan dan mendeskrip- depan akademisi Prussia (Poespoprodjo,
sikan fenomenologis tentang Dasein. Manu- 1985: 8).
sia menjadi pusat perhatian dalam tempora- Sejarah perjalanan hermeneutika me-
litas dan historisitasnya. Filsafat hermeneu- letakkan Schleiermacher pada posisi penting
tika yaitu hermeneutika yang berusaha me- di mana untuk pertama kalinya masalah pe-
ngembangkan pemikiran filsafat berdasarkan mahaman diangkat sebagai masalah spesifik,
suatu penafsiran dengan mengembangkan sehingga pemahaman memasuki ranah
pemahaman filosofis berdasarkan filsafat. filsafati. Schleiermacher merekonsepsi
Filsafat hermeneutika tidak berusaha hermeneutika sebagai suatu masalah prinsipil
mencari pengetahuan yang objektif melalui bagi “Die Rede”, diskursus yakni semua
metode yang digunakan, tetapi membuat pikiran yang diungkapkan ke dalam tanda-
deskripsi fenomenologis tentang Dasein. tanda lisan atau tertulis dalam usaha
Filsafat hermeneutika mengembangkan her- menghindari salah paham. Herme-neutika
meneutika fundamental ontology. Dengan melampaui keterbatasan linguistik-historikal
kata lain, ontologi tentang Dasein membawa dan keterbatasan teologis, sehing-ga
kepada ilmu tentang interpretasi hermeneutika bukanlah monopoli suatu
Hermeneutika kritis mempertimbang- disiplin ilmu tertentu seperti sastra, hukum
kan faktor-faktor di luar bahasa seperti kerja atau teologi (Poespoprodjo, 1985: 7).
190 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

Hermeneutika sebagai seni pemaham- kemungkinan realisasi sesuatu kata di dalam


an belum menjadi sebuah disiplin umum, konteks. Interaksi antara keseluruhan dan
maka tujuan fundamental dari gagasan bagian atau sebaliknya memberi arti pada
Schleiermacher adalah meletakkan herme- yang lainnya. Pemahaman hadir dari sebuah
neutika umum sebagai seni pemaham an. gerak melingkar. Lingkaran yang memun-
Seni pemahaman yang ditujukan pada semua culkan makna disebut lingkaran hermeneu-
teks baik dokumen hukum, kitab-kitab kea- tika (Poesproprodjo, 1985: 17)
gamaan atau karya sastra. Schleiermacher Titik tolak hermeneutika bagi Schleier-
berpendapat meski-pun setiap teks memiliki macher adalah memahami ungkapan dalam
perbedaan dari segi disiplinnya masing-
bahasa tulis atau bahasa tutur, sehingga
masing, namun pada setiap teks terdapat hermeneutika lebih merupakan seni pema-
kesatuan yang lebih mendasar. Teks sesung- haman. Situasi pemahaman melibatkan
guhnya berada dalam bahasa, gra-matika hubungan dialogis antara si pembaca teks
digunakan untuk memperoleh makna sebuah dengan pengarang. Apa yang dimaksud si
kalimat serta gagasan umum berin-teraksi pengarang itulah yang harus di tanggkap oleh
dengan struktur gramatis untuk mem-bentuk si pembaca. Proses hermeneutika sebagai
makna terhadap setiap teks atau dokumen proses divinasi yakni menerima serangkaian
(Palmer, 2007: 95). kata untuk menangkap artinya. Si pembaca
Pemahaman sebagai sebuah seni harus keluar dari pendirian pribadi, agar
adalah mengalami kembali proses mental terbuka terhadap pendirian si pengarang
dari pengarang teks. Schleiermacher memulai (Mustansyir, 2009: 37)
dengan ekspresi baku dan final kemudian
Schleiermacher berpandangan bahwa
merunut kembali kehidupan mental yang
hermeneutika sebagai seni menghindari salah
memunculkan ekspresi. Interpretasi dengan
paham. Tujuan hermeneutika Schleiermacher
demikian terdiri dari dua gerakan interaksi
adalah agar arti yang sebenarnya dari suatu
yakni secara gramatika dan psikologis.
karya seni dapat diungkapkan dan agar
Prinsip rekonstruksi gramatika atau psiko-
rekonstruksi yang salah dapat terhindarkan.
logis inilah yang merupakan lingkaran her-
Perlu diusahakan segala cara untuk menga-
meneutika (hermeneutical circle) ( Palmer,
dakan rekonstruksi historis dengan memun-
2007: 98).
culkan dunia karya tersebut, artinya memun-
Pemahaman adalah kegiatan referensial culkan situasi asli yang di garap, penampilan
yakni proses membandingkan sesuatu dengan dan gaya aslinya.
sesuatu yang sudah diketahui. Satu bagian
membantu bagian yang lain. Suatu lingkaran
yang memuat bagian-bagian di samping 2. Wilhelm Dilthey
adanya keseluruhan. Satu persatu kata W. Dilthey (1833-1911) lahir 19 Novem
ditentukan artinya secara fungsional dalam ber 1833 di Biebrich Jerman. W. Dilthey ba-
kalimat. Masing-masing kata hanya dapat nyak dipengaruhi oleh Schleier-macher. W
diketahui artinya dari kontesknya. Schleier- Dilthey ahli sejarah yang me-letakkan
macher melihat masalah polisemi yakni fak hermeneutika dalam perspektif kesejarahan
ta bahwa sesuatu kata mempunyai berbagai dan menjadikan hermeneutika sebagai di-
arti. Schleiermacher membedakan Sinn yak- siplin inti yang dapat berfungsi sebagai dasar
ni kesatuan arti yang terbilang pada suatu
kata, dan Bedeutung yang berarti berbagai
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 191

bagi semua disiplin yang terpusat pada kebutuhan untuk memahami ekspresi dari
pemahaman karya manusia. luar “kehidupan itu sendiri” (Palmer, 2007:
112).
Masalah arti tidak pernah keluar dari
konteks kenyataan hidup yang prosesual. 3.Martin Heidegger (1889-1976)
Dilthey menganalisis proses pemahaman
yang mem-buat seseorang mengetahui Heidegger berangkat dari kenyataan
kehidupan pi-kiran (kejiwaannyanya) dan hidup sebagaimana adanya, yang bersifat
kehidupan pikiran (kejiwaaan orang lain). historikal, yang melampaui kategori statis.
Dilthey me-nawarkan hermeneutika sebagai Heidegger bertolak dari analisis faksisitas
metode untuk Geisteswissenschaften yakni ujud manusia (Dasein). Heidegger
sebagai metode semua ilmu sosial dan melanjutkan secara mendasar perbedaan
humanities, semua studi yang menafsirkan antar ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial
ekspresi kehidupan kejiwaan manusia, seperti humanitis yang diusung oleh W. Dilthey.
sejarah, hukum tertulis, karya seni dan karya Heidegger membedakan ciri-ciri benda alami
sastra (Poespoprodjo, 1985: 24-25) . yang disebut kategori-kategori, sedangkan
ciri-ciri keberadaan manusia disebut eksis-
Pemikiran Dilthey tentang hermeneutika tensi (Poespoprodjo, 1985: 63). Martin Hei-
bertitik tolak dari Filsafat Hidup (Philosophie degger juga menginginkan suatu metode
des Lebens) yang membutuhkan suatu pema- yang akan mengungkapkan hidup dalam
haman (Das Verstehen). Hidup merupakan istilahnya sendiri. Heidegger merumuskan
kontinum kenyataan yang bergerak dalam defenisi hermeneutika sebagai fenomenologi
sejarah. Hidup tidak dapat diterangkan ujud manusia di dalam arti primordial/mula
(erklaren) melainkan hanya dapat dipahami pertama dari kata tersebut, manakala ia me-
(verstehen). Kehidupan dimaknai bukan nunjuk kesibukan menafsirkan. Fenomeno-
hanya dalam arti biologios tetapi seluruh ke- logi bertugas menguak “ada” dan wujud
hidupan manusia yang dialami dengan manusia yang harus di teliti agar pertanyaan
berbagai keanekaragamannya. Dilthey ontologis tentang “ada” dapat dihampiri.
kemudian membagi ilmu menjadi dua bagian Hermeneutika adalah fenomenologi wujud
yakni ilmu kealaman (Naturwissenschaften) manusia. Analitika struktur-struktur universal
yang dapat diterangkan dan ilmu kema- eksistensi tetap diabdikan bagi suatu herme-
nusiaan (Geisteswissenschaften) (Musytansir neutika, yang akhirnya berurusan dengan
Rizal, 2009; 42). pertanyaan tentang arti ada sebagai “ada”.
Proyek penemuan basis metodologi bagi Dalam arti inilah hermeneutika bersifat
Geisteswissenschaften oleh Dilthey di ontologis (Poespoprodjo,1985 : 68).
anggap sebagai sebuah kebutuhan untuk Martin Heidegger mengembangkan her-
beralih dari perspektif reduksionis dan meneutika filsafati yang dicirikan dengan
mekanistis ilmu-ilmu alam dan keinginan tema fundamental yang dikaji mengenai
untuk menemukan suatu pendekatan yang interpretasi Desein. Interpretasi objektif yang
memadai terhadap kebutuhan fenomena. diusung teori hermeneutika di tangan Martin
Proyek penemuan basis metodologi bagi Heidegger berubah menjadi analisis transen-
Geisteswissenschaften ini di lihat sebagai, dental melalui interpretasi Desein yang me-
pertama: sebuah problem epistemologis. nguji dasar eksistensial pemahaman yang
kedua, Persoalan mendalami konsepsi memungkinkan titik pijak eksistensial.
manusia terhadap sejarah dan ketiga,
192 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

Eksistensi yang di dapat melalui tindakan dan aksi seperti kerja dan kekuasaan. Her-
pemahaman diri (Bleicher, 2007:140). meneutika kritik berusaha menyelidiki aspek-
aspek ideologis dari suatu peristiwa, yang
Hermeneutika menurut Heidegger
biasa tidak diperhatikan oleh si penafsir.
bukanlah suatu penjelasan, bukan suatu
Pertimbangan-pertimbangan ideologis ini
analisis, melainkan suatu proses mende-
seharusnya menjadi konteks dalam inter-
ngarkan sang “ada” , mendengarkan kenya-
pretasi (Fithri, 1999: 43).
taan itu sendiri. Satu-satunya wahana bagi
penampilan diri sang ada bagi Heidegger Habermas berpendapat untuk memahami
adalah eksistensi manusia. Hermeneutika hermeneutika, harus terlebih dahulu
adalah penafsiran diri manusia itu sendiri, memahami maksud dari penjelasan dan
analisa ekssistensi atau kegiatan mende- pemahaman. Penjelasan menuntut penerapan
ngarkan manusia melalui bahasa (Sugiharto, teori terhadap fakta yang terbentuk secara
1996:75) bebas melalui pengamatan sistematis.
Sedangkan pemahaman adalah suatu
4.Jurgen Habermas
kegiatan dimana pengalaman dan teoris
Jurjen Habermas lahir di Gummersbach terpadu menjadi satu. Manusia tidak dapat
pada tahun 1929. Habermas menempuh studi memahami secara penuh karena di dalam
doktor filsafat Universitas Bonn dengan objeknya ada fakta yang tidak dapat
disertasi berjudul “ Das Absolute und die diinterpretasikan Selalu ada makna yang
Geschichte”. Gagasan Habermas tidak bersifat lebih yang tidak dapat dijangkau oleh
terpusat pada hermeneutika, namun mendu- interpretasi dan hal itu mengalir dalam hidup
kung pustaka hermeneutika. Gagasan herme- keseharian manusia. Pemahaman menjadi
neutika Habermas dapat ditemukan pada sesuatu yang pokok karena melibatkan
karyanya yang berjudul “ Knowledge and interpretasi (Pamungkas, 1999: 28) .
Human Interests” (Sumaryono, 1999: 87-88).
Perkembangan hermeneutika dari masa
Habermas terkenal dengan konsep herne-
ke masa telah mengakibatkan terjadinya per-
neutika kritik. Habermas mencoba mene-
geseran paradigma makna dari yang semula
ngahi objektivitas proses sejarah dengan
berpusat pada pengarang dimana figur
peran kepentingan yang bergerak dida-
pengarang memilki otoritas yang menen-
lamnya. Kepentingan (interest) adalah
tukan dalam memaknai teks. Teks-teks lain
orientasi dasar yang berakar dalam kondisi
yang ditulis oleh pengarang yang sama,
fundamental khusus dari reproduksi yang
biasanya digunakan untuk membantu dalam
mungkin dan kelangsungan hidup spesies
menginterpretasi satu dengan yang lain
manusia yaitu kerja dan interaksi. Habermas
dengan tujuan utama menemukan maksud
menganggap kepentingan dan pengetahuan
pengarang.
itu pada dasarnya satu, keduanya berpadu
dalam bahasa yang dipakai. Berkembangnya ilmu bahasa yang
dipelopori oleh Ferdinand de Saussure telah
Hermeneutika kritik berusaha mengi-
ikut mempengaruhi perkembangan herme-
ngatkan dua kelompok hermeneutika sebe-
neutika selanjutnya. Hermeneutika memasuki
lumnya yakni teori hermeneutika dan
fase dimana paradigma teks berdasarkan kata
hermeneutika filsafati. Hermeneutika kritik
dan struktur. Ciri yang menekankan pen-
mengingatkan bahwa, perlunya pertimbang
carian teks pada dirinya atau paradigma yang
an-pertimbangan ekstra-linguistik sebagai
berpusat pada teks. Paradigma ini
faktor yang ikut menentukan konteks pikiran
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 193

menggantikan pencarian makna teks ber- teks adalah gaya pengarang dalam sebuah
dasarkan maksud pengarang. Orientasi uta- genre tertentu.
ma adalah menampakkan hukum-hukum Ricoeur berpendapat teks bersifat
universal yang terletak di dalam teks otonom. Teks tidak terikat pada horison
(Lehtonen, 2000: 87). pengarang, situasi asli dan pembaca asli.
Ferdinand de Saussure mengembangkan Teks bagi Ricoeur mengatakan sesuatu
studi linguistik struktural yang menekankan tentang sesuatu. Ia mengacu pada sesutau di
pemahaman bahasa dengan menjelaskan luar dirinya atau acuan (refernce). Pembaca
penataan, sistematika atau organisasi bahasa dalam menghadapi teks berada dalam posisi
dalam bentuk tertentu. Saussure menyusun berjarak (distance) dan mengapropriasi
ilmu linguistik sebagai studi sistematis yang (apropriate). Dalam mengapropriasi pem-
menekankan karakter struktural dan fung- baca membawa horison masing-masing, tapi
sional bahasa. Saussure membedakan antara pembaca juga dibatasi oleh teks yang
bahasa (language) dengan wicara (speaking). membawa kandungan tententu (Ricoeur,
1991: 118-119) . Hermeneutika Paul Ricoeur
Bahasa adalah serangkaian konvensi
berbeda dari tiga tradisi hermeneutika yang
yang diadopsi secara sosial yang memung-
dirumuskan Joseph Bleicher. Pemikiran
kinkan individu-individu untuk memprak-
hermeneutika Paul Ricoeur menjembatani
tekkan bahasa. Wicara (speaking) adalah
perdebatan sengit dalam peta hermeneutika
aktifitas konkrit subyek yang memprak-
antara tradisi metodologis dan tradisi
tekkan bahasa (Ricoeur, 1974: 31)
filosofis (Bleicher, 1980: 233). Hermeneutika
Perkembangan hermeneutika berikutnya Paul Ricoeur satu sisi ditujukan untuk
menekankan bahwa paradigma teks berpu- menyingkap makna objektif dari teks-teks
sat pada konteks dan pembaca. Teks yang memiliki jarak ruang dan waktu dari
sesungguhnya dapat dibaca dalam berbagai pembaca, disisi lain Paul Ricoeur juga
cara. Pembacaan teks tidak bisa dilepaskan menganggap maksud pengarang sudah tidak
dari praktik dan relasi kultural di mana digunakan lagi sebagai acuan utama dalam
pencipta dan pembaca bertindak. Makna memahami teks .
tidak pernah ditulis seolah-olah sekali untuk
Paul Ricoeur juga menjadi mediator
selamanya, tetapi terbentuk di dalam pemba-
antara tradisi hermeneutika romantis dari
caan teks yang dipengaruhi oleh pembaca
Schleiermacher dan Dilthey dengan herme-
dalam konteks dan praktik budaya di
neutika Martin Heidegger. Paul Ricoeur
samping teks itu sendiri. Dari sudut ini teks
menempatkan hermeneutika sebagai kajian
adalah penciptaan.
terhadap ekspresi-ekspresi kehidupan yang
Paradigma teks yang berpusat pada terbakukan dalam bahasa, tetapi juga me-
konteks dan pembaca inilah yang merupakan nyingkapkan potensi Ada atau eksistensi.
keunikan konsep hermeneutika Paul Ricoeur. Keunikan Paul Ricoeur yang lain adalah
Rosenau (1992: 38-39) menjelaskan bahwa memadukan dua tradisi filsafat fenomenologi
konsep hermeneutika Paul Ricoeur diposi- Jerman dan Strukturalisme Perancis. Dalam
sikan pada kelompok postmodernis afirmatif. perspektif fenomenologi Paul Ricoeur
Paul Ricoeur melihat peran pengarang absen, memadukan antara tendensi metafisik
karena pengarang tidak hadir ketika Cartesian Edmund Husserl dan tendensi
seseorang memahami teks. Yang hadir dalam eksistensial dari Heidegger. Paul Ricoeur
194 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

dari sudut pandang Strukturalisme, menga- Paul Ricoeur dalam otobiografinya


dopsi aliran dari Ferdinand de Saussure menjelaskan bahwa fenomenologi Husserl
maupun aliran Claude Levis- Strauss. Paul sangat mempengaruhi pemikirannya. Paul
Ricoeur dalam mengeksplorasi isi pada Ricoeur adalah salah seorang pendukung
kajian hermeneutika juga mengakomodir filsafat Jerman terutama fenomenologi ketika
kritik ideologi di satu sisi dan psikoanalisis di melanjutkan pendidikan di Jerman sebelum
sisi lain (Permata, 2002 :202-205). perang dunia kedua meletus. Paul Ricoeur
banyak menulis artikel dengan bermacam
topik, seperti Freedom and Nature: The
A. Biografi Paul Ricoeur Voluntary and the Involuntary (1950, Eng. tr.
Paul Ricoeur adalah salah seorang 1966), dan du volume tentang Finitude and
filosof terpenting abad dua puluh. Paul Culpability, dan dua bagiannya Fallible Man
Ricoeur lahir di Valence, Prancis Selatan (1960, Eng. tr. 1967, dan The Symbolism of
pada tanggal 27 Februari 1913. Paul Ricoeur Evil (1960, Eng. tr. 1970); Freud and
menjadi yatim piatu pada tahun 1915 karena Philosophy: An Essay on Interpretation
ibunya meninggal dan ayahnya tewas dalam (1965, Eng. tr. 1970); The Rule of Metaphor
perang Mame. Ricoeur kemudian dipelihara (1975, Eng.tr. 1977) dan tiga volume dari
oleh kakek, nenek, serta bibinya. Ricoeur Time and Narrative (1983-85, Eng. tr. 1984-
dibesarkan dalam lingkungan keluarga Kris- 88, publikasi dari kuliah Gifford dengan
ten Protestan yang sholeh, lingkungan yang judul Oneself as Another (1990, Eng. tr.
kemudian membesarkannya sebagai seorang 1992, Memory, History, Forgetting (2000,
intelektual Protestan terkemuka di Prancis. Eng. tr. 2004,) and The Course of
Recognition (2004, Eng. tr. 2005 ). Selain
Paul Ricoeur mulai berkenalan dengan buku-bukunya, ia juga menulis lebih dari 500
filsafat dari seorang Thomisme bernama R. esei, dan yang paling penting diterbitkan
Dalbiez di Lycee dan memperoleh licence de dalam 10 volume dan sudah diterjemahkan
philosophie pada tahun 1933. Ricoeur dalam bahasa Inggris. Di antara ke-10
dengan lisensi tersebut melanjutkan pendi- volume ini, yang sangat penting adalah Dari
dikannya di Universitas Sorbonne. Paul Teks menuju Aksi (1986, Eng. tr. 1991) and
Ricoeur meraih agregation de philoshophie Sang Adil (1995, Eng. tr. 2000). Tulisan Paul
pada tahun 1935. Paul Ricoeur menekuni Ricoeur sebagian besar memiliki kepedulian
bidang filsafat pada saat pemikiran Eropa terhadap perkembangan antropologi filsa-
sedang di warnai oleh pemikiran tokoh-tokoh fat. Antropologi yang Ricoeur sebut sebagai
besar filsafat terutama paham eksistensia- “antropologi manusia yang mampu” ber-
lisme seperti pemikiran Husserl, Heidegger, tujuan untuk memberikan kemampuan dan
Jaspers dan Marcel. Pemikiran Marcel cukup kerapuhan fundamental pada umat manusia
banyak mendapat perhatian Ricoeur. dengan menunjukkan kegiatan-kegiatan yang
Pengaruh pemikiran Marcel, membawa membentuk hidup manusia. Ricoeur selalu
Ricoeur pada persoalan ontologi konkret menolak setiap teknik Cartesianesque yang
yang digabungkan dengan tema kebebasan, mengklaim transparansi absolute dari diri
keterbatasan, dan harapan. Ricoeur kepada diri yang sejatinya akan memberikan
selanjutnya mendalami pemikiran Edmund pengetahuan diri yang mandiri untuk semua
Husserl, Martin Heidegger dan Karl Jaspers ilmu pengetahuan di dunia ini. (http://www.
(Ricoeur, 2009: 3).
fondsricoeur.fr, 2 Maret 2010).
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 195

Kemampuan Ricoeur menguasai isu-isu lahan fenomena budaya. Ricoeur menya-


filsafat dan melakukan mediasi dari berbagai takan peran refleksi kritis filsafat sangat
aliran filsafat yang bertentangan merupakan penting dalam memahami fenomena budaya
salah satu kekuatannya. Ricoeur menggu- sehingga dapat diungkap lebih baik.
nakan hermeneutika untuk menunjukkan Permasalahan metode hermeneutika haruslah
bagaimana hal-hal yang bertentangan dapat dianggap sebagai permasalahan filsafat,
berjalan bersama dengan mengaitkan salah karena sesungguhnya usaha interpretasi
satu pandangan dalam konteks pandangan merupakan pengungkapan sebuah maksud
yang lain. Ricoeur menghargai pluralitas yang lebih mendalam, yakni menjembatani
suara dan pertanyaan dari yang lain hal-hal yang sifatnya otonom dengan perbe-
sementara tetap menghormati dorongan daan-perbedaan budaya.
filosofis yang orisional untuk menemukan Bleicher (1980: 4) berpendapat herme-
kesatuan nalar, dan kejernihan dalam sejarah neutika Paul Ricoeur memiliki tipologi ter-
(Kaplan, 2003: 1-2). sendiri dalam peta hermeneutika. Paul
Marcelino menjelaskan bahwa struktur Ricoeur mengalisis secara tajam aliran-aliran
pemikiran Ricoeur dapat dikategorikan pada hermeneutika sebelumnya. Paul Ricoeur
4 hal: Pertama, pendidikan dan pengaruh menyatukan kembali aliran hermeneutika
nya sampai tahun 1950. Kedua, fenomeno- dalam skema yang lebih besar yang
logi dari tahun 1950-1960. Ketiga, herme- mengapresiasi peran penting yang dimainkan
neutika dari tahun 1960-1990). Keempat, oleh analisis strukturalis. Pendapat Bleicher
filsafat praktis yang berkaitan dengan etika, ditegaskan oleh Palmer (1969: 44) yang
politik dan filsafat. Di antara keempat taha- menyatakan bahwa hermeneutika Paul
pan di atas, periode hermeneutika merupakan Ricoeur memiliki sudut pandang yang
periode terbesar dan terpenting baik dari berbeda dari faham dan definisi
segi waktu maupun jumlah publikasinya hermeneutika sebelumnya.
(www. fondsricoeur.fr). Paul Ricoeur ingin memindahkan feno-
Paul Ricoeur memulai perjalanan menologi ke dalam hermeneutik dan meng-
intelektualnya dari filsafat kehendak (Philo- garisbawahi konsep teks secara tidak
shopy of Will). Pemikiran filfasat kehendak langsung dan dialektis daripada langsung dan
dituangkan Ricoeur pada tiga jilid buku. univokal. Paul Ricoeur memilih bahwa jalan
Buku pertama berjudul Freedom and Natu- yang terbaik adalah dengan menentukan
re, The Voluntary and Involuntary. Jilid bahwa seperangkat ekspresi simbolik dan
kedua muncul pada tahun 1960 dengan judul mitos oleh manusia akan dapat memahami
Guilt an Finitude yang terdiri dari dua buku dirinya dengan lebih baik. Simbol adalah
yakni Fallible Man dan buku kedua The “jalan” yang secara tidak langsung atau
Symbolism of Evil. Sedangkan jilid ketiga perantara dan melalui konstitusi interpretasi
belum sempat dipublikasikan (Mukallam: akan membuka cakrawala hermeneutik
2005, 33). Paul Ricoeur adalah seorang filsuf fenomenologi atau filsafat hermeneutik.
yang unik, yang menggabungkan antara fe- Pemikiran Ricoeur memasuki babak baru
nomenologi dengan metode hermeneutik, dan dalam teori interpretasi atau hermeneutika
menghasilkan konsep tentang hermeneutika sekitar tahun 1960-1990 yang ditandai de-
fenomenologis. Konsep Paul Ricoeur bermu- ngan beberapa karya seperti Freud and
la dari interpretasinya terhadap permasa- Philosophy : An Essay on Interpretation
196 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

(1965), The rule of Metaphor ( 1975 dan The mahaman akan orang lain dan tanda-
Theory of Interpretation (1976). Disusul tandanya di dalam kebudayaan yang berbeda-
kemudian beberapa tulisan yang berjudul beda terjadi bersamaan dengan pemahaman
Conflict Interpretasi (1969), Hermeneutic manusia akan dirinya dan pemahaman akan
and Human Sciences (1981), From text to ada (Poespoprojo, 1985: 116).
Action ( 1991) dan Time an Narrative (1984- Pemahaman diri yang lebih baik ter-
1988). ungkap dalam ketulusan yang terstrukturasi
Paul Ricoeur merancang hermeneutika dalam tindakan seperti tujuan, motif, sarana,
sebagai teori interpretasi dalam bangunan pelaku, imajinasi dan kehendak. Tindakan
epistemologi dan lebih spesifik mengarah bukanlah muncul begitu saja namun bermula
pada masalah fundamental yakni herme- dari sikap meniru dengan mendengar, meli-
neutika kenyataan “aku berada” (herme- hat, membaca dan sesuatu yang telah dibuat.
neutika keberadaan subjek). Paul Ricoeur Dengan demikian terdapat hubungan antara
berusaha menemukan keberadaan diri lewat tindakan dan kisah. Paul Ricoeur membahas
teks. Paul Ricoeur selalu memunculkan masalah ini dalam mimesis. Mimesis berasal
sebuah pertanyaan yang mendasar yakni dari kata “mimesthai” yang berarti meniru,
memaknai keberadaan diri sebagai manusia. interpretasi.mengulang, mengikuti,
Paul Ricoeur berpendapat teks dan pema- meneladani, memalsu dan menciptakan
haman tekstual dapat menemukan jejak-jejak kembali. Menurut Ricoeur tindakan
keberadaan manusia. Barangkali inilah yang kreatiflah yang merupakan tindakan manusia.
dimaksud dengan antropologi filosofisnya, Tindakan kreatif memerlukan pemahaman
karena selalu mempertanyakan makna diri melalui kisah yang diantarai oleh tanda,
keberadaan manusia. Joko Siswanto men- simbol dan teks. Pemahaman diri yang
jelaskan (2008: 54) Ricoeur adalah seorang memungkinkan transparansi pada hakikatnya
penulis yang sangat produktif dan seluruh ditemukan dalam penafsiran (hermeneutika)
karya-karyanya terkait dengan tema agung (Haryatmoko, 2000: 28).
kefilsafatan yakni “makna Hidup”. Ketetapan
hatinya menggarap filsafat tentang her-
meneutika diri (hermeneutic of self) membuat B. Teori Hermeneutika Paul Ricoeur
tema ini dapat dipahami oleh banyak orang. Hermeneutika menurut Ricoeur (1991:
Hermeneutika bagi Paul Ricoeur adalah 53) adalah teori tentang bekerjanya pema-
suatu peralihan antara refleksi abstrak dan haman dalam hubungannya dengan inter-
refleksi konkret. Ricoeur ingin mengetahui pretasi teks (the theory of the operation of
batas-batas isolasi struktur pikiran manusia understanding in their relation to the
sekaligus menjadikan hermeneutika sebagai interpretation of text). Teks merupakan
titik tolak menjawab pertanyaan apa artinya realisasi diskursus (wacana) yang dibakukan
menjadi manusia. Manusia tidak mungkin melalui tulisan. Hermeneutika dengan
mengetahui dirinya secara langsung. Agar demikian berhubungan dengan kata-kata
manusia terhindar dari idealisme atau yang tertulis sebagai ganti kata-kata yang
kepastian subjektif, kepenuhan, dan kom- diucapkan. Teks bagi Ricoeur bukan hanya
pleksitas keberadaan manusia dapat diketahui wacana yang mengendap pada tulisan, tetapi
melalui hermeneutika kesangsian. Herme-
juga setiap tindakan manusia yang memiliki
neutika bertugas menunjukkan bahwa pe-
makna (tujuan tertentu). Ricoeur berpendapat
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 197

berdasarkan analisisnya pada hermeneutik (Sumaryono, 1999: 105). Usaha re-regio-


sebagai kajian teks, objek ilmu-ilmu sosial nalisasi hermeneutika lewat pengertian teks
dan humaniora memiliki karakter sebagai menyadarkan Ricoeur akan pentingnya
teks. Pendekatan terhadap ilmu-ilmu sosial memahami kontur bahasa sepenuhnya yang
dan humaniora haruslah berupa kajian memunculkan persoalan tentang kategori –
interpretatif. kategori tekstualitas, bahasa yang bersifat
polisemi yakni kata yang memiliki makna
Argumen Paul Ricoeur didukung empat lebih dari satu, dan masalah konteks yang
alasan yakni: Pertama, realitas sosial atau tidak lepas dari polisemi. Ricoeur (1991: 54)
sejarah baru dapat dijadikan sebagai kajian menyebut apa yang terucap atau tertulis
ilmiah ketika sudah terbakukan dalam meka- mempunyai makna lebih dari satu jika
nisme dan struktur. Sama halnya dengan keti- dihubungkan dengan konteks yang berbeda.
ka wacana dibakukan lewat tulisan. Kedua, Untuk mengimbangi polisemi kata diperlu-
sebuah tindakan sosial memiliki makna kan pemilihan konteks yang selektif guna
objektif. Makna tindakan tidak terbatas pada menentukan nilai yang dikandung oleh kata
maksud semula. Makna teks tidak selalu tersebut di dalam pesan yang dilontarkan
tergantung pada maksud pengarang. Ketiga, oleh pembicara kepada pendengar yang
realitas sosial yang memiliki karakter teks berada dalam situasi ter-tentu. Kepekaan
juga memperlihatkan bahwa makna tindakan terhadap konteks ini merupakan pelengkap
tidak harus dipa-hami berdasarkan konteks yang sangat penting dan akan melibatkan
awal. Tindakan dapat bermakna lain ketika aktivitas penilaian yang diuji lewat
dihubungkan dengan konteks yang berbeda. pertukaran pesan. Aktivitas Tugas utama
Keempat, sebuah teks memiliki keterbukaan interpertasi adalah untuk menciptakan dis-
pada makna baru. Sebuah tindakan sesung- kursus yang relatif bermak-na tunggal diba-
guhnya sangat terbuka untuk diinterpretasi ngun berdasarkan makna polisemi serta
kapan saja dan oleh siapa saja. Sebuah untuk mengetahui maksud dari ketunggalan
tindakan akan diuji oleh perjalanan sejarah makna ketika menerima sebuah pesan.
itu sendiri (Pertama, 2002: 224-228). Paul
Ricoeur melalui konsep hermeneutika ingin Penyelidikan terhadap bahasa hakikatnya
memba-ngun sebuah epistemologi baru bagi sejajar dengan penyelidikan tentang penga-
ilmu-ilmu sosial dan humaniora. laman manusia (Poespoprodjo, 1985: 117).
Melacak kembali ekspresi pengalaman dan
Teks tertulis yang merupakan fokus pikiran manusia melalui bahasa, akan dapat
kajian dari hermeneutika dimediasi oleh ba- ditemukan kembali manusia konkrit yang
hasa. Refleksi atas hakikat dan fungsi bahasa berada di dunia itu. Ekspresi simbolik akan
pada hermeneutika merupakan modus mengatakan sesuatu arti dan mempunyai
keberadaan dan tonggak eksistensi manusia. referensi yang bermakna ganda.
Sangat penting untuk dipahami bahwa her-
meneutika memiliki hubungan yang istimewa Bagi Ricoeur ekspresi tidak sama dengan
dengan bahasa, karena bahasa merupakan yang tampak, pada ekspresi Ricoeur mencari
ladang garap hermeneutika. Kata-kata adalah pikiran dan pengalaman dari subjek yang
simbol-simbol karena menggam-barkan mak- mengekspresikan diri. Pengalaman harus
na lain yang sifatnya tidak langsung, tidak dibaca lewat expresi dan penyelidikan atas
begitu penting serta berupa kiasan dan hanya ekspresi dilakukan lewat interpretasi. Sesuatu
dimengerti melalui simbol-simbol tersebut yang jauh secara waktu, geografis, budaya
198 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

dan secara spiritual melalui interpretasi 1. Wacana direalisasikan secara temporal seka-
menjadi suatu yang dekat. Interpretasi rang, di sini, sedangkan sistem bahasa tidak
mengkaji expresi agar dapat mendengar dan ber sifat virtual dan diluar waktu.
mengulang lagi. 2. wacana bersifat self–referential, yaitu menga-
Hermeneutika merupakan bekerjanya cu pada pembicara melalui serangkaian cara
teori pemahaman dalam kaitan-nya dengan dengan menunjuk kata ganti personal (aku,
interpretasi teks. Tugas herme-neutika ada- dia, engkau, kita, kami).
lah mengenali dunia teks dan dunia yang 3. wacana selalu mengacu pada sesuatu realitas
dibahasakan oleh teks dan bukan jiwa yang dideskripsikan, diutarakan, semen-tara
pengarang. Hermeneutika bukan men-dapat- tanda di dalam sistem bahasa hanya mengacu
kan kembali maksud yang hilang dibalik satu sama lain di dalam sistem yang sama.
teks, tetapi membentangkan di hadapan teks
dunia yang dibukakan dan diperlihatkan. 4. Di dalam wacana semua pesan dipertukarkan
sehingga ia bukan hanya meli-batkan dunia
Pembedaan konsep hermeneutika Paul yang diacu, tetapi juga orang lain yang terlibat
Ricoeur menjadi sangat penting dengan meli- dalam komunikasi atau orang lain yang dituju,
hat struktur hermeneutika yang merupakan sementara sistem bahasa hanya merupakan
basis teori interpretasinya meliputi wacana, kondisi yang memungkinkan ber-langsungnya
teks dan metafore serta narasi. komunikasi sebagai penyedia kode-kode
(Ricoeur, 1991: 145-146).
1. Wacana (Discourse)
Teori interpretasi yang dikembangkan
Ricoeur berdasarkan pembedaan antara dua Skema : Wacana sebagai Peristiwa
realitas linguistik yakni sistem bahasa dan
wacana (discourse). Ricoeur menyebut
wacana sebagai sisi lain dari sistem bahasa the Acu
counterpart of what linguists call languange pembi
system or linguistic codes. cara

Wacana merupakan peristiwa bahasa ketika


seseorang mengatakan sesuatu pada orang yang realisa
si wacana Acu
lain tentang sesuatu. Discourse is language- realitas
waktu
event or linguistic usage (Ricoeur, 1991: 145).
Wacana adalah medium pemahaman di mana
peristiwa dan makna serta kutub-kutub subjektif
dan objektif dapat di-artikulasikan. Wacana Acu yg
dituju
adalah maksud komu-nikatif, maksud yang
menandai, atau keinginan untuk mengutarakan
sesuatu yang melampaui peristiwa produksinya.
Wacana sebagai peristiwa bahasa memiliki
empat ciri dan dapat dibedakan dengan sistem
tanda :
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 199

Empat unsur penting dalam wacana terjadi proses pemahaman. Makna yang
yaitu: Pertama, pembicara. Kedua, waktu dan melekat pada peristiwa itulah yang
tempat. Ketiga, pesan. Keempat, pendengar. sesungguhnya ingin dipermanenkan. Paul
Wacana disampaikan seorang pembi cara Ricoeur (1981 : 182) memahami makna
yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu dalam pengertian luas yang meliputi semua
yang ingan menyampaikan pesan pada seseo- aspek dan semua level pengungkapan
rang atau sekelompok yang lain. maksud yang pada gilirannya memungkinkan
pengejawantahan diskursus dalam tulisan dan
Ricoeur (1981: 177-181) menegaskan dalam karya.
bahasa sebagai wacana adalah sebuah dialek-
tika peristiwa dan makna, rasa dan rujukan. Ricoeur terinspirasi dari konsep pemi-
Wacana menempati peristiwa sebagai peris- kiran tokoh filsafat bahasa analitik yakni
tiwa tetapi memiliki makna yang ideal dan Austin dan Sarle tentang act of speech (aksi
dapat diulang yang memungkinkan apa yang bahasa). Pendapat kedua tokoh ini adalah
diucapkan untuk diulangi, diidentifikasi atau aksi bahasa terbentuk berdasarkan atas tiga
dikatakan secara berbeda. Wacana adalah tingkatan yakni : Pertama, Locutionary: me-
kejadian yang ideal yang membuat bahasa ngatakan. Kedua, Illocutionary : aksi yang
menjadi aktual sekaligus entitas yang dapat dilakukan oleh pembicara yang menyertai
diidentifikasi dan dapat diidentifikasi lagi aksi mengatakan. Ketiga, Perlocutionary,
sebagaimana adanya. Sebuah peristiwa yakni memaksudkan sesuatu ketika sese-
sesungguhnya be-rsifat referensial (tentang orang mengatakan sesuatu. Austin ingin
sesuatu), referensi diri (dikatakan oleh menunjukkan bahwa bahasa lebih dari
seseorang), dan tempo-ral (dikatakan orang) sekedar menggambarkan fakta-fakta, subjek
.Wacana dapat dibedakan dari tuturan (live melakukan berbagai hal dengan bahasa. Pem-
speech) dan tulisan (writing). bicara menggunakan bahasa dengan mengi-
kuti aturan-aturan penerapan yang tepat dan
Pada saat dituturkan, wacana meru- berlaku untuk dapat mencapai tujuan-tujuan
pakan peristiwa yang menampak, kemudian tertentu dan melakukan tugas-tugas tertentu.
menghilang atau cepat berlalu. Seseorang
mengatakan suatu hal, kejadian tersebut Teori tindak wicara mengisyaratkan ada-
sebentar, seketika, menampak lalu menghi- nya pengakuan timbal balik mengenai
lang. Seseorang harus menuturkan ulang maksud-maksud yang dikehendaki pembi-
ketika akan mengenali kembali akan cara maupun pendengar. Wacana me-rupakan
maknanya. Pada tulisan, waca-na mengalami kinerja wicara dialogis, komunikatif dimana
proses pembakuan (pengawetan) atau pendo- pembicara dan pendengar menggu-nakan
kumentasian. Ricoeur berpendapat bahwa bahasa untuk men-capai sejumlah maksud,
tulisan adalah sebuah penyembuhan dari tujuan dan tugas-tugas tertentu. Peristiwa
kelemahan wacana sebagai peristiwa pada wacana adalah pengalaman dialog bersama,
tingkat tuturan. dan pada saat yang sama ko-munikasi makna
melampaui peristiwa pro-duksinya. Orientasi
Wacana merupakan dua kutub yang
dialog adalah menuju pemahaman bersama
saling berdialektika yakni peristiwa dan
dan pengakuan timbal balik yang berarti
makna. Wacana ingin menyelamatkan makna
seorang pembicara berusaha untuk mempro-
bukan persitiwa itu sendiri. Wacana dapat
duksi sebuah pengalaman dengan pendengar-
dikenali kembali melalui tulisan sehingga
200 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

nya dimana pendengar me-ngenali maksud- melekat pada wacana tuturan bersifat ostensif
maksud pembicara (Ricoeur, 1976: 19). (menunjuk). Kondisi inilah yang melatar-
belakangi makna dalam dialog (wacana tutur)
Ricoeur juga memperjelas makna waca-
dimana sang pembicara dan pendengar hadir
na dengan membedakan antara arti (sense)
dalam satu waktu dan ruang.
dan rujukan (reference). Basis objektif waca-
na yakni sesuatu yang dimasudkan oleh Acuan atau referensi pada wacana
kalimat atau sesuatu yang dirujuk oleh ka- tidak bersifat ostensif atau menunjuk. Orang-
limat tertentu. Dengan demikian bisa dijelas- orang yang terlibat dalam komunikasi tidak
kan arti sebuah wacana berbicara tentang hadir dalam komunikasi. Tulisan diciptakan
“apa”nya, sedangnya rujukannya berbicara ketika pembaca tidak hadir, dan pembaca
“tentang apa”nya wacana. Makna wacana hadir setelah tulisan selesai dibuat. Wacana
memiliki arti imanen dalam dirinya, se- tulisan diperuntukkan bagi siapa saja yang
dangkan referen ( rujukannya) mengacu pada bisa membaca. Teks membebaskan dirinya
dunia tertentu (Poespoprodjo, 1985: 129). dari maksud pengarang dan batas-batas acuan
ostensif.
Ricoeur menjelaskan terdapat tiga ciri
wacana dalam kaitannya dengan perbedaan Hal ini dapat membuka dimensi baru
karakter antara wacana tuturan dan wacana dari sebuah teks tentang eksistensi perluasan
tulisan serta hubungannnya dengan subjek makna teks. Teks sebagai wacana tulisan
pembicara yang mengingatkan bahwa waca- menurut Ricoeur merupakan model bagi
na selalu mengacu pada dunia yang meru- pemahaman dalam keseluruhan wilayah
pakan nilai objektif wacana atau mak-na. interpretasi karena ia menawarkan serang-
Seseorang yang mengatakan sesuatu sesung- kaian modus yang lebih memadai (Ricoeur,
gunya dia sedang mengatakan tentang sesua- 2009: 186).
tu. Ricoeur selanjutnya membedakan an-tara Wacana memiliki subjek yang dituju
pengertian (sense) dan trujukan (reference) yang memungkinkan terjadinya pertukaran
dari sebuah proposisi. Pengertian merupakan makna. Seseorang yang mengatakan sesuatu
makna yang aada dalam tubuh teks. dan memaksudkan sesuatu, hal ini ditujukan
Sedangkan acuan merupakan makna ektra pada orang lain sebagai pihak yang terlibat
linguistik yang bersifat transenden. Penger- dalam komunikasi. Pada sistem bahasa tidak
tian dapat di jelaskan melalui hu-bungan terjadi pola pertukaran makna seperti ini,
antar tanda di dalam teks, sedangkan acuan karena sistem bahasa tidak memiliki subjek,
dapat dipahami dalam hubungannya dengan virtual dan belum aktual. Sistem bahasa
realitas yang ingin dituju oleh teks (Ricoeur, hanya merupakan pondasi yang memung-
1976: 19). kinkan terjadinya komunikasi, sementara
Acuan pada wacana tutur juga berbeda komunikasi yang aktual terjadi di dalam
dengan acuan pada wacana tulisan. Pada wacana yakni proses seseorang mengatakan
wacana tutur, dunia yang diacu adalah situasi sesuatu tentang sesuatu hal pada orang lain.
bersama diantara orang-orang yang terlibat Dialektika peristiwa dan makna, arti dan
dalam komunikasi pada sebuah dialog seperti rujukan tidak hanya memunculkan wacana
tindakan yang mengiringi pembicaraan ada- yang diucapkan tetapi juga wacana yang
nya gerak-gerik, senyuman, menunjuk jari ditulis yakni teks.
dan lain-lain. Dengan demikian ciri yang
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 201

2. Teks Perbedaan yang mendasar adalah pada saat


dialog terjadi peristiwa bertukar tanya dan
Paul Ricoeur berpendapat teks adalah
sebuah jawaban yang diberikan pada suatu
sebuah wacana yang dibakukan lewat bahasa.
peristiwa. Sementara pertukaran itu tidak
Wacana dilanggengkan lewat tulisan. Paul
terdapat pada pembaca dengan pengarang
Ricoeur menjelaskan bahwa teks adalah
melalui karyanya. Pembaca tidak tahu dan
sebuah diskursus yang dibakukan lewat
tidak terlibat dalam menulis, dan penulis juga
tulisan, karena pembakuan lewat tulisan
tidak tahu dan tidak terlibat pada saat mem-
merupakan ciri konstitutif dari teks itu
baca. Dalam hal ini buku atau teks memba-
sendiri (Ricoeur, 1991: 106). Perkataan dan
tasi penulis dengan pembaca. Penulis tidak
tulisan merupakan dua pilihan dan bentuk
merespon pembaca, demikian juga pembaca
perwujudan diskursus yang sama-sama sah.
tidak merespon penulis. Di dalam buku tidak
Paul Ricoeur ketika menjelaskan makna teks,
terdapat komunikasi antara penulis dan
memulai penjelasan bahwa tulisan meru-
pembaca. Teks dalam hal ini menciptakan
pakan tambahan dari peristiwa ucapan. Jadi
bayangan ganda yakni pembaca dan penulis.
apa yang terbakukan lewat teks adalah
diskursus yang memang dapat diucapkan Teks yang menjadi pembatas antara
namun dia ditulis karena tidak diucapkan lagi pembaca dan penulis juga telah menggan-
(Ricoeur, 2009: 196-197). Pembakuan mela- tikan posisi dialog antara dua orang yang
lui tulisan menempati posisi ucapan. bertanya jawab dalam suatu peristiwa .
Implikasi dari pemahaman ini adalah bahwa Pembacaan terhadap teks yang menempati
sebuah teks akan menjadi teks yang posisi dalam dialog akan terasa lebih jelas
sebenarnya bila teks tidak hanya terbatas ketika pembaca bertemu dengan pengarang,
untuk memproduksi ujaran kembali. Teks namun merasa tidak nyambung dalam
bagi Ricoeur tidak dapat disamakan begitu hubungannya dengan karya pengarang
saja dengan tulisan. Terdapat perbedaan di tersebut. Hal ini disebabkan karena pembaca
antara keduanya, pertama problem herme- merasa dibatasi dan hubungannya menjadi
neutika bukanlah muncul dari tulisan tidak sempurna dan utuh terhadap teks
melainkan dialektika antara ucapan dan tersebut. Dengan kata lain Ricoeur menjelas-
tulisan. Kedua, dialektika ini dibentuk berda- kan membaca sebuah buku berarti mengang-
sarkan dialektika penjarakan yang lebih gap pengarangnya sudah mati dan buku itu
primitif ketimbang oposisi tulisan dan ucapan lahir persis setelah pengarangnya mati.
(Ricoeur, 2009: 176) Pengarang dengan demikian tidak dapat
merespon kembali dan cara satu-satunya
Ricoeur berpendapat tulisan memerlu-
yang tersisa yang dilakukan adalah membaca
kan pembacaan melalui cara atau konsep-
karyanya (Ricoeur: 2009: 198).
konsep interpretasi. Dapat ditegaskan bahwa
dalam hubungan membaca dan menulis Ricoeur berpendapat teks bersifat oto-
tidaklah sama dengan hubungan bertanya- nom. Teks memiliki kemandirian dan tota-
menjawab. Membaca sebuah teks bukanlah litas. Teks yang memiliki kemandirian memi-
berdialog dengan pengarang melalui karya- liki empat ciri yakni : Pertama, Makna yang
nya. Hubungan pembaca dengan buku sa- terdapat pada teks tentang “apa yang dikata-
ngatlah mempunyai karakter yang berbeda kan” terlepas dari “proses pengungkapan”.
dengan hubungan penanya dengan orang “Apa yang dikatakan” dengan “proses peng-
yang menjawab dalam sebuah peristiwa. ungkapan” pada teks dibandingkan dengan
202 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

bahasa lisan, keduanya tidak bisa dilepaskan. ca tertentu melainkan teks tertuju pada siapa
Makna tidak saja ditangkap dari kalimat yang saja yang bisa membaca karena sifatnya yang
disampaikan didalam percaka-pan lisan tapi monolog. Ricoeur berpenda-pat makna teks
juga disempurnakan oleh mimik, intonasi dan tidak terletak di balik teks melainkan berada
lain sebagainya. Kedua, Makna teks tidak di hadapannya. Teks bukanlah sesuatu
terikat kepada pengarang atau pembicara tersembunyi tapi sesuatu yang bersifat
pada bahasa lisan. Teks selalu berusaha
terbuka.
keluar dari cakrawala pengarang sehingga
makna teks tidak lagi berhubungan dengan The sense of a text is not behind the
psikologi maksud pengarang. Maksud si text, but in front of it. It is not something
pengarang terhalang oleh teks yang sudah hidden, but something disclosed. What has
baku dan pengarang merupakan pembaca to be understood is not the initial situation
of discourse, but what point towards
pertama.
apossible world, thanks to the non
Text’s career escapes the finite horizon ostensive reference of text (Ricoeur :
lived bay its author. What the text says now 1976, 87)
matters more then what the author meant to
say, and very exegesis unfolds its procedures Skema : Otonomi Teks
within the circumference of a meaning that
has broken its moorings to the psychology of
its author (Ricoeur, 1991: 148)
situasi
Ketiga, Makna sebuah teks tidak lagi awal
terikat pada konteks semula (ostensive refe-
rence). teks terbuka pada dunia baru yang di
bangun oleh teks itu sendiri yang tidak Proses
dibatasi Penga
Teks pengung
rang
Makna teks terlepas dari konteks awal kapan
pembicaraan. Teks membebaskan makna.
Makna teks terlepas dari konteks awal pembi
caraan. Teks membebaskan makna dari audiens
awal
situasi yang dialogis.
Keempat, Makna teks juga terlepas
dari audiens awal, ruang dan waktu. Teks
juga tidak ditujukan pada pemba
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 203

Hermeneutika bertujuan untuk menggali 3. Metafora dan Narasi


makna yang terdapat pada teks dengan Teks merupakan bentuk pengawetan
menggali tanpa henti makna-makna yang wacana sedangkan metafora adalah proses
tersembunyi. Penggalian makna tanpa henti perubahan makna di dalam dinamika wacana.
harus dilakukan karena interpretasi terhadap Kemampuan mengkreasi bahasa dalam ben-
teks bukanlah interpretasi yang bersifat tuk metafora dan narasi merupakan tema
mutlak dan tunggal, melainkan temporer dan yang cukup penting dalam hermeneutika Paul
multi interpretasi. Ricoeur. Bahasa kreatif berusaha mengeks-
Paul Ricoeur juga memperluas kon- presikan aspek realitas yang tersembunyi dari
sep teks dengan menyatakan realitas dan bahasa harian. Menggambarkan dunia de-
tindakan sosial sebagi teks yang membawa- ngan cara-cara baru, metafora dan narasi
nya kepada ilmu-ilmu sosial yang melihat menciptakan interpretasi-interpretasi dan pe-
tindakan sosial manusia sebagai objek kajian. ngalaman–pengalaman baru tentang dunia.
Teks bagi Ricoeur dilihat sebagai paradigma Bahasa kreatif ini memperluas lingkup her-
untuk segala makna yang mengundang meneutika.
interpretasi atasnya (Ricoeur, 1981: 144).
Paradigma teks ini muncul sebagai proses Ricoeur meminjam bahasa Monroe
distansiasi yang merupakan pembakuan atau Beardsley (1976: 46) menjelaskan bahwa
fiksasi makna. Pemisahan maksud penulis metafora merupakan “puisi dalam miniatur”.
dari yang ditulisnya dan si pembaca dari Metafora menghubungkan makna harfiah
situasi sosial ketika diproduksi yang me- dengan makna figuratif dalam karya sastra.
munculkan otonomi teks. Paul Ricoeur ter- Pernyataan yang bersifat metaforis berbeda
dapat 4 paradigma teks sebagai pema-haman dengan pernyataan literal. Pernyataan literal
tindakan sosial. Pertama, tindakan tereks- bersifat tegas, sementara pernyataan meta-
ternalisasi dalam suatu cara yang dapat foris mengatakan sesuatu yang lain. Pernya-
dibandingkan dengan fiksasi tulisan. tan literal berarti pernyataan yang memas-
tikan sesutau yang sama, sedangkan pernya-
Kedua, tindakan dalam memisahkan di- tan metaforis menyatakan sesuatu yang mirip
rinya sendiri dari agennya, tindakan membu- dengan yang lain.
tuhkan suatu otonomi yang sebanding dengan
Metafora menggambarkan dan menje-
otonomi semantik teks. Ketiga, sebagaimana
laskan ihwal bagaimana penggunaan bahasa
teks, yang maknanya terlepas dari kondisi
kreatif dan imajinatif merujuk pada realitas
awal yang menghasilkannya, tindakan ma- sedemikian rupa sehingga memproduksi in-
nusia memiliki bobot makna tidak tereduk- terpretasi baru tentang dunia. Sebuah meta-
sikan pada kepentingan situasi awal di mana fora merupakan fiksi heuristik yang meng-
ia muncul tetapi mengikuti reinskripsinya gambarkan ulang realitas dengan merujuk
dalam bentuk baru. Keempat, Suatu tindakan padanya, berkaitan dengan sesuatu yang
sebagaimana teks adalah suatu karya terbuka, imajinatif atau fiksional, yang memung-
dialamatkan kepada urutan yang tak terbatas kinkan kita untuk belajar sesuatu tentang
dari kemungkinan pembacanya (Ricoeur, relitas dari cerita rekaan atau fiksi. Fiksi-fiksi
1981: 138). heuristik membantu kita memahami hubu-
ngan-hubungan baru dan koneksi-koneksi
204 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

baru diantara berbagai hal, memper-luas tuk memahami kemiripan dalam perbedaan,
kemampuan seseorang untuk mengeks- sedangkan dalam narasi sintesa itu
presikan diri, menginterpretasikan diri dan merupakan kemampuan untuk mengkons-
menstransformasikan diri (Kaplan, 2010: 70). truksi organisasi yang bermakna dari ber-
bagai peristiwa yang tampaknya tak saling
Metafora sebagai bagian dari retorika
terkait (Kaplan, 2010: 74).
dipahami sebagai berikut : Pertama, metafora
adalah suatu kiasan, suatu bentuk wacana Ricoeur mengalihkan perhatiannya dari
berkenaan dengan denominasi. Kedua, me- interpretasi tekstual menuju tindakan ma-
tafora merepresentasikan perluasan makna nusia. Ricoeur berpendapat karya-karya
dari suatu nama melalui deviasi dari makna tertulis sesungguhnya memediasi interpretasi.
literal kata. Ketiga, alasan dari deviasi ini Kehidupan manusia adalah kisah-kisah yang
adalah keserupaan. Keempat, fungsi penye- belum lengkap dengan struktur pranaratif
rupaan ini adalah memberikan landasan yang hanya menjadi sungguh-sungguh dapat
substitusi gambaran makna sebuah kata di- dipahami ketika ditransformasikan menjadi
tempat pemaknaan literal, yang dapat digu- sebuah narasi. Membaca berarti melengkapi
nakan dalam tempat yang sama. Kelima, bagian sebuah narasi. Ia merupakan tindakan
metafora menggantikan makna literal di akhir dari aktifitas narasi.
mana kata figuratif merupakan sebuah Kunci memahami hubungan antara me-
substitusi. Keenam, metafora tidak membawa tafora dan narasi adalah imajinasi produktif.
informasi baru tentang realitas (Ricoeur, Imajinasi produktif adalah melakukan ske-
2002: 109). matisasi atas operasi-operasi sintetik. Ima-
Inovasi semantik terjadi dalam metafora jinasi produktif membuat sintesa berbagai
melalui prediksi tidak biasa yang dipahami perbedaan sesuai dengan aturan-aturan ter-
ketika seseorang mengikuti rujukan ganda tentu. Imajinasi produktif yang bekerja dalam
dan memahami bersama makna-makna proses metaforik adalah kemampuan seseo-
figuratif dan harfiahnya. Inovasi semantik rang untuk menciptakan makna-makna baru
terjadi dalam narasi melalui sintesis yang dengan tindak pemahaman sintetik untuk
sama dari berbagai bagian yang heterogen. melihat kemiripan-kemiripan dalam perbe-
Unit mendasar dari narasi adalah alur cerita daan.
yang menyatukan berbagai elemen sebuah
kisah termasuk alasan alasan, motif-motif C. Unsur dan Penerapan Teori Hermeneu-
dan tindakan-tindakan para tokoh dengan tika Paul Ricoeur
peristiwa, kejadian-kejadian dan lingkungan- Pada teori hermeneutika Paul Ricoeur
lingkungannya bersama menjadi sebuah penulis menjelaskan konsep yang membe-
kesatuan yang koheren. Sebuah alur cerita dakan hermeneutika Paul Ricoeur dari
berusaha mensintesakan, mengintegrasikan, konsep hermeneutika lainnya, maka pada
dan mensistema- tisasikan tindakan-tindakan, bagian unsur teori hermeneutika ini akan di-
peristiwa-peristiwa, dan pada akhirnya waktu jelaskan model pendekatan yang digunakan
menjadi satu kesatuan yang utuh dan oleh Paul Ricoeur dalam memba-ca teks.
mengatakan sesuatu yang baru. Pada meta-
1. Objektivasi Struktur Teks
fora maupun pada narasi selalu melibatkan
Tugas hermeneutika tidak mencari
sintesa atas hal-hal yang heterogen. Sintesa
kesamaan maksud dengan pengarang, tetapi
dalam metafora, merupakan kemampuan un-
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 205

menafsirkan makna teks secara objektif (ketegori hermeneutika apropriasi). Objekti-


sesuai dengan yang diisyaratkan teks. Teks fikasi melalui struktur tidak hanya dibatasi
selalu berkaitan erat dengan konteks untuk pada pendekatan struktural, tetapi semua
mengaktualkan makna, sehingga pemaknaan bentuk penjelasan terhadap teks. Jadi kate-
bersifat temporal. Di dalam konteks terdapat gori ini mencakup penjelasan dari ilmu psi-
banyak hal yang dapat mendukung keutuhan kologi, sosiologi, sejarah, antropologi. Da-
makna, namun tetap dalam kaitannya dengan lam dialektika penjelasan dan pemaha-man,
teks. Dengan demikian analisis selalu ilmu-ilmu tersebut berfungsi untuk mengob-
bergerak dari teks untuk mendapatkan makna jektivasi teks dalam arti menjelaskan hubu-
objektif dan proses penafsiran melibatkan ngan-hubungan logis teks dari sudut pandang
dialog antara teks dengan penafsir. bidang masing-masing. Objektivasi melalui
Objektivasi melalui struktur merupakan struktur merupakan penjelasan yang mene-
langkah untuk menunjukkan hubungan kankan sisi metodologis hermeneutika (epis-
internal dalam teks. Hermeneutika pada saat temologis). Penjelasan ini menjadi batu lon-
ini terkait dengan analisis struktural. Analisis catan untuk sampai pada pemahaman diri
struktural menjadi penting untuk mengurai- yang lebih baik dari sisi ontologisnya.
kan teks yang melihat hubungan perbagai Hubungan antara penjelasan dan pema-
persoalan sebagai sebuah jaringan struktur haman, antara objektivasi melalui struktur
atau sistem. Penafsir memahami struktur dan dan pemahaman diri dilihat oleh Ricoeur
makna persoalan melalui relasi-relasi antar sebagai dua hal yang saling melengkapi.
bagian. Objektivasi melalui struktur merupa- Dialektika ini terjadi di dalam konsep
kan pendukung terhadap pembacaan teks Ricoeur tentang teks. Teks memiliki struktur
yang otonom. imanen yang bisa dijelaskan dengan
Objektivasi melalui struktur dan distan- pendekatan struktural, tetapi teks sekaligus
siasi melalui tulisan merupakan prasyarat mempunyai acuan luar yang melampaui
agar teks bisa mengatakan sesuatu. Kedua linguistik dan filsafat bahasa. Acuan luar ini
kategori ini merupakan kutub objektif dari yang disebut wahana/dunia teks, yaitu rea-
pemahaman diri. Sedangkan pemahaman litas yang digelar oleh teks, suatu totalitas
diri mendasarkan diri pada dunia teks agar makna. Dan dunia/ wahana teks ini bukan
bisa terungkap di dalam bahasa. Kempat berasal dari maksud-maksud psikologis pe-
kategori ini mencerminkan keprihatinan ngarang, tetapi dibawa melalui mediasi struk-
hermeneutika yang tidak puas hanya sebagai tur-struktur teks. Dalam rangka memahami
metode (epistemologis), tetapi melalui epis- tindakan sebagai teks, objektivasi melalui
temologi ini ingin dijangkau sisi eksistensial struktur mengungkap tindakan manusia de-
penafsir (ontologis). ngan struktur maknawi yang sudah terdapat
di dalamnya. Tindakan yang bermakna
Haryatmoko (2009: 125) menjelaskan
mempunyai keempat ciri tekstualitas, yaitu
bahwa Paul Ricoeur menganggap pendekatan
terpatrinya tindakan, otonomisasi tindakan,
struktural bisa berperan sebagai sarana
relevansi tindakan dan tindakan sebagai
objektifikasi di dalam proses penafsiran yang
karya terbuka. Ciri-ciri tektuslitas ini
memungkinkan pemahaman diri lebih baik
memungkinkan tindakan untuk diperlakukan
206 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

sama seperti teks. Analisa struktural atas antara wacana dan peristiwa yang me-
tindakan menunjukkan bahwa tindakan ngandaikan bahwa keseluruhan wacana
selalu mempunyai pelaku, motif, tujuan sebagai peristiwa sehingga dipahami
lingkup dan akibat. Semua unsur ini mem- keseluruhan peristiwa sebagai makna
bentuk jaringan konseptual atas struktur (Ricoeur, 1991: 78). Kedua, Distansiasi
makna. Tetapi pemahaman akan unsur struk- makna teks dengan maksud pengarang.
tural itu berbeda sesuai dengan ragam sim- Maksud pengarang terdistansiasi setelah
bolik dalam kebudayaan yang bersang-kutan wacana terinskrpsi dalam teks. Ketiga,
distansiasi teks dari kondisi yang mengi-
(Haryatmoko, 2009: 126).
tarinya. Kondisi awal teks dengan dimensi
Suatu tindakan mendapatkan makna sosio kulturalnya tidak diperlukan mengingat
yang aktual berkat ragam simbolik dan kon- teks terbuka untuk seapapun . Teks memutus
teks sosial atau budaya tertentu. Tindakan perkembangan historis awal. Keempat,
saat ini tidak bisa dilepaskna dari masa lalu. distansiasi audiens. Teks membe-baskan diri
Tindakan seseorang di dapat dengan belajar dari audiens awal dan selanjutnya membuka
diri bagi siapapun yang membuka jalan bagi
dari orang lain yang dilihat dan kemudian
adanya otonomi teks. Ricoeur (1991: 83)
ditiru. Tindakan merupakan endapan dan
menjelaskan bahwa karakter esensial dari
tiruan dari kisah-kisah yang di dengar, di
teks literer adalah bahwa ia mentran-
lihat atau di baca. Jadi kisah atau teladan
sendensikan kondisi-kondisi psikologis pro-
lebih mudah mendorong tindakan dari pada duksi karyanya sendiri dengan begitu mem-
ajaran moral yang instruktif karena kisah buka dirinya ke arah rangkaian pembacaan
meyediakan paradigma kehidupan. Tindak yang tak terbatas, dimana pembacaan dalam
an- tindakan itu pada girlirannya itu menjadi situasi sosiokul-tural yang berbeda.
bahan untuk dikisahkan. Sedangkan kisah
Paul Ricoeur berpendapat subjek tidak
akan memberikan pemahaman lebih jernih
pernah sampai pada pengetahuan dan
terhadp tindakan karena mampu menyingkap
pemahaman tentang dirinya sendiri tanpa
aspek-aspek dari tindakan. Maka kisah bisa ditandai oleh yang lain dalam bentuk
berperan sebagai mediasi untuk bisa perbandingan, kontras, oposisi, perbedaan
memahami diri lebih baik. atau kesamaan. Pemahaman diri bukan ber-
langsung dalam pertemuan ada dan
2. Distansiasi
pemikiran. Ada jarak antara subjek yang
Distansiasi adalah unsur yang me- merefleksi dengan diri. Untuk menjembatani
mainkan peran penting dari teori hermeneu- jarak tersebut, menurut Ricoeur, perlu
tika Ricoeur. Distansiasi merupakan jalan mediasi tanda, simbol dan teks ( Haryat-
utama menuju otonomi teks dimana wacana moko, 2009: 123).
terinskripsikan melalui tulisan. Distansiasi
Paul Ricoeur berpendapat melalui teks
merupakan pemeliharaan makna yang me-
dan ego, peran mediasi antara subjek dan
munculkan interpretasi (Haryatmoko, 2000:
pemahaman diri mengantarkan pada suatu
31).
makna yakni subjek moral yang bertang-
Terdapat 4 macam distansisasi yang gungjawab. Bagi Ricoeur yang terpenting
terjadi dalam teks. Pertama, Distansiasi menekankan pada syarat-syaratt penafsiran
makna dari peristiwa. Terjadinya dialektika yang berhasil adalah bila akhirnya bisa
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 207

membantu memahami diri lebih baik. Kon- dihayati sambil tetap secara murni dan lugas
sep pemahaman diri lebih baik menyatukan tertuju kepadanya.
dimensi epistemologi dan ontologi. Pentingnya distansiasi dalam hermeneu-
Mediasi melalui tanda, bagi Paul tika Paul Ricoeur adalah untuk menjaga jarak
Ricoeur bahwa kondisi awali semua pe- keobjektifan dalam ilmu-ilmu kemanusian
ngalaman manusia adalah bahasa. Mak- yang diharapkan akan mampu membawa
sudnya persepsi selalu dikatakan, keinginan pada dialektika antara aliansi distansiasi
juga diungkapkan dengan kata-kata. Mediasi dengan pengalaman. Distansiasi Ricoeur le-
melalui simbol berarti semua ungkapan yang bih dilatarbelakangi oleh studi bahasa, teru-
bermakna ganda yang dikaitkan dengan tama oleh ahli bahasa Perancis, Benveniste.
penamaan unsur-unsur kosmos, penamaan Menurutnya, bahasa wacana dengan bahasa
dimensi, penamaan aspek-aspeknya. Teks sebagai bahasa merupakan dua hal yang
adalah semua wacana yang terpatri melalui berbeda. Kini pemilahan terserbut muncul
tulisan. Teks memisahkan dua hal yaitu dalam konsep, bahasa sebagai sistem bahasa
tindakan menulis dan tindakan membaca. dan dibedakan dari bahasa sebagai sistem
Penulis tidak hadir ketika teks dibaca. komunikasi. Bahasa sebagai sistem adalah
Pembaca tidak hadir pada saat teks ditulis bahasa merupakan suatu tumpukan yang
(Haryatmoko, 2009: 124). pasif, misalnya dalam kamus; sementara
bahasa sebagai sistem komunikasi adalah
Mediasi melalui tanda dan simbol di
bahasa yang telah diaktifkan oleh seseorang
perluas dan di modifikasi oleh mediasi
dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
melalui teks. Akan tetapi mediasi ini menca-
but teks dari hubungan intersubjektif. Artinya Bahasa dalam wacana menegaskan ada-
maksud pengarang tidak lagi tampil seperti nya dialektika antara event dan meaning. Ini
dikehendaki pada kondisi bersama dengan merupakan titik awal Ricoeur merumuskan
makna teks itu sendiri. Oleh karena itu, teori teks. Wacana adalah event (peristiwa)
hermeneutika tidak lagi dimengerti sebagai berarti mengatakan bahwa wacana itu direa-
mencari kesamaan antara pemahaman pe- lisasikan dalam waktu; discourse is realized
nafsir dan maksud pengarang. Tugas temporally. Suatu wacana itu diungkapkan
hermeneutika: Pertama, mencari di dalam dalam perjalanan waktu tertentu sementara
teks itu sendiri dinamika yang diarah oleh bahasa sebagai system, bahasa tidak
strukturasi karya. Kedua,mencari di dalam melibatkan waktu atau outside of time.
teks kemampuan untuk memproyeksikan diri Bahasa sebagai system, tidak ada pertanyaan,
ke luar dari dirinya dan melahirkan suatu siapa yang mengatakan? Kapan dikatakan?
dunia yang merupakan halnya atau pesan Di mana dikatakan? Pertanyaan-pertanyaan
utama teks (Hayatmoko, 2009: 125). ini semua baru muncul manakala bahasa
tidak sebagai sistem, bahasa masih dalam
Ricoeur menekankan pentingnya pema-
kondisinya yang pasif tidak atau belum
haman tentang distanciation (pengambilan-
diaktifkan dalam sistem komunikasi. Wacana
jarak). Setiap pemaknaan yang dilakukan
sebagai event menunjuk kepada kejadian di
oleh kesadaran melibatkan saat pengambilan-
mana dan siapa subyek yang mengatakan..
jarak dari obyek yang diberi makna,
The evenful character is linked to the person
pengambilan-jarak dari pengalaman yang
who speaks, demikian Ricoeur (1991; 77) .
Ricoeur melanjutkan, "what we wish to
208 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

understand is not the fleeting event but rather aliansi distansiasi (Ricoeur,1976: 89). Apro-
the meaning that endures. Discource is priasi bertujuan untuk mengaktualkan makna
realized as event, but understood as meaning teks bagi pembaca terkini. Apropriasi tetap
(Ricoeur, 1991; 78,81). menjadi konsep bagi aktualisasi makna yang
dialamatkan kepada seseorang. Hermeneu-
Bahasa dalam wacana adalah bahasa
tika sempurna sebagai apropriasi ketika
yang telah diaktifkan oleh seseorang dalam
pembacaan lentur dengan sesuatu seperti
wacana. Untuk itu, pertanyaan yang muncul
sebuah peristiwa. Apa yang diapropriasikan
antara lain, kapan diungkapkan? Di mana dan
adalah kekuatan mengungkap dunia yang
oleh siapa? Teori distansiasi bekerja sebagai
membentuk referensi teks. Apropriasi lebih
proses memilah antara kejadian wacana
dekat kepada peleburan horizon yakni ho-
dengan wacana iu sendiri. Apa yang menjadi
rizon dunia pembaca dipadukan dengan
perhatian hermeneutika bukan kepada
horizon dunia penulis (Ricoeur: 2009: 51).
kejadiannya melainkan pada wacananya
karena dia adalah obyek kajian yang hendak Tahap penting antara penjelasan dan
dipahami. Hermeneutika berkepentingan pemahaman diri adalah penggelaran wahana/
dengan wacananya, berkepentingan dengan dunia teks. Tahap ini membentuk dan meng-
bahasa atau kalimatnya yang di dalamnya ubah pembaca atau penafsir. Istilah-istilah ini
mengandung makna tertentu. Distansisasi menunjuk ke objektivitas keberadan baru
sebagai pemilahan antara peristiwa dengan yang diproyeksikan oleh teks. Wahana/dunia
makna oleh Ricoeur diberlakukan pada baru ini tidak berasal langsung dari maksud
tindak bicara (wacana lisan), tindak menulis pengarang. Tetapi disingkap melalui struktur-
(teks) dan tindak berbuat (action) lengkap struktur karya atau teks. Dunia yang digelar
dengan karakteristiknya sendiri-sendiri. Akan dan disarankan oleh teks ini baru bermakna
tetapi dari tiga karakter tersebut, perhatian bila menjadi miliki pembaca atau penafsir
utamanya pada teks; distanciation separates (apropriasi).
the message from the speaker, from the
Titik tolak apropriasi adalah bahwa teks
initial situation and from its primary
merupakan medium di mana si pembaca
receiver. Distansiasi itu memisahkan berita
memahami dirinya sendiri, sehingga menan-
dari sang penuturnya, dari situasi dan dari
dai kemunculan karakter subjektifitas pem-
penerima awal berita tersebut. Melalui
baca yang meluas menjadi karakter funda-
wacana lisan atau wacana tulis, atau teks, self
mental wacana sebagai sebuah keberadaan
understanding seseorang tertantang apakah
yang dialamatkan kepada orang lain
memiliki tingkat pemahaman mencukupi
(Ricoeur, 1991: 87).
atau tidak.
Aprpopriasi (menjadi miliki diri) atau
3. Apropriasi pemahaman diri menandai pertemuan antara
Apropriasi (appropriation) adalah menja dunia yang disarankan oleh teks dan dunia
dikan sesuatu yang sebelumnya “asing” kongkrit pembaca atau penafsir. Pembauran
kemudian menjadi “milik sendiri”. Paul karena pembaca tidak mungkin mengambil
Ricoeur berpendapat distansiasi bermakna alih dunia teks secara keseluruhan dan me-
pemisahan sedangkan apropriasi dimak- ninggalkan dunia aktual tetap dan sekaligus
sudkan sebagai obat yang dapat menyelamat- tidak menolak dunia yang ditawarkan teks.
kan warisan kultural masa lampau dari Dunia pembaca mengalami transformasi.
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 209

Kategori ini langsung menyangkut kebera- tindakan-tindakan dan keyakinan-keyakinan


daan pembaca/penafsir. Perubahan pada diri manusia dengan permainan. Setiap per-
pembaca terjadi berkat pengaruh teks yang di mainan memiliki aturan main yang diten-
baca sehingga mengubah dirinya atau tukan oleh pencipta atau para pemainnya.
membantu memahami diri lebih baik. Tindakan dan keyakinan manusia dengan
Pengambilan jarak terhadap diri sendiri analogi permainan dapat dipahami meru-
pada proses pemahaman diri (approriasi) pakan sebuah kreasi manusia untuk
merupakan prasyarat mutlak agar tidak menimbulkan efek-efek tertentu yang memu-
terjadi distorsi makna dan agar dapat mere- askannya. Ada kepentingan yang di dorong
lativisir kesewenang-wenangan di dalam pe- oleh kehendak manusia menunjukkan bahwa
nafsiran. Pengambilan jarak ini bersifat krea- tindakan dan keyakinannya bukan sesuatu
tif karena akan memperkaya dan memur- yang didasarkan pada sesuatu yang mutlak
nikan pemahaman diri. Pengambilan jarak dan tak dapat ditawar-tawar. Penerapan
terdiri dari kritik ideologi, dekonstruksi dan analogi permainan dalam kegiatan penafsiran
analogi permainan (Haryatmoko, 2009: 127). membawa penafsir untuk dapat memperkaya
teks yang ditafsirkan. Teks menjadi lebih
Kritik Ideologi adalah kritik atas prangka
lentur dalam arti pembaca yang menafsir-
-prasangka dan ilusi-ilusi penafsir. Kritik ini
kannya dapat menghasilkan makna-makna
menjadi penting karena dalam setiap pe-
baru dari kegiatan membacanya (Haryatmo-
nafsiran, subjek penafsiran sudah memiliki
ko, 2000: 32).
pra pengalaman yang bisa mem-permudah
pemahaman, tetapi bisa juga mnghambat atau Kalau krirtik ideologi dan dekonstruksi
mengacaukan. Pemahaman hermeneutika merupakan bentuk negatif dari pemngam-
yang memusatkan diri pada teks, krirtik ini bilan jarak terhadap diri sendiri. Analogi
sekaligus merupakan pengakuan terhadap permainan merupakan bentuk positifnya.
serangan dari luar, yang mungkin bisa Permainan adalah suatu bentuk pengambilan
destruktif, tetapi kemudian di ubah menjadi jarak terhadap diri karena kehidupan yang
alat otokritik untuk pemurnian diri. Maka serius dan formal. Permainan bisa membantu
jawaban atas kritik itu bukan lagi apologi, membuka kemungkinan-kemungkinan baru
tetapi penjinakan serangan yang datang dari yang terpenjara oleh pemikiran yang terlalu
luar untuk kepentingan pemur-nian dalam serius. Permainan juga membuka kemung-
pemahaman diri yang lebih baik. Bentuk kinan subjek untuk berubah yang tidak
distansiasi yang mirip dengan kritik ideologi dimung-kinkan oleh visi yang melulu moral.
ini ialah dekonstruksi. Melalui de-konstruksi, Permain an dengan kata lain bisa mendorong
pembaca di ajak untuk membong-kar moti- tum-buhnya kreativitas karena dengan
vasi-motivasi baik sadar atau bawah sadar, permainan, subjek dibebaskan dari norma
serta kepentingan kepentingan diri atau sosial dan keseriusan sehari-hari. Dengan
kelompok di depan teks. demikian nampak fenomena dasariah pada
manusia, proses lahirnya kreativitas, bahwa
4. Analogi permainan pertama-pertama di dalam imajinasi terben-
Ricoeur memandang analogi permainan tuk “ada yang baru”, dan bukan di dalam
sebagai salah satu bentuk pengambilan-jarak kehendak. Kemampuan untuk di tangkap
dalam hermeneutika. Analogi permainan oleh kemungkinan-kemungkinan baru men-
merujuk pada aktivitas membandingkan dahului ke-mampuan untuk memilih dan
210 TAJDID, Vol.17, No.2; November 2014

mengambil keputusan. Imajinasi adalah D. Tahap Operasional Pemahaman dalam


dimensi dari subjek yang menjawab teks Hermeneutika Paul Ricoeur
sebagai puisi (yang menciptakan sesuatu). Tujuan interpretasi Ricoeur adalah se-
Jadi pertama-tama kepada imajinasi, suatu buah pemahaman eksistensial (Hery, 2008:
teks itu ingin berbicara dengan mengusulkan 267). Ricoeur mengajukan tiga tahapan
kemung-kinan-kemungkinan baru dan pemahaman yang harus dilakukan sang
gambaran yang membebaskan diri subjek. penafsir yang dapat dijadikan pijakan bagi
Pemahaman diri sebagai kategori- kate- operasional interpretasi. Ketiga tahapan itu:
gori hermeneutika mengandung dua unsur Pertama, tahapan semantik, Kedua: tahapan
dinamis pembentukan dan perubahan subjek, reflektif dan Ketiga: tahapan eksistensial.
yaitu pengambilan jarak secara kritis dan Tahapan pemhaman ini melibatkan semua
pngambilan jarak yang mendorong ke unsur dalam hermenutika Ricoeur.
kreativitas. Kritik iodeologi dan dekontruksi 1. Tahapan pemahaman Semantik
membantu subjek untuk menatap dan mem-
bersihkan ilusi, motivasi dan kepentingan Tahapan Semantik merupakan kajian
sehingga subjek di ajak untuk jujur terhadap kebahasaan. Pada tahap ini si penafsir
dirinya sendiri dan orang lain. Dengan menghubungkan antara objek yang dipahami
demikian sekaligus suatu bentuk tuntutan dengan subjek yang melakukan pemahamn.
untuk bertanggungjawab atas tindakannya. Proses interpretasi dalam hermeneutika
Analogi permainan mengarahkan subjek ke Ricoeur dimulai dengan penebakan. Mene-
dimensi puitis dan kreatif (Haryatmoko,2009: bak makna sebuah teks berkaitan dengan
128). bentuk semantik otonomi teks, yakni makna
teks tidak lagi serupa dengan makna dan
Realisme pendekatan Ricoeur ini terletak maksud pengarang( Ricoeur, 1991: 75).
pada kenyataan bahwa manusia digelayuti Makna harus di tebak karena pengarang tidak
oleh kepentingan-kepentingan dan diarahkan lagi hadir mengiringi teks. Tahapan ini
oleh keyakinan yang bisa berubah menjadi merupakan pintu masuk menuju pemahaman
ilusi, maka pengambilan jarak kritis terhadap eksistensial. Hermeneutika Ricoeur berupaya
teks dan diri sendiri menjadi sarana efektif mengangkat taraf analisis bahasa pada analisi
untuk masuk ke tanggungjawab. Analogi per atas struktur-struktur semantik ekspresi-
mainan melepaskan dari pembatasan-pem- ekspresi manusiawi dengan ragam makna, ke
batasan untuk masuk ke dimensi kreatif arah yang lebih tinggi. Analisis semantik
kehidupan subjek. Jadi status alteritas selalu akan menghasilkan makna polisemi. Pada
diantarai oleh teks yang bisa dalam bentuk tahap semantik keragaman model dan metode
kisah , sejarah atau mitos. Sesuatu yang lain hermeneutika dapat diterapkan untuk menga-
memurnikan aku sehingga bisa memahami nalisis kebahasaan .
diri menjadi lebih baik. Tanggungjawab lahir
bukan karena dituntut oleh “orang /yang 2. Tahapan pemahaman Reflektif
lain”, tetapi karena kritis terhadap diri
sendiri, berani membongkar kepentingan- Tahap reflektif merupakan jembatan
kepentingan diri, terbuka untuk memurnikan anatara tahap semantik ke tahap eksistensial,
motifasi dan akhirnya akan ditantang untuk karena bahas sesungguhnya berhubungan
terobosan-terobosan baru. dengan eksistensial. Tahap ini merupakan
peroses yang menghubungkan antara pema-
Widia Fkitri; Kekhasan Hermeneutika Paul Ricoeur 211

hamn teks dan pemahamn diri sendiri. Tahap Kalan, M David, 2010, Teori Kritis Paul
refleksi ini berkaitan dengan ekspresi hidup, Ricoeur, Penj: Ruslani, Yogyakarta Pus-
yang berproses dari kesadaran tidak langsung taka Utama
melalui karya yang merupakan ekspresi dari Palmer, E Richard, 2005, Hermeneutika, Te-
aktus berada manusiawi. ori Baru mengenai Interpretasi, Yog-
yakarta: Pustaka Pelajar.
3. Tahapan pemahaman Eksistensial
Permata, Ahmad Norma, 2002, “Hermeneu-
Tahap ini interpretasi menuju pada
tika Fenomenologis Paul Ricoeur” dalam
yang Ada (being).Tahap eksistensial Ricoeur
Filsafat Wacana Membelah makna da-
melewati simbol, tahap semantik dan tahap
lam Anatomi Bahasa, Yogyakarta: IR-
reflektif. Tahap ontologi ini dapat dicapai
CiSoD,
melalui berbagai metode interpretatif, konflik
interpretasi yang terdapat dalam level se- Pospoprodjo, Wasito, 1985, Hermeneutika
mantik dan tradisi filsafat reflektif. Falsafati, Relevansi dari Beberapa Pers-
pektifnya Bagi Kebudayaan Indonesia,
Bandung : UNPSD,
DAFTAR PUSTAKA
Ricoeur, Paul, 1976, Interpretation Theory:
Abou El adl, Khaled,2001, Atas nama Tuhan,
Discourse and the surplus of Meaning,
dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif,
Texas : The Texas Christian University
penj: R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta:
Press,
Serambi.
Ricoeur, Paul,, 1991, From Text to Action,
Amin Abdullah, 2004, “Pendekatan herme-
Essays in Hermeneutics, II, translated by
neutik dalam studi fatwa-fatwa Keaga-
Kathleen Blamey and John B. Thomp-
maan”, dalam Atas nama Tuhan, Jakarta:
son, Illinois: Northewstern University
Serambi.
Press,
Hamka, 1959, Merantau Ke Deli, Jakarta Dja
jabakti, Ricoeur, Paul,, 2008, Hermeneutika Ilmu
Sosial, penj: Muhammad Syukri, Kreasi
Hamka,1984, Islam dan Adat Minangkabau, Wacana, Yogyakarta
Jakarta : Pustaka Panjimas,
Sumaryono, E, 1999, Hermeneutik, Sebuah
Hamka, 2009, Tenggelamnya Kapal Van Der Metode Filsafat,Kanisius, Yogyakarta
Wijck, Jakarta : Bulan Bintang.
Haryatmoko, 2000, ”Hermeneutika Paul Ri-
Sumber lain
coeur, transparansi sebagai proses,” da-
lam Basis 05-06, Yogyakarta: Kani-sius,  (http://www.fondsricoeur.fr, 2 Maret
2010).
Haryatmoko, 2009, “Proses Mediasi Ke
 ( www.fondsricoeur.fr).
Moment Moral”, dalam “Pemahaman
Diri” Ricoeur dan “Penampakan Wajah”
Levinas, dalam jurnal Studia Philoso-
phica et Theologica, Vol 9 No 2, Ok-
tober 2009

You might also like