You are on page 1of 5

TEORI TERBENTUKNYA SUATU NEGARA

I. PENDAHULUAN
Setiap negara tidak terbentuk dengan sendirinya secara otomatis. Mereka
memiliki sejarah panjang yang berbeda-beda. Selain itu, bentuk negara yang dipilih oleh
suatu negara juga tergantung pada latar belakangnya.
Perencanaan pembangunan juga disesuaikan dengan tujuan negara tersebut.
Pembentukan negara dapat dikelompokkan berdasarkan teori-teori terbentuknya negara.

II. PENGERTIAN NEGARA


Istilah “negara” merupakan terjemahan dari beberapa kata asing seperti state
(bahasa Inggris), etat (bahasa Prancis), atau staat (bahasa Belanda dan Jerman). Secara
terminologi, negara didefinisikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok
masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu dengan cara hidup bersama dalam
suatu kawasan yang memiliki pemerintahan yang berdaulat.
Suatu negara dapat didirikan jika memenuhi tiga unsur utama, yaitu masyarakat
(rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Ketiga unsur tersebut didukung oleh
unsur lain, yaitu konstitusi dan pengakuan negara-negara lain yang disebut sebagai unsur
deklaratif. Rakyat dalam definisi negara adalah sekumpulan manusia yang bersama-sama
tinggal di suatu wilayah tertentu yang dipersatukan oleh persamaan. Rakyat dalam
negara memiliki peran yang penting sehingga disebut sebagai substratum personel dari
negara.
Wilayah juga menjadi unsur negara yang harus dipenuhi karena suatu negara
tidak dapat didirikan tanpa memiliki wilayah dengan batas teritorial yang jelas. Dalam
konsep negara modern, batas wilayah tersebut diatur dalam perjanjian dan perundang-
undangan internasional. Pemerintah didefinisikan sebagai alat kelengkapan negara yang
berfungsi memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan bersama dalam
didirikannya suatu negara. Aparat dan alat-alat negara yang menetapkan hukum
dijadikan sebagai cara untuk melaksanakan ketertiban, keamanan, perdamaian, dan
kepentingan warga negara yang beragam. Untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut,
dibutuhkan bentuk-bentuk negara dan pemerintahan. Pada umumnya, nama sebuah
negara identik dengan model pemerintahan yang dijalankannya, seperti negara demokrasi
dengan sistem pemerintahan parlementer atau presidensial. Ketiga unsur tersebut
didukung oleh unsur lainnya, yaitu konstitusi.
Unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat sebagai dukungan atau
penerangan mengenai adanya suatu negara. Hal ini bersifat deklaratif, bukan konstitutif
sehingga tidak bersifat mutlak. Ada dua macam pengakuan suatu negara, yaitu secara de
facto dan secara de jure. Pengakuan de facto merupakan pengakuan atas fakta adanya
suatu negara yang didasarkan pada fakta bahwa suatu masyarakat politik telah memenuhi
tiga unsur utama negara, yaitu wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat.
Pengakuan de jure pada dasarnya adalah pengakuan secara hukum mengenai
keabsahan suatu negara. Melalui pengakuan de jure, sebuah negara akan memperoleh
hak dan kewajiban yang setara dengan negara-negara lain di dunia.
Dalam hal ini, hak yang dimaksud adalah hak untuk bertindak secara bebas dan diakui
sebagai negara yang berdaulat sepenuhnya oleh negara-negara lain. Sementara kewajiban
yang harus dipenuhi adalah kewajiban sebagai anggota komunitas internasional, yang
meliputi mematuhi peraturan internasional, menjaga perdamaian dan keamanan
internasional, serta mempromosikan kerja sama dan persahabatan antar negara.

III. TEORI TERBENTUKNYA NEGARA


Pembentukan negara tidak terjadi begitu saja, ia melewati proses yang panjang.
Proses-proses tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam teori terbentuknya
suatu negara. Berikut rincian teori terbentuknya negara.
1. TEORI HUKUM ALAM
Terbentuknya negara dapat terjadi karena adanya hukum alam. Teori hukum
alam mengungkapkan jika hukum alam tidak dibuat oleh negara, tetapi karena
adanya kehendak dari alam. Thomas Aquinas memaparkan jika pembentukan serta
keberadaan negara tidak dapat lepas dari hukum alam. Karena secara hukum alam,
manusia harus saling berdampingan serta bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tidak hanya itu, secara alami, manusia merupakan makhluk sosial dan
politis yang perlu mendirikan komunitas untuk mengemukakan pendapat serta
menyumbangkan pemikiran.
2. TEORI KETUHANAN (TEOKRATIS)
Teori ketuhanan dikenal sebagai istilah doktrin teokritis. Teori ini dapat dijumpai
dari sisi dunia bagian timur ataupun barat. teori ketuhanan memiliki bentuknya yang
sempurna dalam tulisan-tulisan sarjana Eropa pada abad pertengahan dengan
menggunakan teori ini sebagai dasar pembenaran kekuasaan mutlak para raja.
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki raja
bersumber dari Tuhan. Mereka mendapat mandate Tuhan untuk bertakhta sebagai
penguasa. Para raja merasa dirinya sebagai wakil Tuhan di dunia yang diberikan
tanggung jawab kekuasaan dan mempertanggung jawabkannya hanya kepada Tuhan,
bukan manusia.
Dalam sejarah tata negara Islam, pandangan teokritis serupa pernah dijalankan raja-
raja Muslim sepeninggal Nabi Muhammad. Dengan mengklaim diri mereka sebagai
wakil Tuhan atau bayang-bayang Allah di dunia (khalifatullah fi al-ard, dzilullah fi
al-ard), raja-raja muslim tersebut umumnya menjalankan kekuasaannya secara tiran.
Keadaan tidak jauh berbeda dengan para raja-raja di Eropa pada abad pertengahan,
raja-raja muslim merasa tidak harus mempertanggungjawabkan kekuasaannya
kepada rakyat, tetapi langsung kepada Allah. Paham teokrasi Islam ini pada akhirnya
melahirkan doktrin politik Islam sebagai agama sekaligus kekuasaan (dien wa
dawlah). Pandangan ini berkembang menjadi paham dominan bahwa Islam tidak ada
pemisahan antara agama dan negara. Sama halnya dengan pengalaman teokrasi di
barat, penguasa teokrasi Islam menghadapi perlawanan dari kelompok-kelompok
anti-kerajaan.
3. TEORI KONTRAK SOSIAL (SOCIAL CONTRACT)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara
dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial
masyarakat. Teori ini menitik beratkan negara untuk tidak berpotensi menjadi negara
tirani. Menurut Hobbes, kehidupan manusia terpisah menjadi dua zaman, yakni
keadaan selama belum ada negara, atau keadaan alamiah (status naturalis, state of
nature), dan keadaan setelah ada negara. Bagi Hobbes, keadaan alamiah sama sekali
bukan keadaan yang aman dan sejahtera.
Namun, sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan sosial yang kacau,
tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan sosial antar-individu di
dalamnya. Hobbes beranggapan bawah, kontrak atau perjanjian bersama individu-
individu dibutuhkan. Yang dulunya hidup dalam keadaan alamiah berjanji akan
menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah
badan yang disebut negara. John Locke mendefinisikan teori terbentuknya negara
sebagai suatu keadaan yang damai, penuh komitmen baik, saling menolong
antarindividu dalam sebuah kelompok masyarakat. Sekalipun keadaan alamiah
dalam pandangan Locke merupakan suatu yang ideal.
Baginya, keadaan ideal tersebut memiliki potensial terjadinya kekacauan karena
tidak adanya organisasi dan pimpinan yang dapat mengatur kehidupan mereka. Di
sini, unsur pimpinan atau negara menjadi sangat penting demi menghindari konflik
di antara warga negara yang didasarkan pada alasan inilah negara menjadi mutlak
didirikan.
Namun, penyelenggara negara atau pimpinan negara juga harus dibatasi melalui
suatu kontrak sosial. Dasar pemikiran kontrak sosial antar negara dan warga negara
dalam pandangan Locke ini menjadi suatu peringatan bahwa kekuasaan pemimpin
(penguasa) tidak pernah mutlak, tetapi selalu terbatas.
J. J. Rosseu memiliki pandangan sendiri mengenai terbentuknya negara. Menurtnya,
keberadaan suatu negara didasarkan pada perjanjian warga negara untuk
meningkatkan diri dengan suatu pemerintah yang dilakukan melalui organisasi
politik. Pemerintah tidak memiliki dasar kontraktual, tetapi hanya organisasi politik
yang dibentuk dengan cara kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi negara
dan ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakil dari warga negara.
Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya. Pemerintah
tidak lebih dari sebuah komisi atau pekerja yang melaksanakan mandat bersama
tersebut. Melalui pemikirannya, Rosseu dikenal sebagai peletak dasar bentuk negara
yang kedaulatannya ada di tangan rakyat melalui organisasi politik mereka.
Artinya, ia juga sekaligus dikenal sebagai penggagas paham negara demokrasi yang
bersumberkan pada kedaulatan rakyat, yakni rakyat berdaulat dan penguasa-
penguasa negara hanyalah merupakan wakil-wakil rakyat pelaksana mandat mereka

IV. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan Terdapat beberapa teori yang
mengemukakan teori terbentuknya negara.
1. Teori hukum alam yang menyatakan bahwa negara terbentuk atas dasar kewajiban
untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk hidup dan berkembang dalam
lingkungan yang aman dan damai.
2. Teori ketuhanan merupakan teori tertua dan merujuk pada keyakinan bahwa Tuhan
adalah sumber kekuatan negara, teori kekuatan menyatakan bahwa negara
terbentuk akibat penaklukan kaum lemah oleh kaum kuat dan kekuatan merupakan
dasar negara.
3. Teori perjanjian masyarakat menyatakan bahwa terbentuknya negara dikarenakan
adanya perjanjian di mana semua masyarakat mengikat diri dalam perjanjian
tersebut. Selain itu, terdapat pula
Setiap teori memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan perdebatan
tentang asal-usul negara masih terus berlangsung di dunia akademik hingga saat ini.

You might also like