You are on page 1of 50

ANALISA TITER WIDAL PADA PENDERITA

DEMAM TYPHOID DI RUMAH SAKIT


HERMINA MEDAN
TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
DINDA MASYITAH
170209012

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN
2020
ANALISA TITER WIDAL PADA PENDERITA
DEMAM TYPHOID DI RUMAH SAKIT
HERMINA MEDAN
TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Teknologi Laboratorium Medis Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH :
DINDA MASYITAH
170209012

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN
2020
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri
1. Nama : Dinda Masyitah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan,17 Maret 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
7. Pekerjaan : Mahasiswa
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. No.Telopon : 0895329870807
10. E-mail : dindamasyitahamdak@gmail.com
11. Nama Ayah : Khairul Effendi
12. Nama Ibu : Supatmi
13. Pekerjaan : Wiraswasta
14. Alamat : Jl. Setia Budi Pasar 1 Tanjung Sari, Gang
Mekar Mulio No.99

II. Riwayat Pendidikan


1. Tahun 2005-2011 : SD Taman Siswa
2. Tahun 2011-2014 : SMP Namira Islamic School
3. Tahun 2014-2017 : SMK Kesehatan Wirahusada Medan
4. Tahun 2017-2020 : Universitas Sari Mutiara Indonesia Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Program Studi
D-III Teknik Laboratorium Medis
ABSTRAK

Analisa Titer Widal Pada Penderita Demam Typhoid Di Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020.
Demam typhoid merupakan penyakit sistemik yang bersifat akut, yang disebabkan oleh Salmonella
typhi, ditandai dengan demam berkepanjangan, bakterimia tanpa perubahan pada sistem endotel.
Salmonella merupakan genus bakteri enterobacteria gram negatif berbentuk batang, berflagel, tidak
berspora, berkapsul, dan bersifat anaerob yang menyebabkan tifoid, paratifoid. Salmonella penyebab
utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan. Pada umumnya Salmonella menyebabkan
penyakit pada organ pencernaan. Struktur antigen Salmonella terdiri dari antigen flagel (antigen H),
antigen somatik (antigen O). Uji widal merupakan prosedur uji serologi untuk mendeteksi adanya
infeksi Salmonella typhi bakteri yang mengakibatkan penyakit demam tifoid. Uji ini akan
diperlihatkan reaksi antibodi Salmonella terhadap antigen O-somatik, H-flagellar. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif crossectional yang bertujuan untuk menganalisa Titer Widal dengan
metode aglutinasi di Laboratorium Rumah Sakit Hermina Medan. Dari 15 sampel yang di analisa
diperoleh hasil Titer Widal pada penderita demam tifoid terjadi aglutinasi sebanyak 11 sampel atau
73,33% dan tidak terjadi aglutinasi sebanyak 4 sampel atau 26,66%. Hasil terjadi aglutinasi Salmonella
typhi O = 5 sampel, Salmonella typhi H = 2 sampel, Salmonella paratyphi AO = 1 sampel, Salmonella
paratyphi BO = 8 sampel, Salmonella paratyphi CO = 4 sampel , dan Salmonella paratyphi CH = 2
sampel. Kesimpulan Titer Widal pada pasien demam tifoid di Rumah Sakit Hermina Medan diperoleh
hasil penelitian terhadap 15 sampel yang diperiksa, diperoleh hasil yang positif sebanyak 11 sampel
dengan persentase 73,33% dan negatif sebanyak 4 sampel dengan persentase 26,66% .

Kata Kunci : Demam Typhoid , Uji Widal

i
ABSTRACT

Widal Titer Analysis for Typhoid Fever Patients at Hermina Hospital, Medan, 2020 . Typhoid fever is
an acute systemic disease caused by Salmonella typhi, characterized by prolonged fever, bacteremia
without changes in the endothelial system. Salmonella is a genus of gram-negative enterobacteria
bacteria in the form of rods, flagellated, without spores, capsules, and anaerobes that cause typhoid and
paratyphoid. Salmonella is the leading cause of foodborne illness. In general, Salmonella causes
diseases of the digestive organs. Salmonella antigen structure consists of flagellum antigen (H
antigen), somatic antigen (O antigen). Widal test is a serological test procedure to detect Salmonella
typhi bacteria infection that causes typhoid fever. This test will show the Salmonella antibody reaction
to the O-somatic antigen, H-flagellar. This type of research is a cross-sectional descriptive study which
aims to analyze the Widal Titer with the agglutination method in the Hermina Hospital Laboratory,
Medan. Of the 15 samples analyzed, the results of the Widal titer in typhoid fever sufferers were 11
samples or 73.33% agglutination and 4 samples or 26.66% did not occur. The results were Salmonella
typhi O = 5 samples, Salmonella typhi H = 2 samples, Salmonella paratyphi AO = 1 sample,
Salmonella paratyphi BO = 8 samples, Salmonella paratyphi CO = 4 samples, and Salmonella
paratyphi CH = 2 samples. Conclusion Widal titer in typhoid fever patients at Hermina Hospital,
Medan, obtained the results of a study of 15 samples examined, 11 samples were obtained with a
percentage of 73.33% and a negative result of 4 samples with a percentage of 26.66%.

Key Words : Typhoid fever, Widal Test.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Analisa Titer Widal Pada Penderita Demam

Typhoid Di Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020”. Penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi D-III

Teknik Laboratorium Medis Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari

Mutiara Indonesia.

Pada kesempatan ini, peneliti banyak mengucapkan terimah kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak / Ibu :

1. Dr. Parlindungan Purba, S.H, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara

Medan.

2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

3. Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sari Mutiara Indonesia.

4. Yunita Purba, M.Si, selaku Ketua Prodi Program Studi D-III Teknik

Laboratorium Medis Universitas Sari Mutiara Indonesia.

5. Dr. dr. Jenny Ria Sihombing, Sp.P.K selaku Dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktunya dan memberi bimbingan dan dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

iii
6. Kesaktian Manurung, M.Biomed selaku Dosen Penguji saya yang telah

memberi masukan dan saran untuk Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh Staf Pegawai Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan

yang telah memberikan ilmu dan fasilitas dalam perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Serta Staf Pegawai Pendidikan Teknologi Laboratorium

Medis Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah membekali penulis

dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya serta keluarga yang selalu memberi

motivasi, do’a dan dukungan, bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Untuk seluru teman-teman seperjuangan yang mendukung dan membantu

saya dalam menyelesaikan studi dan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulisan mengucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada

semua pihak yang telah membantu meneliti penyusunan proposal ini, semoga dapat

bermanfaat bagi pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita

semua.

Medan, Agustus 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
2.1 Demam Typhoid ................................................................... 6
2.1.1 Etiologi Demam Typhoid .......................................... 6
2.1.2 Gejala Klinis Demam Typhoid ................................. 7
2.1.3 Patogenesis Demam Typhoid .................................... 8
2.1.4 Diagnosis Demam Typhoid....................................... 10
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Demam Typhoid ......... 11
2.1.6 Jenis-jenis Obat ......................................................... 11
2.2 Salmonella ............................................................................ 12
2.2.1 Morfologi Salmonella ............................................... 12
2.2.2 Struktur Antigen Salmonella .................................... 13
2.2.3 Cara Penularan Salmonella ....................................... 13

v
2.3 Uji Widal ............................................................................. 14
2.4 Uji Tubex............................................................................. 16
2.5 Kerangka Konsep ................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 17
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 17
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian .............................................. 17
3.2.1 Lokasi Penelitian........................................................ 17
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 17
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ......................................... 17
3.3.1 Populasi...................................................................... 17
3.3.2 Sampel ....................................................................... 17
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................. 18
3.5 Prinsip Pemeriksaan ............................................................ 18
3.6 Alat, Bahan, Reagensia ....................................................... 18
3.7 Prosedur Kerja ..................................................................... 19
3.7.1 Cara Pemisahan Serum .............................................. 20
3.7.2 Cara Kerja Tes Widal Metode Slide .......................... 20
3.7.3 Cara Pengenceran ...................................................... 21
3.7.4 Hasil Pengenceran...................................................... 21
3.8 Interprestasi Hasil ................................................................ 21
3.9 Defenisi Operasional ........................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 23
4.1 Hasil.. ................................................................................... 23
4.2 Pembahasan .......................................................................... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 28
5.1 Kesimpulan........................................................................... 28
5.2 Saran ..................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Bakteri Salmonella Typhi ..................................................................... 12

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Analisa Titer Widal pada penderita Demam
Typhoid........................................................................................................23

Tabel 4.1 Hasil Titer Widal Pada Penderita Demam


Typhoid........................................................................................................24

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Antigen O dan H dari Salmonella typhi.......................25

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Antigen dari Salmonella paratyphi...............................26

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Dokumentasi

Lampiran II : Surat Izin Penelitian

Lampiran III : Surat Balasan Penelitian

Lampiran III : Surat Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam typhoid merupakan penyakit sistemik yang menjadi masalah

kesehatan dunia. Demam typhoid terjadi baik di negara tropis maupun negara

subtropis, terlebih pada negara berkembang. Besarnya angka kejadian demam

typhoid sulit ditentukan karena mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang luas.

Angka kejadian demam typhoid di dunia diperkirakan sebanyak 21 juta kasus dan

sekitar 220.000 orang meninggal setiap tahun menurut data WHO, 2014.Di negara

berkembang, kasus demam typhoid dilaporkan 95% adalah rawat jalan. Angka

kejadian demam typhoid di Indonesia diperkirakan sekitar 350-810 per 100.000

penduduk dan morbiditas yang cenderung meningkat setiap tahun sekitar 500-

100.000 penduduk dengan angka kematian sekitar 0,6-5 %. Angka kejadian demam

typhoid berbeda di setiap daerah, seperti di Kota Semarang tahun 2014 mencapai

9721 kasus dan tahun 2015 mencapai 9748 kasus (Dinkes 2014; Dinkes 2015).

Demam typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama

serotype Salmonella typhi (S. typhi) dan Salmonella paratyphi (S. paratyphi). Bakteri

ini termasuk kuman Gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil,

berbentuk batang,berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik

antigen O, H dan Vi. Demam merupakan keluhan dan gejala klinis yang timbul pada

semua penderita demam typhoid ini. Untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit

1
2

ini diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat

digunakan adalah pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi

dan biakan kuman, uji serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler

(Rachman, 2011).

Demam typhoid adalah penyakit sistemik yang bersifat akut,dapat disebabkan

oleh Salmonella serotipe typi, Salmonella serotipe paratypi A, B dan C,ditandai

dengan demam berkepanjangan bakterimia tanpa perubahan pada sistem endotel,

invasi dan multiplikasi bakteri dalam sel pagosit monokuler pada hati dan limpa.

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat terjadi di negara beriklim

tropis dan sub tropis. Manifestasi klinis demam typhoid dimulai dari yang ringan

(demam tinggi,denyut,jantung lemah, sakit kepala) komplikasi pada hati dan limpa

(Ghadia Putri Setiana, 2016).

Demam typhoid disebaban oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama

serotype Salmonella typi (S.typi). Bakteri ini termasuk kuman gram negatif yang

memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul dan bersifat

fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. Demam merupakan

keluhan dan gejala klinis yang timbul pada semua penderita demam typhoid ini.

Namun, pada manifestasi klinis demam typhoid tidak khas dan sangat bervariasi

sesuai dengan patogenitas demam typhoid. Untuk menentukan diagnosis pasti dari

penyakit ini diperlukan pemeriksaan laboratorium (Fatmawati Rachman, 2011).

Diagnosa demam typhoid dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

widal. Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan aglutinasi yang menggunakan


3

suspensi bakteri Salmonella typi dan Salmonella paratypi sebagai antigen untuk

mendeteksi adanya antibody terhadap kedua bakteri Salmonella tersebut dalam

serum penderita. Indikasi pemeriksaan widal yaitu membantu menegakkan diagnosis

penyakit demam typhoid (Handojo,2004).

Uji Widal adalah suatu pemeriksaan laboratorium guna mendeteksi ada atau

tidaknya antibodi penderita tersangka terhadap antigen Samolnella typi yaitu antibodi

terhadap antigen O (dari tubuh kuman). Antigen H (flagel kuman), dan antigen Vi

(kapsul kuman). Dari etiga antibodi, hanya antibodi terhadap antigen H dan O yang

mempunyai nilai diagnostik demam typhoid (Vika Rahma Velina, 2016).

Menurut data WHO tahun 2003, diprediksikan sekitar 17 juta kasus demam

typhoid di seluruh dunia dengan angka insiden 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di

Indonesia kasus demam typhoid masih merupakan penyakit endemik. Penyakit ini

jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat sporadik yang terpencar – pencar di

suatu daerah. Frekuensi kejadian demam typhoid di Indonesia pada tahun 1990

sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan menjadi 15,4 per 10.000

penduduk. Insiden demam typhoid di Indonesia bervariasi di tiap daerah dan

biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan. Pada daerah pedesaan (Jawa Barat)

insidennya sekitar 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di daerah perkotaan

ditemukan 760-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun (World Health

Organization, 2003).

Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada

91% kasus demam typhoid. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari
4

ringan sampai berat dan ada yang disertai dengan komplikasi. Pada minggu pertama,

keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam

nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, munta, obstipasi dan atau diare,

perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya di

dapatkan peningkatan suhu badan. Dalam minggu keuda gejala-gejala menjadi lebih

jelas berupa demam, bradiakardi relatif, lidah typhoid (kotor di tengah, tepi dan

ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa

somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis (Widodo, Sudoyo AW, Setiyohadi B,

Alwi 2006).

Prinsip tes Widal adalah pasien dengan demam typhoid atau demam enteric

akan memiliki antibodi di dalam serumnya yang dapat bereaksi dan beraglutinasi

dilusi ganda. Pada daerah endemis demam typhoid sering ditemukan level antibodi

yang rendah pada populasi normal. Penentuan diagnosis yang tepat untuk hasil

positif dapat menjadi sulit pada area yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk

menetapkan level antibodi pada populasi normal di daerah atau area khusus supaya

penentuan nilai ambang batas atas titer antibodi signifikan. Hal tersebut khususnya

penting jika hanya ada sampel serum akut tanpa ada sampel serum periode

convalescence untuk pengetesan Widal (Kulkarni M, Rego S, 2007).

Demam typhoid merupakan salah satu penyakit sistemik yang di sebabkan

oleh Salmonella Thypi, jika penyakit ini tidak segera di tangani akan sangat

membahayakan bagi manusia. Widal atau uji widal adalah prosedur uji serologi

untuk mendeteksi adanya infeksi Salmonella typhi bakteri yang mengakibatkan


5

penyakit demam typhoid. Uji ini akan diperlihatkan reaksi antibodi Salmonella

terhadap antigen O-somatik dan H-flagellar di dalam darah.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Analisa titer widal

pada penderita demam typhoid di Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meng-Analisa titer widal pada

penderita demam typhoid usia remaja di Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan bagi penulis mengenai Demam Typhoid.

2. Sebagai bahan bacaan dan informasi kepada mahasiswa Sari Mutiara tentang

hasil Widal pada penderita typhoid.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Typhoid

Demam typhoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella sp. Demam typhoid ditandai dengan panas

berkepanjangan yang diikuti dengan bakterimia dan invasi bakteri Salmonella sp.

sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar

limfe usus (Yudhistira, 2017).

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhi dan

bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).

Demam typhoid disebut juga dengan Typus abdominalis adalah penyakit

infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi

sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Muttaqim, 2011).

2.1.1 Etiologi Demam Typhoid

Etiologi demam typhoid adalah salmonella typhi. Mikroorganisme ini

merupakan bakteri gram negatif, bersifat anerob dan tidak membentuk spora. Bakteri

ini mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu :

1. Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik

group.

2. Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein dalam flagella dan

bersifat spesifik spesies.

6
7

3. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang

melindungi seluruh permukaan sel.

Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin.

S. tiphy menghasilkan endotoksin yang merupakan bagian terluar dari dinidng sel,

terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan, lipopolisakarida dan lipid A. Ketiga

antigen di atas di dalam tubuh akan membentuk antibodi aglutinin. Antigen ke empat

adalah Outer Membrane Protein (OMP). Antigen OMP merupakan bagian dari

dinding sel terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan

peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya. Salmonella tiphy

hanya dapat hidup pada tubuh manusia. Sumber penularan berasal dari tinja dan

urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita dalam fase penyembuhan

(A. A Made Sucipta, 2015).

2.1.2 Gejala Klinis Demam Typhoid

Salmonella yang tertelan akan mencapai usus halus, Usus halus dibagi menadi

3 bagian, yaitu: Usus 12 jari (Duodenum), Usus kosong (Jejunum) dan Usus

penyerapan (Ileum), Salmonella memasuki saluran limfatik dan kemudian masuk ke

aliran darah. Dari usus halus Salmonella dibawa ke berbagai organ oleh darah, salah

satunya usus. Organisme tersebut memperbanyak diri di jaringan limfoid usus dan

diekskresikan dalam feces (Jawetz,2014).

Demam typhoid masa inkubasi rata-rata 7-14 hari. Setelah masa inkubasi

maka ditemukan gejala prodromal,yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

kepala, pusing dan tidak bersemangat. Pada minggu pertama gejala klinis penyakit
8

ini ditemukkan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada

umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,

obstipasi atau diare, perasaan tidak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan

fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat

perlahan-lahan dan terutama pada sore hari hingga malam hari. Dalam minggu kedua

gejala-gelaja menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang

berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor) hepatomegali,

spenomegali, meteorismus dan gangguan mental (Irianto,2014).

Demam adalah gejala yang paling konstan diantara semua penampakan klinis,

Dalam minggu pertama , keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada

umumnya seperti demam,sakit kepala, mual, muntah,nafsu makan menurun,sakit

perut,diare,sulit buang air besar. Sedangkan pemeriksaan fisik hanya di dapati suuhu

tubuh meningkat terutama sore hari dan malam hari. Setelah minggu kedua maka

gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus-menerus , nafas berbau tidak

sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering/pecah-pecah , lidah ditutupi selaput

putih kotor, ujung dan tepinya memerah, pembesaran hati dan limfa serta timbul rasa

nyeri bila diraba, perut kembung, Demam typhoid yang berat memberikan

komplikasi perdarahan, kebocoran usus, infeksi selaput usus, dan kelainan di otak

(Siti Boedana, 2001).

2.1.3 Patogenesis Demam Typhoid

Patogenesis demam typhoid merupakan proses yang kompleks yang melalui

beberapa tahapan. Setelah kuman Salmonella tiphy tertelan, kuman tersebut dapat
9

bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus

pada ileum terminalis. Di usus, bakteri melekat pada mikrovili, kemudian melalui

barier usus yang melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan

internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella tiphy menyebar ke

sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem

limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan

gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode

inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari (Bhutta ZA, 2006).

Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan

berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan

sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah

periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah

dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode

inkubasi. Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit

kepala, dan nyeri abdomen (Africa- Monthly, 2006).

Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan

berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan

sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah

periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah

dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode

inkubasi. Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit

kepala, dan nyeri abdomen.


10

Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan

antibiotik.Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang,

kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada

Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses infl amasi yang meng-akibatkan nekrosis

dan iskemia.Komplikasi perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi

(RHH Nelwan, 2012).

2.1.4 Diagnosis Demam Typhoid

Penegakan diagnosis demam typhoid dengan kultur mengunakan

pemeriksaan laboratorium Widal. Di daerah endemis, demam lebih dari 1 minggu

yang tidak diketahui penyebabnya harus dipertimbangkan sebagai typhoid sampai

terbukti apa penyebabnya. Beberapa pemeriksaan penunjang yang sering dikerjakan

untuk mendiagnosis demam typhoid terdiri dari pemeriksaan darah, tepi, identifikasi

kuman melalui isolasi/ biakan, identifikasi kuman melalui uji serologis serta

identifikasi kuman secara molekuler. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium

didasarkan pada 3 prinsip yaitu :

1. Isolasi bakteri

2. Deteksi antigen mikroba

3. Retasi antibodi terhadap organisme penyebab.

Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.

Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella tiphy terhadap dalam serum penderita

demam typhoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella tiphy dan pada

orang yang pernah mendapatkan vaksin demam typhoid.


11

Pemeriksaan ini di lakukan di laboratorium untuk mengetahui hasil dari

algutinasi, dan mengetahui penyebab dari demam typhoid dari bacteri Salmonella

tiphy (Word Health Organization,2003).

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Demam Typhoid

Faktor-faktor yang sangat erat hubungannya dengan kejadian demam typhoid

adalah hygiene perorangan yang rendah meliputi kebiasan cuci tangan, hygiene

makanan dan minuman yang rendah seperti mencuci sayuran dengan air yang

terkontaminasi atau penyajian makanan yang kurang sehat,sanitasi lingkungan

merupakan salah satu penyebab terjadi kejadian demam tifoid terlihat dari keadaan

sanitasi lingkungan (Yuli Wulan S, 2013).

2.1.6 Jenis-Jenis Obat

1. Triamfenikol dengan Kloramfenikol: Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada

demam typhoid sama dengan kloramfenikol (orang dewasa, 2 kali 2 tablet

sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg).

Komplikasi hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih jarang daripada

kloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demam typhoid

dapat turun rata – rata 5-6 hari.

2. Ampisilin dan Amoksisilin: Demam hal kemampuan menurukan demam,

efektivitas ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan

kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunannya adalah pasien demam typhoid

dengan leukopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 -150 mg/kgBB

sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan Amoksisilin dan


12

Ampisilin, demam rata – rata turun 7 – 9 hari.

3. Sefalosporin generasi ketiga: Beberapa uji klinis menunjukan bawa

Sefalosoporin generasi ketiga antara lain Sefoperazon, Seftiakson, dan

Sefotaksim efektif untuk demam typhoid tetapi dosis dan lama pemberian

yang optimal belum diketahui dengan pasti (Inawati, 2009).

2.2 Salmonella

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobscteria gram negatif berbentuk

tongkat yang menyebabkan typhoid, paratifoid. Salmonella adalah penyebab utama

dari penyakit yang disebarkan melalui makanan. Pada umunya, serotipe Salmonella

menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh

Salmonella disebut Salmonellosis (Linda Ayu Lestari, 2016).

Gambar 2.1 Bakteri Salmonella Typhi

2.2.1 Morfologi Salmonella

Bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari genus Salmonella.

Bakteri ini berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora motil, berkapsul

dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar, bakteri ini dapat hidup
13

sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu.

Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu60ºC) selama 15-20 menit,

pasteurisasi, pendidikan dan khlorinisasi (Jawetz, 2008).

2.2.2 Struktur Antigen Salmonella

S.typhi adalah bakteri enteric yang bersifat gram negatif, mempunyai antigen

permukaan yang cukup komplek dan mempunyai peran penting dalam proses

patogenitas, selain itu juga berperan dalam proses terjadinya respon imun pada

individu yang terinfeksi. Antigen permukaan tersebut terdiri dari antigen flagel

(antigen H), antigen somatic (antigen O). Antigen O disebut juga sebagai antigen

dinding sel karena antigen tersebut adalah bagian auter layer dari dinding sel bakteri

gram negatif, Antigen O tersusun dari LPS (Lipo Polisakarida) yang berfungsi pula

sebagai endotoksin resisten terhadap pemanasan 100ºC, alcohol dan asam reaksi

aglutinasinya berebentuk butir-butir pasir. Antigen H atau antigen flagel, antigen ini

terdiri dari satu protein yang dikode oleh gen flagel yang berada pada fli C, Antigen

H bersifat termolabil dan dapat rusak oleh alcohol, pemanasan pada suhu diatas

60ºCdan asam dimana pada reaksi aglutinasinya berebentuk butir-butir pasir yang

hilang bila dikocok (Darmawati, 2009).

2.2.3 Cara Penularan Salmonella

Basil Salmonella menular ke manusia melalui makan dan minuman. Jadi

makan atau minuman yang dikonsumsi manusia telah tercemar oleh komponen feses

atau urin dari pengidap typhoid beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat

berperan,pada penularan adalah:


14

1. Hygiene perorangan yang rendah, seperti mencuci tangan yang tidak terbiasa.

2. Hygiene makanan dan minuman yang rendah,faktor ini paling berperan pada

penularan typhoid banyak sekali contoh unuk ini diantaranya: makanan yang

dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah- buahan).

3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolahan air limbah, kotoran dan

sampah yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Kemenkes, 2006).

2.3 Uji Widal

Uji widal adalah uji serologi yang tertua digunakan untuk melacak kenaikan

titer antibodi terhadap Salmonella typhi. Test tersebut telah dipakai sejak tahun 1896

oleh Felix Widal. Titer antibodi tersebut diukur dengan menggunakan pengenceran

serum berulang dalam dua cara, yaitu uji Widal tabung yang membutuhkan waktu

inkunasi semalam dan uji Widal slide yang hanya memerlukan waktu lima menit.

Saat uji Widal Slide lebih banyak digunakan, karena alat yang dibutuhkan lebih

sedikit dan pemeriksaannya lebih cepat (Handojo,2004).

Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap

antibodi pada serum penderita demam typhoid. Reaksi aglutinasi ini didasarkan pada

kenaikan titer, dimana kenaikan titer awal atau yang biasa disebut aglutinasi awal

yaitu 1/80 yaitu 40μl reagen +20ul serum penderita. Apabila terjadi aglutinasi positif

maka dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan titer berikutnya yaitu 1/160 yaitu 40ul

reagen +10ul serum penderita, apabila diperoleh hasil positif, dilanjutkan lagi pada

titer berikutnya , yaitu 1/320 yaitu 40ul reagen +5ul serum pasien , ini adalah titer

tinggi. Apabila telah mencapai titer 1/320 maka difonis menderita demam typhoid.
15

Namun apabila baru mencapai 1/80, untuk pasien yang pernah menderita demam

typhoid, maka ini merupakan titer normal. Tetapi untuk pasien yang belum pernah

mengalami demam typhoid, maka perlu dilakukan pemeriksaan berikutnya pada 5-7

hari untuk melihat apakah ada peningkatan titer atau tidak. Untuk titer 1/160 pada

pasien yang pernah mengalami demam typhoid, maka perlu dilakukan pemeriksaan

dalam jangka waktu 5-7 hari untuk melihat kenaikan titernya, namun untuk pasien

yang belum pernah mengalami demam typhoid maka sudah dapat dinyatakan positif

typhoid. Lalu berlanjut pada titer 1/320 (Sutrimo, 2013).

Pada uji widal terjadi reaksi aglutinasi pada antigen bakteri Salmonella typhi

dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal

adalah suspensi bakteri Salmonella yang telah dimatikan dan di olah di laboratorium.

Tujuan dari uji widal adalah untuk melihat apakah terdapat aglutinin dalam serum

pasien demam typhoid yaitu : Aglutinin O (dari tubuh bakteri), Aglutinin H (flagella

bakteri) dan Aglutinin Vi (simpai bakteri). Aglutinin Odan H merupakan penanda

yang biasanya digunakan untuk mendiagnosis demam typhoid. Semakin tinggi

titernya semakin besar kemungkinan terinfeksin bakteri ini. Besar titer antibodi yang

bermakna untuk diagnosis demam typhoid di Indonesia belum didapatkan

kesepakatan, tetapi beberapa peneliti menyebutkan bahwa uji widal memiliki kriteria

interpretasi apabila didapatkan titer O 1/320. Titer O 1/320 jika positif maka sudah

menandakan pasien tersebut demam typhoid (Surya, 2007).


16

2.4 Uji Tubex

Uji TUBEX adalah uji semi kuantitatif yang prosesnya cepat (dalam beberapa

menit) dan prosedurnya mudah untuk dikerjakan. Hasil positif dari uji TUBEX akan

didapatkan infeksi Salmonella serogrup D dengan mendeteksi antibodi Salmonella

typhi, namun pada infeksi oleh Salmonella paratyphi akan menunjukkan hasil yang

negatife (Surya, 2007).

2.5 Kerangka Konsep

Positif

Pasien Pemeriksaan
Demam Typhoid Widal

Negatif
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif, menggunakan tes widal pada penderita demam typhoid bertujuan untuk

melihat hasil widal di Rumah Sakit Hermina Medan.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Hermina Medan

Tahun 2020.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2020.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien demam typhoid yang dirawat Inap di

Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020.

3.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini Accidental Sampling dengan

pasien rawat inap demam typhoid di di Rumah Sakit Hermina Medan.

17
18

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dengan cara

mengobservasi subjek penelitian dilakukan sekali saja dan pengukuran dilakukan

terhadap variabel subjek pada pemeriksaan diobservasi sekaligus pada waktu yang

sama. Dengan cara pemeriksaan widal pada pasien demam typhoid di Rumah Sakit

Hermina Medan.

3.5 Prinsip Pemeriksaan

Prinsip uji widal yaitu pasien yang mengalami penyakit demam typhoid akan

memiliki antibodi di dalam serumnya yang mana dapat bereaksi dan beraglutinasi

dengan antigen Salmonella enterica serotype typhi pada tes aglutinasi tabung

maupun tes aglutinasi slide. Dengan kata lain dapat dikatakan suspensi bakteri yang

membawa antigen akan beraglutinasi dengan antibodi terhadap organisme

Salmonella enterica serotype typhi. Aglutinasi merupakanreaksi antara antibodi

dengan antigen pada permukaan objek khusus dan menyebabkan objek tersebut

saling bergumpal atau beraglutinasi. Tes Widal menggunakan prinsip ini dalam

mendiagnosis penyakit demam typhoid (Wardana, dkk ,2011).

3.6 Alat, Bahan, Reagensia

3.6.1 Alat

a. Ring slide

b. Mikro pipet

c. Yellow tipe

d. Batang pengaduk
19

e. Rotator

3.6.2 Bahan

Serum

3.6.3 Reagensia

Widal test dengan antigen

1. Antigen Salmonella typhi O

2. Antigen Salmonella typhi H

3. Antigen Salmonella paratyphi AO

4. Antigen Salmonella paratyphi BO

5. Antigen Salmonella paratyphi CO

6. Antigen Salmonella paratyphi AH

7. Antigen Salmonella paratyphi BH

8. Antigen Salmonella paratyphi CH

3.7 Prosedur Kerja

1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : Spuit, kapas alkohol 70%, tali

pembendung (turniket), plester, dan tabung

2. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan

3. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan

aktifitas.

4. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku

5. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)

untuk memastikan posisi vena.


20

6. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70%

dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

7. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika

jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam spuit

Usahakan sekali tusuk kena.

8. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien

membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali

jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.

9. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan

kapas beberapa saat.

3.7.1 Cara Pemisahan Serum

Darah yang telah diambil didiamkan sampai membeku. Kemudian darah di

centifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Lapisan jernih yang

berwarna kuning dibagian atas adalah serum. Segera diambil menggunakan pipet

mikro dan di masukkan kedalam tabung lain yang bersih dan kering untuk dilakukan

pemeriksaan.

3.7.2 Cara Kerja Tes Widal Metode Slide

1. Diteteskan satu tetes maisng-masing reagen keatas ring slide

2. Ditambah satu tetes (10µl) serum pasien di sisi masing-masing reagen

3. Dihomogenkan dengan batang pengaduk

4. Rotamix selama 2menit, lalu dilihat ada tidaknya pembentukan aglutinasi

5. Terbentuk aglutinasi menyatakan Widal positif


21

6. Apabila salah satu ring slide terbentuk aglutinasi lakukan pengenceran.

3.7.3 Cara Pengenceran

1. Bila positif kasar lanjutkan pemeriksaan dengan, 5 µl serum ditambah 1 tetes

reagen Salmonella , bila terjadi aglutinasi maka nilainya 320.

2. Bila masih kasar encerkan, 5 µl serum tambahkan NaCl 5µl, campur.

3. Dari campuran tersebut ambil 5 µl tambahkan 1 tetes dengan reagen

Salmonella positif, nilainya 640.

3.7.4 Hasil Pengenceran

1. Serum 40µl pengenceran 40x

2. Serum 20µl pengenceran 80x

3. Serum 10µl pengenceran 160x

4. Serum 5µl pengenceran 320x

O dan H antigen

a. < 1:160 : Normal

b. > 1:160 dan seterusnya : Adanya infeksi Salmonella

3.8 Interprestasi Hasil

Posifif : Apabila terjadinya aglutinasi

Negatif :Tidak terjadinya aglutinasi

3.9 Defenisi Operasional

Demam typhoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhi yang menyerang manusia melalui makanan yang terkontaminasi

tinja seseorang yang terinfeksi Salmonellatyphi.


22

Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan serologis untuk mendeteksi

antibodi terhadap Salmonella typhi.

1. (+) Positif : Terjadinya Aglutinasi

2. (-) Negatif : Tidak Terjadinya Aglutinasi

Tabel 3.1 Definisi operasional Analisa Titer Widal pada penderita Demam
Typhoid

Variabel Definisi Parameter Alat Nilai Normal


Operasional
Analisa Titer Titer widal Titer Widal Ring Slide Normal :
Widal Pada yang ada pada < 1:160
Penderita Salmonella
Demam serotyph O H Adanya
Typhoid dan infeksi
Salmonella Salmonella:
paratyphi AO > 1:160 dan
BO CO AH seterusnya
BH CH
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil penelitian Widal Slide Test pada Pasien Demam Typhoid yang

dilakukan terhadap 15 sampel yang diperiksa di Laboratorium Rumah Sakit Hermina

Jl. Asrama, Medan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Titer Widal Pada Penderita Demam Typhoid


Lama Jenis
Umur demam Kelamin Hasil Pemeriksaan Widal
NO Kode S.Typhi S.Paratyhpi
Tahun Hari P/L

O H AO BO CO AH BH CH

1 X1 32 7 P 1/80 1/80 1/160 1/80 1/80 1/160 1/80 1/80

2 X2 16 6 P 1/80 1/80 1/80 1/320 1/320 1/40 1/40 1/320


3 X3 20 5 L 1/320 1/160 1/80 1/320 1/160 1/160 1/40 1/160

4 X4 14 6 P 1/80 1/160 1/40 1/40 1/160 1/40 1/40 1/40


5 X5 30 4 P 1/320 1/160 1/80 1/320 1/40 1/40 1/40 1/160

6 X6 35 7 L 1/320 1/160 1/40 1/40 1/80 1/80 1/80 1/80


7 X7 10 4 P 1/160 1/40 1/40 1/320 1/40 1/40 1/40 1/80
8 X8 17 5 L 1/40 1/40 1/80 1/160 1/160 1/40 1/40 1/40
9 X9 41 7 L 1/320 1/320 1/640 1/640 1/320 1/80 1/80 1/80

10 X10 27 4 P 1/80 1/40 1/40 1/40 1/80 1/80 1/80 1/80


11 X11 9 4 P 1/160 1/40 1/40 1/320 1/320 1/160 1/160 1/80

12 X12 23 6 L 1/160 1/40 1/40 1/320 1/40 1/40 1/40 1/80


13 X13 33 9 L 1/320 1/80 1/40 1/80 1/320 1/40 1/40 1/320
14 X14 13 4 P 1/160 1/80 1/80 1/320 1/80 1/80 1/80 1/80
15 X15 8 6 L 1/160 1/320 1/80 1/80 1/80 1/80 1/80 1/80

Sumber : Penelitian Di Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020

23
24

Berdasarkan tabel di atas menunjukan dari 15 penderita Demam Typhoid .

Keterangan:

X1-X15 : Kode Pasien

Warna Merah : Melambangkan Hasil Positif

Dari hasil ditemukan Positif 11 sampel (73,33%) dan Negatif 4 sampel (26,66%)

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Antigen O dan H dari Salmonella typhi

No Kode O H
1 X1 1/80 1/80
2 X2 1/80 1/80
3 X3 1/320 1/160
4 X4 1/80 1/160
5 X5 1/320 1/160
6 X6 1/320 1/160
7 X7 1/160 1/40
8 X8 1/40 1/40
9 X9 1/320 1/320
10 X10 1/80 1/40
11 X11 1/160 1/40
12 X12 1/160 1/40
13 X13 1/320 1/80
14 X14 1/160 1/80
15 X15 1/160 1/320
Sumber : Penelitian Di Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang tertera pada Tabel 4.2 diatas diperoleh

persentase hasil Widal dengan positif Salmonella typhi O sebanyak 5 sampel

(33,33%) dan dengan hasil positif Salmonella typhi H sebanyak 2 sample (13,33%).

Dan Hasil Titer Widal negatif Salmonella typhi O sebanyak 10 sampel (66,66%) dan

hasil negatif Salmonella Typhi H sebanyak 13 sampel (86,66%).


25

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Antigen dari Salmonella Paratyphi

No Kode AO BO CO AH BH CH
1 X1 1/160 1/80 1/80 1/160 1/80 1/80
2 X2 1/80 1/320 1/320 1/40 1/40 1/320
3 X3 1/80 1/320 1/60 1/160 1/40 1/160
4 X4 1/40 1/40 1/160 1/40 1/40 1/40
5 X5 1/80 1/320 1/40 1/40 1/40 1/160
6 X6 1/40 1/40 1/80 1/80 1/80 1/80
7 X7 1/40 1/320 1/40 1/40 1/40 1/80
8 X8 1/80 1/160 1/160 1/40 1/40 1/40
9 X9 1/640 1/640 1/320 1/80 1/80 1/80
10 X10 1/40 1/40 1/80 1/80 1/80 1/80
11 X11 1/40 1/320 1/320 1/160 1/160 1/80
12 X12 1/40 1/320 1/40 1/40 1/40 1/80
13 X13 1/40 1/80 1/320 1/40 1/40 1/320
14 X14 1/80 1/320 1/80 1/80 1/80 1/80
15 X15 1/80 1/80 1/80 1/80 1/80 1/80
Sumber : Penelitian Di Rumah Sakit Hermina Medan Tahun 2020

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang tertera pada tabel 4.3 diatas maka

diperoleh persentase hasil Titer Widal dengan Hasil positif Salmonella paratyphi

AO sebanyak 1 sampel (6,66%), Hasil positif Salmonella paratyphi BO sebanyak 8

sampel (53,33%), Hasil positif Salmonella paratyphi CO sebanyak 4 sampel

(26,66%), Hasil positif AH sebanyak 0 sampel (0%), Hasil positif Salmonella

paratyphi BH sebanyak 0 sampel (0%), Hasil positif Salmonella paratyphi CH

sebanyak 2 sampel (13,33%).

Dan Hasil Titer Widal negatif Salmonella paratyphi AO sebanyak 14 sampel

(93,33%), Hasil Titer widal negatif Salmonella paratyphi BO sebanyak 7 sampel

(46,66%), Hasil Titer Widal negatif Salmonella paratyphi CO sebanyak 11 sampel


26

(73,33%). Hasil Titer Widal negatif Salmonella paratyphi AH sebanyak 15 sampel

(100%), Hasil Titer Widal negatif Salmonella paratyphi BH sebanyak 15 sampel

(100%), Hasil Titer Widal negatif Salmonella paratyphi CH sebanyak 13 sampel

(86,66%).

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pemeriksaan Titer Widal pada penderita demam typhoid di RS

Hermina Medan dengan jumlah sampel sebanyak 15 , maka diperoleh hasil yang

positif sebanyak 11 orang dengan persentase 73,33% dan negatif sebanyak 4 orang

dengan persentase 26,66% .

Berdasarkan titer widal yang dilakukan untuk hasil dengan positif Salmonella

typhi, maka didapat hasil positif Salmonella typhi pada serotype O dan H. Sedangkan

untuk hasil dengan positif Salmonella paratyphi, maka didapat hasil positif

Salmonella paratyphi pada serotype AO, BO, CO dan CH.

Berdasarkan gejala klinik, kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium

yang mendukung diagnosa tersebut. Pemeriksaan laboratorium yaitu dengan Widal

Slide Test dengan menggunakan prinsip aglutinasi antigen dan antibodi dalam serum

tersangka demam typhoid Pemeriksaan laboratorium yaitu dengan Widal Slide Test

dengan menggunakan prinsip aglutinasi antigen dan antibodi dalam serum tersangka

demam typhoid. Hasil positif bila terjadi aglutinasi antara antibodi dan serum dengan

suspensi bakteri yang telah dimatikan sebagai antigen. Aglutinasi dalam kedokteran

adalah penggumpalan dalam suatu cairan akibat pemberian suatu bahan ke dalamnya.
27

Berdasarkan hasil penelitian seebelumnya yang berjudul “Gambaran hasil Uji

Widal Berdasarkan Lama Demam Pada Pasien Demam Typhoid di Puskesmas

Padang Bulan Medan Tahun 2019” oleh Nanda Erika diperoleh hasil dari demam 3-5

hari sebanyak 6 pasien (40%) tidak terjadi aglutinasi dan dengan lama demam 6-9

hari sebanyak 9 pasien (60%).

Hubungan aglutinasi dengan titer widal, akan dilakukan pemeriksaan reaksi

antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran

berbeda-beda terhadap antigen somatic (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam

jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi (Sri Harti, 2010).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan Titer Widal pada pasien demam typhoid di

Rumah Sakit Hermina Medan diperoleh hasil penelitian terhadap 15 sampel yang

diperiksa, diperoleh hasil yang positif sebanyak 11 sampel dengan persentase

73,33% dan negatif sebanyak 4 sampel dengan persentase 26,66%. Dengan hasil

dari 15 sampel maka didapat hasil positif Salmonella typhi O sebanyak 5 sampel,

Salmonella typhi H sebanyak 2 sampel, Salmonella paratyphi AO sebanyak 1

sampel. Salmonella paratyphi BO sebanyak 8 sampel .Salmonella paratyphi CO

sebanyak 4 sampel, dan Salmonella paratyphi CH sebanyak 2 sampel.

5.2 Saran

4.2.1 Bagi penderita Demam Typhoid

1. Agar melakukan pemeriksaan rutin, seperti pemeriksaan darah lengkap, tes widal.

2. Harus memperhatikan pola hidup yang sehat dan memakan makanan yang

sehat serta menjaga hygine diri dan lingkungan.

5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang

bahaya demam tifoid meninggi karena dapat mengakibatkan infeksi typhoid

berupa peritonitis dan terbentuknya perdarahan pada saluran pencernaan atau

perforasi.

28
29

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh peneliti

selanjutnya dengan menggunakan pengembangan metode pemeriksaan yang

lain serta menggunakan kriteria sampel yang lebih teliti.


DAFTAR PUSTAKA

A . A Made Sucipta, 1 April 2015, Baku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam


Tifoid Pada Anak, Dosen Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Denpasar.

Afri/a-Monthly, 2006, Typhoid fever Surgery. Review [Internet]. 2006 Feb 11 [cited
2011 Mar 3]. Available from
http://www.ptolemy.ca/members/archives/2006/typhoid fever.htm

Bhutta ZA, 2006; 14:266 -72 Typhoid fever: current concepts. Infect Dis Clin Pract

Cahyono, 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius

Darmawati, S, 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella typhi. Jurnal Kesehatan


FIKKES UNIMUS, Semarang.

Fatmawati, 2011. Uji Diagnostik Tes Serologi Widal di Bandingkan Dengan Kultur
Darah untuk Diagnosis Demam Tifoid Pada Anak Universitas Diponegoro.

Ghadia Putri,dkk, 2016. Perbadingan Metode Diagnosis Demam Tifoid


Comparison of Methods For Diagnosis of Typhoid Fever, Unpad..

Handojo, 2004. Imunisasi Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi, Surabaya


AUP.

Inawati, 2009 Demam Tifoid, Departament Patologi Anatomi, Dosen Fakultas


Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Iranto, 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis dan Virologi Medis, Bandung.
Jawetzet al., 2014. Mikrobiologi Kedokteran edisi 25. Jakarta: EGC.

Jawetz, 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta Kemenkes, 2006. Pedoman


Pengendalian Demam Tifoid.

Kulkami M, Rego S. 2007, Value of Single Widal Test In the Diagnosis Of Typhoid
fever. Vol 31. 2007. p. 1373-77. Available from: 13
http://www.indianpediatrics.net/nov1 994/1373. pdf. Accessed 7 januari 2011
Linda Ayu L, 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Widal Metode Slide
Menggunakan Serum dan Plasma EDTA penderita demam tifoid, Poltekes
Kendari.

Nanda Erika, 2019. Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Lama Demam Pada
Pasien Demam Tifoid. Poltekes Medan.

Rachman, A. Fatmawati. 2011. Uji Diagnostik Tes Serologi widal dibandingkan


dengan kultur darah untuk diagnosis suspek demam tifoid di RSUD Dr.
Kariadi Semarang. Jurnal ilmiah Fakultas Diponegoro Yogyakarta.

RHH Nelwa, 4, October 2012, Tata Laksana Terkini Demam Tifoid, Departament
Ilmu Penyakit Dalam

Sri Harti,Agnes, Dyah Yuliani. 2010. Pemeriksaan Widal Slide Untuk Diagnosa
Demam Tifoid. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Siti Boedana Krisno 2001, Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium,


FKUI Jakarta.

Surya H, Setiawan B, Shatri H, Sudoyo A, dan Loho T. 2007. Tubex TF test


compared to Widal test in diagnostics of typhoid fever. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Vika Rahma,dkk, 2016. Uji Widal Berdasarkan Lama Demam Pada Pasien Suspek
Demam Tifoid, Unand.

Wardana, I Made Tomik Nurya, dkk., 2011. Diagnosis Demam Typoid dengan
Pemeriksan Widal. Bagian/SMF Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

World Health Organization:2003, Diagnosis of typhoid fever. Dalam:Bacground


document:The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. World
Health Organization:2003

Widodo D. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I (eds). 2006. Demam Tifoid. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI;2006.p 1752-5

Yudhistira, Rahman N. 2017. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap


Anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuli Wulan Sari, 2013. Faktor dari Sanitasi LingkungaHunungannya Dengan
Kejadian Demam Tifoid. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lampiran 1
Dokumentasi

Alat dan Bahan Pemeriksaan Widal Rotator

Reagensia Pemeriksaan Widal

Yellow tip Clinipet


Hasil Aglutinasi Titer Widal
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV

You might also like