You are on page 1of 2

TUGAS 1

Nama : Rianto Pakpahan


NIM : 041537123
Mata Kuliah : Hukum Adat

1.

Hukum perkawinan dalam masyarakat adat sangat dipengaruhi oleh unsur kepercayaan leluhur
dalam upacara adatnya. Sehingga cara perkawinan dalam masyarakat adat bisa saja memiliki
perbedaan. Namun secara garis besar, cara perkawinan dalam hukum adat dilakukan dengan
melamar/meminang dan dengan tidak melamar/meminang.

Pertanyaan :

Berikan analisis Anda mengenai pelamaran dalam hukum perkawinan adat dan Undang-
Undang tentang Perkawinan !

Jawaban :

Dalam hukum adat perkawinan dengan kewajiban melamar atau meminang, untuk dapat
melangsungkan ikatan perkawinan guna membentuk keluarga/rumah tangga Bahagia harus
dilaksanakan dengan system pelamaran, yaitu adanya pelamaran dari pihak yang satu ke pihak
yang lain. Tentang cara lamaran ini tidak diatur dalam UU No.1 Tahun 1974, tata cara lamaran
merupakan adat istiadat yang sampai saat ini masih ditaati oleh masyarakat sebagai bagian dari
kebudayaan dan merupakan satu kesatuan dalam proses perkawinan.

Menurut hukum adat jenjang perkawinan dapat dicapai dengan dua jalur, yaitu jalur pekerjaan
anak-anak, dan atau jalur pekerjaan orang tua.

(HKUM4204, Modul 1-9, Universitas Terbuka, Halaman 5.4-5.5)


2.

Dalam hukum Adat, antara perkawinan dan sifat susunan kekeluargaan terdapat hubungan
yang erat sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa suatu peraturan hukum perkawinan sukar untuk
dapat dipahami tanpa dibarengi dengan peninjauan hukum kekeluargaan yang bersangkutan.
Di Indonesia terdapat tiga macam sifat kekeluargaan yaitu, patrinial, matrinial dan parental,
dan cora-corak perkawinan dalam masing-masing sifat susunan kekeluargaan adalah berbeda
satu sama lain. Sifat kekeluargaan ini juga berpengaruh atas proses perkawinan dan kepada
silsilah keturunan, misalnya Suku Batak, garis keturunannya mengikuti garis dari Bapak, dan
garis keturunan tersebut berpengaruh terhadap marga calon istri.

Pertanyaan

Berikan analisis Anda mengenai perkawinan pada satu marga dalam hukum adat Batak !

Jawaban :

Pada masyarakat batak terdapat norma hukum yang menentukan dilarangnya kawin dengan
orang yang semarg atau bermarga yang sama yang disebut dengan eksogami marga. Seorang
Pemuda bermarga Simatupang dilarang kawin dengan perempuan bermarga simatupang. Pada
zaman dahulu terdapat kebiasaan keutamaan kawin lintas sepupu, yaitu pariban atau boru
tulang (anak saudara laki-laki ibu). Dengan perkawinan istri berada dibawah kekuasaan kerabat
suami, artinya hidup matinya istri menjadi tanggungjawab kerabat suami, berkedudukan
hukum dan menetap di pihak kerabat suami, anak-anak dan melanjutkan keturunan suaminya,
harta kekayaan yang dibawa istri dalam perkawinan semuanya dikuasai oleh suami.

Jadi, pemberian jujur dapat diartikan sebagai suatu pemberian yang bermakna religious magis
agar tetap terpeliharanya keseimbangan hubungan kedua belah pihak, karena dengan
berpindahnya istri ke kerabat suami, maka terjadi kevakuman magis pihak keluarga istri.

(HKUM4204, Modul 1-9, Universitas Terbuka, Halaman 5.6-5.7)

You might also like