You are on page 1of 11

TUGAS

KEPERAWATAN PALIATIF
Dosen Pengampu :
Ns. GAD DATAK, M.Kep., Sp.MB.

Dibuat Oleh :

Yuwinda Lestari B (PO.62.20.1.23.815)

Prodi/Reguler
Sarjana Terapan Keperawatan
Angkatan I
Kelas RPL

D4 KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA
RAYA
TAHUN 2023
STUDI KASUS

1. KASUS PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD)

Data Subjektif :
1. Klien mengeluh kaki kirinya mati rasa dan warna kulit pada jari kaki hingga betis
2. Klien mengatakan kakinya terasa kram dan kesemutan
3. Klien mengatakan nyeri pada ektremitas kiri bawah (skala nyeri 4)
- P : klien mengatakan kaki kirinya terasa sakit saat diam digerakan.
- Q : klien mengatakan nyeriyang dirasakan pada kakikirinya seperti tertidis benda
berat.
- R : klien mengatakan nyeri yang dirasakan hanya pada kaki sebelah kiri dari lutut
hingga
jari
kaki.
-S: klien mengatakan nyeri yang dirasakan ada pada sekala 4 yaitu nyeri sedang
-T : klien mengatakan nyeri yang dirasakan terus menerus, nyeri yang dirasakan akan
hilang saat diberi obat saja
Data Objektif :
1. Pengisian kapiler >3 detik
2. Akral teraba dingin
3. Warna kulit nampak pucat
4. Turgor kulit teraba jelek
5. Edema pada tangan kanan dan kiri karena flebitis
6. Pada bagian betis ekstremitas kiri bawah berwarna hitam sampai ke jari kaki.
7. Tanda-tanda vital ; Tekanan darah : 150/100 mmHg Pernapasan : 22 kali/menit
8. Nadi : 95 kali/menit Suhu badan : 36 O C

Pertanyaan :
a. Jelaskan dan uraikan faktor risiko dan etiologi peripheral arterial disease (PAD)

Penyakit arteri perifer (PAP) adalah kondisi yang menyebabkan aliran darah ke
tungkai tersumbat akibat penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung (arteri).
Berikut adalah faktor risiko dan etiologi penyakit arteri perifer :
Penyakit ini terjadi karena adanya penumpukan lemak di dinding pembuluh darah,
yaitu pada pembuluh darah arteri yang bertugas memasok darah ke tungkai. Timbunan lemak
tersebut kemudian membuat arteri menyempit, sehingga aliran darah ke tungkai jadi
tersumbat. Kondisi ini disebut juga aterosklerosis dan bisa terjadi di bagian tubuh mana pun.
Faktor risiko :
1. Usia diatas 50 tahun.
2. Diabetes.
3. Kebiasaan merokok.
4. Berat badan berlebihan.
5. Kolesterol tinggi.
6. Tekanan darah tinggi(hipertensi).
Etiologi
Etiologi klaudikasio intermiten adalah aterosklerosis yang mengganggu aliran darah
arteri dan mengurangi perfusi jaringan. Hal ini menyebabkan kebutuhan oksigen untuk
ekstremitas bawah tidak terpenuhi, sehingga muncul rasa tidak nyaman, kram, atau nyeri pada
betis, hamstring, atau gluteus.
1. Penumpukan lemak di dinding pembuluh darah yang memasok darah ke tungkai.
Timbunan lemak tersebut membuat arteri menyempit, sehingga aliran darah ke tungkai
tersumbat. Proses ini disebut sebagai aterosklerosis.
2. Stenosis arteri karena aterosklerosis.
3. Tromboembolism.

b. Jelaskan dan uraikan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang peripheral arterial
disease (PAD)
Gejala klinis :

1. Kram atau nyeri pada saat berjalan (klaudikasio).


2. Nyeri pada kaki yang mereda saat beristirahat.
3. Kaki terasa berat atau Lelah
4. Kaki terasa dingin atau mati rasa
5. Luka atau infeksi pada kaki yang sulit sembuh
6. Kaki menghitam dan membusuk
Pemeriksaan penunjang PAP antara lain:
1. Tes darah untuk memeriksa kondisi yang berhubungan dengan PAP seperti kadar
kolesterol atau gula darah.
2. Pemeriksaan fisik, terutama dengan merasakan denyut nadi di tungkai.
3. Pencitraan arteri ekstremitas bawah seperti angiografi, ultrasonografi, atau tomografi
computer.
4. Tes fungsi arteri seperti tes treadmill atau tes oksigen.

c. Jelaskan dan uraikan penatalaksanan medis peripheral arterial disease (PAD)


Penatalaksanaan medis PAP terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a. Modifikasi factor risiko

 Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi


 Menjaga berat badan ideal
 Mengelola tekanan darah dannkadar kolesterol
 Mengontrol diabetes

b. Latihan fisik

Latihan fisik teratur dapat meningkatkan aliran darah ke tungkai dan


memperkuat otot-otot kaki.

c. Obat-obatan
Obat-obatan seperti antiplatelet,antikoagulan, dan vasodilator dapat membentu
meningkatkan aliran darah ke tungkai.

d. Prosedur medis

Jika PAP parah dan tidak merespon terhadap pengobatan medis,dokter dapat
merekomendasikan prosedur medis seperti angioplasti atau pembedahan

d. Buatlah diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan kasus di atas.

 Gangguan sirkulasi perifer b.d. kerusakan integritas kulit pada ekstremitas kiri bawah.
 Nyeri akut b.d. gangguan sirkulasi pada ekstremitas kiri bawah.

e. Susunlah rencana keperawatan berdasarkan kasus di atas

1. Evaluasi dan Monitor Tanda-tanda Vital:


o Lakukan pemantauan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu secara
teratur.
o Catat perubahan tanda-tanda vital dan segera laporkan jika terjadi
perubahan yang signifikan.
2. Evaluasi dan Monitor Perfusi Jaringan:
o Amati warna, suhu, dan turgor kulit pada ekstremitas kiri.
o Lanjutkan pemantauan pengisian kapiler dan catat waktu yang diperlukan
untuk pemulihan pengisian kapiler yang normal.
o Lakukan penilaian yang teratur terhadap sirkulasi ekstremitas kiri untuk
mendeteksi perubahan.
3. Manajemen Nyeri:
o Berikan analgesik sesuai dengan preskripsi dokter untuk mengatasi nyeri
yang dirasakan oleh klien.
o Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi kepada klien untuk membantu
mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh nyeri.
4. Pengelolaan Edema:
o Monitor edema pada tangan kanan dan kiri dan catat perkembangannya.
o Berikan elevasi ekstremitas kiri untuk membantu mengurangi edema.
o Anjurkan klien untuk menghindari tekanan berlebihan pada ekstremitas
yang edematus.
5. Edukasi Klien:
o Ajarkan klien tentang pentingnya menjaga aliran darah ke ekstremitas
dengan menjaga posisi kaki yang baik dan hindari duduk atau berdiri
dalam jangka waktu yang lama.
o Berikan informasi tentang pentingnya menghindari faktor risiko seperti
merokok dan gaya hidup tidak sehat yang dapat memperburuk kondisi
sirkulasi.
6. Kolaborasi dengan Tim Medis:
o Rujuk klien ke dokter spesialis vaskular atau ahli bedah vascular untuk
evaluasi lebih lanjut dan perawatan yang sesuai jika diperlukan.
2. KASUS DEEP VEIN TROMBOSIS (DVT)

Data Subjektif :
 Tiba-tiba saja pangkal paha saya terasa sangat sakit. Keesokan harinya kaki saya
sudah bengkak dan tidak bisa berjalan, rasanya sakit sekali
 Menurut saya waktu awal sakitnya ada di angka 9 (nyeri hebat bisa dikontrol) dan
saat ini nyerinya ada di angka 6 atau 7 ( nyeri sedang)”
 Klien mengatakan merokok dan badan gemuk

Data Objektif :
 Tampak oedem pada ekstremitas bawah bagian kanan dari pangkal paha hingga
telapak kaki.
 Hasil pemeriksaan laboratorium HB 5.5g/dl
 Klien obesitas

Pertanyaan :
a. Jelaskan dan uraikan faktor risiko dan etiologi Deep Vein Trombosis (DVT)
Faktor Risiko Deep Vein Thrombosis (DVT)
 Riwayat Gangguan Penggumpalan Darah
Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan penggumpalan darah lebih
mudah mengalami kondisi ini. Kondisi genetik ini biasanya menjadi masalah ketika
dikombinasikan dengan satu atau lebih faktor risiko lain.
 Tidur Berkepanjangan
Ini termasuk seperti tinggal di rumah sakit cukup lama atau mengalami kelumpuhan.
Ketika kaki tidak bergerak untuk waktu yang lama, otot betis tidak berkontraksi yang
dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah.
 Cedera atau Baru Melakukan Pembedahan
Cedera pembuluh darah atau baru-baru ini melakukan suatu operasi dapat
meningkatkan risiko penggumpalan darah
 Kehamilan
Kehamilan dapat meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah di panggul dan kaki.
Wanita dengan gangguan penggumpalan darah karena genetik berisiko mengalami
kondisi ini. Risiko penggumpalan darah dari kehamilan dapat terus dialami sampai
enam minggu setelah persalinan.
 Pil KB atau Terapi Hormon
Pil KB (kontrasepsi oral) dan terapi penggantian hormon dapat meningkatkan
kemampuan darah untuk menggumpal.
 Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
Obesitas bisa meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah di panggul dan kaki.
 Merokok
Merokok dapat memengaruhi penggumpalan dan sirkulasi darah, yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah.
 Kanker
Beberapa bentuk kanker dapat meningkatkan jumlah zat dalam darah yang
menyebabkan darah menggumpal. Beberapa bentuk pengobatan kanker juga
meningkatkan risiko penggumpalan darah.
 Gagal Jantung
Orang yang mengalami gagal jantung memiliki risiko yang lebih besar terkena DVT
dan emboli paru. Sebabnya, gagal jantung membuat pengidapnya memiliki fungsi
paru-paru dan hati yang terbatas.
 Penyakit Radang Usus
Penyakit usus, seperti kolitis ulserativa ataupun penyakit Crohn dapat meningkatkan
risiko DVT.
 Usia
Memiliki usia di atas 60 tahun meningkatkan risiko DVT, meskipun dapat terjadi
pada semua golongan usia.
 Duduk dalam Waktu yang Lama
Gumpalan darah dapat terbentuk di betis kaki ketika otot betis tidak bergerak untuk
waktu yang lama.
Penyebab Deep Vein Thrombosis (DVT)
Apapun yang mencegah darah mengalir atau membeku secara normal dapat menyebabkan
pembekuan darah. Namun, bisa dibilang penyebab utama DVT adalah kerusakan

b. Jelaskan dan uraikan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang Deep Vein Trombosis
(DVT)

Gejala Klinis Deep Vein Thrombosis (DVT):

1. Nyeri: Pasien mengalami nyeri tiba-tiba yang biasanya terlokalisasi di kaki atau
pangkal paha. Nyeri ini sering kali terasa intens, seperti gejala yang Anda
sebutkan, dimana pada awalnya nyeri mencapai skala 9 dan kemudian turun
menjadi 6 atau 7. Nyeri ini sering kali menjadi lebih buruk saat berjalan atau
berdiri.
2. Pembengkakan: Pembengkakan pada ekstremitas yang terkena, dalam hal ini
kaki dari pangkal paha hingga telapak kaki. Pembengkakan ini dapat terjadi secara
bertahap dan disertai dengan rasa tegang.
3. Perubahan Warna Kulit: Kadang-kadang, kulit di sekitar area yang terkena
DVT dapat berubah menjadi merah atau kebiruan. Ini dapat terjadi karena
gangguan sirkulasi darah yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah.
4. Panas dan Kemerahan: Kulit di atas area DVT bisa terasa hangat dan terlihat
merah.

Pemeriksaan Penunjang Deep Vein Thrombosis (DVT):

1. Pemeriksaan Doppler Ultrasonografi (USG): Ini adalah pemeriksaan utama


untuk mendiagnosis DVT. USG Doppler menggunakan gelombang suara untuk
menciptakan gambar pembuluh darah dan mendeteksi apakah ada pembekuan darah
di dalamnya. Dokter akan melihat apakah ada aliran darah yang terganggu atau
tidak normal.
2. Pengukuran D-dimer: D-dimer adalah produk degradasi yang dilepaskan ke dalam
darah saat ada pembentukan atau pelepasan bekuan darah. Tingkat D-dimer yang
tinggi dapat mengindikasikan adanya proses pembekuan darah, tetapi ini bukan
pemeriksaan definitif dan hanya digunakan sebagai langkah awal dalam proses
diagnosis.
3. Venography: Ini adalah pemeriksaan invasif yang jarang digunakan hari ini.
Dokter akan menyuntikkan zat kontras ke dalam pembuluh darah dan kemudian
mengambil gambar sinar-X untuk melihat adanya sumbatan pembuluh darah.
4. CT Pulmonary Angiography (CTPA): Jika dicurigai adanya emboli paru
(gumpalan darah yang telah terlepas dan masuk ke paru-paru), maka CTPA dapat
digunakan untuk memeriksa pembuluh darah paru-paru.

Dalam kasus yang Anda sebutkan, gejala seperti nyeri tiba-tiba yang memburuk,
pembengkakan, dan riwayat merokok serta obesitas adalah indikasi serius yang harus
segera dievaluasi oleh dokter. DVT adalah kondisi yang berpotensi mengancam jiwa
jika tidak diobati, terutama jika bekuan darah terlepas dan mencapai paru-paru (emboli
paru). Oleh karena itu, sangat penting untuk mencari perawatan medis segera. Dokter
akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis dan merencanakan pengobatan yang sesuai.
c. Jelaskan dan uraikan penatalaksanaan Medis Deep Vein Trombosis (DVT)

Penatalaksanaan medis Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah penting untuk


mengobati pembekuan darah yang terjadi di pembuluh darah dalam ekstremitas. Tujuan
utama penatalaksanaan DVT adalah untuk mencegah perkembangan komplikasi seperti
emboli paru (pemindahan gumpalan darah ke paru-paru) dan mengurangi risiko
pembentukan bekuan baru. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
penatalaksanaan DVT:

1. Antikoagulan (Pengencer Darah):

 Pemberian obat antikoagulan adalah langkah utama dalam mengobati DVT. Obat ini
membantu mencegah pertumbuhan bekuan darah yang ada dan mengurangi risiko
pembentukan bekuan baru.
 Antikoagulan yang umum digunakan meliputi heparin (biasanya diberikan secara
intravena atau subkutan) diikuti oleh warfarin atau obat antikoagulan oral lainnya
untuk pengobatan jangka panjang.
 Antikoagulan harus diatur dengan hati-hati oleh dokter, dan pasien perlu menjalani
pemantauan teratur untuk memastikan kadar koagulasi darah tetap dalam kisaran
yang aman.

2. Kompression Stockings (Kaus Kaki Kompresi):

 Kaus kaki kompresi adalah kaus kaki khusus yang dirancang untuk membantu
meningkatkan aliran darah dari kaki ke jantung. Ini membantu mengurangi
pembengkakan dan risiko komplikasi.

3. Elevasi Kaki:

 Meningkatkan kaki yang terkena DVT di atas level jantung dapat membantu
mengurangi pembengkakan dan meningkatkan aliran darah kembali ke jantung.

4. Intervensi Invasive:
 Dalam beberapa kasus yang lebih parah, pembedahan atau prosedur invasif seperti
trombolisis atau trombektomi mungkin diperlukan untuk menghilangkan bekuan
darah yang ada.

5. Pencegahan Sekunder:

 Setelah pengobatan awal, pasien biasanya akan mendapatkan terapi antikoagulan


jangka panjang untuk mencegah kambuhnya DVT (pencegahan sekunder).
 Pengobatan jangka panjang dan tindak lanjut dengan dokter sangat penting, terutama
untuk pasien dengan faktor risiko tinggi seperti merokok dan obesitas.

6. Perubahan Gaya Hidup:

 Pasien dengan faktor risiko seperti merokok dan obesitas disarankan untuk
mengubah gaya hidup mereka. Berhenti merokok dan mengadopsi pola makan sehat
serta meningkatkan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi risiko pembentukan
bekuan darah.

7. Pemantauan Rutin:

 Pasien yang menjalani pengobatan DVT akan memerlukan pemantauan rutin oleh
dokter untuk memastikan respons terhadap pengobatan dan mengidentifikasi
komplikasi yang mungkin timbul.

Pengobatan DVT harus dilakukan oleh profesional medis yang berpengalaman, dan
pasien perlu mematuhi petunjuk pengobatan dan perawatan yang direkomendasikan
oleh dokter. DVT adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa, oleh karena itu pengobatan yang tepat waktu dan pemantauan yang
cermat sangat penting.

d. Buatlah diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan kasus di atas

Diagnosis Keperawatan: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah disediakan,
beberapa diagnosis keperawatan untuk kasus ini adalah:
1. Resiko Tinggi Terjadinya Emboli Paru (Pulmonary Embolism) karena adanya
tiba-tiba nyeri di pangkal paha, bengkak di kaki, dan faktor risiko seperti merokok
dan obesitas.
2. Nyeri Akut terkait dengan pembekuan darah dalam pembuluh darah (Deep Vein
Thrombosis/DVT).
3. Gangguan Perfusi Jaringan terkait dengan pembentukan bekuan darah yang
dapat mengganggu aliran darah normal.

e. Susunlah rencana keperawatan berdasarkan kasus di atas

Berikut adalah rencana keperawatan yang mungkin relevan untuk kasus ini:

1. Monitor Tanda Vital:

 Pantau tanda-tanda vital pasien, terutama tekanan darah, detak jantung,


pernapasan, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi adanya perubahan yang
mengindikasikan komplikasi.

2. Evaluasi Nyeri:

 Nilai nyeri pasien secara teratur menggunakan skala nyeri (0-10) untuk
mengidentifikasi tingkat nyeri dan respons terhadap pengobatan.

3. Pemberian Obat Antikoagulan:

 Administrasikan antikoagulan sesuai dengan rekomendasi dokter. Ini bisa


termasuk pemberian heparin dan warfarin atau obat antikoagulan lainnya.

4. Elevasi Kaki:

 Ajarkan pasien cara meningkatkan kaki yang terkena DVT di atas level jantung
dengan menggunakan bantal atau penopang kaki. Ini membantu mengurangi
pembengkakan.
5. Pemberian Kaus Kaki Kompresi:

 Bantu pasien memakai kaus kaki kompresi sesuai dengan panduan yang
diberikan oleh dokter.

6. Edukasi Pasien:

 Berikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya mematuhi pengobatan


antikoagulan dan faktor risiko yang perlu diubah, seperti berhenti merokok dan
mengadopsi pola makan sehat.

7. Monitor dan Laporkan Perkembangan:

 Pantau perkembangan pasien secara rutin dan laporkan gejala atau tanda
komplikasi seperti perubahan warna kulit yang parah, nyeri yang meningkat,
atau sesak napas kepada tim medis.

8. Konsultasi dengan Tim Medis Lainnya:

 Kolaborasi dengan tim medis lain seperti ahli hematologi atau spesialis
pembuluh darah untuk manajemen lebih lanjut.

9. Pemantauan Laboratorium:

 Pantau hasil laboratorium pasien seperti kadar hemoglobin untuk memantau


status anemia.

10. Evaluasi Psikososial:

 Berikan dukungan emosional kepada pasien karena kondisi DVT dapat menjadi
stresor yang signifikan.

Rencana keperawatan ini harus disesuaikan dengan kondisi pasien, dan perlu kerja
sama antara perawat, dokter, dan anggota tim medis lainnya untuk memastikan
perawatan yang efektif dan aman.

You might also like