Professional Documents
Culture Documents
Eksploitasi Pada Masa Kolonialisme
Eksploitasi Pada Masa Kolonialisme
Dimulai dari masa pemerintahan Gubernur jendral Hindia Belanda saat itu,
yang di perintah oleh Raja Perancis Louis Napoleon, yaitu Gubernur Daendels yang
memerintah selama kurang lebih selama 3 tahun. Banyak sekali kebijakan-kebijakan
yang di lakukan oleh Daendels yang sangat kejam dan sangat tidak manusiawi yang
diberikan kepada pribumi di Nusantara. Daendels diberikan tugas utama untuk
mempertahankan pulau Jawa dari Inggris. Bukan Cuma itu Herman Willem
Daendels juga diberi tugas untuk mengatur pemerintahan Indonesia. Pada saat
Daendels menjadi gubernur, Herman Willem Daendels merasa terbebani, karena
pada saat itu Inggris mengambil alih kekuasaan VOC tepatnya di Sumatera, Ambon,
dan Banda.
Selain itu Daendels juga turun tangan di bidang pemerintahan dan membuat
kebijakan-kebijakan baru, termasuk mengubah tata cara dan adat istiadat di
kerajaan Jawa. Ia barupaya memperkuat posisinya di Nusantara dengan membuat
beberapa kebijakan antara lain kekuatan raja-raja di Nusantara dibatasi secara
ketat, pembagian tanah Jawa menjadi 9 bagian prefektur (wilayah yang memiliki
otoritas), Bupati yang berkedudukan sebagai penguasa tradisional diubah oleh
Daendels menjadi pegawai pemerintah yang digaji.
Daendels berkata pada dirinya sendiri dengan penuh ambisi “Aku harus
memaksimalkan jabatan sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda yang telah
diamanahkan oleh Louis Napoleon ini.”
“Dengan cara apa Jendral agar kita bisa memaksimalkan kemiliteran kita?”
Tanya serdadu.
Daendels pun menjawab “Ada beberapa kebijakan yang sudah saya buat dan
siapkan untuk dilaksanakan secepatya, malam nanti kumpulkan semua pasukan di
markas untuk membicarakan hal yang akan kita lakukan.”
Malam pun tiba seluruh pasukan telah berkumpul untuk mendengarkan hal
yang akan disampaikan oleh Daendels, di tengah suasana malam yang begitu sunyi.
“Rancangan program seperti apa yang akan kita lakukan jendral?” Tanya
salah seorang serdadu.
“Baik, kalau begitu kita akhiri pertemuan pada malam ini. Seluruh pasukan
kembali ke barak masing-masing untuk beristirahat.” Perintah sang Jendral.
Ke esokan harinya di pagi yang cerah bagi seluruh pasukan militer Belanda,
tapi tidak untuk masyarakat pribumi. Pasukan Belanda mendatangi tempat tinggal
pribumi dan melakukan hal-hal yang tidak semestinya seperti merampas hasil kebun
pribumi.
“Serahkan hasil kebun mu itu wahai pribumi yang lemah!” Ucap Van Persie
yang merupakan serdadu Belanda.
“Ti…tidak tuan tidak bisa ini satu satunya mata pencaharian saya untuk
menghidupi keluarga saya tolong jangan dirampas tuan.” Kata Hidayat yang
merupakan salah seorang pribumi yang berada dalam tekanan.
“Halah banyak bicara kamu,” Sambil menodongkan senjata kepada pribumi.
“Si..silahkan tuan ambil saja hasil kebun ini,” Hidayat dengan lemas dan
pasrah.
“Cepat bawa hasil kebun itu,” Van Persie menyuruh prajurit lain.
Van Persie dengan prajurit lainnya pun pergi bersama hasil rampasan yang
diperoleh dan meninggalkan pribumi yang sudah tidak berdaya itu. Setibanya Van
Persie di markas militer langsung menaruh hasil rampasannya ke gudang logistik
militer.
“Ayo ikut saya, segera naik ke mobil,” Ucap salah seorang prajurit.
“Ti..tidak, aku tidak mau ikut dengan mu.” Tolak seorang pribumi.
“Tidak bisa, kalian harus ikut dengan ku atau kalian akan aku bunuh.” Paksa
seorang prajurit.
Pribumi itu pun ikut dengan pasukan Belanda, dimana di mobil itu sudah
banyak masyarakat pribumi lain yang hendak di bawa oleh militer Belanda untuk
membangun benteng di Merak.
“Disini tempat untuk bekerja bukan untuk malas-malasan seperti itu,” Bentak
salah seorang prajurit itu.
Pribumi lain yang sedang bekerja pun melihat kejadian tersebut. Prajurit yang
mengawasi pun langsung membentak seluruh pribumi untuk melanjutkan kerjanya.
Setelah bekerja selama 12 jam tanpa henti banyak pribumi yang mulai
kelelahan karena lapar dan haus, sebab pihak Belanda tidak memberi mereka
makan dan minum selama bekerja. Selain itu ada beberapa pribumi yang meninggal
akibat kelelahan. Pribumi yang meninggal langsung di buang ada juga beberapa
yang di kubur oleh pihak Belanda.
Daendels pun menuju benteng tersebut untuk melihat hasil rancangan yang
sudah ia buat. Setibanya Daendels di lokasi seluruh pasukan sudah berbaris dengan
rapi, karena mereka tahu Gubernur Jendral akan datang malam ini.
Daendels pun langsung turun dari mobil yang ia tumpangi dan berjalan
mengelilingi benteng untuk melihat lihat benteng yang sudah dibangun dengan
kokoh itu. Di samping-samping benteng terdapat undukan-undukan tanah. Lalu
Dendels pun bertanya kepada serdadunya.
“Oh seperti itu, ayo seluruh pasukan kita rayakan keberhasilan pembangunan
benteng ini dengan melakukan makan malam bersama,” Teriakan Daendels kepada
seluruh pasukan dengan perasaan senang.
“Apa maksud mu menyuruh wakil dari Sultan Banten untuk datang ke Batavia
untuk menghadapmu?” Ucap Abbas sebagai utusan Sultan.
“Aku ingin menyampaikan beberapa hal yang harus Sultan Aliudin lakukan,”
Jawab Daendels.
“Cepat katakan hal apa saja itu,” Abbas mulai geram karena sudah tau pasti
hal yang tidak-tidak yang ingin disampaikan Gubernur Jendral tersebut.
“Hal yang pertama yang harus kamu sampaikan kepada Sultan yaitu ia harus
mengirimkan 1000 orang rakyatnya setiap hari untuk dipekerjakan di Ujung Kulon,
yang kedua Sultan harus menyerahkan Patih Mangkubumi Wargadiraja ke Batavia,
yang terakhir Sultan harus segera memindahkan keratonnya ke daerah Anyer.”
“Baik akan langsung saya sampaikan ke Sultan Aliudin setelah sepulang dari
Batavia ini,” ucap Abbas dan langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.
“Hal- hal apa saja yang di sampaikan oleh Daendels wahai Abbas?” Tanya
sang Sultan.
“Hal yang pertama yaitu Sultan harus mengirimkan 1000 orang rakyat setiap
harinya untuk dipekerjakan di Ujung Kulon, yang kedua Sultan harus menyerahkan
Patih Mangkubumi Wargadiraja ke Batavia, yang terakhir Sultan harus segera
memindahkan keratonnya ke daerah Anyer. Hal-hal itu lah yang disampaikan
Daendels.”
“Apa?...sungguh Gubernur Jendral tidak waras, tidak kita tidak bisa menuruti
keinginan Gubernur gila itu,” Sultan Aliudin geram mendengar keinginan yang di
sampaikan Daendels.
Pada malam hari Daendels menyuruh para petinggi Belanda berkumpul untuk
melakukan rencana penyerangan kesultanan Banten.
“Saya sudah tahu kalau permintaan yang saya inginkan pasti di tolak mentah-
mentah oleh sultan Banten,” Daendels menyampaikan kepada petinggi
pemerintahan Belanda..
“Jadi apa yang harus kita lakukan Jendral?” tanya Antonie Belshof.
“Jadi kita akan melakukan penyerangan ke kesultanan Surosowan
secepatnya,” Jawab Daendels.
“Siapa yang akan memimpin kita dalam penyerangan itu Jendral?” Philip
Pieter bertanya.
“Untuk yang memimpin penyerangan itu saya sendiri, kita akan melakukan
penyerangan pada pukul 04:00 sebelum matahari terbit. Siapkan seluruh pasukan
dan amunisi yang cukup.”
Dua hari kudian pasukan ini sampai di perbatasan kota. Sebagai peringatan
pertama-tama dikirimlah utusan Komandeur Philip Pieter oleh pihak kolonial Belanda
ke istana Surosowan (Banten) untuk menanyakan kembali kesanggupan Sultan.
“Nah ada yang datang untuk mengantarkan nyawanya nih,” ucap salah satu
prajurit kesultanan Banten.
“Tenang dulu semuanya, saya ingin bertemu dengan Sultan Aliudin,” ucap
Philip Pieter dengan ketakutan. Karena seluruh prajurit sudah benar-benar geram
dengan orang-orang Belanda.
“Sudah langsung kita bunuh saja orang Belanda ini,” Salah satu prajurit
menyerukan suara untuk melakukan pembunuhan kepada perwakilan Belanda itu.
Terbunuh sudah utusan Belanda itu akibat seluruh prajurit Sultan Banten
menyerangnya dengan membabi-buta.
Tindakan ini dibalas Daendels dengan diserangnya Surosowan pada hari ltu juga
yakni tanggal 21 November 1808.
“saya mendapatkan info bahwa utusan pihak kita sudah di Bunuh oleh prajurit
prajurit kesultanan Banten,” Daendels menyampaikan informasi ke seluruh pasukan
militernya.
“Wah berani-berani nya mereka bermain api dengan kita,” ucap salah satu
serdadu Belanda.
“Jadi kita semua akan meluluh lantakan kesultanan Surosowan, tidak boleh
ada yang tersisa sedikitpun,” Seruan Daendels kepada seluruh pasukannya.
Serangan yang tiba-tiba ini sangat mengejutkan dan memang diluar dugaan,
sehingga sultan tidak sempat lagi menyiapkan pasukannya. prajurit-prajurit Sultan
dengan keberanian yang mengagumkan berusaha mempertahankan setiap jengkal
tanah airnya.
Karena hal itu Raja Louis memerintahkan Daendels untuk membangun Jalan
Raya Pos itu ada pun hal lain yaitu. Di suatu tempat di Batavia Raja Louis bertemu
dengan Daendels untuk membicarakan pembangunan Jalan Raya Anyer-
Panarukan.
“Jadi jika kita melakukan pembangunan ini kita akan mendapat banyak
keuntungan di bidang ekonomi dan militer, salah satu di bidang militer yaitu kita akan
memindahkan para pasukan militer dari Batavia agar dapat segera menyebar ke
seluruh Pulau Jawa,” Jawab sang Raja.
“Hanya itu saja tugas yang kita lakukan tuan?” tanya Salah seorang Bupati.
Susilo berkata dengan wajah memelas “Saya datang kesini untuk meminta
hak upah setelah kami bekerja untuk pembangunan jalan tuan.”
“Hah upah? Asal kalian tau kalian itu tidak diberi upah oleh pemerintah
Belanda,” Balas sang Bupati.
“Apa tidak ada upah untuk kita? Lalu kita bekerja hanya untuk keuntungan
mereka saja?” tanya Susilo
“Sepertinya begitu, sudah saya tidak punya waktu banyak ada pekerjaan lain
yang harus segera saya kerjakan,” Bupati mengusir dengan halus perwakilan
pribumi itu.
“Baik tuan, maaf sudah mengganggu waktunya terima kasih atas waktunya.”
Susilo langsung meninggalkan tempat tersebut dan menyampaikan kepada pribumi
lain bahwa mereka tidak mendapatkan upah dari pekerjaan membangun jalan itu.
Salah seorang pribumi bertanya “Lalu apa yang harus kita lakukan? Jika kita
sudah banting tulang bekerja tetapi tidak mendapatkan uang sepeser pun.”
Salah satu pribumi melontarkan pertanyaan kepada pribumi lain “Kenapa kita
tidak kabur saja?”
Seorang pribumi menjawab “Kamu mau mati konyol? Kalo saya sih tidak”
Setelah itu seluruh pribumi membubarkan diri untuk kembali bekerja dibawah
pemerintahan Belanda.
Setelah bekerja keras selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-
bulan, bahkan bertahun-tahun mereka bekerja tanpa di beri upah,setelah waktu
yang cukup lama akhirnya mereka memutuskan untuk melarikan diri kesebuah hutan
belantara,malam pun sudah tiba dan para pribumi berkumpul untuk melarikan diri.
“Hei kalian bagaimana caranya kita melarikan diri dari sini?” Tanya salah satu
pribumi
“Betul aku sudah muak bekerja tanpa ada upah” Salah satu pribumi
menjawab
“Tunggu! apa kalian yakin ingin melarikan diri dari tempat ini? kalian tidak
takut ketahuan para serdadu, karena jika kita ketahuan kita akan di hukum mati.”
Tanya salah satu pribumi.
“Jangan khawatir kita pasti berhasil pergi dari tempat terkutuk ini dengan
selamat, aku mengetahui semua sisi hutan belantara ini dengan baik.” Ucap susilo
meyakinkan para pribumi.
“ Bailkah kami akan mengikuti dirimu Susilo, agar kami bisa secepatnya
bebas dari sini” Jawab pribumi.
Setelah merencanakan semuanya para pribumi dan susilo pun segera
bergerak menuju hutan belantara itu,namun di tengah-tengah perjalanan ada
sardadu yang mendengar rencana para pribumi dan susilo dan memberi tahu
kepada Daendels.
“Saya dateng ke sini ingin memberitahukan bahwa para pribumi itu melarikan
diri namun saya tidak mengetahui mereka melarikan diri ke mana” Jawab sardadu.
“Sial…bisa bisanya mereka melarikan diri dari sini, sekarang juga cari para
pribumi itu kemana pun dan harus menemukanya cepat!” Jawab Deandles dengan
nada yang cukup tinggi.
“Baik jendaral kami pasti akan memenukan para pribumi itu” Jawab sardadu
dengan tegas
Para sardadu mencari para pribumi kemanapun, namun ada salah satu
serdadu yang menuju arah hutan belantara bagian barat dan terlihat jejak kaki para
pribumi yang menuju arah Barat.
“Hei…!! Kalian semua kemarilah, aku melihat sebuah jejak kaki dan jejak kaki
tersebut menuju arah Barat” Ucap salah satu serdadu dengan lantang
Lalu para sardadu pun memasuki hutan belantara itu dan berpencar untuk
mencari para pribumi dan salah satu pribumi melihat serdadu menuju ke arah
pribumi tersebut.
“Hei cepat lah… Aku melihat salah satu sardadu ke arah kita.” Ucap Bagyo
dengan nada berbisik bisik.
“Baiklah mari bergegas dan cepat kita udah mulai ketahuan.” Ucap susilo.
Lalu para pribumi itu pun bergegas menuju ke arah desa sambil mengikuti
arahan Susilo, tiba-tiba salah satu pribumi yang memegang lentera terjatuh.
“Hei cepat bangun serdadu itu mulai semakin dekat.” Ucap salah satu
pribumi.
Lalu para pribumi bergegas menuju desa tersebut sambil mengikuti arahan
Susilo, seketika salah satu serdadu melihat cahaya dan melihat salah satu pribumi
tergelak jatuh di tanah.
“Hei..!! kalian kemarilah aku melihat pribumi yang sedang terjatuh,” Ucap
serdadu sambil menunjuk kearah pribumi tersebut.
“Ayo lebih cepat lagi ayo” Susilo menyerukan kepada seluruh pribumi untuk
berlari lebih cepat.
Para serdadu terus berlari mengejar pribumi namun pribumi yang terjatuh
tidak dapat membangkitkan diri kembali sehingga dia tertembak dengan
mengenaskan tepat di dadanya.
“Tunggu aku mendengar suara senapan dan salah satu dari kita ada yang
tertinggal” kata Dhirja dengan suara tergesa-gesa.
“Sial….kita telah meninggalkan bagyo, tapi kita tidak ada waktu untuk kembali
menyelamatkannya karena para serdadu itu mulai mendekat ke arah kita,maaf kan
aku tapi kita harus bergerak lebih cepat supaya tidak ada korban lagi.” Ucap Susilo
dengan perasaan campur aduk.
Para pribumi itu pun berlari sekuat tenaga, satu persatu pribumi yang sudah
mulai kelelahan dan tertinggal dari segerombolan terbunuh mengenaskan di tempat,
suara tembakan dari senapan pun semakin riuh.
“Hanya tersisa 2 dari kita yaitu kamu Susilo dan aku, aku ingin minta sesuatu
dari engkau jika salah satu dari kita mati di sini jangan lupakan perjuangan kita
bersama hingga kita sejauh ini, dan jangan lupakan kawan kita yang berguguran di
hutan sini.” Ucap Dhirja dengan nada sedih
“Jangan berbicara seperti itu,aku yakin kita bisa menuju desa bersama-
sama.” Ucap susilo dengan perasaan campur aduk.
Tetapi para serdadu itu sudah mulai mendekat ke arah mereka sambil
berteriak ke arah mereka.
“Susilo aku punya rencana di sana ada dua jalur kamu ke arah kanan menuju
desa dan aku akan lurus mengalihkan mereka.” Ucap Dhirja
“Jangan khawatirkan aku, aku akan selamat dari kepungan mereka kamu
lupa di antara kita siapa yang larinya paling cepat maka pergilah segera selamatkan
dirimu terlebih dahulu aku akan segera menyusulmu” Ucap Dhirja dengan tegas.
“Baiklah tapi kamu harus berjanji kepadaku bahwa kau akan selamat dan
menuju desa” Jawab susilo.
Lalu para serdadu pun mengejar ke arah Dhirja dan tidak melihat susilo ke
arah yang berbeda, akhirnya Dhirja pun terkepung di karenakan sudah sangat lelah
untuk berlari.
“Baiklah kalau itu maumu apa kamu yakin dengan jawabanmu?” Jawab
serdadu
“Maafkan aku Dhirja, maafkan aku Bagyo,maafkan aku semuanya aku tidak
bisa membawa kalian semua ke desa dengan selamat” Gumam susilo dengan sedih