Professional Documents
Culture Documents
Kasus 5.13
Kasus 5.13
1 3
Hipotermia, Hipertermia,
Hipoglikemia
Iya Aliani Agustin
P17324222057
Hipotermia
1. Pengertian
a. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin. Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh
bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke obyek).
Mencegah kehilangan panas: hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan,
baju dan sprei).
b.Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Panas hilang dari
tubuh bayi ke udara sekitar yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan
dan suhu udara).
Mencegah kehilangan panas: hindari aliran udara/pendingin udara, kipas angin, lubang angin yang
terbuka).
Lanjutan
c. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai
suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Mencegah kehilangan panas : Kurangi benda-benda yang menyerap panas, Tempatkan tempat tidur
bayi jauh dari tembok.
d. Evaporasi
Kehilangan dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera di keringkan.
Mencegah kehilangan panas: Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat, Basuh dan keringkan bayi
pada setiap bagian untuk mengurangi evaporasi, Batasi untuk kontak langsung dengan pakian basah
selimut basah.
2. Tanda gejala
b. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 2,5 kg atau bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi
dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput
c. Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
5. Penatalaksanaan
c. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau
dihangatkan diatas tungku
Lanjutan
a. Suhu lebih dari 37,8°C per oral atau 38,8°C per rektal,
b. Pernafasan lebih dari 60 kali permenit,
c.Adanya tanda dehidrasi, yaitu BB turun, turgor kulit
kurang, dan oliguria.
d. Pusing dan lelah
3. Faktor resiko
a. Usia bayi: Bayi yang lebih muda memiliki sistem termoregulasi
yang kurang matang, sehingga mereka lebih rentan terhadap
fluktuasi suhu tubuh
b. Panas lingkungan: Pajanan bayi terhadap suhu lingkungan yang
tinggi, terutama dalam cuaca panas atau ruangan tanpa pendingin
udara, dapat meningkatkan risiko hipertermi
c. Berpakaian berlebihan: Memakaikan bayi terlalu banyak lapisan
pakaian atau selimut dapat menyebabkan overheating.
Lanjutan
d. Dehidrasi: Bayi yang tidak mendapatkan cukup cairan atau
mengalami kehilangan cairan akibat muntah, diare, atau
berkeringat berlebihan berisiko mengalami hipertermi.
a. Modifikasi Lingkungan
Dilakukan dengan environmental cooling dengan suhu ruangan 26-28
°C atau dengan menghilangkan sumber panas eksternal seperti
membuka baju, mengganti selimut atau baju yang terlalu tebal,
mengurangi temperatur lingkungan, meningkatkan sirkulasi udara
dengan kipas angin, membuka jendela atau membiarkan permukaan
tubuh terpapar udara.
Lanjutan
b.Cooling Blanket
Dapat diterapkan pada anak dengan risiko tinggi yang membahayakan
organ vital.
c. Sponge Bath
Pemberian kompres hangat dan melarang menggunakan kompres alkohol atau air es.
Kompres dilakukan dengan menyeka atau merendam tubuh dengan air hangat-hangat
kuku untuk menghilangkan panas tubuh dengan cara vasodilatasi pembuluh superfisial.
Kompres alkohol atau air es dapat menyebabkan proses pendinginan terlalu cepat dan
kedinginan, sehingga justru dapat meningkatkan suhu tubuh pasien karena menggigil.
Selain itu alkohol dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer dan depresi susunan syaraf
pusat karena uap yang terhisap.
Hipoglekimia
1. Pengertian
Hipoglikemi adalah konsentrasi glukosa darah bayi lebih rendah
dibanding konsentrasi rata-rata pada populasi bayi dengan umur
dan BB sama (<30 mg% pada Bayi Cukup Bulan dan<20 mg% pada
Bayi BBLR). Pada bayi aterm, hipoglikemia adalah konsentrasi
glukosa plasma kurang dari 35 mg/dl dalam 72 jam pertama,
kemudian menjadi 45 mg/dl. Pada bayi BBLR angka tersebut
kurang dari 25 mg/dl.
2. Tanda Gejala
a. Jitteriness
b. Sianosis
c. Kejang atau tremor
d. Letargi dan menyusui yang buruk
e. Apnea
f. Tangisan yang lemah
3. Faktor Resiko
Ada empat kelompok bayi yang mempunyai risiko tinggi terjadi
hipoglikemie, yaitu: bayi dari ibu dengan Diabetes, bayi dengan
BBLR mungkin mengalami malnutrisi intrauterin, bayi sangat
imatur atau sedang sakit, serta bayi menderita penyakit genetik
atau kelainan metabolisme primer, seperti galaktosemia,
penyakit pada penyimpanan glukogen, dan lain- lain.
4. Faktor Penyebab
1. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.
2. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin
juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer
glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.
3. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Lanjutan
4. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes melitus
b. Pemantauan: Bayi perlu dipantau dengan ketat, terutama kadar gula darahnya.
Pemantauan ini dapat dilakukan melalui tes darah secara teratur.
e. Perawatan di Rumah Sakit: Jika hipoglikemia sangat parah atau tidak dapat
diatasi dengan cara-cara di atas, bayi mungkin memerlukan perawatan di rumah
sakit untuk pemantauan dan penanganan lebih intensif.
Referensi
1. Asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
2. Asuhan-kebidanan-Neonatus-Bayi(BPPSDMK)
3. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita
Terimakasih