You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan


ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinginya. 1
lingkungan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menentukan deraja
kesehatan masyarakat yang optimal disamping faktor kualitas pelayanan
kesehatan, dan perilaku hidup bersih dan sehat.2

Penyakit berbasis lingkungan (PBL) menjadi permasalahan kesehatan


yang dihadapi indonesia saat ini. Diare menjadi penyebab nomor satu kematian
bayi di Indonesia (yaitu 42% dari total angka kematian bayi usia 0-11 bulan).
Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sejumlah 460
balita setiap harinya.3 Pada tahun 2017 terjadi 21 kali KLB Diare yang tersebar
di 12 provinsi, 17 kabupaten/kota. Kabupaten Polewali Mandar, Pohuwato,
Lampung Tengah dan Merauke masing-masing terjadi 2 kali KLB. Jumlah
penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang (CFR 1,97%).4

Hasil studi WHO (2007), intervensi melalui modifikasi lingkungan


dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi
lingkungan tersebut mencakup penyediaan air bersih menurunkan risiko 25%,
pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%, pengolahan air minum tingkat
rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci tangan pakai sabun
menurunkan risiko sebesar 45%.5

Sehingga pemerintah melalui kementrian kesehatan republik indonesia


membuat upaya untuk mengatasi permasalah tersebut dengan cara

1
2

mengembangkan dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008, yang
menjadikan STBM sebagai Program Nasional dan merupakan salah satu
sasaran utama dalam RPJMN 2010 – 2014, yang menargetkan bahwa pada
akhir tahun 2014, tidak akan ada lagi masyarakat Indonesia yang melakukan
praktik buang air besar sembarangan (BABS).5,6

STBM memiliki 5 pilar, dan salah satu yang menjadi perhatian khusus
adalah pilar pertama yaitu tidak buang air besar sembarangan atau Open
defecation free (ODF).7 Tidak buang air besar sembarangan atau Open
defecation free adalah suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu
komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di sarana jamban
sehat . Jamban sehat merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit. 8 Berdasarkan dari data riset
kementrian kesehatan menyatakan bahwa indonesia belum terverifikasi ODF
100%. Data Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa proporsi rumah tangga
yang memiliki jamban sehat atau BAB di jamban sebesar 81,9%.9
Dari data studi dan survey sanitasi, proporsi rumah tangga di Indonesia
yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah
75,93%, milik bersama sebanyak 10,25% dan fasilitas umum adalah 2,74%.
Rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB atau masih BAB
sembarangan (open defecation) yaitu sebesar 10,84%. Di Provinsi Jambi
terdapat 13,26% Rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB.10

Berdasarkan laporan pelaksanaan stbm Indonesia, verifikasi ODF


untuk wilayah Jambi, kecamatan Danau Sipin masih berada dibawah 100%.
Yang artinya untuk wilayah kecamatan Danau Sipin masih banyak masyarakat
yang tidak menggunakan jamban sehat.11 Adanya program kesehatan
lingkungan diharapkan agar dapat membantu memfasilitasi terlaksananya
program sarana jamban sehat ini. Pencapaian hasil setiap kegiatan program
3

kesehatan lingkungan Puskesmas Putri Ayu telah mencapai target yang


diharapkan. Walaupun demikian, masih dijumpai kendala dan masalah dalam
pelaksanan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Putri Ayu. Upaya
untuk perbaikan dan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan terus dilakukan
guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan lingkungannya.
Atas dasar latar belakang tersebut, perlu dilakukan analisa terkait “Gambaran
Pelaksanaan Sarana Jamban Sehat di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Tahun 2019“ sehingga kedepannya diharapkan program kesehatan lingkungan
Putri Ayu dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal lagi bagi
masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan lingkungan yang setinggi-tingginya.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan, permasalahan dan alternatif


pemecahan masalah dalam pelaksanaan program sarana jamban sehat di
wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.

1.2.2. Tujuan Khusus

1 Untuk mengidentifikasi masalah dalam pelaksanaan program sarana


jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
2 Untuk menentukan prioritas masalah dalam pelaksanaan program
sarana jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
3 Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah dalam
pelaksanaan program sarana jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi.
4 Untuk menentukan alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan
program sarana jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi.
4

5 Untuk menentukan pemecahan masalah yang terpilih dalam


pelaksanaan program sarana jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi.
6 Untuk merencanakan usulan kegiatan pemecahan masalah yang terpilih
dalam pelaksanaan program sarana jamban sehat di wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
7 Untuk menentukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelaksanaan
program sarana jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. STBM

2.1.1. Pengertian STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk


merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode
pemicuan. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan,
khususnya bidang, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu
dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Pemerintah
merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral
dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi
daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses
sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang
menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis.5

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima


pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang
lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup
bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik,
dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan.5

Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode Pemicuan


yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan
mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.
6

2.1.2. Tujuan STBM

Tujuan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan


mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung,
peningkatan kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan
pengembangan inovasi sesuai dengan konteks wilayah.

2.1.3. Lima Pilar STBM

Lima Pilar STBM terdiri dari:5

1. Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air
besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi
yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi
yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:

a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsun bahan-bahan yang


berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan
b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyaki pada pemakai
dan lingkungan sekitarnya.

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.


Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan
penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh
penghuni rumah.5

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air bersih yang mengalir. Langkah-langkah CTPS yang benar :
a. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
7

b. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu


gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai
semua permukaan kena busa sabun.
c. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
d. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan
sampai sisa sabun hilang.
e. Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau
kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:
a. sebelum makan
b. sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
c. sebelum menyusui
d. sebelum memberi makan bayi/balita
e. sesudah buang air besar/kecil
f. sesudah memegang hewan/unggas
Kriteria Utama Sarana CTPS yaitu :
a. Air bersih yang dapat dialirkan
b. Sabun
c. Penampungan atau saluran air limbah yang aman
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan
pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga.
Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:
a. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
1) Pengolahan air baku
2) Pengolahan air untuk minum
3) Wadah Penyimpanan Air Minum
4) Hal penting dalam PAMM-RT
- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah
makanan siap santap.
8

- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan


rumah tangga.
- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah
siap santap serta untuk mengolah makan siap santap.
- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah
menjadi air minum. Secara periodik meminta petugas kesehatan
untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium5
b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga
Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan
gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan
yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan.
Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau
skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.5
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari
penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah.
Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan
cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga
untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi
menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk menyalurkan limbah cair
rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa
tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur
resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari
buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran
pembuangan air limbah.5
9

2.2. Sarana Jamban Sehat

2.2.1. Pengertian Jamban

Menurut Soeparman (2003), jamban adalah suatu ruangan yang


mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkan.12 Jamban sehat adalah sarana pembuangan tinja yang efektif
untuk memutus mata rantai penularan penyakit.5

2.2.2. Jenis Jamban13

1. Jamban Cemplung ( pit latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang


sempurna, misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung
masuk ke jamban dan tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan
mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3
meter saja. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

Cara dan beberapa syarat pembuatan jamban galian (cemplungan)


adalah:

a. Jauh dari tempat kediaman/perumahan


b. Lubang digali sedalam 2-3 dengan garis tengah 80 cm
c. Dalamnya tergantung keadaan tanah, permukaan air tanah dan lama
penggunaan
d. Letaknya diusahakan pada tanah yang agak longgar tapi kokoh hingga
tidak memerlukan dinding penahan
e. Pada lubang bagian atas perlu diberi dinding dan pondasi penguat
10

f. Bila tanahnya terlalu longgar dan mudah runtuh, lubang bagian dalam
perlu diberi penahan atau penguat dari beton, batu-batu, kaleng atau
drum, anyaman bambu atau bahan lainnya
g. Pondasi disekitar atas lubang dibuat dari beton, batu bata bersemen, atau
balok kayu
h. Di sekitar lantai dan pondasi ditimbun tanah agar jamban tetap kering
i. Ditutup yang layak dan memenuhi syarat kesehatan
2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih


lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa
ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.

3. Watersealed Laterine (Angsa Trine)

Jamban tangki septik/leher angsa : Adalah jamban berbentuk leher angsa


sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat bau busuk dari
cubluk sehingga tidak tercium di ruangan rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya
tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun
untuk masuk ke tempat penampungannya (pit). Penampungannya berupa
tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.
Kakus ini yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.

Laterine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan.
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air
buangan masuk dan mengalami dekomposisi.

Di dalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama
waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni :

a. Proses kimiawi
11

Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%)


zat-zat padat akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang
tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan
membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut.
Lapisan ini disebut scum yang befungsi mempertahankan suasana anaerob dari
cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.

b. Proses biologis

Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob


dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum.
Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi
volume sludge sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh.
Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan
mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan
keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.

2.2.3. Syarat Jamban Sehat14

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

a. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)


Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari
gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
b. Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
1. Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter
dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana
(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi
harus diberi tutup.
12

2. Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan
mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL).

c. Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai


kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

1. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat
dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan
bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui
bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka
dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
2. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah
padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan
meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak
mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut
akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar
atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika
diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali,
buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.
13

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan oleh penulis yaitu :

1. Data Primer
Data primer didapat melalui wawancara mendalam yaitu untuk
memperoleh informasi mengenai pelaksanaan program sarana jamban sehat
dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program sarana jamban
sehat Puskesmas Putri Ayu yang dilakukan kepada petugas kesehatan
lingkungan puskesmas Putri Ayu, dan masyarakat di wilayah kerja
puskesmas Putri Ayu.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan triwulan program sarana Jamban
Sehat Puskesmas Putri Ayu tahun 2019.
3.2. Cara Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petugas kesehatan


lingkungan puskesmas Putri Ayu dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
Putri Ayu. Sedangkan Data sekunder diperoleh dengan cara meminjam dari
petugas kesehatan lingkungan puskesmas Putri Ayu.
14

BAB IV

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

4.1.1 Data geografis

Puskesmas Putri Ayu secara administrasi terletak di wilayah Kecamatan


Danau Sipin yang merupakan bagian wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi, wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu meliputi 5 kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Legok
2. Kelurahan Murni
3. Kelurahan Solok Sipin
4. Kelurahan Sungai Putri
5. Kelurahan Selamat

Dan terbagi menjadi : 147 RT (Rukun Tetangga)

Letak dan luas wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu ± 616 ha yang
terletak di kecamatan Danau Sipin terdiri dari daerah dataran tinggi sebelah
selatan dan dataran rendah disebelah utara, secara geografis batas – batas
wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu adalah sebagai berikut :

1. Utara : Sungai Batang Hari, wilayah kerja Puskesmas Koni


2. Selatan: Kecamatan Jelutung, wilayah kerja Puskesmas Simpang Kawat
dan Handil
3. Timur : Kecamatan Pasar, wilayah kerja Puskesmas Koni
4. Barat : Kelurahan Suka Karya, wilayah kerja Puskesmas Simpang
Kawat
15

4.1.2 Data Demografi


Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu berdasarkan data tahun
2018 adalah : 74.849 jiwa dengan perincian :

1. Legok : 20.786
2. Murni : 8.369
3. Solok Sipin : 15.868
4. Sungai Putri : 14.691
5. Selamat : 15.135

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Putri Ayu Tahun 201815

4.2 PROFIL PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI


4.2.1 Sejarah Puskesmas Putri Ayu
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi berdiri tahun 1978, dengan nama
puskesmas wilayah IV Putri Ayu berada dalam kecamatan Danau Sipin.
Keberadaanya strategis dengan wilayah kerja yang luas dan jumlah penduduk
yang banyak. Puskesmas Wilayah IV Putri Ayu diklasifikasikan sebagai
puskesmas rawat jalan dengan membawahi empat buah puskesmas pembantu.
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi sebagai salah satu unit pelayanan
teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kota Jambi dituntut menjadi ujung tombak
pembangunan kesehatan khususnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilatif untuk
mempertinggi derajat kesehatan dengan memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu, pelayanan
kesehatan ini tertuang dalam 6 program pokok dan program pengembangan
Puskesmas yaitu :
1. Promosi Kesehatan
16

2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak & Keluarga Berencana
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya Pengobatan

4.2.2 Tenaga kesehatan

Ketenagaan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dapat dijabarkan sebagai


berikut:

No Tingkat Profesi Jumlah

1 Dokter Umum 2

2 Dokter Gigi 2

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2

4 Bidan 26

5 Sanitarian 2

6 Perawat 16

7 Apoteker 1

8 Asisten Apoteker 4

9 Analis Laboratorium 2

10 Perawat Gigi 3

11 Ahli gizi 0

12 Tenaga kesehatan lainnya 27


17

Total 87

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Putri Ayu Tahun 2018

4.2.3 Data Sarana Kesehatan

Puskesmas wilayah Putri Ayu dilengkapi dengan fasilitas puskesmas


rawat jalan yang cukup lengkap seperti alat dan ruang UGD, Poli umum,
Poli gigi, Poli KIA, KB, Poli USILA, Poli anak sakit dan sehat
(MTBS),imunisasi, laboratorium sederhana, konsultasi gizi, konsultasi
reproduksi, kesehatan lingkungan, P2M (TB Paru), Apotik dan gudang
obat yang cukup dan juga fasilitas puskesmas rawat inap.

4.3. Hasil Inspeksi Sanitasi Sarana Jamban Sehat puskesmas tanjung


pinang

Tabel 4.5. Kondisi sarana sanitasi jamban wilayah kerja puskesmas putri ayu
bulan januari – maret tahun 2019 :

Jenis Jamban Tingkat Resiko Jamban


Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Rumah
No. Kelurahan
Penduduk KK Rumah C CP L LP LST Total Dperiksa Tinggi Sedang Rendah

1. Legok 13.441 3.221 2.688 120 524 355 405 250 2.572 156 0 81 75

2. Murni 10.559 1.361 1.283 75 205 240 257 225 1.503 150 0 90 60

Solok
3. 8.979 2.697 2.420 150 527 286 372 200 1.222 160 0 70 90
Sipin

Sungai
4. 5.556 2.040 1.795 100 307 254 247 300 1.304 155 0 77 78
Putri

5. Selamat 9.059 2.003 1.798 25 36 0 27 2282 952 159 0 79 80

JUMLAH 47.594 11.322 9.984 238 1.599 1135 3257 3257 7.665 780 0 397 383

Keterangan :

C : Cemplung
18

CP : Cemplung dengan Plengsengan

L : Leher Angsa

LP : Leher Angsa dengan Plengsengan

LST : Leher Angsa dengan Septic Tank

4.4. Perolehan Data Primer

4.4.1. Wawancara dengan Petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas


Putri Ayu Kota Jambi
Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan puskesmas
Putri Ayu didapatkan sebagai berikut:
1. Bagaimana alur pelaksanaan program sarana jamban sehat di puskesmas
Putri Ayu?
Jawaban :
“Alurnya mulai dari dinas, dari pak walikota ada MOU ke kelurahan
masing-masing harus odf, dari dinas kesehatan ke puskesmas
melaksanakan sosisalisasi kemudian pemicuan, setelah pemucuan akan
dibuat tim untuk mengerjakan stbm dengan kelurahan yang sepakat
untuk melakukan stbm, dan kesling puskesmas kan sebagai tenaga
penyuuh ya, jadi kita ya sekedar menyuluhkan tentang jamban sehat,
perubahan perilaku dari jamban tidak sehat ke jamban yang sehat.”
2. Berapa banyak petugas yang turun untuk melakukan kegiatan
pemeriksaan sarana jamban sehat?
Jawaban :
“Untuk pemicuan yang melakukan adalah tim kesling yang tiga orang
dari puskes ditambah dengan satu atau dua orang dari dinas
kesehatan.”
3. Apakah yang dilakukan oleh tim pemicu ?
19

Jawaban :
“Puskesmas kan hanya tim fasilitator jadi kami hanya memfasilitasi
mereka agar mereka bisa mempunyai jamban yang sehat dengan cara
mereka sendiri. Yang dilakukan tim pemicuan adalah mengumpulkan
warga yang belum memiliki jamban sehat kemudian ditandai rumahnya
di peta dan melakukan dengan metode lain”
4. Apakah kegiatan sarana jamban sehat ini telah dilakukan ?
Jawaban :
“sudah, untuk wilayah kerja putri ayu, semua nya telah dilakukan
penyuluhan dan pemicuan, tapi ya itu ada yang datang ada yang tidak”
5. Pada saat melakukan kegiatan sosialisasi dan pemicuan sarana jamban
sehat apakah ada hambatan ?
Jawaban :
“ya terkadang itu sebagian penduduk ada yang tidak memiliki kesadaran
akan jamban sehat dan tidak peduli sehingga mereka tidak hadir dalam
kegiatannya.”
6. Apakah masih ada masyarakat yang mengalami penyakit berbasis
lingkungan di lingkungan wilayah kerja puskesmas?
Jawaban :
“masih ada, ya seperti anak diare, ISPA dan lainnya”

4.4.2. Wawancara dengan warga yang memiliki rumah di wilayah kerja


Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
Hasil wawancara adalah sebagai berikut :
1. Apakah ibu sudah lama tinggal di daerah ini?
Jawaban :
“ya lumayan lah saya sudah tinggal disini sejak tahun 2001 lalu”
2. Apakah ibu tau tentang jamban sehat ?
Jawaban :
“tau saya pernah dijelaskan dulu”
20

3. Kalau boleh tahu bu, ibu menggunakan jamban/WC jenis apa?


Jawaban :
“rumah saya tidak ada WC, ya Cuma lubang dibuat untuk BAK saja,
biasanya di jamban dan numpang sama tetangga”
4. Saluran pembuangan limbahnya ngalirnya kemana bu ?
Jawaban :
“ada salurannya, salurannya ya langsung ke sungai sebelah ini mbak,
dan untuk BAK ya turun langsung kebawah mba dan jadinya kesungai
juga”
5. Mengapa ibu memilih mengalirkan limbahnya ke sungai?
Jawaban :
“ya saya kan ngontrak mbak, jadi ya karna yang punya rumah ngga buat
septic tank ya kami gunakan yang ada aja mbak”
6. Apakah petugas dari puskesmas sering datang untuk memeriksa jamban
kesini bu?
Jawaban :
“Ada dulu udah lama ..”
7. Apa saja yang dilakukan petugas puskesmas waktu memeriksa jamban
ibu?
Jawaban :
“Mereka ya nanya nanya lah kayak mbak ni, udah tu mereka lihat ke
dalam rumah wcnya gimana, terus mereka foto”
8. Kalo misalnya petugas datang, apakah bapak langsung mau membukakan
pintu untuk mempersilahkan mereka masuk atau bertanya dahulu siapa
mereka?
Jawaban :
“Ya saya kadang lihat dulu mbak kalo mereka dak pakai seragam yo
kadang saya kurang percaya, takutnya selles kan yang mau jual barang,
kalo mereka nampak dari puskesmas ya saya bukain pintu mbak”
21

BAB V

MASALAH KESEHATAN

5.1. Identifikasi Masalah

5.1.1. Curah Pendapat (Brainstorming)


1. Perilaku masyarakat yang tidak peduli akan jamban sehat (input)
2. Masyarakat banyak yang tidak hadir saat dilakukan sosialisasi dan
pemicuan (proses)
3. Pendataan EKP tidak lengkap (proses)
4. Masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah kebawah tidak memiliki
dana dan lahan untuk membuat jamban sehat (input)
5. Masih ada masyarakat di wilayah kerja puskesmas putri ayu yang tidak
menggunakan jamban sehat (output)
6. Masih adanya risiko pencemaran rendah sampai sedang (output)
5.1.2. Konfirmasi Masalah dengan Data
5.1.2.1 Data Primer
1. Masih ada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Putri Ayu yang tidak
menggunakan jamban sehat (OUTPUT)
Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan, didapatkan
bahwa masih ada warga yang tidak memiliki jamban sehat di wilayah
kerja puskesmas tanjung pinang, disebabkan oleh perilaku masyarakat
22

yang kurang peduli akan jamban sehat, kemudian disebabkan oleh dana
dan lahan yang tidak ada untuk membuat septic tank. Dilakukan
pengamatan langsung ke wilayah kerja puskesmas putri ayu dan
didapatkan masih ada rumah yang tidak memiliki septic tank.
2. Masih adanya resiko pencemaran rendah sampai sedang (OUTPUT)
Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan, didapatkan
bahwa masih adanya resiko pencemaran rendah sampai sedang,
disebabkan oleh masih rendahnya kepedulian dan kesadaran masyarakat
tentang jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
5.1.2.2 Data sekunder
Data diperoleh dari laporan hasil inspeksi kondisi sanitasi (jamban) di
wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu pada periode Januari – Maret 2019.
1. Masih ada warga yang tidak memiliki jamban sehat di wilayah kerja
puskesmas Putri Ayu tahun 2019. Dari EKP Putri Ayu tahun 2019
didapatkan ada 88,07% masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Pinang yang menggunakan jamban sehat. Dan 11,93% masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang yang tidak menggunakan
jamban sehat (Data Terlampir)
2. Masih adanya resiko pencemaran rendah sampai sedang
Dari 780 rumah yang diperiksa, ada 383 rumah yang memiliki resiko
pencemaran rendah, 397 rumah yang memiliki resiko pencemaran
sedang, dan 0 rumah yang memiliki resiko pencemaran tinggi.
5.1.2.3 Pernyataan Masalah
1. Terdapat 11,78% masyarakat tidak menggunakan jamban sehat di
wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu tahun 2019
2. Dari 780 rumah yang diperiksa, terdapat 383 rumah yang memiliki resiko
pencemaran rendah, 397 rumah yang memiliki resiko pencemaran
sedang, dan 0 rumah yang memiliki resiko pencemaran tinggi di wilayah
kerja puskesmas Putri Ayu pada bulan januari-maret tahun 2019.
23

5.2. Penentuan prioritas masalah

Menentukan prioritas masalah menggunakan metode teknik scoring


USG(Urgency, Seriousness, Growth).

Tabel 5.1 Teknik Skoring USG Menetukan Prioritas Masalah

NO MASALAH U S G Total

Terdapat 11,93% masyarakat tidak


1. menggunakan jamban sehat di wilayah kerja 4 4 4 12
Puskesmas Putri Ayu tahun 2019

Dari 780 rumah yang diperiksa, terdapat 383


rumah yang memiliki resiko pencemaran
rendah, 397 rumah yang memiliki resiko
2. pencemaran sedang, dan 0 rumah yang 3 3 3 9
memiliki resiko pencemaran tinggi di wilayah
kerja puskesmas Putri Ayu pada bulan
januari-maret tahun 2019

Keterangan :
Total :U+S+G
U (Urgency) : Seberapa mendesak isu harus dibahas
24

S (Seriousness) : Seberapa serius isu perlu dibahas


G (Growth) : Kemungkinan isu berkembang
Nilai :

- 4 : Sangat Mendesak, Sangat Serius, Sangat mungkin isu untuk


berkembang
- 3 : Mendesak, Serius, mungkin isu untuk berkembang
- 2 : Kurang Mendesak, Kurang Serius, Kurang mungkin isu untuk
berkembang
- 1 : Tidak Mendesak, Tidak Serius, Tidak mungkin isu untuk berkembang

Dari hasil penentuan masalah menggunakan tabel USG maka masalah


yang menjadi prioritas berdasarkan skor penilaian adalah Terdapat 11,78%
masyarakat tidak menggunakan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Putri
Ayu tahun 2019.
5.3. Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah dan penyebab masalah
dominan

5.3.1 Diagram Alur (Flow Chart)

Diagram alur ini dibuat untuk mengkaji kembali tahapan kegiatan yang
dilakukan selama ini dalam melakukan kegiatan yang menjadi masalah.
Berikut alur kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan inspeksi sanitasi sarana
jamban sehat PuskesmasPutri Ayu.
Petugas Kesehatan
Surat Lingkungan turun ke
Tugas rumah-rumah warga

Pencatatan hasil
inspeksi sanitasi sarana
Melakukan inspeksi sanitasi jamban sehat wilayah
jamban sehat dirumah warga kerja Puskesma Putri
Ayu

Sosialisasi/
Pemicuan Jamban sehat di
Penyuluhan bagi
wilayah kerja putri ayu
sanitasi Jamban
Sehat dan SPAL
25

Diagram Alur Kegiatan Kesehatan Lingkungan Jamban Sehat Puskesmas Putri Ayu
Sebelum membuat bagan tulang ikan, berdasarkan simpul kegiatan
yang rawan diatas dapat dicari siapa-siapa yang terkait pada kegiatan tersebut.
5.3.2 Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Tulang Ikan (Fish
Bone)
Mengetahui sebab terjadinya masalah tersebut dengan menggunakan
diagram tulang ikan (Fish Bone) atau diagram sebab akibat. Alat bantu ini
dapat:
a. Melakukan identifikasi sebab-sebab dari suatu masalah
b. Sangat efektif untuk membantu tim dalam mencari akar
penyebab suatu masalah
c. Sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi dan memperagakan
sebab-sebab masalah
Dalam mencari faktor-faktor penyebab masalah dominan dalam
permasalahan ini, maka digunakan diagram Fish Bone :

Manusia Metode

tidak peduli Petugas tidak dilakukan


akan jamban
Kebingungan pendataan sejak
sehat bulan april –
dalam pendataan desember 2018

tidak tau akibat dari tidak


menggunakan jamban sehat Tidak mendapat
penjelasan
tentang bsistem
Metode
pendataan yang
pendataan
yang baru
Ada Masyarakat yang
tidak menghadiri tidak menghadiri
acara sosialisasi Sosialisasi dan
Terdapat 11,93%
jamban sehat pemicuan
26

5.3.3 Mencari Dukungan Data untuk Membuktikan Penyebab Paling


Mungkin Menjadi Akar Penyebab
Dukungan data berguna untuk membuktikan penyebab paling mungkin
yang menjadi akar penyebab masalah.
a. Faktor Manusia
- Masyarakat yang kurang peduli akan jamban sehat disebabkan oleh
pengetahuan akan akibat dari BABS yang rendah. Pengetahuan akan
akibat dari BABS yang rendah disebabkan karena tidak menghadiri
penyuluhan atau sosialisasi stbm.
- Petugas yang belum mendapat kejelasan tentang pendataan sarana
jamban sehat yang terbaru secara online. Data diambil dengan
menggunakan wawancara mendalam dengan petugas kesehatan
lingkungan dan masyarakat.
b. Faktor Bahan/Material
Tingkat ekonomi masyarakat yang tergolong menengah kebawah,
sehingga masyarakat beralasan dengan tidak adanya dana untuk membuat
septic tank.
c. Faktor metode
27

Metode pendataan yang belu dijelaskan pada petugas puskesmas yang


mengakibatkan pendataan menjadi tidak efektif.
d. Faktor Lingkungan
- Wilayah masyarakat yang dekat dengan got ataupun sungai, sehingga
membuat masyarakat membuat saluran jamban langsung ke got atau
sungai.
- Lahan sempit dan tidak tersedia lahan untuk pembuatan septic tank.
5.3.4 Menentukan Penyebab Masalah Dominan
Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan.
Artinya dengan menanggulangi penyebab yang paling dominan, sebagian besar
masalah sudah dapat dipecahkan.
Karena itu dilakukan urutan dominan dengan cara diskusi, adu
argumentasi, dan justifikasi antar anggota tim pemecah masalah untuk
menentukan penyebab yang paling dominan dan didapatkan hasil bahwa
penyebab yang paling dominan yaitu “masyarakat tidak menghadiri acara
sosialisasi jamban sehat”. Hal ini menyebabkan ketidaktauan dan
ketidakpedulian masyarakat akan jamban sehat. Hal ini dibuktikan dengan
masih adanya rumah masyarakat yang tidak memiliki jamban sehat.
28

BAB VI
PEMECAHAN MASALAH, PRIORITAS, DAN USULAN KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH

6.1 Alternatif Cara Pemecahan Masalah


Setelah ditemukan penyebab masalah yang dominan, maka tahap
berikutnya adalah mencari cara penanggulangan yang terbaik.
Tabel 6.1. Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penyelesaiannya
Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

Terdapat 11,93% Masyarakat tidak  Melakukan sosialisasi tentang


masyarakat tidak menghadiri acara sarana jamban sehat di tiap

menggunakan jamban sosialisasi jamban sehat posyandu


 Membuat acara yang menarik
sehat di wilayah kerja
saat dilakukan sosialisasi jamban
Puskesmas Putri Ayu
sehat
tahun 2019
 Bekerjasama dengan kader
membuat dan menyebarkan
poster yang berisi informasi
29

tentang jamban sehat


 Bekerjasama dengan
RT/Kelurahan untuk membuat
kebijakan tentang kewajiban
jamban sehat

6.2 Memilih Alternatif Cara Pemecahan Masalah yang Terbaik


dengan tabel USG
Tabel 6.2 Teknik Skoring USG Memilih Alternatif cara pemecahan Masalah

NO MASALAH U S G Total

Melakukan sosialisasi tentang sarana jamban sehat


1. 4 3 3 10
di tiap wilayah posyandu

Membuat acara yang menarik saat dilakukan


2. 4 4 4 12
sosialisasi jamban sehat

Bekerjasama dengan kader Membuat dan


3. Menyebarkan poster yang berisi informasi tentang 4 4 3 11
jamban sehat

Bekerjasama dengan RT/Kelurahan untuk


4. membuat kebijakan tentang kewajiban jamban 4 3 3 10
sehat

Keterangan:
Total :U+S+G
30

U (Urgency) : Seberapa mendesak isu harus dibahas


S (Seriousness) : Seberapa serius isu perlu dibahas
G (Growth) : Kemungkinan isu berkembang
Nilai :

- 4 : Sangat Mendesak, Sangat Serius, Sangat mungkin isu untuk


berkembang
- 3 : Mendesak, Serius, mungkin isu untuk berkembang
- 2 : Kurang Mendesak, Kurang Serius, Kurang mungkin isu untuk
berkembang
- 1 : Tidak Mendesak, Tidak Serius, Tidak mungkin isu untuk berkembang

Dari hasil penentuan masalah menggunakan tabel USG maka didapatkan


bahwa hasil prioritas untuk pemecahan masalah berdasarkan skor penilaian
adalah Membuat acara yang menarik saat dilakukan sosialisasi jamban sehat .

6.3 Rencana Penerapan


6.3.1 Kemungkinan Faktor Pendorong
a. Motivasi masyarakat akan pentingnya penggunaan sarana jamban
sehat
b. Kemauan masyarakat untuk menggunakan jamban sehat
c. Keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat, agama dan petugas kesehatan
sebagai acuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menggunakan jamban sehat
6.3.2 Kemungkinan Faktor Penghambat
a. Persepsi yang salah mengenai penggunaan jamban sehat

6.3.3 Upaya Antisipasi Faktor Penghambat


a. Memberikan pemahaman tentang pengaruh buang air besar
sembarangan, agar timbul kesadaran masyarakat akan pentingnya
penggunaan jamban sehat
31

6.3.4 Cara Peecahan Setelah Antisipasi kemungkinan faktor


penghambat
a. Pengawasan kegiatan oleh kepala puskesmas
b. Melakukan evaluasi setelah melakukan penyuluhan
c. Mengajak dan melakukan diskusi terbuka sesama petugas
puskesmas berkaitan dengan penyuluhan

6.3.5 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah yang Terpilih


Tabel 6.3 Bagan Rencana Penerapan Pemecahan Penyebab Masalah Terpilih
No Rincian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Biaya Target
1. Membuat acara Meningkatkan Masyarakat di Pada Petugas Bantuan 100%
yang menarik saat kehadiran wilayah kerja bulan kesehatan Operasional
dilakukan masyarakat puskesmas Maret- lingkungan Kesehatan
sosialisasi jamban saat sosialisasi tanjung pinang April dibantu
sehat dan 2019 oleh kader
meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang
jamban sehat

6.4 Penerapan dan Monitoring


Tim pelaksana dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
yang telah disepakati. Selama pelaksanaan, perlu dilakukan monitoring untuk
32

melihat seberapa jauh kegiatan sudah dilaksanakan dan seberapa jauh indikator
keberhasilan telah dicapai.
Tabel 6.4 Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah
No Kegiatan Indikator Standar Hasil Ket

1. Membuat acara yang Jumlah dan Terlaksana Masyarakat Tercapai


menarik saat dilakukan persentase menghadiri
sosialisasi jamban masyaraat acara
sehat
menggunakan sosialisasi
jamban sehat dan

Sosialisasi
tentang
jamban sehat
tersampaikan

6.5 Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
cara:
1) Membandingkan frekuensi atau tingkat masalah atau sebab masalah
sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan
bar chatatau,
2) Menggunakan format evaluasi yang disediakan.

No Kegiatan Indikator Awal Akhir Efektifitas Ket


1. Membuat acara Jumlah dan 88,07% 100% 11,93% Ada Peningkatan
yang menarik persentase masyaraat
saat dilakukan menggunakan
sosialisasi
jamban sehat
jamban sehat
33

Tabel 6.5 Contoh Format Evaluasi Kegiatan

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai upaya dalam memecahkan
masalah pada pelaksanaan program sarana jamban sehat Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Masih adanya kendala dalam pelaksanaan program sarana jamban sehat
Puskesmas Putri Ayu .
2. Terdapat 2 masalah yaitu Terdapat 11,78% masyarakat tidak
menggunakan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu
tahun 2019, Dari 780 rumah yang diperiksa, terdapat 383 rumah yang
memiliki resiko pencemaran rendah, 397 rumah yang memiliki resiko
pencemaran sedang, dan 0 rumah yang memiliki resiko pencemaran
tinggi di wilayah kerja puskesmas tanjung pinang pada bulan januari-
maret tahun 2019.
3. Masalah yang diprioritaskan adalah Terdapat 11,93 % masyarakat tidak
menggunakan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu
tahun 2019
34

4. Faktor-faktor penyebab masalah yaitu :


- Masyarakat yang kurang peduli akan jamban sehat disebabkan oleh
pengetahuan akan akibat dari BABS yang rendah. Pengetahuan akan
akibat dari BABS yang rendah disebabkan karena tidak menghadiri
penyuluhan atau sosialisasi stbm.
- Tingkat ekonomi masyarakat yang tergolong menengah kebawah,
sehingga masyarakat beralasan dengan tidak adanya dana untuk
membuat septic tank.
- Metode pendataan yang belum dijelaskan pada petugas puskesmas
yang mengakibatkan pendataan menjadi tidak efektif.
5. Penyebab dominan adalah masyarakat tidak menghadiri penyuluhan
atau sosialisasi stbm.
6. Alternatif pemecahan masalah yang terpilih yaitu Membuat acara yang
menarik saat dilakukan sosialisasi jamban sehat,
7. Rencana usulan Kegiatan :

No Rincian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Biaya Target


1. Membuat acara Meningkatkan Masyarakat di Pada bulan Petugas Bantuan 100%
yang menarik saat kehadiran wilayah kerja Januari- kesehatan Operasional
dilakukan masyarakat saat puskesmas Maret 2020 lingkungan Kesehatan
sosialisasi jamban sosialisasi dan Putri Ayu dibantu
sehat meningkatkan oleh kader
pengetahuan
masyarakat
tentang jamban
sehat

8. Monitoring dan evaluasi kegiatan

No Kegiatan Indikator Standar Hasil Ket

1. Membuat acara yang Jumlah dan Terlaksana Masyarakat Tercapai


35

menarik saat dilakukan persentase menghadiri


sosialisasi jamban masyaraat acara
sehat menggunakan sosialisasi
jamban sehat dan

Sosialisasi
tentang
jamban sehat
tersampaikan

No Kegiatan Indikator Awal Akhir Efektifitas Ket


1. Membuat acara Jumlah dan 88,07% 100% 11,93% Ada Peningkatan
yang menarik persentase
saat dilakukan masyaraat
sosialisasi
menggunaka
jamban sehat
n jamban
sehat

7.2 Saran
1 Petugas perlu menjelaskan mengenai sarana jamban sehat kepada kader
dan masyarakat dengan teliti
2 Mengevaluasi kinerja petugas kesehatan lingkungan agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik lagi
3 mengadakan pelatihan pencatatan dan pelaporan kegiatan STBM
36

Lampiran 1

DOKUMENTASI KEGIATAN WAWANCARA


37
38

DOKUMENTASI KEGIATAN TURUN KELAPANGAN


39

Lampiran 2

Laporan Kemajuan Akses Sanitasi Kecamatan Danau Sipin Tahun 2019


40

Lampiran 3

Laporan ODF Kota Jambi Tahun 2019


41

Sumber : http://monev.stbm.kemkes.go.id/
42

Lampiran 4

EKP PUSKESMAS PUTRI AYU SEMESTER I TAHUN 2018

You might also like