Professional Documents
Culture Documents
HALAMAN PENGESAHAN
MENGESAHKAN
ii
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
VISI
Menghasilkan bidan profesional, berwawasan global, berdaya saing dan unggul dalam
promosi kesehatan untuk pencegahan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
pada tahun 2024
MISI
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan kebidanan berkualitas,
berwawasan global dan unggul dalam promosi kesehatan untuk pencegahan
HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
2. Melakukan penelitian dan pengembangan kebidanan yang berorientasi untuk
mencegah penularan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual terutama
pada ibu dan anak
3. Menjalin kemitraan lintas program dan lintas sektoral dalam menyelenggarakan
pengabdian kepada masyarakat dengan prinsip pemberdayaan dan pendayagunaan
lulusan
iii
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang
Maha Esa yang senantiasa melimpahkan kesehatan dan nikmat kepada kita.
Modul pelatihan kader tentang persiapan inisiasi menyusu dini dan asi eksklusif
sebagai upaya pencegahan ikterus dan stunting pada bayi di Kelurahan Setia
Negara, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematang Siantar. Modul ini disusun
dengan maksud dan tujuan sebagai bahan ajar pada pelatihan kader.
Modul ini disusun secara rinci dan sistematis, dilengkapi dengan gambar
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader agar para kader memiliki
kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang persiapan
inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif sebagai upaya pencegahan ikterus dan
stunting. Harapannya dapat membantu bagi para kader dalam meningkatkan
pengetahuan Masyarakat mengenai pentingnya inisiasi menyusu dini dan asi
eksklusif.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
mendukung selesainya tulisan ini. Selanjutnya, kami mengharapkan kritik dan
saran untuk kesempurnaannya dan semoga modul ini bermanfaat sebagai Upaya
pencegahan icterus dan stunting pada bayi di Kelurahan Setia Negara, Kecamatan
Siantar Sitalasari, Kota Pematang Siantar. Terimakasih
Penulis
iv
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
MENGESAHKAN.................................................................................................2
VISI DAN MISI......................................................................................................3
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR............................3
KATA PENGANTAR............................................................................................4
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
KEGIATAN PEMBELAJARAN I INISIASI MENYUSU DINI (IMD)...........1
URAIAN TEORI....................................................................................................2
RANGKUMAN....................................................................................................12
Test........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
KEGIATAN PEMBELAJARAN I I..................................................................17
ASI EKSKLUSIF DAN IKTERUS....................................................................17
Test........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32
KEGIATAN PEMBELAJARAN II I.................................................................33
URAIAN TEORI..................................................................................................34
RANGKUMAN....................................................................................................42
Test........................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................45
LAMPIRAN.........................................................................................................46
v
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
Saat ini anda akan mulai Kegiatan Pembelajar 1, Inisiasi Menyusu Dini. Apakah
Anda sudah siap? Mari kita mulai! Pada Topik ini Anda akan mempelajari tentang
pengertian inisiasi menyusu dini, manajemen laktasi, airs susu ibu dan hormon
prolactin, air susu ibu dan refleks oksitosin (Love Reflex,Let Down Reflex) dan teknik
menyusu yang benar, Selamat mempelajari !!
Mampu menjelaskan menganai IMD dan mempraktikkan tentang teknik menyusui yang benar.
Pokok Materi
pengertian inisiasi menyusu dini, manajemen laktasi, airs susu ibu dan hormon prolactin, air sus
1
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
URAIAN TEORI
Pada Topik kali ini kita akan membahas ,mempelajari tentang : Pengertian
inisiasi menyusu dini, manajemen laktasi, airs susu ibu dan hormon prolactin, air
susu ibu dan refleks oksitosin (Love Reflex,Let Down Reflex) dan teknik menyusu
yang benar,
2
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
- Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama beberapa waktu bayi akan
diam saja tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya .Setelah 12-44 menit bayi
akan mulai bergerak dengan menendang menggerakkan kaki, bahu dan
lengannya Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi Meskipun
kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat areola mammae yang
berwama lebih gelap dan bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-
benturkan kepalanya ke dada bu Ini merupakan stimulasi yang menyerupai
pijatan pada payudara ibu.
- Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan
dipandu oleh bau pada kedua fangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai
mengulum puting, dan mulai menyusu.
- Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung sebentar,
sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada
keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu bayi akan mengkoordinasi
gerakkan menghisap, menelan, dan bernapas.
- Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan kepes-ian
seperti menimbang, pemeriksaan antropetri lainnya, penyuntikkan vitamin K1,
dan pengoleskan salep pada mata bayi dapat dilakukan. .Tunda memandikan bayi
paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikut.
- Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai keinginan
bayi rawat. (Nida,2022).
-
B. MANAJEMEN LAKTASI
Menyusui merupakan proses yang kompleks sehingga pengetahuan tentang
anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI dapat membantu para
ibu mengerti proses kerja menyusui yang akhirnya dapat menyusui secara eksklusif
(Nur,2019)
3
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
4
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
5
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
- Mulut bayi berada di depan puting ibu. Lengan yang di bawah merangkul tubuh
ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh
dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.
- Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus (Ningsih,2021).
6
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain
kering
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong, lalu
diikat
c. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa
lama (10 – 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit
perineum.
e. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan
puting susu ibu ke mulut bayi.
f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery
room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi
suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata (Nur,2019).
7
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan
sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam dua menit
jika bayi diletakkan di dada ibu (Nida,2022)
4. Ibu kelelahan
Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang dan
keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini
membantu menenangkan ibu (Nida,2022)
8
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
9. Bayi kurang siaga. Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga.
Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama.
10. Jika bayimengantuk akibat obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan
lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding
(Nida,2022)
9
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
11. Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai sehingga
diperlukan cairan lain. Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama bayi
baru lahir. Bayi dilahirkan .dengan membawa bekal air dan gula yang
dapat dipakai pada saat itu
12. Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrom sangat
diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama
dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan
mematangkan dinding usus yang masih muda (Nida,2022)
semua bayi dalam proses IMD akan melalui lima tahapan perilaku (free-
feeding behavior)sebelum ia berhasil menyusui. Tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. 30 menit pertama
Dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam keadaan
siaga (rest/quite alert stage).Bayi diam tidak bergerak dan sesekali mata
terbuka lebar melihatibunya.Masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar
kandungan.Bounding( hubungan kasih sayang) merupakan dasar pertumbuhan
bayi dalam suasana aman.
10
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
b. 30 –40 menit
Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum,
mencium, dan menjilat tangan.Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara
ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan
putting susu ibu.
11
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
RANGKUMAN
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan sebuah proses menyusui yang dimulai
secepatnya segera setelah bayi lahir yang dilakukan dengan cara membiarkan bayi kontak
kulit dengan kulit secara langsung setidaknya selama satu jam pertama setelah lahir atau
hingga proses menyusu awal berakhir. Saat bayi menghisap payudara akan timbul
rangsangan ujung saraf sensoris disekitar payudara yang merangsang kelenjar hipofisis
bagian depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah
kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus untuk menghasilkan ASI.
Langkah menyusui yang benar:
- Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
- Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
- Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung. Posisikan bayi dengan
benar Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan
siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Perut bayi menempel ke
tubuh ibu. .
- Mulut bayi berada di depan puting ibu. Lengan yang di bawah merangkul tubuh
ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh
dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.
- Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus
Manfaat IMD bagi ibu Ibu ialah sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong
keluarnya oksitoksin.Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu
keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.
12
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Manfaat IMD bagi bayi ialah Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan,
ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.Bayi memperoleh
kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Manfaat secara
Psikologis :
- Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding)
- Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang
- Ibu merasa lebih bahagia
- Bayi lebih jarang menangi
- Ibu berperilaku lebih peka (affectionately)
- Lebih jarang menyiksa bayi (child abused)
- Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih baik di kemudian hari.
13
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Test
1. Sebuah proses menyusui yang dimulai secepatnya segera setelah bayi lahir merupakan
pengertian dari....
A. Asi eksklusif
B. Inisiasi Menyusu Dini
C. Penilaian APGAR SCORE
D. Bounding Attachment
E. Metode Kangguru
3. Bayi bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga nafas dan
denyut jantung bayi menjadi teratur. Hal itu disebut dengan...
A. Pengertian IMD
B. Tujuan IMD
C. Manfaat IMD
D. Resiko IMD
E. Teknik IMD
14
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Kunci jawaban
1. B
2. D
3. C
4. D
5. B
15
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
DAFTAR PUSTAKA
Nida I, Hadi EN, 2022. Inisiasi menyusu dini (IMD) sebagai upaya awal pemberian
ASI eksklusif, Jurnal Riset Kebidanan Vol 1 No 3.
Ningsih M, 2021. Keajaiban Inisiasi menyusu dini (IMD), Jurnal Sangkareng
Mataram, Vol 12 No 2.
Sukoco B, Purwanti, 2021. Peran perawat dan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi
menyusu dini (IMD), Jurnal Keperawatan Vol 7 No 5.
Nur, Adam, Alim, 2019. Edukasi imd terhadap pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Mapilih Kecamatan Mapilih Kabupaten Polewali Mandar,
Jurnal Kesehatan Vol 7 No 3.
16
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
KEGIATAN PEMBELAJARAN I I
ASI EKSKLUSIF DAN IKTERUS
Saat ini anda akan mulai Kegiatan Pembelajar 1, Inisiasi Menyusu Dini. Apakah
Anda sudah siap? Mari kita mulai! Pada Topik ini Anda akan mempelajari tentang
Pengertian asi eksklusif, komposisi asi eksklusif kandungan zat gizi asi, manfaat asi
eksklusif, dampak tiudak diberikan asi eksklusif Selamat mempelajari !!
Pokok Materi
17
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
URAIAN TEORI
Pada Topik kali ini kita akan membahas ,mempelajari tentang : Pengertian asi
eksklusif, komposisi asi eksklusif kandungan zat gizi asi, manfaat asi eksklusif, dampak
tiudak diberikan asi eksklusif, faktor yang mempengaruhi pemvberian asi.
18
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Pori-pori dalam usus bayi ini akan menutup setelah berumur 6 bulan. Setelah usia
bayi mencapai 6 bulan, bukan berarti pemberian ASI dihentikan, bayi diberikan makanan
pendamping lain secara bertahap sesuai dengan usianya dan ASI tetap boleh diberikan
sampai anak berusia 2 tahun (Anggraini,2020).
1. Kolostrom Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara, mengandung tissue
debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
payudara sebelum dan sesudah masa puerperium.Kolostrom keluar pada hari pertama
sampai hari keempat pasca persalinan.Cairan ini mempunyai viskositas kental, lengket
dan berwarna kekuning-kuningan. Cairan kolostrom mengandung tinggi protein,
mineral garam,vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi
dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom rendah lemak dan
laktosa.Protein utamanya adalah immunoglobulin (IgG, IgA, IgM) berguna sebagai
antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume
kolostrom antara 150-300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom hanya sedikit volumenya,
tetapi volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.
Kolostrom berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat mengeluarkan zat-zat yang
tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan kondisi saluran pencernaan
agar siap menerima makanan yang akan datang (Dina,2022)
2. ASI Peralihan Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matur. ASI
peralihan keluar sejak hari ke 4-10 pasca persalinan.Volumenya bertambah banyak
dan ada perubahan warna dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun,
sedangkan kadar lemak dan laktosa meningkat (Dina,2022)
19
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
3. ASI Matur ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai
seterusnya.Komposisi relative konstan (adapula yang menyatakan bahwa komposisi
ASI relative mulai konstan pada minggu ke 3 sampai minggu ke 5), tidak mudah
menggumpal bila dipanaskan.ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau pada 5
menit pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk lebih encer, kandungan lemaknya
lebih rendah namun tinggi laktosa, gula protein, mineral dan air (Dina,2022)
1. Karbohidrat Karbohidrat pada ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang sangat
tinggi dibandingkan dengan susu formula. Jumlah laktosa yang lebih banyak
terkandung dalam ASI membuat rasa ASI menjadi lebih manis dibandingkan
dengan susu formula. Laktosa akan difermentasikan menjadi asam laktat dalam
pencernaan bayi, suasana asam memberi beberapa keuntungan bagi pencernaan
bayi, antara lain:
2. Protein ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan susu
formula, namun protein ASI yang diebut “whey” ini bersifat lebih lembut
sehingga mudah dicerna oleh pencernaan bayi.
20
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
3. Lemak Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama, namun lemak
dalam ASI mempunyai beberapa keistimewaan antara lain:
- Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang
memecah trigliserida menjadi digliserida kemudian menjadi monogliserida
sehingga lemak dalam ASI lebih mudah dicerna dalam pencernaan bayi.
- ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, omega-6, dan DHA yang
dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk jaringan otak.
4. Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan mineral dalam ASI adalah
konstans, tetapi ada beberapa mineral spesifik yang kadarnya dipengaruhi oleh diit
ibu. Kandungan zat besi dan kalsium paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit ibu.
Mineral lain adalah kalium, natrium, tembaga, mangan, dan fosfor.
5. Vitamin Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan
golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik kurang. Vitamin lain
yang tidak tekandung dalam ASI bergantung pada diit ibu
6. Air ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terkandung
dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang cukup besar juga bisa meredakan rasa
haus pada bayi (Kemenkes,2023).
21
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
22
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
23
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
- Risiko osteoporosis dapat dipastikan lebih kecil bagi wanita yang telah
hamil dan menyusui bayinya. Selama hamil dan menyusui akan terjadi
proses pengeroposan tulang, namun tulang akan cepat pulih kembali
bahkan akan lebih baik dari kondisi tulang semula karena absorpsi
kalsium, kadar hormon paratiroid, dan kalsitriol serum meningkat dalam
jumlah besar.
- ASI lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan susu formula.
- ASI lebih steril dibadingkan dengan susu formula yang terjangkit kuman
dari luar.
- Ibu yang menyusui akan memiliki hubungan emosional yang lebih kuat
dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui bayinya.
- ASI merupakan kontrasepsi alami yang dapat menunda kehamilan ibu
(Hermia,2021)
24
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
F. IKTERUS NEONATORUM
1. Pengertian Ikterus Neonatorum
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Ikterus umumnya mulai tampak pada
sklera (bagian putih mata) dan muka, selanjutnya meluas secara sefalokaudal (dari
atas ke bawah) ke arah dada, perut dan ekstremitas. Pada bayi baru lahir, ikterus
seringkali tidak dapat dilihat pada sklera karena bayi baru lahir umumnya sulit
membuka mata (IDAI, 2013).
Ikterus neonatorum merupakan keadaan klinis pada bayi yang ditandai
oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi
baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/d (Wama,2019).
1. Klasifikasi Ikterus
1) Ikterus Fisiologis : adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus fisiologis ini juga dapat
dikarenakan organ hati bayi belum matang atau disebabkan kadar penguraian sel
darah merah yang cepat. Pada sebagian bayi baru lahir organ belum dapat berfungsi
optimal dalam mengeluarkan bilirubin tersebut. Setelah beberapa hari, organ hati
mengalami pematangan dan proses pembuangan bilirubin bisa berjalan dengan
lancar. Masa “matang” organ hati pada setiap hati berbeda-beda. Namun umumnya
pada hari ketujuh organ hati mulai melakukan fungsinya dengan baik (Wama,2019).
25
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
2) Ikterus patologis : adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dan kadar
bilirubinnya mencapai nilai hiperbilirubinemia. Dasar patologis ini misalnya jenis
bilirubin saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Ikterus yang
kemungkinan menjadi patologik atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia
ialah : ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran; peningkatan
konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam; konsentrasi bilirubin serum
sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5% pada neonatus cukup
bulan; ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi
enzim G6PD dan sepsis); ikterus yang disebabkan oleh bayi baru lahir kurang dari
2000 gram yang disebabkan karena usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun dan
kehamilan pada remaja, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia,
syndrome gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkopnia, hiperosmolitas
darah. (Wama,2019).
3. Ikterus dini
Ikterus ini disebabkan oleh produksi ASI yang belum banyak pada hari hari
pertama. Bayi mengalami kekurangan asupan makanan sehingga bilirubin direk yang
sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus
bersama makanan. Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah menjadi bilirubin indirek
yang akan diserap kembali ke dalam darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi
enterohepatik. Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan jangan diberi air putih
atau air gula. Untuk mengurangi terjadinya ikterus dini perlu tindakan sebagai
berikut (IDAI, 2013) :
1) Bayi dalam waktu 30 menit diletakkan ke dada ibunya selama 30-60 menit
2) Posisi dan perlekatan bayi pada payudara harus benar
3) Berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan mekonium
dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi bila tidak segera
dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali sehingga meningkatkan
kadar bilirubin dalam darah.
4) Bayi disusukan sesuai kemauannya tetapi paling kurang 8 kali sehari.
26
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
5) Jangan diberikan air putih, air gula atau apapun lainnya sebelum ASI keluar
karena akan mengurangi asupan susu.
6) Monitor kecukupan produksi ASI dengan melihat buang air kecil bayi paling
kurang 6-7 kali sehari dan buang air besar paling kurang 3-4 kali sehari.
Breastfeeding jaundice muncul pada bayi yang mendapat ASI eksklusif yang
terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 disaat produksi air susu ibu sedikit. Neonatus
kehilangan berat badan/dehidrasi, frekuensi menyusu yang tidak adekuat, hambatan
ekskresi bilirubin hepatik serta adanya gangguan reabsorpsi bilirubin di usus. Ikterus
dini yang menetap lebih dari 2 minggu ditemukan pada lebih dari 30% bayi. (IDAI,
2013)
4. Metabolisme bilirubin
Penumpukan bilirubin merupakan penyebab terjadinya kuning pada bayi baru
lahir. Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah (SDM). Hemoglobin (Hb)
yang berada di dalam SDM akan dipecah menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan
menghasilkan 34 mg bilirubin. Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut
dalam lemak dan akan diangkut ke hati terikat oleh albumin. Di dalam hati bilirubin
dikonyugasi oleh enzim glukoronid transferase menjadi bilirubin direk yang larut
dalam air untuk kemudian disalurkan melalui saluran empedu di dalam dan di luar
hati ke usus.
Di dalam usus bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan dan dikeluarkan
sebagai sterkobilin bersama bersama tinja. Apabila tidak ada makanan di dalam usus,
bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam
air susu ibu (ASI), yaitu beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan
diserap kembali dari dalam usus ke dalam aliran darah. Bilirubin indirek ini akan
diikat oleh albumin dan kembali ke dalam hati. Rangkaian ini disebut sirkulus
enterohepatik (rantai usus-hati). (IDAI, 2013).
27
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
5. Derajat Ikterus
Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh oleh Kramer (1969)
yaitu :Kramer I ikterus di daerah kepala, Kramer II di daerah dada sampai pusat, Kramer
III mulai perut dibawah pusat sampai dengan lutut, Kramer IV bagian lengan sampai
dengan pergelangan tangan, tungkai bawah sampai dengan pergelangan kaki, dan Kramer
V sampai dengan telapak tangan dan telapak kaki.
28
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
RANGKUMAN
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan
garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI
saja atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja
pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur
susu, biskuit, dan nasi tim.
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif akan lebih rentan untuk terkena
penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa serta dapat
menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas Sementara untuk ibu sendiri akan
beresiko mengalami kanker payudara, mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi
maupun ibu terkena penyakit , karena memang beresiko rentan terhadap penyakit. Selain
itu untuk biaya susu formula menggantikan ASI pada bayi
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang disebabkan
oleh penumpukan bilirubin. Ikterus umumnya mulai tampak pada sklera (bagian putih
mata) dan muka, selanjutnya meluas secara sefalokaudal (dari atas ke bawah) ke arah
dada, perut dan ekstremitas. Ikter5us terdiri atas icterus fisiologi, icterus patologis, dan
icterus dini. Bayi yang mengalami icterus maka harus diberikan asi secara terus menerus,
dan berjemur dibawah sinar matahri. Jika di fasilitas kesehtan maka bayi kterus dapat
diberi terapi blue light.
29
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Test
1. Emulsi lemak dalam larutan protein lactose dan garam-garam organik yang disekresi
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi disebut....
A. ASI
B. Kelenjar payudara
C. MPASI
D. Susu soya
E. Lemak
2. Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara yang mengandung tisu debris
dan residual material disebut..
A. Asi peralihan
B. Kolostrum
C. Asi matur
D. MPASI
E. Asi eksklusif
30
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Kunci jawaban
1. A
2. B
3. C
4. A
5. C
31
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, 2020, faktor-faktor luar yang mendukung pemberian ASI eksklusif, Jurnal
ilmu gizi Indonesia, vol 6 No 1.
Ardhiyanti, 2019. Asuhan kebidanan pada bayi Ny. N dengan ikhterus fisiologi. Jurnal
komunikasi kesehatan vol 3 No 2.
Dina, Hesti, 2022. Analisis pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di Puskesmas
Tanjung Agung Kabupaten OKU, Jurnal Kesehatan saelmakers Vol 5 No 1.
Harmia E, 2021. Hubungan pemberian promosi susu formula dengan pemberian ASI
eksklusif di Kabupaten Kampar, jurnal universitas pahlawan Vol 9 No 3.
IDAI, 2013. Artikel Air susu ibu dan ikterus.
Kemenkes 2023. Keunggulan Air Susu Ibu ( ASI ) Eksklusif.
Wama RS, Dwihesti, gambaran kejadian ikterus neonatorum, Jurnal kesehatan
masyarakat Vol 2 No 1.
32
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
KEGIATAN PEMBELAJARAN II I
STUNTING
Saat ini anda akan mulai Kegiatan Pembelajar 1, Inisiasi Menyusu Dini. Apakah
Anda sudah siap? Mari kita mulai! Pada Topik ini Anda akan mempelajari tentang
Pengertian stunting, penilaian status gizi, faktor resiko stunting, dampak stunting.
Selamat mempelajari !!
Pokok Materi
33
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
URAIAN TEORI
Pada Topik kali ini kita akan membahas ,mempelajari tentang Pengertian stunting,
penilaian status gizi, faktor resiko stunting, dampak stunting.
A. PENGERTIAN STUNTING
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di
masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik
dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih
rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal. Stunting menjadi masalah gagal tumbuh
yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di
dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi
berusia dua tahun Resti,2021).
34
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
b. Indeks Antropomentri
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Indeks status gizi BB/U merupakan indeks
masalah gizi yang digambarkan secara umum. BB/U yang rendah umumnya
disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) ataupun sedang menderita
diare serta penyakit infeksi lainnya (masalah gizi akut) yang tidak dijadikan
indikasi masalah gizi kronis dan akut (Resti,2021)
2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Indeks status gizi berdasarkan TB/U ini
dapat menunjukan masalah gizi yang bersifat kronis. Hal ini disebabkan karena
keadaan yang berlangsung cukup lama seperti kemiskinan, perilaku hidup yang
terbilang 12 tidak sehat, dan kurangnya asupan gizi yang didapatkan anak baik
sejak di dalam kandungan yang mengakibatkan seorang anak menjadi pendek
(Resti,2021)
3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Indeks BB/TB memberikan
indikasi terhadap masalah gizi akut yang terjadi pada peristiwa yang tidak lama
seperti adanya wabah penyakit dan kekurangan makanan yang akan
mengakibatkan seseorang nampak kurus (Resti,2021)
c. Cara Pengukuran Antopomentri Pengukuran berat badan, panjang/tinggi badan
dimaksudkan untuk bisa mendapatkan data status gizi sebuah pendudukPengukuran
Panjang Badan (PB) dapat digunakan bagi anak usia 0 – 24 bulan dengan
pengukuran terlentang, jika pengukuran pada usia anak 0 – 24 bulan dilakukan
secara berdiri maka pengukuran dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
Sedangkan untuk pengukuran Tinggi Badan (TB) dapat digunakan bagi anak
dengan usia diatas 24 bulan, jika pada usia diatas 24 bulan pengukuran dilakukan
dengan cara terlentang maka dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm (Dara,2021).
1. Pengukuran Tinggi
Badan Pengukuran tinggi badan ini dilakukan pada responden yang sudah bisa
berdiri. Pengukuran tinggi badan (microtoise) yang mempunyai kapasistas ukur
hingga 2 meter dengan ketelitian 0,1 cm (Riskesdas, 2011).
35
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
36
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
37
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Makanan pendamping harus diberikan dengan jumlah yang cukup, sehingga baik
jumlah, frekuensi, dan menu bervariasi bisa memenuhi kebutuhan anak
(Rahmadhita,2019).
4. ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang
ibu setelah melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan
sejak bayi dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau
minuman lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan
obat (Kemenkes RI, 2016). ASI mengandung enzim pencerna susu sehingga
organ pencernaan pada bayi sangat mudah untuk mencerna dan menyerap ASI,
kata lain organ pencernaan bayi belum memiliki enzim yang cukup untuk
mencerna makanan 17 lain selain ASI. Komposisi ASI dengan konsentrasi sesuai
dengan pencernaan bayi akan membuat bayi tumbuh dengan badan yang
seimbang. Seorang anak yang minum ASI eksklusif mempunyai tumbuh
kembang yang baik, hal ini dikarenakan di dalam ASI terdapat antibodi yang
baik sehingga membuat anak tidak mudah sakit, selain itu ASI juga mengandung
beberapa enzim dan hormone. Pada ASI terdapat kolostrum yang mengandung
zat kekebalan salah satunya IgA (Immunoglobin A) yakni sangat penting untuk
membuat seorang bayi terhindar dari infeksi. IgA yang sangat tinggi tedapat pada
ASI yang mampu melumpuhkan bakteri pathogen Ecoli dan beberapa bakteri
pada pencernaan lainnya. Kandungan lainnya yang dapat ditemukan dalam ASI
ialah Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) yang sangat
penting dalam menunjang pembentukan sel – sel pada otak secara optimal
sehingga bisa menjamin pertumbuhan dan kecerdasan pada seorang anak
(Rahmadhita,2019).
38
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
5. Berat Badan Lahir Berat badan lahir adalah pengukuran berat badan yang setelah
dilahirkan (Ramdani,2021)
1. Klasifikasi Berat Lahir Bayi
- Berat Bayi Lahir Cukup (BBLC) bayi dengan berat lahir antara 2500
gram sampai 4000 gram.
- Berat Bayi Lahir Besar (BBLB) bayi dengan berat lahir lebih dari 4000
gram.
- Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) bayi dengan berat lahir antara 1500
gram hingga kurang dari 2500 gram. 18
- Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR) bayi dengan berat lahir antara
1000 gram hingga kurang 1500 gram.
- Berat Bayi Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) bayi dengan berat lahir di
bawah 1000 gram.
- Berat Bayi Lahir Rendah Berat bayi lahir rendah memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian stunting. Dikatakan BBLR jika berat <
2500 gram
- Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan faktor risiko yang paling
dominan terhadap kejadian stunting pada anak baduta. Karakteristik bayi
saat lahir (BBLR atau BBL normal) merupakan hal yang menentukan
pertumbuhan anak. Anak dengan riwayat BBLR mengalami
pertumbuhan linear yang lebih lambat dibandingkan Anak dengan
riwayat BBL .
39
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
40
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Pola makan bayi juga perlu menjadi perhatian ibu dimana pola makan bayi
harus sesuai dengan usia bayi dan memberikan menu makanan yang
bervariasi setiap harinya. Pemberian menu makanan yang tidak bervariasi
atau hampir sama setiap harinya dapat mengakibatkan seorang anak tidak
mendapatkan pemenuhan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya.
KEMENKES juga menjelaskan bahwa pada bayi 0 – 6 bulan cukup diberi
ASI saja, pada usia 6 – 8 bulan bayi tidak hanya diberi ASI tetapi disertai
pemberian makan lumat, usia 9 – 11 bulan bayi masih tetap diberi ASI dan
makanan lembik serta pada usai 12 – 23 bulan bayi selain di beri ASI juga
sudah diperbolehkan makan makanan keluarga. (Rahmadhita,2019).
D. DAMPAK STUNTING
Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan juga
ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya
perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada
tubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya penyakit
diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke,
disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat
produktivitas menjadi rendah (Dara,2021)
Kejadian stunting menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jika dikaitan
dengan adanya angka kesakitan dan kematian yang besar, kejadian obesitas,
buruknya perkembangan kognitif, dan tingkat produktivitas pendapatan yang rendah.
Berbagai permasalahan ini sangat mudah ditemukan di negara – negara berkembang
seperti Indinesia (Dara,2021)
Stunting pada anak yang harus disadari yaitu rusaknya fungsi kognitif sehingga
anak dengan stunting mengalami permasalahan dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal. Stunting pada anak ini juga menjadi faktor risiko
terhadap kematian, perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang
rendah, dan ketidakseimbangan fungsional (Dara,2021)
41
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
RANGKUMAN
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya
gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence
Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal.
Stunting biasanya disebabkan oleh status gizi, faktor lingkungan, MPASI,
Pendidikan orangtua, pola asuh nutrisi, BBLR, dan asi eksklusif. Dampak dari stunting
adalah Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan juga
ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya perkembangan
otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh. Sedangkan
untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit
jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan
kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah
42
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Test
1. Masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu
yang cukup lama disebut...
A. Polidaktil
B. Stunting
C. Anemia
D. KEK
E. Hisprung
2. Penerapan hygiene yang tidak baik mampu menimbulkan berbagai bakteri yang
mampu masuk ke dalam tubuh yang menyebabkan timbul beberapa penyakit seperti diare
hal tersebut merupakan faktor risiko stunting bagian...
A. Status gizi
B. Sanitasi lingkungan
C. Pendidikan orang tua
D. Penghasilan orang tua
E. Penyakit infeksi diare
43
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
Kunci jawaban
1. B
2. B
3. B
4. C
5. D
44
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
DAFTAR PUSTAKA
Dara C, Ainin A, 2021. Pengaruh negatif stunting terhadap perkembangan kognitif anak,
jurnal biostatistik Vol 5 No 3.
Ramdani, Handayani, 2021. Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting, jurnal
kesehatan Vol 7 No 1.
Rahmadhita, 2019. permasalahan stunting dan pencegahannya, jurnal ilmiah kesehatan,
Vol 2 No 1
Resti E, Wandini R, 2021. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita, Jurnal kebidanan, Vol 7 No 5.
Riskesdas 2011, Prevelensi balita stunting.
45
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
LAMPIRAN
46
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
47
MODUL POLTEKKES KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
48