You are on page 1of 66
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT WILAYAH XVII PROVINS! KALIMANTAN TIMUR DAN PROVINS! KALIMANTAN UTARA 4k. Pattimura RT.48 Kelurahan Batu Ampar | Telp. : 0542 - 870 2357 IGM : Kecamatan Balikpapan Utara, 0542 - 870 4245 TX: Kota Balikpapan 76136 E-mail : bptd.balikpapan@gmail.com Kalimantan Timur ‘Y¥th. Bapak Kepala BPTD WiLXVII Prov.Kaltim den Prov.Kaltara Pot -S GM Gs Toh 907 VA More 2013 Organisan don Tata Fada Teanrgetten Cored Golai Reryado MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR PM 5 TAHUN 2023 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai dasar dalam penentuan kelas pada Balai Pengelola Transportasi Darat yang objektif dan terukur, perlu menyusun kriteria kiasifikasi organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat; b. bahwa penyusunan kriteria klasifikasi organisasi Balai Pengelola. Transportasi Darat telah mendapatkan persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi _Birokrasi._ = melalui. «= Surat Nomor B/1164/M.KT.01/2022 tanggal 21 Oktober 2022 hal Penataan Organisasi dan Tata Kerja_—_ Balai Pengelola Transportasi Darat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Kriteria__Klasifikasi Organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat; Mengingat =: 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 5. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2022 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 33); 6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/ 11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Menetapkan 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 106 Tahun 2017 tentang Pedoman Penataan dan Evaluasi Organisasi di Lingkungan Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1439); 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 815); MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT. BABI KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI Pasal 1 (1) Balai Pengelola Transportasi Darat merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2) Balai Pengelola ‘Transportasi Darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan berdasarkan kriteria klasifikasi organisasi. Pasal 2 (1) Kriteria klasifikasi organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) berupa penilaian terhadap seluruh unsur yang berpengaruh pada beban kerja organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat. (2) Kriteria klasifikasi organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan: a. unsur pokok; dan b. _unsur penunjang. Pasal 3 Unsur pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, merupakan data dan informasi yang terkait langsung dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Pengelola Transportasi Darat yang terdiri atas: a. Terminal Penumpang Tipe A, meliputi: 1. volume bus masuk, merupakan jumlah bus yang masuk ke dalam terminal per tahun; 2. volume bus keluar, merupakan jumlah bus yang keluar dari terminal per tahun; 3. volume penumpang naik, merupakan jumlah penumpang naik bus di terminal per tahun; 4. volume penumpang turun, merupakan jumlah penumpang turun dari bus per tahun; dan 5. jumlah trayek, merupakan jumlah trayek pelayanan angkutan antarkota antarprovinsi/antarkota dalam provinsi/Angkutan Perkotaan/Angkutan Pedesaan yang menggunakan terminal. b. Terminal Barang, meliputi: i. volume mobil barang masuk, merupakan jumlah mobil angkutan barang yang masuk ke dalam terminal/simpul angkutan barang per tahun; 2. volume mobil barang keluar, merupakan jumlah mobil angkutan barang yang keluar dari terminal/simpul angkutan barang per tahun; 3. volume muatan dibongkar, merupakan jumlah muatan mobil angkutan = barang yang dibongkar/diturunkan per tahun; 4. volume muatan dimuat, merupakan jumlah muatan mobil angkutan barang yang dimuat per tahun; dan 5. _jenis muatan yang dibongkar dan dimuat, merupakan jumlah dari jenis-jenis_ muatan/komoditas mobil angkutan barang yang dibongkar dan dimuat per tahun. ©. Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor, meliputi 1. volume lalu lintas harian rata-rata kendaraan angkutan barang, merupakan jumlah kendaraan angkutan barang yang melintas di depan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor dua arah per tahun; 2. volume kendaraan masuk Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor, merupakan jumlah kendaraan angkutan barang yang masuk ke dalam Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor per tahun; 3. jumlah pelanggaran, merupakan jumlah kendaraan angkutan barang yang melakukan pelanggaran muatan berdasarkan pemeriksaan di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor per tahun; 4. jumlah penindakan pelanggaran, merupakan jumlah kendaraan angkutan barang yang melakukan pelanggaran yang dilakukan penindakan/ tilang di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor per tahun; dan 5. jumlah komoditi yang sering melanggar, merupakan jumlah dari jenis komoditas yang sering ditemui melanggar ketentuan muatan di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor per tahun. d. Pelabuhan Sungai, Danau, dan Penyeberangan, meliputi: 1. volume kunjungan kapal, merupakan jumlah kapal yang berlabuh melakukan aktifitas angkutan pada Pelabuhan Sungai, Danau, dan Penyeberangan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun; 2. jumlah lintasan yang dilayani, merupakan jumlah lintasan/trayek ‘angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dilayani pelabuhan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun; 3. volume arus penumpang, merupakan jumlah penumpang yang melakukan aktifitas perjalanan menggunakan layanan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan pada pelabuhan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun; volume arus kendaraan, merupakan jumlah kendaraan yang menggunakan layanan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan pada pelabuhan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun; dan volume barang yang dibongkar dan dimuat, merupakan jumlah volume barang yang dibongkar dan dimuat dari dan ke angkutan sungai, danau, dan penyeberangan pada seluruh pelabuhan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun kalibrasi peralatan pengujian berkala, meliputi: 1, jumlah peralatan pengujian berkala yang dikalibrasi pada Unit Pengujian Berkala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota, merupakan persentase peralatan pengujian berkala yang dikalibrasi_ pada Unit Pengujian Berkala = Dinas_—-Perhubungan Kabupaten/Kota per tahun; dan jumlah kendaraan yang diuji berkala pada Unit Pengujian Berkala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota, merupakan persentase kendaraan yang diuji berkala pada Unit Pengujian Berkala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota per tahun. Pemeriksaan fisik rancang bangun sarana angkutan jalan, merupakan jumlah berita acara pemeriksaan fisik rancang bangun kendaraan bermotor per tahun, Manajemen dan rekayasa lalu lintas, meliputi: 1 2. panjang jalan nasional, merupakan panjang jalan nasional yang dihitung dengan satuan kilometer; jumlah rambu lalu lintas terpasang, merupakan jumlah rambu lalu lintas yang terpasang pada jalan nasional; panjang marka jalan terpasang, merupakan total panjang marka jalan pada jalan nasional; Panjang pagar pengaman (guardrail) terpasang, merupakan total panjang pagar pengaman (guardrail) terpasang pada jalan nasional; jumlah lampu penerangan jalan umum terpasang, merupakan jumlah lampu penerangan jalan umum terpasang pada jalan nasional; jumlah lokasi analisis dampak lalu lintas, merupakan jumlah lokasi dilakukannya analisis dampak lalu lintas pada jalan nasional per tahun; dan volume lalu lintas pada ruas jalan nasional, merupakan jumlah volume lalu lintas kendaraan bermotor pada ruas jalan nasional per tahun. Peningkatan kinerja dan keselamatan lalu lintas angkutan jalan, meliputi: a 2. jumlah Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten/ Kota yang dibentuk; dan jumlah lokasi rawan kecelakaan yang ditangani, merupakan total jumlah lokasi rawan kecelakaan yang ditangani per tahun oleh Balai Pengelola Transportasi Darat. Kesyahbandaran dan pengawasan tertib __berlayar, meliputi: 1. jumlah surat persetujuan berlayar yang diterbitkan, merupakan jumlah surat persetujuan berlayar yang diterbitkan per tahun; 2. jumlah surat persetujuan olah gerak kapal yang diterbitkan, merupakan jumlah surat persetujuan olah gerak kapal yang diterbitkan per tahun; 3. jumlah surat persetujuan perluasan dacrah pelayaran yang diterbitkan, merupakan surat persetujuan perluasan daerah pelayaran yang diterbitkan per tahun; 4. jumlah surat persetujuan pengelasan yang diterbitkan, merupakan jumlah surat persetujuan pengelasan yang diterbitkan per tahun; dan 5. jumlah surat pengawasan pengisian bahan bakar yang diterbitkan, merupakan jumlah — surat pengawasan pengisian bahan bakar yang diterbitkan per tahun. Pengawasan teknis sarana lalu lintas dan angkutan jalan, pengujian berkala, dan karoseri, meliputi: 1. jumlah Unit Pengujian Berkala Dinas Perhubungan Kabupaten /Kota yang terakreditasi; dan 2. jumlah perusahaan karoseri yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan. Pengawasan angkutan lintas batas negara/antar kota antar provinsi, angkutan orang tidak dalam trayek, dan angkutan barang, meliputi: |, jumlah kendaraan pada perusahaan angkutan lintas batas negara/ antar kota antar provinsi, merupakan jumlah kendaraan milik perusahaan angkutan lintas batas negara/antar kota antar provinsi; 2. jumlah trayek yang dilayani, merupakan jumlah ‘trayek yang dilayani seluruh perusahaan angkutan lintas batas negara/ antar kota antar provinsi; jumlah kendaraan perusahaan angkutan pariwisata, merupakan jumlah kendaraan milik perusahaan angkutan pariwisata; 4. jumlah kendaraan perusahaan angkutan antar jemput antar provinsi, merupakan jumlah kendaraan milik perusahaan angkutan antar jemput antar provinsi; 5. jumlah kendaraan perusahaan angkutan taksi antar provinsi, merupakan jumlah kendaraan milik perusahaan angkutan taksi antar provinsi; dan 6. jumlah kendaraan angkutan barang. Pengawasan tarif angkutan jalan, merupakan jumlah daftar tarif angkutan penumpang per trayek pada seluruh Terminal Penumpang Tipe A. Penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang- undangan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jumlah berkas penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. e Pasal 4 Unsur penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, merupakan data dan informasi yang terkait dengan pelaksanaan tugas administrasi dan/atau _pendukung terselenggaranya tugas dan fungsi Balai Pengelola Transportasi Darat, yang terdiri atas: a. stimber daya manusia, merupakan jumlah total sumber daya manusia pada Balai Pengelola Transportasi Darat, baik di kantor induk maupun di satuan-satuan pelayanan, baik pegawai negeri sipil, pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja maupun pegawai pemerintah non-pegawai negeri b. _penerimaan negara bukan pajak, merupakan jumlah total penerimaan negara bukan pajak yang diperoleh dari pelayanan yang diberikan oleh Balai Pengelola Transportasi Darat dalam waktu 1 (satu) tahun; c. anggaran, merupakan jumlah total anggaran yang tercantum pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai Pengelola Transportasi Darat dalam 1 (satu) tahun, meliputi belanja modal, belanja operasional, dan belanja pegawai; 4. nilai barang milik negara/aset, merupakan total nilai barang milik negara/aset-aset yang berada dalam pengelolaan Balai Pengelola Transportasi Darat; dan . _ penghargaan (reward) yang diperoleh, merupakan jumlah dokumen penghargaan (reward) yang diperoleh dari instansi lain di luar Kementerian Perhubungan. BAB I PENILAIAN KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI Pasal 5 Kriteria klasifikasi organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diberi nilai maksimal 100 atau bobot 100% dengan pembagian sebagai berikut: a. unsur pokok, dengan bobot 80% (delapan puluh persen); dan b. _unsur penunjang, dengan bobot 20% (dua puluh persen). Pasal 6 Unsur pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dengan rincian nilai sebagai berikut: a. Terminal Penumpang Tipe A, dengan nilai 5 (lima); b. Terminal Barang, dengan nilai 5 (lima); c. Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor, dengan nilai 5 (lima); d. pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan, dengan nilai 20 (dua puluh); ec. kalibrasi peralatan’ pengujian berkala, dengan nilai 2 (dua); f. pemeriksaan fisik rancang bangun sarana angkutan jalan, dengan nilai 2 (dua); g. manajemen dan rekayasa lalu lintas, dengan nilai 7 (tujuh); h. peningkatan kinerja dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, dengan nilai 2 (dua); i. kesyahbandaran dan pengawasan tertib berlayar, dengan nilai 20 (dua puluh); j. pengawasan teknis sarana lalu lintas dan angkutan jalan, pengujian berkala dan perusahaan karoseri, dengan nilai 2 (dua); pengawasan angkutan lintas batas negara/antarkota antarprovinsi, angkutan orang tidak dalam trayek, dan angkutan barang, dengan nilai 6 (enam); 1. pengawasan tarif angkutan jalan, dengan nilai 2 (dua); dan m. penindakan terhadap pelanggaran Peraturan Perundang- Undangan lalu lintas dan angkutan jalan, dengan nilai 2 (dua). Pasal 7 Unsur penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dengan rincian nilai sebagai berikut: a. sumber daya manusia, dengan nilai 4 (empat); b. _penerimaan negara bukan pajak, dengan nilai 4 (empat); c. anggaran, dengan nilai 4 (empat); d. _ nilai barang milik negara/aset, dengan nilai 4 (empat); dan ©. penghargaan (reward) yang diperoleh, dengan nilai 4 (empat). Pasal 8 Tata cara penghitungan nilai untuk setiap unsur dari kriteria Klasifikasi Organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB III PENETAPAN KLASIFIKASI BALAI PENGELOLA ‘TRANSPORTASI DARAT Pasal 9 Penetapan klasifikasi Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dilakukan berdasarkan jumlah nilai bobot yang diperoleh pada Balai Pengelola Transportasi Darat yang bersangkutan. Pasal 10 Klasifikasi Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, terdiri atas: a. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I; b. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II; dan c. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas III. Pasal 11 Jumlah nilai bobot penilaian untuk masing-masing klasifikasi Balai Pengelola Transportasi Darat, ditetapkan sebagai berikut: a. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I, nilai sama dengan atau lebih besar dari 45 (empat puluh lima); b. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas Il, nilai sama dengan atau lebih besar dari 22,51 (dua puluh dua koma lima puluh satu) hingga kurang dari atau sama dengan 44,99 (empat puluh empat koma sembilan puluh sembilan); dan Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas III, nilai kurang dari atau sama dengan 22,50 (dua puluh dua koma lima puluh) Pasal 12 Dalam penilaian penetapan klasifikasi Balai Pengelola Transportasi Darat dapat mempertimbangkan wilayah kerja yang berbatasan dengan negara lain, aspek politis, aspek ckonomis, aspek sosial, letak —geografis, dan/atau pertimbangan program kebijakan pemerintah. Pasal 13 Penetapan klasifikasi Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I, selain penilaian terhadap unsur pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan unsur penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, juga memperhatikan ketentuan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. Pasal 14 Kriteria klasifikasi Organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat ditinjau dan dievaluasi kembali dalam waktu paling lama 4 (empat) tahun. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 15, Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada _ tanggal diundangkan. Agar sctiap orang mengetahuinya, _ memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Februari 2023 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BUDI KARYA SUMADI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 Februari 2023 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2023 NOMOR 181 Salinan sesuai dengan aslinya ZEA BIRO HUKUM, ps at fis 7. 7% F. BUDI PRAYITNO. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 5 TAHUN 2023 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI BALAI PENGELOLA ‘TRANSPORTASI DARAT A. TATA CARA PENGHITUNGAN KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT I. UMUM 1. Penilaian kriteria klasifikasi organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat, didasarkan pada beban kerja dari masing- masing Balai Pengelola Transportasi Darat sesuai dengan kondisi dan data di lapangan. 2. Beban kerja dimaksud tercermin dari data unsur pokok dan data unsur penunjang. Il. TATA CARA PENILAIAN 1. Berdasarkan unsur yang terdiri dari sub-sub unsur yang telah ditentukan dikumpulkan data-data dari Balai Pengelola ‘Transportasi Darat yang dibutuhkan. 2. Data unsur pokok dan data unsur penunjang terdiri atas sub-sub unsur, yang masing-masing dengan bobot prosentase (%) secara proporsional berdasarkan pengaruhnya terhadap beban kerja Balai Pengelola Transportasi Darat. 3. Unsur pokok dengan nilai sebesar 80% (delapan puluh persen) sedangkan unsur penunjang dengan nilai sebesar 20 % (dua puluh persen) 4. Unsur pokok dan unsur Penunjang lebih lanjut dijabarkan dalam Sub Unsur yang masing-masing diberikan bobot berbeda-beda dengan mempertimbangkan pengaruh unsur terhadap beban kerja operasional Balai Pengelola Transportasi Darat. 5. Nilai Sub Unsur di setiap Balai Pengelola Transportasi Darat dikumpulkan kemudian ditentukan Nilai Tertinggi dan Nilai Terendahnya kemudian dibagi dengan jumlah interval yang ditentukan, dengan dirumuskan sebagai berikut: Nilai Tertinggi — Nilai Terendah Jumlah Interval Interval Nilai Sub Unsur = Jumlah Interval = 1+ 3,3 Logn Dengan n = jumlah UPT BPTD yang diusulkan, yaitu 33 Sehingga diperoleh hasil Jumlah Interval = 1 + 3,3 Log 33 Jumlah Interval = 1 + 3,3 (1,5185139399) Jumlah Interval = 6,011 (dibulatkan menjadi 7) Ill. UNSUR POKOK Hasil pengelompokan dan bobot masing-masing sub unsur pokok merupakan sebagai berikut: a. Terminal Tipe A ‘Terminal Tipe A mempunyai Bobot 5 (lima) dengan perincian sebagai berikut: i 2 3. 4. Volume Bus Masuk Volume bus masuk mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume Bus Masuk (unit) Interval Nilai_ oO = 95,912 0.14 95,913 = 191,825 0.28 ~ 191,826 - 287,738 0.42 287,739 = 383,651 0.56 ___ 383,652 - 479,564 0.70 479,565 =p eS75,477 0.84 575,478. ke atas 1 Volume Bus Keluar perincian interval sebagai berikut: Volume bus keluar mempunyai bobot 1 (satu) dengan Volume Bus Keluar (unit) Interval Nilai 0 - 96,030 0.14 96,031 - 192,061 0.28 192,062 = 288,092 0.42 288,093 Eiameen S451 75. 0.56 384,124 = 480,154 0.70 480,155 - 576,185 0.84 576,186 ke atas 1 Volume Penumpang Naik dengan perincian interval sebagai berikut: Volume penumpang naik mempunyai bobot 1 (satu) Volume Penumpang Naik (oran, Interval oO - 550,189 550,190 = 1,100,379 1,100,380 - 1,650,569 1,650,570 = 2,200,759 2,200,760 = 2,750,949 2,750,950 3,301,139 3,301,140 ke atas Volume Penumpang Turun Volume penumpang turun mempunyai bi dengan perincian interval sebagai berikut: bot 1 (satu) Volume Penumpang Turun (oranj Interval Nilai 0 : 558,876 0.14 558,877 = 1,117,753 0.28 i. 1,117,754 = 1,676,630 0.42 1,676,631 = 2,235,507 0.56 2,235,508 — 2,794,384 0.70 2,794,385 - 3,353,261 0.84 1 3,353,262 ke atas 5. Jumlah Trayek Jumlah trayek mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah Trayek (trayek) Interval a Nilai 0 48 0.14 “44 = 87 0.28 a 131 0.42 132, 175; 0.56 176 5 219 0.70 220 263 0.84 264 ice feta ees | eee b. Terminal Barang ‘Terminal Barang mempunyai Bobot 5 (lima) dengan perincian sebagai berikut: 1. Volume Mobil Barang Masuk Volume Mobil Barang Masuk Volume mobil barang masuk mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume mobil barang masuk (unit) Interval = Nilai 0 - 0 0.14 1 = 1 0.28 2 2 0.42 3 3 | 4 - 4 0.70 5 - 5 0.84 6 ke atas 1 2. Volume Mobil Barang Keluar Volume mobil barang keluar mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume mobil barang keluar (unit) — Interval Nilai 0 - 0 0.14 pine ioe 0.28 2 - 2 0.42 | 3 = 3 0.56 4 - 4 0.70 5 = 5 0.84 { 6 ke atas 1 3. Volume Muatan Dibongkar Volume muatan dibongkar mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: - Volume muatan Interval Nilai oO = 0.14 1 _ 0.28 | 2 - 2 0.42 aS : 3 0.56 4 4 0.70 5 : 5 0.84 6 ke atas 1 4. Volume Muatan Dimuat Volume muatan dimuat mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut Volume muatan dimuat (kg) Interval Nilai oO = oO 0.14 1 = 1 0.28 2 - 2 0.42 3. = 3 0.56 4 = 4 0.70 Ss 5 0.84 | 6 ke atas 1 5. _Jenis Muatan yang Dibongkar dan Dimuat Jenis muatan yang dibongkar dan dimuat mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: __Jenis Muatan yang dibongkar dan dimuat (jenis) Interval Nilai 0.14 0.28 0.42 0.56 0.70 0.84 1 alas |e|ro}elo c. Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor mempunyai Bobot 5 (lima) dengan perincian sebagai berikut: 1. Volume lalu lintas harian rata-rata kendaraan angkutan barang Volume lalu lintas harian rata-rata kendaraan angkutan barang mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: [Volume Tatu lintas harian rata-rata kendaraan| | angkutan barang (unit) Interval Nilai | 0 : 7,026 0.14 7,027 5 14,053 0.28 14,054 - 21,080 0.42 21,081 : 28,107 0.56 L 28,108 = 35,134 0.70 ___ 35,135 = 42,161 0.84 42,162 ke atas 1 Kendaraan Bermotor perincian interval sebagai berikut: Volume Kendaraan Masuk Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (unit) Volume Kendaraan Masuk Unit Pelaksana Penimbangan Volume kendaraan masuk Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor mempunyai bobot 1 (satu) dengan Interval Nilai oO - 39,009 0.14 39,010 = 78,019 0.28 78,020 - 117,029 0.42 117,030 : 156,039 | 0.56 156,040 = 195,049 0.70 ___ 195,050 - 234,059 0.84 234,060 ke atas 1 Jumlah Pelanggaran perincian interval sebagai berikut Jumlah pelanggaran mempunyai bobot 1 (satu) dengan Jumlah Pelanggaran (dokumen) Interval Interval 0 - 6,838 0.14 6,838 - 13,676 0.28 13,676 5 20,514 0.42 | 20,514 5 27,352 0.56 __ 27,352 - 34,190 0.70 34,190 41,028 0.84 41,028 keatas 1 Jumlah Penindakan Pelanggaran Jumlah penindakan pelanggaran mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah penindakan pelanggaran (dokumen) Interval Nilai oO = 5,556 0.14 5,557 = 11,113 0.28 11,114 : 16,670 0.42 16,671 : 22,227 0.56 22,228 : 27,784 0.70 | 27,785 : 33,341 0.84 33,342 ke atas 1 Jumlah Komiditi yang Sering Melanggar Jumlah komiditi yang sering melanggar mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: ang sering melanggar (jenis) Nilai 2 0.14 5 0.28 8 0.42 i 0.56 ig ae 0.70 Prd . ke atas Pelabuhan Sungai Danau dan Penyeberangan Pelabuhan sungai danau dan penyeberangan mempunyai Bobot 20 (dua puluh) dengan perincian sebagai berikut: i oe Volume Kunjungan Kapal Volume kunjungan kapal mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume kunjungan kapal (unit) Interval Nilai 0 - 36,602 0.57 36,603 - 73,205 1.14 73,206 - 109,808 1.71 109,809 - 146,411 2.28 146,412 - 183,014 2.85, 183,015 - 219,617 3.42 219,618 _ke atas 4 Jumlah Lintasan yang Dilayani Jumlah lintasan yang dilayani mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: [ Jumlah lintasan yang dilayani (lintasan) = Interval Nilai L oO 6 0.57 | 7 - 13 1.14 14 - 20 1.71 21 - 27 2.28 28 - 34 2.85 35 - 41 3.42 42 ke atas 4 3. Volume Arus Penumpang Volume arus penumpang mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume Arus Penumpang (orang) Interval Nilai 6,509 - 2,420,133 0.57 2,426,643 - 4,840,267 1.14 4,846,777 __- 7,260,401 L71 | 7,266,911 _- 9,680,535 2.28 [9,687,045 - 12,100,669 2.85, _12,107,179 = 14,520,803 — 14,527,313 ke atas 4. Volume Arus Kendaraan Volume arus kendaraan mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume arus kendaraan (unit) - Interval Nilai 0 - 597,427 0.57 597,428 = 1,194,855 114 1,194,856 = 1,792,283 u71 1,792,284 = 2,389,711 2.28 2,389,712 = 2,987,139 2.85 2,987,140 _ 3,584,567 3.42 3,584,568 ke atas 4 5. Volume Barang yang Dibongkar dan Dimuat Volume barang yang dibongkar dan dimuat mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume barang yang dibongkar dan dimuat (ton) Interval Nilai 59 - 46,860 0.57 46,920 = 93,721 1.14 | 93,781 = 140,582 7 140,642 = 187,443 ois meeee | 187,503 = 234,304 2.85 _ 234,364 = 281,165 3.42 281,225 ke atas 4 Kalibrasi Peralatan Pengujian Berkala Kalibrasi Peralatan Pengujian Berkala mempunyai Bobot 2 (dua) dengan perincian sebagai berikut: 1, Jumlah Peralatan Pengujian Berkala yang Dikalibrasi pada Unit Pengujian Berkala Dishub Kabupaten/Kota Jumlah peralatan pengujian berkala yang dikalibrasi pada Unit Pengujian Berkala Dishub Kabupaten/Kota mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: | Jumilah peralatan pengujian berkala yang dikalibrasi pada Unit Pengujian Berkala Dishub a Kabupaten/ Kota (unit) _ _ Interval Nilai | eee Om 66, [0.14 61 = 121 0.28 122 = 182 0.42 183 5 243 0.56 244 - 304 0.70 | 305 - 365 0.84 | 366 ke atas 1 2. Jumlah Kendaraan yang Diuji Berkala Uji Pada Unit Pengujian Dishub Kabupaten/Kota Jumlah kendaraan yang diuji berkala uji pada Unit Pengujian Dishub Kabupaten/Kota mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah kendaraan yang diuji berkala uji pada Unit __Pengujian Berkala Dishub Kabupaten/Kota (Unit) Interval Nilai | z oO : 58,764 0.14 58,765 = 117,529 0.28 117,530 176,294 0.42 176,295 = 235,059 0.56 235,060 - 293,824 0.70 293,825 - 352,589 0.84 352,590 ke atas 1 f. Pemeriksaan Fisik Rancang Bangun Sarana Angkutan Jalan Pemeriksaan fisik rancang bangun sarana angkutan jalan mempunyai Bobot 2 (dua) dengan perincian sebagai berikut: 1. Jumlah Berita Acara Pemeriksaan Fisik Kendaraan Bermotor Jumlah berita acara pemeriksaan fisik kendaraan bermotor mempunyai bobot 2 (dua) dengan perincian interval sebagai berikut: { Jumlah Berita Acara pemeriksaan fisik kendaraan bermotor (dokumen) Interval Nilai 0 - 682 0.29 683 : 1,365 0.58 1,366 : 2,048 0.87 2,049 : 2,731 1.16 2,732 » 3,414 1.45 3,415 : 4,097 1.74 4,098 ke atas 2 g. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Manajemen dan rekayasa lalu lintas mempunyai Bobot 7 (tujuh) dengan perincian sebagai berikut: Panjang Jalan Nasional Panjang jalan nasional mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Panjang jalan nasional (km) Jumlah Rambu Terpasang Jumlah rambu terpasang (uni Interval Nilai 248-585 0.14 — 834-1171 0.28 1,757 0.42 2,343 0.56 2,929 0.70 3,515 0.84 ke atas 1 Jumlah rambu terpasang mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai beriku Interval Nilai_ 234-761 0.14 996 - 1,523 0.28 1,758__- 2,285 0.42 2,520 - 3,047 0.56 3,282 - 3,809 0.70 4,044 - 4,571 0.84 4,806 ke atas 1 Panjang Marka Terpasang Panjang marka terpasang (m?) Panjang marka terpasang mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai beriku Interval 545 0.14 __| 1,834 = 0.28 | 3,123 : 0.42 4,412 - 0.56 5,701 = 0.70 Se EE hE a 8,279 > atas 1 dengan perincian interval sebagai berikut: Panjang Pagar Pengaman (guardrail) Terpasang Panjang guard rail terpasang mempunyai bobot 1 (satu) Panjang pagar pengaman (guardrail) terpasang (m) “231 keatas Interval Nilai 15 : 35 0.14 [si m1 | 87 107 123 : 143 159 = 179 195 = 215 =3 -10- 5. Jumlah Lampu Penerangan Jalan Umum Terpasang Jumlah mempunyai bobot 1 sebagai berikut: lampu penerangan jalan umum_ terpasang (satu) dengan perincian interval Jumlah lampu penerangan jalan umum terpasang (unit) Interval Nilai 57, : 547 0.14 605 1,095 0.28 1,153 - 1,643 0.42 | 1,701 = 2,191 0.56 2,249 2,739 0.70 2,797 = 3,287 0.84 [3,345 ke atas 1 Jumlah Lokasi Analisis Dampak Lalu Lintas Jumlah lokasi analisis dampak lalu lintas mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah lokasi Analisis Dampak Lalu Lintas (lokasi) Interval Nilai 0 - 9 0.14 10 - 19 0.28 20 - 29 oreo 30 = 40 - | 50 = so 60 ke atas 1 Volume Lalu Lintas pada Ruas Jalan Nasional Volume lalu lintas pada ruas jalan nasional mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Volume lalu lintas pada ruas jalan nasional (unit) _ Interval Nilai 18,515,103 ~ 35,509,585 0.14 54,024,689 = 71,019,171 0.28 89,534,275 = 106,528,757_| 0.42 125,043,861 = 142,038,343 0.56 160,553,447 = 177,547,929 0.70 196,063,033 = 213,057,515 0.84 231,572,619 ke atas 1 Peningkatan Kinerja Dan Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Peningkatan kinerja Dan Keselamatan Lalu Lintas Angkutan (dua) dengan perincian sebagai Jalan mempunyai Bobot 2 berikut : 1, Jumlah Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten/Kota yang Dibentuk Jumlah forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten /Kota yang dibentuk mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: -1l- Jumilah Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten Kota yang dibentuk (forum) Interval Nilai [ o- 5 0.14 my 6 - 1 0.28 L 120-17 0.42 18-23 0.56 24-29 — 0.70 30 - 35 0.84 36 ke atas 1 2. Jumlah Lokasi Rawan Kecelakaan yang Ditangani Jumlah lokasi rawan kecelakaan yang ditangani yang dibentuk mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah Lokasi Rawan Kecelakaan yang ditangani (titik lokasi) Interval Nilai Ee 2-14 0.14 17-29 0.28 32-44 0.42 47-59 0.56 62-74 0.70 77-89 0.84 92 ke atas 1 Kesyahbandaran dan Pengawasan Tertib Berlayar Kesyahbandaran dan pengawasan tertib berlayar mempunyai Bobot 20 (dua puluh) dengan perincian sebagai berikut: 1, Jumlah Surat Persetujuan Berlayar yang diterbitkan Jumlah surat persetujuan berlayar yang diterbitkan mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai beriku jumlah Surat Persetujuan Berlayar yang diterbitkan (dokumen) Interval 5,262 10,525 15,788 21,051 26,314 31,577 ke atas 2. Jumlah Surat Persetujuan Olah Gerak Kapal yang diterbitkan Jumlah surat persetujuan olah gerak kapal yang diterbitlkan mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: Sse Jumlah Surat Persetujuan Olah Gerak Kapal yang | L diterbitkan (dokumen) Interval _ _ Nilai - 458 0.57 : 917 1.14 - 1,376 1.71 : 1,835 2.28 = 2,204 2.85 = 2,753 3.42 ke atas 4 Jumlah Surat Persetujuan Perluasan Daerah Pelayaran yang diterbitkan Jumlah surat persetujuan perluasan daerah pelayaran yang diterbitkan mempunyai bobot 4 (empat) dengan interval sebagai | lah Surat Perset Pelayaran yang diterbitkan (dokumen) Interval Nilai | 0 - 9 0.57 10 = 19 1.14 20 = 29 71. | 30 = 39 2.28 40 2 49 2.85 “50 = 59 3.42 60 ke atas 4 Jumlah Surat Persetujuan Pengelasan yang diterbitkan Jumlah Surat Persetujuan Pengelasan yang diterbitkan mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah Surat Persetujuan Perluasan Daerah Pelayaran yang diterbitkan (dokumen) Interval - Nilai 0 - 19 0.57, 20 — : 39 1.14 is 40 7 59 L71 60 - 79 2.28 | 80 99 2.85 100 - icone 3.42 120 ke atas 4 Jumlah Surat Pengawasan Pengisian Bahan Bakar yang diterbitkan Jumlah surat pengawasan pengisian bahan bakar yang diterbitkan mempunyai bobot 4 (empat) dengan perincian interval sebagai berikut: ege Jumlah Surat Pengawasan Pengisian Bahan Bakar __yang diterbitkan (dokumen) _— Interval Nilai 0 - 68 0.57 69 < 137 1.14 138 206 171 | 207 275 2.28 276 : 344 2.85 345 - 413 3.42 414 ke atas 4 Pengawasan Teknis Sarana Lalu Lintas Angkutan Jalan, Pengujian Berkala dan Karoseri Pengawasan teknis sarana lalu lintas angkutan jalan, pengujian berkala dan karoseri mempunyai Bobot 2 (dua) dengan perincian sebagai berikut: 1, Jumlah Unit Pengujian Berkala Dishub Kabupaten/Kota Yang Terakreditasi Jumlah unit pengujian berkala Dishub Kabupaten/Kota yang terakreditasi mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah Unit Pengujian Berkala Dishub Kabupaten/ _ Kota yang terakreditasi (unit) fae Interval Nilai peer ORee-ains: 0.14 : 4-7 0.28 8 il 0.42 _ 12, - +15 0.56 16 - 19 0.70 20, - = 23 0.84 24 ke atas = 1 | 2. Jumlah Perusahaan Karoseri Yang © Memenuhi Persyaratan Sesuai Ketentuan Jumlah perusahaan karoseri yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah perusahaan karoseri yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan (unit) Interval Nilai o - 10 0.14 i= 21 0.28 22-32 0.42 | 33 - 43 056 | 44-54 0.70 | 55-65 0.84 | 66 ke atas 1 Bray Pengawasan Angkutan Lintas Batas Negara/Antar Kota Antar Provinsi, Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek, dan Angkutan Barang Pengawasan Angkutan Lintas Batas Negara/Antar Kota Antar Provinsi, Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek, dan Angkutan Barang mempunyai Bobot 6 (enam) dengan perincian sebagai berikut: 1, Jumlah Kendaraan Pada Perusahaan Angkutan Lintas Batas Negara/ Antar Kota Antar Provinsi Jumlah kendaraan pada perusahaan angkutan lintas batas negara/ antar kota antar provinsi mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah Kendaraan Pada Perusahaan Angkutan Lintas Batas Negara/ Antar Kota Antar Provinsi (unit) Interval Nilai C) = 1 0.14 Ear) LC 0.28 4-5 0.42 6 - 7 0.56 a) 0.70 eee Oana 0.84 12 ke atas 1 2. Jumlah Trayek yang Dilayani Jumlah trayek yang dilayani mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah trayek yang dilayani (trayek) I Interval Nilai - 43 0.14 = 87 0.28 = 131 0.42 = 175 0.56 = 219 0.70 263 0.84 ke atas 1 3. Jumlah Kendaraan Perusahaan Angkutan Pariwisata Jumlah kendaraan perusahaan angkutan_pariwisata mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: - Jumlah kendaraan perusahaan angkutan pariwisata (unit) Interval Nilai 0 : 448 O14 | 449 : 897, _ | 0.28 808 - 1,346 0.42 1,347 - 1,795 0.56 __1,796 - 2,244 0.70 2,245 - 2693 | 0.84 2,694 ke atas | 1 ise 4, Jumlah Kendaraan Perusahaan Angkutan Antar Jemput Antar Provinsi Jumlah kendaraan perusahaan angkutan antar jemput antar provinsi mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai beriku Jumlah kendaraan perusahaan angkutan antar jemput antar provinsi (unit) Interval Nilai o - 14 0.14 [1s - 29 0.28 30 44 0.42 45, : 59 0.56 | 60 - 74 0.70 75, 5 89 0.84 90 ke atas 1 5. Jumlah Kendaraan Perusahaan Angkutan Taksi Antar Provinsi Jumlah kendaraan perusahaan angkutan taksi antar provinsi mempunyai bobot 1 (satu) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah kendaraan perusahaan angkutan taksi antar provinsi (unit) Interval Nilai = 129 0.14 - - 259 0.2 | 260 - 389 0.42 390 - 519 0.56 520 - 649 0.70 650 779 0.84 780 ke atas 1 6. Jumlah Kendaraan Angkutan Barang Jumlah kendaraan angkutan barang mempunyai bobot 1 'u) dengan perincian interval sebagai berik 7 Jumlah kendaraan angkutan barang (unit) Interval Nilai (Omer 522 0.14 523 5 1,045 0.28 / 1,046 - son eames 0.42 1,569 2,091 0.56 2,092 : 2,614 0.70 2,615 3,137 0.84 3,138 keatas 1 Pengawasan Tarif Angkutan Jalan Pengawasan tarif angkutan jalan mempunyai Bobot 2 (dua) dengan perincian sebagai berikut: WV. Ge Daftar Tarif Angkutan Penumpang per Trayek Pada Seluruh Terminal Penumpang Tipe A Daftar tarif angkutan penumpang per trayek pada seluruh terminal penumpang tipe A mempunyai bobot 2 (dua) dengan perincian interval sebagai berikut: Daftar Tarif Angkutan Penumpang per Trayek Pada Seluruh Terminal Penumpang Tipe A (daftar tari) Interval i Nilai a oO - 86 0.29 = 87-173 [ 58 174 - 260 - 0.87 261 - 347 1.16 348 434 1.45 435, 521 1.74 522 ke atas 2 Penindakan Terhadap Pelanggaran Perundang-Undangan Lalu Lintas Angkutan Jalan Penindakan terhadap pelanggaran perundang-undangan lalu lintas angkutan jalan mempunyai Bobot 2 (dua) dengan perincian sebagai berikut: 1 Jumlah berkas penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan Jumlah berkas penindakan pelanggaran _peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai bobot 2 (dua) dengan perincian interval sebagai berikut: Jumlah berkas penindakan pelanggaran peraturan | perundang-undangan di bidang lalu lintas dan Ee angkutan jalan (dokumen) [ Interval Nilai | 0 - 460 0.29 461 - 921 0.58 922 - 1,382 0.87 1,383 - 1,843 1.16 1,844 — 2,304 1.45 2,305 - 2,765 1.74 2,766 __ke atas | 2 UNSUR PENUNJANG Hasil pengelompokan dan bobot masing-masing sub unsur penunjang merupakan sebagai berikut: Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia dengan bobot 4 (empat) dengan perincian hasil pembagian interval sebagai berikut : a. eae ‘Sumber Daya Manusia (orang) Interval Nilai 0 = 186 0.57 187 = 373 1.14 374 5 560 L71 561 Ei 747. 2.28 748 - 934 2.85 935 5 1,121 3.42 i 1,122 | ke atas 4 Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak dengan bobot 4 (empat), dengan perincian hasil pembagian interval sebagai berikut : Penerimaan Negara Bukan Pajak (Rp) Interval Nilai 0 5 342,008,022 _ 0.57 342,008,023 - 684,016,045 1.14 684,016,046 - _1,026,024,068 ez 1,026,024,069 = 1,368,032,091 2.28 1,368,032,092 = 1,710,040,114 2.85 1,710,040,115 - _ 2,052,048,137 3.42 2,052,048, 138 ke atas 4 | Anggaran Anggaran dengan bobot 4 (empat), dengan perincian hasil pembagian interval sebagai berikut : ‘Anggaran (Rp) Interval 0 = __166,884,285,714 EI 166,884,285,715 _- _333,768,571,429 333,768,571,430__- _500,652,857,144 500,652,857,145 _- _667,537,142,859 667,537,142,860__- _834,421,428,574 834,421,428,575 _- _1,001,305,714,289 1,001,305,714,290 ke atas | Nilai Barang Milik Negara/Aset Nilai Barang Milik Negara/Aset dengan bobot 4 (empat) dengan perincian hasil pembagian interval sebagai berikut: Nilai Barang Milik Negara dan Aset (Rp) Interval Nilai 0 = 296,781,533,424 | 0.57 296,781,533,425 = _593,563,066,849_| 1.14 593,563,066,850 -__890,344,600,274 1.71 890,344,600,275 __-_1,187,126,133,699 | 2.28 1,187,126,133,700___-_1,483,907,667,124 | 2.85 1,483,907,667,125 __- _1,780,689,200,549 | 3.42 1,780,689,200,550 ke atas a] 18 . Penghargaan (reward) yang diperoleh Penghargaan (reward) yang diperoleh dari instansi di luar Kemenhub dengan bobot 4 (empat) dengan perincian hasil pembagian interval sebagai berikut: Reward / penghargaan yang diperoleh (penghargaan) Interval, Nilai 0.57 | 1.14 “171 2.28 2.85 3.42 eeteeee V. PEMBERIAN NILAI TERTIMBANG DAN _ KLASIFIKASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT 1. Setelah nilai sub unsur suatu Balai Pengelola Transportasi Darat didapatkan, maka dihitung nilai tertimbang. 2. Nilai tertimbang suatu sub unsur didapatkan dengan melakukan penghitungan dibandingkan dengan bobot sub unsur yang telah ditentukan. Nilai yang diperoleh Nilai Tertimbang = —00 X Bobot Sub Unsur 3. Nilai tertimbang setiap Sub unsur pada suatu Balai Pengelola Transportasi Darat dijumlahkan. 4. Hasil penjumlahan tersebut disesuaikan dengan kelompok kelas yang dihitung dengan cara dicari nilai tertinggi dan terendah dari hasil penjumlahan setiap unsur pada seluruh Balai Pengelola Transportasi Darat, kemudian nilai tertinggi di kurangi nilai terendah kemudian dibagi dengan jumlah kelas Balai Pengelola Transportasi Darat. Nilai Tertinggi — Nilai Terendah arak Interval = ——_0- Ss Tertingg! — Neat reren ee __ i Jumlah Kelas Balai Pengelola Transportasi Darat 5. Jarak interval kelas ditentukan sebagai berikut : Nilai > 45, : BPTD Kelas | Nilai 22,51- 44,99: BPTD Kelas II Nilai < 22,50 : BPTD Kelas III B. RINGKASAN UNSUR DAN BOBOT KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT _ x) KLASIFIKASI BOBOT _UNSUR POKOK a_| TERMINAL TIPE A | 5 [ | 1. Volume bus masuk (unit) ae | 2. Volume bus keluar (unit) ii ae 3. Volume penumpang naik (orang) 1, 4| 4. Volume penumpang turun (orang) 1 i | _5.__Jumlah trayek (trayek) 1 -19- KLASIFIKASI I TERMINAL BARANG | Volume mobil barang masuk (unit) Volume mobil barang keluar (unit) Volume muatan dibongkar (kg) Volume muatan dimuat (kg) gi s)e|y= Jenis muatan yang dibongkar dan dimuat ___ienis)_ ae UNIT PELAKSANA PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR = 1 Volume lalu lintas harian rata-rata kendaraan angkutan barang (unit) 2. Volume kendaraan masuk Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (unit) Jumlah pelanggaran (dokumen) Jumlah penindakan pelanggaran (dokumen) Jumlah komoditi yang sering melanggar (ienis) PELABUHAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN 20 Volume kunjungan kapal (unit) Jumiah lintasan yang dilayani (lintasan) Volume arus penumpang (orang) Volume arus kendaraan (unit) AIP| Pld) Volume barang yang dibongkar dan dimuat (ton) alalalalal KALIBRASI PERALATAN PENGUJIAN BERKALA _ 1. Jumlah peralatan pengujian berkala yang dikalibrasi pada Unit Pengujian Berkala Dishub Kabupaten/Kota (unit) 2. Jumlah kendaraan yang diuji berkala uji pada Unit Pengujian Berkala Dishub Kabupaten/Kota (unit) PEMERIKSAAN FISIK RANCANG BANGUN SARANA 2 ANGKUTAN JALAN 1, Jumlah Berita Acara pemeriksaan fisik 2 kendaraan bermotor (dokumen) _ g_|MANAJEMEN DAN REKAYASA LALULINTAS 7 _1. Panjang jalan nasional (km) 1 2. _Jumlah rambu lalu lintas terpasang (unit) faa] 3. Panjang marka jalan terpasang (m?) 1 4. Panjang pagar pengaman (guardrail) 1 terpasang (m) _| 5. Jumlah lampu penerangan jalan umum 1 terpasang (unit) 6. Jumlah lokasi Analisis Dampak Lalu Lintas (lokasi) -20- NO KLASIFIKASI BOBOT 7. Volume alu lintas pada ruas jalan nasional_| 1 (unit) h PENINGKATAN KINERJA DAN KESELAMATAN LALU 2 LINTAS ANGKUTAN JALAN : 1. Jumlah Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan 1 Kabupaten / Kota yang dibentuk (forum) 2. Jumlah Lokasi Rawan Kecelakaan yang i ditangani (titik lokasi) i KESYAHBANDARAN DAN PENGAWASAN TERTIB 20 BERLAYAR [ae 1. Jumlah Surat Persetujuan Berlayar yang 4 diterbitkan (dokumen) 2. Jumlah Surat Persetujuan Olah Gerak Kapal | 4 ang diterbitkan (dokumen) 3. Jumlah Surat Persetujuan Perluasan Daerah | 4 Pelayaran yang diterbitkan (dokumen) | 4. Jumlah Surat Persetujuan Pengelasan yang 4 | diterbitkan (dokumen) 5. Jumlah Surat Pengawasan Pengisian Bahan 4 ____ Bakar yang diterbitkan (dokumen) pe |] |PENGAWASAN TEKNIS SARANA LALU LINTAS 2 | ANGKUTAN JALAN, PENGUJIAN BERKALA, DAN KAROSERI | 1. Jumlah Unit Pengujian Berkala Dinas 1 Perhubungan Kabupaten/Kota yang terakreditasi (unit) - 2. _Jumlah perusahaan karoseri yang 1 memenuhi persyaratan sesuai ketentuan (unit) k | PENGAWASAN ANGKUTAN LINTAS BATAS NEGARA/ 6 ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI, ANGKUTAN ORANG TIDAK DALAM TRAYEK, DAN ANGKUTAN BARANG 1, Jumlah kendaraan pada perusahaan 1 Angkutan Lintas Batas Negara/ Antar Kota | ___Antar Provinsi (unit) 2. Jumlah trayek yang dilayani (trayek) I 3. Jumlah kendaraan perusahaan angkutan 1 __pariwisata (unit) a Jumlah kendaraan perusahaan angkutan 1 _antar jemput antar provinsi (unit) i} ["]$." Jumlah kendaraan perusahaan angkutan 1 = taksi antar provinsi (unit) I 6. _Jumlah kendaraan angkutan barang (unit) 1 1] PENGAWASAN TARIF ANGKUTAN JALAN 2 1. Daftar tarif angkutan penumpang per trayek | 2 pada terminal penumpang Tipe A (daftar | tarif) | aie NO KLASIFIKASI BOBOT m | PENINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN 2 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LALU LINTAS: ANGKUTAN JALAN 1. Jumlah berkas penindakan pelanggaran 2 peraturan perundang-undangan lalu lintas | ___angkutan jalan (dokumen) TOTAL 80_| 80 UNSUR PENUNJANG a_|SUMBER DAYA MANUSIA (orang) 4 b_| PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (Rp) 4 ¢_|ANGGARAN (Rp) 4 d_| NILAI BARANG MILIK NEGARA/ASET (Rp) 4 e | PENGHARGAAN (REWARD) YANG DIPEROLEH 4 (penghargaan) TOTAL 20 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. sesuai dengan aslinya BUDI KARYA SUMADI F. BUDI PRAYITNO MENTERI PERHUBUNGAN, REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 6 TAHUN 2023 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Mcnimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Pengelola Transportasi Darat, perlu dilakukan penataan organisasi dan tata kerja Balai Pengelola Transportasi Darat; b. bahwa penataan organisasi dan tata kerja pada Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah mendapatkan persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui Surat Nomor B/1164/M.KT.01/2022 tanggal 21 Oktober 2022 hal Penataan Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat; Mengingat 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) scbagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 238, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6841); Menetapkan 6. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2022 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 33); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 815); 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 5 Tahun 2023 tentang Kriteria Klasifikasi Organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 181); MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI = PERHUBUNGAN _TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAL PENGELOLA ‘TRANSPORTASI DARAT. BABI KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Balai Pengelola Transportasi Darat merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2) Balai Pengelola Transportasi Darat dipimpin oleh Kepala. Pasal 2 Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan terminal tipe A, terminal barang untuk umum, unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor, dan pelabuhan sungai, danau, penyeberangan, pengendalian dan pengawasan kesclamatan sarana, prasarana, lalu lintas dan angkutan jalan, serta keselamatan dan keamanan pelayaran angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Balai Pengelola Transportasi Darat menyelenggarakan fungsi: a, penyusunan rencana, program, dan anggaran; b. _ pelaksanaan pengelolaan terminal tipe A, terminal barang untuk umum, unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor, dan pelabuhan sungai, danau, penyeberangan; c. pelaksanaan pengendalian keselamatan sarana dan angkutan jalan, keselamatan dan keamanan pelayaran sungai, danau dan penyeberangan, serta melaksanakan kegiatan keperintisan; d. pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengendalian lalu lintas jalan, sungai, danau dan penyeberangan; ©. pelaksanaan pengawasan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan; f. pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sumber daya manusia, keuangan, hukum, dan hubungan masyarakat; dan g. _ pelaksanaan evaluasi dan pelaporan. Pasal 4 Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal | ayat (1) diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas, terdiri atas: a. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I; b. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II; dan c. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas Il]. BAB II SUSUNAN ORGANISASI Bagian Kesatu Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I Pasal 5 (1) Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas 1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, terdiri atas: a. Bagian Tata Usaha; b. Bidang Prasarana; ¢, Bidang Sarana dan Angkutan; d. Bidang Lalu Lintas dan Pengawasan; dan ¢. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Bagan organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas 1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 6 Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran, urusan tata usaha, rumah tangga, sumber daya manusia, keuangan, hukum, dan hubungan masyarakat, serta evaluasi dan pelaporan Pasal 7 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan penyusunan rencana, program, anggaran, dan laporan evaluasi kinerja, pengelolaan urusan keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta pelaporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI); dan b. pelaksanaan urusan sumber daya manusia, hukum, hubungan masyarakat, persuratan, kearsipan dan dokumentasi, pelayanan informasi publik, perlengkapan, rumah tangga, serta evaluasi dan pelaporan. Pasal 8 Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. Subbagian Perencanaan dan Keuangan; dan b, Subbagian Sumber Daya Manusia dan Umum. Pasal 9 (1) Subbagian Perencanaan dan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, anggaran, dan laporan evaluasi kinerja, serta pengelolaan urusan keuangan, pelaporan Sistem Akuntansi Instansi dan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak. (2) Subbagian Sumber Daya Manusia dan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b mempunyai tugas melakukan urusan sumber daya manusia, hukum, hubungan masyarakat, persuratan, kearsipan dan dokumentasi, pelayanan informasi publik, perlengkapan, rumah tangga, serta evaluasi dan pelaporan. Pasal 10 Bidang Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat () huruf b mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan terminal tipe A, terminal barang untuk umum, unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor, dan pelabuhan sungai, danau, penyeberangan. Pasal 11 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Bidang Prasarana menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pelayanan jasa, dan pengoperasian terminal tipe A, terminal barang untuk umum, dan unit pelaksana _penimbangan kendaraan bermotor, serta bantuan teknis fasilitas pendukung dan integrasi moda; dan b, pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pelayanan jasa, dan pengoperasian, serta bantuan teknis pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan. Pasal 12 Bidang Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. Seksi Prasarana Jalan; dan b. Scksi Prasarana Sungai, Danau, dan Penyeberangan Pasal 13 (1) Seksi Prasarana Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a mempunyai tugas melakukan pembangunan, pengembangan, pelayanan jasa, dan pengoperasian terminal tipe A, terminal barang untuk umum, dan unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor, serta bantuan teknis fasilitas pendukung dan integrasi moda. (2) Seksi Prasarana Sungai, Danau, dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b mempunyai tugas._—smelakukan = pembangunan, pengembangan, pelayanan jasa, dan pengoperasian, serta bantuan teknis pelabuhan’ sungai, danau, dan penyeberangan. Pasal 14 Bidang Sarana dan Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c mempunyai tugas melaksanakan pengendalian keselamatan sarana dan angkutan jalan, keselamatan dan keamanan pelayaran sungai, danau dan penyeberangan, serta melaksanakan kegiatan keperintisan. Pasal 15 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Bidang Sarana dan Angkutan menyelenggarakan fungsi: a, pelaksanaan kalibrasi peralatan pengujian berkala dan pemeriksaan kesesuaian fisik rancang bangun kendaraan bermotor, pemeriksaan dan sertifikasi kelaiklautan kapal, serta bantuan teknis penyediaan sarana jalan, sungai, danau, dan penyeberangan; dan pelaksanaan analisis trayek angkutan jalan antar kota antar provinsi dan angkutan jalan yang disubsidi oleh pemerintah pusat, penetapan jadwal operasi, pemberian subsidi angkutan jalan dan pelayaran perintis sungai, danau, dan penyeberangan. Pasal 16 Bidang Sarana dan Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c, terdiri atas’ a. Seksi Sarana Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan; dan b. Seksi Angkutan Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan. Pasal 17 (1) Seksi Sarana Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a mempunyai tugas melakukan kalibrasi _peralatan pengujian berkala dan pemeriksaan kesesuaian fisik rancang bangun kendaraan bermotor, pemeriksaan dan sertifikasi kelaiklautan kapal, serta bantuan teknis penyediaan sarana jalan, sungai, danau, dan penyeberangan. (2) Seksi Angkutan Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b mempunyai tugas melakukan analisis trayck angkutan jalan antar kota antar provinsi dan angkutan jalan yang disubsidi oleh pemerintah pusat, penetapan jadwal operasi, pemberian subsidi angkutan jalan dan pelayaran perintis sungai, danau, dan penyeberangan. Pasal 18 Bidang Lalu Lintas dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) hurufd mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengendalian lalu lintas jalan, sungai, danau dan penyeberangan serta__melakukan pengawasan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan. Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidang Lalu Lintas dan — Pengawasan menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas jalan untuk jaringan jalan nasional, penyediaan, pengoperasian, dan pemeliharaan perlengkapan jalan, rambu sungai dan danau, sarana bantu navigasi pelayaran, dan sistem informasi manajemen lalu lintas sungai, danau, dan penyeberangan; pengerukan dan reklamasi di kolam pelabuhan penyeberangan dan alur sungai dan danau, pemberian rekomendasi laik fungsi jalan nasional non-tol, serta pemberian bantuan teknis perlengkapan jalan, halte, dan rambu sungai danau; pelaksanaan pengamatan dan pemantauan perusahaan angkutan jalan, kegiatan karoseri, _penyelenggara pengujian berkala kendaraan bermotor, pelabuhan dan penyelenggara pelabuhan —sungai, danau, dan penyeberangan komersil, operator kapal sungai, danau, dan penyeberangan, kendaraan bermotor di jalan, tarif angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, pemberian’ subsidi angkutan jalan, _pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas, pemenuhan perlengkapan jalan, persetujuan teknis analisis dampak lalu lintas, pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan, pemenuhan kelaiklautan kapal sungai, danau, dan penyeberangan, ketepatan waktu pelayanan, dan pemberian subsidi angkutan sungai, danau, dan penyeberangan, sarana bantu navigasi pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan, rambu, alur, dan halte sungai danau, kegiatan pengerukan dan reklamasi di kolam pelabuhan penyeberangan dan alur sungai danau, dan pemanfaatan bantuan teknis; dan pelaksanaan kegiatan kesyahbandaran pada pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan, penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, serta patroli dan pengamanan pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan. Pasal 20 Bidang Lalu Lintas dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d, terdiri atas: a. Seksi Lalu Lintas Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan; dan b. Seksi Pengawasan. Pasal 21 (1) Seksi Lalu Lintas Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a mempunyai tugas melakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas jalan untuk jaringan jalan nasional, penyediaan, —_pengoperasian, dan _pemeliharaan perlengkapan jalan, rambu sungai dan danau, sarana (2) q (2) bantu navigasi_ pelayaran, dan sistem _informasi manajemen lalu lintas sungai, danau, dan penyeberangan, pengerukan dan reklamasi di kolam — pelabuhan penyeberangan dan alur sungai dan danau, pemberian rekomendasi laik fungsi jalan nasional non-tol, serta pemberian bantuan teknis perlengkapan jalan, halte, dan rambu sungai danau. Seksi Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b mempunyai tugas melakukan pengamatan dan pemantauan perusahaan angkutan jalan, kegiatan karoscri, penyelenggara pengujian berkala kendaraan bermotor, pelabuhan dan penyelenggara _pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan komersil, operator kapal sungai, danau, dan penyeberangan, kendaraan bermotor di jalan, tarif angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, pemberian subsidi angkutan jalan, pelaksanaan manajemen dan rekayasa [alu lintas, pemenuhan perlengkapan jalan, persetujuan teknis analisis dampak lalu lintas, pemeriksaan_persyaratan teknis kendaraan, pemenuhan kelaiklautan kapal sungai, danau, dan penyeberangan, ketepatan waktu pelayanan, dan pemberian subsidi angkutan sungai, danau, dan penyeberangan, sarana bantu navigasi pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan, rambu, alur, dan halte sungai danau, kegiatan pengerukan dan reklamasi di kolam pelabuhan penyeberangan dan alur sungai danau, dan pemanfaatan bantuan teknis, pelaksanaan kegiatan kesyahbandaran pada pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan, penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, serta patroli dan pengamanan pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan. Bagian Kedua Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I] Pasal 22 Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; b. Seksi Prasarana Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan; c. Seksi Sarana dan Angkutan Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan; d. Seksi Lalu Lintas Jalan, Sungai, Danau, Penyeberangan, dan Pengawasan; dan ¢. Kelompok Jabatan Fungsional. Bagan organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas Il sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. qa (2) (3) (4) Pasal 23 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, program, anggaran, dan laporan evaluasi kinerja, pengelolaan urusan keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak, serta pelaporan Sistem Akuntansi Instansi, urusan sumber daya manusia, hukum, hubungan masyarakat, persuratan, kearsipan dan dokumentasi, pelayananinformasi —_publik, perlengkapan, rumah tangga, serta evaluasi dan pelaporan. Scksi Prasarana Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b mempunyai tugas melaksanakan pembangunan, pengembangan, pelayanan jasa, dan pengoperasian terminal tipe A, terminal barang untuk umum, dan unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor, pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan, serta bantuan teknis fasilitas pendukung dan integrasi moda dan pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan. Seksi Sarana dan Angkutan Jalan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf ¢ mempunyai tugas melaksanakan kalibrasi peralatan pengujian berkala dan pemeriksaan kesesuaian fisik rancang bangun kendaraan bermotor, pemeriksaan dan sertifikasi kelaiklautan kapal, analisis trayck angkutan jalan antar kota antar provinsi dan angkutan jalan yang disubsidi oleh pemerintah pusat, penetapan jadwai operasi, pemberian subsidi angkutan jalan dan pelayaran perintis sungai, danau, dan penyeberangan, serta bantuan teknis penyediaan sarana jalan, sungai, danau, dan penyeberangan. Seksi Lalu Lintas Jalan, Sungai, Danau, Penyeberangan, dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf d mempunyai tugas melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas jalan untuk jaringan jalan nasional, penyediaan, —pengoperasian, dan pemeliharaan perlengkapan jalan, rambu sungai dan danau, sarana bantu navigasi pelayaran, dan sistem informasi manajemen lalu lintas sungai, danau, dan penyeberangan, pengerukan dan reklamasi di kolam pelabuhan penyeberangan dan alur sungai dan danau, pemberian rekomendasi laik fungsi jalan nasional non-tol, pemberian bantuan teknis perlengkapan jalan, halte, dan rambu sungai danau, pengamatan dan pemantauan perusahaan angkutan jalan, _kegiatan__karoseri, penyelengeara pengujian berkala kendaraan bermotor, pelabuhan dan penyelenggara pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan komersil, operator kapal sungai, danau, dan penyeberangan, kendaraan bermotor di jalan, tarif angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, pemberian subsidi angkutan jalan, — pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas, pemenuhan perlengkapan jalan, persetujuan teknis analisis dampak lalu lintas, pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan, pemenuhan kelaiklautan kapal sungai, danau, dan penyeberangan, ketepatan waktu pelayanan, dan pemberian subsidi angkutan sungai, danau, dan penyeberangan, sarana bantu navigasi pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan, rambu, alur, dan halte sungai danau, kegiatan pengerukan dan reklamasi di kolam pelabuhan penyeberangan dan alur sungai danau, dan pemanfaatan bantuan teknis, pelaksanaan kegiatan kesyahbandaran pada pelabuhan sungai, danau, dan penyeberangan, penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, sungai, danau, dan penyeberangan, serta patroli dan pengamanan pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan. Bagian Ketiga Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas Il Pasal 24 (1) Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Bagan organisasi Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas Ill sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Keempat Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 25 Di lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 26 (1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e, Pasal 22 ayat (1) huruf ¢, dan Pasal 24 ayat (1) mempunyai tugas memberikan pelayanan fungsional dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Pengelola Transportasi Darat sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan. (2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas berbagai jenis jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan —peraturan —_perundang- undangan. (3) Jumlah Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan _berdasarkan kebutuhan yang didasari atas analisis jabatan dan beban kerja. (4) Tugas, jenis, dan jenjang Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan 108 ketentuan peraturan —_perundang-undangan yang mengatur jabatan fungsional masing-masing. BAB IIL SATUAN PELAYANAN Pasal 27 (1) Pada Balai Pengelola Transportasi Darat dapat dibentuk Satuan Pelayanan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan analisis organisasi dan beban kerja. (2) Satuan Pelayanan Balai Pengeiola Transportasi Darat merupakan unit organisasi nonstruktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat. (3) Satuan Pelayanan Balai Pengelola Transportasi Darat dikoordinasikan oleh seorang Pengawas Satuan Pelayanan. (4) Satuan Pelayanan Balai Pengelola Transportasi Darat mempunyai tugas melaksanakan sebagian dan/atau scluruh tugas pengelolaan terminal tipe A, terminal barang untuk umum, unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor, dan pelabuhan sungai, danau, penyeberangan, pengendalian dan pengawasan kesclamatan sarana, prasarana, lalu lintas dan angkutan jalan, serta pengendalian dan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran angkutan sungai, danau dan penyeberangan. (5) Satuan Pelayanan Balai Pengelola Transportasi Darat baru di luar lampiran Peraturan Menteri ini ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat dan menjadi satuan pelayanan dari Balai Pengelola ‘Transportasi Darat terdekat (6) Pembentukan Satuan Pelayanan baru scbagaimana dimaksud pada ayat (5) harus ditindaklanjuti dengan perubahan Peraturan Menteri Perhubungan ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (7) Pembina administrasi sumber daya manusia tenaga fungsional dilakukan oleh kepala unit organisasi yang menangani fungsi sumber daya manusia pada Balai Pengelola Transportasi Darat yang membawahinya. BAB IV TATA KERJA Pasal 28 Balai Pengelola Transportasi Darat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, menerapkan sistem akuntabilitas kinerja__instansi pemerintah. Pasal 29 (1) Balai Pengelola Transportasi Darat harus menyusun proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja aie yang efektif dan efisien antar unit organisasi di lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat. (2) Proses bisnis di lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Perhubungan Pasal 30 (1) Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat hasil pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Pengelola Transportasi Darat. (3) Laporan scbagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. (4) Dalam hal diperlukan, laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diminta sewaktu-waktu Pasal 31 Balai Pengelola Transportasi Darat menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat. Pasal 32 Setiap unsur di lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat dalam = melaksanakan tugasnya _menerapkan _prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah pusat dan/atau daerah, serta industri transportasi lain yang terkait. Pasal 33 Semua unsur di lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 (1) Pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan (2) Pengarahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diikuti dan dipatuhi oleh bawahan secara bertanggung jawab serta dilaporkan secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 35 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya. a) (2) (3) @) (5) (6) a) (2) (3) a (2) (3) -12- BAB V JABATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 36 Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I merupakan jabatan Pimpinan Tinggi Pratama atau jabatan struktural eselon Ib. Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II merupakan jabatan Administrator atau jabatan struktural eselon Ill.a. Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas Ill merupakan Pengawas atau jabatan struktural eselon IV.a Kepala Bagian dan Kepala Bidang merupakan jabatan Administrator atau jabatan struktural eselon IIl.a. Kepala Subbagian dan Kepala Seksi merupakan jabatan Pengawas atau jabatan struktural eselon IV.a, Pengawas Satuan Pelayanan merupakan jabatan non-eselon. Pasal 37 Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi, diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Perhubungan Pengawas Satuan Pelayanan dapat diusulkan oleh Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat. Pengawas Satuan Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Perhubungan melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Pasal 38 Dalam pengusulan Pengawas Satuan Pelayanan oleh Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) wajib: a. melaksanakan penilaian dan evaluasi__kinerja terhadap pegawai yang dicalonkan menjadi Pengawas Satuan Pelayanan; b. melaksanakan asesmen terhadap pegawai yang dicalonkan menjadi Pengawas Satuan Pelayanan; Hasil penilaian dan asesmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus dilampirkan pada saat pengusulan Balai Pengelola Transportasi Darat dalam melaksanakan asesmen Pengawas Satuan Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat bekerjasama dengan instansi atau lembaga lain yang berkompeten. Big BAB VI LOKASI Pasal 39 (1) Balai Pengelola Transportasi_ Darat — sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berjumlah 33 (tiga puluh tiga) lokasi yang terdiri atas: a. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas I, sebanyak 0 (nol) lokasi; b. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas Il, sebanyak 28 (dua puluh delapan) lokasi; dan c. Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas III, sebanyak 5 (lima) lokasi. (2) Satuan pelayanan Balai Pengelola Transportasi Darat terdiri atas: a. Satuan Pelayanan Terminal Tipe A, sebanyak 113 (seratus tiga belas) lokasi; b. Satuan Pelayanan Terminal Barang, scbanyak 7 (tujuh) lokasi; c. Satuan Pelayanan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor, sebanyak 141 (seratus empat puluh satu) lokasi; d. Satuan Pelayanan Pelabuhan Sungai, Danau, dan Penyeberangan, sebanyak 165 (seratus enam puluh lima) lokasi Pasal 40, Nama, lokasi, wilayah kerja, dan Satuan Pelayanan Balai Pengelola Transportasi Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 41 Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan, harus mengusulkan rumusan jabatan fungsional, uraian jenis kegiatan organisasi, satuan hasil kerja, waktu capaian hasil kerja jabatan, peta jabatan, standar kompetensi jabatan, dan kelas jabatan berdasarkan analisis jabatan, analisa beban kerja, dan evaluasi jabatan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Pasal 42 Perubahan atas organisasi dan tata kerja Balai Pengelola ‘Transportasi Darat menurut Peraturan Menteri ini, ditetapkan oleh Menteri Perhubungan setelah terlebih dahulu mendapat persctujuan tertulis dari menteri yang menyclenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara -14- Pasal 43 Pengisian Sumber Daya Manusia pada Balai Pengelola ‘Transportasi Darat dilakukan paling lama | (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku. BAB VIIL KETENTUAN PERALIHAN Pasal 44 Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, seluruh jabatan struktural dan fungsional yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 154 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 36) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 154 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 332) tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Menteri ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 45 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 154 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 36} sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 154 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Transportasi Darat (Berita Negara Republik Indoncsia Tahun 2018 Nomor 332), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 46 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. -15- Agar setiap orang mengetahuinya, _ memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 2023 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BUDI KARYA SUMADI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 2023 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2023 NOMOR 185, Salinan sesuai dengan aslinya -KEPALA BIRO HUKUM, F, BUDI PRAYITNO LAMPIRAN PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 6 TAHUN 2023 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT A. BAGAN ORGANISASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT KELAS I BALAIPENGELOLA ‘TRANSPORTASIDARAT KELASI oxcan anna susoaca svssacan summer onananus enenesuas xn San evanean a aoaxs a Bian ]__utuunras aan sasaueDan neHUTAN oantuumas = SEX SARANASALAN, sec ALU UNAS AL ‘oneal oan, sone Dana ee (DAN PENYEBERANGAN DAN PENYEBERANGAN roc SERSIANGRUTAN ALA, cl nna, sexs: encanasan a. DAN PENYEBERANGAN oan mene i et JABATAN B. BAGAN ORGANISASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT KELAS II BALAIPENGELOLA ‘TRANSPORTASIDARAT KELASIL SUBBAGAN ‘TATAUSAHA ‘SEKSISARANADAN ‘SEKSILALU LINTAS. SEL RASARANA ALAM, AANGKUTAN JALAN, JALAN, SUNGAL, DANAU, Riaraitemaian ‘SUNG, DANAU, PENYEBERANGAN, DAN, DAN PENYEBERANGAN PENGAWASAN SATUAN PELAYANAN san KELOMPOK “JABATAN FUNGSIONAL, C. BAGAN ORGANISASI BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT KELAS III BALAIPENGELOLA ‘TRANSPORTASI DARAT ELAS I LVAVG ISVINOdSNVAL V1 NVNVAVTad NVALVS Buea Fave 6 dues sunor nent a qetong ound “S ieee “6 won-ewea ues wee Bore yeaner ea pahong unin “+ Boned Seta uepeqee, uvdueuowed waOg'S: eBung ueyngerd “€ xoiod 9 moy ‘eBIOGIS “E conc 1 woey § wen uitauseeany | aio aeeguy “F qos ard crnanad aa ‘tonaeusipen 2 Cet” | eur ames yea ae wispy | evn aon suncroageny | ema eimeuns emp naans Tear vo eentwey -t| oid open | meen aut UaIaMOL, 7 —_ i a eueg weed sluvqeuis wroatind ueynqeid “b yesuay Yay weurs ‘qey ‘Bue Bie ebony = ueynqepd “& pug wioy “YORE “fb | ie Teta oY stuns abe naw auvarsexo 2 ee canoer aa{n) uesueraqacuad weyessninqns esduey yeoV uegnqerad “L _wepeunag 1 | wroy ‘esfuey 1 | _Yaoy ssuiAodd yooy epued usepy alas | wwoweramaaxaa | ROU sauweinee | omamaeas | AMEN |W METINNRE | vuwarun | mie ann | ov a vena Na - i O/GONAY IVIVE NVNWAVTad NVNLVS NVO “VCHEN HVAV TIA ‘ISV¥OT ‘VNVN aVLdva °C. a waung mH weung ueynqvad “€ uedeyauay sedurey uesluesoqastuad -qoy Sueupyaueg unynqerad “2] —_eSey ueseUEL, “> wna, rewna, uiueog neue nox “wuinc, uvuwsaqacuag quit ere “2 rsequeyed nny sweunquied “tL vefeas e101 oy ‘Sa neg sumois | nsequeyag | use aude | ~ nefuEy a ae _ 7 neung ueynquiad “9 sereysurg. | reung ueynqeiad “6 deen uulueiaqastuag ueyngeiad “+ Bueped wa quresoy nan “6 oy “ay eu eng, ueBuasoqaKuod weytumis “8 unfuntig ueynqeiad *€ Suewey -, qey ‘ore WEIN ruaqis akong nan 9 ‘uvureuied POs uwaueoqastuog pumg usuusa “6 ‘uoueued Aer weunavid -z | wa Bunton, au vine, sung 4m}. wena e mioy ‘any Suedangs unluesagasuad z yoios | 1e1eg wiavewns yeimg eisreuing ueynqerd "1 | uf wo o10S YaTeE IsuIADd Suepea | __useen aida | € uefunqus “21 siuesoW AOI0q “TT - | surpungy Buedans “oF - - - nvonvarsaanad oe NVd ‘AYNVC ONVAVE TWNINNSL ‘V Ad LL TWNINSAL | avon akira | SYONVAWINA vray nvavtm | Isv¥oT. | ANA | ON in - a TT 7 T weSuay Sundurey TT hwoqneyg | Boney nts “6 on mung ued 2 walang | dun mionwn Nondury “| Sandan sundae ements Som 1 : oy emt | Aiton | sung epwes | nese cus | @ | ‘Buogay ame note art oe Be serum funding usenet aumies eae ©) stom — ueyngeiad sein 8ueped “1 - mow ‘tnyeqag ny 1 | sumod | ninastiog misery aida | 2 | ca eee reBung ueynqeiad “+ ‘quy ‘ofung Bren “y ‘tony wen oun weung uoynqeied “€ quy ‘oxSued ‘ong osBuy “Sd yniny neInd “€ wa seiraee -c| —anwagouNs suse fex8uny ereny undugores € ‘qey ‘uRINGUS “7 Came, | woumuemen a a ueungerad “1 | Sunyow quer “1 | noy ‘ofereg wey “1 | sumer rousoig quer seiay aude | 9 on uduusastind ‘name ‘uegn Bunfuey, | verano cninasad °C surg | tuned nena wre | no sonny | ened |. | same | eug sunt |" neHPH ald |S nario |_waung weunqeid “| E - pmonan _| wwowraaivas | SOMOS | arnwoe | torwarman | ORMMEMMMARL | vat | rezrawarim | fewer | nwa | —- — |__YNVSMVTad LING) —— | — : NAV VAS : LL | fy dunes ‘uvsiuwsaqasuog ueynqupd *€ uerey Sunfuey, uuvBupsoqaXuad ueunqeid 'z repes uueBuwsoqasuod weynaeied “1 Sueuig jeysued Sunyeg exaueg, sex Glad ~~ gundy surpueg: newed weunaerad “9 Surquiny exe0W wlung weunguied “S uiseniueg qey Buna 2 ne88ur] nq] BON sqnuiag Bueduig -9 nin yoyer ae “ane Leung woungeiad “t reuer -qex ‘See “S indexes, vdeo - x0 refung ueynqeed -¢| Sunes nedmoN “9 qey ‘Suny nied“ numoy | Sangin Sued -s 10 us usumoqeiiea | suresBueg gen ‘Bundy niey °¢ | uweynquied aumwuod “+ Boonwons | idy.ady Bunty, rueg Boy ¢ oy ‘esp eS — edutigatieg stop sane unqaste ox | mas wisn | peers | woungeiad “1 Eden tf | swat Beery Bury 1] SHO oauored | oq neueg weunquiad “E oyun reuns woungeied “z 7 - NVONWESSAANSd yolonses | NVVUVONaN : onvaveTwuinwan |v adi TVNUNaL ot canum_iltox ego | NVONVWAWINGd VAT HVAVTLA, iswot IVONNS NVHNSV1Sd YNVSHVTad LIND S AWNVAV2d NVALWS "ag | wou'mine | waa we | vendo“ | nyefueg mis ey ‘yadurentg 9 | noma unmisad “S sar aeprauilew ‘qey ‘Bueqns °S sds : ueunqeiad “> Buolog “1 + nore, urea 9 nour weynquiad “¢ Suewsy °S € Sues tg onal neueg ueynqeiad “Z Buowap “f oy nynMeLEH one apuetboren unmet = a pean eam aw | wroyinftiones -1| esereunog | —aumpus | nemon aus] 21 - - 4eq21 “Qey ‘sqeqe erepURNN “b uepepued aon wear ose neal feted wa oonhand vebountond mee wr cae weyngeizd ‘1 apueyiy "1 vio “A@9W_T | _uarUeG IsuI01d uo8att9) sey Guag | 1 ojesy Sunfuey - aa 7 OO = a veaounatind | Nwnaeas_ a _ wwownaeaanas | ROLOWE Rerawwe | swavO | omens | va WIRL | say vara | 10H VNVSNVTad LINA | NVNVAWTd NVABVS he NVNVAWTad NVALVS Be ‘Buejeuiag ‘qey ‘Burpeuad “11 cael aunt sop | neueg ueunqeiad “6 ‘ueBuotead Butuag emey iow ‘UeBUOTeIAd 6 ee array oquiofiunpax “qe ‘tamed °8 neceg ame“ ems maauny ated name“ won dueduen 2 neueg ueynqered “9 Suoquies “Et yeurog, ae Sel Seeman retungungrase “S| anata =n ueqeoe, uiBiojas “OL 1 TePLL “S neueg uBynqeied “b anqno “6. utouom, pi oom, Sere pehung ours“ nod gt ee sone 3 Sy oii donated sama 3 our mei z| en a ao sive uesuwioqaKuad ouopnsueg Z yeBuay emer cn 1 oars 1 eunqens | vin auae | et ; : _ ess 16 : wvowvraaanaa | ROuORaS enti | ronvannga | OME TTL | SAL TINIE | Yrrayyivnm | vot | aan we | om ___|_¥NVSv7aid LIND. on “uazepopian “1 wea = duueiont | mene Se uwyngwiad + | peopaiem “at ugh. a sunfn | UBINMOLL “6 “ynng Suequiey “¢ vassal cea unbound cone wea : “ower eae vsdvenetnd ee : ueyngeiad “7 old “> secret | meu : vebveread sind a za | weyngeiad ‘1 | ouameg_“T = | 1 | emer wurvod veeqeing | _useey aida | St yeaelD a wane 2 i cnmrt were | mamesoxta neoranrta ewe weynaead “I rueniny “T _eioy ‘uesuewiy 1 | wusoad weuats urseey aude | bt Twa], OM ‘WHOL “61 wanelEs: ‘gey oto roa een 20 undueqy eadueg “pI cae at vasa a con meno cl :/aneenee rvowrsaaansa | ROOM attend | romana, | OVEWAIESL | YSRUTINIRIEL Lyroryyayun | swt | sane | O8 | wosnsavinavras | \vewvemsumn | 1} NWNVAV Tad NWALYS. Le “unre rung ueynqeiad “St soreiuasey, neweg weynqeied t ueBueses neueg ueunqerd et nun aod reBung ueynqejad ZL ueaduey uvpexsueg uvuesoqasuad “ey ‘uejexaueg “21 uweyngered “Ut ofswop Is uayades qe “esequing “91 uuvunsaqasuad aqui wounqepad Ol ‘avy ‘unpeiueney “$1 ypndes poy ueBuvsoqocuo mioy “ueueweL, “pI weunqerad “6 >presuvos, seey neing ‘qey ‘uexepomg “CT uvfuesoqasud ofoiou0g ueynqe}ad “8 ‘qen ‘Heolas “ZI voAamreN ‘o108uofog uvdussaqasuod une oz ey “tso%yofeas “LL ueyngred “L 8208 “61 unipen, uuvomegt ‘wopung rqurey 81 troy ‘ofogang “OT uweFuvsoqasuad Bundiofow “21 senna Bio “BUTE "6 ueyngeted “9 urBuouey “9| uenunsed uated YeNeLY 'ST qey ‘uwepued “8 | uefuesoqasuod wBuase pt ue} | weynaeiad 'S pynsod C1 | ae umpes 2 NVONWASEaANSE Ronee nva ‘avnva. onvave Twwimaa |v a4uL TVNINAaL ‘IVONNS NVHNaVTad NVDNWAWINGE dunn | VNVAVTad NVALVS VIAN HVAVTI | Isv¥01 adn VAN PTI uvgerey omen ‘¢| “Gey ‘useMeoN -Z ema anu, uvduvioqa fad Buvs0¥N ioe yeSuay souny | any, exemuay, veeiuoy ws wwunqeed -t | _nqesuneg un “1 | -aey‘uweiow “1 | “qua ‘nueuaumyoy “1 | wenn ssutsoud Sued IseM aude | Bt adeg ‘ueSiuesaqastng weynqeiad “> ourioiod | uieroqasuod | weunqeied “ | edu uesuvsoqasued wug wey “emg “e uegnqeied “2 emequins Gey | srequiot ‘dunseg 1oung yew etuvsoqasuad ouviored uereyew | yes wseRuoy, veo ws weunqesd ‘1| amma 1] sioy “eENePUEW “1 | een IsUIAONd ameseren 11se1¥ Gude | Lt ‘WeUEGeL Nnpaq neueg ueynqeiad 'S uvsipoy anveg neueg ueynqeiad “b uvpedures, ueBueiaqacuag ueunqred reqaueped uvsuwsoqacuad ueynqeid sueunt ueftuesoqacuag qwunas ueunqeied PED = | avowves “yOLOWaas | NVONVAIaaaANAd Nevavcneal | | xva‘avava nvonGailess ONvaVa TYNINWSL | VSAM TYNINGSL | eae vavTIM vor «| unva | on VONNS NVHINAVIG | yxveNVtad LINN NVNVAV aa NVAINS Sunpeg | Hes qey ‘isSuow 1 | Weg istinoid Sunpeg, 11 SPM Gl _—_______ a Ree -- ndeaureA uueSueaqadueg weynquied ‘01 aruedemei eBueioqacuag ueynqeied “6 49s uweussoqasuag weungea “8 ofeg wenger uweBuvsoqaSudg weunqeied veqrgueze weBiueioqaciuag ueynaed “9 upg reiueg uesiueioqacuag weyngeied °s OIE uesiuezoqacuag weunqeied “> ‘ooyeBuey esiueraqacuad ueynquied “€ TIDUEN uuvueioqaxuag __weunavied @ emg yeu, Jou Quy ‘TUIM “e suedny woy ‘nyowIE -Z NVONVASEAANSE xva ‘nvNVa ‘VONNS NVHNGVTSd HOLOWAaa NvavaNat NVONVEWINGd VNVSWVTd LIND NVNVAVTad NVALVS: | onvave NINA | V dL. TWNINY AL, OMIM HVAVTIM Isv¥O1 adn VAN -a- mung ueunqeed “p ‘IVONAS NVHNaVIad _YNVSNVTSd LIND _NVNVAVTad NVALVS: -el- aed onbereale ae elongated ungnaed “2 Sane opens “2 oa a wenmeqnan | Rstuyacet efweg-gex | ume one ueunqeiad “T dowry “1 ‘yeyeseg inquey “1 JsuLAodg sefueg HSPN Gide | 0% ~ Buwied ANIL, : _ - uebueraatd eure “+ yeSung ueynqepd “¢ epee neories -9| Buoy segue upduesaqaduad nepag “S qey Any € Teena “2 auc | ru sendey won soesenbus ones feeue ¢ | ceateen | cm -temsahas 2 shaogo eee wettary | "warner wey | weg wmueuey oss eengOL uegnqriad “I ueweis “1 ‘qe Buoynug “1 | Buwmequiy ws “1 ssutao.g eaey nny, Usepy Gide | 6t 7 aouty — 7 ucbueagoten ceunaad ct suyeqed vehonistind [Nanas 1 - _ wornaaivas | SOLO pepo NVONVEIWNINGd Dagaye SuieeaL ee VeuaM HVAVTIM Isvyo1 df VWN ON undap 195 uvuesoqa stad exeiq uaeUEy emg um uOWTEY weunqeied “t : : | sunoid | sors funtuex | ui seex aud | €@ FaemoueS ywoqpaads vwlung ueynqued “L gepoy Buntsey, mwBung ueynqeiad “9 eH rwaung ueynqeied “6 Tl upweH mBung ueynquiag “» Buefuny 198 | reBung weynqriad “¢ | | urefeuag waded uwBuesoqastog mioy sedury meg -z ueunqeied sussoaes resueLey vloques “e epunreues sun, any, uuw8uesoqatag aosed % wioy ‘Bueoqas ueyueaney, uewouey weynquied “1 Suvop Bueiey : epuurewes 1 | __ssutsoid uvdedyea | useey aud | 2 pmo, j ren ueungeied | reuny, ueBuesoqastig uognqeied ¢ yoxsued reg emu “> aug wegnqyd Z| ePET uepEYBUEE “E Bua, yeuay, 19s yedeiag anfuy 7, esereiuered uewwewte weuemey, swung weungeied “1 soured seed “1 | E woy'weo vim 1] sumord eserey@ueied nseey aude | 12 woLONeaa nvvavanay 7 NVONVAININGd ONVAYE VHS, ae Veda HVAVILM ISVHOT df VINYN: ON VNVSNVTad LIND NVONVAaaaANd va ‘aynva “IVONNS NVHNAVISd C NVNVAVTdd NVALVS — - 1 l — a -bL- puEM ueuesoqastuag uvBueraqasuag ueynqed Pura uvSumiaqaxuad | ueunqeied “> o8uzjoury uwfiuesoqakuag | uoynguied “€ e101 uuBuvioqaxuag ueunqeied °Z | neo, | wu, uvuesaqacuad | urepusy, ervsuay, someing _weyngeiad “1 _oquenges 1 | : wioy taeanng “| wsaweing wsursaig | _uepuay usepy alaa| +2. Ps: reung ueyn: pry Buel mwilung ueynquiad “b roy neUHEW rellung weynqvied “€ i ueyerey rene | uueBuesoqacuad ueyngeted xoLowaaa NVONVABEaANGd pein WvoNng Nvanviad | SWONVAIWINSE DNVAIVA TYNINMAL | V GULL TWNINMSL vray HVAVTIM Isvor aan van | ON oo VNVSNV'Idd LINN eas ____NVNVAVId NVAVS - wueduy Oo a 7 TT wiuesoqasuag weungeiad | OHO. uwwsuesoqastog | weungnid “€ diay, uvuesoqasuog uegnqepd Hoqos “+ 804 eupuiied votew “¢ qeynamusey % uviumsaqattiad auoinow yeu, yvsuay womens | _woynaeied “1 anyounsey “1 - “1 | ssomeng isutaosd ned useey quae | 2 nfrureyy [s2910,, oes “¢ . uweBuesoq2suod usa med °% yereg yeimg womens ueunqeed “| ned “L ‘qey Suenquig “1 | wamvng wuroig | _nivuew | __ sex Gude | 9% ondwe ZL ysseyouuoy ‘11 quiero meq mung ‘OL wep ndwewty, ena ning °6 neueg weynquied “> essuored “8 URN wep oyEROI0S anieg PueL *L neue weynqeied “€ Buodworey “9 au0g “qe ead unduesogactiog unuaem “¢ ‘ywwea@uog wed *¢ ueynqepd “% ndo equios “> 20fg yss910y wdoooeW “e z uueBues2qastiod aurea "z uueiejeg among weynqriad “L uaueotes “1 = — | andung anput_ esse 0H useey aude | NVONVeSEANSE ia NVONVAWINGd ONVEVE TNINGGL | V SAIL IWNINYSL | yeaicty HVAVM an vavn | ON yavsnvtad UNA | NVNVAVIad NVALVS “I ~~ enuiane TO A ~ uvsueiogasuad | anew weynqeiad ossed “1 | : : nnyen wsuraorg | __voquiy PN Geel | OF ‘seauery - - - unBuesoqastag ueynqeiad 9 aueniuoiony uuiduesoqastog | amungeied “§ swum opoduoy #420". uvuwsaqasuad | ey ‘mopuoduowy woynaeiad | aud Ss nes een nq ueaesoqa stag wopuoduoyy BueI0K ueynaeiad °€ “qey ‘ox0i08 “+ suodn4r1 opeueyi uvueroqasung nioy Bueserewn “€ woynqeied opeueyy a worm “t utes ee emp wna moms coum : wrx 1| monag euro | pny | “amen aud | 6 ‘ojejuos0D ~ a a - uBsuwiaqacuad | cma —,, oa vox fon“ tien om 2 ming "| amnon an09 | ce vee see | mmo | moon | swe aus| oe wwownranansa | ROBORR uranwe, | swmvON | wana-wxmoran | VSAM | vy warun | seer | wan | ON “IVONNS NVHNAVIad a VNVSNVTSd LIND a NVNVAVTAd NVALVS_ ~epaA uvstresoqasuad ueynqviad eqnsed uBuesoqaiuag eran 229 NANTON, ueynqeied ovower : : NEN ISUIAOLd mew, __userey dude | 18 es uesuesoqauad ueynqerd 8 pyouineg uwduwsogacuag weynqeiad “L ogo uvursaqasuag ueynquied “9 ren, uvsiurwsoqacuad ueynqerad “S 49899, ueBuesoqacuad ueynquiad “& reyeuy uBuesoqasuag ueynqeiad “€ rere uvsluwsoqacuad uwynqeiad “Z wOLONadl NVONVaSEaANGd Avauvalias nva ‘avnva onvave TWNIWaaL | ¥ SdhL TVNINELL vray HAV IsvHO1 aan vWWN | ON “IvONDS NVHNAV Id mona (a HAVA Seen |__WNVSMVTad JIN | _____ ee NVNVAVTad NVALVS RuRION ‘waeg wea uvsuvsoqasuod endeg wep yee yereg endog, weunqeied en wndeg ysuisog | _Suouog _ StI duds SPUIOPELS, | uefunsaqasuad ueynqerd “& eduneoy uesueioqaKuod ueunqepd “© Sa1104 ueununog uvauvsaqacuad uoynqered amy ueBueraqaxuad ueyngepd “IL ___| eindvsop wioy ‘ainoxs donua “1 ‘pubuys ueSueioqasuag weynqepd Bueqed uueSueioqasuag ueynqeied yes: ueBueioqasuad ueyngeied °S Suonseg uuBuvioqaxuad ueyngeiad 1990, ueBueioqasuad ueyngriad “© _| wOLONAaa - - - NVONVaaaaANad niaienr Nva ‘nvNva ONVAVE TWNINAL | ¥ Selb IVNIWAAL a dan vWwN | ON ‘vouins avHnavisa NVONVAWINGd Ewa HVAV TIAN ISvOT vendeg wundexep usepy dd | Ze 3 _vavsnviad tuna | _ VNVAV ad NVALVS layWns VAdvy Ian pn ‘VISANOGNI HITEANd aS NVONNENHAGd YSLNGIN ONLIAVAd 1dn€ “A . “WOXNH OIE VIVE ‘eduyse uesuop rensas UEUITES waeiuas wound Ip O8eqEA neueg ueynqsied °S oeuiog, reBung ueynqeied “p ayNBIOW, ur edeoy, seBung ueynqeied “€ sieiiy uefiuesaqacuad weynqeiad % wOLONaaE wvavanay NVONVEININGE _VNVSNVTad LIND NVNVAVIdd NVOLVS NVONVeIdaaANGE Nva ‘avNva ‘IVONNS NVHNAV Ta onvave TWNINMaL | V ddl TYNIARSLL adn VAN

You might also like