You are on page 1of 10

Tugas Mandiri Dosen Pengampu

Etika Abdul Hakim, S.Ag., M.Ag.

TANGGUNG JAWAB DAN KEBEBASAN

Oleh:

Ahmad Hadi Irpana 210103030011

Annisa Meilinda 210103030201

Nani Sartika

Muthia Naili 210103030004

Nazwa

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN

Terdapat hubungan timbal balik antara pengertian “kebebasan” dan “tanggung


jawab”, sehingga orang yang mengatakan “manusia itu bebas” maka dengan sendirinya
menerima “manusia itu bertanggung jawab”. Tidak mungkin kebebasan (dalam arti
sesungguhnya) tanpa tanggung jawab dan tidak mungkin tanggung jawab tanpa
kebebasan. Cukup sering kita mendengar orang berbicara tentang “kebebasan yang
bertanggung jawab”, namun sebenarnya ungkapan tersebut adalah tautologi, dimana
pengertian yang satu sudah terkandung dalam pengertian yang lainnya.
Dalam hidup setiap orang kebebasan adalah suatu unsur hakiki. Kesulitannya
baru dimulai bila kita ingin mengungkapkan pengalaman pada taraf refleksi. Seperti
dalam renungannya Augustinus, ia sendiri heran karena sebenarnya ia sudah tahu apa itu
waktu, mengerti bila kita berbicara tentang waktu, dan juga mengerti bila mendengar
orang lain berbicara tentang waktu. Tetapi sebenarnya apa itu waktu? Hal yang sama
dapat dikatakan juga tentang kebebasan. Kalau tidak ada orang yang bertanya apa arti
kebebasan itu, kita yakin kita tahu, karena kita sendiri mengalaminya. Tapi saat ditanya
kita menjadi bingung dan tidak bisa menjawab.
Maksud Augustinus adalah perbedaan antara pengetahuan yang dirumuskan
secara eksplisit dengan pengetahuan yang tinggal implisit saja berupa pengalaman.
Pengalaman itu tidak boleh dicampuradukkan dengan jenis lain, khususnya pengalaman
yang menjadi titik tolak dan fundamen ilmu pengetahuan empiris karena mengacu pada
pengalaman lahiriah dan besifat empiris (berdasarkan fakta yang tampak bagi semua
orang). Dalam arti ini kebebasan tidak pernah dapat ditentukan. Dari kenyataan itu,
ilmuwan menyimpulkan bahwa tidak ada kebebasan, karena mereka hanya melihat satu
pengalaman dan mengabaikan yang lain seperti pengalaman batin. Pengalaman batin
hanya adalah apa yang saya alami tentang diri saya dan tidak pernah terbuka lagi bagi
orang lain.
Pengalaman batin itu menyatakan kebebasan saya. Sehingga seorang filsuf
Perancis, Henri Bergson, merumuskan bahwa fakta tidak mempunyai arti dalam ilmu
empiris dan merupakan data langsung dari pengalaman batin. Bergson mengatakan
kebebasan adalah hubungan antara “aku konkret” dan perbuatan yang dilakukannya.
Tugas filsafatlah secara kritis merefleksikan serta menjelaskan apa yang kita alami
secara spontan. Kebebasan merupakan unsur penting dalam pengalaman kita sebagai
manusia, kebebasan merupakn suatu tema abadi bagi filsafat, yang tidak akan pernah
terbahas sampai habis. Salah satu usaha filsafat yaitu membedakan serta menganalisis
semua arti “bebas” dan menciptakan kejelasan. Kebebasan mempunyai banyak aspek

1
dan banyak karakteristik, suatu realitas yang amat kompleks.

2
PEMBAHASAN
A. Tanggung Jawab
Manusia tidak hidup begitu saja di atas bumi ini. Ia selalu membentuk suatu
pandangan tertentu mengenai dunia, sesama, dirinya sendiri, alam semesta dan bahkan
Tuhan sendiri yang menciptakannya. Ia selalu berusaha menyadari mengenai tugas dan
perannya sebagai manusia di dalam dunia. Kesadaran itu ada karena manusia tahu
bahwa ia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang istimewa. Ia diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah. Ia diberikan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. Semua
itu diberikan agar ia bisa menguasai bumi dan segala isinya dengan memelihara,
merawat, mengembangkannya secara bertanggung jawab.1
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya,
demikian makna tanggung jawab dalam kamus Bahasa Indonesia. Tanggung jawab
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun
yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab
(berbudaya). Manusia bertanggung jawab karena menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya. Ia menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau
pengorbanannya. Apabila ditelaah lebih lanjut, tanggung jawab merupakan kewajiban
atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan kita kepada orang
lain, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain kepada kita.
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan
manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak
mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang
berbuat dan dari sisi yang memiliki kepentingan dari pihak lain. Dari sisi si pembuat ia
harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus
memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau
bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual
maupun dengan cara kemasyarakatan.
Berbicara tentang tanggung jawab manusia menurut al-Qur’an, memperhatikan
surat al-Mukminun ayat 115 ditemukan bahwa manusia adalah makhluk fungsional dan
bertanggung jawab atau dengan kata lain penciptaan manusia bukanlah sebuah kesia-
siaan. Tanggung jawab manusia tersebut meliputi tanggung jawab terhadap Allah Sang
Pencipta, diri pribadi, keluaga, masyarakat, bangsa dan Negara, serta tanggung jawab
terhadap alam.

1
https://ffunwirakupang.ac.id/tanggung-jawab-moril-manusia/
3
Tanggung jawab manusia menurut Seyyed Hossein Nasr meliputi empat
macam, pertama, tanggung jawab manusia kepada Tuhan (hablum minallah) yaitu
tindakan-tindakan ibadah dan pelayanan serta kepatuhan kepada hukum-Nya. Kedua,
tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri ini berkenaan dengan jiwa dan akal
dan berusaha untuk menyelamatkan dan membuat jiwa ini menjadi lebih baik. Ketiga,
tanggung jawab manusia kepada masyarakat (hablum minannas), tanggung jawab ini
terdiri dari segala macam perbuatan mulai dari bekerja dengan jujur untuk membiayai
diri dan keluarga, melakukan perbuatan kedermawanan, menghargai orang lain,
memperkuat ikatan-ikatan kemasyarakatan serta mendukung dan memelihara semua
hasil ciptaan yang positif dalam masyarakat. Dan keempat tanggung jawab manusia
terhadap hewan dan tanaman dan bahkan bagian-bagian alam yang tidak hidup seperti
air, udara, dan tanah.2
Tanggung jawab manusia atas sesama dan alam ciptaan harus berdasarkan
kesadaran moralnya. Tanggung jawab secara moral artinya bahwa manusia dengan
kesadaran kebebasannya memperlakukan ciptaan lain sesuai dengan kehendak Tuhan.
Karena Tuhan telah memberikan kebebasan, maka dibutuhkan hati nurani untuk
menimbang kehendak-Nya dalam diri manusia. Kehendak bebas yang dianugerahkan
Allah kepada manusia dan kebebasan mutlak manusia seringkali disalahgunakan oleh
manusia. Penyalahgunaan kehendak bebaslah yang membuat manusia kehilangan
orientasinya pada Allah. Dengan ini manusia harus dihantar kepada paham Allah yang
melandasi tindakan moralnya.
Sama seperti dalam bahasa di Eropa, dalam bahasa Indonesia kata yang dipakai
untuk “bertanggung jawab” ada kaitannya dengan “jawab”. Bertanggung jawab berarti
dapat menjawab bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang
bertanggung jawab dapat diminta penjelasannya tentang tingkah lakunya dan bukan saja
dia bisa menjawab kalau dia mau, melainkan juga dia harus menjawab. Lebih lanjut,
tanggung jawab moril manusia berarti orang tidak boleh mengelak bila diminta
penjelasan tentang perbuatannya. Ia harus benar- benar bersikap sebagai manusia
ciptaan Tuhan yang memiliki kebebasan yang bertanggung jawab. Tuntutan jawaban
yang diberikannya itu harus ditujukan kepada dirinya sendiri, kepada orang lain atau
sesamanya dan kepada Tuhan. Tanggung jawab moril berarti manusia dengan sungguh-
sungguh menjadi rekan kerja Allah yang setia. Ia taat pada apa yang diperintahkan Allah
dan setia mematuhi larangan-Nya.

2
Absori. Skripsi, Konsep Tanggung Jawab Manusia Menurut Seyyed Hossein Nasr dan
Aktualisasinya dalam Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri
Walisongo, Semarang, 2008, hal. 6
4
Tanggung jawab manusia secara moral atas ciptaan Tuhan menjadi syarat
mutlak untuk mewujudkan kebaikan Allah dalam hidupnya. Moral merupakan tingkah
laku baik manusia kepada diri sendiri, sesama, alam ciptaan lain serta kepada Allah
sebagai sumber kebaikan itu sendiri. Pada dasarnya bentuk tindakan moral manusia
bersumber dalam cinta kasih, keadilan, damai sejahtera, kelemahlembutan, kesabaran
dan kerendahan hati. Cinta kasih merupakan hukum yang paling pertama dan utama.
Cinta kasih Kristiani dipandang sebagai kebajikan terbesar serta menjadi inti dan
puncak atau kepenuhan hidup Kristiani. Dengan melalui kepenuhan Kristiani ini, maka
manusia sebagai umat beriman mewujudkan kebaikan moral yang ada dalam dirinya.
Manusia yang mengejahwantahkan kebaikan moral dalam hidupnya bukanlah sekadar
suatu tindakan alamiah melainkan tuntutan untuk saling melengkapi antara satu dengan
yang lainnya. Kebaikan manusia adalah bagian dari pernyataan dirinya sebagai makhluk
yang diciptakan Allah dengan kondisi “baik adanya”. Dengan demikian, melakukan
kebaikan moral adalah bagian dari pertanggugjawaban manusia kepada Allah.
Tanggung jawab menuntut, di samping kesetiaan terhadap prinsip, juga
perhatian terhadap akibat perilaku kita. Max Weber membuat perbedaan antara etika
sikap dan etika tanggung jawab. Etika sikap merupakan sebuah perbuatan yang
ditentukan oleh maksud atau kehendak si pelaku. Perbuatan bernilai baik, apabila timbul
dari kehendak baik. Sedangkan penganut etika tanggung jawab merasa bertanggung
jawab atas perbuatannya, sejauh ia mampu mengantisipasinya, dan tidak mengalihkan
tanggung jawab kepada yang lain. Kompleksitas dan ketaksempurnaan perilaku
membuat manusia hanya dapat sampai pada tahap mendekati ideal itu. Karena itu,
bertindak tanpa moral di dunia adalah tidak bertanggung jawab. Moral tanpa
mengindahkan kemungkinan- kemungkinan konkret dan resiko-resiko juga tidak
bertanggung jawab.
Tanggungjawab (taklif) adalah landasan kukuh bagi kemanusiaan baik dalam
struktur maupun dalam makna dan kandungannya. Oleh karena itu, tanggung jawab
ditempatkan sebagai lambang bagi ketinggian derajat seorang anak manusia. Hanya
orang yang bertanggungjawablah pantas disebut sebagai manusia sejati, dan memang
kontruks inilah yang membedakan dirinya dari eksistensi makhluk-makhluk lain di luar
dirinya.
B. Kebebasan
Kerancuan mengenai definisi kebebasan menjadi perbincangan yang seakan
tidak ada habis-habisnya agar dapat diselesaikan oleh manusia. Kebebasan menjadi
keinginan yang mutlak bagi manusia dan menjadi persoalan yang diagungkan. Hal ini
dianggap mampu memberikan ruangan bagi manusia untuk mengembangkan dirinya

5
tanpa adanya hambatan.
Kebebasan berarti seseorang tidak dalam keadaan terpaksa atau diam tidak
memiliki daya upaya, tetapi seseorang dikatakan memiliki kebebasan jika dapat
melakukan apa saja yang dinginkan selama masih dalam norma-norma atau peraturan-
peraturan yang telah ada dalam kehidupan pribadi, keluarga , masyarakat, dan Negara.
Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut
semua urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai keinginan,
baik individu maupun kelompok namun tidak bertentangan dengan norma-norma,
aturan-aturan, dan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menjadi saling bertentang
dari kebanyakan orang yang mengkaji arti kebebasan dari sudut pandang berbagai
literatur dan pemikiran-pemikiran ahli mengenai kebebasan tersebut.
Ada dua kelompok ahli teologi yang mengungkapkan tentang masalah
kebebasan atau kemerdekaan menyalurkan kehendak.3 Pertama, kelompok yang
berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan merdeka untuk melakukan
perbuatannya menurut kemauannya sendiri (Qadariyah). Kedua, kelompok yang
berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk melaksanakan
perbuatannya (Jabariyah). Mereka dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan. Dalam
pandangan yang kedua ini manusia tidak ubahnya seperti wayang yang mengikuti
sepenuhnya kemauan dalang. Demikian juga perbedaan pendapat di kalangan para filsuf
mengenai penafsiran kebabasan. Sebagian ahli filsafat seperti Spinoza, Hucs dan
Malebrache berpendapat bahwa manusia melakukan sesuatu karena terpaksa. Sementara
sebagian ahli fisafat lainnya berpendapat bahwa manusia memiliki kekebasan untuk
menetapkan perbuatannya. Kebebasan sebagaimana dikemukakan Ahmad Charris
Zubair adalah terjadi apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi
oleh suatu paksaan dari keterikatan kepada orang lain. Seseorang disebut bebas apabila:
1. Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang akan dilakukannya.
2. Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
3. Tidak dipaksa atau terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya
sendiri ataupun dicegah dari berbuat apa yang dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang
lain, Negara atau kekuasaan apapun.
Dilihat darisegi sifatnya, kebebasan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kebebasan jasmaniah, yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan mempergunakan
anggota badan yang kita miliki.
2. Kebebasan kehendak (rohaniah), yaitu kebebasan untuk menghendaki sesuatu.

3
http://wahyu-dewanto.blogspot.com/2015/10/kebebasan-dan-tanggung-jawab.html?
m=1
6
Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk berpikir.
3. Kebebasan moral yang dalam arti luas berarti tidak adanya macam-macam ancaman,
tekanan, larangan dan desakan yang tidak sampai dengan paksaan fisik.
Manusia yang terlahir dengan berbagai kemampuan dan kesempurnaan dalam diri, tidak
terlepas dari dua unsur penting yakni lahiriah atau jasmaniah dan ruhaniah atau batiniah.
Kedua unsur ini berbeda satu sama lain, ketika jasmaniah terpenuhi dengan berbagai hal
material, maka batiniah bersifat immaterial pada setiap manusia. Kebebasan manusia
yang berasal dari kehewanannya telah bertransformasi dalam kehidupan menjadi sebuah
kemampuan. Hal ini tidak terlepas dari raga sebagai bentuk lahiriah dan jiwa sebagai
bentuk ruhaniah. Kedua hal ini tetap perlu dijaga agar kesempurnaan berupa
kemampuan yang dimiliki manusia tidak berbalik arah menjadi kehinaan dan
keterpurukan.Sejatinya kebebasan dalam menentukan manusia kepada arah yang
diinginkan, hal ini bergantung pada perubahan jiwa manusia yang menuntun dirinya
kepada kecenderungan ke arah kebaikan (taqwa) atau kecenderungan kepada keburukan
(fujur). Dengan demikian, jiwa sebagai ruhaniah manusia telah menjadi titik sentral
kehidupan dan menentukan warna-warni kehidupan manusia dalam kebebasannya. Oleh
karena itu, setiap manusia dalam mencari kebebasan (jati diri) perlu dituntun sesuai
keyakinan yang dianut dan dipercayai, karena setiap hal-hal yang dipercaya akan
membawa jiwa manusia pada arah yang diingikannya.
Islam mengajarkan kebebasan yang bertanggung jawab dan memerhatikan
norma-norma yang berlaku. Dengan kata lain, setiap orang memiliki kebebasan, ia
bebas melakukan apa saja yang dikehendaki selagi ia bisa mempertanggung jawabkan
dan tidak melanggar norma-norma yang ada. Kebebasan manusia sangatlah meluas
tergantung bagaimana kacamata paradigma seseorang dalam memandang. Misalnya
tasawuf mengartikan kebebasan dimana manusia terbebas dari kecenderungan dan
jebakan materi-kebendaan. Dengan dzawq-nya, ia dapat melihat hakikat kebenaran
(mukasyfah/ketersingkapan).
Pemikiran lainnya mengenai kebebasan manusia berasal dari Muhammad
Abduh dalam teologi modern menyatakan bahwasanya manusia bukan hanya memiliki
daya pikir tetapi juga daya bebas dalam memilih sebagai sifat dasar manusia. Beranjak
dari akal inilah manusia memberi pertimbangan apa akibat dari perbuatan yang akan
mereka lakukan sehingga mengambil keputusan dengan kehendaknya dan menjalakan
perbuatan menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya.

7
KESIMPULAN

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan
yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab adalah ciri manusia
beradab (berbudaya). Manusia bertanggung jawab karena menyadari akibat baik atau
buruk perbuatannya. Ia menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau
pengorbanannya. Apabila ditelaah lebih lanjut, tanggung jawab merupakan kewajiban
atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan kita kepada orang
lain, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain kepada kita. Tanggung jawab bersifat
kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab.
Kebebasan memiliki banyak pandangan dalam mendefinisikannya sehingga
kebebasan manusia menjadi masalah mendasar bagi filsafat dan teologi. Hal ini menjadi
masalah dalam filsafat. Kebebasan merupakan hal yang unik dan manusiawi di mana
mahkluk lainnya di antara hewan dan tumbuhan tidak memilikinya.
Konsep kebebasan yang dipandang oleh wilayah barat merupakan hak setiap
individu atau kelompok yang memberikan keleluasan satu sama lain untuk menentukan
kebebasan tersebut. Salah satu bukti fenomena yang menggambarkan penjelasan di atas
yakni Syariat Hindu Brahma, di mana kasta sudra disejajarkan dengan budak yang tidak
memiliki hak-hak sipil meski diketahui bahwasanya mereka juga merupakan warga atau
masyarakat di daerah tersebut. Akan tetapi mereka dianggap najis dan kotor sehingga
tidak level selain para budak.
Dalam Islam sendiri bergerak jauh ke belakang pada masa masuknya Islam di
mana Nabi berserta kaum Muhajirin dan Anshar melakukan sebuah perjanjian tertulis
kepada orang-orang yahudi, dalam hal ini tertulis dalam piagam madinah yang secara
eksplisit telah memiliki nilai-nilai kebebasan. Dalam islam sendiri secara general ada
banyak sekali pandangan mengenai kebebasan. Hanya saja Tuhan memberikan
petunjukkan berupa perintah dan larangan bagaimana penggunaan kekuasaan atau
kehendak kepada manusia. Hal ini memberikan sepenuhnya kepada manusia apakah
akan mengikuti atau tidak petunjukan tersebut. Sebab Tuhan hanya menghendaki hal-
hal yang baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Absori. Skripsi, Konsep Tanggung Jawab Manusia Menurut Seyyed Hossein Nasr dan
Aktualisasinya dalam Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah, Institut Agama
Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2008
Achmad Charris Zubair. Kebebasan Manusia menurut Konsep Islam. Jurnal Filsafat,
Desember 1994
Elvira Purnamasari. Kebebasan Manusia dalam Filsafat Eksistensialisme (Studi
Komparasi Pemikiran Muhammad Iqbal dan Jean Paul Sartre). Manthiq, Vol.
2, No. 2, November 2017
Satar Muhammad, Abdullah, Musafir Pababari. Kebebasan Manusia Dalam
Berkehendak Perspektif Musthafa al-Ghulayaini. Farabi, Volume 19 Nomor 1
(Juni) 2022
http://pku.unida.gontor.ac.id/kebebasan-dalam-islam/
http://wahyu-dewanto.blogspot.com/2015/10/kebebasan-dan-tanggung-jawab.html?m=1
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/makna-tanggung-jawab-dalam-islam/
https://ffunwirakupang.ac.id/tanggung-jawab-moril-manusia/

You might also like