You are on page 1of 13

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT,karena atas perkenanNYA laporan ini bisa dilesaikan.Sertadari kasih
sayangnNYA lah penulis mampu mengerjakan laporan ini dengan membuka pikirantersusunya laporan ini
tepat waktu.

Tujuan dari pembuatn laporan ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Etika danTanggungJawab
Profesi .Tugas ini dimaksud untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah.
Laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Etika dan TanggungJawab Profesi bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yangmembangun akan saya nantikan demi kesempurnaan Laporan ini.Besar harapan penulis semoga
laporan ini dpaat bermanfaat bagi penulis pribadi dan pembacasekalian.

Balunijuk , 2 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... ...........................................

DAFTAR ISI........................................................... ...........................................

BAB I ..................................................................... ...........................................

PENDAHULUAN ................................................. ...........................................

A. Latar Belakang ........................................... …..............................................

B. Tujuan Penulis ........................................... …..............................................

C. Metode ....................................................... ...................................................

BAB II.................................................................... ............................................

PEMBAHASAN ..................................................... ...........................................

A. Sejarah ,Asas dan Sumber Hukum Humaniter. ..............................................

1. Sejarah Hukum Humaniter........................................ .......................................

2. Asas Hukum Humaniter ....................................................... ...........................

3. Sumber Hukum Humaniter ................................................. ............................

4 Tujuan hukum humaniter internasional................................................. ...........

5. Jelaskan jus ad bellum & jus in bello!................................................................

6. Jelaskan prinsip” hukum humaniter internasional.............................................

7. Jelaskan mengenai prinsip pembedaan dalam hukum humaniter......................

8.. Prinsip pembedaan dalam hukum humaniter…………………………........

BAB III .................................................................. ..............................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................ ..............................................


1.1 Latar Belakang

Latar Belakang tersusunya laporan ini adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Etika dan
TanggungJawab Profesi yang merupakan salah satu mata kuliah di program studi S1 Hukum . Dengan ini
Sebagai mahasiswa tentu dituntut mampu memahami dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama
kuliah . Dan tujuan pembuatan laporan ini kuliah ini agar mahasiswa dapat mahami kembali dan
menerapkan hasil yang didapat selama belajar dikampus untuk diterakan di masa yang akan datang. Maka
selain sebagai tugas dari mata kiliah ,namun penulis juga beranggapan bahwa laporan ini bisa menjadi
sarana guna untuk menambahkan wawasan bagi penulis secarapribadi dan bagi pembaca sekalian.

1.2 Tujuan Penulisan

 Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Etika dan TanggungJawab Profesi


 Sebagai saran untuk memahami lebih lanjut tentang materi yang dijelaskan selama pembelajaran
dikampus.

1.3 Metode

Metode penyusunan laporan ini dilakukan dengan cara menguraikan kembali penjelasan –penjelasan dan
materi-materi yang disampikan selama pembelajaran dikampus.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Sejarah ,Asas dan Sumber Hukum Humaniter


1. Sejarah Hukum Humaniter
A.Hukum Perang
Istilah Hukum Humaniter merupakan istilah baru yang mulai dikenal di Indonesia pada akhir
tahun 70-an sehingga mengherangkan apabila masih banyak orang belum mengetahui artinya.
Hukum Humaniter merupakan nama baru untuk Hukum Perang ,salah satu pendapat
mengatakan bahwa Hukum Humaniter merupakan hanya sebagian dari Hukum Perang yang
lazimnya disebut dengan Hukum Jenewa. Hukum Perang merupakan bagian dari Hukum
Internasional .
Kunz berpendapat bahwa Hukum Perang merupakan bagian tertua dari Hukum Internasional
dan yang pertama dikodifikasi .Bagian besar Hukum Perang yang tertulis terdapat dalam
Keempat Konvensi Jenewa 1949 ,yang keseluruhanya terdiri dari 427 pasal.Konvensi ini juga
dikenal dengan na,a Red Cross Conventions karena diprakarsai oleh Internasional Committee
Of the Red Cross (ICRC).
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Hukum Perang salah satunya adalah Prof
.Mochtar Kusumaatmadja beliau tidak memberikan definisi ,ia hanya memberukan pembagian
hukum perang yaitu sebagai berikut :
A. Jus ad bellum yaitu Hukum Tentang Perang ,yang mengatur mengenai hal bagaimana
sebuah Negara dibenarkan untuk menggunkan kekerasan dalam senjata.
B. Jus in bello yaitu Hukum yang berlaku dalam perang ,yang mengatur cara dilakunnnya
perang dan mengatur perlindungan orang-orang yang nenjadi korban perang.1

B.Hukum International Humanitarian Law

Isitilah hukum perang sudah tidak disukai lagi ,tetapi pihak lain masih dianggap perlu
adanya ketentuan-ketentuan yang mengatur pertikaian bersenjata ,walaupun pertikaian
tersebut tidak dinamakan perang .sebagai penganti istilah hukum perang ,dipakai istilah
laws or armed conflicts .
Setelah perang dunia ke dua ,usaha yang dilakukan untuk mengatur perang ,terdesak oleh
suatu usaha dalam melindungi orang-orang dari kekerasan dalam perang .dalam
penyusunan konsepsi-konsepsi ini asas perikemanusiaan mempunya pengarush penting hal
ini dapat dilihat dengan resolusi –resolusi PBB .dengan perekembangan tersebut Istilah
laws of armed conflict juga mengalami perubahan ,dari beberapa resolusi dan koferensi
ditampilkan istilah baru yaitu Internasional Humanitarian Law applicable in Armed
Conflict.Kemudian pada tahun 1974 ,1975,1976 dan 1977 diadakan koferensi yaitu
Diplomatic Conference on the reaffirmation and development og International
Humanitarian Law applicable in Armed Conflicts.2

1
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta PT RajaGrafindo,hlm 1-7
2
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta PT RajaGrafindo,hlm 13-17
Setelah itu munculah istilah baru yang memperlihatkan pengarus dari asas humaniter
dalam penyusunan hukum yang mengatur armed conflicts yaitu International Humanitarian
Law applicable in Armed Conflicts yang sering disingkat International Humanitarian Law
.
Istilah yang telah disingkat inilah yang di dalam bahasa Indonesia biasanya di sebut
dengan Hukum Humaniter.

Prof.Mocthar Kusumaatmadja juga berpendapat didalam salah satu ceramahnya beliau


mengemukakan sebagai berikut:
Humanitarian law itu merupakan sebagian dari hukum perang yang mengatur ketentuan-
ketentuan perlindungan korban perang berlainan dengan bagian hukum perang yang mengatur
peperangan itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu
,misalnya senjata-senjata yang dilaarang.Dengan Demikian
Ketentuan-ketentuan hukum atau Konvensi Jenewa identic atau sinonim dengan hukum atau
konvensi humaniter,sedangkan Hukum Perang atau konvensi-konvensi Den Haag mengatur
tentang cara berperang .3

C. Pengertian Hukum Humaniter Internasioanl


1. Menurut Jean Pictet yaitu Hukum Humaniter Internasional dalam arti luas adalah suatu
ketentuan hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang memeberikan rasa
hormat pada individu maupaun kesehjahteraanya
2. Menurut Geza Herzegh yaitu bagian dari ketentuan hukum internasional public yang
memebrikan perlindungan kepada individu pada waktu terjadinya konflik bersenjata
.Sebagoannya dari norma hukum perang pada hubunganya dengan memeberikan
pertolongan kepada mereka yang terlukan dan sakit.
3. Menurut F.Sugeng Istanto yaitu Hukum Humaniter Internasional merupakan ketentuan
hukum yang merupakan bagian hukum internasioanl public yang mengatur tingkah
laku manusia dalam perperangan bersenjata yang didasarkan pada pertimbangan
kemanusia dengan tujuan melindungi manusia .4

2. Asas Hukum Humaniter


Dalam Hukum Humaniter dikenal Tiga(3) asas Utama ,yaitu :
A. Asas Kepentingan Militer (military necessity)yaitu pihak yang bersengketa dibenarkan
menggunkan kekerasan untuk menundukan tawan /lawan demi tercapainya tujuan dan
keberhasilan dalam perang.
B. Asas Kemanusiaa (humanity),yaitu pihak yang bersengketa harus memperhartikan
perikamnusiaan dimana mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang
menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.

3
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta, PT RajaGrafindo,hlm 30-31
4
Ria Wierna Putri ,Hukum Humaniter Internasional,Bandar Lampung ,Universitas Lampung, 3-4
C. Asas Kesatriaan (Chivairy),yaitu didalam perang kejujuran merupakan hal yang
diutamakan .Penggunaan alat-alat yang dilarang atau yang tidak terhormat dan berbagai
masam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat dilarang .5

3. Sumber-Sumber Hukum Internasional


Dapat ditemukan dalam tiga sumber berbeda yaitu:
A. Perjanjian
Sumber hukum perjanjian merupakan yang paling relavan yang berlaku dalam konflik
bersenjata.Misalnya dalam situasi konfluk bersenjata internasional sumber teroentingnya
yang berlaku adalah empat Konvensi Jenewa 1949.Protokol Tambahan 1 dan berbagai
perjanjian senjata ,seperti Konvensi Senjata Konvensional Tertentu 1980 atau konvensi
Bom Curah 2008.
Perjanjian HHI yang berlaku dalam konflic bersenjata non-internasional kurang
berkembang secara signifikan.6

Sumber Hukum internasional dalam bentuk perjanjian internasional tersebut dibagi


menjadi dua ,yaitu sumber hukum humaniter utama dan sumber-sumber hukum lainya
.Sumber hukum humaniter yang utama terdiri dari :
1. Hukum Den Haag yang mengatur mengenai cara dan laat berperang .Hukum Den Haag
terdiri dari:
a. Konvensi Den Haag ,1899
Konvensi Den Haag 1899 merupakan Koferensi Perdamian 1 di Den Haag 18 mei
– 29 Juli .konvensi ini berlangsung selama 2 bulan dan menghasilkan tiga(#)
konvensi dan tiga (3) deklarasi pada tangga; 29 Juli 1899 .
A. Tiga konvensi tersebut adalah:
1. Konvensi 1 tentang Penyelesaian Damai Persengketan Internasional
2. Konvensi II tentang Hukum dan Kebiasaan Perang Di Darat
3. Konvensi III tentang Adaptasi asas-asas konvensi Jenewa tanggal 22 Agustus
1864 tentang Hukum Perang di laut.
B. Tiga Deklarasi yang dihasilkan adalah :
1. Melarang penggunaan peluru dum-dum (peluru-peluru yang bungkusnya
tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat pecah dan membesar
dalam tubuh manusia)
2. Peluncuran proyektii-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon,selama
jangka lima tahun yang berakhir ditahun 1905 juga dilarang.
3. Penggunaan proktil=proyektil yang menyebabkan gas-gas cekik dan
beracun dilarang.7
b. Konvensi-Konvensi Den Haag 1907

5
Ria Wierna Putri ,Hukum Humaniter Internasional,Bandar Lampung ,Universitas Lampung,hlm 11
6
Nils Melzer,Hukum Humaniter Internasional ,Jakarta Selatan ,icrc,hlm22-24
7
Ria Wierna Putri ,Hukum Humaniter Internasional,Bandar Lampung ,Universitas Lampung,hlm 7
Yang merupakan hasil Konferensi Perdamian ke II sebagai kelanjutan dari
koferensi perdamian I tahun 1899 di Den Haag .Konvensi yang dihasilkan di
koferensi perdamian II di Den Haag adalah :
1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional
2. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam Menuntut
pembayaran Hutang yang berasal dari perjanjian perdata.
3. Konvensi III tentang Cara Memulai Peperangan .
4. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat dilengkapi dengan
Peranturan Den Haag.
5. Konvensi V tentang Hak-hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Netral
dalam Perang di Darat.
6. Konvensi VI tentang Status Kapal Dagang Musuh pada saat Permulaan
Perperangan.
7. Konvensi VII tentang Status Kapal Dangan menjadi Kapal Perang.
8. Konvensi VIII tentang Penempatan ranjau Laut Otomatis didalam laut.
9. Konevensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di waktu perang.
10. Konvensi X tentang Adaptasi asas-asas Konvensi Jenewa tentang Perang di
laut.
11. Konvensi XI tentang Pembatasan tertentu terhadap penggunaan Hak
Penangkapan dalam Perang Angkatan Laut.
12. Konvensi XII tentang Mahkamah barang-barang sitaan.
13. Konvensi XIII tentang hak-hak dan lewajiban Negara netrak dalam perang
dilaut.8
c. Hukum Jenewa didalam Konvensi –Konvensi Jenewa tahun 1864 yang mengalami
perubahan pada tahun 1906 dan 1929 dan Konvensi Jenewa 1949 beserta Protokol
I dan II 1977
1. Konvensi Jenewa 1864
Merupakan perjanjian internasional hukum humaniter internasional pertama
yang menetapkan perlindungan pada korban perang .konvensi ini bertujuan
untuk melindungi korban perang yang terlukan di medan perang ,baik itu
personil dan kesatuan medic beserta peralatanya.selain itu perjanjian ini juga
mengatur tingkah laku orang sipil dalam pertikaian bersenjata beserta
perlindungannya.9
2. Konvensi Jenewa ,1949
Konvensi jenewa 1949 ini selain mengenai perlindungan korban perang yang
dikenal dengan nama konvensi-konvensi palang Merah ,konvensi ini terdiri dari
Empat(4) Konvensi yaitu berupa:

8
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta, PT RajaGrafindo,hlm 46-47
9
Ria Wierna Putri ,Hukum Humaniter Internasional,Bandar Lampung ,Universitas Lampung,hlm 9
1. Konvensi Jenewa I untuk Perbaikan Keadaam yang luka dan Sakit dalam
Angkatan Perang di Medan Pertempuran Darat:
2. Konvensi Jenewa II untuk Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Perang di
Laut yang Luka,Sakit dan Korban Karam;
3. Konvensi Jenewa III mengenai Perlakuan Tawanan Perang;
4. Konvensi Jenewa IV ,mengenai Perlindungan orang sipil di waktu Perang.10

C. Protokol Tambahan 1977


Protocol ini digunakan untuk menambah atau menyempurnakan isi dari
konvensi Jenewa 1949 .dan prinsip-prinsip dalam konvensi jenewa masih tetap
berlaku .
Protocol ini terdiri dari 2 buku yaitu:
1. Protokol I ,yang mengatur mengani perang/konflik bersenjata yang bersifat
internasional yaitu perang/konflik bersenjata antarnegara.
2. Protokol II ,yang mengatur mengenai perang?konflik bersenjata yang
sifatnya noninternasional ,yaitu perang/konflik bersenjata ysng terjadi
diwilayah salah satu pihak peserta antara pasukannya dengan pasukan
pembangkang atau pemberontak.11

B. Kebiasaan
Bahwa badan hukum ini dinamis yang terus berkembang seiring dengan Pratik Negara dan
opini hukum. Fakta bahwa hukum kebiasaan tidak tertulis tidak berarti bahwa hukum
tersebut kurang mengikat dibandingkan dengan hukum perjanjian.Perbedaanya terletak
pada sifat sumbernya ,bukan pada kekuatan mengikat dari kewajiban yang ditimbulkan
.MIsalnya ,Mahkamah Militer Internasional di Nuremberg dalam persindangan setelah
Perang Dunia II,tidak hanya memastikan bahwa Peraturan Den Haag 1907 sendiri telah
mencapai sifat kebiasaan dan mengikat semua negara terlepas dari ada atu tidaknya
raltifikasi dan timbal balik atau resiprositas ,tetapi juga bahwa individu dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana dan dihukum karena kebiasaan internasional.12

C. Sumber Hukum Humaniter Lainya


1. Deklarasi Paris (16 April 1856) mengatur perang dilaut yang dirumuskan
berdasarkan pengalaman perang krim(1864)

10
Ria Wierna Putri ,Hukum Humaniter Internasional,Bandar Lampung ,Universitas Lampung,hlm 9 -10

11
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta, PT RajaGrafindo,hlm 49-50

12
Nils Melzer,Hukum Humaniter Internasional ,Jakarta Selatan ,icrc,hlm 30
2. Deklarasi St.Petersburg (29 November – 11 Desember 1868) melarang
penggunaan peluru-peluru yang memiliki benda keras dipermukaanya
sehingga tutupnya dapat meledak.
3. Rancangan Peraturan Den Haag tentang Perang di Udara (1923)
Mengatur tentang pengunaan pesawat udara dengan segala peralatan yang
dimiliki didalam pertempuran.
4. Protokol jenewa (17 juni 1925) pelarangan penggunaan gas cekik dan
macam-macam gas lainya dalam perperangan.
5. Protoko; London ( 6 November 1936 ) peraturan penggunaan kapal selam
dalam pertempuran.
6. Konvensi Den Haag 1954 Perlindungan benda-benda budaya pada waktu
pertikaian bersenjata.
7. Konvensi Senjata Konvensional tertentu 10 Oktober .larangan atau
pembatasan penggunaan sejata konvensional tertentu yang mengakibatkan
penderitaan berlebihan.13

D. Tujuan hukum humaniter internasional


1. Memberikan perlindungan dan pertolongan pada mereka yang menderita dan menjadi
korban perang ,baik mereka yang secara nyata /aktif turut dalam permusuhan (Kombat)
maupun mereka yang tidak turut serta dalam permusuhan (penduduk sipil)
2. Menjamin hak-hak asasi tertentu dari orang yang jatuh ke tangan musuh
3. Membatasi kekuasaan pihak yang berperang
4. Memungkinkn dikembalikannya perdamian

E. Jelaskan jus ad bellum & jus in bello


Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja
1. Jus ad bellum ,yaitu hukum tentang perang ,yaitu hukum yang mengatur dalam hal
bagaimana Negara dibenarkan menggunakan kekerasan senjata.
2. Jus in bello ,yaitu hukum yang berlaku dalam perang yang mengatur cara dilakunnya
perang yang bias any adisebut( Hague Laws) dan mengatur perlindungan orang-orang
yang menjadi korban perang yang lazimnya disebut( Geneva Laws)14

13
Ria Wierna Putri ,Hukum Humaniter Internasional,Bandar Lampung ,Universitas Lampung,hlm 9 -10
14
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta, PT RajaGrafindo,hlm 6
F. Jelaskan prinsip” hukum humaniter internasional
1. Prinsip Pembatasan yiatu menghendaki pembatasan terhadap sarana dan alat serta cara
dan metode berperang yang dilakukan pihak yang bersengketa .
2. Prinsip Proporsionalitas yaitu kerusakan yang ditimbulkan tidak boleh berlebihan
,kerusakan yang akan diderita oleh penduduk tetap harus proporsionalitas sifatnya dan
tidak berlebihan dalam kaitan dengan diperolehnya .15

G. Apa yang dimaksud dengan prinsip pembatasan


Merupakan prinsip dalam hukum humaniter yang membedakan atau membagi penduduk
dari suatu Negara yang sedang berperang ,atau sedang terlibat dalam konflik
bersenjata,dalam dua golongan besar yakni :
1. Kombatan
2. Penduduk Sipil/Non Kombatan
1. Kombatan sendiri merupapakan golongan penduduk yang secara aktif turut serta
dalam pertempuran.
2. Penduduk Sipil/Non Kombatan golongan penduduk yang berhak untuk turut
dalam suatu pertempiran .
Tujuan dibedakan adalah untuk melindungi dan saat mereka menjadi jatanan
perang (musuh) tau mana yang dijadikan objek sipil dam Konflik bersenjata .
a. Konvensi Den Haag 1907
Di dalam artikel I dari HR tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Hukum,Hak dan Kewajiban tidak hanya berlaku bagi tentara ,tapi juga berlaku bagi milisi
dan korps sukarela yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Dipimpin oleh seseorang yang bertanggungjawab atas bawahannya.
2. Mempunyai tanda pengenal tanda pengenal yang melekat ,yang dapat lihat dari jauh.
3. Membawa senjata secara terbuka.
4. Melakukan operasinya sesuai dengan hukum dan kebiasaan perang.
Didalam artikel II ini menyangkut apa yang dikenal dengan istilah Leve en masse .jadi
persyaratan yang harus dipenuhi suapaya diakui sebagai levee en masse adalah :
1. Penduduk dari wilayah yang belum diduduki;
2. Secara spontan mengangkat senjata;
3. Tidak ada waktu untuk mengatur diri;
4. Mengindahkan hukum perang ;
5. Membawa senjata secara terbuka .

Didalam artikel ke III dinyatakan bahwa angkatan bersenjata dari pihak berperang dapat
terdiri dari kombat dan non-kombat .apabila tertangkap oleh musuh,kedua0keduanya
harus diperlakukan sebagai tawanan perang ( non-kombat yang dimaksud adalah bukan
penduduk sipil melainkan bagian dari angkatan bersenjata )

15
Ahmad ruhardi dkk,Hukum Humaniter, bandung, Widina Bhakti Persada Bandung,hlm 10
Berdasarkan artikel I,II,III menurut HR golongan yang secara aktif dapat turut serta
dalam permusuhan adalah:

1. Tentara
2. Milisi dan volunteer corps(yang memenuhi persyaratan)
3. Leve en masse( yang memenuhi persyaratan )

Perlu diketahui didalam pasal 2 Hague Convention IV menyebutkan bahwa” ketentuan yang terdapat
dalam Hague Regulations ,maupun yang terdapat didalam konvensi ini,tidak berlaku mengikat selain
semua pihak-pihak penanda tangan dan hanya apabila semua pihak berperang adalah pihak dalam kovensi
ini”.16

b. Konvensi Jenewa 1949


Didalam Konvensi 1,2,3 ada artikel yang berhubungan dengan distinction principle,yaitu
artikel 13 dalam konvensi 1-2 dan artikel 4 dalam konvensi 3.
Ketiga artikel tersebut sama bunyinya .
Artikel 13 menentukan kategori
1. Anggota angkatan bersenjatadari pihak bertikai dan anggota milisi atau korps sukarela
yang merupakanbagian dari angkatan bersenjata.
2. Anggota dari milisi lain dan korps sukarela lain.termasuk anggota gerakan perlawanan
yang teratur yang menjadi bagian dari pihak yang bertikai .baik itu didalam wilayah
maupun diluar wilayah mereka ,sekalipun wilayah tersebut telah diduduki ,selama
mereka memenuhi syarat-syarat yaitu:
a. Dipimpin oleh orang yang bertanggungjawab atas bawahan;
b. Mempunyai tanda tertentu yang tampak dari jauh;
c. Membawa senjata secara terbuka
d. Melakukan operanya sesuai dengan hukum perang.
Artikel 4 kovensi III masih ditambah dengan sub B,yang berbunyi sebagai berikut:
1. Orang-orang yang termasuk angkatan bersenjata dari Negara yang telah
diduduki ,apabila Negara yang menduduki menganggap perlu dunuk melawan
mereka;
2. Orang-orang yang termasuk kategori yang disebut didalam artikel ini,yang telah
diterima oleh Negara netral di wilayah mereka dan dimana Negara-negara
tersebut menganggap perlu untuk menawan mereka berdasarkan hukum
internasional.17
Didalam artikel tersebut tidak terdapat istilah kombat melainkan adalah
golongan-golongan yang mendapat perlindungan .ketentuan dalam Konvensi
Jenewa ini lebih luas dari pada ketentuan HR 1907 .Didalam konvensi Jenewa
yang baru yaitu dimasukannya organized resistance movement yang

16
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta, PT RajaGrafindo,hlm 76-79

17
Umar Suryadi Bakry ,Hukum Humaniter Internasional,Jakarta Prenamedia group,hlm 65
re no sources in the current document.
beroperasi baik didalam maupun diluar wilayah mereka sekalipun wilayah
tersebut tekah diduduki.

c. Pengaturan dalam protocol tambahan 1977


Protocol ini merupakan penyempurnaan ,baik dari hague Convention IV-1907
maupun dari Geneva Convention 1949 .dan didalam artikel ini memberikam
definisi baru angkatan bersenjata dan kombat yang diatur didalam pasal 43 dan
44
1. Angkatan bersenjata dari pihak yang bertikai terdiri dari angkatan bersenjata
yang terorganisasi ,group dan unit yang berbeda dibawah komando yang
bertanggungjawab atas kelakuan anak buahnya kepada pihak tersebut
sekalipun pihak itu diwakili oleh pemerintah ataupun penguasa yang tidak
diakui oleh pihak lawan.18
2. Anggota angkatan bersenjata dari pihak yang bertikai adalah kombat ,yaitu
mereka berhak untuk ikut serta secara langsung dalam permusuhan.
3. Apabila salah satu pihak yang bertikai memasukkan sebuah kesatuan para
militer atau penegak hukum dalam angkatan bersenjata mereka ,mereka
wajib memberitahukan hal ini kepada pihak-pihak lain yang bertikai.
Artikel 44 mengatur tentang kombat dan tawanan perang .
1. Setiap kombat yang jatuh ketangan pihak lawan ,akan menjadi tawanan
perang.
2. Sekalipun semua kombat harus menaati ketentuan hukum internasional
yang berlaku dalam pertikaian bersenjata ,namun pelanggaran ketentuan
tersebut tidak akan menghilangkan haknya untuk menjadi kombat atau
apabila ia jatuh dalam kekuasaan pihak lawan dari haknya menjadi
tawanan perang .
3. Untuk melindungi penduduk sipil dari akibat permusuhan,kombat harus
membedakan diri dari penduduk sipil pada waktu mereka sedang
menyertang atau didalam suatu operasi militer yang mendahului
serangan tersebut.IA akan tetap memperoleh statusnya sebagai kombat
asal dalam keadaan disebut ia membawa senjata secara terbuka.
4. Seorang kombat yang jatuh ketangan lawan sedangkan ia tidak
memenuhi persyaratan akan kehilangan haknya sebagai tawanan perang
,tapi ia kaan diberikan perlindungan yang sama dalam segala aspek.19

18
Umar Suryadi Bakry ,Hukum Humaniter Internasional,Jakarta Prenamedia group,hlm 60
19
Haryomataram,Kushartoyo,Pengantar Hukum Humaniter,Jakarta, PT RajaGrafindo,hlm 82-84

You might also like