You are on page 1of 18

MAKALAH

RUANG LINGKUP KORUPSI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. ALEX NURMANSYAH
2. EVITA NURYANTI
3. GADING CAHYONO

MK : PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DOSEN PENGAMPU:
JOHAN EFENDI, M.Pd.

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH MISBAHUL ULUM


(STIT-MU) GUMAWANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Ruang Lingkup
Korupsi" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti
Korupsi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Johan Efendi selaku guru
Mata Kuliah "Pendidikan Anti Korupsi". Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya, sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, saran dan kritik dari
Anda, Kami tunggu untuk perbaikan makalah ini.

Belitang, 14 Oktober, 2021

Penyususun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi........................................................................................3

B. Pemberian Pendidikan Antikorupsi Bagi Mahasiswa.................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi, suatu hal yang sedang merajalela di Indonesia dan hingga kini
belum bisa diberantas secara tuntas. Apabila melihat sejarah korupsi di Indonesia,
bahkan hal ini sudah terjadi sejak zama pra kemerdekaan. Menurut Puspito & Tim
Penyusun (2011: 30-34), korupsi pada zaman pra kemerdekaan di Indonesia
pertama terjadi sejak masa pemerintahaan kerajaan, hal tersebut ditandai dengan
kehancuran kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram.
Kemudian korupsi berlanjut pada masa kolonial Belanda dengan datangnya VOC
di Indonesia pada tahun 1755. Namun, tidak berhenti disitu saja, pada zaman
pasca kemerdekaan tindak pidana korupsi terus berlanjut di negeri ini, baik pada
masa orde lama, orde baru, reformasi, dan hingga sekarang.
Maraknya korupsi di Indonesia bukan lagi disebut membudaya, tapi sudah
menjadi suatu seni, yaitu seni berkorupsi. Meraup uang negara merupakan hal
yang mudah saja dilakukan oleh para koruptor, tinggal bagaimana cara mereka
untuk mengemas hasil korupsi tersebut agar tidak tercium oleh KPK. Bahkan
dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi
suatu life style atau gaya hidup (Achmad, 2012). 1Lebih lanjut lagi
Hikmawan (2007) menyebutkan bahwa, “berdasarkan hasil survei tahun
2004, Political And Economic Risk Consultancy Ltd. (PERC) menyatakan bahwa
korupsi di Indonesia menduduki skor 9,25 di atas India (8,90), Vietnam (8,67),
Filipina (8,33), dan Thailand (7,33). Artinya, Indonesia masih menjadi negara
terkorup di Asia”. 2

1
Achmad, Y. 2012. Bagaimana Memberantas Korupsi? Inilah Caranya. (Online), (http://www.wasathon.com), diakses 12 Oktober
2012.
2
Hikmawan, R. 2007. Strategi Pemberantasan Korupsi Melalui Sisdiknas: Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Pendekatan Preventif Partisipatif. (Online), (http://pelajarislam.wordpress.com), diakses 12 Oktober 2021.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa Definisi/Pengertian dari Korupsi?

b. Mengapa perlu memberikan Pendidikan Antikorupsi pada mahasiswa?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Menurut Puspito & Tim Penyusun (2011: 23-24), kata “korupsi” berasal
dari bahasa Latin “corruptio”. Secara harafiah, arti kata korupsi adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
dan penyimpangan dari kesucian Di Malaysia korupsi disebut dengan “rasuah”
yang berasal dari bahasa Arab “risywah”, kata tersebut memiliki arti suap
menyuap yang identik dengan memakan barang yang diharamkan oleh
Allah SWT. Mencari suap, menyuap dan menerima suap adalah haram, begitu
juga dengan mediator antara penyuap dan yang disuap.3
Korupsi atau rasuah atau mencuri ( bahasa Latin: corruptio dari kata
kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok, mencuri, maling) adalah sebuah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak
legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Korupsi adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan moral. Korupsi
adalah suatu perilaku yang dengan sengaja memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu kelompok dengan cara yang menyimpang dan illegal,
dimana perilaku tersebut merugikan negara atau pemerintah atau rakyat atau
sebuah instansi.
Korupsi, suatu hal yang sedang merajalela di Indonesia dan hingga kini
belum bisa diberantas secara tuntas. Apabila melihat sejarah korupsi di Indonesia,
bahkan hal ini sudah terjadi sejak zama pra kemerdekaan. Menurut Puspito & Tim
Penyusun (2011: 30-34), korupsi pada zaman pra kemerdekaan di Indonesia
3
Puspito, N & Tim Penyusun. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemendikbud.

3
pertama terjadi sejak masa pemerintahaan kerajaan, hal tersebut ditandai dengan
kehancuran kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram.
Kemudian korupsi berlanjut pada masa kolonial Belanda dengan datangnya VOC
di Indonesia pada tahun 1755. Namun, tidak berhenti disitu saja, pada zaman
pasca kemerdekaan tindak pidana korupsi terus berlanjut di negeri ini, baik pada
masa orde lama, orde baru, reformasi, dan hingga sekarang.
Hukum adalah satu-satunya alat negara untuk menindak para koruptor demi
rasa keadilan dan kesinambungan pembangunan negeri ini. Namun, hukum
menjadi tidak efektif karena beberapa kendala sosiologis. Adapun kendala
sosiologis tersebut seperti keterpasungan pemerintahan baru dalam warisan
birokrasi lama yang masih korup, orientasi tindakan anti-korupsi yang kurang
preventif ke depan yang lebih untuk memuaskan hati atau membalas dendam ke
masa lalu dan lawan-lawan politik, kurangnya keteladanan tokoh elite
politik puncak untuk terbuka diperiksa atau diteliti asal-usul
kekayaannya, serta lemahnya kerja sama di kalangan pemimpin yang
menyatakan diri sebagai reformis di dalam memberantas korupsi. Oleh karena
itu, menjadi amat jelas bila cita-cita memberantas korupsi tidak lagi dapat
diletakkan h anya di pundak para elite pemimpin Indonesia. Demikian juga
hokum positif dan lembaga penegak hukum formal tidak dapat dikatakan
menjadi satu-satunya wadah untuk mengadili koruptor.
Dari keadaan yang terurai di atas, kini kesadaran dan partisipasi masyarakat
menjadi salah satu alternative pemecahan lingkaran setan korupsi. Kesadaran dan
partisipasi masyarakat merupakan satu bentuk kekuatan yang dalam banyak hal
telah terbukti mencegah dan mereduksi berbagai epidemi sosial, seperti masalah
kriminalitas. Bila seluruh lapisan masyarakat sepakat bahwa korupsi juga
merupakan penyakit sosial yang baik langsung maupun tidak langsung merugikan
kepentingan masyarakat luas, amat masuk akal bila kesadaran masyarakat luas
dimobilisir untuk memerangi korupsi. Ada banyak bentuk untuk
mentransformasikan partisipasi dan kesadaran masyarakat ini ke dalam bentuk-
bentuk konkret pemberantasan korupsi, salah satunya adalah memberikan bekal
Pendidikan Antikorupsi kepada masyarakat khususnya penerus generasi bangsa,
salah satunya yaitu mahasiswa sebagai ujung tombak pewaris negeri ini, yang

4
nantinya akan menggantikan posisi para pejabat Negara dan memimpin
pemerintahan. Pemberian Pendidikan Antikorupsi kepada masyarakat, khususnya
mahasiswa tersebut merupakan salah satu usaha preventif memberantas korupsi
yang diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Partisipasi masyarakat
dalam usaha preventif ini dapat dijadikan sebagai suatu usaha prioritas mengingat
ketidakberdayaan hukum di Indonesia dalam memberantas korupsi. Selain
itu,United Nations Against Corruption (UNCAC) mengemukakan kelebihan usaha
preventif (pencegahan) dibandingkan usaha represif (penanganan) dalam
memberantas korupsi, dua di antaranya adalah dampak korupsi yang sangat luas
tidak dapat ditanggulangi melalui pendekatan represif semata dan di dalam sistem
peradilan yang masih rentan atas korupsi, tindakan represif tidak akan berfungsi
optimal (Kejaksaan Republik Indonesia, 2009).
Pernyataan mengenai usaha preventif di atas juga didukung oleh
Barda Nawawi Arief, seorang pengamat korupsi, dalam testimoninya yang
menyebutkan bahwa (dikutip dalam Nagara, 2012),Strategi dasar penanggulangan
korupsi bukan pada penanggulangan korupsi itu sendiri melainkan pada
penanggulangan ‘kausa dan kondisi yang menimbulkan terjadinya korupsi’.
Penanggulangan korupsi lewat penegakan hokum pidana hanya
merupakan ‘penanggulangan simptomatik’; sedangkan penangggulangan kausa
dan kondisi yang menimbulkan terjadinya korupsi merupakan penanggulangan
kausatif. Oleh karena uraian hal-hal di ataslah, penulis menuangkan
pemikirannya mengenai pemberantasan korupsi dalam makalah dengan
memilih judul Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi Sebagai
Salah Satu Usaha Preventif Pemberantasan Korupsi.
Selanjutnya, terdapat beberapa pengertian lain di Indonesia yang berkaitan
dengan korupsi, yaitu:

a. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan


untuk kepentingan sendiri dan sebagainya.
b. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya.
c. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

5
Selain itu, Pratiwi (2011) menyebutkan dua pengertian korupsi
dari Transparency International dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
MenurutTransparency International, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politi si maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercayakan kepada mereka.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Di samping itu, berdasarkan Undang-
Undang RI No. 31 Tahun 1999 Pasal 3, hukuman tindak pidana korupsi
dijatuhkan kepada “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”.4
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa korupsi
adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan amoral. Korupsi adalah suatu
perilaku yang dengan sengaja memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
kelompok dengan cara yang menyimpang dan illegal, dimana perilaku tersebut
merugikan Negara atau pemerintah atau rakyat atau sebuah instansi. Korupsi
dipandang haram dalam agama Islam, dan korupsi juga merupakan hal yang
melanggar hukum, dimana para pelaku korupsi harus dikenakan hukuman pidana
sesuai peraturan dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999.

Terdapat 6 (Enam) bentuk-bentuk korupsi menurut KPK (2006), keenam


bentuk korupsi tersebut yaitu:

a. Perbuatan melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan

keuangan/perekonomian negara.

4
Pratiwi, I. 2011. Upaya Prefentif dan Rehabilitatif Tindak Korupsi Lembaga Pemerintahan Indonesia. (Online),

(http://blog.student.uny.ac.id), diakses 12 Oktober 2021

6
b. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/ kedudukan yang dapat

merugikan keuangan/perekonomian negara.

c. Penggelapan dalam jabatan.

d. Pemerasan dalam jabatan.

e. Tindak pidana yang berkaitan dengan pemborongan.

f. Delik gratifikasi.

Berikut adalah penjelasan dari masin-masing bentuk korupsi.

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Korupsi

No Bentuk Korupsi Perbuatan Korupsi


.
a. Secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau korporasi.
1 Kerugian Keuangan b. Dengan tujuan menguntungkan diri
Negara sendiri atau orang lain atau korporasi,
menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada.

a. Memberi atau menjanjikan sesuatu


kepada Pegawai Negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud
supaya berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya.
b. Memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara.
c. Memberi atau menjanjikan sesuatu
2 Suap Menyuap kepada advokat untuk menghadiri
sidang pengadilan dengan maksud

7
untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan,
berhubung dengan perkara.
d. Hakim yang menerima hadiah atau
janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk memepengaruhi
putusan perkara.

a. pegawai negeri atau orang selain


3 Penggelapan dalam pegawai negeri yang ditugaskan
Jabatan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya, atau
uang/surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain atau
membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut.
b. Pegawai negeri atau orang selain
pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan, merusakkan atau
membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat atau daftar yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan
di muka pejabat yang berwenang, yang
dikuasai karena jabatannya.

8
a. Pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, atau
Pemerasan dengan menyalahgunakan
4 kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan
potongan atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
a. Pemborong, ahli bangunan yang pada
waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada
Perbuatan Curang waktu menyerahkan bahan bangunan,
5 melakukan perbuatan curang yang
dapat membahayakan keamanan
orang atau barang, atau keselamatan
negara dalam keadaan perang.
b. Setiap orang yang pada waktu
menyerahkan barang keperluan TNI
atau Kepolisian Negara RI melakukan
perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara
dalam keadaan perang.

a. Setiap gratifikasi kepada pegawai


negeri atau penyelenggara dianggap
6 Gratifikasi pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban
tugasnya.

9
B. Pemberian Pendidikan Antikorupsi Bagi Mahasiswa
Mahasiswa merupakan salah satu pilar penting dalam membangun bangsa.
Potensi dan energi yang dimiliki oleh generasi muda (mahasiswa) menjadi sebuah
keistimewaan tersendiri dibanding kaum lainnya. Sebagai pewaris sah negeri
ini mahasiswa memiliki kewajiban untuk turut andil dalam setiap upaya perbaikan
bangsa. Dalam perjuangan kaum muda mahasiswa senantiasa berada di garda
terdepan. Akan tetapi mahasiswa yang terlibat aktif dan ikut turun kejalan dalam
usaha pemberantasan korupsi masih belum representatif. Seharusnya ini menjadi
sebuah catatan penting bagi semua, karena begitu pentingnya peranan mahasiswa
sebagai generasi pelanjut. Mahasiswa memiliki potensi positif dan negatif.
Positifnya mahasiswa bisa menjadi actor pemberantasan korupsi tapi negatifnya
mahasiswa bisa saja menjadi pelaku korupsi dimasa datang.
Menurut Qalbi (2011), berkaca dari usaha pemberantasan korupsi
yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, mahasiswa terkesan dipinggirkan
dan dipandang sebelah mata. Padahal sekali lagi mahasiswa adalah pewaris sah
negeri ini mereka menjadi salah satu pilar bahkan penentu keberlangsungan
bangsa dimasa mendatang. Pertama, mahasiswa adalah golongan yang
dipersiapkan untuk mengisi lapisan kekuasaan. Kedua, kebanyakan struktur
ekonomi akan diisi oleh mahasiswa. Ketiga, mahasiswa adalah golongan
terdidik dan sebagian dipersiapkan untuk menjadi pendidik.5
Begitu besarnya peranan mahasiswa dimasa mendatang seharusnya menjadi
perhatian khusus oleh pemerintah terutama dalam hal pemberantasan korupsi.
Usaha pemberantasan korupsi melalui perbaikan dan penguatan peran para
penegak hukum serta reformasi sistem pemerintahan harusnya juga diiringi
dengan usaha pencegahan. Mahasiswa memiliki potensi besar untuk
melakukan korupsi sekaligus meberantas korupsi dimasa mendatang. Oleh karena
itu pemberdayaan mahasiswa dalam hal pemberantasan korupsi adalah kunci
tindakan preventif (pencegahan) yang harus dilakukan.

5
Qalbi, A. 2011. Mahasiswa dan Tindakan Preventif (Pencegahan) Korupsi: Refleksi Hari Anti Korupsi Sedunia. (Online),
(http://www.scribd.com), diakses 12 Oktober 2021.

10
Salah satu poin penting yang harus dilakukan pemerintah dalam hal
tindakan preventif (pencegahan), serta pemberantasan korupsi adalah dengan
memberikan Pendidikan Antikorupsi untuk merevitalisai atau membangun
kembali kebanggaan terhadap budaya anti korupsi serta moralitas mahasiswa.
Suram sekali kelihatannya nasib bangsa dikemudian hari bila pemuda hanya
menjadi orang yang bebas dari sekedar buta huruf. Ungkapan tersebut diartikan
bahwa, pendidikan tidak hanya sebatas menjadikan generasi muda (mahasiswa)
melek huruf. Tapi, lebih dari itu berperan dalam enlighten (mencerahkan),
mencerdaskan, dan membuka pola pikir mahasiswa. Perguruan tinggi sebagai
tempat mahasiswa hidup dan belajar seharusnya disertakan didalamnya mengenai
pemberantasan korupsi berupa mata kuliah wajib agar tertanam semangat
pemberantasan korupsi.

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat


dibedakan menjadi 4 wilayah, yaitu di lingkungan keluarga, di lingkungan
kampus, di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional.

a). Lingkungan Keluarga


Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai
dari lingkungan keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa melakukan pengamatan
terhadap perilaku keseharian anggota keluarga. Misalnya, apakah dalam
mengendarai kendaraan bermotor bersama anggota keluarga, peraturan lalu lintas
dipatuhi? Apakah tidak menjalankan motornya di atas pedestrian dan mengambil
hak pejalan kaki? Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi?
Apakah orang tua tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang menjadi haknya?
Nilai-nilai yang ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya bermula dari
lingkungan keluarga dan pada kenyataannya nilai-nilai tersebut akan terbawa
selama hidupnya. Jadi, ketika seorang mahasiswa berhasil memilah nilai-nilai
yang ditanamkan orang tuanya dengan hanya mengambil nilai-nilai positif, maka
dapat diharapkan ketika terjun ke masyarakat mahasiswa tersebut akan selamat
melewati berbagai rintangan yang mengarah kepada tindak korupsi. Jika
Pendidikan Antikorupsi diikuti oleh banyak Perguruan Tinggi, maka akan

11
diperoleh cukup banyak generasi muda yang dapat menjadi benteng anti korupsi
di Indonesia.

b). Lingkungan Kampus


Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu untuk individu mahasiswanya sendiri,
dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan
tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya sesama mahasiswa dan
organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Agar seorang mahasiswa dapat berperan dengan baik dalam gerakan anti-korupsi
maka pertama-pertama mahasiswa tersebut harus mempunyai nilai-nilai anti-
korupsi dan memahami korupsi serta prinsip-prinsip anti-korupsi. Kedua hal ini
dapat diperoleh salah satunya dari kuliah pendidikan antikorupsi.

c). Lingkungan Masyarakat Sekitar


Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa
untuk mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar. Salah satu
contohnya adalah, apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi
pelayanan, seperti pembuatan KTP untuk masyarakatnya dengan sewajarnya?
Bayangkan berapa jumlah rupiah yang bisa diselamatkan, apabila ada 25 juta
orang yang mengurus KTP dalam 1 tahun, dan setiap orang mengeluarkan
“uang sogokan” sebesar Rp.5.000. Maka dalam tahun tersebut akan
terkumpul uang sebesar Rp.125.000.000.000. Dengan uang sebesar itu berapa
anak sekolah yang bisa dibiayai, berapa orang sakit yang bisa berobat, berapa
kilometer ruas jalan yang bisa dibangun, berapa jembatan yang bias dibangun,
berapa gedung sekolah yang bisa didirikan? Jumlah tersebut tentunya akan
memberikan manfaat yang lebih baik bagi masyarakat, apabila gerakan
antikorupsi terus dibudayakan.
d). Lingkungan Nasional
Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang mahasiswa dalam gerakan
antikorupsi bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak

12
korupsi yang masif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi
yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti
korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.
Berawal dari kegiatan-kegiatan yang ter-organisir dari dalam kampus,
mahasiswa dapat menyebarkan perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas,
dimulai dari masyarakat yang berada di sekitar kampus kemudian akan
meluas ke lingkup yang lebih luas.
Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan
secara bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai
Perguruan Tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan
buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan amoral. Korupsi
adalah suatu perilaku yang dengan sengaja memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu kelompok dengan cara yang menyimpang dan illegal,
dimana perilaku tersebut merugikan negara atau pemerintah atau rakyat atau
sebuah instansi.
Penyebab utama korupsi adalah perilaku individu itu sendiri. Apabila
individu tersebut memiliki cara pandang yang menyimpang dalam melihat
kekayaan, maka hal itu dapat mendorong individu untuk melakukan
korupsi. Individu yang termasuk dalam golongan tersebut adalah mereka
yang bersifat tamak, kurang iman, dan konsumtif. Kemudian perilaku individu
tersebut didukung dengan adanya kesempatan. Kesempatan itu dapat berasal dari
beberapa aspek, seperti aspek lingkungan, politik, hukum, ekonomi, dll.
Korupsi dipandang haram dalam agama Islam, dan korupsi juga merupakan
hal yang melanggar hukum, dimana para pelaku korupsi harus dikenakan
hukuman pidana sesuai peraturan dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999.
Terdapat 6 (enam) bentuk korupsi, yaitu: memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan jabatan, suap-menyuap,
pemerasan, perbuatan curang, dan gratifikasi.

B. Saran
Menerapkan Pendidikan Anti Korupsi sejak usia dini, dan mengendalikan
diri untuk menjauhi sifat sifat Korupsi seperti mencontek ketika ujian,
terlambat dating ujian,dan lain sebagainya. Setiap individu harus menyadari
bahwa korupsi adalah hal yang tercela dan merugikan banyak pihak maupun
diri sendiri,dan seluruh elemen masyarakat saling bekerja sama untuk
memberantas korupsi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Y. 2012. Bagaimana Memberantas Korupsi? Inilah Caranya. (Online),


(http://www.wasathon.com), diakses 12 Oktober 2012.

Hikmawan, R. 2007. Strategi Pemberantasan Korupsi Melalui Sisdiknas:


Pemberantasan Korupsi di Indonesia Pendekatan Preventif Partisipatif. (Online),
(http://pelajarislam.wordpress.com), diakses 12 Oktober 2021.

Puspito, N & Tim Penyusun. 2011 . Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan


Tinggi. Jakarta: Kemendikbud.

Pratiwi, I. 2011. Upaya Prefentif dan Rehabilitatif Tindak Korupsi Lembaga


Pemerintahan Indonesia. (Online), (http://blog.student.uny.ac.id), diakses 12
Oktober 2021

Qalbi, A. 2011. Mahasiswa dan Tindakan Preventif (Pencegahan) Korupsi:


Refleksi Hari Anti Korupsi Sedunia. (Online), (http://www.scribd.com), diakses 12
Oktober 2021.

15

You might also like