You are on page 1of 41

MAKALAH HUKUM ACARA PERDATA

PROSES MEDIASI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN

STUDI KASUS PERCERAIAN REZA ARAP DAN WENDY WALTERS

DOSEN PENGAMPU: Dr. MISNAR SYAM, S.H., M.Hum.

KELOMPOK 1

ANGGOTA:

NASYWA DWI MAHARANI – 2210111016

NOVALINA OKTA DARSI – 2210111025

QURRATIL HILMA – 2210111060

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah. Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul

“Proses Mediasi dalam Pemeriksaan Perkara di Pengadilan Studi Kasus Perceraian

Reza Arap dan Wendy Walters” dapat diselesaikan.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

serta para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Makalah ini dibuat sebagai

salah satu tugas yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan mata kuliah Hukum

Acara Perdata. Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan,

arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang sudah membantu.

Demikian makalah penelitian ini, kami menyadari bahwa masih ditemukan

berbagai kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan

penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Padang, 24 September 2023

i
DAFTAR ISI

I. KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

II. DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

III. BAB I – PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 3

IV. BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Perkara di Sidang Pengadilan ..................................................... 5

1. Proses Mediasi dalam Sidang Pengadilan ................................................... 5

2. Verstek ......................................................................................................... 10

3. Hal Jawaban Tegugat .................................................................................. 13

4. Gugatan Rekonvensi .................................................................................... 14

5. Intervensi ..................................................................................................... 16

6. Replik .......................................................................................................... 20

7. Dupblik ........................................................................................................ 21

B. Informasi/Data Umum Perkara ........................................................................ 23

V. BAB III – PEMBAHASAN

A. Peran Penting Proses Mediasi dalam Pemeriksaan Perkara di

Persidangan ..................................................................................................... 25

B. Pemeriksaan Perkara Perceraian Antara Reza Arap dan Wendy Walters

dalam Persidangan .......................................................................................... 29

VI. BAB IV – PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 32

ii
B. Saran ............................................................................................................... 33

VII. DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................ iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup tanpa adanya

manusia lain di sekitarnya. Oleh karena itu, manusia kerap disebut sebagai

makhluk sosial. Dengan keberadaan manusia yang hidup berdampingan,

menandakan bahwa manusia membutuhkan manusia lain untuk memenuhi

kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.

Sebagai makhluk sosial, dalam menjalani hidupnya manusia kerap

dihadapkan dengan suatu keadaan yang menyebabkan timbulnya suatu

konflik atau sengketa. Hal demikian timbul karena dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor, pertama faktor internal yakni perbedaan kepentingan atau

perselisihan antara pihak yang satu dengan yang lainnya yang merupakan

suatu penyebab munculnya sengketa, dan kedua faktor eksternal yakni

dipengaruhi oleh adanya aturan-aturan yang diberlakukan dan prosedur yang

tertulis maupun tidak tertulis dapat pula menyebabkan sengketa apabila

penerapannya terlalu kaku dan cenderung keras.1

Kedudukan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman dalam

Negara hukum mempunyai peran yang essential yaitu sebagai katup penekan

(pressure value) terhadap setiap pelanggaran hukum dan ketertiban

masyarakat, oleh karena itu peradilan masih sangat diandalkan sebagai badan

yang berfungsi dan berperan menegakkan kebenaran dan keadilan.2

1
Wahyudi, Management Konfik: Pedoman Praktis bagi Pemimpin Visioner. (Bandung:
Alfabeta, 2008), hlm. 35.
2
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 229.

1
Dalam perkara gugatan yang di dalamnya terdapat sengketa dan

diajukan oleh pihak penggugat ke pengadilan, maka hal tersebut akan

diselesaikan dan diputus oleh pengadilan. Mengajukan gugat ke pengadilan

dilakukan dengan cara mengajukan surat permintaan, dalam praktik disebut

surat gugat atau surat gugatan yang harus sesuai dengan kompetensi

Pengadilan Negeri (PN) sebagaimana dimaksud oleh Pasal 118 HIR dan

dapat juga diajukan dengan lisan kepada ketua PN yang berwenang dan

mohon agar dibuatkan surat gugat berdasarkan Pasal 120 HIR.3

Pada sidang pertama hakim wajib mengupayakan perdamaian

sebagaimana ditentukan oleh Pasal 130 HIR. Dengan diterbitkannya

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi

di Pengadilan, maka para pihak wajib menempuh prosedur Mediasi. Mediasi

merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan.4 Salah

satu contoh perkara yang diselenggarakan dengan proses mediasi adalah

kasus perceraian Reza Arap dan Wendy Walters di Pengadilan Negeri

Jakarata Utara pada 2022 silam.

Bentuk penyelesaian sengketa dengan cara mediasi yang sekarang

dipraktikkan terintegrasi dengan proses peradilan. Penyelesaian sengketa

dengan cara mediasi yang dewasa ini dipraktikkan di pengadilan memiliki

ciri khas, yaitu dilakukan ketika perkara sudah di daftarkan di pengadilan

(Connected to the court). Mahkamah Agung Republik Indonesia mewajibkan

bagi para pihak menempuh mediasi sebelum perkara diputus oleh hakim,

yang diatur melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016

3
Fatimah dan Untoro, “Pemberlakuan Mediasi di Pengadilan Negeri pada Perkara Perdata
untuk Memperluas Akses Bagi Para Pihak Memperoleh Rasa Keadilan”, Lex Jurnalica, Vol. 11 No.2,
2014.
4
Dian Maris Rahmah, “Optimalisasi Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi di Pengadilan”,
Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol. 4 No. 1, 2019, hlm. 2

2
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, dimana proses mediasi diharapkan

dapat mengatasi jumlah penumpukan perkara. Mediasi dipandang sebagai

cara penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah dibanding dengan

proses litigasi. Pemberlakuan mediasi diharapkan dapat memperluas akses

bagi para pihak untuk memperoleh rasa keadilan. Institusionalisasi proses

mediasi ke dalam sistem peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan

fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa. 5

Dengan rangkaian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, kami

menemukan beberapa masalah terutama mengenai proses mediasi dalam

pemeriksaan perkara di pengadilan. Oleh karena itu, pada akhirnya kami

mengangkat judul makalah yaitu “Proses Mediasi dalam Pemeriksaan

Perkara di Pengadilan Studi Kasus Perceraian Reza Arap dan Wendy

Walters”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas dengan demikian, kami merumuskan

beberapa masalah diantaranya sebagai berikut.

1. Apa peran penting proses mediasi dalam pemeriksaan perkara di

persidangan?

2. Bagaimana pemeriksaan perkara perceraian antara Reza Arap dan Wendy

Walters dalam persidangan?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui peran penting proses mediasi dalam pemeriksaan perkara di

persidangan..

5
Ibid, hlm. 2.

3
2. Mengetahui bagaimana pemeriksaan perkara perceraian antara Reza Arap

dan Wendy Walters dalam persidangan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Perkara di Sidang Pengadilan

1. Proses Mediasi dalam Sidang Pengadilan

Menurut PERMA No 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses

perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu

oleh Mediator. Selanjutnya juga disebutkan bahwa mediator adalah pihak

netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna

mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa

menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, alternatif

penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda

pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian

diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,

atau penilaian ahli. Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa

oleh pihak ketiga (mediator) yang dapat diterima, tidak berpihak dan

netral serta membantu para pihak yang berselisih mencapai kesepakatan

secara sukarela terhadap permasalahan yang disengketakan. 6

Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah cara penyelesaian

sengketa diluar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak

ketiga (mediator) yang bersikap netral dan tidak berpihak kepada pihak-

pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak

6
Rifqani Nur Fauziah Hanif, “Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa”
(https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-Alternatif-
Penyelesaian-Sengketa.html, diakes pada 25 September 2023, pukul 19:05).

5
yang bersengketa.7 Di samping itu, Retnowulan Sutantio menyebutkan,

mediasi adalah pemberian berupa jasa pendapat mengenai penyelesaian

sengketa para pihak yang berperkara dengan dukungan seorang ahli

ataupun beberapa ahli sebagai mediatornya.8

Kovach berpendapat bahwa mediasi sebagai fasilitas negosiasi

merupakan proses yang dimana pihak penengah sifatnya tak berpihak dan

memihak, hanya melancarkan atau memandu pihak bertikai mencari jalan

keluar untuk kepuasan bersama. Sedangkan menurut Christopher W

Moore mediasi merupakan perundingan dengan Pihak penengah yang

mana tidak diperbolehkan memihak dan bersikap sewenangnya ketika

memutuskan suatu keputusan untuk para pihak yang berselisih dalam

usaha tercapainya mufakat yang ikhlas dalam menyelesaikan konflik yang

dihadapi.9

Pengertian mediasi menurut Black Law Dictionary adalah dimana

mediasi sifatnya privat, suatu proses penyelesaian sengketa dengan

adanya Pihak penengah, yaitu mediator bersifat tidak berpihak serta

membantu pihak yang berselisih agar muncul kesepakatan. Mediasi

secara bahasa Latin “mediare” memiliki makna menengahi, peran

mediator sebagai sisi penengah mempunyai tugas menengahi dan

menyelesaikan sengketa antara pihak yang berperkara, serta bersifat netral

dan tidak memihak pada salah satu pihak. Adapun kata mediasi dalam

bahasa Inggris “mediation”, yakni menyelesaikan perkara dengan

negosiasi. Secara terminologi mediasi dalam KBBI diartikan

7
Ibid.
8
IAIN Kudus Repository. (http://repository.iainkudus.ac.id/5767/5/5.%20BAB%20II.pdf,
diakses pada 25 September 2023, ppukul 19:20).
9
Ibid.

6
keikutsertaan sisi penengah pada penyelesaian perselisihan selaku

konsultan.10

Mediasi memiliki tiga unsur, adapaun unsur pertama adalah suatu

proses penyelesaian perselisihan dua pihak atau lebih pihak yang

berperkara. Kedua, dalam penyelesaian perselisihan pihak yang terlibat

dari luar yang bersengketa. Ketiga, adapun pihak yang terlibat

penyelesaian perkara berperan sebagai penasihat serta tidak mempunyai

kewenangan apa-apa terhadap pengembilan keputusan.11

Mediasi atau perdamaian adalah suatu persetujuan di mana kedua

belah pihak dengan menyerahkan, manjanjikan atau menahan suatu

barang, mengakhiri suatu sengketa yang sedang bergantung atau

mencegah timbulnya suatu perkara, dan persetujuan perdamaian tidak sah

melainkan harus dibuat secara tertulis.12 Hukum Acara menghendaki

adanya perdamaian hal ini terlihat pada pasal 130 HIR dan Pasal 154 RBg

yang berbunyi:

1. Jika pada hari sidang yang ditentukan itu kedua belah pihak

datang, maka Pengadilan Negeri dengan pertolongan Ketua

mencoba akan memperdamaikan mereka.

2. Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai maka pada

waktu bersidang diperbuat sebuah surat (akta) tentang itu, dalam

mana kedua belah Pihak dihukum akan menaati perjanjian yang

diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan hukum dan akan

dijalankan sebagai putusan yang biasa.

10
Ibid, halaman 6.
11
Ibid, halaman 6.
12
Yulia, Hukum Acara Perdata. (Lhokseumawe: Unimal Press, 2018), hlm. 37.

7
3. Terhadap putusan yang demikian itu tidak dapat dimohonkan

banding.

Dengan demikian maka disini terlihat adanya peranan hakim untuk

dapat terwujudnya perdamaian tersebut, adapun kekuatan putusan

perdamaian ini sama dengan putusan biasa dan dapat dilaksanakan seperti

putusan lainnya, usaha perdamaian ini terbuka sepanjang pemeriksaan

berlangsung di persidangan..13

Dalam rangka mengefektifkan ketentuan tersebut di atas, Mahkamah

Agung mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 1

Tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama

Menerapkan Lembaga Damai (Eks. Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg) yang

kemudian diganti dengan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor

2 Tahun 2003 tanggal 11 September 2003 tentang Prosedur Mediasi.

PERMA tersebut dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa mediasi

merupakan salah satu proses lebih cepat dan murah, serta dapat

memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa untuk

memperoleh keadilan atau penyelesaian yang memuaskan atas sengketa

yang dihadapi. Kemudian dirubah dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2008

tentang Prosedur Mediasi. Dan terakhir di rubah dengan PERMA Nomor

1 Tahun 2016 tentang Proses Mediasi, juga telah menegaskan kewajiban

untuk melakukan perdamaian. Pasal 3 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun

2016 menegaskan bahwa setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau

13
Laila M. Rasyid, dan Herinawati, Hukum Acara Perdata. (Lhokseumawe: Unimal Press,
2015), hlm. 58-59.

8
kuasa hukum wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui

mediasi.14

Putusan perdamaian yang dibuat oleh hakim karena adanya

perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara tersebut kekuatannya

sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan

hukum yang tetap (Pasal 130 ayat (2) HIR/Pasal 154 ayat 2 RBg/Pasal

185 ayat (1) KUH Perdata jo. MA tanggal 1-8-1973 Nomor 1038

K/Sip/1972). Hal ini karena putusan tersebut didasarkan pada perdamaian

yang justru dibuat oleh pihak-pihak yang berperkara, untuk

menyelesaikan perkara mereka sendiri menurut kehendak mereka sendiri,

bukan sebagai hasil pertimbangan dan penerapan hukum positif yang

dilakukan oleh hakim. Oleh sebab itu, sudah selayaknya apabila

perjanjian perdamaian tersebut dipertanggung jawabkan sendiri oleh oleh

pihak-pihak yang berperkara yang membuatnya dan tidak dapat

dimintakan banding.15

Persyaratan sahnya suatu perdamaian secara limitatif seperti yang

termuat dalam Pasal 1320, 1321, 1851-1864 KUH Perdata, yaitu:

- Perdamaian harus atas persetujuan kedua belah pihak.

- Perdamaian harus mengakhiri sengketa.

- Perdamaian harus atas dasar keadaan sengketa yang telah ada.

- Bentuk perdamaian harus secara tertulis (akta perdamaian).

Adapun sifat akta perdamaian dalam perkara perdata adalah:

1. Disamakan kekuatannya dengan putusan yang berkekuatan hukum

tetap.

14
Ibid, halaman 7.
15
Ibid, halaman 7.

9
2. Keputusan perdamaian langsung mempunyai kekuatan hukum

tetap (in kracht van gewijsde).16

2. Verstek

Dalam hukum beracara mengenai verstek telah diatur dalam pasal

125-129 HIR dan pasal 149-153 RBg. Dalam peraturan putusan verstek

diartikan putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim tanpa hadirnya

tergugat, ketidakhadirannya itu tanpa alasan yang sah meskipun telah

dipanggil secara resmi dan patut (default without reason).17 Berkaitan

dengan putusan verstek, dalam pasal 149 ayat (1) RBg menyebutkan

bahwa: “Bila pada hari yang telah ditentukan tergugat tidak datang

meskipun sudah dipanggil dengan sepatutnya, dan juga tidak

mengirimkan wakilnya, maka gugatan dikabulkan tanpa kehadirannya

(Verstek) kecuali bila ternyata menurut pengadilan negeri itu, bahwa

gugatannya tidak mempunyai dasar hukum atau tidak beralasan.”18

Pada prinsipnya adanya lembaga verstek itu adalah untuk merealisir

asas audi et alteram partem dimana kepentingan kedua belah pihak harus

diperhatikan. Kegunaan akan adanya sistem verstek dalam hukum acara

adalah juga untuk mendorong para pihak yang berperkara untuk dapat

mentaati tata tertib dalam beracara, sehingga proses pemeriksaan

penyelesaian perkara terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

adanya itikad buruk dari para pihak terutama pihak tergugat untuk dapat

menghambat proses penyelesaian perkara dengan tidak hadir pada saat

digugat oleh pihak lawan. Oleh sebab itu dengan memperhatikan akibat

16
Ibid, halaman 7.
17
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Cet.1.
(Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 212.
18
Wantjik Saleh, Hukum Acara Perdata. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1977), hlm. 29-30.

10
buruk yang mungkin terjadi dikarenakan pemeriksaan perkara

digantungkan atas kehadiran para pihak atau tergugat maka undang-

undang mengantisipasinya melalui acara pemeriksaan secara verstek

dimana pemeriksaan dan penyelesaian perkara tidak mutlak digantungkan

atas kehadiran tergugat di persidangan.19

Ada beberapa syarat dijatuhkan putusan verstek oleh Hakim dalam

memutuskan perkara, antara lain:

a. Dalam putusan verstek apabila gugatan dikabulkan maka

putusannya harus diberitahukan kepada tergugat serta dijelaskan

bahwa tergugat berhak untuk mengajukan perlawanan (Verzet)

terhadap putusan verstek itu kepada hakim yang memeriksa

perkara itu juga, hal ini tercantum dalam pasal 125 ayat (3) jo. 129

HIR dan Pasal 149 ayat (3) jo. 153 RBg, perlawanan ini dapat

diajukan dalam waktu 14 hari sesudah pemberitahuan putusan

verstek kepada tergugat pribadi, apabila pemberitahuan itu tidak

disampaikan kepada tergugat pribadi, maka perlawanan dapat

diajukan sampai hari ke 8 setelah teguran untuk melaksanakan

putusan verstek itu atau apabila tergugat tidak datang menghadap

untuk ditegur perlawanan tergugat dapat diajukan sampai hari ke 8

sesudah putusan verstek itu dijalankan (Pasal 129 ayat (2) HIR

dan 153 ayat (2) Rbg).

b. Selain ketidakhadiran tergugat yang akan di putuskan secara

verstek adakalanya juga terkadang setelah gugatannya di daftarkan

di pengadilan ternyata setelah dipanggil secara patut oleh juru sita

19
Laila M. Rasyid, dan Herinawati, op.cit., hlm. 59-60.

11
maka penggugatlah yang tidak hadir ke pengadilan dan tidak pula

mengirimkan wakilnya, maka disini pasal 126 HIR (Pasal 150 Rv)

masih memberi kelonggaran untuk dipanggil sekali lagi. Kalau

pada saat panggilan kedua penggugat belum juga muncul ke

pangadilan sedangkan tergugat hadir maka untuk kepentingan

tergugat haruslah dijatuhkan putusan, dalam hal ini gugatan

penggugat dinyatakan gugur serta di hukum untuk membayar

biaya perkara, untuk memutuskan gugur gugatan penggugat, isi

gugatan tidak perlu diperiksa lagi, namun kepada penggugat masih

diberi kesempatan untuk mengajukan kembali gugatannya dengan

membayar biaya perkara yang baru tentunya.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketentuan mengenai verstek

berdasarkan pada pasal 125 HIR/149 R.Bg, keseluruhan isi pasal ini

adalah sebagai berikut:

a. Jika tergugat, meskipun dipanggil dengan resmi dan patut, tidak

menghadap pada hari sidang yang ditentukan, dan juga tidak

menyuruh orang lain menghadap sebagai wakilnya, maka gugatan

itu diterima dengan keputusan tidak hadir (verstek), kecuali jika

nyata.20 Terkait dengan ayat pertama pada pasal 125 HIR, apabila

pada hari sidang pertama gugatan tersebut tergugat tidak hadir

atau tidak mewakilkan kehadirannya, sebelum memeriksa isi

gugatan hendaknya hakim menunda sidang pada hari lain dan

memerintahkan untuk memanggil tergugat, pemberitahuan

tersebut bagi pihak yang datang sama dengan panggilan, apabila

20
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah
Syariah di Indonesia. (Jakarta: Ikatan Hakim Indonesia IKAHI, 2008), hlm. 205.

12
tergugat tidak hadir kembali, maka dapat bagi pengadilan bahwa

tuntutan itu melawan hak atau tidak beralasan.

b. Apabila pihak tergugat, dalam surat jawabannya tersebut pada

pasal 121 HIR (jawaban atas gugatan penggugat), mengajukan

perlawanan (eksepsi), bahwa pengadilan tidak berwenang

menerima perkara itu, hendaklah pengadilan walau si tergugat

sendiri atau wakilnya tidak menghadap, sesudah didengar oleh si

penggugat mengenai perlawanannya, kalau perlawanannya itu

ditolak, maka keputusan dijatuhkan hanya mengenai pokok

perkaranya saja.21

c. Jika gugatannya diterima, maka keputusan pengadilan atas

perintah ketua diberitahukan kepada orang yang dikalahkan dan

diterangkan padanya bahwa ia berhak dam waktu dan cara yang

ditentukan dalam pasal 129 HIR mengajukan perlawanan (verzet)

terhadap putusan tak hadir itu pada majelis pengadilan itu juga.22

d. Di bawah keputusan tidak hadir itu, panitera pengadilan mencatat,

siapa yang diperintahkan menjalankan pekerjaan itu dan apakah

diberitahukannya tentang hal itu, baik dengan surat maupun

dengan lisan.23

3. Hal Jawaban Tergugat

Setelah upaya perdamaian yang dilakukan oleh hakim tidak berhasil

maka kepada tergugat diberikan kesempatan untuk mengajukan

jawabannya atas gugatan yang diajukan oleh penggugat. Dalam HIR tidak

ada ketentuan yang mewajibkan tergugat untuk menjawab gugatan

21
Ibid, hlm. 205.
22
Ibid, hlm. 205.
23
Ibid, hlm. 205.

13
penggugat namun pasal 121 ayat (2) HIR dan Pasal 145 ayat (2) Rbg

hanya menentukan bahwa tergugat dapat menjawab baik secara tertulis

maupun secara lisan. Dalam memberikan jawaban biasanya tergugat akan

menyusun jawaban dalam tiga macam atau tingkatan yang meliputi:

a) Eksepsi atau tangkisan yaitu jawaban yang tidak langsung

mengenai pokok perkara.

b) Jawaban mengenai pokok perkara.

c) Rekonpensi yaitu gugat balik atau gugat balas yang diajukan oleh

tergugat terhadap penggugat.

Terhadap jawaban ini tergugat biasanya menyusun berdasarkan dalil-

dalil yang dikemukakan oleh penggugat, adakalanya jawaban tersebut

berisikan pengakuan tetapi juga dapat berupa bantahan ataupun fakta-

fakta lain. Dalam pengakuan biasanya ada kemungkinan tergugat akan

mengakui kebenaran dari dalil-dalil gugatan penggugat, sedangkan

bantahan adalah suatu pengingkaran terhadap apa yang dikemukakan oleh

penggugat dalam dalil-dalil gugatannya yang diajukan oleh penggugat,

sedangkan fakta-fakta lain adalah fakta-fakta baru yang dikemukakan

oleh tergugat untuk membenarkan kedudukannya di mata penggugat

misalnya seandainya tergugat wanprestasi bukan karena kemauannya

sendiri akan tetapi dikarenakan tergugat jatuh pailit dan sebagainya.

Untuk mendukung dalil-dalil bantahan dalam jawabannya tergugat

dapat mempergunakan sumber-sumber kepustakaan, yurisprudensi,

doktrin lainnya.24

4. Gugatan Rekonvensi

24
Laila M. Rasyid, dan Herinawati, op.cit., hlm. 61-62.

14
Dalam masyarakat Indonesia secara luas, gugatan rekonvensi dikenal

sebagai gugatan balik, yakni gugatan yang dilakukan dengan cara

menggugat balik. Istilah asli dari kata rekonvensi berasal dari bahasa

Belanda reconventie (eis in reconventie), sebagai lawan dari conventie

(eis in conventie), kemudian di Indonesiakan menjadi rekonvensi dan

gugatan asalnya di Indonesiakan juga menjadi konvensi. Pasal 132 a ayat

(1) HIR yang maknanya juga sama seperti yang dirumuskan dalam pasal

244 Rv, menyatakan gugatan rekonvensi adalah gugatan balik yang

diajukan tergugat terhadap penggugat dalam suatu proses perkara yang

sedang berjalan lainnya.

Dalam tiap-tiap perkara, tergugat berhak mengajukan tuntutan balik,

kecuali: (RV. 244.)

1. Bila penggugat semula itu menuntut karena suatu sifat, sedang

tuntutan balik itu mengenai dirinya sendiri, atau sebaliknya; (KUH

Perdata, Pasal 383, 452, 1655 dst.)

2. Bila pengadilan negeri yang memeriksa tuntutan asal tak berhak

memeriksa tuntutan balik itu, berhubung dengan pokok perselisihan

itu; (ISR. 136; RO. 95.)

3. Dalam perkara perselisihan tentang pelaksanaan putusan hakim. (IR.

207.)

Untuk mengajukan gugatan rekonvensi menurut pasal 132 b ayat (1)

harus diajukan secara bersama-sama dengan jawabannya baik dengan

tertulis maupun dengan lisan. Gugatan rekonvensi ini merupakan suatu

hak istimewa yang diberikan oleh hukum acara perdata kepada tergugat

dengan tujuan agar dalam berperkara bisa di tegakkan asas peradilan yang

15
sederhana, dimana sistem yang menyatukan pemeriksaan dan putusan

dalam satu proses sehingga sangat menyederhanakan dalam penyelesaian

suatu perkara, dengan sistem ini penyelesaian perkara yang seharusnya

dilakukan dalam dua proses yang terpisah dan berdiri sendiri dibenarkan

hukum untuk diselesaikan secara bersama dalam satu proses, begitu juga

dalam gugatan rekonvensi ini bisa menghemat biaya dan waktu dalam

berperkara sehingga dalam menyelesaikan perkara bisa se-efektif

mungkin juga mempermudah pemeriksaan dan menghindari putusan yang

saling bertentangan.25

Gugatan rekonvensi ini harus diajukan pada saat pemeriksaan perkara

di tingkat pertama, diajukan gugatan apabila pada pemeriksaan pertama

tidak diajukan gugatan rekonvensi maka dalam tingkat banding tidak

dapat diajukan lagi. (Pasal 132 a Ayat (2) HIR / 157 ayat (2) Rbg).

Gugatan rekonvensi ini beserta gugatan konvensinya diselesaikan

sekaligus dan diputus dalam satu surat putusan, kecuali kalau pengadilan

berpendapat bahwa perkara yang satu dapat diselesaikan terlebih dahulu

daripada perkara yang lain.26

5. Intervensi

Secara umum, intervensi atau interventie dapat diartikan sebagai suatu

perbuatan hukum oleh pihak ketiga yang mempunyai kepentingan dalam

suatu gugatan perdata, dengan jalan melibatkan diri atau dilibatkan oleh

salah satu pihak yang sedang berperkara. Atau dapat juga intervensi

diartikan dengan campur tangan atau ikut sertanya pihak ketiga yang

mempunyai kepentingan dalam satu proses perkara perdata yang sedang

25
Laila M. Rasyid, dan Herinawati, op.cit., hlm. 61-62.
26
Laila M. Rasyid, dan Herinawati, op.cit., hlm. 61-62

16
berlangsung. Intervensi tidak diatur dalam HIR (Hirzien Indonesis

Reglement) maupun dalam RBg (Rechtsreglement Buitengewesten), tetapi

diatur dalam Rv (Reglement op de Rechtsvordering), yaitu dalam

ketentuan Pasal 279 Rv, yang menyebutkan bahwa “Barang siapa

mempunyai kepentingan dalam suatu perkara perdata yang sedang

berjalan antara pihak-pihak lain dapat menuntut untuk mengabungkan

diri atau campur tangan.”

Berdasarkan bunyi ketentuan Pasal 279 Rv tersebut, dapat

disimpulkan bahwa intervensi adalah ikut sertanya pihak ketiga dalam

suatu perkara yang sedang berlangsung apabila ia mempunyai

kepentingan. Maksudnya keikut-sertaan pihak ketiga dalam perkara

dimaksud karena kepentingannya terganggu. Apabila pihak ketiga tidak

melibatkan dirinya dalam perkara yang sedang berlangsung tersebut,

maka ada kemungkinan (patut diduga) kepentingannya akan dirugikan.

Dengan demikian, inisiatif untuk ikut serta dalam perkara tersebut datang

dari pihak ketiga sendiri. Terdapat tiga jenis intervensi, yaitu:

1. Voeging

Voeging atau menyertai adalah ikut sertanya pihak ketiga atas

inisiatif sendiri dalam pemeriksaan sengketa perdata untuk

membela salah satu pihak penggugat atau tergugat. Agar dapat

diterima sebagai pihak melalui intervensi secara voeging, harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. sebagai pihak yang berkepentingan secara suka rela dan

berdiri sendiri.

17
b. permintaan masuk sebagai pihak berisi tuntutan hak

tertentu.

c. adanya kepentingan hukum langsung dari pihak ketiga

yang ingin dilindungi dengan mendukung salah satu pihak

yang berperkara.

d. kepentingan tersebut harus memiliki keterkaitan dengan

pokok perkara yang sedang diperiksa.

Dalam hal adanya permohonan voeging tersebut, hakim akan

memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menanggapi,

kemudian hakim akan menjatuhkan putusan sela. Apabila

dikabulkan, maka dalam putusannya, hakim harus menyebutkan

kedudukan dari pihak ketiga tersebut.

2. Tussenkomst

Tussenkomst atau menengahi adalah ikut sertanya pihak ketiga

atas inisiatif sendiri dalam pemeriksaan sengketa perdata untuk

membela kepentingannya sendiri, dan tidak memihak salah satu

pihak, baik penggugat atau tergugat. Dengan kata lain,

keikutsertaan pihak ketiga dalam proses perkara tersebut,

didasarkan karena ada kepentingannya yang terganggu, bisa jadi

karena pihak ketiga merasa bahwa barang miliknya disengketakan

atau diperebutkan oleh kedua belah pihak yang sedang berperkara

di pengadilan tersebut. Untuk dapat diterima sebagai pihak

melalui intervensi secara tussenkomst:

a. sebagai pihak ketiga yang berkepentingan secara suka rela

dan berdiri sendiri.

18
b. adanya kepentingan untuk mencegah timbulnya kerugian

atau kehilangan haknya.

c. melawan kepentingan kedua belah pihak yang sedang

berperkara.

d. pihak ketiga tersebut harus memiliki hubungan langsung

atau hubungan yang sangat erat dengan pokok perkara,

maksudnya adalah adanya hubungan hukum antara pihak

ketiga dengan para pihak yang sedang berperkara atau

karena obyek perkara memiliki kaitan langsung dengan

kepentingan hukumnya yang perlu dilindungi.

Putusan mengenai dikabulkan atau ditolak permohonan

intervensi secara tussenkomst tersebut dijatuhkan oleh hakim

melalui putusan sela. Apabila dikabulkan, maka akan ada dua

perkara bersama-sama, yaitu gugatan asal dan gugatan intervensi.

3. Vrijwaring

Vrijwaring atau penjaminan adalah ikut sertanya pihak ketiga

dalam pemeriksaan sengketa perdata karena ditarik oleh salah satu

pihak (tergugat) untuk ikut menanggungnya. Vrijwaring diajukan

dengan suatu permohonan dalam proses pemeriksaan perkara oleh

tergugat secara lisan atau tertulis. Tujuan utama dari vrijwaring

adalah untuk membebaskan pihak yang menariknya (tergugat) dari

kemungkinan akibat putusan atas pokok perkara. Sehingga

berdasarkan tujuannya tersebut, vrijwaring mempunyai

karakteristik sebagai berikut:

a. pada intinya merupakan penggabungan tuntutan.

19
b. salah satu pihak yang bersengketa (tergugat) menarik

pihak ketiga dalam sengketa yang sedang dihadapinya.

c. keikut-sertaan pihak ketiga timbul karena paksaan, bukan

karena inisiatifnya sendiri.27

6. Replik

Hal-hal yang dikemukakan oleh tergugat di dalam replik. Replik

merupakan pemberian hak kepada pihak penggugat untuk menanggapi

jawaban yang diajukan oleh tergugat. HIR dan RBg tidak mengatur

tentang replik, namun berkaitan dengan replik ketentuannya dapat dilihat

dalam Pasal 142 Rv yang menegaskan para pihak dapat saling

menyampaikan surat jawaban serta replik dan duplik. Replik dalam

perkara perdata yang diajukan penggugat berkaitan dengan jawaban

tergugat atas gugatannya, dimana jawaban tergugat selain berisikan

eksepsi juga berisikan bantahan-bantahan terhadap pokok perkara.

Replik penggugat adalah dalil-dalil yang menguatkan atau

meneguhkan dalil-dalil gugatan yang dibantah oleh tergugat dalam

jawabannya. Dalam menyusun replik harus disesuaikan dengan jenis

bidang hukumnya (hukum acara pidana/hukum acara perdata), selain itu

juga tergantung pada materi pokok dari perkara yang dihadapi. Di dalam

replik, penggugat dapat mengemukakan sumber-sumber kepustakaan,

pendapat-pendapat para ahli, doktrin, kebiasaan, dan hal-hal baru untuk

menguatkan dalil gugatan yang diajukan sebelumnya. Dalam menyusun

replik, pihak penggugat perlu memperhatikan jawaban gugatan dari pihak

27
“Intervensi (Interventie) dalam Hukum Acara Perdata”. ( legalstudies71.blogspot.com,
diakses pada 24 September 2023 pukul 22.52)

20
tergugat tersebut.28 Dasar hukum replik terdapat pada pasal 70 Rv

menerangkan bahwa bila penggugat berpendapat ada alasan-alasan untuk

memanggil seseorang untuk menanggungnya, maka ia harus mengajukan

permohonan untuk itu dengan kesimpulan yang disertai alasan-alasan

pada hari ia harus mengajukan jawaban balik (replik).29

Bentuk dan susunan replik harus disesuaikan dengan apa yang termuat

dalam jawaban gugatan yang diajukan pihak tergugat. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan replik, yaitu:

1. Penggugat dalam menyusun replik selayaknya harus menguasai hal-

hal yang terkait dengan eksepsi.

2. Penggugat dalam menyusun replik harus mempertimbangkan dengan

isi gugatan balik atau rekonvensi dari tergugat.

3. Penggugat dalam menyusun replik harus mempertimbangkan dalil-

dalil bantahan atas gugatan balik atau rekonvensi yang diajukan

tergugat dan juga harus mempertimbangkan alat bukti yang dapat

memperkuat dalil-dalil bantahan terhadap gugatan balik tersebut.

4. Penggugat dalam menyusun replik lazimnya selalu memuat

permintaan pada majelis hakim untuk mengabulkan tuntutan dalam

gugatan.

7. Duplik

Duplik merupakan jawaban tergugat terhadap replik yang diajukan

oleh pihak penggugat. Sama dengan replik, duplik ini pun dapat diajukan

tertulis maupun lisan. Duplik diajukan tergugat untuk mempertahankan

28
“Materi PKPA: Replik dan Duplik dalam Hukum Acara Perdata.”
(https://heylaw.id/blog/materi-pkpa-replik-dan-duplik-dalam-hukum-acara-perdata, diakses pada 24
September 2023 pukul 22:32).
29
“Apa Itu Replik? Pengertian serta Fungsinya dalam Pengadilan”. (inews.id, diakses pada 24
September 2023 pukul 22:35).

21
jawaban gugatan atau eksepsi yang telah diajukan sebelumnya, yang

secara umum berisi bantahan terhadap gugatan yang diajukan oleh

penggugat. Tergugat dalam duplik dapat saja membenarkan dalil atau

tuntutan yang diajukan oleh penggugat dalam replik, namun tidak pula

menutup kemungkinan tergugat menyampaikan dalil-dalil baru yang

dapat menguatkan bantahan atas replik.30

Duplik dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan sebagai

jawaban kedua dari tergugat atau diartikan sebagai jawaban balik dari

tergugat atas replik penggugat. Meskipun keberadaan duplik masih dalam

proses jawab-menjawab dalam peradilan perdata, namun demikian sama

halnya dalam penyusunan replik, penyusunan replik dengan dalil-dalilnya

juga harus berupa dalil-dalil yang pada gilirannya berujung pada proses

pembuktian ketika pokok perkara diperiksa.31

Dalam menyusun duplik, diharapkan dalil-dalil atau pernyataan yang

diajukan oleh tergugat agar tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang

telah dibuat dalam jawaban gugatan atau eksepsi. Duplik biasanya

memuat bantahan atau pembelaan atas dalil-dalil atau pernyataan yang

diajukan oleh penggugat dalam replik, yang tentunya disertai dengan

uraian bukti-bukti yang dapat menguatkan bantahan atau pembelaan

tersebut. Sebagaimana dengan replik, pengaturan mengenai duplik dapat

dijumpai dalam Pasal 142 Rv, namun tidak menguraikan secara jelas

mengenai bentuk dan susunan dari duplik tersebut.

Dasar hukumnya adalah pasa Pasal 115 Rv menerangkan bahwa

setelah jawaban diberikan dalam persidangan, maka pengacara penggugat

30
Materi PKPA: Replik dan Duplik dalam Hukum Acara Perdata, op.cit.
31
“Prinsip dan Teknik Menyusun Replik dan Duplik”. (boyyendratamin.com, diakses pada 24
September 2023 pukul 22:44).

22
diberi kesempatan untuk mengajukan jawaban kembali (replik) yang

dapat dijawab lagi oleh pengacara tergugat (duplik).32

B. Informasi/Data Umum Perkara

Nomor : 712/Pdt.G/2022/PN Jkt.Utr

Tingkat Proses : Pertama

Klasifikasi Perkara : Perceraian

Penngajuan : Gugatan

Tanggal Register/Pendaftaran : 27 Oktober 2022

Lembaga Peradilan : Pengadilan Negeri Jakarta Utara

Penggugat : Wendy Meilina Leo (Disamarkan dalam data)

Terrgugat : Reza Oktovian (Disamarkan dalam data)

Petitum : Disamarkan

Status Perkara : Minutasi (proses menjadikan berkas-berkas

perkara menjadi Arsip Negara; proses yang dilakukan panitera pengadilan

dalam menyelesaikan proses administrasi meliputi pengetikan, pembendelan

serta pengesahan suatu perkara).

Dilansir dari cnnindonesia.com, Wendy (Istri) diketahui sudah

mengajukan gugatan cerai terhadap Reza (Suami) pada 27 Oktober 2022.

Humas Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Tumpanuli menolak memberikan

keterangan lebih lanjut terkait isi gugatan Wendy terhahap Reza. Meski

demikian, disebutkan bahwa pemicu Wendy mengajukan gugatan cerai

adalah masalah keluarga dan juga disinggung permasalahan harta. Menurut

32
“Apa Itu Replik? Pengertian serta Fungsinya dalam Pengadilan”, op.cit.

23
Wendy, dugaan perselingkuhan adalah pemicu utama bagi dirinya untuk

menjalani proses perceraian.33

33
Tim CNN Indonesia, “Proses Perceraiain Wendy Walters dan Reza Arap Sudah Berjalan”.
(https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20221117155825-234-875171/proses-perceraian-wendy-
walters-dan-reza-arap-sudah-berjalan, diakses pada 26 September 2023).

24
BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran Penting Proses Mediasi dalam Pemeriksaan Perkara di

Persidangan

Untuk mencapai prosedur yang sederhana, cepat dan murah,

ketentuan hukum acara perdata yang berlaku, Pasal 154 Reglemen Hukum

Acara untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement Tot Regeling Van Het

Rechtswezen In De Gewesten Buiten Java En Madura, Staatsblad 1927:227)

dan Pasal 130 Reglemen Indonesia yang diperbaharui (Het Herziene

Inlandsch Reglement, Staatsblad 1941:44) mendorong para pihak untuk

mengupayakan proses perdamaian yang dapat didayagunakan melalui

mediasi dengan mengintegrasikannya ke dalam proses berperkara di

pengadilan. Dalam rangka mengefektifkan ketentuan Pasal tersebut,

kemudian Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan SEMA No. 1 Tahun 2002

tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga

Damai (Eks. Pasal 130 HIR/154 Rbg) yang kemudian diganti dengan

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2003 tanggal 11

September 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.34

Wajibnya hakim, mediator dan para pihak untuk menempuh

penyelesaian sengketa melalui mediasi telah diatur dalam Pasal 3 ayat (1)

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan. Dengan demikian, kewajiban untuk mendamaikan

para pihak melalui mediasi berada pada pemeriksaan di tingkat pertama,

sehingga peran hakim pada pengadilan tingkat pertama sangat menentukan.

34
M. Yahya Harahap, op.cit., hlm. 241.

25
Namun, dihadapkan pada kenyataan bahwa 100% putusan pengadilan berupa

putusan konvensional yang bercorak menang atau kalah (winning or losing),

jarang ditemukan dalam praktik putusan yang sama-sama menang (win-win

solution). Dengan demikian, diperlukan kesungguhan, kemampuan dan

dedikasi hakim untuk mendamaikan para pihak sebagaimana diharapkan

ketentuan Pasal 130 HIR atau Pasal 154 RBg. Hal ini untuk menghindari

predikat ketentuan Pasal 130 HIR atau Pasal 154 RBg merupakan rumusan

yang mati.35

Mediasi merupakan salah satu alat penyelesaian sengketa yang efektif

dan memiliki banyak kelebihan dan manfaat. Manfaat dan kelebihan

penggunaan jalur mediasi antara lain adalah bahwa sengketa dapat

diselesaikan dengan win-win solution karena pada prinsipnya sengketa

perdata adalah perdamaian, waktu yang digunakan tidak berkepanjangan,

biaya lebih ringan, tetap terpeliharanya hubungan antara dua orang yang

bersengketa dan terhindarkannya persoalan mereka dari publikasi yang

berlebihan. Mediasi tidak hanya bermanfaat bagi para pihak yang berperkara,

melainkan juga bermanfaat bagi dunia peradilan. Mediasi mengurangi

kemungkinan peningkatan jumlah perkara yang diajukan ke pengadilan.

Banyaknya perkara yang diselesaikan melalui mediasi otomatis akan

mengurangi tumpukan perkara di pengadilan. Rendahnya jumlah perkara

yang diajukan ke pengadilan akan memudahkan pengawasan apabila terjadi

kelambatan atau kesengajaan untuk melambatkan pemeriksaan suatu perkara

untuk suatu tujuan tertentu yang tidak terpuji. Sedikitnya jumlah perkara yang

35
Dian Maris Rahmah, op.cit., hlm 4-5.

26
diajukan ke pengadilan tersebut juga akan membuat pemeriksaan perkara di

Pengadilan berjalan lebih cepat.36

Proses mediasi harus selesai dalam jangka waktu paling lama 30 hari

kerja terhitung sejak pemilihan atau penetapan penunjukan mediator. Jika

disepakati oleh para pihak, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang menjadi

30 hari. Apabila mediasi berhasil, kesepakatan lengkap dengan klausula

pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai disamping dalam

sidang. Majelis Hakim kemudian akan mengukuhkan kesepakatan itu sebagai

akta perdamaian, tetapi apabila gagal adalah tugas mediator untuk

melaporkannya secara tertulis kepada Majelis Hakim. Konsekuensi kegagalan

tersebut memaksa Mejelis Hakim melanjutkan proses perkara.37

Majelis Hakim yang menangani perkara perdata menerangkan pada

kedua belah pihak, bahwa segala penyelesaian sengketa perdata harus terlebih

dahulu melalui mediasi.. Oleh sebab itu Ketua Majelis Hakim menjelaskan

bahwa adanya mediator-mediator yang nantinya dapat dipergunakan untuk

membantu proses penyelesaian perkara perdata dengan cara mediasi. Majelis

Hakim memberikan penjelasan bahwa mediator dapat dipilih sendiri dari luar

Pengadilan atau dari dalam Pengadilan. Untuk mediator dari dalam

Pengadilan, yang memilih adalah Majelis Hakim.38

Jika para pihak ingin menggunakan mediator dari dalam Pengadilan

Negeri, maka para pihak tidak dipungut biaya sama sekali. Sedangkan jika

para pihak menggunakan mediator dari luar Pengadilan Negeri, maka para

pihak dipungut biaya sesuai dengan perkara yang ditangani. Para pihak disini

diberi pilihan oleh Majelis Hakim apakah untuk mediator akan ditentukan

36
Ibid, halaman 4-5.
37
Ibid, halaman 5.
38
Ibid, halaman 5.

27
sendiri atau menggunakan mediator yang sudah ditentukan oleh Majelis

Hakim yang namanya sudah ada dalam daftar mediator Pengadilan Negeri.39

Pada hari sidang yang telah ditentukan oleh Majelis Hakim dan

memberikan penjelasan bahwa batas waktu yang diberikan untuk

menyelesaikan sengketa perdata dengan cara mediasi adalah empat puluh hari

kerja, kemudian setelah empat puluh hari kerja Majelis Hakim langsung

menentukan hari sidang untuk mendengarkan laporan dari mediator. Majelis

Hakim setelah selesai memberikan penjelasan kemudian menyerahkan

perkara tersebut ke mediator sepenuhnya untuk diusahakan perdamaian

melalui mediasi.40

Keberhasilan mediasi juga tercermin dari efektivitas pelaksanaan

mediasi yang bertumpu pada profesionalitas hakim mediator dalam

melaksanakan proses mediasi (keahlian di bidang hukum formil dan

materiil, dan juga keahlian di bidang psikologis), hakim mediator harus

bersertifikat, adanya substansi hukum atau peraturan yang jelas dan

terperinci untuk mengupayakan damai dengan sungguh-sungguh. Setiap

hakim mediator harus memiliki sertifikat mediator untuk meyakinkan bahwa

mediator tersebut mempunyai keterampilan dan kemampuan untuk

menyelesaikan perkara dengan menggunakan teknik yang baik dan efektif

serta mediasi dapat berhasil.41

Mediator harus pandai dan memiliki kemauan yang tinggi dalam

mengatasi masalah atau hambatan yang dapat menghambat keberhasilan

mediasi saat proses mediasi berlangsung. Upaya hakim mediator untuk

mengatasi hambatan tersebut adalah mediator kembali memberi

39
Ibid, halaman 5.
40
Ibid, halaman 5-6.
41
Ibid, halaman 7.

28
pandangan-pandangan kepada para pihak tentang manfaat yang dapat

diperoleh dari adanya mediasi, menyarankan kepada kuasa hukum agar para

pihak yang berkepentingan sendiri yang datang pada saat mediasi. Hakim

tetap menghimbau kepada para pihak bahwa walaupun mediasi awal gagal

namun peluang damai masih tetap ada. Jika pada saat mediasi para pihak

tidak hadir meskipun sudah dipanggil dua kali secara patut mediasi akan

dinyatakan gagal, meskipun demikian hakim mediator akan tetap membuat

berita acara bahwa mediasi telah dilaksanakan agar putusan tersebut tidak

batal pada tingkat banding. Seorang hakim mediator harus bisa menangani

semua hal yang menjadi faktor penghambat perdamaian antara kedua

belah pihak, harus bisa menanggapi/ menyikapi masalah yang kedua belah

pihak hadapi. Hakim mediator harus adil dalam mendengar para pihak, agar

kedua belah pihak tidak merasa dirugikan satu sama lain. Karena kembali lagi

kepada prinsipnya bahwa dalam penyelesaian sengketa melalui perdamaian

dalam hal ini mediasi yang dicari adalah solusi yang terbaik, tidak ada pihak

yang menang atau kalah.42

B. Pemeriksaan Perkara Perceraian Antara Reza Arap dan Wendy Walters

dalam Persidangan

Setelah mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara,

proses pemeriksaan di pengadilan antara Wendy dan Reza dimulai dengan

tahap mediasi. Seperti tujuan utama mediasi, diharapkan kedua belah pihak

masih dapat berdamai dan mengurungkan niatnya untuk menuju ke

perceraian. Kedua pihak berdasarkan jadwal akan dipertemukan atau mediasi

pada 22 November 2022. Akan tetapi pada panggilan pertama Reza tidak

42
Ibid, halaman 8.

29
datang untuk menghadiri mediasi. Mengingat ayat pertama pada pasal 125

HIR, yang menyebutkan apabila pada hari sidang (mediasi) pertama gugatan

tersebut tergugat tidak hadir atau tidak mewakilkan kehadirannya, sebelum

memeriksa isi gugatan hendaknya hakim menunda sidang pada hari lain dan

memerintahkan untuk memanggil tergugat, pemberitahuan tersebut bagi

pihak yang datang sama dengan panggilan, apabila tergugat tidak hadir

kembali, maka dapat bagi pengadilan bahwa tuntutan itu melawan hak atau

tidak beralasan.

Pada 25 November 2022, akhirnya Reza datang dalam sidang mediasi

perceraiannya dengan Wendy. Namun, hasil sidang melalui proses mediasi

yang dihadiri kedua pihak tersebut dinyatakan gagal dan kedua pihak sepakat

bercerai. Dalam hal ini proses mediasi (penyelesaian secara damai) sudah

tidak berhasil, maka perkara dilanjutkan ke tahap persidangan pada tingkat

pertama.

Sidang cerai Wendy dan Reza digelar di Pengadilan Negeri Jakarta

Utara pada 6 Desember 2022. Dalam sidang perdana ini, kedua belah Pihak

tidak hadir di persidangan. Kedua Pihak hanya diwakilkan oleh kuasa

hukumnya masing-masing. Berdasarkan pernyataan kuasa hukum Wendy,

Jesconiaih Siahaan, sidang perdana kali ini hanya penentuan jadwal untuk

persidangan selanjutnya yang digelar secara e-court atau online.

Sidang selanjutnya dilanjutkan dilanjutkan pada 13 Desember 2022

mendatang secara e-court dengan agenda replik dari penggugat yakni Wendy

Walters. Selanjutnya agenda replik dari pihak penggugat tanggal 20

Desember, kemudian duplik tanggal 27 Desember. Lalu dilanjutkan

30
pembuktian, pengajuan bukti di tanggal 3 Januari dari penggugat (Wendy)

dari tergugat (Reza) tanggal 10 Januari.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran Penting Proses Mediasi dalam Pemeriksaan Perkara di

Persidangan

Wajibnya hakim, mediator dan para pihak untuk menempuh

penyelesaian sengketa melalui mediasi telah diatur dalam Pasal 3 ayat

(1) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan. Dengan demikian, kewajiban untuk

mendamaikan para pihak melalui mediasi berada pada pemeriksaan di

tingkat pertama, sehingga peran hakim pada pengadilan tingkat pertama

sangat menentukan.

Mediasi merupakan salah satu alat penyelesaian sengketa yang efektif

dan memiliki banyak kelebihan dan manfaat. Manfaat dan kelebihan

penggunaan jalur mediasi antara lain adalah bahwa sengketa dapat

diselesaikan dengan win-win solution karena pada prinsipnya sengketa

perdata adalah perdamaian, waktu yang digunakan tidak

berkepanjangan, biaya lebih ringan, tetap terpeliharanya hubungan

antara dua orang yang bersengketa dan terhindarkannya persoalan

mereka dari publikasi yang berlebihan.

Adanya mediator-mediator yang nantinya dapat dipergunakan untuk

membantu proses penyelesaian perkara perdata dengan cara mediasi.

Majelis Hakim memberikan penjelasan bahwa mediator dapat dipilih

sendiri dari luar Pengadilan atau dari dalam Pengadilan. Untuk mediator

dari dalam Pengadilan, yang memilih adalah Majelis Hakim.

32
2. Pemeriksaan Perkara Perceraian Antara Reza Arap dan

Wendy Walters dalam Persidangan

Setelah mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta

Utara, proses pemeriksaan di pengadilan antara Wendy dan Reza

dimulai dengan tahap mediasi. Namun pada akhirnya proses

mediasi dinyatakan gagal dan kedua belah pihak sepakat untuk

bercerai. Dalam proses perceraian Wendy dan Reza ditemukan

proses mediasi, verstekI, replik dan duplik.

B. Saran

Dalam suatu sengketa, perlu diutamakannya proses mediasi sebagai

jalan pertama penyelesaian sengketa. Apabila proses mediasi tidak

melahirkan hasil yang baik, maka barulah digunakan proses persidangan

(litigasi).

33
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Buku

Harahap, M. Yahya. 2013. Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika.

Manan, Abdul. 2006. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, Cet.1. Jakarta: Kencana.

Mujahidin, Ahmad. 2008. Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama

dan Mahkamah Syariah di Indonesia. Jakarta: Ikatan Hakim Indonesia

IKAHI.

Rasyid, Laila M dan Herinawati. 2015. Hukum Acara Perdata. Lhokseumawe:

Unimal Press.

Saleh, Wantjik. 1977. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Wahyudi. 2008. Management Konfik: Pedoman Praktis bagi Pemimpin Visioner.

Bandung: Alfabeta.

Yulia. 2018. Hukum Acara Perdata. Lhokseumawe: Unimal Press.

Undang-Undang dan lainnya

Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR)

Reglement voor de Buitengewesten (RBg)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP)

iv
Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa

Peraturan Mahkamah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi dan terakhir

diubah dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan

Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 1 Tahun 2002 tentang

Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai

yang kemudian diganti dengan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)

Nomor 2 Tahun 2003 tanggal 11 September 2003 tentang Prosedur Mediasi

Jurnal

Fatimah dan Untoro. 2014. Pemberlakuan Mediasi di Pengadilan Negeri pada

Perkara Perdata untuk Memperluas Akses Bagi Para Pihak Memperoleh Rasa

Keadilan. Lex Jurnalica 11 (2).

Dian Maris Rahmah. 2019. Optimalisasi Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi di

Pengadilan. Jurnal Bina Mulia Hukum 4 (1): 2.

Mardalena Hanifah. 2016. Kajian Yuridis: Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian

Sengketa Perdata di Pengadilan. Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER 2

(1).

Website dan Lainnya.

Febriani, Hani. 2022. “Mediasi dengan Wendy Walters Gagal, Reza Arap: Gue

Sendiri Sudah Nggak Bisa Pertahankan Rumah Tangga”,

https://www.pikiran-rakyat.com/entertainment/amp/pr-015890122/mediasi-

v
dengan-wendy-walters-gagal-reza-arap-gue-sendiri-sudah-nggak-bisa-

pertahankan-rumah-tangga, diakses pada 25 September 2023, pukul 22:28.

Kapanlagi.com. 2022. “Reza Arap dan Wendy Walters Kompak Tak Hadiri Sidang

Cerai, Ini Kata Kuasa Hukum”,

https://www.kapanlagi.com/amp/showbiz/selebriti/reza-arap-dan-wendy-

walters-kompak-tak-hadiri-sidang-cerai-ini-kata-kuasa-hukum-1c5152.html,

diakses pada 25 September 2023, pukul 22:30.

Hanif, Rifqani Nur Fauziah. “Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa”,

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-

artikel/13628/Arbitrase-Dan-Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.html, diakes

pada 25 September 2023, pukul 19:05.

IAIN Kudus Repository.

http://repository.iainkudus.ac.id/5767/5/5.%20BAB%20II.pdf, diakses pada

25 September 2023, ppukul 19:20.

“Intervensi (Interventie) dalam Hukum Acara Perdata”, legalstudies71.blogspot.com,

diakses pada 24 September 2023 pukul 22:52.

“Materi PKPA: Replik dan Duplik dalam Hukum Acara Perdata.”,

https://heylaw.id/blog/materi-pkpa-replik-dan-duplik-dalam-hukum-acara-

perdata, diakses pada 24 September 2023 pukul 22:32.

“Apa Itu Replik? Pengertian serta Fungsinya dalam Pengadilan”, inews.id, diakses

pada 24 September 2023 pukul 22:35.

vi
“Prinsip dan Teknik Menyusun Replik dan Duplik”, boyyendratamin.com, diakses

pada 24 September 2023 pukul 22:44.

Tim CNN Indonesia, “Proses Perceraiain Wendy Walters dan Reza Arap Sudah

Berjalan”, https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20221117155825-234-

875171/proses-perceraian-wendy-walters-dan-reza-arap-sudah-berjalan,

diakses pada 26 September 2023.

vii

You might also like