You are on page 1of 11

LAPORAN TUGAS INDIVIDUAL

DISKUSI KELOMPOK PEMICU 4


“Badi cabut gigi”
BLOK 4
BIOETIKA DAN MEDIKOLEGAL

DISUSUN OLEH :
Yessica Simangunsong
210600039

FASILITATOR :
Maria N H Sitanggang, drg.,MDSC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN
Gigi merupakan organ terpenting pada manusia. Gigi berfungsi sebagai pengunyah
setiap makanan yang masuk ke mulut untuk diteruskan ke dalam tubuh manusia. Proses
ini berlangsung mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Pencabutan gigi
dilakukan karena beberapa alasan, termasuk di dalamnya adalah karies, karies gigi
merupakan sebagai penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah
pulpa. Pulpa yang terinfeksi akan menyebabkan terjadinya pulpitis yang lama kelamaan
dapat mengakibatkan kematian pulpa karena gangrene pulpa.

2. DESKRIPSI
Nama Pemicu : Badi cabut gigi
Penyusun: Simson Damanik, drg., M.Kes, Gema Nazri Yanti, drg, M.Kes, Siska Ella
Natassa, drg, M.DSc
Tanggal: Senin/03 Januari 2022

Ibu Nadya membawa anaknya bernama Badi umur 14 tahun ke dokter gigi ingin
mencabut gigi geraham bawah kanan yang sudah berlubang besar dan sering terasa
sakit. Setelah dokter melakukan pemeriksaan, gigi tersebut telah berubah warna dan
karies mencapai pulpa, maka dokter gigi mendiagnosa gigi tersebut gangren. Dokter
gigi menganestesi gigi tersebut dan melakukan pencabutan gigi dengan terlebih dahulu
menggunakan bein agar gigi menjadi longgar. Dokter gigi tersebut selalu berganti-ganti
menggunakan tang dan bein. Setelah dokter tersebut berusaha, ternyata gigi yang
tercabut yaitu gigi tetangganya gigi premolar kedua, selanjutnya baru gigi yang menjadi
keluhan yang tercabut. Setelah selesai dilakukan pencabutan, pasien mengeluhkan rasa
kebas di sekitar area gigi geraham bawah kanan.

Pertanyaan :
1. Apakah tindakan dokter gigi dalam mencabut gigi sudah sesuai prosedur?
2. Apakah dokter tersebut melakukan malpraktek?
3. Bagaimana jalur tuntutan bila pasien hendak melakukan tuntutan?
4. Bagaimana pendapat saudara tindakan dokter gigi tersebut ditinjau dari segi prinsip-
prinsip etik, etika medik dan sumpah kedokteran gigi?
5. Bila pasien ingin mengganti gigi nya dengan gigi palsu yang cekat, kemudian dokter
gigi bekerjasama dengan tukang gigi, bagaimana pendapat saudara?
6. Apakah efek kebas di sekitar area gigi geraham bawah kanan disebabkan oleh
tindakan pencabutan / efek anastesi?Mohon berikan penjelasan saudara!

Learning issue
 Prinsip-prinsip bioetika/ kaidah dasar bioetika:
1. Unsur utama prinsip bioetika/kaidah dasar bioetika: beneficence, non
maleficence, autonomy, justice
2. Unsur turunan dari prinsip utama bioetika: veracity, fidelity,
privacy/confidentially, honesty
 UU Kesehatan no.23 Tahun 1992
 Malpraktek
 UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
 Jalur tuntutan menyangkut pada hukum dan tingkatan-tingkatannya
BAB III
PEMBAHASAN

1. Apakah tindakan dokter gigi dalam mencabut gigi sudah sesuai prosedur?
Tindakan dokter gigi tidak sesuai prosedur penanganan sebelum gigi dicabut, akan
tetapi prosedur saat pencabutan dilakukan dengan baik menggunakan bein, hanya saja
dokter melakukan kelalaian yang mengakibatkan munculnya tindakan malpraktik
Pencabutan gigi dilakukan karena beberapa alasan, termasuk di dalamnya adalah karies,
karies gigi merupakan sebagai penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan daerah interproximal) meluas ke
arah pulpa. Pulpa yang terinfeksi akan menyebabkan terjadinya pulpitis yang lama
kelamaan dapat mengakibatkan kematian pulpa karena gangrene pulpa. Infeksi dari
gangrene pulpa akan meluas keluar dari foramen apical menuju ke arah periapikal
menyebabkan lesi di daerah periapikal.1
Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang,
elevator, atau pendekatan transalveolar (Pedlar dkk., 2001).
Ada 2 metode pencabutan gigi:2
 Pencabutan intra-alveolar
Pencabutan intra-alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan
tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga disebut forceps
extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus
pencabutan gigi
 Pencabutan trans-alveolar.
Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode intra-
alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan
metode trans-alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu
mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode
terbuka atau metode bedah yang digunakan pada kasus-kasus:
a. Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alvelar
b.Gigi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
c. Gigi yang mengalami germinasi atau dilaserasi
d.Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein,
terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris
Berdasarkan metode pencabutan gigi yang telah dijelaskan di atas, dokter gigi tersebut
melakukan pencabutan gigi dengan metode intra-alveolar, dimana dokter tersebut
menggunakan tang dan bein secara bergantian.
Prosedur melakukan pencabutan gigi:
Berdasarkan prosedur dengan referensi dan kebijakan KEP. MENKES RI NO 284/
MENKES /SK/ IV /2006 tentang standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Penanganan yang harus dilakukan sebelum gigi dicabut, yaitu :
a. Melakukan anamnesis berdasarkan Basic Fundamental Four dan Sacred Seven :
tidak dilakukan
b. Melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu : dilakukan
c. Menetapkan diagnosis : dilakukan
d. Mencatat rekam medis pasien : tidak dilakukan
e. Menjelaskan perawatan atau tindakan yang akan dilakukan terhadap penyakit
pasien : tidak disebut
f. Meminta persetujuan pasien (informed consent) : tidak dilakukan
g. Melakukan tindakan perawatan
Karena gigi belum goyang maka dibutuhkan alat bantu seperti bein atau elevator
sebelum tindakan penacabutan agar gigi menjadi longgar. Dokter gigi tersebut selalu
berganti-ganti menggunakan tang dan bein. Setelah dokter tersebut berusaha, ternyata
gigi yang tercabut yaitu gigi tetangganya.

2. Apakah dokter tersebut melakukan malpraktek?


Tindakan dokter melakukan malpraktik akibat kelalaian yang dilakukannya. Dan
merupakan jenis malpraktik perdata.
Malapraktik merupakan kesalahan dalam menjalankan profesi sebagai dokter, dokter
gigi maupun tenaga medis, akibat dari sikap kurang teliti, kelalaian, atau kurang hati-
hati dalam menjalankan tugas yang mengakibatkan kerugian hingga kematian terhadap
pasien. Dokter / tenaga medis dan rumah sakit dapat dimintai pertanggung jawaban
hukum.3
Malpraltek dibedakan menjadi dua jenis:
1. Malpraktek etik
malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan
dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan
2. Malpraktik yuridis
malpraktik yuridis ini dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu
 malpraktik perdata (civil malpractice),
Malpraktik perdata termasuk kelalaian ringan seperti wanprestasi, sehingga
menimbulkan kerugian kepada pasien.
 malpraktik pidana (criminal malpractice) dan
Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami
cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati.
 malpraktik administratif (administrative malpractice).
Malpraktek administrasi terjadi jika dokter atau tenaga kesehatan
menjalankan praktek tanpa izin.4
Pada pasal 1 Ayat (10) Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran. Dokter memiliki keterikatan moral dan profesi sesuai dengan ketentuan
hukum dalam menjalankan profesinya pada scenario dokter melakukan kelalaian dan
tidak profesial dalam menjalankan profesinya. Maka dokter melakukan malpraktik
perdata.

3. Bagaimana jalur tuntutan bila pasien hendak melakukan tuntutan?


Dalam Pasal 1366 KUH Perdata yang menegaskan bahwa: Setiap orang bertanggung
jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan
juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya
Kelalaian mencakup 2 hal :
1. Karena melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan
2. Karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
Dalam scenario dokter gigi melakukan kelalaian karena melakukan sesuatu yang
seharusnya tidak boleh dilakukan
Dan pada UU No 23 tahun 1992 khususnya pada pasal 55 ayat (1) tentang Kesehatan :
“setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan”. Dokter telah melakukan tindakan malpraktik maka keluarga pasien
berhak atas ganti rugi tindakan dokter,
Maka jalur tuntutan bila pasien hendak melakukan tuntutan adalah dengan mengadukan
secara tertulis kepada PDGI atau ke bidang kesehatan. Jika bidang kesehatan setuju
maka dilanjutkan pengaduan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI) dengan memuat identitas pengadu, nama dan alamat tempat praktik dokter
atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan dan alasan pengaduan. Setelah itu
MKDKI memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan
dengan disiplin dokter dan dokter gigi. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan
pelanggaran etika, MKDKI meneruskan pengaduan pada organisasi profesi. Keputusan
yang diberikan MKDKI bersifat mengikat, dimana keputusan tersebut berupa
dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin. 5
Karena malpraktik yang terjadi adalah karena kelalaian atau kecelakaan kecil maka
kemungkinan besar dokter akan menerima hukum perdata, hukum etika, dan bila
keluarga pasien mau berdamai diselesaikan dengan mediasi.

4. Bagaimana pendapat saudara tindakan dokter gigi tersebut ditinjau dari segi
prinsip-prinsip etik, etika medik dan sumpah kedokteran gigi?
Tindakan dokter gigi melanggar prinsip etika.
Penerapan prinsip-prinsip etika dan hukum harus selalu dijunjung tinggi oleh setiap
dokter karena akan menyelamatkan dokter dari gugatan dan tuntutan juga sekaligus
merefleksikan pribadi dokter sebagai profesi yang luhur dan mulia sepanjang masa.
Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu:
1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama
hak otonomi pasien (the rights to self determination),
 Pada kasus ini dokter tidak menerapkan prinsip ini, dokter tidakmemberi
informasi yang lengkap pada pasien dan tidak melakukan informed consent.
2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien;
 Dokter melanggar prinsip ini, karena kelalaian yang dilakukan dokter salah
mencabut gigi yang menyebabkan kerugian pada pasien.
3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere”
atau “above all do no harm”,
 Dokter tidak menerapkan prinsip ini, karena kelalaian yang dilakukan
dokter pasien justru menderita sakit yang seharusnya tidak dirasakannya.
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).6
 Dokter telah menerapkan prinsip ini dengan tidak memilih-milih pasien.
Sedangkan empat kaidah turunan dari prinsip bioetika terdiri atas:
1. Veracity (jujur, memberikan informasi akurat, tepat waktu, terpercaya, dan
menyeluruh)
 Dokter tidak menerapkan prinsip ini, karena tidak memberi informasi yang
lengkap dan akurat pada pasien.
2. Fidelity (setia, menepati janji/kontrak, dan mendahulukan kepentingan pasien)
 Dokter tidak menerapkan prinsip ini karena ia salah mencabut gigi pasien.
3. Privacy (menghormati hak seseorang untuk mengontrol akses terhadap dirinya)
/Confidentiality (menjaga kerahasiaan),
 Dokter telah menerapkan prinsip ini karena dokter menghormati hak pasien
tidak memberi tahu rahasia pasien pada orang lain
4. Honesty (jujur)
 Sama seperti veracity, karena pemberian informasi tidak dilakukan dengan
baik sehingga informasi yang diberikan tidak cukup, dan mengakibatkan
dokter tidak jujur akan informasi yang diberikan.

Etika Medik
a. Dalam PERMENKES No.585 tahun 1989 tentang persetujuan teknik medis
dokter harus memberiksn penjelesan pada psien atau keluarga pasien sesuai
UUPK. Dalam kasus dokter tidak meminta persetujuan dari pasien dalam
bertindak sehingga dokter telah melanggar peratursn ysng berlaku.
b. Dokter juga melanggar kewajiban umum Pasal 2 dimana dokter harus
senantiasa menjalankan profesinya secara optimal. Disini dokter gigi tidak
menjalankannya secara optimal sehingga dokter malah memperburuk keadaan
pasien.
c. Dalam Kode etik Bab 1 Pasal 1 Ayat 1. Dokter Gigi di Indonesia wajib
menunjung tinggi, menghayati, mentaati dan mengamalkan Sumpah/Janji
Dokter Gigi Indonesia. Artinya dokter gigi wajib menghargai hak pasien dalam
menentukan nasib dan menjaga rahasianya, mengutamakan kepentingan pasien,
melindungi pasien dari kerugian, memperlakukan orang lain dengan adil, selalu
jujur baik terhadap pasien, masyarakat, teman sejawat maupun profesi lainnya,
sesuai dengan martabat luhur profesi Dokter Gigi.
Dokter melanggar lafal sumpah kedokteran gigi
a. Dalam ayat 3 berisi “Saya, akan menjalankan tugas saya dengan cara yang
terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter
gigi”
b. Dalam ayat 7 “Saya akan sentiasa mengutamakan kesehatan penderita” Dalam
skenario tampak dokter gigi tidak melakukan perawatan/pengobatan sampai
semaksimal mungkin
c. Dalam ayat 10 “Saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Gigi Indonesia” karena dokter melanggar Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
pasal 14 “Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian.”

5. Bila pasien ingin mengganti gigi nya dengan gigi palsu yang cekat, kemudian
dokter gigi bekerjasama dengan tukang gigi, bagaimana pendapat saudara?
Menurut saya kerja sama tersebut sebaiknya tidak dilakukan dengan tukang gigi.
Permenkes Nomor 39 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (1), tukang gigi adalah setiap orang
yang memiliki keahlian membuat dan memasang gigi tiruan lepas pasang. Dan pada
Pasal 6 ayat (1) Pekerjaan Tukang Gigi hanya dapat dilakukan apabila:
a. tidak membahayakan kesehatan, tidak menyebabkan kesakitan dan kematian;
b. aman
c. tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat; dan
d. tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat.
Dan ayat (2) Pekerjaan Tukang Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya
berupa:
a. membuat gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari bahan heat
curing acrylic yang memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan; dan
b. memasang gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari bahan
heat curing acrylic dengan tidak menutupi sisa akar gigi.7
Maka membuat gigi palsu cekatan bukanlah wewenang tukang gigi, oleh karenanya
dokter gigi sebaiknya tidak melakukan kerja sama dengan tukang gigi.

6. Apakah efek kebas di sekitar area gigi geraham bawah kanan disebabkan oleh
tindakan pencabutan / efek anastesi?Mohon berikan penjelasan saudara!
Efek kebas di sekitar area gigi disebabkan oleh efek pemberian anastesi.
Dalam melakukan tindakan pencabutan, pemberian anestesi diberikan untuk mencegah
tejadinya rasa sakit pada pasien akibat prosedur kedokteran gigi yang dilakukan dan
menunjang keberhasilan tindakan pencabutan.8 Dokter gigi akan memberikan bius
lokal melalui suntikan pada saraf di sekitar gigi yang akan dicabut. Untuk mengurangi
rasa sakit karena suntikan, dokter dapat terlebih dahulu mengoleskan gel anastesi pada
area yang akan disuntik.9
Setelah obat bius berkerja, efek kebas akan timbul di sekitar area gigi geraham kanan
disebabkan oleh efek anastesi tersebut. Setelah dilakukan anastesi, dokter menggoyang
gigi dengan menggunakan alat pengungkit, dalam scenario digunakan bein sebagai
elevator. Karena efek kebas yang timbul tersebut pasien tidak merasakan sakit saat gigi
dicabut, pasien hanya akan merasakan giginya seperti ditekan saja. Biasanya, efek
anastesi setelah cabut gigi akan menghilang perlahan, karena obat terbawa ke dalam
aliran darah.
BAB III
PENUTUP

Proses ini berlangsung mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Pencabutan gigi
dilakukan karena beberapa alasan, termasuk di dalamnya adalah karies, karies gigi
merupakan sebagai penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,
Malapraktik merupakan kesalahan dalam menjalankan profesi sebagai dokter, dokter
gigi maupun tenaga medis, akibat dari sikap kurang teliti, kelalaian, atau kurang hati-
hati dalam menjalankan tugas yang mengakibatkan kerugian hingga kematian terhadap
pasien. Dokter / tenaga medis dan rumah sakit dapat dimintai pertanggung jawaban
hukum

DAFTAR PUSTAKA:
1. Yuwono Budi. Penatalaksanaan pencabutan gigi dengan kondisi sisa akar (gangren
radik). Stomatognatic (J.K.G Unej) 2010; 7(2):89-95.
2. Priana AE. Prevalensi komplikasi pencabutan gigi di RSGMP. 2013
3. Asvatham NK. Pertanggungjawaban perdata tenaga medis apabila melakukan
malapraktik medis. Jurnal Kertha Semaya 2020; 8(4): 510-519.
4. Fitriono RA, Setyanto B, Ginting R. Penegakan hukum malpraktik melalui
pendekatan mediasi penal. Jurnal Yustisia 2016; 5(1) : 87-93.
5. Sulistyani Venny, Syamsu Zulhasmar. Pertanggungjawaban perdata seorang dokter
dalam kasus malpraktek medis. Lex Jurnalica 2015; 12(2): 141.
6. Sofia J. A. Kajian penerapan etika dokter pada pemberian pelayanan kesehatan di
era pandemi covid-19. Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi 2020; 8(2): 19.
7. Sari AN. Analisis hukum terhadap tanggung jawab jasa tukang gigi menurut
peraturan menteri kesehatan nomor 39 tahun 2014 tentang pembinaan pengawasan
dan perizinan pekerjaan tukang gigi. Jurnal Cepalo 2018; 2(1): 21-31.
8. Ikhsan M, Mariati NW, Mintjelungan C. Gambaran penggunaan bahan anestesi
lokal untuk pencabutan gigi tetap. Jurnal e-GiGi 2013; 1(2): 105-114.
9. Nareza Meva. Cabut gigi, ini yang harus Anda ketahui.2021.
https://www.alodokter.com/ketahui-hal-hal-yang-berkaitan-dengan-cabut-gigi.

You might also like