You are on page 1of 10

Nama : Sylvia Ardella

Kelas BAPPENAS 2023

ANALISIS FAKTOR PENENTU TRANSFORMASI UPK DBM MENJADI BUMDESMA


DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORITIS

1. Implementasi Kebijakan

Implementasi Kebijakan Pengertian implementasi dalam kamus Webster New College


Dictionary dalam wahab (2001:64) dirumuskan secara singkat bahwa “to implement
(mengimplementasikan) berarti to provide the means force carrying out (menyediakan sarana
untuk melakukan sesuatu).
Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008:7) mendefinisikan kebijakan
sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitankesulitan)
dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Jika pandangan ini diikuti, maka implementasi kebijakan
dapat diartikan sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (kebijakan dalam
bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan atau dekrit presiden)
(Zulfian,2014).
Mazmaian dan Sabtier (Wahab,2008:65) memberikan pengertian tentang implementasi
kebijakan yaitu: kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya
pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk
mengadministrasikan maupun menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau
kejadian-kejadian (Masitoh, 2019).
Implementasi kebijakan atau program secara garis besar dipengaruhi isi kebijakan dan
konteks implementasi, keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur
luaran program berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program dilihat melalui dampaknya
terhadap sasaran yang dituju baik individu dan kelompok maupun masyarakat, luaran
implementasi kebijakan adalah perubahan dan diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.
(Zulfian,2014)
Menurut Nugroho (2003:159) menyatakan kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang
atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan penjelas atau peraturan
pelaksanaan, sedangkan kebijakan publik yang langsung operasional antara lain adalah Keppres,
Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas. Kemudian Nugroho (2003:
160) menyatakan pula bahwa dalam managemen sektor publik, kebijakan publik dari tahap
formulasi hingga implementasi perlu mengikuti kaidah yang dimulai dari : Visi, Misi, Rencana,
Strategi, Program, Proyek, Kegiatan dan Umpan Balik. Dengan demikian semakin jelas bahwa
implementasi kebijakan di dalam konteks managemen berada di dalam kerangka organizing,
leading and controling. Kemudian secara rinci kegiatan managemen implementasi kebijakan
berurutan dari tahapan : a) Implementasi Strategi, b) Pengorganisasian, c) Penggerakan dan
Kepemimpinan serta d) Pengendalian (Nugroho, 2003: 163).

2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas


masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai
persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah
daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan
berbagai hasil yang dicapai. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat bersifat inklusif,
dalam arti lain turut melibatkan masyarakat sasaran program. Keberhasilan program tidak
hanya bergantung pada pihak yang melakukan pemberdayaan, tetapi juga oleh keaktifan pihak
yang diberdayakan.

Adapun Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat :

a. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat :

1. Kesetaraan Dalam proses pemberdayaan, penting untuk mengedepankan kesetaraan


kedudukan masyarakat dengan lembaga yang melakukan program pemberdayaan. Masing-
masing pihak yang terlibat saling mengakui kelebihan dan kekurangan sehingga dapat saling
bertukar pengetahuan, pengalaman, dan dukungan.

2. Partisipasi Program akan berhasil menstimulasi kemandirian masyarakat jika bersifat


partisipasif, artinya masyarakat ikut merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan
mengevaluasinya. Tentu saja dalam prosesnya, pendamping harus berkomitmen untuk
membina dan mengarahkan masyarakat secara jelas.

3. Keswadayaan dan Kemandirian Prinsip keswadayaan artinya menghargai dan


mengedepankan kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak
memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan, melainkan sebaliknya.

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat :

1) Perbaikan kelembagaan Dengan memperbaiki kegiatan yang dilakukan, diharapkan dapat


memperbaiki kelembagaan. Kelembagaan yang baik akan mendorong masyarakat untuk ikut
berpartisipasidalam kegiatan.

2) Perbaikan Usaha Perbaikan kelembagaan diharap akan memperbaiki bisnis yang dilakukan
sehingga mampu memberikan manfaat kepada anggota lembaga tersebut dan masyarakat yang
ada di sekitarnya.

3) Perbaikan Pendapatan Perbaikan bisnis diharap dapat memperbaiki pendapatan seluruh


anggota lembaga, termasuk masyarakat.

4) Perbaikan Lingkungan Perbaikan pendapatan diharap dapat memperbaiki lingkungan fisik


dan sosialkarena kerusakan lingkungan kerap disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan
yang terbatas.

5) Perbaikan Kehidupan Pendapatan dan lingkungan yang baik akan memperbaiki standar
kehidupan masyarakat. Ini dapat dilihat dari tingkat kesehatan, pendidikan, dan daya beli.

6) Perbaikan Masyarakat Jika setiap keluarga mempunyai kehidupan yang baik, akan tercipta
kehidupan masyarakat yang lebih baik pula

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, yang selanjutnya


disebut PNPM-MPd adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara
terpadu dan berkelanjutan yang berbasis pada pembangunan partisipatif. Tujuan PNPM
Mandiri adalah mengajak masyarakat untuk merancang dan menyetujui agenda pembangunan
mereka sendiri. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, kerangka
program yang partisipatif dan transparan juga membantu meningkatkan tata pemerintahan
daerah. Program ini merupakan bagian utama dari usaha pemerintah dalam pengentasan
kemiskinan. Sejak tahun 2007 program ini sudah berkembang pesat, dengan komponen
terbesarnya yaitu PNPM Mandiri Perdesaan, yang diawali pada tahun 1998 dengan nama
Program Pengembangan Kecamatan, dan PNPM Perkotaan yang diawali tahun 1999 dengan
nama Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Program pemerintah pusat ini telah
berhenti per 31 Desember 2014.

Dana Bergulir Masyarakat Eks PNPM-MPd yang selanjutnya disebut DBM Eks PNPM-
MPd adalah seluruh dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
melalui bantuan langsungmasyarakat PNPM-MPd serta perkembangan atau pertumbuhannya,
yang diberikan kepada masyarakat untuk kegiatan pinjaman perguliran sesuai mekanisme yang
telah ditetapkan. Dana bergulir masyarakat ini merupakan program yang berasal dari Bantuan
Langsung Masyarakat pada Program Pengembangan Kecamatan (BLM-PPK), dan Bantuan
Langsung Masyarakat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (BLM-PNPM) Mandiri
Perdesaan disalurkan kepada masyarakat melalui Unit Pengelola Kegiatan (UPK), mendanai
kegiatan ekonomi rumah tangga miskin melalui kelompok-kelompok masyarakat.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang BUM Desa


PP 11 tahun 2021 tentang BUMDesa merupakan aturan pelaksanaan UU 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik
Desa melaksanakan Ketentuan Pasal 117 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Badan Usaha
Milik Desa. Bumdes yang selama ini kita kenal dalam aturan Perundang-undangan disebut
dengan BUMDesa. Badan Usaha Milik Desa dalam ketentuan umum PP 11 tahun 2021 tentang
BUMDesa atau BUMDES adalah badan hukum yang didirikan oleh desa dan/atau bersama desa-
desa guna mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan produktivitas,
menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Badan Hukum BUM Desa / BUM Desa bersama


Persoalan mengenai badan hukum BUM Desa akhirnya dapat terjawab dengan lahirnya PP
tentang BUM Desa. Ini tentu menjadi harapan baru, karena telah ada aturan yang khusus
mengenai BUM Desa dan BUM Desa Bersama.
Badan hukum BUM Desa diperoleh melalui tahapan: (1) pengajuan nama; (2) Musyawarah
Desa/MAD pendirian; (3) pendaftaran BUM Desa; (5) verifikasi oleh Kementerian Desa
dilanjutkan dengan penerusan data ke Kemenkumham; (7) Status badan hukum diperoleh saat
terbit sertifikat pendaftaran elektronik dari Menkumham.

Organisasi BUM Desa / BUM Desa bersama


Organisasi BUM Desa/ BUM Desa bersama terpisah dari Pemerintah Desa, terdiri atas: (1)
Musyawarah Desa/MAD; (2) Penasihat; (3) Pelaksana Operasional; dan (4) Pengawas. Semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan diwujudkan dengan memosisikan Musyawarah Desa/MAD
sebagai organ tertinggi.

Masa jabatan pelaksana operasional dan pengawas adalah 5 tahun dan dapat diangkat kembali
maksimal 2 kali masa jabatan. Pembatasan masa jabatan ini didasarkan pada pentingnya
keberlanjutan BUM Desa yang profesional dengan tetap mempertimbangkan proses kaderisasi.

Penyertaan Modal Desa


Desa dapat melakukan penyertaan modal dalam bentuk uang dan/atau barang selain tanah dan
bangunan. Barang tersebut harus dipindahtangankan sehingga beralih status menjadi aset BUM
Desa. Aset tanah dan bangunan milik Desa tetap dapat dikelola atau dimanfaatkan oleh BUM
Desa dengan skema kerja sama usaha.

Aturan ini mempertegas bagaimana aset atau modal yang bisa BUM Desa dapatkan dari
penyertaan desa. Tentu akan mempermudah dan memperjelas bagaimana asal-usul dari pada
modal atau aset BUM Desa.

Pinjaman
BUM Desa dapat melakukan pinjaman sesuai kelaziman praktik dunia usaha, dengan ketentuan:
digunakan untuk pengembangan usaha atau pembentukan unit usaha, waktu pengembalian
tidak melebihi sisa masa jabatan direktur, memiliki laporan keuangan yang sehat minimal 2
tahun terakhir, tidak mengakibatkan perubahan proporsi modal, dan disetujui oleh penasihat
atau Musyawarah Desa/MAD.

Kerja Sama
BUM Desa dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak seperti pemerintah (termasuk
Pemerintah Desa), dunia usaha, koperasi, lembaga non-pemerintah dan lain-lain. Kerja sama
harus disetujui oleh Musyawarah Desa/MAD atau penasihat sesuai kewenangan masing-
masing.

Penghentian Kegiatan Usaha


Berdasarkan hasil analisis investasi, penilaian kesehatan dan evaluasi kinerja, Musyawarah
Desa/MAD dapat menghentikan kegiatan usaha BUM Desa karena alasan: mengalami kerugian
terus menerus dan tidak dapat diselamatkan, mencemarkan lingkungan, dinyatakan pailit, atau
sebab lain yang sah.

Penghentian kegiatan usaha tidak mengakibatkan penghapusan badan hukum BUM Desa.
Selanjutnya, BUM Desa dapat dioperasionalisasikan kembali melalui: penyertaan modal baru,
penataan organisasi, pembentukan usaha baru dan lain-lain.

Transformasi UPK eks PNPM


Pengelola kegiatan DBM eks PNPM-MPD wajib dibentuk menjadi BUM Desa bersama paling
lama 2 tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan. Keseluruhan aset yang dikelola
Pengelola kegiatan DBM eks PNPM-MPD dicatat sebagai milik bersama masyarakat Desa dalam
1 kecamatan.

B. VARIABEL
1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah suatu metode pengukuran perbandingan dari
harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia.

IPM digunakan untuk dapat mengklasifikasikan apakah sebuah negara ialah negara maju,
negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

2. Kemampuan Finansial UPK

Kemampuan finasial adalah kondisi keuangan yang dapat dialokasikan untuk kegiatan
tertentu. Dalam hal ini, perlu diketahui kemampuan finansial unit untuk mendanai proses
transformasi menjadi BUMDESMA.

3. Kondisi Geografis
Kabupaten Pesisir Selatan terletak di pinggir pantai, dengan garis pantai sepanjang 218
kilometer Topografinya terdiri dari dataran, gunung dan perbukitan yang merupakan
perpanjangan gugusan Bukit Barisan. Berdasarkan penggunaan lahan, 45,29 persen wilayah
terdiri dari hutan, termasuk kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Cagar Alam Koto XI
Tarusan, dan rawa gambut.
Kondisi geografis yang memanjang, dan pusat pemerintahan di satu titik, menyebabkan
beberapa kecamatan berada di jarak yang jauh dari ibukota kabupaten.

4. Fasilitasi Pemerintah Daerah


Sesuai amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021, Pemerintah Daerah wajib
memfasilitasi dan mengawasi transformasi UPK menjadi BUMDESMA sesuai dengan tahap dan
jadwal yang disesuaikan.

C. PENELITIAN TERDAHULU

No Judul Penulis Variabel Pokok Variabel Bebas Kesimpulan

1. The Role of Alfiyatul Dampak 1. Independe BUMDESMA telah


BUMDesma in Karimah,d Transformasi nsi bersifat
Improving The kk. 2023 BUMDESMA BUMDESM independen dan
Economy of A mandiri sesuai
The 2. Unit bisnis dengan amanat
Community of BUMDESM regulasi.
Sekaran A BUMDESMA
District, mempunyai 2 unit
Lamongan usaha yang dapat
membantu
masyarakat
sekitar dalam
masalah akses
pinjaman.
Diharapkan
BUMDESMA
dapat menambah
unit dan
mempertahankan
keuntungan.
2. Efektivitas Kartono, Proses 1. Pemerintah 1. Pemerintah
Pelaksanaan dkk. 2023 transformasi Daerah dan daerah belum
Panduan UPK peran memanfaatkan
Teknis terhadap otonomi daerah
Pembentukan transformasi seluas-luasnya,
Pengelola sehingga peran
Kegiatan Dana 2. Tahapan dan pemerintah
Bergulir Penjadwalan daerah tidak
Masyarakat transformasi optimal
Eks PNPM 2. Tahapan dan
Mpd Menjadi penjadwalan
BUMN Desma transformasi
tidak berjalan
semestinya

3. IMPLEMENTAS Nadiatul Pengelolaan 1. Keterlibata 1. Masyarakat


I PP NOMOR Izmi , 2023 BUMDes n terlibat dalam
11 TAHUN masyarakat pemilihan
2021 dalam pengelola
TENTANG Pengelolaa BUMDes
BADAN USAHA n BUMDes 2. Unit usaha yang
MILIK DESA DI 2. Pengelolaa dijalankan
DESA BATANG n unit BUMDes belum
BATINDIH usaha maksimal
KECAMATAN BUMDes 3. Menurut Fiqh
RUMBIO JAYA 3. Pengelolaa Siyasah belum
KABUPATEN n BUMDes berjalan dengan
KAMPAR menurut baik.
DITINJAU DARI Fiqh
FIQH SIYASAH SIyasah

4. IMPLEMENTAS Amas Implementasi Faktor-faktor yang


I KEBIJAKAN PP Mashudin, PP No 11 1. Standar mempengaruhi
NO 11 TAHUN 2022 Tahun 2021 dan sasaran keberhasilan
2021 PASAL 4 kebijakan pengelolaan
TENTANG 2. Sumber BUMDes adalah
PENGELOLAAN daya sasaran kebijakan,
BUMDESA DI 3. Hubungan sumber daya,
DESA antar hubungan antar
CITAMAN organisasi organisasi,
JERNIH 4. Karakteristi karakteristik agen
KECAMATAN k agen pelaksana, kondisi
PERBAUNGAN pelaksana social ekonomi
KABUPATEN politik.
SERDANG 5. Kondisi Memperhatikan
BEDAGAI social faktir-faktor
PROVINSI ekonomi tersebut ,
SUMATERA politik disimpulkan
UTARA Implementasi PP
No 11 Tahun 2021
belum berjalan
optimal.

5. Change Sayekti Perubahan 1. Dampak Perubahan


Management: Suindyah pengelolaan positif dan pengelolaan
A Strategy for Dwiningw BUMDES negative BUMDES dapat
Developing arni,dkk. perubahan dilakukan dengan
BUMDES 2021 pengelolaa merubah strategi
n BUMDES pengelolaan
2. SWOT BUMDES,
Penerapan berpedoman pada
perubahan regulasi,
pengelolaa restrukturisasi
n BUMDES organisasi
BUMDES,
meningkatkan
hubungan
organisasi diluar
Desa.

D. KERANGKA BERPIKIR
IPM / KARAKTERISTIK INDIVIDUAL KEMAMPUAN FINANSIAL

TRANSFORMASI
UPK MENJADI
BUMDESMA

FASILITASI PEMERINTAH DAERAH


KONDISI GEOGRAFIS

E. HIPOTESIS
H0 : terdapat pengaruh karakteristik individu, kemampuan finansial UPK, kondisi
geografis, fasilitasi Pemerintah Daerah terhadap transformasi UPK menjadi
BUMDESMA

H1 : tidak terdapat pengaruh karakteristik individu, kemampuan finansial UPK,


kondisi geografis, fasilitasi Pemerintah Daerah terhadap transformasi UPK
menjadi BUMDESMA

You might also like