You are on page 1of 55

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331701857

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN SMART EKSELENSIA


INDONESIA

Article · November 2018

CITATIONS READS

3 6,762

1 author:

Ervan Jaya
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
9 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ervan Jaya on 13 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 2089-5534

DEWAN REDAKSI
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa

Penanggung Jawab :
Abdul Khalim

Pemimpin Redaksi :
Zayd Sayfullah

Dewan Editor :
Pedri Haryadi
Yulya Srinovita

Editor Pelaksana :
Nia Kurniasih

Administrasi & Sirkulasi :


Dian Sumantri
Lutfiarto Setya

Desain Grafis :
Nurul Aeni

Alamat Redaksi :
Divisi Penelitian Dan Pengembangan Makmal Pendidikan
Bumi Pengembangan Insani
Jl. Raya Parung – Bogor, Desa Jampang
Kec. Kemang, Kab. Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. (0251) 8610817, 8610818, 8612044, Fax (0251) 8615016
Homepage : www.makmalpendidikan.net
Email: riset@makmalpendidikan.net

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa merupakan jurnal ilmiah yang menyajikan artikel tentang pengetahuan
dan informasi penelitian atau aplikasi penelitian dan pengembangan terkini seputar dunia pendidikan.
Jurnal ini merupakan sarana publikasi dan ajang berbagi karya penelitian yang dilakukan oleh segenap
peneliti pendidikan baik dari luar maupun dari dalam komponen program Yayasan Pendidikan Dompet
Dhuafa yang dikoordinatori oleh Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa. Makmal Pendidikan adalah salah
satu jejaring Divisi Pendidikan yang berada di bawah naungan Dompet Dhuafa. Visi Makmal Pendidikan
Dompet Dhuafa adalah terdepan dalam pengembangan pendidikan Indonesia. Pemuatan artikel di jurnal
ini dapat dialamatkan ke kantor redaksi. Artikel yang masuk akan melalui proses seleksi Divisi Penelitian
dan Pengembangan Pengetahuan, Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa dan/ atau editor. Jurnal ini terbit
secara berkala sebanyak dua kali dalam setahun (Mei dan November).
Menn

Dewan Redaksi i

Daftar isi ii

Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia 1


Ervan Jaya

Item Analysis of Economic Semester Test of Grade XI in All Public and Islamic Senior High 9
Schools in Bukittinggi
Nita Sofia

Improving Students’ Grammar Master By Appu Series Film on Youtube (A Classroom Action 13
Research DKV Faculty of Putra Indonesia University Padang)
Yosa Novia Dewi

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Teks Transaksional/Interpersonal Berbantuan 19


Pendekatan Problem-Based Learning
Agus Setiawan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Terhadap 25


Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMPN di Kecamatan Lubuk Begalung
Padang
Dewi Devita

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan 31


Kepercayaan Diri sebagai Variabel Moderating di Universitas Putra Indonesia “YPTK”
Padang
Stefany Vennysha

Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional 37


Agung Pardini

Petunjuk untuk Penulis 47

Informasi Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa 50

ii
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN
SMART EKSELENSIA INDONESIA

Ervan Jaya
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ervanjaya23@gamil.com
Dosen: Dr. Nurochim, M.M., Dr. Didi Suprijadi, M.Pd

Abstrak:

Sekolah sangat membutuhkan SDM pendidikan yang kompeten dan memiliki kompetensi tertentu yang
dibutuhkan agar dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya. Pengelolaan menajemen sumber daya
manusia pendidikan menjadi hal yang memiliki peranan yang penting. Penelitian ini mendeskripsikan tentang
pelaksanaan manajemen sumber daya manusia pendidikan di SMART Ekselensia Indonesia, Jampang, Bogor.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi manajemen sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan, dalam
bentuk fungsi manajerial dan fungsi operasional telah diatur dengan baik dan terstandar, meski manajemen
pengembangan tenaga kependidikan belum maksimal.

Kata Kunci: Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, fungsi operasional, fungsi manajerial.

Abstract:

Schools need of competent human resources and have certain competencies in order to support the
successful implementation of their work. Management of human resource management of education has an
important role. This research describes the implementation of human resource management of education at
SMART Ekselensia Indonesia, Jampang, Bogor. The approach in this research is qualitative with case study.
The results showed that the implementation of human resource management of educators and education
personnel, in the form of managerial function and operational function have been well regulated and
standardized, although the management of the development of educational personnel has not been maximized.

Keywords: Human Resource Management Education, operational function, managerial function

PENDAHULUAN Dibandingkan dengan modal dan sarana prasarana,


Sumber Daya Manusia jauh lebih penting karena
Pendidikan merupakan aspek terpenting manusialah yang nantikan akan menggerakan
kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan bangsa dapat sumber daya yang lainnya (Syafiyana, 2015).
dilihat dari kemajuan sistem pendidikannya. Dalam Meski Indonesia dihadapkan pada upaya
sistem pendidikan terdapat berbagai macam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini
stakeholder yang saling berkaitan. Salah satu diharapkan dapat menjadikan insan yang
komponen yang urgen adalah pendidik dan tenaga berpengetahuan dan berwawasan luas sehingga
kependidikan. Pendidik memainkan peran yang dapat bersaing dengan bangsa lain dengan kata lain,
sangat penting yang berdampak pada kualitas bahwa bangsa Indonesia mau tidak mau harus lebih
pendidikan yang dijalankan memperhatikan bidang pendidikan sebagai sarana
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan ke arah tersebut. Karena mustahil Sumber Daya
pendidikan nasional diperlukan beberapa faktor Manusia yang berkualitas dan pembangunan di
pendukung yang sangat diperlukan dalam proses segala bidang dapat dicapai tanpa melalui
pencapaian tujuan tersebut. Faktor-faktor tersebut pendidikan (Manaf, 2013).
meliputi sumber daya manusia, sarana dan Muhaimin (2017) mengtakan bahwa sumber
prasarana, modal dan lain sebagainya. Namun dari daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan
beberapa faktor tersebut ada faktor yang paling merupakan unsur aktif, sedangkan unsur-unsur
penting dan berpengaruh besar dalam berhasil atau yang lain merupakan unsur pasif yang bisa diubah
tidaknya suatu pendidikan. Faktor tersebut adalah oleh kreatifitas manusia. Oleh karena itu, dengan
faktor Sumber Daya Manusia (SDM). pengelolaan sumber daya manusia pendidik dan
Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia [1-8]

tenaga kependidikan yang berkualitas diharapkan pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai
dapat mengopimalkan potensi-potensi yang dimiliki lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Sekolah
agar mampu mendukung terbentuknya pendidikan Smart Ekselensia adalah salah satu dari sekian
yang berkualitas. Dalam hal ini sumber daya program pemberdayaan pendidikan yang dilakukan
manusia pendidik dan tenaga kependdikan menjadi oleh Dompet Dhuafa.
titik penting untuk menyelesaikan masalah-masalah Rahmat (2014) dalam penelitiannya bahwa
yang dihadapi dunia pendidikan. sekolah SMART Ekselensia dikelola secara mandiri
Melihat pentingnya sumber daya manusia di bawah organisasi Dompet Dhuafa. Dompet
dalam konteks sistem pendidikan, maka Dhuafa sendiri merupakan sebuah lembaga
pengembangan sumber daya manusia harus benar- penggalang filantrofi Islam yang sudah cukup
benar dilakukan secara baik. Pengembangan dikenal secara nasional bahkan internasional.
sumber daya manusia dalam sebuah sekolah, Sekolah SMART Ekselensia, berdiri sejak tahun
bukanlah hanya sekedar pengadaan sumber daya 2004, merupakan sekolah SMP dan SMA
manusia, melainkan tindakan terpadu dari berbagai berasrama dengan siswanya adalah anak-anak dari
fungsi mulai dari perencanaan, penyusunan staf keluarga tidak mampu (fakir atau miskin) yang
atau rekrutmen, penilaian serta pembinaan dan mempunyai kemampuan kecerdasan yang baik dari
pengembangan sumber daya manusia. berbagai dari daerah di Indonesia. Sekolah Smart
Namun masih adanya tenaga pendidik yang Ekselensia menggunakan program akselerasi yang
mengajar tidak sesuai dengan kompetensinya hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk
menjadi salah satu sebab dari rendahnya kualitas menyelesaikan program pendidikan di tingkat SMP
pendidikan. Hal yang sering ditemui di beberapa dan SMA. Setiap tahunnya diterima sekitar 35
lembaga pendidikan adalah, Guru A, mempunyai sampai 40 orang yang dibagi menjadi dua kelas.
dasar pendidikan di bidang bahasa, namun dia
mengajarkan keterampilan atau yang lain, yang TINJAUAN PUSTAKA
sebenarnya bukan kompetensinya. Contoh lain
yang menjadi sebab dari rendahnya kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan
pendidikan adalah karena pendidik kurang inovasi Manajemen sumber daya manusia adalah
dan kurang kreatif dalam pembelajaran sehingga proses pengaturan atau pengelolaan, yang
peserta didik tidak tertarik dan tidak memahami dilaksanakan dengan seksama terhadap potensi
pelajaran yang disampaikan oleh gurunya (Utami, yang ada pada manusia untuk mencapai suatu
2016). keberhasilan yang telah diprogramkan dan siap
Sama halnya dengan kemajuan zaman dan dikembangkan menjadi berbagai daya yang berguna
tantangan zaman yang makin pesat sekarang ini, sesuai dengan keinginan manusia (Nurpriyasni,
pendidik dan tenaga kependidikan idealnya tetap 2015).
harus belajar, kreatif mengembangkan diri dengan Manajemen sumber daya manusia pada
penemuan baru dalam dunia pendidikan. Namun, dasarnya merupakan deskripsi dari adminisrtasi
harapan ini kerap kandas karena pendidik dan atau manaejemen yang dirangcang dan saling
tenaga kependidikan kurang semangat memajukan berkaitan satu sama lainnya untuk mengarahakan
diri dan tidak banyak yang terus belajar lagi (Nur, prilaku anggota kepada tujuan individu maupun
2009). orgainisasi (Sabrin, 2013).
Dimana pendidikan merupakan kunci untuk Sementara jika dikaitkan dengan pendidikan,
menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Ufatin & Triwijayanto (2010: 11) mendefinisikan
berkualitas, kompetitif serta memiliki keunggulan manajemen sumber daya manusia pendidikan
komparatif, sehingga mampu merebut pangsa pasar adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan
tenaga kerja dunia dan pada akhirnya kesejahteraan pengakuan akan pentingnya sumber daya manusia
yang menjadi cita-cita luhur bangsa akan tercapai. di sekolah sebagai sumber yang vital dan
Oleh karena itu pendidikan yang berkualitas memberikan sumber bermakna terhadappencapaia
hendaknya menjadi sebuah keharusan bagi setiap tujuan pendidikan, serta menjamin bahwa sumber
anak bangsa termasuk mereka yang kurang mampu itu dimanfaatkan secara efektif dan adilemi
(anak dhu’afa) (Nasrullah, 2015). kemaslahatan individu, sekolah, dan mayarakat.
Dompet Dhuafa adalah lembaga nirlaba milik Dari beberapa pengertian tersebut maka bisa
masyarakat Indonesia yang berkhidmat mengangkat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya
harkat sosial kemanuisiaan kaum dhuafa dengan manusia adalah segala usaha yang dikelolah
dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakah, sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah
serta dana lainnya yang halal dan legal, dari ditentukan dalam dunia pendidikan dan menjadi
perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). berbagai daya yang berguna sesuai apa yang
Berdasarkan Undang-Undang RI Bomor 38 Tahun direncanakan oleh pendidik atau tenaga
1999 tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa kependidikan atau sebuah oragnisasi Untuk
merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk mendapatkan dan memberdayakan pendidik, tenaga
oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri kependidikan, dan sumber daya manusia yang lain
Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat diperlukan sistem manjemen yang benar dan
Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang

2 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia [1-8]

fungsional. Fungsi-fungsi manajemen sumber daya 2. Rekrutmen Pendidik dan Tenaga Kepandidikan
manusia tersebut dikelompokkan menjadi dua Rekrutmen diaratikan sebagai pencarian dan
fungsi besar, yaitu fungsi manajerial dan fungsi pengadaan calon sumber daya manusia yang
operasional. Pada lingkup organisasi pendidikan, berkualitas dan potensial, sehingga dapat diseleksi
fungsi manajemen sumber daya manusia mencakup orang-orang yang paling tepat bagi kebutuhan kerja
kegiatan anatara lain sebagai berikut: (1) yang ada (Ulfatain & Triwiyanto, 2010: 50).
perencanaan, (2) pengadaan, (3) seleksi,(4) Dimana dalam perekrutan ini diperlukan
orientasi, (5) penempatan dan penugasan, (6) analisis jabatan, yaitu proses untuk membuat atau
kompensasi dan kesejateraan, (7) pemberdayaan, menyusun suatu uraian pekerjaan yang berisi
(8) pengembangan kompetensi keprofesian dan keterangan sebagai suatu kriteia untuk menilai
jalur karier, (9)penilaian kinerja, dan (10) sesuatu jabatan tertentu guna untuk keperluan
pemberhentian dan pemutusan hubungan kerja
(Ufatin & Triwijayanto, 2010: 23). 3. Seleksi
Sedangkan Muniroh (2016) memaparkan Menurut Mathis dan Jackson (2011: 214)
tentang manajemen pendidik dan tenaga “Seleksi adalah proses memilih individu dengan
kependidikan merupakan proses sumber daya kualifikasi yang benar-benar dibutuhkan untuk
manusia di lembaga organisasi pendidikan berupa mengisi pekerjaan di sebuah organisasi. Tanpa
tindakan-tindakan yang berupa perencanaan, karyawan yang memenuhi syarat, sebuah organisasi
perekrutan, seleksi, penempatan, kompensasi, jauh lebih kecil kemungkinannya untuk berhasil.”
penghargaan serta pemberhentian pendidik dan Dapat dipahami bahwa seleksi yakni proses
tenaga pendidik dalam mencapai tujuan yang untuk menentukan kandidat yang mana yang paling
diharapkan sebelumnya. layak untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di perusahaan, setelah diadakan perencanaan SDM,
tujuan dari manajemen sumber daya manusia dan analisis serta klasifikasi pekerjaan.
pendidikan memperbaiki kinerja pendidik dan
tenaga kependidikan terhadap sekolah dengan cara 4. Orientasi
bertanggung jawab secara strategis sehingga Orinetasi dipandang sebagai usaha dari
tercipta suasana yang harmonis. Maka dalam penyelenggara pendidikan untuk membantu tenaga
mengefektifkan fungsi tersebut dengan berbagai pendidik dan kependidikan baru agar mereka dapat
tahapan-tahapan yang harus dimaksimalkan. menyesuaikan diri dengan komunitas baru,
lingkungan baru, dan pekerjaan yang baru (Ulfatain
1. Perencanaan Pendidik dan Tenaga & Triwiyanto, 2010: 67).
Kependidikan Setelah kandidat menerima penawaran kerja,
Menurut Suhariadi (2013: 65) yang dimaksud sehingga pada saat yang bersangkutan sudah
dengan perencanaan sumber daya manusia adalah menjadi pegawai maka masih perlu dibantu agar ia
sebuah proses tempat pihak organisasi menetapkan dapat bekerja secara optimal dan bertahan untuk
estimasi sebuah kebutuhan tenaga kerja yang waktu yang lama, maka orientasi memilki peranan
berguna untuk mengantisipasi permintaan dan penting untuk membantu tenaga pendidik dan
dipihak lain untuk memenuhi kebutuhan organisasi kependidikan mengenal tugas dan tanggung
sesuai kapasitas organiasasi untuk mancapai tujuan jawabnya.
organisasi yang telah ditetapkan bersama.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Mathis 5. Penempatan dan Penugasan pendidik dan tenaga
dan Jackson “ Human resource planning is the kependidikan
process of analyzing and identifying the need for Penempatan pendidik dan tenaga kependidikan
and availability of human resource so that the merupakan proses menempatkan sesorang sesuai
organization can meet its objectives”. (Mathis & dengan kemapuan yang dimiliki. Oleh karena itu,
Jackson, 2010: 146) dalam proses penempatan ini tidak hanya dilakukan
Perencanaan adalah sebuah proses perdana kepada pendidik dan tenaga kependidikan yang
ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam baru saja diterima sebagai pegawai, akan tetapi
bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar yang lamapun perlu dilakukan penyusunan ulang
tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil dalam menyelesaikan tugas
yang optimal. Perecanaan harus dijadikan langkah Menurut Siagian (2016: 137), setidaknya
pertama yang benar-benar harus diperhatikan oleh terdapat delapan langkah yang mesti ditempuh
para manajer dan para pengelola pendidikan, sebab dalam proses seleksi, yakni:
perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah 1. Penerimaan surat lamaran
kesuksesan, kesalahan dalam menentukan 2. Penyelenggaraan ujian
perencanaan sumber daya manusia akan sangat 3. Wawancara seleksi
fatal bagi kelangsungan pendidikan (Sabrin, 2013). 4. Pengecekan latar belakang dan referensi
Jadi bisa disimpulkan bahwa perencanaan pelamar
dalam sumber daya manusia khususnya pendidik 5. Evaluasi kesehatan
dan tenaga kependidikan sangat penting dalam 6. Wawancara oleh atasan atau manajer
pengembangan kompetensi yang dimiliki. 7. Pengenalan pekerjaan

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 3


Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia [1-8]

8. Keputusan atas lamaran juga menentukan besarnya kompensasi yang akan


Jika disimpulkan seleksi yakni proses diterima
untuk menentukan kandidat yang mana yang paling
layak untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia 10. Pemberhentian dan Pemutusan Hubungan
di perusahaan, setelah diadakan perencanaan SDM, Kerja
dan analisis serta klasifikasi pekerjaan. Pemberhentian adalah putusnya hubungan
kerja seorang karyawan dengan suatu perusahaan,
6. Kompensasi dan kesejahteraan pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan
Sabrin (2013) fungsi pemberian kompensasi perusahaan, keinginan karyawan, kontrak kerja
meliputi kegiatan pemberian balas jasa, dapat habis, peraturan perburuan, pensiun dan atau
berupa finansial dan non finansial. Pemberian meninggal dunia (Hasibuan, 2007: 181)
kompensasi dapat meningkatkan motivasi dalam Fungsi pemberhentian harus mendapat
melaksanakan tugas. perhatian yang serius dari pemimpin sumber daya
Kompensasi yaitu semua imbalan atau manusia karena telah diatur dalam undang-undang
pendapatan yang diterima oleh pegawai karena dan mengikat bagi instansi atau perusahaan.
pekerjaannya, termasuk di dalamnya adalah gaji. Pemberhentian merupakan suatu putusnya
Bentuk dan jenis kompensasi dapat dijelaskan hubungan kerja seseorang dengan organisasi yang
antara lain sebagai berikut (Ulfatain & Triwiyanto, disebabkan oleh keinginan pegawai, keinginan
2010: 123-124) ; (a) Gaji dan Upah, (b) Insentif, (c) organisasi, pensiun atau disebabkan oleh undang-
Tunjangan undang (Sabrin 2013).

7. Pemberdayaan METODE PENELITIAN


Ulfatain & Triwiyanto (2010: 90)
pemberdayaan merupakan suatu strategi untuk Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
memperbaiki sumber daya manusia dengan deskriptif dengan menggunakan studi kasus.
pemberian tanggung jawab dan kewenangan Adapun fokus penelitian yang dilakukan adalah
terhadap mereka yang nantinya diharapkan dapat terkait fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya
memungkinkan untuk mencapai kinerja yang lebih Manusia di lingkungan SMART Ekselensia
tinggi dalam situasi yang selalu berubah Indonesia
Teknik pengumpulan data yang digunakan
8. Pengembangan kompetensi dan jalur karier untuk penelitian ini adalah wawancara dan
Pengembangan sumber daya manusia dokumentasi. Teknik analisa data dalam penelitian
merupakan suatu proses untuk meningkatkan ini diantaranya; (a) Identifikasi data, (b) Analisis
kualitas pegawai agar menguasai pengetahuan, data, (c) Interpretasi data.
keterampilan, keahlian, dan wawasan yang sesuai
dangan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Ulfatain & Triwiyanto, 2010: 138). HASIL DAN PEMBAHASAN
Sementara Sabrin (2013) pengembangan
tenaga kerja merupakan suatu kondisi yang 1. Perencanaan
menunjukkan adanya peningkatan-penigkatan
kualitas tenaga kerja. Pengembangan kualitas Profil SMART Ekselensia Indonesia
sumber daya manusia diarahkan untuk mengubah SMART Ekselensia Indonesia adalah salah
sumber daya manusia yang berpotensi menjadi satu program pendidikan dari Dompet Dhuafa
sumber daya manusia yang produktif sehingga Pendidikan (DDP), SMART merupakan bagian dari
sumber daya manusia mampu terampil sehingga masyarakat yang memiliki tanggungjawab moral
menjadi efektif serta efisien dalam mencapai tujuan serta komitmen untuk mempersiapkan calon
organisasi. pewaris negeri dengan mengusung visi Menjadi
Sekolah Model yang Melahirkan Generasi
9. Penilaian Kinerja Berkepribadian Islami, Berjiwa Pemimpin,
Evaluasi kinerja merupakan alat untuk melihat Mandiri, Berprestasi, dan Berdaya Guna. Untuk
seberapa tingkat produktivitas setiap pegawai, mewujudkan visi tersebut, maka sekolah ini terus
bisakah mereka terus bekerja dengan meningkatkan berikhtiar untuk senantiasa memberikan layanan
kompetensinya, atau perlu haruskah mereka pendidikan yang berkualitas melalui penyediaan
diberhentikan dan dilakukan pemutusan hubungan program-program untuk meningkatkan kompetensi
kerja. (Ulfatain & Triwiyanto, 2010: 148) (competency) dan karakter (character) peserta
Sabrin (2013) penilaian prestasi kerja didiknya, kurikulum 2013 berbasis Sistem Kredit
merupakan salah satu aspek yang sangat penting Semester (SKS) dan berasrama (boarding).
dalam pengelolaan sumber daya manusia. Adanya SMART Ekselensia Indonesia diperuntukkan
penilaian prestasi kerja akan mengetahui sumber bagi anak-anak Indonesia yang mempunyai tingkat
daya manusia yang mempunyai prestasi kerja yang intelegensi di atas rata-rata namun mempunyai
baik maupun yang kurang, dengan demikian akan keterbatasan dalam bidang finansial. Berdiri sejak
2004, SMART telah terakreditasi A dan

4 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia [1-8]

bersertifikat ISO 9001: 2015. SMART setiap Kualifikasi yang terpenting dalam mencari
tahunnya berhasil mengantarkan 95 persen anak kandidat guru yaitu kesesuaian antara background
didiknya ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pendidikan yang dimiliki begitu juga halnya di
terakreditasi A. SMART guru yang mengajar harus sesuai dengan
keilmuan yang sama dan guru yang telah memiliki
Visi SMART pengalaman minimal 2 tahun. Kesesuaian
Menjadi sekolah model yang melahirkan generasi background menjadi permasalahan Rohman (2016)
berkepribadian islami, berjiwa pemimpin, banyak ditemukan guru yang mengajar tidak sesuai
mandiri,berprestasi dan berdaya guna. dengan background keilmuan yang dimilikinya.
Dengan demikian, transfer of knowledge tidak
Misi SMART berjalan dengan optimal
1. Menyelenggarakan sekolah menengah Wijaya (2009) Ada tiga alasan mengapa seleksi
berkualitas bagi masyarakat marginal guru penting yaitu:
2. Melahirkan lulusan yang berkepribadian a. Kinerja kepala sekolah selalu tergantung
islami, berjiwa pemimpin, mandiri, pada kinerja guru.
berprestasi dan berdaya guna. b. Penyaringan guru yang efektif penting
3. Mewujudkan pengembangan SDM yang karena biaya merekrut dan mempekerjakan
berdaya saing global guru mahal.
Seluruh kegiatan belajar dan mengajar untuk c. Adanya implikasi yang sah dari seleksi
seluruh siswa yang saat ini berjumlah 175 orang, guru yang tidak efektif atau guru yang
dikelola oleh 34 orang guru sekolah dan 6 orang tidak cakap.
guru/wali asrama yang merupakan SDM berkualitas
dengan latar belakang akademis S-1/S-2. 3. Orientasi
Elfrianto (2016) perencanaan sumberdaya Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian
manusia berarti mengestimasi secara sistematik HRD bahwa jika guru telah dinyatakan sudah
permintaan (kebutuhan) dan suplai tenaga kerja diterima maka akan ada tahapan orientasi untuk
organisasi di waktu yang akan datang. Ini pengenalan lembaga dan sekolah. Adapun untuk
memungkinkan departemen personalia dapat tahap orientasi yaitu penandatanganan kontrak,
menyediakan tenaga kerja secara lebih tepat sesuai pengenalan peraturan, pengenalan lingkungan,
dengan kebutuhan organisasi. penempatan, training orientasi yang berupa
pengenalan visi, misi, value sekolah, struktur
2. Rekrutmen & seleksi sekolah dan SOP.
Setiap devisi termasuk SMART Ekselensia jika
membutuhkan tenaga pendidik dan kependidikan 4. Penempatan dan Penugasan pendidik dan
maka harus mengajukannya ke bagian HRD yang tenaga kependidikan
menangani prosedur mulai dari form permintaan Penempatan menjadi hal yang urgent dengan
tenaga kerja sampai dengan serah terima sumber prinsip the right men on the right place . Elfrianto
daya manusia kepada bagian/departemen yang (2016) mengemukakan pelatihan sumber daya
meminta. manusia merupakan kemestian bagi setiap
Adapun tahapannya yaitu: organisasi maupun lembaga, karena penempatan
a. Menerima Formulir Permintaan Tenaga sumber daya manusia secara langsung tanpa
Kerja pembekalan atau pelatihan dalam pekerjaan tidak
b. Melihat Uraian Jabatan menjamin mereka akan berhasil. Sumber daya
c. Membuat Lowongan Kerja manusia yang baru sering merasa tidak pasti
d. Pembuatan Administrasi Iklan lowongan tentang peranan dan tanggung jawabnya dalam
kerja lembaga tempat ia bekerja. Oleh karenanya, kepada
e. Mencari tenaga kerja mereka semestinya diadakan pembekalan berupa
f. Mengoleksi lamaran yang masuk pelatihan yang menjurus kepada bertambahnya
g. Menyeleksi lamaran yang masuk kemampuan dan tanggung jawabnya dalam
h. Memanggil calon karyawan untuk tes melaksanakan tugas dan kewajiban di lembaga
i. Proses pelaksanaan seleksi yang dimaksud.
j. Memanggil calon karyawan untuk SPK Setelah penandatanganan SPK berarti tenaga
k. Membuat SPK pendidik dan kependidikan tersebut akan
l. Penandatanganan SPK ditempatkan disertai dengan pemberian tugas yang
m. Serah terima ke user harus dilakukan. Pembagian tugas bagi tenaga
Sebagaimana Rahmat (2017) sekolah SMART pendidik maupun tenaga kependidikan yang
Ekselensia adalah aktivis CSO dari Dompet Dhuafa dilakukan di SMART EI diuraikan dengan jelas dan
yang ditugaskan mengelola Sekolah SMART dipahami oleh masing-masing pemangku tugas.
Ekselensia. Para guru yang terlibat di Sekolah Pembagian tugas disesuaikan dengan kualifikasi
SMART Ekselensia adalah para guru yang direkrut yang dimiliki dengan harapan agar tugas yang
melalui proses seleksi yang profesional diemban dapat terlaksana secara optimal.

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 5


Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia [1-8]

5. Kompensasi dan kesejateraan proses pembelajaran maupun penguasaan


Kesejahteraan guru merupakan aspek penting pengetahuan dengan cara memberikan penataran,
yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam lokakarya, berdiskusi guru bidang studi (MGMP),
menunjang terciptanya kinerja yang semakin dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
membaik di kalangan pendidik (Damopolii, 2015). studi lanjut. Yang tidak kalah penting adalah
Berdasarkan hasil wawancara bahwa untuk menyediakan sarana belajar bagi mereka agar
kompensasi ada dua kategori yaitu untuk umum mereka terus mau mengembangkan diri.
termasuk guru yang masih kontrak atau yang masih
dalam percobaan dan khusus yang didapatkan 7. Pengembangan kompentensi dan jalur karier
hanya untuk guru tetap. Rohman (2016) dalam hal pengembangan
Adapun untuk karyawan/guru umum; gaji pegawai, banyak cara yang sudah dikembangkan.
pokok, tunjangan transport & konsumsi, tunjangan pengembangan ini dilaksanakan dalam bentuk (1)
jabatan, tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, Bimbingan berupa petunjuk yang diberikan kepada
tunjangan pernikahan, tunjangan perjalanan dinas, pegawai, pada waktu melaksanakan tugasnya; (2)
dan adapun untuk khusus; dana pensiun lembaga Latihan-latihan berupa intern dan ekstern; (3)
keuangan, tunjangan pendidikan anak, cuti haji & Pendidikan formal; (4) Promosi berupa
umrah. pengangkatan jabatan ke yang lebih tinggi; (5)
Dengan gaji yang memadai diharapkan mampu Penataran dan Lokakarya atau workshop.
menjadikan kinerja guru lebih baik. Nur (2009) gaji Sesuai dengan hasil wawancara kordinator
yang rendah, dengan tuntutan yang rumit dan LITBANG SMART bahwa dalam kegiatan
persiapan mengajar, koreksi, dan lain-lain, pengembangan tenaga pendidik yang diadakan oleh
menjadikan profesi guru kurang menarik bagi sekolah berupa kegiatan rutin pekanan yaitu kursus
banyak orang. Oleh karena itu, sangat diharapkan bahasa Inggis, dan kegiatan pelatihan bulanan yang
gaji guru untuk dinaikkan sehingga guru tidak lagi di awal tahun sudah diagendakan, serta coaching
banyak mengerjakan proyek dari luar. Selain itu, yang diadakan oleh pihak kurikulum untuk
perlu beberapa model penghargaan seperti jaminan mencoach guru. Adapun untuk kegiatan yang tidak
prestasi khusus bagi guru yang sangat baik dan rutin adalah mengisi trainer jika ada undangan dari
menghasilkan banyak inovasi pendidikan. divisi yang lain untuk mengisi materi. Namun
Wijaya (2009) Kompensasi guru merujuk untuk pengembangan untuk tenaga kependidikan
kepada semua bentuk upah atau imbalan yang masih terbatas tidak seperti pengembangan tenaga
berlaku dan muncul dari pekerjaan sebagai guru. pendidik yang sudah terjadwal.
Kompensasi guru tersebut mempunyai dua
komponen, yaitu: Tabel 1 Jadwal Pengembangan Tenaga Pendidik
a. Pembayaran keuangan secara langsung,
dalam bentuk gaji dan insentif lainnya. No Materi WaktuK Keterangan
b. Pembayaran keuangan secara tidak 1 Komunikasi Efektif Feb2017 Guru Baru
langsung, dalam bentuk tunjangan Maret
keuangan seperti asuransi, tunjangan 2 Quantum Teaching Guru Baru
2017
kesehatan, dan tunjangan lainnya Pengembangan
Kompensasi yang diterima oleh guru di All Guru
3 Kurikulum 2013 Apr-17
SMART sudah termasuk dalam pembayaran SMART
dan SKS
langsung dan secara tidak langsung ditambah 4 PAIKEM Mei 2017 Guru Baru
dengan adanya penghargaan bagi guru yang
berprestasi. 5 Manajemen Kelas Mei 2017 Guru Baru
Dacholfany (2017) kompensasi dapat diartikan Design Instructional All Guru
6 Juni 2017
sebagai honor atau gaji yang sesuai atau layak, Leader SMART
sebab jika tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Multiple
7 Juli 2015 Guru Baru
tidak diberi penghargaan atau reward berupa gaji Intelligence
yang sesuai maka kegiatan proses belajar mengajar Agustus All Guru
8 Pendidikan Karakter
dan proses pelayanan pendidikan akan terkendala 2017 SMART
dan mengalami kesulitan. 9 Display kelas Sep-17 Guru Baru
Media Pembelajaran
6. Pemberdayaan dalam Oktober
Pemberdayaan yang dilakukan sekolah 10 Guru Baru
meningkatkan 2017
terhadap guru yaitu terlibat dalam kepanitiaan pembelajaran
dalam sebuah event baik yang diadakan oleh
Nov All Guru
sekolah maupun oleh dinas dan aktif dan terlibat 11 Psikologi Remaja
2017 SMART
dalam penyelenggara Musyawarah Guru Mata
Coaching dan
Pelajaran. Dengan adanya sarana belajar seperti
12 Counseling untuk Des 2017 Guru Baru
MGMP dapat meningkatkan kompetensi guru.
Remaja
Sama halnya Nur (2009) dalam mengatasi
banyaknya guru yang tidak berkualitas baik dalam

6 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia [1-8]

Program pelatihan sumber daya manusia KESIMPULAN


termasuk proses pendidikan karyawan dengan
prosedur yang terstandarisasi dan sistematis 1. Implementasi manajemen sumber daya
sehingga membawa manfaat dan nilai tambah bagi manusia pendidik dan tenaga
organisasi/lembaga/perusahaan/sekolah/perguruan, kependidikan, dalam bentuk fungsi
disamping karyawan. Bahkan lebih spesifik lagi, manajerial dan fungsi operasinal yang
program pelatihan sumber daya manusia memiliki meliputi perencanaan, rekrutmen, seleksi,
tujuan untuk meningkatkan keahlian, keterampilan orientasi, penempatan dan penugasan,
atau skill untuk jangka panjang pada masa depan kompensasi dan kesejahteraan,
(Elfrianto, 2016). Dengan adanya pelatihan yang pemberdayaan, pengembangan
diadakan setiap bulannya diharapkan mampu kompetensi, penilaian, dan pemutusan
menjadi langkah dalam meningkatkan kompentensi hubungan kerja yang telah diatur dengan
guru. baik dan terstandar.
Arif (2013) perencanaan karir sangat 2. Beberapa kegiatan Manajemen sumber
bermanfaat bagi pendidik dalam melaksanakan daya manusia yang ada di lingkungan
tugasnya, diantara manfaatnya adalah sekolah belum maksimal terutama dalam
mengembangkan kemampuan pendidik, hal pengembangan tenaga kependidikan.
mengungkap potensi pendidik.

8. Penilaian
SARAN
Penilaian dilakukan persemester bagi guru
tetap sama halnya dengan guru kontrak namun akan 1. Bagi para tenaga pendidik dan tenaga
ada review dalam 3 atau 6 bulan untuk menilai kependidikan hendaknya sama-sama
kinerja guru tersebut apakah sudah sampai mengupayakan peningkatan kualitas diri
mencapai target. Adapun yang dinilai diantaranya; semaksimal mungkin melalui
hasil kerja, kepemimpinan, keterampilan kerja, pengembangan dan pemberdayaan dalam
kerjasama, disiplin, inisiatif dan peningkatan hal peningkatan kompetensi.
tanggung jawab dengan bobot yang masing-masing 2. Pengelolaan sumber daya manusia bisa
telah ditetapkan. Diakhir penilaian akan ada dijadikan prioritas utama dan lebih
simpulan dan saran pendidikan dan pelatihan yang dimaksimalkan lagi, karena sumber daya
dibutuhkan serta keterangan yang perlu manusia tenaga pendidik dan
diperhatikan untuk pembinaan pegawai lebih lanjut kependidikannya akan memberikan andil
Wijaya (2009) evaluasi kinerja merupakan yang cukup besar dalam kemajuan sekolah
proses di mana kinerja masing-masing guru dinilai dan dalam mencapai tujuan yang
dan dievaluasi. Setelah melakukan evaluasi kinerja diharapkan.
guru, kepala sekolah dapat merancang atau
mendesain pekerjaan guru sehingga kinerja guru DAFTAR PUSTAKA
mencapai hasil yang optimal.
Arif Moh., Manajemen Madrasah Dalam Upaya
9. Pemberhentian Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, Jurnal
Zulhartati (2010) mengemukakan ada Epistemé, Vol. 8, No. 2, Desember 2013,
beberapa alasan yang menyebabkan seseorang Hal 415-438
berhenti atau putus hubungan kerjanya dengan Dacholfany M. Ihsan, Inisiasi Strategi Manajemen
perusahaan, diantaranya disebabkan karena: Lembaga Pendidikan Islam Dalam
peraturan perundang-undangan, keinginan Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia
perusahaan, keinginan karyawan, pensiun, kontrak Islami Di Indonesia Dalam Menghadapi Era
kerja berakhir, meninggal dunia, perusahaan Globalisasi, Jurnal At-Tajdid, Volume. 1,
dilikuidasi. No. 1 Januari-Juni 2017, Hal 1-13
Pumutusan hubungan kerja yang sering Damopolii Mujahid, Problematika Pendidikan
terjadi yaitu dengan mengajukan surat pemunduran Islam Dan Upaya-Upaya Pemecahannya,
diri yang diajukan ke bagian HRD, setelah surat Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
pemunduran diri diterima maka akan ada Volume 3 Nomor 1 Februari 2015halaman
wawancara karyawan/ pegawai dan diakhir akan 68-81
diberikan surat pengalaman kerja. Adapun untuk Elfrianto, Manajemen Pelatihan Sumber Daya
tenaga pendidik dan kependidikan yang jika tidak Manusia Dalam Meningkatkan Mutu
lulus dalam evaluasi kinerja bisa diberikan Lulusan, Jurnal Edutech Vol. 2 No. 2
perpanjangan masa on the job training atau di September 2016 Hal 46-58
PHK (pemutusan hubungan kerja) Hasibuan H. Malayu S.P. (2007). Manajemen
Dasar Pengertian Dan Masalah. Jakarta, Pt.
Bumi Aksara
Manaf Abdul, Manajemen Tenaga Pendidik Dan
Kependidikan Di Ponpes Al-Furqan Kota

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 7


Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia [1-8]

Banjarmasin, Jurnal Ta’lim Muta’allim, Suhariadi, F.(2013). Manajemen Sumber Daya


Vol. Iii Nomor 05 Tahun 2013 Hal 29-140 Manusia (Dalam Pendekatan Teoriti
Mathis Robert L. & Jackson John H.(2011). Human Praktis). Surabaya: Airlangga University
Resource Management. Thirteenth Edition Press.
Mason Usa: South-Western, Cengage Syafiyana Ika Nur, Manajemen Sumber Daya
Learning. Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Di
Mathis, R & Jackson. (2010). Human Resources Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta
Management 13th Edition. Usa: South- (Staiyo) , Tesis, Uin Sunan Kalijaga 2015
Westen. Hal. 4
Muhaimin Efi Rufaiqoh, Pengembangan Sumber Ulfatin Nurul & Triwiyanto Teguh. (2016)
Daya Manusia Pendidik Dan Tenaga Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang
Kependidikan Di Madrasah Aliyah Negeri Pendidikan. Jakarta. Pt Grafindo Persada.
(Man) Sumpiuh Banyumas Dan Madrasah Utami Dwi, Manajemen Rekrutmen Tenaga
Aliyah Negeri (Man) Kroya Cilacap, Tesis. Pendidik Dalam Peningkatan Kualitas
Program Studi Manajemen Pendidikan Pendidikan Di Sekolah Dasar Ta’mirul
Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Islam Surakarta, Tesis,Program Studi
Negeri (Iain) Purwokerto 2017 Hal 3 Manajemen Pendidikan Islam Program
Muniroh Jauharotul, Manajemen Pendidik Dan Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri
Tenaga Kependidikan Di Madrasah Aliyah Surakarta Tahun 2016. Hal 6
Negeri Kota Yogyakarta, Tesis Manajemen Wijaya David, Manajemen Sumber Daya Manusia
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Berbasis Kompetensi Guru
2016. Hal. 30 Dalam Rangka Membangun Keunggulan
Nasrullah Aan, Pengelolaan Dana Filantropi Untuk Bersaing Sekolah, Jurnal Pendidikan
Pemberdayaan Pendidikan Anak Dhuafa Penabur - No.12/Tahun Ke-8/Juni 2009 Hal
(Studi Kasus Pada Bmh Cabang Malang 69-86
Jawa Timur), Hunafa: Jurnal Studia Zulhartati Sri, Pengaruh Pumutusan Hubangan
Islamika, Vol. 12, No. 1, Juni 2015, H. 1-18 Kerja Terhadap Karyawan Perusahaan,
Nur Hamzah, Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
Jurnal Medtek, Volume 1, Nomor 2, Vol. 1. No. 1. April 2010, Hal 77-88
Oktober 2009, Hal 1-10
Nurpriyasni Evin, Upaya Peningkatan Mutu RIWAYAT PENULIS
Pendidikan Melalui Manajemen Sumber
Daya Manusia (Pendidik Dan Tenaga Ervan Jaya, lahir di Gilireng, 23 Agustus
Kependidikan) Di Sd Muhammadiyah 1991, Kab. Wajo, Sulawesi-Selatan. Sarjana
Sleman Yogyakarta Tahun 2014-2015, Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri
Tesis, Progam Pascasarjana Institut Agama Makassar. Tahun 2016 menjadi mahasiswa Sekolah
Islam Negeri (Iain) Salatiga 2015, Hal 45 Guru Indonesia angkatan 21 sekaligus mahasiswa
Rahmat Abdi, Gerakan Sosial Dalam Aksi Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penyelenggaraan Sekolah Untuk Anak jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Semasa
Miskin, Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. kuliah S1 aktif di organisasi kampus dan organisasi
19, No. 1, Januari 2014: 27-56 daerah, sekarang sebagai anggota Forum
Rohman Miftahur, Problematika Guru Dan Mahasiswa Magister (FORMA) UIN Syarif
Dosendalam Sistem Pendidikan Nasional, Hidayatullah Jakarta. Selama di SGI beberapa kali
Jurnal Cendekia, Vol. 14 No. 1, Januari - menjadi triner; trainer dan organizer School of
Juni 2016, Hal 50-71 Master Teacher (SMT-24) Bojonggede, Bogor,
Sabrin, Manajemen Sumber Daya Manusia Di Smp SMT-26 Pandeglang,Banten, dan trainer Kelas
Islam Terpadu Syafiyyaatul Amaliyyyah Guru Trainer (KGT Batc III) Bojongsari, trainer
Medan, Tesis, Program Studi Pendidikan Makmal Pendidikan program refurbish dan
Islam Institut Agama Islam Negeri Sumut pendampingan sekolah, serta trainer of Training for
Medan, 2013 English Teacher (TEFT).
Siagian Sondang P.(2016). Manajemen Sumber
Daya Manusia, Cet. Ke-25 Jakarta: Bumi
Aksara.

8 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


ITEM ANALYSIS OF ECONOMIC SEMESTER TEST OF GRADE XI IN
ALL PUBLIC AND ISLAMIC SENIOR HIGH SCHOOLS IN
BUKITTINGGI

Nita Sofia
Universitas Putra Indonesia (UPI) YPTK Padang
nitasofia111@yahoo.com

Abstrak

Analisis butir soal sangat penting dilakukan untuk memilih butir-butir soal yang sangat berkualitas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas butir soal Ujian Akhir Semester (UAS) Ekonomi
secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian ini adalah
256 lembar jawaban siswa yang mengikuti UAS Kelas XI di SMA/MA non RSBI se-Kota Bukittinggi. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis berdasarkan
aspek materi, kontruksi dan bahasa dengan menggunakan lembar telaah. Analisis kuantitatif berupa analisis
berdasarkan reliabilitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan fungsi disktraktor dengan menggunakan
program Anates versi 4.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dari analisis kualitatif dapat diketahui butir
soal telah disusun secara baik dari aspek materi, kontruksi, dan bahasa sebanyak 37,5%; (2) berdasarkan analisis
kuantitatif diperoleh koefisien reliabilitas butir soal yang tergolong rendah yaitu sebesar 0,67; tingkat kesukaran
butir soal yang mudah sebanyak 30%, sedang sebanyak 57,5%, dan sukar sebanyak 12,5%, hanya sebanyak
47,5% daya pembeda butir soal yang berfungsi dengan baik; distraktor telah berfungsi dengan baik sebanyak
45% .

Kata kunci : analisis butir soal, analisis kualitatif, analisis kuantitatif.

Abstract

Item analysis is very important to select item which have good quality. The purpose of this research was
to analyzed the quality of economics final exam using qualitative and quantitative approach. This study was
descriptive research. It conducted in all senior high schools non pioneering international standard high schools
in Bukittinggi. The data in this study were 256 student answer sheet in economic final exam for XI grade. Data
were analyzed with qualitative and quantitative technique. The qualitative analyzed using the theoritical item
characteristic based on material aspect, contruction aspect, and language aspect. The quantitative analyzed
using the theoritical item characteristic based on reliability test, difficult item, item discrimination, and
functioning distractor using anates version 4.00 program. The result show that (1) The item characteristic using
the qualitative reviews are 37,5% tes in good category to material, construction, and languange aspect; (2)
Based on quantitative analyszed coefisien of reliability that classified into low part is 0,67; the level of
difficulties of easy questions as much as 30%, standard is 57,5, and difficult is 12,5%; only 47,5% item
discrimination of question that well functioning; distractor are functioning properly as much as 45%.

Keyword : Item analysis, qualitative analysis, quantitative analysis.

INTRODUCTION Assessing is the process of collecting and


processing information to determine student
The learning process at school involves learning outcomes. Nana (2008: 20) says
teachers and students. Both components work "Assessment in education at least includes
together harmoniously to achieve educational goals. assessment of the program or curriculum,
Teachers as professionals are obliged to plan a assessment of teaching and learning, and
focused and orderly learning process so that assessment of learning outcomes." One instrument
students can learn well, to implement learning for measuring frequently used learning outcomes is
based on a set of specific rules that help guide a test. According to Anas (2009: 67) "A test is a
learning activities, and to assess and evaluate way or procedure in measuring and assessing of
learning outcomes. educational field in the form of assignment or a
Item Analysis Of Economic Semester Test Of Grade XI in All Public…..[9-12]

series of tasks involving questions or orders by the tool, so the result could not reflex the students’
participant so that the value generated can ability. A good instrument is very important to
symbolize the behavior or achievement of the grant the qualified evaluation for students. Good
participant. "There are several characteristics that test items should have good criteria of materials,
must be possessed by the test instruments of language, and constructions. Moreover, a good test
learning outcome; they must be valid, reliable, item should have reliability index bigger than 0.7,
objective, and practical (Anas, 2009: 93). level of difficulty as 0.3 to 0.7 (Anas, 2009,372),
One of most commonly tests used by teacher discrimination index as 0.3 (Djemari, 2008:143)
to assess and evaluate students’ learning outcome is and good distracter efficiency in which they are
final semester test. The semester test of Economic chosen by at least 5% of all participants (Suharsimi,
subject in all Public and Islamic Senior High 2009:220).
Schools in Bukitinggi is the same, except for Therefore, by doing test item analysis it is
pioneers of International-based Senior High School expected that the quality of Economic semester test
(RSBI). The test maker is appointed from of of grade XI in all Public and Islamic Senior
Economic teacher of one of senior high schools in High Schools in Bukittinggi can be analyzed
Bukittingi every semester. The semester test of qualitatively and quantitatively.
Economic subject in July-December 2011 period
was constructed by an Economic teacher of Islamic RESEARCH METHOD
Senior High School (MAN) 2 Bukitinggi.
According to the teacher, the test was made This research was descriptive research. The
by herself without any assistance from Economic data were obtained from evaluation sheets from
teachers of other schools. They have fully handed it evaluators, final semester tests, answer key,
over the appointed teacher. It means the test was students’ answer sheets, students’ score, and
made only by one person. This teacher only syllabus. The technique of data collection was
considered her students’ abilities and the lesson she documentation. The data were analyzed
taught in that school, so it might not be suitable for qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis
students of other schools. focused on material, language and construction of
Based on the data obtained from each the test, while quantitative analysis concerned on
school, students who have passed the minimum the level of reliability, the level of difficulty,
standard criteria were only 16% of all students in discrimination index, and distracter efficiency.
all public and Islamic senior high schools, except
RSBI schools in Bukittinggi. It seemed that
students got difficulties in answering the test items. RESULT AND DISCUSSION
It was assumed that there were some problems such
as the items were not suitable with the lesson, the There were different results found from
language was not appropriately used, the level qualitative analysis. According to materials, it was
difficulty of test was high, the discrimination index revealed that there were 77.5% of test items that
was inaccurate and the distracter efficiency did not have fulfilled the requirement of good test. In other
work properly. word, more than a half of test items were classified
According to the interview results of all good. From the four criteria, the lowest percentage
Economic teachers who teach at grade XI, the was on the test items which were not suitable with
semester tests have never been tried out to see their the indicators. 20% of all test items was not in line
validity and quality. Test item analysis is necessary with the materials taught by teachers. As Djunaidi
to create a good quality of test. It is in line with (2008) stated that ‘materials aspect relates to the
Asmawi (2001: 172) who states some reasons why science of what is questioned as well as stratified
test item analysis is needed: to determine the level of thinking’.
strength and weakness of the test items, so the good Based on construction aspect, only 45% of
ones can be selected, to provide information about all items can be considered as good test items. The
test items’ specification to make it easier to set the writing technique in constructing the test had the
test, to determine the problems talked in the test lowest percentage; that was 17.4%. According to
items, to be a tool to assess the test items in the test Djemari (2008:137), ‘construction aspect relates to
collection. The test items can be analyzed the technique of writing the test’. Most items were
qualitatively and quantitatively (Eko, 2009:94). The written in form of number, or were not organized in
test items are analyzed qualitatively by considering correct order and chronology. Another weakness
material, language and construction; meanwhile was the unsuitability between the logical thinking
they can be analyzed quantitatively by using on each item and that in the basic competences and
empirical data to see the level of reliability, the indicators. In other word, the items tested were
level of difficulty, discrimination index, and different with what teacher taught. As Suharsimi
distracter efficiency of each item. (2009:67) stated that a good construction of a test
If the test items were not analyzed before item can measure logical thinking as stated in
they are given to the participant, the quality of the Specific Instructional Goal. Moreover, the result of
test would be obscure to be used as the assessing language analysis showed that some items of the

10 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Item Analysis Of Economic Semester Test Of Grade XI in All Public…..[9-12]

test did not follow the proper structure of Bahasa occurred because only one Economic teacher
Indonesia. constructed the test. It is strongly suggested that the
From all qualitative aspect analyses toward schools have a team of each school to construct the
the items of Economic semester test of grade XI, it test, so that the team can verify the items whether
can be revealed that 62.5% of items did not fulfill they are suitable to be use in each school.
the criteria of good test. Among the three aspects Furthermore, the items have never bee tried out, so
analyzed, construction had the lowest level in the weakness of the test was unknown and not
which the items cannot be used properly to assess revised before it was given to the students. It is
logical thinking of students. supported by Eko (2009) who states ‘before the test
Furthermore, the quantitative analysis was is given to the students, it is necessary to conduct
conducted to see the reliability, level of difficulty, try out to improve the quality of the test item’. This
discrimination index and distracter efficiency. The can happen when the teachers did not know the step
analysis of students’ answer sheets showed that the to construct and develop the test. As stated by
reliability coefficient of the items was 0.67. In other Djemari (2008:88), there are 9 steps to construct
word, the test items were not accurate to assess test: arranging the test specifications, writing the
students’ ability because it has low reliability index items, analyzing the items, trying out the items,
which it should be more than 0.7. Djemari analyzing the items, revising the items, constructing
(2008:31) assumed that the instruments used are the test, conducting the test, and analyzing the test
suitable, but the interpretation of the correct answer result’. If these steps are not fulfilled yet, the test
can be different due to the way test conducted, cannot be used to evaluate and assess the students
emotional factors, or subjectivity of the test. learning outcome.
Students’ ability which is not homogeny can also
lead to the low reliability index. In line with CONCLUSION
Grounlund in Dimiyati and Mudjiono (2006:196)
that objectivity can affect reliability. In this case, Qualitative item analysis of Economic
students who join Economic semester test are from semester test of grade XI in all public and Islamic
different schools which have different capability of senior high school in Bukittinggi showed that
students. If the school has more intelligence 37.5% of items have been well-constructed seen
students, the test will have high result. from material, construction, and language aspects.
The level of difficulty analysis of this test Quantitative analysis revealed that (1) the reliability
item showed that 57.3%of items had moderate coefficient was 0.67 which was lower than the good
level, not too difficult or too easy. The coefficient standard was, 0.7; (2) the level of difficulty showed
level of difficulty was 0.30 to 0.7. Suharsimi that 30% was easy, 57.5% was moderate, and
(2009:207) states ‘a good test is not too difficult nor 12.5% was difficult; (3) 47.5% of test items had
is too easy’. An easy item cannot stimulate students good discrimination index; (4) 45% of test items
to work hard to solve it, while a difficult item can had good distracter efficiency.
lead to reduce students’ motivation to solve it. Qualitative item analysis of Economic
Another analysis to conduct was analyzing semester test of grade XI in all public and Islamic
the discrimination index to determine students who senior high school in Bukittinggi showed that
have low ability and those who have high ability. 37.5% of items have been well-constructed seen
The result showed that 47.5% of test items had from material, construction, and language aspects.
good discrimination index. It meant that the items Quantitative analysis revealed that (1) the reliability
cannot accurately determine the ability of the coefficient was 0.67 which was lower than the good
students. As Ngalim (2009:121) states, standard was, 0.7; (2) the level of difficulty showed
‘discrimination index is used to determine students that 30% was easy, 57.5% was moderate, and
of upper group and those of lower group’. 12.5% was difficult; (3) 47.5% of test items had
The last analysis was the efficiency of good discrimination index; (4) 45% of test items
distracters provided in Economic semester test had good distracter efficiency.
items. It showed that 45% of items had good
distracters which meant they were chosen by at
least 5% of the test participant. Anas (2009:135) REFERENCE
argued one weakness of multiple choice tests; that
is the participant can speculate or guess the answer. Anas Sudijono (2009). Dasar-dasar Evaluasi
The options provided can make students able to Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
predict the answer when they do not know the exact Asmawi Zainul (2001). Penilaian Hasil Belajar.
answer. If their guessing are correct, it means the Jakarta: PAU-PPAI-UT.
test is not accurate in assessing their ability. Djemari Mardapi (2008). Teknik Penyusunan
It can be tailored from all analysis result that Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta: Mitra
only 10% of test items can be used and fulfill the Cendikia.
criteria to evaluate students’ learning outcome. Djunaidi. 2008.
67.5% of items needed to be revised and 22.5% of http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008
them were not appropriate to use. This condition

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 11


Item Analysis Of Economic Semester Test Of Grade XI in All Public…..[9-12]

/06/analisis-butir-soal.html. 15 Januari
2012.
Eko Putro Widoyoko (2009). Evaluasi Program
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Murnialis (2003). Teknik Evaluasi Hasil Belajar.
Jakarta: Grafindo Persada.
Nana Sudjana (2008). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Ngalim Purwanto (2009). Prinsip-prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto (2009). Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

AUTHOR’S HISTORY
Nita Sofia, S.Pd., M.Pd.E. Nita lahir di
Payakumbuh 23 September 1989. Beliau
merupakan lulusan sarjana pendidikan ekonomi
Universitas Negeri Padang pada tahun 2012. Tahun
2013 beliau memperoleh beasiswa program
pendidikan calon akademi komunitas (PPCPAK)
dari DIKTI selama satu tahun. Selama program
tersebut beliau ikut serta mengajar di Politeknik
Negeri Padang dan Akademi Komunitas
Dharmasraya. Tahun 2015 beliau menyelesaikan
magister pendidikan ekonomi dengan jurusan
pendidikan akuntansi di Universitas Negeri Padang.
Dan pada tahun itu juga beliau mulai menjadi dosen
di UPI YPTK Padang pada jurusan Akuntansi.

12 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


IMPROVING STUDENTS’ GRAMMAR MASTER BY APPU SERIES
FILM ON YOUTUBE
(A Classroom Action Research DKV Faculty of Putra Indonesia University Padang)

Yosa Novia Dewi


Dosen pada Fakultas Keguruan Ilmu Kependidikan, UPI YPTK Padang
yosanovia@gmail.com

Abstract

The students’ grammar mastery at the first year students of DKV Faculty of Putra Indonesia University
was still fair. Based on the researcher’s observation in her classroom, most of students had difficulty to identify
the grammatical, and comprehend what the writer expresses both in written and oral. Therefore, the researcher
conducted a research by APPU series film on youtube to solve this problem. The purpose of this research was to
explain whether APPU series film on youtube improves students’ grammar mastery. The research was
classroom action research. The research was done in two cycles. In conducting the research, the researcher was
helped by a collaborator in doing plan, action, observation, and reflection. Besides, the researcher used
grammar test, observation checklist, field notes, and interview as the instruments in this research. The data of
this research were analyzed by using two techniques. The quantitative data was analyzed by using the mean
score to see the average score gained by the students in individual grammar test. Meanwhile, the qualitative
data was analyzed through data gotten from observation, field notes and interview. The finding n this research
showed that the students’ grammar mastery through APPU series film on youtube improved. The improvement
was influenced by several factors, such as the material, classroom activity, classroom management, teacher’s
technique, and teacher’s strategy. Therefore, it can be concluded that applying APPU series film on youtube can
improve the students’ grammar mastery at the first year students of DKV Faculty of Putra Indonesia University.

Keywords: grammar mastery, APPU series film on youtube.

INTRODUCTION 50 students could finish the exercises and could not


make the simple sentences orally, and 60 students
Since English has been an international could not finish the exercises and could not make
language, our government mandated that English is the simple sentences orally.
one of the core curriculum components from Principally, the lecturer must develop a
elementary schools up to the university levels. The technique in a good matter, in order to motivate the
purpose of teaching English in the university is to students to be interested in learning the language.
provide the students with the ability to use that Thus, the lecturer must hopefully be creative to find
language. Then, as an international language that a way in motivating the students. If they are
plays an important role in globalization era, English interested, it is expected that they can get the lesson
is expected to be used as a means of comunication. well and the result will be better. As Smaldino,
In learning English as a foreign language, Lowther, and Russel (2008) state that media is to
there are four basic skills that must be achieved, facilitate communication and learning. They
namely listening and reading as receptive skills, suggest that a good media has to have six
and writing and speaking as productive skills. As a categories; they are audio, visual, video, text,
productive skill, speaking is essential to be required manipulative (object), and people.
by the learners since this skill is a form of thinking As a lecturer, my main goal is to motivate
through speaking. It means that the learners will be students to do their best and extend their own
able to express their ideas to other people in oral. personal limits. We devise programs, according to
Based on the lecturer’s experiences and syllabus requirements, that expand on previous
preliminary observation in teaching English for knowledge and encourage students to explore new
DKV students of UPI YPTK Padang, it showed that and interesting possibilities. we encourage students
the students were not able to memorize and use new to construct their own learning in an environment
grammar in simple sentences orally. It is revealed that stimulates and helps students to realize their
when they were given some exercises in work. full potential. We have had some excellent results
From 140 students, only 40 students could finish with students who have a history of poor
the exercises and make the simple sentences orally, performance. We strive to instill a love of learning
and to make learning challenging, exciting and
Improving Students’ Grammar Master By Appu Series Film On Youtube……[13-18]

interesting. Some students who had difficulties with can be understood when the information is
English are now having good self-confidence and transferred to each other.
are enjoying speaking for pleasure;
Teaching Grammar
To make students motivate and enjoyable to
According to Nation (2002), teaching
study english, the lecturer should be creatively in
grammar is a process of ways presented by the
delivering material. We should use variative
teacher to transfer the knowledge to make students
strategies in teaching english. One of the strategies
learn or acquire grammar. It is showing or helping
that can be used by lecturer is using media to
students to do something, giving instruction,
support the teaching learning process. There are
guiding in the study of something, providing with
some teaching method available now, so the
knowledge, causing to know or understanding. As
lecturer uses singing english song to improve
suggested by Thornbury (1963) to able to teach as
students’ english in oral. Music is powerful
effectively as possible, it is important to know, how
stimulus for students’ engagement precisely
words are remembered and stored in students’
because it speaks orally to our emotions while still
minds and how long time memory in organized. It
allowing to us to use our brains to analyze it and its
means that teaching grammar involves a lot of
effect if we so wish. Singging english song are
activities and procedure for active participation and
included in teaching method, the use of music and
effective personal interaction in class.
song in the classroom can stimulate very positive
In addition, Moras (2001) explains that
associations to someone who study language. A
teaching grammar should sustain the productive use
piece of music can change and prepare students for
of the wide of grammar. It is one of the areas that
a new activity, it can amuse and entertain and it can
need greater attention. At this stage, we are
make a satisfactory connection between the world
concerned not only with students’ understanding
of leisure and the world of learning.
about the meaning of words, but also their ability to
use them appropriately. It is obvious that learning
LITERATURE REVIEW grammar means not only to know the meaning
words but also to be able to use the words in
In English curriculum for University level different context. Therefore, teaching and learning
especially ESP; it states that one of the goals of grammar should go beyond definition and
English lesson is to provide the students to be able memorization.
to develop the communication competence in There are some useful activities for teaching
spoken and written English. The English lesson grammar as stated by Gain and Redman
given has to integrate four language skills namely (1986) as follow:
listening, reading, writing and speaking. Therefore, 1. Grammar instruction can be handled by
the lecturers have to be creative and innovative in using authentic reading text. The students
creating classroom atmosphere in order to increase are asked to focus on key words in a text,
students’ motivation in learning English. In this or guess from context, or to predict and
chapter will be explained defenition of film, activate grammar.
Grammar Matery 2. Speaking activities like role – play and
The word grammar is used in many different story telling can act as medium for
senses. Every expert proposes different opinions teaching grammar
about this. According to Thornbury (2004: 4), 3. Gap activities such as information gap –
grammar is a process for making a speaker’s or activities are beneficial in that the
writer’s meaning clear when contextual information participants are requiring thinking over in
is lacking. Brown (2001: 367) says that grammar is order to covey their message to others
contextualized in meaningful language use. verbally.
Then, henry also states that grammar is Furthermore, Pettigrew (1995:05) claims there are
usually defined as an aspect of syntactic studies. In five types how to teach grammar:
relation to theories aboves, Viet claims grammar is 1. Guessing word meaning from context.
what enables you understand the vary words and 2. Give students the definitions; let them find
sentences of your own. In short, grammar is the the word
rules where every word can be understood either in 3. Teach students when not to look up a word
spoken or in written, which some as contextual 4. Parts of speech
meaning in a language is when the information is 5. Different meaning of familiar grammar.
transferred. To measure the students’ grammar Ur (1996: 60)
Furthermore, Samual Johnson (in Boer, said that there some aspects to be taught in
1981) says that grammar is the art of speaking teaching grammar:
words properly. It is natural that the first rule of an 1. Form: pronunciation and spelling
English grammar will define the term sentence. In 2. Grammar
short, it can be define that grammar is the 3. Collocation
regulation in compounding of words to be a 4. Aspect of meaning: denotation,
language of the sentence that have meaning and, it connotation, appropriate

14 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Improving Students’ Grammar Master By Appu Series Film On Youtube……[13-18]

5. Aspect of meaning: meaning relationships, long, d). Clear, independent, self-contained and
they are various such relationship; interesting enough to motivate students and
synonyms, antonyms, hyponyms, co- stimulate discussion.
hyponyms, super ordinates ad translation It is supported by Talavan (2007), he states
6. Word formation that students of all levels can benefit from the use
Based on the Ur opinion above, it can be of film, since there are always easier film
concluded that to teach grammar, the teacher sequences, spoken at slower rate that can match
should present a word sound like (its pronunciation) lower level students’ needs. From the statements
and look like (its spelling). Then in teaching and above, there are capacities in using film as a media
learning process grammar is not obviously. Related in classroom where should match with students of
to this research, the researcher uses pronunciation, all level.
spelling, meaning of the words are the indicator of Then, Stempleski (2002:364) notes that there
grammar mastery. are three stages using film in teaching vocabulary:
a). Previewing activities: this stage the teacher
APPU SERIES Film on Youtube in Teaching
prepare the students to watch the film by tapping
Grammar Mastery
their background knowledge, stimulating interest in
Films are accessible English language
the topic, and lessening their fear of unfamiliar
products available to English Foreign Language
vocabulary, b). Viewing activities: this stage the
(EFL) learners. Recently, the usage of this film
teacher concerns with playing and replaying the
motivated for students. Sadiman (2000), states that
entire sequence or relevant parts and requiring
film is audio visual media (things or objects) that
students to focus on important aspect. The aspects
can be seen and heard. Using audio visual media in
can be factual information, plot development,
the language classroom provide benefits for
language used in a particular situation, c). Post
learners and teacher. It is supported by Johnson and
viewing activates: this stage the teacher requires
Sheehan (2006: 108), they say that film is a source
students to react to the film or to practice some
of authentic communication which combines of
particular language point.
sound and image and sometimes text related to
materials in language teaching. Then, Salem (2007)
defines that the combining of using audio-visual METHODS OF RESEARCH
(film) material in teaching are touchable,
undeniable and the value has become even greater. This two cycles classroom action research
Furthermore, Hartsell and Yuen (2006) say was aimed at finding solutions for one of problems
that film can help students visualize a process or in teaching grammar namely lack of students’
see how something works. Film can take tacit grammar mastery through APPU series film on
information or knowledge that may be too difficult youtube. The research was conducted at DKV
to describe in text into an articulate, vivid Students of UPI YPTK Padang , West Sumatera.
description through the use of images. Driver The subjects of the study were the first year
(2006:159) adds that film is one of the most useful students. The class consisted of 38 students, 30 of
tools for teaching. them are boys and 8 girls.
Films generally produce image that are The data of this research was taken into two
clearer in detail and truer in color and they also forms; qualitative data and quantitative data. The
offer better sound quality. Gersten (2006:4) states quantitative data was collected from tests. These
that a film has an enchantment all of its own. A data represent the students’ skill in numerical ways.
film sequence contains not only words, but also In other side, qualitative data concern with a
visual elements (and often sound effects and music) description about factors that influence the change
that provide essential evidence on behavior, students’ grammar mastery through APPU series
character, and context, which are not usually in the film on youtube. These data was representing the
script. Through film, the students’ vocabulary students’ grammar mastery that is taught in DKV
mastery will increase and it also helps them to Faculty especially in UPI YPTK Padang.
practice in using the language. Storaas (2006) adds The research was conducted in two cycles
that film Presentations where text can be combined with four meeting for each cycle. Three meetings
with moving images and sound as well as still are for doing classroom action research, and one
photos, it is presented in a more passionate way. meeting is for the test. Each cycle consisted of four
Students like film because it is enchantment, steps; planning, action, observation, and reflection
challenging, and stimulating to watch. Film will suggested by Kemmis and Taggart (1988).
motivate students by bringing a slice of real life
into the classroom. FINDING AND DISCUSSION
Stemleski (1990) classifies the great value of
film that can be used in the foreign language class: First Cycle
a). They present real language that is not graded or To improve the students’ grammar mastery,
simplified, b). Spoken at normal speed, c). The film the APPU series film on youtube was then
sequences need to be short around 15 or 25 minutes implemented throughout the second class of

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 15


Improving Students’ Grammar Master By Appu Series Film On Youtube……[13-18]

building department. In this research, other English That means that the students understand about what
teacher involved as a collaborator. The main they are going to do, specially find the meaning of
activities were implemented APPU series film on words in improving sstudents’ grammar mastery.
youtube in comprehending reading text, observing The atmosphere of the class at the time was positive
the class, planning lesson, and interviewing. because the tried to give positive feedback to help
Throughout the cycle, in every topic of the lesson, the students. In short, the students learned most
APPU series film on youtube were gradually when they interacted.
introduced and practiced, starting from guided to The improvement of the result of the test in
free practices in comprehending reading text. In the cycle 2 was increased. To support the data, from
first cycle, the scenario of teaching was not well grammar mastery tests which were held at the end
organized yet. Some students were still of each cycle, the researcher also used other
unanticipated and uninterested in practicing APPU instruments (observation sheet, filed notes, and
series film on youtube in improving grammar interview) to find several factors that influence the
mastery. Some of them were still passive. Some of students’ improvement in improving students’
students did not want to interact. grammar mastery as follows:
After analyzing on the outcomes and the 1. The interesting media
result of observation checklist, field notes, and The researcher used APPU series film on
interview in the first cycle, three topics were youtube to be taught in each cycle. The
identified as the serious problem of applying APPU materials that researcher chose for
series film on youtube in improving grammar implementing this technique in teaching
mastery in the first cycle and as needing some grammar mastery
changes or improvements. The problems are: First, 2. The classroom activity
the students often keep silent when their teacher The students enjoyed the activities and they
asked them about the meaning of some words in the even answer the teacher question. The teacher
test. Second, a few students would dominate monitored the activity by walking around the
activities especially in guiding the students to find class to check on the progress. The class
the meaning of words by asking questions without atmosphere had changed enthusiasm. Now the
giving chances to their friends to ask the questions. students enjoy and relax in comprehending
Third, students could not interact, cause lack of reading text. The students answered most of
vocabularies, not knowing of how to pronounce the teacher’s questions with enthusiasm, and even
words correctly. Fourth, students were not clear asked their own questions. The class
about what they are going to do. Teacher’s atmosphere was conductive to learn.
instructions were not clear enough for students. 3. The teacher’s technique
Fifth, some students were simply uninterested in There was an increasing in the students’
mastering the grammar. To do the task, they tend to participation in the class. The observation
look at their friend’s paper without asking sheets, field notes and interview of first and
questions. The result of the test in cycle 1, it is still second cycle showed that students have already
lower than the expectation. made a change in their attitudes toward
learning English. It was confirmed that the
Second Cycle
students were having fun and enjoyed
Based on the evaluation and reflection in the
participating. Moreover, the data from test,
previous cycle, the activities in the second cycle
observation checklist, field notes and interview
were focused on the following activities: first, the
showed that APPU series film on youtube in
teacher gave clear instruction. Second, the teacher
improving students’grammar mastery
guided the students to observe the test to find
improved. The students able to identify parts of
words form such as: noun, adjective, verb and
speech, if they get problems with words forms
adverb. Third, the teacher guided the students to
such as: noun, adjective, verb and adverb. The
find the meaning of words by asking questions.
students understand the meaning of the words
Fifth, timing of classes to ensure collaborator can
in context by answering the teacher questions.
attend.
And the teacher also guides the students to
During the two cycles, an interaction
comprehend what the writer expresses both in
occurred between a teacher and students, the
written or oral. The result also revealed that
teacher and the whole class, a student and another
learning English involving APPU series film
student. The observation revealed that the
on youtube was preferred by students. The
classroom interactions in the class were varied.
students had more opportunities to ask and
Teacher-student interaction happened when the
answer questions. The students will be actively
teacher explained the lesson, gave interactions and
involved. The lesson will be challenging and
the supervision of the students’ work. While
fun and also APPU series film on youtube will
learning, students’ eager to interact with their
promote students’ creativity and cooperation.
teacher, finds the meaning of the words through
(Raptau, 2002) This finding challenges English
answer questions which were given by the teacher,
teachers to apply and create classroom
understand the sentences related to the context.

16 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Improving Students’ Grammar Master By Appu Series Film On Youtube……[13-18]

activities that require learners to interact to the are invited to become familiar with APPU series
teacher and their friends. film on youtube which is a very popular and
adaptable framework and communicative a
CONCLUSION language teaching. When adopting this framework,
language teachers should provide the students with
This classroom action research discovered that a variety of enjoyable tasks.
the implementation of APPU series film on youtube Furthermore, English teacher are suggested to
to improve students’ grammar mastery. Despite the provide an enjoyable learning environment for their
difficulties in the first cycle, due to unfamiliarity students. Classroom atmosphere is very important
with APPU series film on youtube, the lack of for learning. When the students find the atmosphere
motivations, lack of vocabularies, and avoid enjoyable, they make learning opportunities more.
interacting with the teacher and others students, Moreover, to allow students to interact
almost of all the students then actively involved in spontaneously in English, the teacher must set up
class. The problems found in class; dealt with a situations and scenarios that call for introduction
passive class, where the students were unresponsive and reinvestment of functional language is essential
and avoid interaction with the teacher and others during and after activities; while finding partners,
students have been solved through the preparing the activity, deciding on how to proceed,
implementation of APPU series film on youtube. checking the progress of their classmates,
After applying of APPU series film on youtube comparing discoveries, expressing ideas and
to improve students’ grammar mastery in opinion. The students can express their ability in
comprehending reading text for eight meeting in speaking English based on their passion and field of
two cycles, it can be concluded: study.The students get more challenges and
1. APPU series film on youtube can better motivations to speak English fluently and show
improve the students’ grammar mastery their best performance.the lecturer is challenged to
Motivate students to speak English in and set varied, innovative and interesting materials
outside the classroom. When the teacher besides the compulsory book
guiding the students by giving some question
related to the topic, all of them participated. It
REFERENCE
means the students’ participation in the class
also improved. Brown, H. D. 1994. Teaching By Principles. New
2. APPU series film on youtube makes the Jersey: Practice Hall Regents.
students active involved and also can maximize Brown, H. D. 2000. Teaching By Principles.
students’ opportunities to speak during the Longman: San. Francisco State.
English lesson and provided the potential Harris, D. P. 1979. Testing English. New Delhi:
benefit students’ interaction. In order to elicit Hill Publishing Company
information and opinion from the teacher and Henry. C. Universal Grammar. Texas: Rice
friends. The students have reasons to interact University Houston. Retrieved on August
and tasks to fulfill. 9th 2008. From
3. APPU series film on youtube encourages the http://informatic.indiana.edu/rocha/univgram
students’ practice opportunities of the target /
language receptivity in the lesson as a result of Lado. R. 1964. Language Testing. Longmans: The
presenting various tasks. In the light of United States Of America
students’ reflections for the tasks used during Lubis, G. 2004. “The Contribution Of Students’
the study, which were very positive, it showed Mastery On Grammar Towards Thier
that students were receptive to the idea of Dictation Ability”. Unpublished Thesis.
APPU series film on youtube while learning Padang: English Department, Bung Hatta
English. Roberts, P. 1969. The Roberst English Series. San
4. APPU series film on youtube Changes Francisco: Hareoust, Brace And World
students’ perception toward English lesson, Thornbury, S. 2001. How To Teach Grammar.
that learning English is not all about grammar Longman: Jeremy Harmer
and assignments but it can be learned by doing Veit, R. Discovering English Grammar. New
something fun and interesting like watching Jersey: Houghton Mifflin Company
film. Carney, N and P. Foss. 2008. ‘Student-produce
5. APPU series film on youtube Givessuch a new video: two approaches’. English Teaching
experience to ESP students in understanding Forum 2:14-19. Retrieved on October 29th
and applying English relate to their academic 2010.
skills. Fromhttp://exchanges.state.gov/englishteach
ing/forum/archieves/1997/docs/97-35-2
SUGGESTION e.pdf
Colwell, H and M.I. Braschi. 2006.’Using films
Translating all the ideas of findings into the with mixed level ESL classes’. Annual EA
framework of improvement, all language teacher Education Conference. Retrieved on October

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 17


Improving Students’ Grammar Master By Appu Series Film On Youtube……[13-18]

29th 2011. From Retrieved on September 29th 20011.


http://www.englishaustralia.com.au/index. Fromhttp://exchanges.state.gov/englishteach
Driver, M. 2006. ‘Teaching the middle ages on ing/forum/archieve/docs/0947-3-e.pdf
film: visual narrative and the historical Pujiasih, T. 2007. Teaching Names of Object Using
record’. Pace University History Compass. a Cartoon Movie Entitled”Dora the
5.1: 159-174. Retrieved on October 29th Explorer” for sixth grade Students of
2010. From Elementary School (A Case Study of the
http://www.telus.net/linguisticsissues/teachi Sixth Grade of Students of SD Negeri 05
ngvocabulary.htlm Randudongkal). (unpublished paper).
Folse, K. S. 2008.’Six vocabulary activities for the Semarang: Semarang State University
English language classroom’. English Rammal, S. M. 2006. “Using video in EFL
Teaching Forum. 3. Retrieved on October classroom. Karen’s Linguistics. Retrieved on
29th 2010. june 6th 2011. From
Fromhttp://exchanges.state.gov/englishteach http://joepettigrew.pbwiki.com
ing/forum/archieves/1997/docs/97-35-2 Richard, J. C. 2001. Curriculum Development
e.pdf Language Teaching. Cambridge: Cambridge
Gay, L. R and P. Airaisian. 2000. Educational University Press.
Research: Competencies for Analysis and Salem, A. M. 2007. Video-Audio Materials in the
Application. Ohio: Prentice- Hall, Inc. English Classroom. Makah: King Saud
Gersten, B. F. 2006. American Values through University.
Film: Lesson Plan for English Teaching and Sherman, J. 2003. Using Authentic Video in the
American Studies. Moscow: Moscow State Language Classroom. Cambridge:
University. Cambridge University Press.
Gagne, R. M. (Ed). 1987. Instructional Technology: Smaldino, S, Deborah, L. and R. Jams. 2008.
Foundations. Hillsdale: Lawrence Erlbaum Instructional Technology and Media for
Associates, Publisher. Learning. Cambridge: Pearson Prentice Hall.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Wallace, M. J. 1998. Action Research for Language
PT. Citra Aditya Bakti. Teachers. Cambridge: Cambridge University
Harmer, J. 2001. The Practice of English Language Press.
Teaching. Edinburg: Pearson Educational Yuksel, D and T. Belgin. 2009. ‘Effect of watching
Limited. captioned movie clip on vocabulary
Hartsell, T. and S. Yuan. 2006. ‘Video streaming in development of EFL learners’. TOJET the
online learning’. AACE Journal. 14.1: 31- Turkish Online Journal of Educational
43. Retrieved on September 29th 2011. Technology 8.4. Retrieved on October 29th
Fromhttp://digitalvideooverview.weebly.co 2010. From
m/uploads/2/0/1/9/2019204/article_6152.pdf http://www.tojet.net/artichels/824.pdf
Heaton, J. 1997. An Audio Visual Method for ESL.
In M. Celce-Murcia and L. Mcintosh (Eds.), AUTHOR’S HISTORY
Teaching English as a Second or Foreign
Language. Rowley, MA: Newbury House. Yosa Novia Dewi, S.Pd, M.Pd. lahir di
Ishihara, N and J. C. Chi. 2004. ‘Authentic video in Padang pada tanggal 19 Januari 1984. Beliau
the beginning ESOL classroom: using a full- menamatkan pendidikan S2 di Universitas Negeri
length feature film for listening and speaking Padang pada jurusan Magister Pendidikan Bahasa
strategy practice’. English Teaching Forum. Inggris tahun 2012. Beliau merupakan salah satu
44.3. Retrieved on October 29th 2010. staf pengajar (dosen) di Universitas UPI YPTK.
Fromhttp://exchanges.state.gov/englishteach Selain itu, beliau juga bekerja sebagai translator
ing/forum/archieve/1997/docs/97-35-2-e.pdf jurnal dan paper. Hingga saat ini, sudah puluhan
Kemmis, S and R. McTaggart. 1988. The Action jurnal yang berhasil beliau translate ke Bahasa
Research Planner. Victoria: Deakin Inggris. Hampir semua jurnal dan paper yang beliau
University. translate dipresentasikan di forum Internasional dan
Mayora, C. A. 2006. ‘Integrating multimedia dipublikasikan pada beberapa jurnal internasional.
technology in a high school EFL program’. Paper beliau pernah dipresentasikan dalam 2
English Teaching Forum. 44.3. Retrieved on konferensi Nasional dan 4 konferensi Internasional.
October 29th Beliau juga menjadi satu-satunya dosen dari
2010.Fromhttp://exchanges.state.gov/english Indonesia yg berhasil terpilih untuk memandu
teaching/forum/archieve/1997/docs/97-35-2- konferensi internasional di Singapura. Selain itu,
e.pdf beliau jg merupakan salah satu finalis dalam lomba
Nan, Yao and Z. Mingfan. 2009. ‘Using VOA penelitian yg diadakan oleh Kementerian Keuangan
special English to improve advance English Indonesia dan World Bank. Beliau juga menjadi
learners’ productive use of high frequency finalis wilayah sumatera dalam lomba proposal
words’. English Teaching Forum.3:26-37. penelitian yg diadakan oleh Ristek Dikti.

18 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG TEKS
TRANSAKSIONAL/INTERPERSONAL BERBANTUAN PENDEKATAN
PROBLEM-BASED LEARNING

Agus Setiawan
SMAN 1 Driyorejo, Gresik
agus_smandry@yahoo.co.id

Abstrak

Tujuan penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
X IPA-6 SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik tahun pelajaran 2016/2017 pada pelajaran bahasa Inggis tentang
menyusun teks transaksional/interpersonal berbantuan pendekatan problem-based learning. Teknik analisis data
penelitian ini adalah deskriptif persentase. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif-kualitatif. Hasilnya,
pada aspek tata bahasa diperoleh nilai rata–rata sebesar 68,8. Pada aspek kosa kata dan keruntutan bahasa
diperoleh nilai rata–rata sebesar 68,3. Pada siklus kedua, nilai rata–rata hasil post test pada aspek tata bahasa
sebesar 75,5. Pada aspek kosa kata dan keruntutan bahasa sebesar 76,8.

Kata kunci: hasil belajar, transaksional/interpersonal, problem-based learning

Abstract

The purpose of this two-cycled classroom action research is to improve students learning outcome in
class X Science 1 SMA Negeri 1 Gresik Driyorejo academic year 2016/2017 in English lesson about
transactional/interpersonal texts aided problem-based learning approach. Data analysis technique of this
research is descriptive percentage. The results of the data analysis are presented in descriptive-qualitative. As a
result, in the first cycle, the aspect of grammar obtains an average value of 68.8. The aspect of vocabulary and
language order obtains an average value of 68.3. In the second cycle, the average value of post test results on
aspects of grammar is 75,5. The aspect of vocabulary and language order is 76.8.

Keywords: learning outcome, transactional/interpersonal, problem-based learning

PENDAHULUAN interpersonal adalah ketika mereka harus


menyusun kata–kata sehingga membentuk sebuah
Pembelajaran bahasa Inggis tentang teks yang benar. Siswa juga mengalami kesulitan
menyusun teks transaksional/interpersonal di kelas ketika harus melengkapi dialog dengan
X IPA-6 SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik, pada menggunakan ungkapan, mengusulkan, memohon,
semester genap tahun pelajaran 2016/2017, mengeluh serta merespon menyusun teks keluhan,
mempunyai banyak hambatan. Pada uji kompetensi, pertanyaan dan perintah.
rata–rata hasil yang dicapai sangat rendah. Pada Berdasar hasil diskusi dengan teman sejawat,
aspek tata bahasa diperoleh nilai rata–rata sebesar terungkap bahwa pembelajaran yang selama ini
68,8. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar berlangsung kurang melibatkan siswa secara
sebanyak 21 siswa atau sebesar 65,7 %. Pada aspek maksimal. Dalam proses belajar mengajar bahasa
kosa kata dan keruntutan bahasa diperoleh nilai Inggris di kelas guru kurang memberikan banyak
rata–rata sebesar 68,3. Siswa yang telah mencapai waktu untuk mengadakan latihan/praktek.
ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa atau sebesar Pembelajaran diawali dengan memberikan perintah
62,5 %. Sedangkan KKM yang telah ditentukan kepada siswa untuk membaca bacaan secara
sebesar 75. bergilir. Kegiatan dilanjutkan dengan memberi
Dari analisis dan diskusi untuk mengetahui tugas untuk mencari kata-kata sulit. Kemudian
sumber penyebab rendahnya kemampuan siswa siswa harus mengerjakan soal-soal latihan yang
dalam pembelajaran bahasa Inggris, diketahui terdapat di halaman berikutnya.
bahwa kesulitan belajar yang paling banyak dialami Permasalahan pembelajaran bahasa Inggris
siswa dalam menyusun teks transaksional/ ini, hendaknya segera dicari solusi agar mencapai
keberhasilan dalam belajar. Suatu tanda seorang
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Teks Transaksional/Interpersonal……[19-23]

telah melakukan kegiatan belajar adalah apabila Desain penelitian ini terdiri dari empat
terjadi perubahan perilaku pada diri seorang tahapan yaitu planning (rencana), action (tindakan),
tersebut. Indikator keberhasilan suatu pembelajaran observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
dilihat sejauh mana perubahan perilaku pada diri Empat tahapan ini digambarkan dalam desain
siswa terjadi. Rakhmad (2002) menyatakan bahwa penelitian tindakan model Kemmis dan MC
makin tinggi derajat perubahan yang dialami siswa Taggart (1990:14) dalam Triyanto (2005). Berikut
setelah melakukan pembelajaran, maka makin ini desain penelitian tindakan kelas yang dipakai
tinggi pula keberhasilan pembelajaran tercapai. dalam penelitian.
Maka melalui penelitian tindakan kelas ini,
akan diterapkan pendekatan problem-based
learning, dimana pada kegiatan ini siswa dibimbing
untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan
(informasi), atau mempelajari suatu gejala.
Pembelajaran dengan pendekatan problem-based
learning selalu mengusahakan agar siswa selalu
aktif secara mental maupun fisik.
Pendekatan problem-based learning
merupakan salah satu bentuk pengajaran yang
memberikan penekanan untuk membantu siswa
menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.
Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,
akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian
mencari penyelesaian terhadap masalah konkrit tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Asrori,
oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas- 2007:100). Setiap siklus meliputi planning
tugas tersebut secara mandiri (Ibrahim, 2010). (rencana), action (tindakan), observation
Menurut Arends (2007:156), pendekatan (pengamatan), dan reflection (refleksi).
problem-based learning sangat berguna untuk Teknik analisis data penelitian ini adalah
mengembangkan berpikir ke tingkat berpikir yang deskriptif persentase. Data hasil penelitian yang
lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan
masalah, termasuk belajar bagaimana belajar. belajar individu, dan ketuntasan belajar secara
Pendekatan pengajaran ini cocok untuk materi klasikal. Selanjutnya hasil analisis data disajikan
pelajaran yang terkait erat dengan masalah nyata. dalam bentuk kualitatif-kualitatif. Hasil ini
Hasil penelitian tentang penerapan diinterpretasi dan disimpulkan yang digunakan
pendekatan problem-based learning telah untuk menjawab permasalahan yang telah
ditemukan peneliti dalam beberapa penelitian dirumuskan. Rumus dari setiap indikator, sebagai
tindakan kelas, di antaranya penelitian Tina (2014), berikut :
mengungkapkan bahwa setelah pendekatan
problem-based learning, hasil belajar siswa kelas Rata-rata Kelas
XII IPS 2 SMA Negeri I Sooko Mojokerto tahun Untuk mendapatkan nilai rata rata post test, dapat
pelajaran 2013/2014 pada pelajaran Sosiologi dirumuskan sebagai berikut :
X
tentang Perubahan Sosial mengalami peningkatan. 
X
METODE PENELITIAN N

Penelitian ini menggunakan model penelitian Dengan : X = Nilai rata – rata
tindakan kelas. Arikunto (2007:2) mendefinisikan X =Jumlah semua nilai siswa
penelitian tindakan kelas, karena penelitian N = Jumlah siswa.
dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk (Sudjana, 2007:109)
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan Ketuntasan Belajar secara Individu
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Penelitian ini bertempat di kelas X IPA-6 Untuk menghitung ketuntasan belajar secara
SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik. Penelitian ini individu digunakan rumus :
dilaksanakan mulai tanggal 8 Maret sampai tanggal
28 Mei 2017. Subjek penelitian tindakan kelas yang Ketuntasan individu 
kami lakukan adalah siswa-siswi kelas X IPA-6
SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik tahun pelajaran  Siswa yang mendapat nilai  70 x100%
2016/2017 dengan jumlah seluruhnya 34 siswa. 12
siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.  Siswa
(Usman, 2000:138)

20 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Teks Transaksional/Interpersonal……[19-23]

Adapun rencana tindakan yang akan


Ketuntasan Belajar secara Klasikal dilakukan adalah membuat rencana pembelajaran
baru, membagi siswa menjadi 5 kelompok,
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar mempersiapkan LKS dan instrument penelitian
klasikal digunakan rumus sebagai berikut : untuk merekam dan menganalisis data.

p
 Siswa yang tuntas belajar x100% Kegiatan diawali dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan memberikan appersepsi.
 Siswa Selanjutnya memberi tugas kepada semua siswa
memperhatikan alur cerita dalam film. Siswa
memperhatikan menyusun teks transaksional/
(Usman, 2000:102) interpersonal yang diungkapkan oleh pemeran
utama dan juga figuran. Hasil kerja didiskusikan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam kelompok masing-masing. Menganalisis dan
adalah Test, dokumentasi serta lembar observasi. menyimpulkan beberapa menyusun teks
Siswa mencapai tuntas belajar kognitif apabila transaksional/interpersonal yang diungkapkan oleh
siswa mampu menyelesaikan, menguasai pemeran utama dan juga figuran.
kompetensi atau tujuan pembelajaran minimal 75 % Selama siswa mengadakan kegiatan, guru
dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan mengadakan bimbingan dan memberikan motivasi
keberhasilan kelas diperoleh dari jumlah siswa dengan cara berjalan mendekati kelompok siswa.
yang mampu menyelesaikan atau mencapai Secara acak guru menunjuk kepada beberapa
minimal 75 %, sekurang-kurangnya 85 % dari anggota kelompok untuk ke depan kelas,
jumlah siswa yang mengikuti test (Hadi, 2006: 99). mengungkapkan menyusun teks
transaksional/interpersonal yang diungkapkan oleh
pemeran utama dan juga figuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar siswa dilihat dari hasil post test.
Penilaian hasil belajar meliputi 2 aspek yaitu tata
Siklus Pertama bahasa dan kosa kata dan keruntutan bahasa.
Proses belajar mengajar mengacu pada Penilaian hasil belajar setiap siswa mengacu pada
rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan paling sedikit siswa memperoleh nilai 70, maka
dengan pelaksanaan belajar mengajar. Hasil dikatakan bahwa siswa tersebut tuntas dalam
penelitian siklus pertama sebagai berikut. belajar. Adapun hasil post test aspek tata bahasa
sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil post test siklus I


Aspek tata bahasa
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut tuntas tidak tuntas Urut Tuntas tidak tuntas
1 70  17 70 
2 75  18 80 
3 60  19 70 
4 50  20 70 
5 70  21 70 
6 80  22 60 
7 60  23 50 
8 60  24 80 
9 75  25 80 
10 60  26 80 
11 80  27 50 
12 75  28 70 
13 75  29 80 
14 80  30 60 
15 70  31 60 
16 60  32 70 
Jumlah Nilai : 2200
Rata-rata Nilai : 68,8
Jumlah Siswa yang Tuntas : 21
Persentase ketuntasan : 65,7 %

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 21


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Teks Transaksional/Interpersonal……[19-23]

Untuk mendapatkan nilai rata-rata hasil post test, Pada aspek tata bahasa diperoleh nilai rata–
sebagai berikut : rata sebesar 68,8. Siswa yang telah mencapai

X
X ketuntasan belajar sebanyak 21 siswa atau sebesar
65,7 %. Sedangkan siswa yang belum mencapai
N ketuntasan belajar sebanyak 11 siswa atau sebesar
 34,3 %. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa di
Dengan: X = Nilai rata – rata siklus pertama ketuntasan belajar siswa pada aspek
X = Jumlah semua nilai siswa tata bahasa secara klasikal belum tercapai, karena
N = Jumlah siswa. ketuntasan belajar secara klasikal yang diharapkan
Maka 2200/32 = 68,8 sebesar 85 %. Maka diperlukan siklus lanjutan.
Data hasil belajar pada aspek kosa kata dan
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar keruntutan bahasa, sebagai berikut:
klasikal, sebagai berikut :

p
 Siswa yang tuntas belajar x100%
 Siswa
Maka 21/32 x 100 % = 65,7 %

Tabel 2. Hasil post test siklus I


Aspek kosa kata dan keruntutan bahasa

No. Keterangan No. Keterangan


Nilai Nilai
Urut tuntas tidak tuntas Urut Tuntas tidak tuntas
1 60  17 80 
2 75  18 70 
3 60  19 70 
4 80  20 60 
5 70  21 50 
6 60  22 70 
7 80  23 80 
8 75  24 60 
9 70  25 60 
10 80  26 80 
11 75  27 60 
12 60  28 50 
13 70  29 70 
14 80  30 70 
15 70  31 60 
16 80  32 50 
Jumlah Nilai : 2185
Rata-rata Nilai : 68,3
Jumlah Siswa yang Tuntas : 20
Persentase ketuntasan : 62,5 %

Untuk mendapatkan nilai rata-rata hasil post test,


sebagai berikut : p
 Siswa yang tuntas belajar x100%

X  Siswa
X
N
Maka 20/32 x 100 % = 62,5 %
Berdasarkan data di atas diperoleh simpulan
 bahwa pada aspek kosa kata dan keruntutan bahasa
Dengan : X = Nilai rata – rata diperoleh nilai rata–rata sebesar 68,3. Siswa yang
X = Jumlah semua nilai siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 20
N = Jumlah siswa. siswa atau sebesar 62,5 %. Sedangkan siswa yang
Maka 2185/32 = 68,3 belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 12
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa atau sebesar 37,5 %. Dari data ini dapat
klasikal, sebagai berikut : disimpulkan bahwa di siklus pertama ketuntasan
belajar siswa pada aspek kosa kata dan keruntutan
bahasa secara klasikal belum tercapai, karena

20 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Teks Transaksional/Interpersonal……[19-23]

ketuntasan belajar secara klasikal yang diharapkan rencana tindakan yang akan dilakukan adalah
sebesar 85 %. membuat rencana pembelajaran baru yang telah
direvisi, LKS dan instrument penelitian.
Siklus Kedua Kegiatan berjalan seperti pelaksanaan di siklus
Proses belajar mengajar mengacu pada sebelumnya. Hasil post test meliputi 2 aspek yaitu
rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. tata bahasa dan kosa kata dan keruntutan bahasa.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan Data hasil post test siklus kedua pada setiap aspek
dengan pelaksanaan belajar mengajar. Adapun disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3 Hasil post test siklus II


Aspek tata bahasa
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut tuntas tidak tuntas Urut Tuntas tidak tuntas
1 75  17 70 
2 75  18 80 
3 70  19 80 
4 60  20 80 
5 80  21 75 
6 80  22 70 
7 70  23 70 
8 70  24 80 
9 75  25 85 
10 60  26 90 
11 80  27 60 
12 75  28 75 
13 80  29 80 
14 90  30 70 
15 70  31 70 
16 60  32 80 
Jumlah Nilai : 2416
Rata-rata Nilai : 75,5
Jumlah Siswa yang Tuntas : 28
Persentase ketuntasan : 87,5 %

Untuk mendapatkan nilai rata-rata hasil post test, Nilai rata–rata hasil post test pada aspek tata
sebagai berikut : bahasa sebesar 74,5. Siswa yang telah mencapai

X
X ketuntasan belajar sebanyak 28 siswa atau sebesar
87,5 %. Sedangkan siswa yang belum mencapai
N ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa atau sebesar
 12,5 %. Maka dapat disimpulkan bahwa di siklus
Dengan : X = Nilai rata – rata ke-dua ketuntasan belajar siswa pada aspek tata
X = Jumlah semua nilai siswa bahasa secara klasikal telah tercapai, karena
N = Jumlah siswa. ketuntasan belajar secara klasikal yang diharapkan
sebesar 85 %.
Maka 2385/32 = 75,5 Data hasil post test siklus kedua pada aspek
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar kosa kata dan keruntutan bahasa disajikan dalam
klasikal, sebagai berikut : tabel sebagai berikut:

p
 Siswa yang tuntas belajar x100%
 Siswa
Maka 28/32 x 100 % = 87,5 %

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 21


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Teks Transaksional/Interpersonal……[19-23]

Tabel 4. Hasil post test siklus II


Aspek kosa kata dan keruntutan bahasa
No. Keterangan No. Keterangan
Nilai Nilai
Urut tuntas tidak tuntas Urut Tuntas tidak tuntas
1 60  17 85 
2 75  18 70 
3 70  19 75 
4 90  20 70 
5 80  21 70 
6 70  22 80 
7 85  23 80 
8 75  24 75 
9 80  25 70 
10 80  26 90 
11 75  27 70 
12 60  28 50 
13 70  29 75 
14 90  30 75 
15 70  31 70 
16 90  32 70 
Jumlah Nilai : 2448
Rata-rata Nilai : 76,8
Jumlah Siswa yang Tuntas : 29
Persentase ketuntasan : 90,6 %

Untuk mendapatkan nilai rata-rata hasil post test, seluruh pembahasan serta analisis yang telah
sebagai berikut : dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan

X
X pendekatan problem-based learning
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA-6
dapat

N SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik tahun pelajaran


 2016/2017 pada pada pelajaran bahasa Inggis
Dengan : X = Nilai rata – rata tentang menyusun teks transaksional/
X = Jumlah semua nilai siswa interpersonal. Hal ini berdasar hasil post test yang
N = Jumlah siswa. terus meningkat dari siklus pertama hingga siklus
Maka 2395/32 = 76,8 terkhir.

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar DAFTAR PUSTAKA


klasikal, sebagai berikut :

p
 Siswa yang tuntas belajar x100% Arends, Richard. (2007). Problem-Based
Learning. Manchester: Blanchard Literature.
 Siswa Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen
Maka 29/32 x 100 % = 90,6 % Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Asrori, Alimunan. (2007). Tata Kelola Penelitian
Nilai rata–rata hasil post test pada aspek Tindakan Kelas. Jakarta: Rineksa Tama
kosa kata dan keruntutan bahasa sebesar 76,8. Publisher.
Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2005).
sebanyak 29 siswa atau sebesar 90,6 %. Sedangkan Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar Penelitian Tindakan Kelas (Class Action
sebanyak 3 siswa atau sebesar 9,4 %. Maka dapat Research ). Jakarta: Direktorat Pembinaan
disimpulkan bahwa disiklus kedua ketuntasan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai, karena Ketenagaan Perguruan Tinggi.
ketuntasan belajar secara klasikal yang diharapkan Hadi, Sutrisno. (2006). Metodologi Research Jilid
sebesar 85 %. II, Yogyakarta: Gajah Mada Press
University.
Ibrahim, Muslimin. (2010). Berbagai Pendekatan
KESIMPULAN dalam Pembelajaran Efektif. Surabaya:
Unesa Press.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah
di lakukan selama dua siklus, dan berdasarkan

22 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Teks Transaksional/Interpersonal……[19-23]

Rakhmad, Jalaluddin. (2002). Bahasa dan


Komunikasi non Verbal. Jakarta: Edumedia
Reka.
Sudjana, Nana. (2007). Metode & Tehnik
Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production.
Tina, Komang. (2014). Penerapan Problem-Based
Learning untuk Meningkatkan Kompetensi
Sosial Siswa Kelas X IPS 2 SMA Negeri 1
Sooko Mojokerto. Unesa: Skripsi yang tidak
dipublikasikan.
Triyanto. (2005). Belajar dalam Berbagai Model
Pembelajaran. Bandung: Pustaka Adi.
Usman, Uzer. (2000). Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Wibawa, Basuki. (2013). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Depdiknas.

RIWAYAT PENULIS
Agus Setiawan, terlahir di Surabaya, 30
Oktober 1975. Menyelesaikan S-1 Pendidikan
Bahasa Inggris di IKIP Surabaya (sekarang
UNESA) pada 1999. Penulis menyelesaikan studi
S-2 di Prodi Bahasa dan Sastra Pascasarjana
UNESA.
Menjadi guru Bahasa Inggris di SMAN 1
Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik pada 2000-
2003. Setelahnya hingga saat ini mengajar di
SMAN 1 Driyorejo, Gresik. Beberapa kali menulis
artikel ilmiah yang dimuat di Namira, jurnal
pendidikan Kabupaten Gresik. Sementara karya
ilmiah populernya yang berkaitan dengan seni dan
budaya menghiasi halaman majalah dan koran,
antara lain Majalah Bende, Media, Warta Giri,
Majalah Prestasi dan lain-lain. Di samping itu
harian nasional Jawa Pos, Kompas dan Surya juga
pernah memuat pemikiran dan ide-idenya. Pria
yang pada 2011 tercatat sebagai guru Berprestasi
Kabupaten Gresik ini juga mendapat beberapa
predikat sebagai penulis terbaik dari Majalah
Media.
Penulis juga pernah tercatat sebagai ”The
Best Ten” pada event Teacher Writing
Competition. Kini, di tengah kesibukannya
mengajar dan menulis, ia berkiprah sebagai editor
Majalah Media dan Penyunting Jurnal Pendidikan
Kabupaten Gresik, Namira. Pada 7 Juni 2017,
penulis mendapat anugerah sebagai Juara 1 dalam
Lomba menulis artikel bertema Bhineka itu Kita,
yang dihelat Kemenkominfo.

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 23


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN DI KECAMATAN LUBUK
BEGALUNG PADANG

Dewi Devita
Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia
Ddevita90@yahoo.co.id

Abstrak

Kemampuan matematis siswa SMP Negeri di kecamatan Lubuk Begalung Padang khususnya
kemampuan komunikasi matematis masih rendah. Hal ini terjadi karena pembelajaran terpusat pada guru dan
siswa hanya menghafal cara penyelesaian soal sesuai dengan yang dicontohkan guru. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT lebih tinggi
daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional; baik bagi siswa berkemampuan awal tinggi,
sedang, maupun rendah. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri di kecamatan Lubuk Begalung Padang dengan siswa kelas VIII D SMPN 24
Padang sebagai kelas eksperimen serta kelas VIII E sebagai kelas kontrol. Data diperoleh dari hasil tes
kemampuan awal dan tes akhir berupa soal komunikasi matematis. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji-t dan uji Mann-Whitney-U. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh
kesimpulan, yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada menggunakan pembelajaran konvensional; baik bagi
siswa berkemampuan awal tinggi, sedang, maupun rendah.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif tipe TGT, Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, dan Rendah, Kemampuan
Komunikasi Matematis.

Abstract

The students’ mathematics ability in State Junior High School in Lubuk Begalung Padang especially on
mathematis communication ability was still low. Teacher centered method in learning and merely memorizing
the steps applied to solve the problems modeled by the teacher were assumed as the causes of the problem. One
of the efforts done to overcome the problem was by applying cooperative learning model TGT type. The aim of
this research was to reveal whether mathematics communication ability of the students taught by using
cooperative learning model TGT type was better than that of students taught by using conventional learning
either on students having high, medium or low previous knowledge. This was a quasi experimental research. The
population of the research was all of students in class VIII of State Junir High School in Lubuk Begalung
Padang. The data was collected based on the result of the pre-test and post-test on mathematics communication
ability. The data collected then was analyzed by using t-test and Mann-WhitneyU test. Based on the result of
data analysis and discussion, it was concluded that mathematics communication ability of the students taught by
using cooperative learning model TGT type was better than students who taught by using conventional learning
either on the students having high, medium or previous knowledge.

Keyword: Learning cooperative TGT type, high beginning ability, middle, and low, mathematics communication
ability.
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Terhadap……[25-29]

PENDAHULUAN materi. Siswa yang dari kelompok rendah akan


terbantu dengan adanya proses diskusi ini.
Pendidikan merupakan investasi sumber Game dalam turnamen akademik yang dapat
daya manusia yang paling berharga demi membuat siswa mengemukakan pendapat mereka
kelangsungan peradaban manusia di dunia. dan dapat beradu jawaban dengan lawannya yang
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dalam lain. Turnamen akademik ini dapat memberikan
dunia pendidikan mempunyai peranan penting semangat baru bagi siswa dalam pembelajaran.
dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan Dalam turnamen siswa diuji
teknologi. Penguasaan matematika yang kuat sejak kemampuannya setelah mendapat bekal dalam
dini sangat diperlukan untuk menguasai dan diskusi tim. Melalui turnamen akademik ini juga
menciptakan teknologi di masa depan. diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
Mengkomunikasikan gagasan dengan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hal
simbol, tabel, diagram atau media lainnya dalam tersebut maka dilakukan penelitian menggunakan
matematika merupakan dua dari lima tujuan model pembelajaran kooperatif disertai game.
matematika yang saling berkaitan. Pada observasi
yang dilakukan di kelas VIII SMPN di kecamatan TINJAUAN PUSTAKA
Lubuk Begalung Padang, hasil mid semester 1
matematika siswa menunjukkan hasil yang kurang Adapun langkah-langkah pembelajaran yang
memuaskan. Kenyataan di sekolah-sekolah yang dilakukan berdasarkan pada komponen-komponen
diobservasi juga menunjukkan pembelajaran TGT menurut Slavin (2005: 166) dan aturan
matematika masih terpusat pada guru. permainan oleh Nur (2005: 62) adalah.
Tes untuk menguji kemampuan komunikasi 1) Guru menjelaskan aturan pembelajaran
siswa juga dilakukan. Hasil tes menunjukkan dengan menggunakan model pembelajaran
bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kooperatif tipe TGT.
masih rendah. Berbagai masalah diatas dapat terjadi
karena proses pembelajaran yang berjalan tidak
2) Guru mempresentasikan materi pelajaran
secara langsung atau siswa berdiskusi yang
maksimal.
dipimpin oleh guru.
Salah satu sifat matematika adalah
sistematis, dimana untuk mempelajari suatu konsep 3) Guru membagi siswa kedalam 4 tim secara
baru dalam matematika dibutuhkan penguasaan heterogen.
materi pada proses pembelajaran sebelumnya. 4) Setiap tim berdiskusi tentang materi yang
Pengetahuan matematika siswa sebelum menerima belum dipahami serta mengerjakan lembaran-
materi baru inilah yang dapat dikatakan sebagai lembaran kegiatan yang telah diberikan.
kemampuan awal siswa. Untuk mengembangkan Setiap anggota tim memastikan anggota yang
kemampuan matematis siswa khususnya lainnya benar-benar paham dengan materi
kemampuan komunikasi matematis perlu untuk menghadapi game dan turnamen
memperhatikan kemampuan awal siswa. nantinya.
Kemampuan awal akan memberikan peranan dalam 5) Salah satu tim mempresentasikan materi yang
peningkatan kemampuan komunikasi matematis mereka diskusikan dan tim lain dapat
siswa. menanggapi presentasi tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang 6) Pada pertemuan berikutnya game dan
ditemukan, maka kemampuan komunikasi turnamen dilakukan, dengan terlebih dahulu
matematis perlu mendapat perhatian lebih dalam menyuruh siswa untuk berada di meja
kegiatan belajar mengajar matematika.Berbagai turnamen yang telah disampaikan guru
macam model pembelajaran dapat dilakukan oleh sebelumnya.
guru untuk memperbaiki masalah-masalah di atas. 7) Turnamen dimulai serentak di setiap meja
Salah satunya adalah model pembelajaran turnamen. Setiap anggota di meja turnamen
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). memilih nomor pertanyaan yang akan
Slavin (2005: 166) menjelaskan komponen- dijawabnya. Anggota dengan nomor tertinggi
komponen TGT, yaitu presentasi kelas, tim, game, yang akan menjawab soal pertama sesuai
turnamen, dan rekognisi tim. Dalam model dengan nomor yang dipilihnya. Sedangkan
pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dapat anggota yang mendapat nomor terendah akan
saling bekerja sama dalam timnya untuk memahami menjadi juri. Anggota wajib menjawab
materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif ini pertanyaan tersebut dan anggota lain bisa
juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab saling menantang jawaban. Begitu seterusnya
siswa terhadap apa yang dipelajarinya dengan cara sampai berakhir pada anggota terakhir.
yang menyenangkan. Selain itu juga membantu Anggota yang benar menjawab soal akan
siswa dalam memahami materi karena adanya memperoleh skor 4, jika salah skor dikurangi
kerjasama tim. Siswa yang berkemampuan tinggi 1.
akan membantu temannya dalam memahami

26 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Terhadap……[25-29]

Untuk soal berikutnya wajib dijawab oleh pertemuan berikutnya. Sesuai dengan
siswa B dan yang menjadi penantang serta juri pendapat Bahri (2002: 167) yang mengatakan
berikutnya bergeser sesuai tanda panah. bahwa pemberian ganjaran terhadap prestasi
8) Setelah turnamen selesai, guru memberikan yang dicapai anak didik dapat merangsang
bonus poin kepada setiap anggota di masing- untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik
masing meja turnamen. Peserta terbaik 1 dikemudian hari.
diberi bonus poin 10, terbaik 2 mendapat Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut
bonus poin 8, sampai seterusnya berkurang 2 dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan
poin hingga peserta terakhir. pembelajaran dan kemampuan komunikasi
9) Semua anggota kembali lagi ke tim asal matematis siswa menjadi lebih baik. Sehingga
mereka dan menjumlahkan bonus poin yang hipotesis penelitian adalah kemampuan komunikasi
mereka dapatkan selama turnamen. matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
10) Tim yang mendapat jumlah bonus poin menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
tertinggi diberi gelar “Tim Super” dan diberi TGT lebih tinggi daripada siswa yang
penghargaan berupa “kartu bebas PR”. Pada menggunakan pembelajaran konvensional, baik
akhir penelitian nanti untuk tim yang paling siswa yang berkemampuan awal tinggi, sedang,
banyak mendapatkan gelar sebagai “Tim maupun rendah.
Super” diberikan hadiah.
11) Setelah turnamen pertama, siswa akan METODE PENELITIAN
bertukar meja tergantung hasil kinerja mereka
pada turnamen terakhir. Pemenang disetiap Penelitian ini adalah penelitian eksperimen
meja akan “naik tingkat” ke meja berikutnya semu. Penelitian melibatkan dua kelompok yaitu
yang lebih tinggi; skor tertinggi kedua tetap kelompok eksperimen yang memperoleh perlakuan
tinggal di meja semula, dan skor terendah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
akan diturunkan. tipe TGT, dan kelas kontrol dengan menggunakan
pembelajaran konvensional. Variabel dalam
Berdasarkan langkah-langkah yang penelitian ini terdiri dari (1) variabel bebas yaitu
dilakukan pada model pembelajaran kooperatif tipe model pembelajaran kooperatif tipe TGT, (2)
TGT, dapat disimpulkan beberapa kelebihan model variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi
ini, yaitu. matematis, (3) variabel moderator yaitu
1) Pembelajaran kooperatif memfasilitasi siswa kemampuan awal matematis siswa. Kedua
dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat kelompok diberikan tes akhir. Untuk mengetahui
mereka. Tim akan bekerja sama dalam tingkat pengetahuan awal siswa didasarkan pada
menemukan pengetahuan baru dari materi nilai tes siswa. Tes ini terdiri dari soal komunikasi
yang akan dipelajari. Asma (2012: 7) matematis, Soal disesuaikan dengan materi
mengatakan bahwa pengetahuan yang matematika dari konsep-konsep yang dimiliki
diperoleh melalui penemuan-penemuan dari sebelumnya yang merupakan materi prasyarat
hasil kerja sama akan lebih bernilai permanen untuk materi baru. Kemampuan awal tinggi, sedang
dalam pemahaman masing-masing siswa. dan rendah ditentukan dengan menggabungkan
2) Pembelajaran kooperatif membantu siswa nilai siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol,
dalam hal saling memahami materi dan kemudian dicari nilai rata-rata dan standar
bekerja sama membantu anggota timnya yang deviasinya.
belum memahami materi secara maksimal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi kelas VIII SMPN di kecamatan Lubuk Begalung
siswa kelompok bawah. Menurut Asma (2012: tahun pelajaran 2013/2014 yaitu SMPN 6, SMPN
5) dalam proses tutorial siswa kelompok atas 17, SMPN 24 dan SMPN 33 Padang. Penulis
meningkat kemampuan akademiknya karena menggunakan teknik Random Sampling untuk
memberikan pelayanan sebagi tutor kepada memperoleh sampel sehingga didapat kelas VIII D
teman sebaya yang membutuhkan pemikiran SMPN 24 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII
lebih mendalam tentang hubungan ide-ide E SMPN 24 sebagai kelas kontrol. Penelitian
yang terdapat di dalam materi tertentu. dilakukan pada materi Teorema Pythagoras.
3) Game dalam turnamen akademik yang Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan
membuat siswa bisa saling beradu / awal dan tes akhir kemampuan komunikasi
menantang jawaban mereka demi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas
memperebutkan bonus poin yang akan kontrol. Pengujian hipotesis dibantu dengan
diberikan guru. Yusuf (2004: 9) mengatakan software SPSS.
bahwa permainan akan memacu siswa untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4) Penghargaan yang diberikan dapat memotivasi
siswa dalam belajar, sehingga mereka akan
lebih maksimal dalam memahami materi pada

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 27


Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Terhadap……[25-29]

HASIL DAN PEMBAHASAN siswa menjadi lebih tinggi daripada pembelajaran


konvensional.
Setelah dilaksanakan tes kemampuan Pada model pembelajaran kooperatif tipe
matematis siswa, diperoleh data tentang hasil tes TGT ini siswa melakukan diskusi dalam
kemampuan komunikasi matematis siswa yang menemukan sebuah konsep baru dan saling
berkemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah menanyakan sesuatu yang belum dimengerti. Siswa
pada kelas eksprimen dan kelas kontrol. Siswa yang berkemampuan awal tinggi dan membantu
kelas eksprimen dan kelas kontrol sama-sama temannya yang berkemampuan awal sedang dan
terdiri dari 32 orang siswa. Skor rata-rata rendah. Sedangkan siswa yang berkemampuan awal
kemampuan komunikasi kelas eksperimen adalah sedang juga dapat membantu temannya yang lain
7,66, ini juga lebih tinggi daripada kelas kontrol dalam kelompok mereka. Siswa juga bebas
yang nilai rata-ratanya 5,88. Hal ini juga terjadi mengomunikasikan pendapatnya secara klasikal
pada siswa berkemampuan awal tinggi, sedang, dan karena dalam pelaksanaan tahapan model
rendah. kooperatif tipe TGT beberapa kelompok siswa
Analisis data kemampuan komunikasi diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
matematis dilakukan dengan terlebih dahulu temuan kelompoknya kemudian siswa yang lain
melakukan uji persyaratan analisis, yaitu uji diminta untuk memberi tanggapan baik berupa
normalitas dan uji homogenitas variansi. Semua uji pendapat atau berupa pertanyaan, dengan demikian
dalam penelitian ini menggunakan software SPSS. siswa merasa lebih bebas dalam mengomunikasikan
Berdasarkan uji persyaratan analisis, dapat ide-ide yang ada.
disimpulkan untuk hipotesis 3 dan 4 dilakukan Proses pembelajaran yang berlangsung
pengujian hipotesis yang menggunakan uji Mann- selama penelitian, siswa sudah terbiasa untuk
Whitney U. Sedangkan untuk hipotesis 1 dan 2 menyampaikan ide dan gagasannya sehingga
menggunakan uji-t. mereka dapat dengan mudah menuliskan dan
Hasil uji hipotesis yang dilakukan mengomunikasikan jawaban dari soal yang
menunjukkan semua taraf signifikan lebih kecil dari diberikan. Kondisi ini membuat kemampuan
α = 0,05. Ini berarti tolak H0. Sehingga dapat matematis siswa pada aspek komunikasi matematis
disimpulkan kemampuan komunikasi matematis khususnya komunikasi tertulis lebih baik.
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih KESIMPULAN
tinggi daripada siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional, baik siswa yang Berdasarkan analisis data, maka dapat
berkemampuan awal tinggi, sedang, maupun ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu
rendah. kemampuan komunikasi matematis siswa yang
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe mengikuti pembelajaran menggunakan model
TGT ini juga melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi
kelompoknya untuk menemukan sebuah konsep daripada siswa yang menggunakan pembelajaran
dengan berdiskusi. Asma (2012: 7) mengatakan konvensional, baik secara keseluruhan, maupun
bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui siswa yang berkemampuan awal tinggi, sedang, dan
penemuan-penemuan dari hasil kerja sama akan rendah
lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing- Hal ini membuktikan bahwa model
masing siswa. Seluruh siswa harus berlatih dan pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh
mengusai materi karena mereka akan beradu terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa
dengan anggota kelompok lain dalam turnamen kelas VIII SMPN di kecamatan Lubuk Begalung
akademik. Setelah berdiskusi, guru menunjuk tahun pelajaran 2013/2014 pada materi Teorema
sebagian kelompok untuk mempresentasikan hasil Pythagoras.
diskusinya dan kemudian kelompok lainnya
memberikan tanggapan. Dengan demikian siswa
dapat bertukar pikiran dengan kelompok lain dan SARAN
lebih memahami materi. Hal ini juga membuat
kemampuan komunikasi matematis siswa juga Peneliti mengemukakan beberapa saran
menjadi lebih baik. sebagai berikut.
Setelah turnamen akademik, pada pertemuan 1. Bagi peneliti berikutnya agar memberitahu
berikutnya terlihat siswa menjadi lebih giat dan pembagian kelompok siswa sebelum
aktif dalam memahami materi. Hal ini sesuai pertemuan pertama dimulai serta menyuruh
dengan pendapat Yusuf (2004: 9) yang mengatakan siswa untuk menyusun kursi dan meja mereka
bahwa permainan akan memacu siswa untuk aktif sesuai dengan belajar kelompok sebelum
dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum proses pembelajaran dimulai sehingga tidak
pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT menghabiskan banyak waktu.
sudah mampu membuat kemampuan komunikasi 2. Bagi guru matematika maupun peneliti yang
akan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, agar membuat

28 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Terhadap……[25-29]

perencanaan yang matang tentang apa yang


akan dilakukan dan memperhatikan
pembagian waktu ketika melaksanakan
pembelajaran dan turnamen akademiknya.
3. Bagi peneliti berikutnya agar
mempertimbangkan lagi penghargaan yang
diberikan kepada tim terbaik.
4. Bagi peneliti berikutnya agar dapat meneliti
variabel lainnya yang turut menentukan
keberhasilan belajar siswa, khususnya pada
proses pembelajaran dengan model kooperatif
tipe TGT ini.

DAFTAR PUSTAKA
Asma, Nur. (2012). Model Pembelajaran
Kooperatif. Padang : UNP Press Padang.
Bahri, Saiful dan Aswan Zain. (2002). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Nur, Muhammad. (2005). Pembelajaran
Cooperative. Jakarta : LPMP Jawa Timur.
Slavin, Robert. (2005). Cooperative Learning :
Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa
Media.
Yusuf, Syahrial. (2004). Belajar Bahasa Inggris
dengan Kartu. Jakarta : Kawan Pustaka.

RIWAYAT PENULIS
Dewi Devita, S.Pd, M.Pd. Lahir di Padang,
5 Januari 1990. Beliau menamatkan pendidikan S1
di jurusan pendidikan matematika STKIP PGRI
Sumatera Barat tahun 2011. Saat kuliah S1 pernah
mendapat beasiswa bebas uang kuliah karena
memperoleh IP 4,00. Beliau juga merupakan
lulusan terbaik ke3 saat lulus S1 dengan IPK 3,68.
Selama 1 tahun pada tahun 2012 dipercaya menjadi
asisten dosen di STIE SB Pariaman. Akhir tahun
2014, beliau menamatkan pendidikan S2 di
Universitas Negeri Padang pada jurusan Magister
Pendidikan Matematika. Dan mulai Maret 2015
beliau sudah merupakan salah satu staf pengajar
(dosen) di Universitas Putra Indonesia YPTK
Padang. Selain mengajar di UPI YPTK Padang,
beliau juga dosen di STMIK Jaya Nusa.

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 29


PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT
PEMAHAMAN AKUNTANSI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI UNIVERSITAS PUTRA
INDONESIA “YPTK” PADANG

Stefany Vennysha
Universitas Putra Indonesia“YPTK”
svennysh@yahoo.com

Abstrak

Keberhasilan hidup siswa tidak hanya dipengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) saja, tapi juga
dipengaruhi kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan emosi (emotional intelligence / EQ). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi dengan
menggunakan kepercayaan diri sebagai variabel moderat.Metodologi penelitian ini menggunakan variabel
emotional intellignce-free yang diukur dengan pengendalian diri, pengenalan diri, motivasi, empati dan
keterampilan sosial. Adapun varibale dependen dari penelitian ini adalah tingkat pemahaman akuntansi siswa
diukur dari nilai subjek siswa yang terkait dengan akuntansi. Sedangkan variabel moderat adalah kepercayaan
diri.Populasi dalam penelitian ini adalah akuntansi mahasiswa Universitas Putra Indonesia "YPTK" pada
angkatan Padang tahun 2013 sebanyak 366. Populasi pengambilan sampel sebanyak 96. Data diperoleh dengan
metode kuesioner dalam skala likert.Metode pengambilan sampel dengan metode gay, metode analisis regresi
linier berganda menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator
kecerdasan emotioal (pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial) berpengaruh
positif terhadap pemahaman akuntansi.sedangkan kepercayaan diri tidak dapat digunakan sebagai hubungan
variabel moderat antara kecerdasan emosional dengan tingkat pemahaman akuntansi. Mahasiswa akuntansi harus
lebih meningkatkan interaksi dan membina hubungan baik dengan dosen khususnya dan siswa lainnya pada
umumnya.

Kata Kunci: Kecerdasan Emosional (EQ), Tingkat Pemahaman Akuntansi, Keyakinan Diri.

Abstract

The success of student life is not only influenced by intellectual (IQ) acumen alone, but also influenced
by other intelligence that is emotional intelligence (EQ). The purpose of this study was to find out whether
emotional intelligence affects the level of understanding of accounting by using self- confidence as a moderating
variable. This research methodology uses emotional intellignce-free variable as measured by self-control, self-
knowledge, motivation, empathy and social skills. As for the dependent varibale of this research is the level
students’ accounting comprehension is measured from the value of the student subject related to accounting.
Whereas the moderating variable is self-confidence. Populasi in this reseacrh is student accounting of University
Putra Indonesia “YPTK” in the Padang force of 2013 as much 366. Sampling population as much as 96. Data
obtained by questionnaire method in likert scale. Sampling using gay method, multiple linier regression analysis
method using software SPSS version 17. The results of this study indicate that the indicators of emotioal
intelligence (self-knowledge, self-control, motivation, empathy, and social skills) have a positive influence on the
understanding of accounting. Whereas self-confidence can not be used as a moderating variable relaionship
between emotional intelligence with the level of understanding of accounting. Accounting students should futher
enhance interaction and foster good relationship with lecturers in particular and other students generally.

Keyword: Emotional Intelligence (EQ), LevelofUnderstandingofAccounting,Self-Confidence.


Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan…..[31-36]

PENDAHULUAN karier profesional dalam bidang akuntasi. AECC


mengajukan rekomendasi diadakannya reorientasi
Persaingan didalam dunia kerja saat ini pendidikan tinggi akuntansi. Pada dasarnya AECC
semakin ketat akibat adanya persaingan masyarakat menyarankan sistem pendidikan akuntansi yang
ekonomi asean (MEA). Demi menghadapi mampu menghasilkan lulusan yang utuh sebagai
persaingan di dunia kerja mahasiswa yanng tenaga profesional. Untuk itu diperlukan tidak
notabene sebagai generasi penerus bangsa semata-mata pengetahuan bisnis dan akuntansi,
diharapkan dapat berprestasi dalam kegiatan belajar tetapi juga penguasaan keterampilan intelektual,
mereka. Pendidikan tinggi akuntansi yang interpersonal dan komunikasi serta orientasi
menghasilkan lulusan yang menguasai akuntansi profesional.
saat ini dituntut tidak hanya menghasilkan lulusan Akuntansi merupakan suatu sistem untuk
yang menguasai kemampuan dibidang akademik, menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat para pemakai dalam proses pengambilan keputusan
teknis dalam bidang humanistic skill dan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah
professional skill sehingga mempunyai nilai tambah memberikan petunjuk dalam memilik tindakan
dalam bersaing didunia kerja. yang paling baik untuk mengalokasikan sumber
Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa daya yang langka pada aktivitas bisnis dan
orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan suatu
banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek
sukses berkiprah di dunia kerja. Bahkan sering kali keprilakuan dari para penambil keputusan. Dalam
yang berpendidikan formal lebih rendah yang pengambilan keputusan juga melibatkan kecerdasan
banyak berkiprah. Kebanyakan program pendidkan emosional seseorang. Dengan demikian, akuntansi
hanya pusat pada kecerdasan akal (IQ) saja, tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia
padahal yang diperlukan sebenarnya adalah serta kebutuhan organisasi akan informasi yang
bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, dapat dihasilkan oleh akuntansi. Pada saat sekarang
seperti ketangguhan, inisiatif, optimis, kemampuan ini mahasiswa menjadikan bangku perkuliahan
beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian sebagai sarana untuk mencapai gelar bukan tempat
baru. Saat ini, begitu banyak orang yang untuk menuntut ilmu. Salah satu indikasinya adalah
berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, setiap tahunnya rata-rata mahasiswa tidak ada yang
namun karirnya terhambat atau lebih buruk tidak pernah absen. Pada saat perkuliahan
tersingkir akibat rendahnya kecerdasan emosional berlangsungpun hanya sedikit dari mahasiswa yang
mereka. benar-benar aktif dikelasnya.
Kecerdasan emosional menjelaskan bahwa Universitas Putra Indonesia “YPTK”
apa yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak Padang merupakan salah satu perguruan tinggi
hanya keterampilan teknik saja melainkan yang menciptakan lulusan yang memililki
dibutuhkan kemampuan dasar untuk belajar dalam keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan
pekerjaan yang bersangkutan. Diantaranya adalah kecerdasan emosional. Upaya UPI “YPTK” Padang
kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi membekali mahasiswanya dengan intelektual
lisan, adaptasi, kreatifitas, pertahanan mental adalah dengan mengadakan kegiatan perkuliahan
terhadap kegagalan, percaya diri, motivasi, kerja sedangkan untuk membekali kecerdasan emosional
sama tim dan keinginan memberi kontribusi mahasiswanya, UPI “YPTK” Padang mengadakan
terhadap perusahaan. Seorang yang memiliki training ESQ (Emotional Spritual Quotient) setiap
kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu tahunnya bagi mahasiswa baru. Selain ini setiap
mengendalikan emosionalnya sehingga dapat calon wisudawan/ti belum dapat diwisuda sebelum
menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya mengikuti training ESQ tersebut.
(Ari,2005:41). Kecerdasan emosional menentukan Pada penelitian ini penulis akan menguji
seberapa baik seseorang menggunakan kembali pengaruh kecerdasan emosional terhadap
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, tingkat pemahaman akuntansi dengan kepercayan
termasuk keterampilan intelektual. Paradigma lama diri sebagai variabel moderating. Kepercayaan diri
menganggap yang ideal adalah adanya nalar yang dipilih sebagai variabel moderasi karena secara
bebas dari emosi sedangkan paradigma baru teoritis kemampuan seseorang untuk percaya
menganggap adanya kesesuaian kepada kepala dan dengan kemampuan yang dimiliki dirinya untuk
hati. mempengaruhi kecerdasan emosional tersebut,
The Institute Of Chartered Accountens Of sehingga kepercayaan dirinya dapat memperkuat
Australia (ICAA) (1993),(Ward,1996), dan juga atau memperlemah hubungan antara kecerdasan
Accounting Education Change Comission (AECC) emosional dengan tingkat pemahaman akuntansi.
yang dibentuk di Amerika Serikat untuk
menindaklanjuti pernyataan The Breadford Comitee
mengatakan pendidikan akuntansi setidaknnya
harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk
memulai dan mengembangkan keanekaragaman

32 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan…..[31-36]

KERANGKA TEORITIS DAN Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap


PENGEMBANGAN HIPOTESIS Tingkat Pemahaman Akuntansi
Menurut Goleman (1995) kecerdasan
Pemahaman Akuntansi emosional memiliki peran lebih dari 80% dalam
Menurut American Accounting mencapai kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan
Association dalam Amsi (2007) mendefinisikan pribadi maupun kehidupan professional. Untuk
akuntansi sebagai “suatu proses menjadi seorang lulusan akuntansi yanng
pengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan berkualitas diperlukan waktu yanng panjang dan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya usaha yang keras serta dukungan dari pihak lain
penelitian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi yang akan mempengaruhi pengalaman hidup
mereka yang menggunakan informasi tersebut”. lulusan tersebut tentunya kita juga sama pentingnya
Pendidikan tinggi mengadakan program pendidikan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai
mengacu pada link dan match. Pengertian link dan mahasiswa dalam belajar (Suwardjono:1990). Dari
match yang dimaksud adalah keterkaitan antara uraian di atas maka hipotesis dinyatakan sebagai
produktifitas baik mencakup kuantitas, kualitas, berikut :
kualifikasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan H1 : Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
pembangunan, dunia industri, masyrakat maupun tingkat pemahaman akuntansi.
individu lulusan perguruan tinggi yang
bersangkutan. Kenyataannnya pasar kerja dan dunia Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
kerja, tidak hanya membutuhkan lulusan perguruan Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan
tinggi yang semata- mata memiliki penguasaan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi
akan ilmu pengetahuan, tetapi dibutuhkan juga Ada bannyak faktor yang dapat
sejumlah kompensasi lain yang tidak dihubungkan mempengaruhi kecerdasan emosional dalam
dengan ilmu pengetahuan secara langsung. The penelitian ini dan untuk memastikan seberapa
Institute Of Chartered Accountans of Australia penuh rasa percaya diri seorang mahasiswa
((ICAA) (1993), Ward,1996) dan juga Accounting terhadap kemampuannya mengenai pemahaman
Education Comission (AECC) yang dibentuk di akuntansi. Dalam penelitian ini pun, peneliti
Amerika Serikat untuk menindaklanjuti pernyataan memilih kepercayaan diri sebagai salah satu faktor
The Bredford Comitee mengatakan pendidikan yang akan mempengaruhi kecerdasan emosional
akuntansi setidaknya harus dapat mempersiapkan karena merajuk pada peelitian sebelumnya,
peserta didik untuk mulai dan mengembangkan menurut Goleman (2003) bahwa kepercayaan diri
keanekaragamana karier professional dalam bidang adalah kesadaran yang kuat tentang bahwa
akuntansi. Untuk itu diperlukan tidak semata-mata kepercayaan diri sendiri atau kemampuan yang
pengetahuan bisnis dan akuntansi, tetapi juga dapat memperkuat atau melemahkan seorang
penguasaan keterampilan intelektual, interporsonal mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman
dan komunikasi serta orientasi professional (Eka akuntansinya dan mencapai tujuan dan cita-citanya.
dan Indah). Orang dengan kecakapan ini akan berani tampil
Anggun (2010) menyatakan akuntansi dengan keyakinan diri, berani menyatakan
merupakan seperangkat pengetahuan yang luas dan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan
komplek. Cara termudah untuk menjelaskan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi
pengertian akuntansi dapat dimulai dengan kebenaran serta tegas, mampu membuat keputusan
mendefinisikannya. Akan tetapi, pendekatan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan
semacam ini mengandung kelemahan. Kesalahan tertekan. Dari berbagai studi diatas maka hipotesis
dalam pendefinisian akuntansi dapat menyebabkan yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
kesalahan pemahaman arti akuntansi. Akuntansi H2 : Kepercayaan Diri mahasiswa akuntansi
sering diartikan terlalu sempit sebagai proses memiliki pengaruh sebagai variabel moderating
pencatatan yang bersifat teknis dan prosedur dan yang mempengaruhi hubungan kecerdasaan
sebagai perangkat pengetahuan yang melibatkan emosional terhadap Tingkat Pemahaman
penalaran dalam meciptakan prinsip, prosedur, Mahasiswa Akuntansi
teknis dan metode tertentu. Tingkat pemahaman
akuntansi mahhasiswa dinyatakan dengan seberapa
mengerti seorang mahasiswa terhadap apa yang
telah dipelajari, dalam konteks ini mengacu pada
mata kuliah-kuliah akuntansi. Tanda seorang
mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya
ditunjukkan dari nilai-nilai yang didapatkanya
dalam mata kuliah, tetapi juga apabila mahasiswa
tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-
konsep yang terkait.

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 33


Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan…..[31-36]

Kecerdasan Tingkat Pemahaman

Emosional (X1) Akuntansi (Y)

Kepercayaan Diri

(Pemoderasi)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

METODE PENELITIAN akuntansi diukur dengan point of view tingkat


pemahaman akuntansi adalah nilai rata-rata mata
Populasi dan Sampel kuliah Pengantar Akuntansi 1, Pengantar Akuntansi
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa 2, Akuntansi Keuangan 1, Akuntansi Keuangan 2,
Universitas Putra Indonesia “YPTK” yang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Akuntansi
beralamat di Jalan Raya Lubuk Begalung Padang. Keuangan Lanjutan 2, Auditing 1, Auditing 2 dan
Penelitian ini membatasi permasalahan pengaruh TA. Variabel kepercayaan diri diukur mengadopsi
kecerdasan emosionalterhadap tingkat pemahaman 25 pertanyaan yang diciptakan oleh Lauster (2003).
akuntansi dengan kepercayaan diri sebagai variabel
moderasi. Dimana variabel independen penelitian Alat Analisis
yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, Untuk menguji hipotesa diatas, digunakan alat
empati dan keterampilan sosial. Sedangkan variabel analisis regresi berganda dengan rumus sebagai
dependen penelitian yaitu tingkat pemahaman berikut :
akuntansi dan variabel moderating adalah
kepercayaan diri. Data yang digunakan dalam Y = α + β1X1 +β2X1X3 +e
penelitian ini merupakan data primer yang Keterangan :
diperoleh langsung. Populasi dalam penelitian ini X1 = Kecerdasan Emosional X2 = Kepercayaan
adalah mahasiswa Universitas Putra Indonesia Diri
“YPTK” di Padang. Sampel dalam penelitian ini Y = Tingkat Pemahaman Akuntansi e = error
adalah mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun
2013 yang sudah memenuhi syarat yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dibutuhkan. Metode pengumpulan sampel
menggunakan berdasarkan pendapat Gay Statistik Deskriptif
(Husein,2010:79) yaitu menyatakan bahwa ukuran Data penelitian sebannyak 96 responden
minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan yang memenuhi kriteria, dengan rincian
pada desain penelitian yang digunakan. Dalam hal berdasarkan perempuan 53 responden atau 55,21%
ini dinyatakan sebagai berikut : sedangkan pria 43 responden atau 44,79%. Dari
a. Metode feskriptif minimal 10% dari populasi data tersebut lalu dilakukan pengujian uji asumsi
b. Untuk populasi relatif kecil klasik sebelum dilakukan pengujian regresi linier
minimal 20% dari populasi. berganda.
Maka penelitian ini akan mengambil sampel
yaitu 20% dari populasi sampel sebanyak 366 Uji Asumsi Klasik
mahasiswa akuntansi yantiu 96mahasiswa. Untuk menentukkan normal tidaknya data
Instrumen penelitian menggunakan skala likert. pada variabel dilakukan dengan melihat grafik plot
Data diolah dan dibahas menggunakan analisis normal. Apabila data distribusi normal, maka
regresi sederhana dan analisis regresi pemoderasi penyebaran plot akan berada disepanjang garis 45°
(moderating regretion analysis /MRA) atau nilai signifikasi Kolmogorov- Sminorov
menggunakan SPSS versi 17. signifikasi lebih besar dari 0,05. Untuk mengetahui
ada tidaknya multikolinier menurut perhitungan
Definisi Operasional Variabel untuk dilakukan dengan program SPSS dapat
Variabel kecerdasan operasional diukur diketahui dengan berpedoman bahwa nilai VIF < 10
dengan lima dimensi atau komponen kecerdasan dan Tolerance > 0,1. Berdasarkan hasil tolerance
emosional (EQ) yang keseluruhannya diturunkan 0,397 dan VIF 2,518, maka tidak terjadi
menjadi dua puluh lima kompetensi ini (Rissyo, multikolineritas antara kecerdasan emosional,
dkk.2007). kelima dimensi atau komponen tersebut kepercayaan diri, karena VIP < 10 dan Tolerance >
adalah sebagai berikut : Pengenalan Diri, 0,1.
Pengendalian Diri, Motivasi, Empati dan
Kemapuan Sosial. Variabel tingkat pemahaman

34 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan…..[31-36]

Pembahasan Pengujian Hipotesis 1 logika yang artinnya menggunakan otak kiri untuk
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh berfikir. Sebaliknya apabila kadar emosionalmya
nilai thitung 2,401 dan nilai signifikasi α sebesar semakin rendah berarti kecerdasaan emosional
0,007. Nilai signifikasi pengujian hipotesis 1 tersebut dikendalikan oleh feeling yang artinya
ternyata leuh besar dibandingkan nilai taraf menggunakana otak kanan untuk berfikir
signifikasi 0,05 atau 5%. Dengan demikian dapat (Djamarah,2002).
disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak,
sehingga hipotesis 1 dinyatakan ada pengaruh KESIMPULAN
positif yang signifikasn antara kecerdasaan
emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Artinya, denngan semakin tinggi kecerdasan dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
emosional mahasiswa tersebut maka akan semakin berikut :
tinggi pula pemahaman yang ia miliki. Dengan
1. Adanya pengaruh positif secara signifikan
demikian kemampuan-kemampuan yang ada dapat
antara kecerdasaan emosional terhadap
menunjang seorang mahasiswa untuk mencapai
tingkat pemahaman akuntansi.
tujuan dan cita- citanya.
Hal ini mengindikasikan bahwa seorang 2. Variabel kepercayaan diri bukan merupakan
mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya tinggi variabel moderating antara kecerdasaan
akan berdampak positif pada dirinya untuk emosional dengan tingkat pemahaman
mengelola persaaannya, kemampuan untuk akuntansi.
memotivasi diri sendiri, kesanggupan untuk tegar
dalam menghadapi frustasi, kesanggupan SARAN
mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan
sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta Saran-saran yang diberikan sebagai tindak
mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lanjut dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
lain. Kemampuan – kemampuan inni mendukung 1. Pentingnya untuk membuka satu bentuk
seorang mahasiswa dalam mencapai tingkat gradute kepercayaan kepada mahasiswa dalam
intelegensinya dalam mengolah suatu proses ilham rangka memberikan motivasi akan
kehidupan dari berbagai aspek bidang. pentingnya pembelajatan suatu materi
kuliah, karena melalui proses belajar yang
Pengujian Hipotesis 2 efektif, prestasi akademik yang tinggi akan
Berdasarkan hasil pengujian dipoleh nilai lebih mampu diperoleh.
thitung adalah 0,009 dan nilai signifikasi α sebesar 2. Perlunya peningkatan dalam
0,993. Nilai signifikasi pengujian hipotesis 2 mengembangkan mata kuliah khusus dalam
ternyata lebih besar dibandingan nilai taraf pendidikan yang juga menekankan pada
signifikansi 0,05 atau 5%. Dengan demikian dapat kecerdasaan emosional pada peserta didik.
disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
3. Saran untuk penelitan selanjutnya adalah
sehinngga hipotesis 2 menyatakan kepercayaan diri
dengan mengembangkan model dengan
bukan variabel moderating anntara kecerdasaan
mempertimbangkan tiga model kecerdasaan
emosional dengan tingkat pemahaman akuntansi.
yaitu kecerdasan emosional,kecerdasan
Artinya bahwa kecerdasaan emosional yang tinggi
emosional dan kecerdasaan emosional secara
dengan kepercayaan diri yang lemah, tidak akan
bersama-sama untuk mendapatakan faaktor
menutup kemampuan seorang mahasiswa untuk
yang lebih dominan terhadap tingkat
tidak mampu memahami bidang yang akan ia
pemahaman akuntansi.
tempuh.
Hal ini disebabkan karena pemahaman
akuntansi yanng ditinjau dari mata kuliah seperti DAFTAR PUSTAKA
pengantar akuntansi 1 dan 2, akuntansi keuangan
menengah 1 dan 2 , akuntansi keuangan lanjutan 1 Amsi Amalia Lutfi. 2007. Pengaruh Kecerdasan
dan 2, auditing 1 dan 2, syarat dengan ilmu-ilmu Emosional dan Kecerdasan Spritual
teknis yang dapat diartikan bahwa ilmu-ilmu Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
tersebut selalu berhubungan dengan angka, logika, Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas
analitis, teori-teori yang keseluruhannya selalu Islam Sultan Agung. Semarang
menggunakan otak kiri untuk bekerja sedangkan Djamarah.2002. Psikologi Belajar. PT.Rineka
kepercayaan diri tergolong dalam feeling atau Cipta. Jakarta
perasaan dan intuisi yang keyakinannya selalu
menggunakan otak kanan dalam mengolah atau Ghozali, Imam.2001. Aplikasi Analisis Multivariate
mengexplorasi segala jenis permasalahan yang Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
dihadapi. Berbeda dengan kecerdasaan emosional Universitas Diponegoro.
yang apabila kadarnya semakin tinggi berarti
kecerdasaan emosional tersebut dikendalikan oleh

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 35


Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan…..[31-36]

Goleman, Daniel, 2000. Working with Emotional


Intelligence (Terjemahan Alex Kantjono
W). Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Suryaningsum,dkk, 2004, “ Pengaruh Pendidikan
Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan
Emosional”. Simposium Nasionnal
Akuntansi VII, Depansar Bali, 2-3
Desamber 2004, Hal.359-376.
Suwardjono, 1999. “Pemahaman Akuntansi dengan
Penalaran dan Pendekatan Sistem”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indoensia, Vol.14
No.3, 106-122.

RIWAYAT PENULIS
Stefany Vennysha, S.E, M.Si lahir di
Padang, 02 Februari 1990. Ia menamatkan
pendidikan S1 di jurusan Akuntansi Keuangan di
Universitas Putra Indonesia YPTK (UPI-YPTK)
Sumatera Barat tahun 2011 dan menamatkan S2 di
Universitas Andalas dengan jurusan yang sama
pada tahun 2015. Saat ini Stefany bekerja sebagai
Staf Pengajar (dosen) di Universitas Putra
Indonesia YPTK (UPI-YPTK) dengan mengampu
empat mata kuliah diantaranya Pengantar
Akuntansi 2 + Lab, Akuntansi Keuangan Lanjutan
1 + Lab, Akuntansi Keuangan 2 + Lab, dan
Akuntansi Biaya. Selain itu, pada tahun 2016,
Stefany memiliki 3 kegiatan sosial (Pengabdian ke
Masyarakat) diantaranya Kegiatan Menanam 1 Juta
Pohon (Go Green), Pengelolaan keuangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam
Meningkatkan Daya Saing Bisnis, dan English
Singing Contest and Performing Drama
Minangkabau Legend in Improving Students
English Ability.

36 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


KURIKULUM INDONESIA: DARI LEERPLAN MENUJU KURIKULUM
NASIONAL

Agung Pardini
Sekolah Guru Indonesia
guruagungpardini@gmail.com

Abstrak

Perkembangan awal kurikulum di Indonesia disusun dari bentuk yang sangat sederhana dengan biaya
terbatas dan tanpa melewati proses kajian dan uji coba lapangan yang menyeluruh. Saat ini, Pengembangan
kurikulum modern dan kaitannya dengan kegiatan instruksional (pembelajaran) setidaknya meliputi empat
elemen dasar. Pertama, mengindentifikasi maksud dan tujuan pendidikan. Kedua, memilih pengalaman belajar
atau proses pembelajaran yang relevan untuk pencapaian tujuan pendidikan. Ketiga, mengelola pengalaman
belajar secara sistematik. Keempat, melakukan evaluasi terhadap efektivitas pengalaman belajar yang sudah
dikerjakan tersebut. Setidaknya terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum di Indonesia,
yakni: perubahan politik, serta perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan nasional.
Sulit melepaskan kurikulum dari situasi politik dan pemimpin politik yang tengah berkuasa, karena
kurikulum itu sendiri adalah sebuah produk politik. Namun bukan berarti penguasa pemerintahan dapat
menetapkan suatu kurikulum sekehendak hati dan hasrat politiknya. Selain berkembang karena terjadi perubahan
situasi politik atau juga karena adanya pergantian kepemimpinan nasional, kurikulum juga mengalami revisi
seiring dengan dinamika yang terjadi pada kondisi masyarakat yang dikaji dalam perencanaan pembangunan
nasional dalam merespon perubahan zaman.

Kata-kata kunci: Kurikulum, Pembelajaran, dan Pendidikan

PENDAHULUAN pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-


undang”.
Perkembangan kurikulum sulit untuk Bila menengok pada sejarah pendirian
dilepaskan dari pengaruh perubahan zaman dan bangsa ini, Beberapa waktu menjelang
dinamika situasi politik pada sebuah negara. kemerdekaan, para tokoh perumus konstitusi kita
Kurikulum selain dikembangkan menurut sudah membahas terkait dengan pentingnya sebuah
kebutuhan masyarakat di masa mendatang, namun kurikulum. Dalam lampiran risalah sidang BPUPKI
juga ditentukan oleh kebijakan siapa yang tengah (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
berkuasa. Akibatnya, pada setiap pergantian rezim Kemerdekaan Indonesia) yang berlangsung dua
pemerintahan di Indonesia, biasanya juga akan tahap, antara 28 Mei – 1 Juni 1945 dan 10 – 17 Juli
diikuti oleh pengembangan kurikulum, atau bahkan 1945, tertera bahwa: “Tentang susunan pelajaran
sampai merubah kurikulum yang sudah ada. Jadi, pengetahuan umum harus ditetapkan suatu daftar
perkembangan atau perbaikan kurikulum pengajaran sedikit-sedikitnya (minimum leerplan),
dikarenakan adanya bergantinya kekuasaan yang menetapkan luas-tingginya pelajaran
kemudian menjadi suatu kebijakan atau keputusan pengetahuan, dan kepandaian umum, serta pula
politik yang sangat lumrah terjadi di negara kita. pendidikan budi pekerti, teristimewa pendidikan
Dalam perencanaan pembangunan semangat bekerja, kekeluargaan, kebaktian, cinta
nasional, kurikulum sebagai perangkat dalam tanah air, serta keprajuritan. Syarat-syarat itu
penyelenggaraan pendidikan, tentu memiliki diwajibkan untuk semua sekolah, baik kepunyaan
keterkaitan dengan bidang-bidang pembangunan negeri maupun partikelir (SetnegRI 1995).
yang lain. Sebagai sektor yang juga menyangkut Jika merujuk pada tinjauan sejarah yang
urusan hajat hidup orang banyak, pendidikan lebih awal lagi, yakni pada pendirian perguruan
dijadikan sebagai salah satu indikator kemajuan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara memiliki
suatu negara. Pemerintah atau negara menjadi pandangan bahwa model kurikulum pendidikan
pemegang peranan paling dominan dalam urusan- yang dikembangkan oleh Maria Montessori di
urusan yang berkenaan dengan pendidikan. Eropa dan Rabindranath Tagore di India sangatlah
Sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945, penting dan paling sesuai dengan budaya Indonesia
Pasal 31, Ayat (2), tertulis bahwa: “Pemerintah (Jawa). Sekolah menurutnya berfungsi untuk
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem membentuk manusia terdidik dan berbudi pekerti
luhur. Sistem pendidikan kolonial yang terlalu
Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

menyuburkan intelektualitas dianggap dapat Kedaulatan yang belum utuh, serta masih
mematikan perasaan dan mengaburkan bercokolnya tentara Jepang di wilayah Indonesia
kemerdekaan budi (Nugraha 2011). Jadi ini masih menyulitkan penyelenggaraan tata baru
menegaskan bahwa pengembangan kurikulum bagi pemerintahan. Beberapa kali pergantian kabinet
sebuah sekolah bukan sekedar upaya untuk yang kerap terjadi hanya dalam hitungan bulan,
menyiapkan rencana pengajaran saja, tetapi juga belum memberi waktu yang cukup bagi Menteri
mesti memperhatikan terlebih dahulu penetapan Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, untuk
filosofi pengajaran yang disesuaikan dengan jiwa menyusun suatu kurikulum baru yang dapat
zaman dan kondisi kultural masyarakat. menggantikan kurikulum lama peninggalan era
Dalam paradigma yang menyatakan penjajahan.
pendidikan sebagai sebuah sistem, kurikulum dan Kondisi pendidikan peninggalan
pembelajaran merupakan dua komponen yang pendudukan Jepang menunjukkan realitas statistik
saling berhubungan. Kurikulum sendiri adalah yang lebih buruk dibanding dengan akhir masa
komponen isi atau program dari pendidikan, kolonialisme Belanda. Jumlah sekolah dasar
sedangkan pembelajaran adalah salah satu bentuk menurun dari sekitar 21.500 menjadi kisaran
implementasi dari pelaksanaan pendidikan 13.500. Sekolah lanjut berkurang drastis dari 850
(Mandalika & Usman 2004). Kurikulum berfungsi menjadi 20. Hal ini tentu juga mempengaruhi
untuk memberi pedoman pendidikan dalam upaya berkurangnya jumlah guru dan peserta didik
membentuk jati diri manusia yang seutuhnya. Maka (Kartodirjo, dkk 1976). Belum lagi militer Jepang
falsafah yang dianut oleh suatu kurikulum untuk yang sebenarnya telah menyatakan kalah perang itu
kurun waktu tertentu berkaitan erat dengan pergi, tiba-tiba datanglah pasukan Inggris yang
konsepsi tentang manusia itu sendiri. Dari konsepsi ternyata juga membonceng tentara NICA Belanda.
ideal tentang manusia yang diusung pada suatu Maka muncullah fase Revolusi Fisik atau Revolusi
kurikulum diharapkan mampu membentuk Kemerdekaan Indonesia. Revolusi Fisik merupakan
perubahan mentalitas dalam masyarakat. pemberontakan rakyat dengan mengangkat senjata
Pelaksanaan kurikulum sebagai bagian untuk mempertahankan kemerdekaaan bagi
penting dari kebijakan pendidikan akan mengalami kepentingan generasi Indonesia yang akan datang
kegagalan, bahkan mungkin berpotensi akan sulit (Yamin 1958). Di tengah konfrontasi militer ini,
diketahui tingkat keberhasilannya jika hanya kabinet baru berhasil mengeluarkan kurikulum
berlangsung sepintas saja dikarenakan munculnya perdana bagi sekolah-sekolah formal yang
kebijakan baru. Sehingga idealnya suatu siklus dinamakan dengan Rencana Pengajaran atau
pendidikan mestinya berlangsung antara 10–20 Leerplan di tahun 1947.
tahun (Indar 1995). Hanya dalam Rencana pelajaran 1947 hanya berisi
impelementasinya, kurikulum di Indonesia bahan-bahan pengajaran yang harus diajarkan
beberapa kali mengalami revisi tidak lebih dari 10 kepada siswa, berikut dilengkapi dengan petunjuk-
tahun saja. Kondisi ini terjadi saja karena petunjuk singkat tentang metodologi
munculnya situasi politik yang berubah, atau karena pengajarannya. Susunan dari kurikulum ini hanya
ditemukannya kekurangan pada isi kurikulum lama. memuat dua unsur pokok saja, yakni: (a) daftar jam
Dalam kurun waktu 71 tahun kemerdekaan pelajaran atau struktur program, dan (b) garis-garis
Republik Indonesia, setidaknya telah mengalami 10 besar program pengajaran. Garis-garis besar
kali perbaikan atau perubahan kurikulum. program pengajaran dalam Rencana Pelajaran 1947
Perkembangan kurikulum ini tentunya merupakan ini memiliki kemiripan sekali dengan silabus (Jasin
upaya negara untuk membangun sistem pendidikan 1987).
nasional yang kuat untuk mendukung kemajuan Penyusunan konsep kurikulum perdana ini
bangsa tanpa melupakan jati diri dan akar-akar dikerjakan oleh Panitia penyelidik Pengajaran yang
kebudayaan nasional. Makalah ini akan dikepalai oleh Ki Hadjar Dewantara dan Soeganda
mendeskripsikan tentang perkembangan kurikulum Poerbakawatja sebagai sekretarisnya. Panitia ini
yang ada di Indonesia, sejak awal kemerdekaan terdiri dari dua macam komisi, yakni komisi
hingga kurikulum 2013 saat ini. Dari deskripsi ini penyelidik dan komisi pekerja. Para anggotanya
maka akan diketahui faktor-faktor apa saja yang berjumlah 50 yang berasal dari para ahli
mempengaruhi perkembangan kurikulum di pendidikan, pejabat di lingkungan Kementerian PP
Indonesia. dan K, guru-guru senior yang berpengalaman,
perwakilan sekolah-sekolah partikelir, PGRI, dan
TINJAUAN PUSTAKA perwakilan lembaga-lembaga pemerintahan. Semua
anggota panitia ini kebetulan berlatar belakang
Perkembangan Kurikulum di Indonesia pendidikan menurut sistem Belanda (kontinental)
1. Rencana Pelajaran (Leerplan) 1947 (Jasin 1987).
Kemerdekaan yang telah diproklamasikan
oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Agustus 1945, tidak serta merta memberi ruang Masa setelah Revolusi Kemerdekaan,
gerak yang bebas bagi republik yang baru saja lahir. melahirkan semangat untuk mengganti norma-
norma lama yang dianggap feodal peninggalan

38 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

zaman kolonial, menuju norma-norma dan 3. Rencana Pendidikan 1964


peraturan yang baru sebagai bangsa yang berdaulat Pada tahun 1960, Pemerintahan Era
penuh. Namun sayang, dalam proses transisinya Demokrasi Terpimpin atau yang dikenal kemudian
justru menampakkan beberapa sifat kelemahan dengan istilah Orde Lama mencetuskan lima
dalam mentalitas masyarakat Indonesia yang konsepsi pendidikan yang disebut
menjauhkan kita dari jiwa pembangunan “Pancawardhana” (lima pokok perkembangan). Ini
(Koentjaraningrat 1985). Dalam rapat gabungan merupakan kritik atas sistem pendidikan yang
Parlemen dan Senat Republik Indonesia Serikat dianggap masih terlalu mementingkan aspek
(RIS) pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden intelektualistis serta masih terbawa sistem
Soekarno membacakan piagam yang berisi tentang pendidikan kolonial. Adapun isi Pancawardhana itu
terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik adalah:
Indonesia sesuai dengan cita-cita proklamasi 17 1. Perkembangan cinta bangsa dan tanah air
Agustus 1945 (SetnegRI 1981). Berarti ini dan masalah moral nasional
menandakan berakhirnya era Negara Republik 2. Perkembangan intelegensi
Indonesia Serikat yang berdiri berdasarkan hasil 3. Perkembangan emosional-artistik atau rasa
dari Konferensi Meja Bundar di tahun 1949. keharuan dan keindahan lahir – batin
Namun konsep negara kesatuan yang 4. Perkembangan keprigelan (kerajinan
dipakai saat itu berbeda dengan apa yang termaktub tangan)
dalam UUD 1945, sebab yang dipakai adalah UUD 5. Perkembangan jasmani (Kartodirjo, dkk
Sementara Tahun 1950. Perbedaan utamanya 1976)
terletak pada sistem pemerintahan yang dipakai. Susunan Rencana Pendidikan 1964 juga
Pada UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan masih dipandang sebagai kurikulum yang
parlementer, yakni presiden hanya sebagai kepala sederhana. Di dalamnya hanya terdiri dari 4 unsur
negara saja, sedangkan kepala pemerintahan poko, yakni: (a) Dasar, tujuan, dan sistem
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Sehingga pendidikan dasar, (b) struktur program kurikulum,
kita menyebut fase ini dengan nama demokrasi (c) garis-garis besar program pengajaran tiap
parlementer wardhana, dan (d) pedoman pelaksanaan hari krida
Pada awal masa demokrasi parlementer ini di sekolah. Hari krida adalah hari untuk berlatih
keluarlah Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 bagi para siswa dengan diberi kebebasan untuk
tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di mengikuti kegiatan di berbagai bidang, seperti:
sekolah. Untuk menguatkan undang-undang kebudayaan, kesenian, olahraga, ataupun permainan
tersebut, maka dikeluarkanlah Peraturan Bersama dengan di bawah bimbingan gurunya (Jasin 1987).
Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
dengan Menteri Agama No.17678 tahun 1951 4. Kurikulum 1968
untuk memberikan pedoman penyelenggaraan Pergantian rezim Orde Lama menjadi
pendidikan agama bagi seluruh sekolah-sekolah di pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan
Indonesia. Salah satu isi peraturan bersama itu Presiden Soeharto membawa perubahan besar
adalah: “Rencana Pelajaran Agama ditetapkan oleh dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kementerian Agama sesudah disetujui oleh Kebijakan-kebijakan Orde lama dianggap lebih
Kementerian PP & K” (Darajat 2016). banyak didasarkan atas perhitungan-perhitungan
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang untuk tujuan politik berslogan “mercusuar”.
Pokok Pendidikan dan Pengajaran No.4 tahun Sedangkan urusan ekonomi tidak banyak menjadi
1950, pada Pasal 10 ayat (20) dinyatakan bahwa pertimbangan. Tugas utama yang mula-mula mesti
belajar di sekolah-sekolah agama, antara lain adalah ditangani oleh pemerintahan yang baru saat itu
madrasah, yang telah mendapat pengakuan dari adalah untuk menghentikan proses kemerosotan
Menteri Agama dinyatakan telah memenuhi ekonomi yang ditandai dengan hyper inflasi hingga
kewajiban wajib belajar (Asrohah 2001). mencapai angka 650% di tahun 1966, dengan
Rencana Pelajaran 1947 kemudian pertumbuhan ekonomi hanya mencapai rata-rata
diperinci lagi dalam bentuk Rencana Pelajaran 3% per tahunnya. Diharapkan upaya perbaikan ini
Terurai 1952. Hanya saja kurikulum ini hanya dapat membina landasan yang sehat bagi
terbatas pada mata pelajaran: Bahasa Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang wajar (Djamin 1984).
Bahasa daerah, berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Pada garis-garis besar program pengajaran
Ilmu Bumi dan Sejarah. Jadi Rencana Pelajaran Kurikulum 1968, setiap bidang studi diawali
Terurai 1952 adalah hasil pengembangan atau dengan: tujuan-tujuan kurikuler, didaktik-metodik
penyempurnaan Rencana Pelajaran 1947. Adapun (termasuk kriteria pemilihan bahan-bahan yang
perincian program pengajaran itu antara lain bahwa akan diajarkan), kegiatan belajar-mengajar, serta
beberapa mata pelajaran disertai maksud dan tujuan alat-alat yang diperlukan. Tujuan-tujuan
kurikulernya secara eksplisit, berikut cara instruksional pada setiap kelasnya tergantung dari
mengajarkan dan ketentuan ulangan atau banyaknya bahan atau kemampuan yang ingin
evaluasinya (Jasin 1987). dikuasai. Sedangkan pada sistem nilai buku rapor
menggunakan dua bentuk nilai, yakni nilai angka
dan nilai huruf. Serta tercantum tiga macam nilai,

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 39


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

yakni nilai prestasi, rata-rata kelas, dan usaha dalam 7. Kurikulum 1994
mencapai prestasi (Jasin 1987). Tahun 1994 adalah awal masuknya bangsa
Indonesia ke Pembangunan Jangka Panjang Tahap
5. Kurikulum 1975 ke-2 (PJPT Ke-2) yang akan berlangsung selama 25
Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan tahun. Aspek terpenting dari era pembangunan 25
kurikulum SD 1975, Departemen Pendidikan dan tahun kedua ini adalah untuk mengembangkan
Kebudayaan saat itu memandang perlu diadakannya sumber daya manusia (SDM) dengan cara
suatu program penataran nasional yang disebut penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
dengan “Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar” sejajar dengan negara-negara lain. Untuk
(P3D). Tujuan dari program penataran P3D ini mendukung keberhasilan PJPT II tersebut, pada
dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi para tanggal 2 Mei 1994, bertepatan dengan Hari
guru pada aspek: penguasaan kurikulum, Pendidikan Nasional, Presiden Soeharto
penguasaan materi per bidang studi, kompetensi meresmikan Program Wajib Belajar 9 Tahun. Ini
dalam pendekatan metode mengajar, penggunaan adalah kelanjutan dari Program Pendidikan Dasar 6
dan pembuatan alat peraga yang sesuai dengan Tahun yang berhasil menaikkan Angka Partisipasi
tuntutan kurikulum 1975 (Hamalik 2009). Sekolah Dasar dari 79 % di tahun 1983 hingga
Kurikulum 1975 termasuk kurikulum yang mencapai 92% di tahun 1993 hanya dalam jangka
seluruh bidang studinya berorientasi pada waktu satu dekade. Program Wajib Belajar menjadi
pendekatan tujuan (Slamet 2007). Kurikulum ini 9 tahun juga merupakan cara untuk mengurangi
memiliki unsur-unsur yang lebih lengkap bila problem tenaga kerja anak (Marlow et all. 2002).
dibandingkan dengan kurikulum yang ada Pandangan pembangunan yang diterapkan
sebelumnya. Kurikulum ini terdiri dari 7 unsur oleh Orde Baru tampak mirip dengan tahapan-
pokok, yakni: (a) Dasar, tujuan dan prinsip-prinsip, tahapan pembangunan yang dikemukakan oleh
(b) struktur program kurikulum, (c) garis-garis Walt W. Rostow. Pembangunan oleh WW. Rostow
besar program pengajaran, (d) sistem penyajian, (e) dibagi menjadi 5 tahapan, yakni: pre-industri, take
sistem penilaian, (f) sistem bimbingan dan off, mature, dan periode konsumsi massa yang
penyuluhan, dan (g) pedoman supervisi dan tinggi (Sardjan 1982). Bila merujuk pada pendapat
administrasi (Jasin 1987). Selain lebih lengkap, ini, maka pembangunan 25 tahun pertama di era
Kurikulum 1975 telah menampilkan susunan yang Orde Baru masih pada tahapan pre-industri.
lebih luas dan kompleks tidak sesederhana Sedangkan PJPT II sudah mulai masuk tahapan
kurikulum sebelumnya yang lebih banyak take off atau lepas landas. Sehingga munculnya
membahas daftar jam pelajaran dan garis-garis kurikulum 1994 diarahkan untuk memberi pedoman
besar program pengajarannnya saja. pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang
Pada tahun 1979, tahun ajaran yang siap untuk tinggal landas. Kurikulum 1994 juga
semula dimulai pada awal bulan Januari, kemudian bertepatan dengan berakhirnya masa Perang Dingin
diubah menjadi sekitar minggu ketiga bulan Juli. yang telah berlangsung lebih dari empat dekade.
Ini merupakan salah satu perubahan penting yang Munculnya Kurikulum 1994 juga
terjadi dan masih berlaku hingga saat ini. bertepatan dengan pemberlakuan Keputusan
Perubahan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor Indonesia No. 060/U/1993 tentang Pendidikan
0211/U/1978 Tanggal 5 Juli 1978 tentang Sistem Dasar 9 Tahun yang dilaksanakan secara bertahap
Tahun Ajaran Sekolah pasal 12 (Depdikbud 1985). mulai tahun ajaran 1994/1995. Kebijakan ini juga
merupakan bagian dari menindaklanjuti
6. Kurikulum 1984 pelaksanaan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Sepuluh tahun setelah pemberlakuan Pendidikan Nasional. Kurikulum Pendidikan dasar
Kurikulum 1975, diberlakukanlah Kurikulum 1984 9 tahun adalah seperangkat rencana dan pengaturan
yang sejak saat itu kemudian menjadi sebuah tradisi mengenai isi dan bahan pelajaran serta tata cara
dalam pemerintahan Orde Baru bahwa kurikulum yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
akan selalu mengalami perkembangan baru setiap kegiatan belajar mengajar untuk 6 tahun di SD dan
sepuluh tahun sekali. Struktur serta pemikiran dasar 3 tahun di SMP atau yang sederajat. Sebagai bagian
dalam kurikulum untuk tingkat sekolah dasar dan terpadu dari sistem pendidikan nasional, penjabaran
sekolah menengah pertama tidak terlalu banyak kurikulum ini disusun dengan memperhatikan tahap
mengalami perubahan yang besar. Perubahan yang perkembangan siswa dan kesesuain dengan
cukup mendasar terjadi pada struktur kurikulum lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional dan
untuk jenjang SMA. Pada kurikulum SMA 1984 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mata pelajaran dikelompokkan menjadi Program serta kesenian. Maka dalam kurikulum 1994 ini
Inti yang harus diikuti seluruh peserta didik; serta dikenalkanlah mata pelajaran “muatan lokal” yang
Program Pilihan yang mengganti istilah penjurusan, berfungsi memberikan peluang untuk
seperti: Program Ilmu-Ilmu Fisik, Program Ilmu- pengembangan kemampuan siswa sesuai dengan
Ilmu Biologi, Program Ilmu-Ilmu Sosial, dan kondisi sekolah atau daerah (Usman 2002).
Program Pengetahuan Budaya (Hasan & Hamid). Salah satu perangkat kurikulum 1994 yang
disiapkan oleh pemerintah adalah GBPP (Garis-

40 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

Garis Besar Program Pengajaran). GBPP ini yang harus dikuasai oleh siswa secara terukur
merupakan pedoman bagi para guru untuk dapat (Majid 2006). Keterhubungan dalam
menyusun program pengajaran tahunan, catur pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
wulan, persiapan pengajaran, beserta penilaiannya. (KBK) sebagai sebuah kurikulum nasional dapat
Agar guru dapat leluasa dalam mengembangkan dilihat dari bagan alur berikut ini (Pusat Kurikulum
kegiatan pengajarannya sendiri secara kreatif, maka 2002):
GBPP memang sengaja tidak mencantumkan
metode, penilaian, serta sarana yang mesti
digunakan (Balitbang Depdikbud 1994).
Hanya dalam pelaksanaannya, kurikulum
1994 berhadapan dengan perubahan situasi politik
dan krisis ekonomi yang berujung pada munculnya
gerakan reformasi untuk menjatuhkan rezim
Soeharto. Runtuhnya pemerintahan Orde baru yang
sudah lebih dari 32 tahun berkuasa berimplikasi
pada dorongan untuk mengganti berbagai kebijakan
lama yang tidak sesuai dengan semangat reformasi.
Kurikulum menjadi salah satu komponen yang
digugat oleh publik, sehingga muncullah
Kurikulum 1994 dengan tambahan Suplemen 1999.

8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


2004
Runtuhnya rezim Orde Baru yang otoriter Gambar 1 Bagan alur kurikulum nasional
menjadi sebuah kesempatan besar untuk Kompetensi dapat didefinisikan sebagai
“merombak” sistem pendidikan nasional. Jadi tidak kinerja atau kualitas penyelesaian kerja yang
hanya kurikulumnya saja yang direvisi, namun juga minimal berhasil baik sebagai hasil dari
mengganti undang-undangnya. Undang-Undang penggunaan kemampuan atau kapabilitas.
No. 2 Tahun 1989 beserta aturan-aturan turunannya Sedangkan kemampuan sendiri adalah hasil
dianggap tidak lagi relevan dengan semangat penerapan dari kombinasi yang mempersyaratkan
reformasi. Selama lebih dari 30 tahun Presiden tiga ranah; pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Soeharto berkuasa, kebijakan pendidikan yang perilaku (Suparman 2014). Sehingga rumusan
terlalu etatis tidak memberi peluang kepada rakyat kompetensi dalam KBK 2004 ini sesungguhnya
dan masyarakat untuk dapat menyelenggarakan merupakan pernyataan tentang apa yang mesti
pendidikan yang sesuai dengan keinginan dan diketahui, disikapi, dan dilakukan oleh siswa dalam
kebutuhan mereka sendiri. Kurikulum yang mencapai hasil belajar yang sudah distandarkan.
diterapkan dianggap masih terlalu sentralistis dan Kurikulum dan hasil belajar dalam KBK ini berisi
masih sarat dengan subjek akademik yang tidak perencanaan pengembangan kompetensi peserta
jelas kefokusannya (Miarso 2011). didik mulai dari usia dini hingga SMA (Pusat
Iklim reformasi mendesak untuk segera Kurikulum 2002). Oleh karena itu, kompetensi
dimunculnya sebuah kurikulum baru bertepatan hanya bisa dicapai melalui serangkaian proses
dengan masa penerapan kurikulum 1994 yang belajar yang menuntut adanya pengalaman
hampir menginjak 10 tahun. Penyelenggaraan langsung terhadap pencapaian tujuan instruksional.
pendidikan nasional yang sentralistik dituntut untuk Tanpa pengalaman langsung, maka hasil belajar,
bertransformasi menjadi desentralisasi dalam tajuk berupa aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor
otonomi daerah. Perubahan ini dilandasi oleh PP. tidak akan mungkin bisa tercapai. Jadi pendekatan
No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan pembelajaran yang mesti dikembangkan di kelas-
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai kelas harus berorientasi pada keaktifan siswa dalam
Daerah Otonomi (Sofyatiningrum 2002). Maka belajar, atau yang biasa disebut dengan
dikeluarkanlah Kurikulum Berbasis Kompetensi pembelajaran aktif.
atau KBK 2004. Kurikulum ini diharapkan dapat Untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD),
menjawab semua tuntutan reformasi bidang guru diwajibkan untuk menyusun pengalaman
pendidikan dan pembelajaran. Pilihan penggunaan belajar yang runut dalam bentuk silabus dan RPP
nama kompetensi menandakan bahwa muatan (Rencana Program Pengajaran). Pengalaman belajar
bahan ajar bukan hanya bisa harus dikuasai secara merupakan kegiatan fisik dan juga mental yang
akademik, namun semestinya juga bisa diterapkan mesti dilakukan oleh setiap siswa secara sistematis
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang terbaik. Maka
diharapkan bisa menguasai materi ajar secara lebih materi ajar yang dipilih sebaiknya bermakna, yakni
mendalam melalui pengalaman belajar yang lebih berupa kecakapan hidup yang langsung bisa dipakai
kontekstual, bukan tekstual atau teoritis semata. dalam memecahkan permasalahan kehidupan
Pembelajaran berbasis kompetensi sehari-hari (Rahim 2007).
memerlukan suatu standar minimum kompetensi

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 41


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

Hanya saja kurikulum ini hanya Pada kenyataannya di banyak lapangan,


berlangsung sebentar saja, sekitar kurang lebih dua agar terkesan sudah “ber-KTSP”, maka banyak
tahun. Salah satunya dikarenakan adanya Undang- sekolah ramai-ramai mengumpulkan berbagai
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem dokumen terkait dengan administrasi dan
Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang yang perencanaan pembelajaraan. Bagaimana pun
baru ini mendorong dibuatnya standar-standar caranya, dokumen tersebut harus berhasil dibuat
nasional pendidikan yang di dalamnya juga hingga menjadi sebuah bundel besar. Bila ada
mengatur tentang perencanaan, penyelenggaraan, pemeriksaan atau penilaian akreditasi, maka bundel
dan evaluasi kurikulum yang lebih dokumen itulah yang akan ditunjukkan. Sekolah
mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan lokal kadang tidak perlu kesulitan untuk
daerah sesuai dengan dorongan otonomi menyediakannya, sehingga guru-guru tidak perlu
pendidikan. Maka kemudian muncullah KTSP, repot-repot membuat silabus dan RPP. Dokumen
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP bisa didapat dengan sangat mudah, mulai
dari mengunduh dari internet, menyalin dari
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sekolah lain, hingga membeli dengan menggunakan
(KTSP) 2006 dana BOS (Biaya Operasional Sekolah). Bahkan di
Kurikulum 2006, atau yang biasa kita beberapa daerah ada oknum-oknum Dinas
sebut dengan KTSP sebenarnya merupakan Pendidikan yang “sangat” baik hati untuk
perwujudan kepercayaan pemerintah terhadap menawarkan jasa penyediaan dokumen KTSP. Ini
sekolah dan peranan publik di ranah pengembangan tentu tidak gratis. Kurikulum ternyata bisa jadi
pendidikan. Kurikulum ini merupakan penjabaran bisnis komersil.
dari skema reformasi pendidikan yang mendesak Pengembangan KTSP semestinya dapat
agar bisa diwujudkannya otonomi pendidikan yang menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
selaras dengan iklim otonomi daerah. Diharapkan kehidupan, baik dalam kehidupan bermasyarakat,
ke depan tidak ada lagi kurikulum yang bersifat dunia usaha, dan dunia kerja (Arifin 2011).
sentralistik. Membuat kurikulum bukan perkara ringan bagi
Pengembangan KTSP sebagai sebuah sekolah-sekolah kita. Diperkenankannya setiap
perwujudan dari otonomi daerah dan juga otonomi satuan pendidikan untuk mengembangkan
sekolah / madrasah pada pengembangannya masih kurikulumnya sendiri belum bisa dimanfaatkan
tetap menggunakan pendekatan KBK dalam standar sebagai sebuah kesempatan untuk berinovasi, tapi
isi. Pada proses pelaksanaannya, mesti justru lebih dipandang sebagai sebuah beban.
mengintegrasikan dengan kebutuhan akan Sekolah yang sebelumnya berada di zona nyaman,
pengembangan potensi dan kecakapan peserta didik tiba-tiba dipaksa untuk bisa lebih inovatif, serta
serta tuntutan kondisi lingkungannya (Muhaimin bisa lebih bekerja keras untuk menciptakan sendiri
dkk 2008). sistem layanan pendidikan yang sesuai dengan
Guru ditekankan untuk dapat kebutuhan daerah dan karakteristik peserta didik.
melaksanakan paket kurikulum dari pusat tanpa Pangkal persoalannya antara lain pada faktor
memperhatikan kondisi dan kebutuhan di tingkat kompetensi guru.
daerahnya. Artinya, keberhasilan pendidikan Berdasarkan Uji Kompetensi Guru (UKG)
nasional tidak lagi hanya menjadi beban tanggung yang diselenggarakan pada tahun 2012 kemarin,
jawab pemerintah pusat saja, tetapi seluruh nilai rata-rata nasional baru sampai pada angka
stakeholder pendidikan, baik itu pemerintah daerah, 42,25. Tes ini hanya dikhususkan untuk guru-guru
dewan pendidikan, sekolah, komite sekolah, guru yang telah tersertifikasi saja. Artinya, guru-guru
dan juga segenap masyarakat. Dari sinergisasi ini tersertifikasi yang semestinya secara formal sudah
diharapkan dapat mengembangkan pola dianggap profesional, ternyata nilai rata-ratanya
pengelolaan pendidikan yang memiliki kultur masih rendah. Lantas, bagaimanakah dengan
partisipatif . kompetensi guru-guru yang belum tersertifikasi?
KTSP memberi kesempatan bagi guru dan Secara logika, hasilnya tentu tidak akan lebih baik
pengelola sekolah untuk berpartisipasi secara dari guru-guru yang sudah tersertifikasi. Bila
kreatif dalam mengembangkan kurikulum di kondisinya seperti ini, manalah mungkin para guru
sekolah dengan merujuk pada standar-standar bisa diberikan beban tambahan sebagai seorang
nasional yang dibuat oleh Pemerintah. Diversifikasi desainer kurikulum bagi sekolahnya?
kurikulum bertujuan agar pembelajaran yang Hanya delapan provinsi yang guru-
dikembangkan di sekolah dapat lebih kontekstual gurunya sudah berada di atas nilai rata-rata
dengan lingkungan alam-sosial siswa melalui nasional. Delapan provinsi tersebut berada di
proses yang berpusat mereka sendiri (Suwignyo wilayah Sumatera, Jawa dan Bali. Sedangkan
2007). Sebaik-baiknya pendekatan pembelajaran wilayah Kalimantan, Sulawesi dan daerah
adalah proses yang penuh dengan kebermaknaan. Indonesia Timur masih tertinggal. Ini menandakan
Bermakna mengandung arti bahwa pembelajaran di bahwa persebaran tingkat kualitas pendidikan
kelas banyak memiliki keselarasan dengan belum merata ke semua wilayah NKRI.
kebutuhan dan kondisi lingkungan lokal sekitar. Kompetensi guru ini adalah prasyarat mutlak yang
harus terlebih dahulu dipenuhi agar implementasi

42 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

kurikulum bisa berjalan sesuai harapan. Sebab HASIL DAN PEMBAHASAN


bagaimanapun, guru merupakan eksekutor
lapangannya. Analisis Pengembangan Kurikulum di Indonesia
Penerapan suatu kurikulum adalah bagian
10. Kurikulum Nasional 2013 dari persiapan menghadapi tantangan zaman di
Kurikulum 2013 sejatinya masih masa mendatang, minimal untuk masa dua puluh
Kurikulum Berbasis Kompetensi juga. tahun lagi. Pada zaman dua puluh tahun nanti,
Pengembangan kurikulum ini akan diarahkan pada dunia pekerjaan sedang diisi oleh anak-anak yang
pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. sedang bersekolah di masa sekarang. Maka
Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai sesungguhnya kurikulum hari ini adalah cerminan
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam masa depan bangsa. Oleh sebab itu pendidikan
dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Isi harus dikembangkan dalam rancangan struktur
atau konten kurikulum adalah kompetensi yang kurikulum yang bisa menerawang jiwa zaman
dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) untuk setidaknya dua dekade yang akan datang.
mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Sejak kian cepatnya perubahan dalam
Kompetensi Dasar (KD). Keberadaan Kompetensi bidang teknologi informasi, dunia seakan bergerak
Inti ini yang membedakan dengan KTSP 2006 dan semakin cepat pula. Bila pendidikan tidak mampu
KBK 2004. Kompetensi Inti (KI) merupakan mengikuti perkembangan zaman, maka suatu
gambaran secara kategorial mengenai kompetensi bangsa akan semakin tertinggal jauh dengan
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu bangsa-bangsa lain di dunia. Keunggulan
jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. pendidikan suatu bangsa sebetulnya bukan
Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris ditentukan oleh kebijakan kurikulumnya, tapi lebih
kompetensi bukan konsep, generalisasi, topik atau dipengaruhi oleh rencana pembangunan nasional
sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary– secara makro. Apa pun kebijakannya, kurikulum
based curriculum” atau “content-based curriculum” harus selaras dengan arah pembangunan, sebab
(Kemendikbud 2013). pendidikan bukanlah entitas kebijakan yang berdiri
Bila merujuk apa yang dikembang di sendiri. Pendidikan adalah salah satu pilar utama
sekolah-sekolah Amerika Serikat, penggunaan pembangunan, dan sangat terkait erat dengan
Standar Kurikulum Inti diharapkan dapat sektor-sektor yang lain. Kesejahteraan ekonomi,
mendorong munculnya keseimbangan antara dinamika politik dan sosial-budaya, bahkan
akuntabilitas dan relevansi. Bila tidak stabilitas keamanan dalam negeri berpengaruh kuat
diseimbangkan, maka tuntutan akuntabilitas akan terhadap perkembangan pendidikan. Begitu pun
mendorong munculnya motivasi belajar siswa yang juga sebaliknya. Sehingga perlu adanya kurikulum
sekedar ingin mengejar nilai yang tinggi, tapi yang fleksibel atau adaptif dengan setiap keadaan,
melupakan esensi dari pembelajaran itu sendiri. dan harus dikembangkan dengan pendekatan yang
Kurikulum di sekolah harus disusun agar relevan multidimensional.
dan bermakna. Peran standar-standar ini adalah Dalam Pembukaan UUD 1945, tersurat
untuk menjaga kualitas pendidikan di seluruh tentang tujuan umum pendidikan nasional yaitu
negara-negara bagian, sambil memberi kesempatan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Suatu
bagi para guru untuk merancang kurikulum kreatif kehidupan yang cerdas selain memiliki arti
yang relevan dengan siswa dalam konteks local pengembangan kehidupan intelektual, juga
(Drake & Susan 2013). merupakan “intelligent living” yang mendorong
Salah satu pokok penting dalam terciptanya kualitas hidup yang manusiawi. Tujuan
pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah penerapan umum pendidikan nasional tersebut kemudian
pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran di dijabarkan dalam undang-undang tentang Sistem
kelas. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan Nasional. Pada tingkat yang lebih
merupakan suatu model pembelajaran yang operasional, sistem pendidikan nasional harus
mendorong siswa beraktivitas seperti layaknya memiliki relevansi bagi pembangunan nasional.
seorang ilmuwan atau ahli sains. Siswa dipandu Setidaknya ada 3 kriteria relevansi pendidikan
untuk dapat memecahkan masalah melalui kegiatan terhadap pembangunan nasional, yaitu: (1) kriteria
perencanaan yang matang, pengumpulan data yang akademik, berupa standar pendidikan yang
cermat, serta menghasilkan kesimpulan yang tepat ditetapkan dalam bentuk kurikulum nasional, (2)
melalui analisis data. Prosedur yang mesti kriteria religio-moral, yakni mendidik manusia
dilaksanakan dalam pendekatan saintifik ini terdiri Indonesia yang bertakwa, dan berkepribadian luhur,
dari aktivitas mengamati, menanya, menalar, serta (3) kriteria ketenagakerjaan, yaitu untuk
mencoba, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan menghasilkan tenaga pembangunan yang kompeten
(Abidin 2014). di bidang kerjanya (H.A.R Tilaar 1990).
Di bawah ini merupakan tabel untuk
menjelaskan perkembangan kurikulum berdasarkan
periode politik dan aturan perundang-undangan
yang berlaku.

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 43


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

Tabel 1 Perkembangan kurikulum berdasarkan periode politik dan aturan perundang-undangan

Tahun Periode Politik Nama Kurikulum Landasan Pendidikan


1945 – 1949 REVOLUSI FISIK 1. Rencana Pelajaran
(Leerplan)1947
1949 – 1950 MASA RIS Muncul UU Pendidikan 1950
1950 – 1959 DEMOKRASI 2. Rencana Pelajaran Terurai UU Pendidikan 1954
PARLEMENTER 1952
1959 – 1966 ORDE LAMA 3. Rencana Pendidikan 1964 Keluar Penpres No.19 Tahun 1965
tentang Pokok-Pokok Sistem
Pendidikan Nasional Pancasila
1966 – 1998 ORDE BARU 4. Kurikulum 1968
5. Kurikulum 1975
6. Kurikulum 1984
7. Kurikulum 1994 UU No. 2 Tahun 1989, tentang
Sistem Pendidikan Nasional
1998 – ERA REFORMASI (Kurikulum 1994 -
Sekarang Suplemen 1999)
8. Kurikulum Berbasis UU No. 20 Tahun 2003, tentang
Kompetensi (KBK) 2004 Sistem Pendidikan Nasional
9. Kurikulum Tingkat Satuan PP. No. 19 Tahun 2005
Pendidikan (KTSP) 2006
10. Kurikulum Nasional 2013 PP. No. 32 Tahun 2013

Bila melihat dari tabel di atas, maka terdapat dua tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan
faktor yang mempengaruhi perkembangan Negara atau GBHN.
kurikulum di Indonesia.
1. Faktor perubahan politik, kurikulum Perkembangan kurikulum yang relatif
berkembang atau dirubah karena terjadi berlangsung secara tertib dan berkala memang hanya
perubahan situasi politik atau juga karena terjadi pada masa Orde Baru. Ini terjadi karena
adanya pergantian kepemimpinan nasional. situasi politik cenderung stabil di bawah
Kurikulum atau Rencana Pelajaran 1947 di era kepemimpinan otoriter Presiden Soeharto. Kurang
awal kemerdekaan muncul karena adanya lebih setiap sepuluh tahun sekali, kurikulum baru
semangat yang sangat besar untuk mengalami perbaikan. Tidak terlalu banyak
menggantikan kurikulum sekolah yang masih ditemukan perbaikan yang signifikan, kecuali pada
dipengaruhi oleh model pendidikan zaman beberapa hal yang menyangkut soal orientasi
kolonial Belanda. Sedangkan kurikulum 1964, pembelajaran. Pada kurikulum 1975, kurikulum
disusun untuk menguatkan doktrin-doktrin berorientasi pada tujuan umum dan khusus. Pada
politik pemerintahan Orde Lama atau yang kurikulum ini juga dikenalkan tentang adanya pokok
dikenal juga dengan zaman Demokrasi bahasan dan sub pokok bahasan. Sedangkan pada
Terpimpin. Justru ini berlawanan dengan kurikulum 1984, orientasi kurikulum ditekankan
kurikulum 1968 yang muncul tiba-tiba. pada tujuan belajar yang didasarkan pada konsep
Kurikulum ini adalah hasil pemikiran esensial yang telah ditetapkan dari awal. Pada
pendukung pemerintahan awal Orde Baru yang kurikulum 1994, tujuan belajar tersebut dijabarkan
bertekad untuk memperbaiki kondisi negara ke dalam program kerja guru (Syam dkk 1999).
pasca penumpasan gerakan G.30.S/(PKI). Pengembangan kurikulum modern dan
2. Faktor perkembangan masyarakat dan kaitannya dengan kegiatan instruksional
kebutuhan pembangunan nasional, kurikulum (pembelajaran) setidaknya meliputi empat elemen
berkembang atau mengalami revisi seiring dasar. Pertama, mengindentifikasi maksud dan
dengan dinamika yang terjadi pada kondisi tujuan pendidikan. Kedua, memilih pengalaman
masyarakat dan perencanaan pembangunan belajar atau proses pembelajaran yang relevan untuk
nasional dalam merespon perubahan zaman. pencapaian tujuan pendidikan. Ketiga, mengelola
Pada masa pemerintahan Orde Baru, kurikulum pengalaman belajar secara sistematik. Keempat,
relatif berkembang dan mengalami melakukan evaluasi terhadap efektivitas pengalaman
penyempurnaan secara berkala kurang lebih belajar yang sudah dikerjakan tersebut (Suparman
setiap 10 tahun. Sehingga di era ini tidak ada 2014). Namun, pada kenyataannya, pemerintah
revisi kurikulum yang besar, sebab yang seringkali mengganti kurikulum karena adanya
penyusunannya lebih pada penyempurnaan dari tuntutan politik, sedangkan aspek-aspek lain yang
struktur yang lama. Perkembangan kurikulum semestinya juga diperhatikan menjadi dasar
ini juga mesti diselaraskan dengan amanah pengembangan kurikulum justru tidak
perencanaan pembangunan nasional yang dipertimbangkan. Tampak nyata bahwa selain

44 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

pollitik, nyaris tidak mampu menyentuh perubahan DAFTAR PUSTAKA


kurikulum (Hasan & Hamid).
Sulit melepaskan kurikulum dari situasi politik Abidin, Yunus, Desain Sistem Pembelajaran dalam
dan pemimpin politik yang tengah berkuasa, karena konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika
kurikulum itu sendiri adalah sebuah produk politik. Aditama, 2014.
Namun bukan berarti penguasa pemerintahan dapat
menetapkan suatu kurikulum sekehendak hati dan Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan
hasrat politiknya. Kurikulum adalah suatu politik Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya,
pendidikan yang ditetapkan untuk mendukung 2011.
pembangunan nasional. Dalam sebuah negara Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
hukum, kurikulum merupakan bagian dari sistem Logos Wacana Ilmu, 2001. Cet. Ke-2.
pendidikan nasional yang disusun sebagai turunan
dari konstitusi. Maka perubahan atau perkembangan Balitbang Depdikbud, Kurikulum 1994: Garis-Garis
kurikulum harus memperhatikan konstitusi atau Besar Program Pengajaran (GBPP)
aturan perundang-undangan yang berlaku di Sekolah Menengah Umum (SMU), Jakarta:
Indonesia. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan,
1994.
KESIMPULAN Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendididikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara, 2016. (Cet. Ke-12).
Sejak proklamasi kemerdakaan tahun 1945 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
hingga tahun 2016 sekarang ini, pendidikan kita Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke
telah mengalami sepuluh kali perkembangan atau Jaman. Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985.
perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum
Rencana Pelajaran 1947, Rencana Pelajaran Terurai Djamin, Zulkarnain, Pembangunan Ekonomi
1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum Indonesia: Sejak Repelita Pertama. Jakarta:
1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Universitas Indonesia: 1984.
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dan
Drake, Susan M., Menciptakan Kurikulum
Kurikulum Nasional 2013. Perkembangan awal
Terintegrasi yang Berbasis Standar.
kurikulum di Indonesia disusun dari bentuk yang
Jakarta: Indeks, 2013.
sangat sederhana dengan biaya terbatas dan tanpa
melewati proses kajian dan uji coba lapangan yang H.A.R. Tilaar, Pendidikan dalam Pembangunan
menyeluruh. Sejak era Orde Baru hingga saat ini, Nasional Menyongsong Abad XXI. Jakarta:
pengembangan kurikulum telah dirancang secara Balai Pustaka, 1990.
lebih lengkap dan kompleks, menggunakan biaya
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru: Berdasarkan
yang cukup sehingga dapat melakukan kajian awal
Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi
yang lebih matang dan mendalam.
Aksara, 2009 (Cet. 6).
Setidaknya terdapat dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan kurikulum di Hasan, S. Hamid, Perkembangan Kurikulum:
Indonesia, yakni: perubahan politik, serta Perkembangan Ideologis dan Teoritik
perkembangan masyarakat dan kebutuhan Pedagogis (Makalah, Tanpa Tahun).
pembangunan nasional. Selain berkembang karena
Indar, M. Djumberansyah, Perencanaan
terjadi perubahan situasi politik atau juga karena
Pendidikan: Strategi dan Implementasinya.
adanya pergantian kepemimpinan nasional,
Surabaya: Karya Abditama, 1995.
kurikulum juga mengalami revisi seiring dengan
dinamika yang terjadi pada kondisi masyarakat yang Jasin, Anwar, Pembaharuan Kurikulum Sekolah
dikaji dalam perencanaan pembangunan nasional Dasar: Sejak Proklamasi Kemerdekaan.
dalam merespon perubahan zaman. Jakarta: Balai Pustaka, 1987.
Kadir, Sardjan, dan Umar Ma’sum, Pendidikan di
SARAN Negara sedang Berkembang. Surabaya:
Usaha Nasional, 1982.
Rencana pengembangan kurikulum
sebaiknya jangan dipengaruhi oleh situasi politik Kartodirdjo, Sartono, Marwati Djoened
yang tengah terjadi, namun seharusnya disusun Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto
melalui kajian dan penelitian yang lebih (ed). Sejarah Nasional Indonesia, Jilid VI.
komprehensif dan mendalam. Implementasi Jakarta: Departemen Pendidikan dan
pelaksanaan kurikulum di sekolah semestinya juga Kebudayaan, 1976.
memperhatikan rencana pembangunan daerah. Hal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen
ini dimaksudkan agar pendidikan di daerah dapat Kurikulum 2013. (Jakarta: Kementerian
memberi kontribusi nyata bagi peningkatan kualitas Pendidika dan Kebudayaan, 2012) Hal. 7.
hidup di masyarakat lokal.

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017 | 45


Kurikulum Indonesia: Dari Leerplan Menuju Kurikulum Nasional……[37-46]

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Sofyatiningrum, Etty, Kurikulum Berbasis


Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1985. Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas, 2002.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran:
Mengembangkan Standar Kompetensi Suparman, M. Atwi, Desain Instruksional Modern:
Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Panduan Para Pengajar dan Inovator
cetakan ke-2. Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga,
2014. Edisi ke-4.
Mandalika, J., dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar
Kurikulum. Surabaya: Penerbit SIC, 2004. Suwignyo, Agus, Kurikulum dan Politik (Kebijakan)
Pendidikan, dalam Forum Mangunwijaya,
Marlow, Rebecca, Ferguson (ed). World education
Kurikulum yang Mencerdaskan: Visi 2030
Encyclopedia: A Survey of Educational
dan Pendidikan Alternatif. Jakarta: Penerbit
Systems World Wide. Farmington Hills:
Buku Kompas, 2007.
Gale Group, 2002.
Syam, Sukma, dkk., Wawasan Pendidikan Ilmu
Miarso Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi
Sosial. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial UNJ,
Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada
1999.
Media Group, 2011, Cet. Ke 5), h. 655-657.
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional.
Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Cet.
Pengembangan Model Kurikulum Tingkat
Ke 14.
Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah
dan Madrasah. Jakarta: RajaGrafindo Yamin, Muhammad, Proklamasi dan Konstitusi
Persada, 2008. Republik Indonesia. Jakarta: Penerbit
Djambatan, 1958.
Nugraha, Iskandar P., Teosofi, Nasionalisme dan
Elite Modern Indonesia. Depok: Komunitas
Bambu, 2011. RIWAYAT PENULIS
Pusat Kurikulum, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Penulis bernama lengkap Agung Pardini.
Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002. Kecintaannya untuk mempelajari masa lalu,
Pusat Kurikulum, Pengembangan Silabus Kurikulum mengantarkannya menjadi seorang Guru Sejarah
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang sejak masih duduk di bangku kuliah di Pendidikan
Depdiknas, 2002. Sejarah Universitas Negeri Jakarta. Pada bulan
September 2008 memulai aktivitas baru menjadi
Rahim, Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah anggota tim trainer pada program Makmal
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. (Laboratorium) Pendidikan milik Dompet Dhuafa.
Sekretariat Negara Republik Indonesia, 30 Tahun Pada awal tahun 2014, laki-laki berdarah Jawa
Indonesia Merdeka: 1950 – 1964. Jakarta: (diaspora) yang kerap disapa dengan nama Guru
Setneg RI, 1981. Cet. Ke-5. Agung, oleh Dompet Dhuafa ditugaskan menjadi
penanggung jawab program Sekolah Guru Indonesia
Sekretariat Negara Republik Indonesia, Risalah (SGI). Saat sekarang ini, selain masih aktif dalam
Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha membina pengembangan cabang-cabang SGI di 12
Persiapan Kemerdekaan Indonesia provinsi, juga tengah menempuh studi S2 di
BPUPKI dan Panitia Persiapan program magister manajemen pendidikan Islam di
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
SetnegRI, 1995.
Slamet, St. Y., Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.
Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2007.

46 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 2, November 2017


PETUNJUK UNTUK PENULIS

JUDUL ARTIKEL/ KARYA ILMIAH


(all caps, Times New Roman, 14 pt, bold, centered, rapat margin atas)
(Kosong satu spasi tunggal, 14 pt)
Penulis pertama, Penulis kedua, dan Penulis ketiga (TNR, 12 pt, bold)
Keterangan Jabatan, Nama instansi pendidikan/ lembaga/ kelompok penelitian (TNR, 10 pt)
E-mail: penulis@domain.com (TNR, 10 pt, italic)
(kosong dua spasi tunggal, 12 pt)

Abstrak (12 pt, bold)


(kosong satu spasi tunggal, 12 pt)
Abstrak dibuat dalam Bahasa Indonesia, kecuali untuk artikel/ karya ilmiah berbahasa Inggris tidak
menggunakan abstrak berbahasa Indonesia. Abstrak Bahasa Indonesia ditulis terlebih dahulu diikuti abstrak
Bahasa Inggris. Jenis huruf Times New Roman, 10 pt, spasi tunggal, justified. Abstrak berisi tujuan penelitian,
metode penelitan, serta hasil analisis dan tidak lebih dari 250 kata.
(kosong satu spasi tunggal, 10 pt)
Kata kunci : berisi kata-kata atau frasa-frasa yang erat kaitannya dengan artikel/ karya ilmiah dan tidak lebih dari
5 (lima) kata atau frasa (TNR, 10 pt)
(kosong dua spasi tunggal, 10 pt)

Abstract (12 pt, bold, italic)


(kosong satu spasi tunggal, 12 pt)
Abstract in English. Times New Roman, 10 pt, italic, single spaced, justified. Abstracts contains research
objectives, research methods, the results and not more than 250 words.
(one blank single space, 10 pt)
Key words: containing words or phrases that are closely related to the article/ research and not more than 5
(five) words or phrases
(kosong tiga spasi tunggal, 12 pt)

Pendahuluan (12 pt, bold) pertama kali disebutkan lalu dibubuhkan


(satu spasi kosong, 10 pt) singkatannya dalam tanda kurung. Istilah/ kata asing
Naskah ditulis dengan Times New Roman atau daerah ditulis dengan huruf italic.
ukuran 10 pt, spasi tunggal, justified. Naskah ditulis
pada kertas berukuran A4 (210 mm x 297 mm) Tabel
dengan margin atas 2.5 cm, bawah 2 cm, kiri Ditulis dengan Times New Roman 10 pt dan
halaman ganjil dan kanan halaman genap 3 cm, diletakkan berjarak satu spasi tunggal di bawah judul
kanan halaman ganjil dan kiri halaman genap 2 cm. tabel. Judul tabel ditulis dengan huruf ukuran 9 pt
Panjang naskah hendaknya tidak melebihi 15 bold dan ditempatkan di atas tabel. Jarak tabel
halaman termasuk gambar dan tabel. Judul naskah dengan paragraph adalah satu spasi tunggal.
singkat dan informatif serta tidak melebihi 20 kata.
Naskah ditulis dalam dua kolom dengan spasi
antar kolom 1 cm. Nomor halaman ditulis dengan Gambar
Times New Roman 10 pt di bagian bawah halaman Diletakkan simetris dalam kolom halaman,
dari sisi yang memiliki margin 2 cm (outer) berjarak satu spasi tunggal dari paragraf. Keterangan
Penulisan heading dan subheading diawali gambar diletakkan di bawah gambar dan berjarak
huruf besar dan diberi nomor dengan angka Arab. satu spasi tunggal dari gambar. Penulisan keterangan
Sistematika penulisan sekurang-kurangnya gambar menggunakan huruf berukuran 9 pt, bold.
mencakup Pendahuluan, Metode Penelitian, Gambar yang telah dipublikasikan oleh penulis lain
Analisis dan Interpretasi Data, Kesimpulan dan/ harus mendapat ijin tertulis dari penulis dan
atau Diskusi, serta Daftar Acuan. Ucapan Terima penerbitnya.
Kasih/ Penghargaan (jika ada) diletakkan setelah Kutipan
Kesimpulan dan sebelum Daftar Acuan. Jarak Kutipan dalam naskah menggunakan sistem
antara subjudul diberi satu spasi kosong 12 pt. kutipan langsung. Penggunaan catatan kaki sedapat
Singkatan/ Istilah/ Notasi/ Simbol mungkin dihindari. Ada beberapa cara penulisan
Penggunaan singkatan diperbolehkan, kutipan. Kutipan langsung dari halaman tertentu
tetapi harus dituliskan secara lengkap pada saat ditulis sebagai berikut (Grimes, 2001:157). Jika

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 1, Mei 2017 | 47


yang diacu adalah pokok pikiran dari beberapa Santoso, G. A. (1993). Faktor-faktor sosial-
halaman, cara penulisannya adalah sebagai berikut psikologis yang berpengaruh terhadap tindakan
(Grimes, 2001:98-157), atau jika yang diacu adalah orang-tua untuk melanjutkan pendidikan anak ke
pokok pikiran dari keseluruhan naskah, cara sekolah lanjutan tingkat pertama (Studi lapangan di
penulisannya sebagai berikut (Grimes, 2001). pedesaan Jawa Barat dengan analisis model
persamaan struktural). Disertasi Doktor Program
Daftar Acuan Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
(kosong satu spasi tunggal, 10 pt)
Contoh penulisan daftar acuan adalah sebagai Acuan dari laporan penelitian:
berikut: Villegas, M., & Tinsley, J. (2003). Does education
play a role in body image dissatisfaction?. Laporan
Acuan dari buku: Penelitian, Buena Vista University.
Creswell, J. W. (2008). Educational research: Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.
Planning, conduction, and evaluating quantitative (2006). Survei nasional penyalahgunaan dan
and qualitative research (3rd ed.) Upper Saddle peredaran gelap narkoba pada kelompok rumah
River, NJ: Pearson Education, Inc. tangga di Indonesia, 2005. Depok: Pusat Penelitian
UI dan Badan Narkotika Nasional.
Acuan bab dalam buku:
Markus, H. R., Kitayama, S., & Heiman, R. J. Acuan dari ensiklopedia atau kamus:
(1996). Culture and basic psychological principles. Sadie, S. (Ed.). (1980). The new grove dictionary of
Dalam E. T. Higgins & A. W. Kruglanski (Eds.), music and musicians (6th ed., Vols 1-20). London:
Social psychology: Handbook of basic principles. Macmillan.
New York: The Guilford Press.
Lampiran
Acuan dari dokumen online: (kosong satu spasi tunggal, 10 pt)
Van Wagner, K. (2006). Guide to APA format. Lampiran/ Appendices hanya digunakan
About Psychology. Diunduh 16 November 2006 dari jika benar-benar sangat diperlukan untuk
http://psychology.about.com/od/apastyle/guide. mendukung naskah, misalnya kuesioner, kutipan
undang-undang, transliterasi naskah, transkripsi
Acuan artikel dalam jurnal: rekaman yang dianalisis, peta, gambar, tabel/ bagian
Wassman, J. & Dasen, P. R. ( 1998). Balinese spatial hasil perhitungan analisis, atau rumus-rumus
orientation. Journal of Royal Anthropological perhitungan. Lampiran diletakkan setelah Daftar
Institute, 4, 689-731. Acuan/ Reference.

Acuan dari jurnal online: Riwayat Penulis


Jenet, B. L. (2006). A meta-analysis on online social (kosong satu spasi tunggal, 10 pt)
behavior. Journal of Internet Psychology, 4. Riwayat penulis berisi profil singkat
Diunduh 16 November 2006 dari penulis seperti tempat dan tanggal lahir, asal
http://www.Journalofinternetpsychology.com/archiv universitas, instansi, dll. Pada bagian ini dapat juga
es/volume4/3924.html. dimasukkan aktivitas penulis saat ini, karya yang
dihasilkan, atau hal-hal lain yang menggambarkan
Artikel dari Database: penulis berdasarkan prestasi yang dicapainya.
Henriques, J. B., & Davidson, R. J. (1991). Left Riwayat penulis dibuat tidak lebih dari 200 kata.
frontal hypoactivation in depression. Journal of Apabila suatu naskah ditulis oleh beberapa orang,
Abnormal Psychology, 100, 535-545. Diunduh 16 maka keterangan antar satu penulis dengan yang lain
November 2006 dari PsychINFO database. dipisahkan dengan menempatkan riwayat masing-
masing penulis dalam paragraf yang berbeda.
Acuan dari forum, diskusi, berita online:
Leptkin, J. L. (2006, November 16). Study tips for
psychology students [Msg. 11]. Pesan disampaikan Pengajuan Naskah
dalam http://groups.psychelp.com/forums/messages/ Naskah yang diajukan penulis merupakan
48382.html. karya ilmiah orisinal, belum pernah diterbitkan dan
tidak sedang diajukan untuk diterbitkan di tempat
Acuan dari makalah: lain. Untuk kemudahan komunikasi, penulis diminta
Santamaria, J. O. (September 1991). How the 21st memberikan alamat surat menyurat dan e-mail,
century will impact on human resource development nomor telepon dan fax yang bisa dihubungi.
(HRD) professionals and practitioners in Penulis mengirimkan satu eksemplar
organizations. Makalah dipresentasikan pada naskah dan versi softcopy dalam CD-R/ CD-RW ke
International Conference on Education, Bandung, kantor editor atau melalui surat elektronik kepada:
Indonesia. jpendidikandd@yahoo.com dengan ukuran file tidak
Acuan dari tugas akhir, skripsi, tesis dan disertasi: lebih dari 2 MB. Nama file, judul dan nama-nama
penulis naskah dituliskan pada label CD-R/ CD-RW.

48 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 1, Mei 2017


CD-R/ CD-RW harus selalu disertai versi cetak dari Penulis diminta memeriksa dengan
naskah dan keduanya harus memuat isi yang sama. seksama susunan kata dan penyuntingan serta
Naskah dipersiapkan dengan menggunakan kelengkapan dan kebenaran teks, tabel, dan gambar
pengolah kata Microsoft Word for Windows 6.0 atau dari naskah yang telah direvisi. Naskah dengan
versi yang lebih baru. Naskah ditulis sesuai dengan kesalahan pengetikan yang cukup banyak akan
petunjuk penulisan Jurnal Pendidikan Dompet dikembalikan kepada penulis untuk diketik ulang.
Dhuafa. Panjang maksimum naskah adalah 15 Naskah yang sudah dinyatakan diterima akan
halaman kertas A4. Untuk keseragaman, Dewan diminta untuk diperbaiki formatnya jika penulisan
Editor berhak mengadakan penyesuaian format. tidak sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan.
Semua naskah yang diajukan ke Jurnal Penulis yang naskahnya ditolak berhak
Pendidikan Dompet Dhuafa akan melalui penilaian meminta kepada editor untuk mencari satu penilai
oleh Tim Riset Pendidikan Dompet Dhuafa dan/ atau lain, jika penulis dapat berargumentasi bahwa
editor. Sistem penilaian bersifat anonim dan penilai tidak objektif dalam menilai naskahnya.
independen. Editor menetapkan keputusan akhir Reprint sebanyak 2 (dua) eksemplar akan
naskah yang diterima untuk diterbitkan. diberikan secara cuma-cuma kepada penulis.
Penulis akan menerima pemberitahuan dari Pemesanan tambahan reprint akan dikenai tambahan
editor jika (1) naskahnya diterima untuk diterbitkan, biaya kepada penulis. Formulir pemesanan reprint
(2) diminta melakukan perbaikan (jika ada) dan yang berisi penawaran harga akan dikirimkan pada
segera mengembalikan revisi naskah., atau (3) penulis bersamaan dengan pemberitahuan
naskahnya ditolak. Perubahan yang dilakukan pada penerimaan revisi naskah. Penulis akan diminta
revisi naskah dituliskan dalam daftar. Hanya mengirimkan formulir asli copyright yang telah
perubahan kecil yang dapat dilakukan, tidak ditandatangani kepada editor setelah naskahnya
diperkenankan melakukan perubahan besar pada diterima untuk diterbitkan.
revisi naskah.

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 1, Mei 2017 | 49


INFORMASI JURNAL PENDIDIKAN DOMPET DHUAFA

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa hingga saat ini telah terbit sebanyak 13 edisi yang terbagi ke dalam 7 volume,
yaitu:
1. Volume 1 nomor 1 edisi November 2011 Untuk pendaftaran naskah
2. Volume 2 nomor 1 edisi Mei 2012 silahkan hubungi:
3. Volume 2 nomor 2 edisi November 2012
HP:
4. Volume 3 nomor 1 edisi Mei 2013 0856 1 335 445/
5. Volume 3 nomor 2 edisi November 2013 085695989185
6. Volume 4 nomor 1 edisi Mei 2014 Email:
7. Volume 4 nomor 2 edisi November 2014 litbang.ypdd@gmail.com
8. Volume 5 nomor 1 edisi Mei 2015
9. Volume 5 nomor 2 edisi November 2015
10. Volume 6 nomor 1 edisi Mei 2016
11. Volume 6 nomor 2 edisi November 2016
12. Volume 7 nomor 1 edisi Mei 2017
13. Volume 7 nomor 2 edisi November 2017

Review Edisi Sebelumnya:

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa Volume 07 nomor 01, Edisi Mei 2017,
Daftar isi:
 Penerapan Metode Latihan Berstruktur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Persamaan Linear Satu Variabel (Sulasih)
 Hubungan Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran IPS dengan Keaktifan Siswa
(Jossapat Hendra P, Rima Utami)
 Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak Usia Dini (Yuni Aryanti)
 The Correlation between Vocabulary Mastery and Grammar: a Case Study toward The First
Year Students of English Department of STKIP YDB L.A (Yosa Novia Dewi &
Zefriyenni)
 Improving Pupils’ Vocabulary Mastery by Using Real Objects at Grade II of Elementary
School 19 Olo - North Pariaman (Rasmita)
 Pengaruh Teknik Probing Prompting terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Teknik Informatika
Universitas Putra Indonesia ‘YPTK’ Padang (Syelfia Dewimarni & Deby Erdriani)
 Membangun Kepemimpinan Sekolah Level 5 (Agung Pardini)

*Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada web: http://www.makmalpendidikan.net


Untuk pemesanan silahkan buka link:

http://bit.ly/pemesananjurnal kemudian WA atau SMS ke 08561335445 / 085695989185

Untuk memberikan feedback/tanggapan terhadap Jurnal Pendidikan DD silahkan isi di:

http://bit.ly/feedbackjurnalPDD

50 | Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 7, No. 1, Mei 2017

View publication stats

You might also like