You are on page 1of 94

KURATIF DAN REHABILITATIF 2

MODUL SKILLS LAB

Penanggung jawab Blok:

drg. Lisa Oktaviana Mayasari

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Blok kuratif dan rehabilitatif 2 merupakan blok ke 16 yang berada di tahun ketiga
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Semarang. Blok ini diarahkan untuk
memenuhi Standar Kompetensi Dokter Gigi pada area pemahaman pembelajaran dengan
metode student center dan juga pemenuhan kompetensi pada
Domain II: Penguasaan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi
Domain IV: Pemulihan fungsi sistem stomatognatik

Pada blok kuratif dan rehabilitatif 2 terdapat 3 departemen yang terlibat, yaitu
radiologi, ortodonsia, dan prostodonsia. Blok ini mempunyai tujuan akhir mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami mengenai radiologi pada perawatan ortodonsi, perawatan
ortodonsia, dan perawatan prostodonsia. Untuk mencapai tujuan tersebut, akan dilakukan
pembelajaran dalam temu pakar, tutorial, dan skills lab. Pada blok kuratif dan rehabilitatif 2,
mahasiswa akan berlatih mengisi rekam medis ortodonsi sebagai bahan membuat laporan
ortodonsi, termasuk menganalisis model studi dan radiologi sefalometri pada perawatan
ortodonsi, berlatih membuat pesawat ortodonsi lepasan dan mengaktivasinya, serta membuat
gigi tiruan cekat..

Atas terlaksananya kegiatan Skill Lab blok kuratif dan rehabilitatif 2 ini, kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga dengan
terlaksananya kegiatan ini, akan menjadikan sarana yang bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait.

Semarang, Februari 2020

Tim penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………
Gambaran Blok……………………………………………………………………………….
Topik Tree…………………………………………………………………………………….
Area Kompetensi………………………………………………………………………………..
Blue Print Assesment………………………………………………………………………….
Topik Pembekalan dan Skills Lab……………………………………………………………..
Petunjuk Skills Lab……………………………………………………………………………
Skills Lab Gigi Tiruan Cekat……………………………………………………….
Skills Lab Pengisian Rekam Medis Ortodonsia…………………………………………..
Skills Lab Pembuatan Plat Aktif………………………………………………………….
Skills Lab Pembuatan Plat Ekspansi…………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

TAHUN AKADEMIK : 2019/2020


FAKULTAS : Kedokteran Gigi Unimus
BLOK : 16
SEMESTER / SKS : 6/6
PENANGGUNGJAWAB BLOK : drg. Lisa Oktaviana M.
ADMINISTRASI :

GAMBARAN BLOK

Blok kuratif dan rehabilitatif 2 merupakan blok ke 16 yang berada di tahun keempat
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Semarang. Blok ini diarahkan untuk
memenuhi Standar Kompetensi Dokter Gigi pada area pemahaman pembelajaran dengan
metode student center dan juga pemenuhan kompetensi pada
Domain II: Penguasaan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi
Domain IV: Pemulihan fungsi sistem stomatognatik

Pada blok kuratif dan rehabilitatif 2 terdapat 3 departemen yang terlibat, yaitu
radiologi, biomaterial, ortodonsia, dan prostodonsia. Blok ini mempunyai tujuan akhir
mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai radiologi pada perawatan
ortodonsi, perawatan ortodonsia, dan perawatan prostodonsia. Untuk mencapai tujuan
tersebut, akan dilakukan pembelajaran dalam temu pakar, tutorial, dan skills lab. Pada blok
kuratif dan rehabilitatif 2, mahasiswa akan berlatih mengisi rekam medis ortodonsi sebagai
bahan membuat laporan ortodonsi, termasuk menganalisis model studi dan radiologi
sefalometri pada perawatan ortodonsi, berlatih membuat pesawat ortodonsi lepasan dan
mengaktivasinya, serta membuat gigi tiruan cekat..

Atas terlaksananya kegiatan blok kuratif dan rehabilitatif 2 ini, kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga dengan terlaksananya
kegiatan ini, akan menjadikan sarana yang bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Semarang, Februari 2020

Penyusun
BAB II
AREA KOMPETENSI
BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF 2

Area kompetensi dari Standar Kompetensi Dokter Gigi 2015 yang akan dicapai pada blok ini
sebagai berikut :
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran Dan Kedokteran Gigi
Mampu menggunakan prinsip-prinsip ilmu kedokteran gigi dasar dan ilmu
kedokteran gigi terapan untuk menunjang ketrampilan dan penelitian di bidang
kedokteran gigi
Domain IV: Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, dan teoritis dalam pengembangan
keilmuan dan ketrampilan melalui pendidikan dan pendidikan berkelanjutan
sehingga mahir
BAB III
TOPIK SKILL LAB
No Topik Departemen Jumlah Metode Jumlah
tatap muka assesment sks
1 Gigi Tiruan Jembatan Prosthodonsi 1530 menit OSCE 0.63
2 Pengisian Rekam Medis 340 menit OSCE 0.14
Ortodonsia Orthodonsi
3 Pembuatan Plat Aktif 780 menit OSCE 0.28
4 Pembuatan Plat Ekspansi 610 menit OSCE 0.21
BAB IV
KONTRAK PEMBELAJARAN

A. HAK DAN KEWAJIBAN MAHASISWA


1. Mahasiswa menjalankan setiap kewajiban seperti yang tertuang dalam
PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG.
2. Mahasiswa memiliki hak untuk mendapatkan setiap haknya setiap mahasiswa
harus merujuk kepada prosedur yang tertuang dalam PERATURAN AKADEMIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG.

B. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama kuliah diisi dengan kontrak pembelajaran lengkap dengan
penjelasan komponen penugasan dan evaluasi pembelajaran. Pertemuan selanjutnya
diisi dengan tatap muka, tutorial, praktikum, dan praktik lapangan sesuai jadwal.

C. MONITORING DAN EVALUASI


1. PRE-ASSESMENT
Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan PBL dengan prosentase
kehadiran 75%, ketidakhadiran diperbolehkan dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan yaitu:
1. Sakit (harus ada surat sakit dari dokter dan fotokopi resep obat)
2. Delegasi (harus ada surat tugas dari Rektor, Dekan atau Wakil Dekan)
3. Keluarga inti meninggal dunia (ijin dari keluarga)
4. Yang bersangkutan menikah
Untuk ketidakhadiran yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, maka nilai
tutorial akan dikosongkan.

2. MONEV PROSES
Monev proses dilakukan beberapa tahap sesuai dengan proses pembelajaran yang
dilakukan. Beberapa monev yang diselenggarakan antara lain : Monev Blok,
Monev Tutor, Monev Trainer, dan Monev Narasumber, Monev ujian MCQ dan
OSCE.

3. ASSESMENT HASIL BELAJAR


Penilaian hasil belajar digunakan penilaian formatif dan sumatif. Penilaian
formatif adalah penilaian harian selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan checklist kegiatan, laporan, mini kuis, penulisan essay, dll.
Sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian pada akhir setiap blok berlangsung
dengan menggunakan ujian tertulis (MCQ) dan ujian praktek (OSCE).

D. KRITERIA KELULUSAN
Mahasiswa dinyatakan lulus blok apabila nilai akhir mengacu pada standar PAP yang
berlaku di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANGdengan nilai afektif
minimal BAIK. Batasan nilai akhir mengacu pada standar Pokok Acuan Penilaian
(PAP) sebagai berikut :
No. Huruf Bobot Patokan Penilaian
1. A 4.00 Mempunyai tingkat penguasaan 75,0 – 100
%
2. B 3.00 Mempunyai tingkat penguasaan 65,0 – 74,9
%
3. C 2.00 Mempunyai tingkat penguasaan 55,0 – 64,9
%
4. D 1.00 Mempunyai tingkat penguasaan 45,0 – 54,9
%
5. E 1.00 Mempunyai tingkat penguasaan 0 – 44,9 %

Jenis pelanggaran yang dapat mengurangi nilai afektif apabila melakukan hal-
hal sebagai berikut :
No. Jenis Pelanggaran dan sanksi
1. Mahasiswa yang dengan sengaja memalsu formal dan atau material, dokumen-
dokumen sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini, dengan
mempertimbangkan berat ringannya kesalahan dari yang bersangkutan, dapat
dijatuhi sanksi akademik berupa teguran, skorsing atau pemutusan hak
studi/dikeluarkan dari Universitas.
2. Sanksi sebagaimana tersebut dalam ayat (1) Pasal ini dapat juga dijatuhkan
kepada mahasiswa yang berperilaku tidak sesuai dengan keanggotaannya dalam
masyarakat akademik ataupun karena kelalaian atau dengan sengaja telah
merugikan atau mencemarkan/ menjatuhkan nama baik Universitas.

Jenis pelanggaran lainnya yang belum termuat dalam daftar akan dibicarakan
dalam rapat tim blok dan ditetapkan kemudian.

E. PELANGGARAN AKADEMIK DAN DISIPLIN


a. Ketidakhadiran
✓ Memenuhi kehadiran> 75% pembekalan oleh pakar, memenuhi kehadiran >
75% diskusi tutorial, memenuhi kehadiran 100% praktikum /praktik belajar
lapangan/ skill lab
✓ Alasan yang diijinkan yaitu:
1. Sakit (dengan bukti surat dokter ber-SIP)
2. Yang bersangkutan menikah, dengan menunjukkan foto kopi surat nikah
3. Keluarga inti meninggal (ayah, ibu, suami/istri, saudara kandung, anak)
4. Melaksanakan kegiatan fakultas/universitas, yang ditunjukkan dengan surat
tugas dekanat .
✓ Pengurusan ijin paling lambat 2 hari setelah waktu ketidakhadiran mahasiswa
dengan pemberitahuan ke bagian akademi melalui surat atau telepon yang
diikuti dengan surat.
b. Keterlambatan
Mahasiswa wajib datang tepat waktu
a. Keterlambatan ≤ 15 menit mencari 2 artikel yang relevan dengan skenario
yang berbeda dengan artikel laporan kelompok dan nilai being in time 60
b. ≥ 15 menit tidak boleh mengikuti tutorial.
c. Pemalsuan dan plagiat
1) Pemalsuan adalah suatu tindakan yang dengan sengaja atau tidak mengubah /
memalsukan tugas-tugas, keterangan atau tanda tangan orang lain dalam
proses pembelajaran. Pelanggaran dalam hal ini akan mendapat sanksi baik
bagi yang titip maupun pelakunya.
2) Plagiat adalah tindakan yang dengan sengaja tanpa prosedur yang benar
menggunakan karya orang lain, baik sebagian atau keseluruhan dalam proses
pembelajaran. Mahasiswa yang dengan sengaja memalsu formal dan atau
material, dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini,
dengan mempertimbangkan berat ringannya kesalahan dari yang
bersangkutan, dapat dijatuhi sanksi akademik berupa teguran, skorsing atau
pemutusan hak studi/dikeluarkan dari Universitas.
3) Sanksi lain bagi pelanggaran akademik lainnya yang tercantum dalam
PERATURAN AKADEMIKFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG akan ditentukan secara
proporsional melalui rapat pengelola blok dan bagian pendidikan sesuai
prosedur yang berlaku.
d. Ranah Afektif
Sikap / attitude / afektif mahasiswa akan dinilai dalam setiap proses pembelajaran
dan akan diberikan peringatan bagi yang memerlukan. Ranah – ranah afektif
meliputi cara berpakaian, sopan santun dan tata krama, sikap menghargai orang
lain, etika dan cara berkomunikasi terhadap sesame teman, dosen, tutor, staf dan
masyarakat.
BAB V
METODE PEMBELAJARAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DAN KOMPONEN PENUGASAN

A. LECTURE / KULIAH INTERAKTIF


Kuliah interaktif merupakan metode pembelajaran dengan kegiatan ceramah / tatap
muka yang dibawakan oleh narasumber, terjadwal, dan mengacu pada prinsip SCL.
Mahasiswa wajib mempersiapkan diri sebelum mengikuti kuliah.

B. BELAJAR MANDIRI
Belajar mandiri merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk mempelajari secara mandiri suatu topic tertentu
yang telah ditentukan, dengan mengacu pada berbagai jenis sumber belajar maupun
self experiencing. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelompok maupun
individual, dilaporkan dalam bentuk laporan tertulis serta presentasi. Belajar mandiri
dalam blok adalah mengeksplorasi dan mengevaluasi suatu media promosi kesehatan,
mencari kasus tentang agen-agen yang ada pada lingkungan dan jurnal ilmiah.

C. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


PBL merupakan metode belajar diskusi terstruktur yang dilaksanakan dalam
kelompok kecil (10 mahasiswa) dan didampingi 1 tutor sebagai fasilitator. Tutorial
PBL dilaksanakan dengan metode seven jumps (tujuh langkah) dalam memecahkan
masalah.

D. PRAKTIKUM
Praktikum merupakan metode pembelajaran yang mengkolaborasikan kemampuan
psikomotor, pengetahuan (kognitif), dan afektif (sikap) dengan menggunakan sarana
laboratorium. Mahasiswa Blok melakukan praktikum parasitologi dan mikrobiologi.
Tujuan utama praktikum dalam blok adalah mahasiswa diharapkan akan mampu
mengidentifikasi berbagai parasit dan mikroba yang berada di lingkungan, terutama di
tanah dan air.Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Laboratorium
Mikrobiologi.

E. FIELD LAB
Untuk melatih keterampilan mahasiswa, dalam blok ini mahasiswa melakukan field
lab yang memiliki tujuan utama mengidentifikasi sumber-sumber agen lingkungan
dan kesehatan, serta alur transmisi agen. Pada saat pelaksanaan field lab setiap
mahasiswa wajib melaporkan setiap kegiatannya dalam sebuah laporan.

F. SKILL LAB
Keterampilan klinik / Skill Lab adalah kegiatan pembelajaran terstruktur dan mandiri
dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi terhadap probandus yang telah disiapkan.
BUKU PANDUAN SKILL LAB
BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF 2

Penanggung Jawab Blok


drg. Lisa Oktaviana Mayasari

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
PETUNJUK SKILL LAB
BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF 2

Gigi Tiruan Jembatan


Pengisian Rekam Medis Ortodonsia
Pembuatan Plat Aktif
Pembuatan Plat Ekspansi

Penanggung jawab blok:


drg. Lisa Oktaviana Mayasari
TATA TERTIB PENYELENGGARAAN SKILL LAB

DI LABORATORIUM KETRAMPILAN (SKILLS LAB) UNTUK MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

1. KETENTUAN UMUM

1) Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan skill lab (100%) dan hadir tepat waktu.
Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak di ijinkan mengikuti kegiatan
skills lab pada hari itu.
Mahasiwa yang hadir terlambat sebelum 15 menit tidak mendapatkan waktu tambahan.
2) Aturan berpakaian :
- Mengenakan jas laboratorium sebelum masuk ruangan dengan rapi (di kancing)
- Bagi pria wajib memakai celana panjang kain, kemeja kain tetapi bukan berbahan
jeans dan tidak ketat.
- Bagi wanita wajib memakai rok tanpa belahan dan tidak ketat serta tidak transparan
dan tidak berbahan jeans.
- Tidak diperbolehkan memakai sandal atau sepatu sandal.
- Tidak diperbolehkan berdandan berlebihan (tidak memakai perhiasan / aksesoris
berlebihan), berkuku panjang/cat kuku.
- Rambut pendek dan rapi
- Wajib menggunakan sepatu fantofel dan bukan sepatu dengan hak terlalu tinggi.
3) Tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman ke dalam ruang skill lab.
4) Berlaku tertib, tidak bersendau-gurau dan tidak membuat keributan yang akan
mengganggu kelompok lain serta dilarang mengaktifkan alat komunikasi dan barang
elektronik lainnya.
5) Sebelum dimulai kegiatan skill lab, mahasiswa wajib membuat BUKU RENCANA
KEGIATAN yang akan ditandatangani oleh instruktur, jika mahasiswa tidak membuat
BUKU RENCANA KEGIATAN maka tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan skills lab.
6) Sebelum kegiatan skills lab, trainer akan memberikan PRETEST/ WORK PLAN.
Pretest/work plan dapat diberikan secara lisan/tertulis.
7) Trainer berhak meminta mahasiswa untuk belajar dengan waktu tertentu dan atau
mengeluarkan mahasiswa yang dianggap tidak siap (akan diikutkan sesi inhal).
Mahasiswa yang belajar di ruang skill lab tidak mendapatkan waktu tambahan untuk
kegiatan ketrampilan
8) Mahasiswa wajib meminta persetujuan trainer untuk setiap tahap ketrampilan yang
dilakukan.
9) Dalam menjalankan latihan keterampilan di skill lab, setiap mahasiswa wajib berlatih
memeriksa dan diperiksa (menjadi probandus bagi teman sekelompok, pada kegiatan
skill lab yang membutuhkan probandus).
10) Untuk efisiensi waktu latihan, mahasiswa diharuskan membawa sendiri peralatan yang
sesuai dengan topik keterampilan
11) Trainer berhak menghentikan proses latihan yang sedang berlangsung dan atau
mengeluarkan mahasiswa yang dianggap belum siap atau tidak mematuhi tata tertib skill
lab.
12) Mahasiswa diwajibkan untuk aktif melihat pengumuman atau agenda kegiatan skill lab di
papan pengumuman skill lab
13) Mahasiswa tidak diperbolehkan menggunakan peralatan di ruang skill lab sebelum
kegiatan skill lab berlangsung.
14) Mahasiwa wajib menjaga kerapian dan kebersihan ruang skill lab selama dan setelah skill
lab berlangsung.
15) Setiap pengumuman akan ditempel oleh pengelola di papan pengumuman skill lab. Setiap
mahasiswa wajib aktif melihat sendiri pengumuman yang ditempel di papan
pengumuman skill lab. Tidak ada toleransi terhadap ketidaktahuan akan informasi yang
sudah ditempel di papan pengumuman.
16) Unit skill lab tidak mentolerir ketidakjujuran, kecurangan dan pelanggaran tata
tertib selama kegiatan pembelajaran.
17) Pelanggaran terhadap peraturan skill lab akan dikenai sanksi berupa teguran lisan,
referat (artikel), denda, pengurangan nilai atau pembatalan nilai dan dinyatakan
tidak lulus.

2. KETENTUAN IJIN
1) Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan skill lab sesuai jadwal (100%).
2) Ijin untuk tidak mengikuti kegiatan skill lab hanya diberikan apabila :
- Mahasiswa yang bersangkutan sakit dan dibuktikan dengan surat ijin yang ditujukan
kepada Kaprodi dengan dilampiri Surat Keterangan Dokter dan Copy Resep.
- Anggota keluarga inti (orang tua dan saudara kandung) meninggal dibuktikan secara
tertulis dengan surat ijin yang ditandatangani orang tua/wali.
- Mahasiswa yang besangkutan menikah dibuktikan dengan surat ijin yang ditujukan
kepada Kaprodi dan ditandatangani oleh orang tua/ wali dengan dilampiri undangan.
- Ibadah umroh dibuktikan dengan surat ijin yang ditandatangani orang tua/ wali
- Menjadi utusan/wakil Fakultas atau universitas dalam suatu kegiatan
kemahasiswaan resmi dibuktikan dengan surat tugas dan surat ijin yang
ditandatangani oleh Pimpinan Dekanat.
3) Bila berada di luar kota dan belum bisa menyerahkan surat ijin, harus segera
menghubungi Koordinator skill lab, maksimal 1 hari sebelum kegiatan skill lab, dan surat
ijin dapat diserahkan kemudian.
4) Bila tidak mengikuti satu kegiatan tanpa keterangan yang jelas, maka mahasiswa
tersebut dinyatakan MANGKIR/ INDISIPLINER dan tidak diperkenankan mengikuti
skill lab untuk topik tersebut sehingga dinyatakan TIDAK LULUS.
5) Mahasiswa diijinkan tidak mengikuti kegiatan skill lab maksimal sebesar 25% dari total
pertemuan skill lab tiap blok, dan diwajibkan untuk mengejar ketertinggalan dan atau
mengganti dengan inhal.

3. KETENTUAN INHAL
1) Inhal skill lab merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengganti kegiatan pembelajaran
yang telah lewat dan diperuntukkan bagi mahasiswa yang memenuhi syarat inhal.
2) Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan skill lab dikarenakan mengajukan ijin
sesuai dengan tata tertib skill lab, maka wajib mengikuti inhal dengan ketentuan
menghadap koordinator skill lab untuk mengurus keperluan inhal.
3) Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan skill lab dikarenakan tidak mematuhi tata tertib
skill lab tidak dapat mengikuti inhal, namun dapat mengikuti skill lab tambahan.
4) Mahasiswa yang seharusnya inhal tetapi tidak mengikuti inhal maka tidak
diperbolehkan mengikuti ujian osce blok yang berlangsung dan dinyatakan gugur
blok.
5) Inhal skill lab dapat diikuti oleh mahasiswa yang memenuhi ketentuan ijin skill lab.
6) Inhal skill lab hanya dapat menggantikan kegiatan skill lab sebesar 25% dari total
pertemuan skill lab tiap blok.
7) Inhal tidak perlu dilakukan jika mahasiswa dapat mengejar ketertinggalan kegiatan
ketrampilan dalam waktu skill lab yang terjadwal.

4. KETENTUAN SKILL LAB TAMBAHAN


1) Skill lab tambahan merupakan kegiatan pembelajaran berbayar untuk mengganti kegiatan
pembelajaran yang telah lewat.
2) Skill lab tambahan dapat diikuti oleh mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan skill lab
dikarenakan melanggar tata tertib skill lab atau mengajukan ijin yang tidak sesuai dengan
tata tertib skill lab.
3) Untuk mengikuti skill lab tambahan, mahasiswa dikenai sejumlah biaya yang harus
diselesaikan sebelum kegiatan skill lab tambahan berlangsung
4) Nilai maksimal skill lab tambahan adalah 65.

5. KETENTUAN PENGGUNAAN ALAT & RUANG


1) Setiap mahasiswa wajib menjaga kebersihan dan kerapian ruangan skill lab. Seusai
kegiatan, kondisi ruangan dikembalikan seperti semula, tidak boleh ada sampah
tertinggal dalam ruang latihan.
2) Sebelum kegiatan, ketua kelompok mengambil peralatan dengan menandatangani form
peminjaman alat. Seusai kegiatan, mahasiswa harus mengembalikan alat yang
dipergunakan untuk latihan dalam keadaan bersih, baik, lengkap dan dikembalikan
dalam tempatnya.
3) Mahasiswa tidak diperkenankan membuka lemari atau menggunakan alat selain yang
dipergunakan untuk latihan keterampilan saat itu.
4) Di ruangan skill lab banyak terdapat peralatan medis dan manekin berbasis elektronik
dengan harga yang cukup mahal, dengan aturan penggunaan tertentu. Gunakan alat/
manekin yang disediakan sesuai dengan cara kerjanya.
5) Bila tidak memahami cara kerjanya, mahasiswa diperbolehkan meminta bantuan kepada
Laboran
6) Setiap mahasiswa wajib menjaga keutuhan dan fungsi alat dengan menggunakan alat
sesuai standar pemakaian. Mahasiswa/ kelompok mahasiswa, yang akibat kelalaiannya
menyebabkan kerusakan/ kehilangan alat, diwajibkan untuk mengganti. Aturan
penggantian alat akan ditetapkan kemudian.
7) Alat-alat dan media pembelajaran seperti VCD atau kaset hanya diperkenankan untuk
digunakan di tempat (skill lab) dan tidak boleh dibawa keluar atau digandakan.
8) Kelompok mahasiswa yang ingin berlatih secara mandiri di luar jadwal yang sudah
ditetapkan, dapat menghubungi bagian skill lab untuk menentukan hari latihan (dengan
catatan : latihan mandiri dilakukan di hari & jam kerja maksimal H-4, ruang & alat tidak
dipergunakan untuk ujian/ latihan yang sudah terjadwal). Alat yg dapat dipinjam terlampir.

6. KETENTUAN PENILAIAN
1) Nilai skill lab akan diperhitungkan secara menyeluruh dari nilai harian, nilai ujian
(OSCE) serta nilai attitude/ sikap selama latihan (mencakup : kedisiplinan, cara
berpakaian, konsentrasi/ perhatian pada latihan, sikap terhadap dosen, staf skill lab, pasien
simulasi, sesama teman maupun terhadap fasilitas skill lab).
2) Nilai batas lulus per topik : 65
3) Nilai dalam KHS :
- > 75 :A
- 65 – 74,9 :B
- 55-64,9 :C
- < 55 : Tidak kompeten (tidak lulus)
4) Penentuan perlu tidaknya mahasiswa menjalani ujian ulang ditentukan setelah
penghitungan nilai akhir.
5) Ujian ulang (remediasi) :
- Remediasi hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang belum lulus pada ujian OSCE.
- Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian OSCE tidak diperbolehkan mengikuti ujian
REMEDIASI.
- Mahasiswa yang akan mengikuti remediasi diwajibkan mendaftar ke unit skill lab
maksimal 3 hari setelah jadwal remediasi di tetapkan.
- Nilai remediasi maksimal adalah 65 (B).
6) Mahasiswa yang gagal pada ujian ulang dinyatakan tidak lulus, dan dipersilakan
mengambil kembali topik tersebut tahun depan (mengambil program Remidiasi).

Semarang, 1 September 2016


Mengetahui,
Wakil Dekan I

drg. Bawa Adiwinarno, M. Med. Ed


TATA TERTIB PENYELENGGARAAN OSCE UNTUK MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

I. PERATURAN DASAR BAGI MAHASISWA


➢ Mahasiswa WAJIB menyelesaikan segala bentuk keperluan administrasi. Jika terdapat
mahasiswa yang tidak taat administrasi tidak diperkenankan mengikuti ujian OSCE
➢ Selama osce berlangsung mahasiswa WAJIB menggunakan :
Bagi mahasiswa Pria
- Jas lab rapi dan bersih (jas lab di kancing)
- Rambut pendek dan rapi
- Kuku pendek
- Pakaian kemeja dan celana tidak boleh menggunakan jeans
- Menggunakan kaos kaki dan sepatu pantofel (bukan sepatu sneakers atau ket)
Bagi mahasiswa Wanita
- Jas lab rapi dan bersih (jas lab di kancing)
- Menggunakan jilbab yang sopan dan rapi
- Kuku pendek
- Pakaian kemeja/gamis tidak ketat dan menggunakan rok tanpa belahan tinggi serta
tidak transparan
- Menggunakan kaos kaki dan sepatu bukan sneakers/ket/sepatu sandal
Jika terdapat mahasiswa yang melanggar aturan tersebut, sangsi akan dikenakan
langsung kepada mahasiswa berupa pemotongan kuku atau rambut dan pemulangan
kepada mahasiswa yang tidak mentaati aturan dasar diatas
➢ Mahasiswa WAJIB datang sesuai waktu yang ditetapkan untuk mengikuti briefing
persiapan OSCE. Jika terdapat mahasiswa yang terlambat mengikuti briefing, tidak ada
pengulangan tentang materi briefing dari panitia penyelenggara OSCE
➢ Tidak ada toleransi keterlambatan bagi mahasiswa yang mengikuti ujian OSCE. Ujian
OSCE dilaksanakan sesuai waktu yang ditetapkan.
➢ Sebelum kegiatan OSCE dimulai, akan dilakukan checking kepada mahasiswa. Segala
bentuk kunci, uang, dompet, sisir, saputangan dan sejenisnya WAJIB dikumpulkan dan
akan diletakkan pada ruang isolasi panitia. Mahasiswa hanya diperkenankan untuk
membawa alat tulis dan alat yang di minta untuk menyediakan
➢ Mahasiswa tidak diperkenankan membawa segala bentuk catatan kecil, alat elektronik
dan sejenisnya selama kegiatan OSCE berlangsung. Jika terdapat mahasiswa membawa
catatan kecil ataupun alat elektronik dan sejenisnya, mahasiswa tersebut dianggap
TIDAK LULUS dalam pelaksanaan OSCE blok tersebut

➢ Alokasi waktu tiap station 10 menit, 1 menit untuk membaca soal di dalam atau di luar
ruangan dan 9 menit waktu mahasiswa mengejarkan soal di dalam ruangan.
➢ Tidak diperkenankan berpindah station atau membaca soal sebelum waktunya.
➢ Waktu akan diatur secara sentral
Ketentuan bel :
Bel pendek I Mahasiswa membaca soal
Bel pendek II Mahasiswa mulai mengerjakab ujian
Bel pendek III Waktu kurang 3 menit
Bel panjang Waktu selesai

➢ Bila mahasiswa sudah selesai melaksanakan ujian sementara waktu masih tersisa,
mahasiswa tetap berada di dalam station (tidak keluar ruangan).
➢ Selama OSCE berlangsung, mahasiswa WAJIB untuk menjaga sopan santun dalam tutur
kata maupun sikap
➢ Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seijin panitia
penyelenggara OSCE
➢ Mahasiswa tidak diperkenankan menanyakan soal maupun jawaban kepada penguji. Jika
terdapat mahasiswa yang menanyakan soal maupun jawaban dengan penguji, mahasiswa
tersebut dianggap TIDAK LULUS dalam ujian OSCE blok tersebut
➢ Selama OSCE berlangsung, mahasiswa akan berada dalam ruang karantina. Mahasiswa
WAJIB untuk menjaga sopan santun dalam tutur kata dan sikap demi kelancaran
penyelenggaraan OSCE
➢ Mahasiswa WAJIB mengikuti seluruh rangkaian kegiatan OSCE sampai dengan selesai.
Jika terdapat mahasiswa yang berhalangan, wajib menghadap Kaprodi maksimal 1 hari
sebelum pelaksanaan OSCE
➢ Bagi mahasiswa yang ijin tidak mengikuti OSCE, WAJIB berkoordinasi dengan Kaprodi
dan membawa bukti ijin.
➢ Mahasiswa diperbolehkan pulang saat penyelenggaraan OSCE selesai

II. NILAI MAHASISWA


➢ Mahasiswa tidak diperkenankan menanyakan hasil nilai OSCE kepada penguji, laboran
maupun tenaga pengajar lainnya. Nilai akan dikeluarkan secara resmi oleh panitia
penyelenggara OSCE, dan hasil akan ditempel pada papan pengumuman lantai 1
➢ Segala hasil nilai mahasiswa atas penyelenggaraan OSCE menjadi tanggung jawab penuh
panitia penyelenggara OSCE

Semarang, 1 September 2016


Mengetahui,
Wakil Dekan I

drg. Bawa Adiwinarno, M. Med. Ed


Pada blok kuratif dan rehabilitatif 2, skill lab akan dilakukan sebanyak 18 kali
pertemuan dengan topik sebagai berikut
1. Preparasi gigi abutment pada gigi tiruan jembatan (3 x pertemuan)
2. Pembuatan die dan model malam pada gigi tiruan jembatan (3x pertemuan)
3. Persiapan pengecoran, finishing, polishing dan insersi (3x pertemuan)
4. Pengisian rekam medis ortodonsia (2x pertemuan)
5. Pembuatan plat aktif (4x pertemuan)
6. Pembuatan plat ekspansi (3x pertemuan)

Berikut ini adalah alat dan bahan yang akan digunakan pada skill lab blok
kuratif dan rehabilitatif 2. Adapun alat dan bahan yang disediakan oleh unit skill lab
adalah sebagai berikut
1. Rekam medis ortho
2. Modelling wax
3. Spreading caliper
4. Kawat Stainless Steel dengan diameter 0.6 dan 0.7 mm
5. Resin akrilik self cured (orthoplast)
6. Cold mould seal (CMS)
7. Pumice dan kryt
8. Sekrup ekspansi RA dan RB
9. Model gigi standar
10. Gips tipe II
11. Gips tipe III
12. Gips tipe IV
13. Inlay wax
14. Stellon pot
15. Alginat
16. Exaflex monophase
17. Exaflex putty
18. Vaseline
19. Syringe
20. Masker dan handscoon
21. Casting ring
Selain alat dan bahan di atas, untuk kelancaran kegiatan pembelajaran skill
lab, maka mahasiswa diharuskan menyediakan alat dan bahan berikut ini
1. Okludator
2. Tang ½ bulat
3. Tang pipih
4. Tang universal
5. Tang potong
6. Stellon pot
7. Crown mess
8. Wax mess
9. Spatula stainless steel
10. Rubber bowl dan spatula
11. Arkansas stone kasar dan halus
12. Frasser
13. Viltcone
14. Sendok cetak no.1 dan no.3
15. Sendok cetak sebagian
16. Lampu spiritus
17. Round end tappered bur
18. Wheel diamond bur
19. Long thin tappered bur
20. Fine finishing bur
21. Rubber box
22. Sliding caliper
23. Penggaris lurus dan segitiga
24. Glass plate
25. Spatula stainless steel
26. Single side diamond disc

Bahan-bahan disediakan oleh unit skill lab untuk 1 kali pemakaian, jika terdapat
kegagalan dalam pengerjaan, maka mahasiswa diharapkan untuk menyediakan
bahan sendiri, dan dapat dibantu oleh laboran dengan mengganti biaya bahan.
1. GIGI TIRUAN JEMBATAN (FIXED BRIDGE)

Tujuan Instruksional Umum:


Mahasiswa mampu melakukan perawatan kehilangan sebagian gigi dengan gigi
tiruan cekat

Definisi:
Gigi tiruan cekat (fixed prosthesis) adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut
yang tidak dapat dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya,
restorasi ini dilekatkan/dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi
asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut (Stephen, 1998 &
Cowell, 1979)

Bagian-Bagian/ Komponen GTJ


1. Gigi penyangga / abutment
Gigi yang merupakan pendukung GTJ. Bagian dari GTJ untuk perlekatan
retainer.
2. Retainer
Istilah retainer dan abutment sering membingungkan, oleh karena itu perlu
pengartian yang mendalam mengenai kedua istilah tersebut. Retainer adalah
bagian dari GTJ yang disemen/dilekatkan pada gigi abutment, dan ini dapat
berupa inlay, crown, pinlay, atau pinledge. Retainer ini dapat berhubungan
dengan pontik, retainer gigi sebelahnya atau keduanya.
3. Pontik (Pontic)
Bagian dari GTJ yang mengganti gigi yang hilang. Pontik ini tidak selalu
merupakan suatu reproduksi dari yang diganti. Sebagai contoh, rahang yang
telah kehilangan gigi miolar pertama sementara ruang yang tersedia telah
menyempit, maka kita bisa menempatkan/mengganti dengan gigi premolar
sebagai pontik pada ruang tersebut.
4. Unit
Setiap bagian dari GTJ yang meliputi retainer atau pontik disebut unit, jadi
GTJ yang terdiri dari satu pontik dan dua retainer disebut Three-Unit-bridge
(Gigi Tiruan Jembatan Tiga Unit)
5. Joint/connector/sambungan
Suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan hubungan antara dua unit
dari suatu GTJ. Seperti diketahui bahwa connector ini ada dua macam yaitu
rigid connector (Sambungan kaku) dan semi rigid connector (sambungan
setengah kaku), pada praktikum GTJ baik pada tahak skill lab maupun di
klinik (pada pasien), connector yang digunakan adalah jenis rigid connector
dengan cara pembuatan yang disebut one piece casting (satu kali proses
pengecoran/penuangan akan didapatkan retainer, pontik dan connector)

Alat-Alat Yang Dipergunakan Dalam Praktikum GTJ


Sebelum kita membahas langkah lanjut, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu
mengenai alat-alat yang dipergunakan dalam GTJ tersebut.
A. Alat-alat untuk model malam
1. Crownmess
2. waxmess
3. Lampu spiritus
B. Macam-macam bur preparasi
1. Cylindris Bur, yang terdiri atas:
a. Round end tapered bur
b. Long thin tapered bur
c. Fine finishing bur
d. Cylindris fissure bur
2. Wheel diamond bur, yang terdiri atas:
a. Round edge wheel bur
b. Flat edge wheel bur
C. Alat untuk mencetak dan pembuatan die
1. Sendok cetak sebagian
2. Glass slab
3. Agate spatula
4. Rubber bowl
5. spatula
Untuk semua jenis cylindris bur disarankan untuk menggunakan jenis bur
tersebut yang mempunyai permukaan panjang pada bagian yang tajam.
Keadaan ini dimaksudkan agar seluruh permukaan gigi yang dipreparasi dapat
tercakup oleh mata bur yang dipakai, sehingga akan menghasilkan permukaan
hasil preparasi yang halus. Akibat yang akan timbul apabila menggunakan bur
dengan bagian tajam pendek, maka akan terjadi permukaan hasil preparasi
yang tidak rata (bertingkat-tingkat). Jenis bur ini hanya dipergunakan untuk
membuat kavitas pada pekerjaan konservasi gigi.

Prinsip-Prinsip Preparasi Gigi Penyangga (Abutment)


Untuk dapat memahami dan mengerjakan preparasi pada gigi
penyangga/abutment dengan benar, perlu kiranya pemahaman terlebih dahulu
mengenai beberapa macam finishing line (garis akhir preparasi yang terletak di
daerah cemento enamel junction). Di dalam preparasi gigi penyangga dikenal 4
macam finishing line:
1. Shoulderless/knife edge/tanpa pundak
Bentuk ini biasanya dibuat pada gigi-gigi penyangga yang tipis atau pada GTJ
dengan retainer terbuat dari bahan yang mempunyai kekuatan tepi cukup
kuat. Biasanya pada preparasi mahkota ¾ mahkota penuh, mahkota figura
dengan retainer terbuat dari bahan logam campur.
2. Shoulder/berpundak
Bentuk ini kurang baik untuk mahkota penuh dengan bahan logam sebagai
retainernya (full cast crown), karena disini ada kesulitan dalam mewujudkan
pertemuan yang akurat antara tepi retainer dengan tepi pundak gigi
penyangga. Untuk preparasi ini dibuat pada gigi penyangga dengan retainer
tanpa kekuatan tepi sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai
ketebalan (contoh pada resin akrilik mahkota jaket)
3. Chamfer finishing line
Bentuk ini akan menyebabkan kekuatan yang diterima oleh gigi penyangga
menjadi berkurang, sehingga mencegah terjadinya kerusakan semen sebagai
bahan perekat yang ada diantara retainer dengan gigi penyangga. Biasanya
untuk retainer jenis mahkota penuh (full veneer cast crown)
4. Partial Shoulder / berpundak sebagian
Bentuk ini mempunyai pundak pada bagian bukal atau labial, kemudian akan
menyempit pada daerah proksimal dan akhirnya hilang sama sekali pada
daerah palatinal/lingual. Maksud bentuk ini untuk memberikan ketebalan pada
bagian bukal/labial yang akan ditempati oleh resin akrilik/porcelain sebagai
facing. Kasus yang sering terjadi yaitu pada gigi premolar 1 dan 2 atas/bawah
dengan retainer full metal crown with porcelain/acrylic resin veneer.

Preparasi Mahkota Penuh (Full Veneer Cast Crown)


Pada gigi molar
1. Pengurangan bagian oklusal
- Menggunakan round edge wheel bur
- Dikurangi 1 – 2 mm menurut menurut bentuk permukaan oklusal, jangan
dikurangi secara rata
- Periksa jarak dengan gigi antagonisnya
2. Pengurangan bagian proksimal
- Menggunakan long thin tapered bur
- Usahakan pemotongan ini sejajar/paralalel antar dinding proksimal
sebelah mesial dan distal, atau sedikitnya menutup ke arah oklusal
sebesar ±5°
3. Pengurangan bagian buklal dan lingual/palatinal
- Menggunakan round end tapered bur
- Letakkan bur tersebut mendatar pada permukaan gigi yang dipreparasi
- Daerah finishing line dibuat chamfer
4. Pengurangan sudut-sudut aksial
- Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan round end tapered bur
terutama pada daerah gingival margin
5. Penghalusan hasil preparasi
- Menggunakan fine finishing bur
- Hilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut –
undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus.

Preparasi Mahkota ¾ (Partial Veneer Cast Crown)


Pada gigi premolar
1. Pengurangan bagian oklusal
- Menggunakan round edge wheel bur/cylindris bur
- Mempertahankan bentuk anatomi bagian oklusal
- Periksa kontak dengan gigi antagonisnya
- Pengurangan sebanyak 1,5mm atau tonjol lingual/palatinal dan 1 mm
untuk tonjol bukal
2. Pengurangan tonjolan bagian palatinal/lingual
- Menggunakan cylindris bur
- Posisi bur seperti pada pembuatan bevel
3. Pengurangan permukaan lingual/palatinal
- Menggunakan round end tapered bur
- Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan
proksimal, janga sampai mengenai gigi tetangganya
- Finishing line terbentuk chamfer / knife edge
4. Pengurangan permukaan proksimal
- Menggunakan long thin tapered bur
- Bentuk anatomi bagian bukal jangan sampai rusak/termakan bur
- Merupakan perluasan dari pengurangan permukaan lingual/palatinal
- Finishing line berbentuk chamfer / knife edge
5. Pembuatan alur proksimal (proximal groove)
- Menggunakan cylindris fissure bur
- Alur terletak pada 1/3 area bukal
- Alur sedikit membuka ke arah oklusal, sedalam 1mm dan selebar 1,5mm
6. Pembuatan alur oklusal (occlusal groove)
- Menggunakan cylindris fissure bur
- Merupakan kelanjutan dari alur proksimal
- Mengikuti bentuk permukaan oklusal selebar dan sedalam 1mm
- Merupakan penghubung dari kedua alur proksimal
- Pada bucco-occlusal line angle dibuat slice bevel
- Haluskan semua sudut-sudut yang runcing dengan fine finishing bur

PONTIC (PONTIK)
Dalam mempelajari pontik kita mengenal adanya jenis pontik dan bentuk
pontik, pada buku ini hanya bentuk pontik yang akan dibahas secara rinci,
sementara itu jenis pontik akan dibahas garis besarnya saja.
Jenis pontic, terdiri atas:
1. Truepontic
2. Interchangeable facing
3. Sanitary pontic
4. Pin facing
5. Modified pin facing
6. Reverse pin facing
7. Harmony pin facing
8. Porcelain fused to metal facing
Bentuk pontic, terdiri atas:
1. Saddle pontic
2. Ridge lap pontic
3. Hygienic pontic
4. Conical pontic

Saddle pontic, merupakan pontik yang paling dapat menjamin estetika karena
keseluruhan bentuk pontik tersebut mengganti seluruh bentuk gigi yang hilang.
Kejelekan dari bentuk ini sering menyebabkan inflamasi jaringan lunak di bawah
pontik tersebut. Karena pontik jenis ini menutup seluruh permukaan edentulous
ridge.
Ridge lap pontic, pontik ini tidak menempel pada edentulous ridge pada
permukaan palatinal/lingual, sedang permukaan bukal atau labialnya menempel,
pada keadaaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi
makanan tetapi tidak mengabaikan factor estetika. Biasanya untuk gigi anterior.

Hygienic pontic, pontik ini sama sekali tidak menempel pada edentulous
ridge(menggantung), sehingga self cleansing sangat terjamin. Biasanya untuk
gigi posterior bawah.

Conical pontic, pontik ini hampir sama dengan hygienic pontic tetapi pada jenis
ini ada bagian yang bersinggungan dengan edentulous ridge. Sering juga disebut
bullet atau spheroid pontic.
Tahapan Skills Lab
Pertemuan 1
1. Persiapan model kerja GTJ (penanaman elemen gigi 15 & 17 atau 25
& 27 atau 35 & 37 atau 45 & 47 pada model standar)
2. Pembuatan edentulous ridge dengan menghilangkan gigi yang akan
digantikan.
3. Penanaman model pada okludator
Pertemuan 2
Pembuatan putty index

Preparasi gigi penyangga I (gigi molar kedua) dengan desain full cast
crown dan finishing line chamfer pada bagian palatal/lingual, dan
shoulder padda bagian bukal/labial
Pertemuan 3
Preparasi gigi penyangga II (gigi premolar kedua) dengan desain full
cast crown dan finishing line chamfer pada bagian palatal/lingual, dan
shoulder padda bagian bukal/labial

Pertemuan 4
1. Persiapkan sendok cetak sebagian untuk melakukan pencetakan
dengan teknik double impression.
2. Persiapkan bahan cetak silicone (polysiloxane putty), campurkan base
dan katalis dengan cara mencampur dan meremas-remas dengan jari.
3. Letakkan bahan cetak yang sudah tercampur homogen pada sendok
cetak kemudian cetakkan pada gigi penyangga yang telah dipreparasi
hingga bahan cetak setting.
4. Setelah bahan cetak setting, lepaskan sendok cetak secara hati-hati
untuk mencegah distorsi, kemudian cetakan diperiksa dengan
seksama untuk mengecek apakah semua struktur anatomi tercetak
dengan baik.
5. Hasil cetakan pada bagian abutment dikerok menggunakan
crownmess untuk memberikan tempat bagi bahan cetak polyether
(polysiloxane monophase).
6. Siapkan alat untuk mengaduk bahan cetak (glass plate dan spatula
stainless steel), ambil base dan katalis polyether (polysiloxane
monophase) secukupnya. Campurkan base dan katalis dengan spatula
stainless steel dengan gerakan memutar.
7. Masukkan bahan cetak yang sudah tercampur homogen ke dalam
cetakan pada bagian abutment dan edentulous ridge, kemudian
cetakkan kembali pada model rahang hingga bahan cetak setting.
8. Setelah bahan cetak setting, lepaskan sendok cetak secara hati-hati
dan periksa kembali apakah semua struktur anatomi tercetak dengan
baik.
9. Pengisian bahan cetak dengan gips stone tipe IV sedikit demi sedikit
hanya pada bagian abutment dan edentulous ridge untuk pembuatan
die.
10. Rapikan die dengan trimmer.

Pertemuan 5
1. Persiapkan inlay wax untuk pembuatan model malam retainer.
2. Pemberian bahan separator (parafin atau vaselin) pada model (die).
3. Aplikasikan inlay wax yang telah dipanaskan dengan waxmess pada
abutment selapis demi selapis.
4. Perhatikan kontak mesio-distal setiap mahkota gigi penyangga dengan
gigi tetangganya serta batas model malam mahkota gigi penyangga
pada bagian servikal sesuai dengan batas preparasi yang telah dibuat.
5. Selanjutnya dilakukan carving untuk membentuk mahkota gigi
penyangga dengan crownmess. Secara keseluruhan bentuk anatomis
model malam mengikuti bentuk anatomis gigi asli.
Pertemuan 6
1. Pembuatan pontik menggunakan inlay wax dengan desain hygienic
pontic.
2. Pembuatan connector untuk menyatukan pontik dan retainer
menggunakan inlay wax. Perhatikan bagian buko-lingual kontak
proksimal tidak boleh terlalu lebar atau terlalu sempit.
3. Oklusikan rahang atas dan bawah untuk melihat ada atau tidak ada
trauma oklusi.
4. Finishing model malam gigi tiruan jembatan tiga unit dengan air dan
sabun.

Pertemuan 7
1. Pembuatan sprue menggunakan inlay wax.
2. Pemasangan sprue pada model malam gigi tiruan. Posisi sprue dipilih
sedemikian rupa sehingga logam cair dapat mengalir mengisi ruang
cetakan secepat mungkin. Panjang sprue lazimnya 6-8 mm diukur dari
model malam sampai ujung kerucut crucible former.
3. Pembuatan ventilasi menggunakan base-plate wax.
4. Pembuatan crucible former menggunakan base-plate wax. Crucible
former berbentuk kerucut dengan sudut 80°-90°. Tepi crucible former
ditempatkan kira-kira 2-5 mm di bawah tepian casting ring.
5. Menyusun sprue, model malam dan ventilasi pada crucible former
kemudian ditempatkan ke dalam casting ring.

6. Bahan pemendam (investment material) dicampur dengan air di dalam


rubber bowl dengan perbandingan sesuai aturan pabrik, kemudian
diaduk perlahan-lahan untuk mengurangi kemungkinan terjebaknya
udara sehingga terjadi porusitas. Pemendaman model malam gigi
tiruan dengan teknik hand-investing. Cara pertama: investment
material yang sudah diaduk dioleskan pada model malam gigi tiruan
menggunakan kuas, kemudian casting ring diisi investment sampai
terisi penuh. Cara kedua: mengisi casting ring yang diletakkan pada
permukaan yang datar dengan investment sampai penuh, kemudian
crucible former dan model malam ditekan masuk ke dalam investment
sampai tepi crucible former rapat dengan pinggiran casting ring.
7. Setelah invenstment material setting, tahap selanjutnya adalah burning
out (buang malam) dan casting (pengecoran logam).
Pertemuan 8
1. Setelah model gigi tiruan selesai dicor, maka tahap selanjutnya adalah
finishing dan polishing logam hasil cor.
2. Finishing gigi tiruan dimulai dengan pemotongan sprue dengan
diamond disk. Selanjutnya permukaan anatomis diratakan dan
dihaluskan dengan arkansas stone. Selanjutnya untuk mendapatkan
hasil logam yang halus dapat digunakan vilt cone.
3. Setelah proses finishing selesai, tahap selanjutnya adalah polishing
untuk mendapatkan hasil gigi tiruan yang mengkilap. Pemolesan
dilakukan menggunakan sikat berbentuk cakram dengan bubuk batu
apung (pumice) yang dicampur sedikit air, selanjutnya menggunakan
bubuk kapur (kryt). Pemolesan terakhir dilakukan dengan roda bulu
domba (wool polishing wheel) dengan kryt hingga didapatkan
permukaan gigi tiruan jembatan logam yang mengkilap.

Pertemuan 9
1. Tahap terakhir pembuatan gigi tiruan jembatan adalah pasang
percobaan (try in) dan insersi.
2. Pada tahap pasang percobaan beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah: gigi tiruan harus dapat masuk di preparasi tanpa mendorong
atau menarik gigi penyangga; kontak retainer dengan gigi sebelahnya
baik; tidak terdapat overextention atau underextention tepi retainer;
oklusi baik dan tidak terdapat kontak prematur; adaptasi terhadap
gingiva baik.
3. Setelah semua persyaratan pada saat pasang percobaan terpenuhi,
maka dapat dilakukan insersi gigi tiruan jembatan. Pada tahap insersi
harus diperhatikan jenis semen yang dipakai dan cara manipulasinya,
misalkan Glass ionomer tipe 1 atau semen polikarboksilat. Semen
dimasukkan ke dalam retainer dan dipasangkan pada gigi penyangga,
selanjutnya ditekan dengan tangkai instrumen. Kelebihan semen
dibersihkan dengan ekskavator.

Checklist List Skill Lab

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Preparasi Gigi Penyangga I (Full Cast Crown Pada Gigi Molar Kedua)
Keterangan:
1. Preparasi bagian oklusal
0 : tidak dilakukan

2. Preparasi bagian proksimal 1: dilakkukan tetapi


salah
Preparasi bagian bukal dan 2: dilakukan benar
3.
lingual/palatal tetapi tidak
sempurna
Pengurangan sudut-sudut
4. 3: dilakukan dengan
aksial dan finishing line chamfer
benar dan
5. Menghaluskan hasil preparasi sempurna

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Preparasi Gigi Penyangga II (Mahkota ¾ Pada Gigi Premolar Kedua)
Keterangan:
1. Preparasi bagian oklusal
0 : tidak dilakukan

2. Preparasi tonjol lingual / palatal 1: dilakkukan tetapi


salah
Preparasi permukaan lingual / 2: dilakukan benar
3.
palatal tetapi tidak
sempurna
4. Preparasi bagian proksimal 3: dilakukan dengan
benar dan
Pembuatan alur proksimal dan sempurna
5.
oklusal

6. Menghaluskan hasil preparasi

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Cetak Double Impression Dan Pembuatan Die

1. Manipulasi bahan cetak silicone

Hasil cetakan negatif terlihat


2. bentuk preparasi dan Keterangan:
edentulous ridge 0 : tidak dilakukan
Pengerokan cetakan negatif 1: dilakkukan tetapi
3.
pada bagian abutment salah

Manipulasi bahan cetak 2: dilakukan benar


4.
polyether tetapi tidak
sempurna
Hasil cetakan negatif polyether
3: dilakukan dengan
5. terlihat bentuk preparasi dan
benar dan
edentulous ridge
sempurna
Pengisian cetakan negatif
6.
dengan gips stone tipe IV

7. Finishing die

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Pembuatan Model Malam Retainer dan Pontik
Pemberian bahan separasi Keterangan:
1.
pada die 0 : tidak dilakukan
Pembuatan model malam 1: dilakkukan tetapi
2.
mahkota ¾ pada gigi premolar salah
Pembuatan model malam full 2: dilakukan benar
3.
cast crown pada gigi molar tetapi tidak
Pembuatan model malam sempurna
4. pontik dengan desain hygienic 3: dilakukan dengan
pontic benar dan
sempurna
5. Pembuatan connector

Finishing model malam gigi


6.
tiruan jembatan 3 unit

SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Pembuatan Sprue, Crucible former, dan Pemendaman pada Casting ring
Pembuatan sprue, ventilasi dan
1.
crucible former Keterangan:

Pemasangan sprue pada model 0 : tidak dilakukan


2.
malam gigi tiruan 1: dilakkukan tetapi

Perakitan sprue, ventilasi dan salah

3. model malam pada crucible 2: dilakukan benar

former dan casting ring tetapi tidak


sempurna
4. Manipulasi inverstment material 3: dilakukan dengan
benar dan
Pengisian investment material sempurna
5.
pada casting ring
SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Finishing, Polishing, dan Insersi
Pemotongan sprue pada model
1. Keterangan:
kasar gigi tiruan
0 : tidak dilakukan

2. Finishing gigi tiruan 1: dilakkukan tetapi


salah
2: dilakukan benar
3. Polishing gigi tiruan
tetapi tidak
sempurna
4. Manipulasi Glass ionomer tipe 1
3: dilakukan dengan
benar dan
5. Insersi gigi tiruan jembatan sempurna

PENCETAKAN ANTAR TEMAN DAN PEMBUATAN STUDI MODEL


(persiapan sebelum skill lab, dilakukan di rumah)

I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pencetakan pada rahang secara klinis dan
melihat relasi rahang atas dan rahang bawah.
Mahasiswa mampu melakukan teknik boxing.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengelola pasien selama pencetakan
b. Mahasiswa dapat menentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan
rahang pasien
c. Mahasiswa dapat menentukan batas pencetakan
d. Mahasiswa dapat melakukan teknik pencetakan yang benar
e. Mahasiswa dapat menentukan sentrik oklusi pada pasien
f. Mahasiswa dapat menentukan hubungan oklusal pada model
g. Mahasiswa dapat membuat bite record

II. Alat dan Bahan


Alat:
1. Sendok cetak
2. Rubber bowl dan spatula
3. Modelling wax
4. Crownmess
5. Lampu spirtus
6. Spatula
7. Rubber bowl
8. Cetakan basis model rahang atas dan rahang bawah (karet boxing)
9. Trimmer
Bahan:
1. Bahan cetak
2. Gips tipe III
3. Model rahang atas dan rahang bawah hasil pencetakan antar teman
4. Gips tipe II
5. Kapas
III. Ketentuan Skill Lab
1. Mahasiswa bekerja secara berpasangan untuk saling mencetak dan bekerja
perorangan dalam melakukan boxing.
2. Mahasiswa menggunakan alat milik sendiri sesuai yang telah ditunjukkan
demi kelancaran skill lab,
3. Masing-masing mahasiswa akan mendapat 1 set bahan cetak, 1 set gips tipe
III, 1 set gips tipe II, dan 1 set modelling wax untuk keperluan membuat 1
studi model dan 2 work model. Apabila terjadi kegagalan, mahasiswa
diharapkan menyediakan sendiri bahan tersebut (laboran menyediakan dan
melayani pembelian bahan cetak serta gips bagi mahasiswa yang gagal
dalam pelaksanaan skill lab).
4. Mahasiswa membaca teknik pencetakan dan teknik boksing.

IV. Dasar Teori Teknik Pencetakan


Dalam mencetak rahang, perlu diperhatikan bagian-bagian anatomi yang
harus tercetak, untuk mendapatkan studi model dan work model yang baik agar
dapat digunakan untuk mewakili rahang pasien.
ANATOMICAL LANDMARK RAHANG ATAS
1. Gigi geligi
2. Ridge
3. Maxillary tuberosity
4. Daerah suture garis median, rugae dan papila incisivus
5. Hamulat notch
6. Fovea palatina
7. Frenulum labialis dan frenulum bucalis
8. Vestibuli roof
ANATOMICAL LANDMARK RAHANG BAWAH
1. Gigi geligi
2. Ridge
3. Retromolar pad
4. Internal obligue ridge
5. External obligue ridge
6. Frenulum labialis dan frenulum bucalis
7. Frenulum lingualis
Studi model merupakan model rahang atas dan rahang bawah yang sudah
dilengkapi dengan basis model. Pembuatan basis studi model inilah yang dikenal
dengan istilah boxing. Dalam pembuatan boxing sangat diperlukan pengambilan
catatan gigitan (bite record) pada pasien dalam keadaan oklusi sentrik dengan
menggunakan modelling wax. Gigitan sentrik ini digunakan untuk memindah oklusi
sentrik pasien pada studi model. Selain itu, untuk dapat menggambarkan hubungan
relasi rahang atas dan rahang bawah pasien terhadap dasar tulang kepala
diperlukan pengamatan bintang orbital pasien. Bidang orbital adalah bidang
transversal melalui titik orbital (cekungan terendah rongga mata) kanan dan kiri,
tegak lurus bidang horizontal Farnkfurt (FHP).

V. Tahapan Skill Lab


A. Mencetak antar teman
Lalukan pencetakan antar teman pada teman satu kelompok skill lab yang
sedang tidak melakukan perawatan ortodonsi cekat. Satu mahasiswa maksimal
dicetak sebanyak 2 kali sebagai probandus. Mahasiswa diharapkan membaca
materi mengenai pencetakan rahang. Perhatikan bagian-bagian anatomi yang harus
tercetak. Pada pertemuan skill lab prostodonsi, mahasiswa dapat menunjukkan hasil
cetakan untuk di laklukan penilaian dan persetujuan oleh trainer masing-masing.
B. Membuat bite record (catatan gigitan)
1. Lunakkan 1 lembar modelling wax yang berbentuk persegi di atas api
spiritus.
2. Tekan modelling wax pada palatum studi model hingga tercetak bagian
rugae dengan baik.
3. Tekuk modelling wax pada bagian palatal gigi geligi rahang atas.
4. Potonglah malam berbentuk huruf “U” dengan lebar ± 1 cm dari sisi bukal
dan labial gigi geligi rahang atas.
5. Lunakkan modelling wax yang berbentukl huruf U di atas api spiritus.
6. Mintalah pasangan anda untuk membuka mulut dan tempelkan lembaran
modelling wax pada permukaan palatum, kemudian mintalah pasangan
anda untuk menutup mulut bersaman dengan menelan ludah
7. Mintalah pasangan anda untuk membuka mulut dan ambillah lembaran
modelling wax tadi, kemudian cuci bersih.
8. Lakukan pengecekkan bite record pada studi model dan cocokan dengan
oklusi pasien.

C. Pembuatan basis studi model (boxing)


Basis rahang atas
1. Tentukan median line dengan menggambar garis median melalui sutura
palatina sampai frenulum labii superior, sehingga membagi model rahang
atas menjadi bagian kanan dan kiri. Amati apakah garis interinsisivus
pertama dalam posisi normal (pada garis median) ataukah bergeser kiri
atau kanan.
2. Bagian forniks model rahang atas ditutup dengan kapas basah agar gips
tidak melekat pada daerah alveolar maupun gigi-gigi model rahang.
3. Cetakan basis model rahang atas diletakkan di atas meja yang datar.
Aduk gips tipe II dan tuangkan ke dalam cetakan langsung dari rubber
bowl (jangan menggunakan spatula karena dapat menimbulkan
gelembung udara) sampai kira-kira ¾ tinggi cetakkan.
4. Masukkan model rahang atas pada karet boxing dengan permukaan
oklusal gigi sejajar dengan dasar basis model. Perpanjangan garis
median tepat berhimpit dengan garis yang membagi dua cetakkan model
rahang. Jarak antara hamular notch rahang atas ke tepi belakang basis
model kira-kira 10 mm. Jarak forniks dengan tepi bukal basis model kira-
kira 10 mm sampai 15 mm. Tinggi bidang oklusal dari dasar basis model
± 35 mm.
5. Biarkan gips mengeras, keluarkan studi model dari cetakkannya.
Lepaskan kapas yang menutupi forniks, lalu bersihkan sisa-sisa gips yang
tidak diperlukan dan rapikan hasil boxing rahang atas.

Basis Model Rahang Bawah


1. Pada saat membuat basis model rahang bawah, lakukanlah tanpa bite
record. Oleh karena itu, tandailah gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan oklusi sentrik.
2. Lakukan langkah-langkah yang sama seperti pembuatan basis srudi
model rahang atas. Dalam keadaan oklusi sentrik, studi model rahang
atas dan bawah harus memenuhi syarat sebagai berikut
- Tinggi studi model rahang atas dan rahang bawah kira-kira 70 mm
(masing-masing model 35 mm)
- Semua tepi basis model baik tepi posterior, tepi bukal dan tepi
distobukal model RA dan RB harus teretak pada satu bidang datar,
kecuali tepi anterior. Tepi anterior basis model RA berbentuk sudut
lancip, sedang basis model RB tumpul. Batas antara tepi bukal dan
tepi anterior menggambarkan garis simon (bidang orbital) dari studi
model.
- Batas-batas anatomis harus terlihat jelas
- Agar tepi-tepi basis model rahang atas dan rahang bawah dapat
terlihat pada satu bidang datar, harus dilakukan pemotongan dengan
trimmer (gerinda). Pemotongan basis model selalu dilakukan dalam
keadaan basah dan air harus mengalir melalui batu trimmer untuk
membuang sisa-sisa pemotongan.

D. Pemotongan (trimming) basis studi model


Model rahang atas
Sebelum dilakukan pemotongan, rendamlah terlebih dulu basis model agar
pada waktu dipotong basis model tidak rusak. Prosedur pemotongan sebagai berikut
1. Jika permukaan oklusal gigi-gigi belum sejajar dengan dasar basis model,
dasar basis model harus dipotong dengan trimmer. Tinggi studi model
rahang atas dari permukaan oklusal gigi-gigi sampai dasar basis model
kira-kira 35 mm.
2. Letakkan model dengan basis tepat menempel pada meja trimmer.
Potonglah tepi belakang basis model sehingga dinding tepi basis tegak
lurus terhadap dasar basis model. Jarak antara hamular notch RA
terhadap tepi belakang 10 mm.
3. Potonglah tepi bukal basis model kanan dan kiri, sampai diperoleh jarak
antara tepi bukal dengan lengkung gigi kira-kira 10 mm – 15 mm.
4. Potonglah tepi distobukal kanan dan kiri, masing-masing sejajar dengan
tepi bukal kanan dan kiri.
5. Potonglah tepi anterior kanan dan kiri tegak lurus dasar basis model.
Perhatikan batas antara tepi anterior dengan tepi bukal basis model harus
sesuai dengan garis Simon pasien bersangkutan.
Model rahang bawah
Sebelum melakukan pemotongan basis model rahang bawah perlu
diperhatikan bahwa semua dinding tepi basis model rahang atas dan rahang bawah
harus terletak pada satu bidang datar, sehingga dalam setiap posisi kedua studi
model tetap dalam keadaan oklusi sentrik, kecuali untuk tepi anterior karena tepi
basis mempunyai bentuk yang berbeda.
Prosedur pemotongan:
1. Siapkan bite record untuk menjaga agar kedua model studi dalam
keadaan terkunci (tidak mudah bergeser) sewaktu dilakukan pemotongan.
Utnuk menjaga agar tepi incisal gigi-gigi anterior tidak rusak/patah maka
bagian anterior bite record dipotong hingga batas permukaan labial gigi
anterior. Rendamlah basis model rahang bawah sebentar di dalam air.
Kedua model studi kemudian dioklusikan dengan bite record.
2. Letakkan model studi rahang atas di bagian bawah dengan dalas basis
model tepat menempel pada meja trimmer, sedang studi model rahang
bawah terletak dibagian atas. Potonglah tepi belakang basis model
rahang bawah dengan berpedoman pada tepi belakang basis model
rahang atas hingga dinding kedua tepi belakang basis model terletak
pada satu bidang datar.
3. Kemudian pisahkan studi model rahang dan rahang bawah. Potonglah
alas basis model rahang bawah dengan meletakkan tepi belakang model
menempel pada meja trimmer. Dengan demikian dinding belakang model
akan saling tegak lurus dengan alas studi model dan permukaan oklusal
gigi-gigi rahang bawah sejajar dengan alas basis model. Tinggi model
studi rahang bawah dari alas sampai permukaan oklusal gigi-gigi kira-kira
35 mm.
4. Kedua model studi dioklusikan lagi. Letakkan model rahang bawah
dibagian bawah dengan basis model persis menempel pada meja
trimmer. Potonglah tepi bukal basis model rahang bawah sisi kiri dan
kanan dengan berpedoman pada tepi buka basis model rahang atas.
Dengan demikian akan diperoleh dinding-dinding basis model rahang atas
dan rahang bawah yang sebidang.
5. Proyeksikan batas tepi bukal dengan tepi anterior basis model rahang
atas (diinterpretasikan sebagai garis simon yang melewati model rahang
atas) ke basis model rahang bawah, berilah tanda dengan pensil. Tarik
garis vertikal dari titik tersebut sampai alas basis model rahang bawah.
Garis ini merupakan garis simon yang melewati model rahang bawah.
Proyeksikan pula ujung anterior basis model rahang atas ke basis model
rahang bawah dan berilah tanda dengan pensil. Titik ini merupakan titik
terdepan dari basis model rahang bawah. Potonglah tepi anterior basis
model rahang bawah membentuk busur lingkaran mulai garis simon disisi
kiri sampai garis sisi kanan, melewati titik terdepan basis model. Bentuk
lengkungan tepi anterior basis model rahang bawah harus simetris antara
sisi kiri dan kanan.

Penyelesaian akhir (Finishing) model studi


Pemotongan basis model studi baik rahang atas maupun rahang bawah
dengan menggunakan trimmer menghasilkan permukaan yang kasar. Agar dapat
menghasilkan studi model yang baik perlu dilakukan penyelesaian akhir (finishing)
yang meliputi penghalusan, penyabunan, penomoran studi model
Penghalusan Model Studi
1. Menggunakan crownmess keroklah basis model antara tepi-tepi basis
sampai daerah forniks (vestibulum). Jagalah agar tidak merusak atau
memotong daerah anatomis. Bila terdapat celah pada batas antara model
rahang dengan basis model, tutuplah celah tersebut dengan adonan gips
yang agak encer.
2. Haluskan dengan kertas amplas, jangan mengenai daerah-daerah
anatomis. Dilakukan dalam keadaan basah dan sering dicucui di bawah
air yang mengalir.
3. Penghalusan permukaan luar basis model (kecuali bagian anterior)
dilakukan dalam posisi oklusi sentrik. Penghalusan dilakukan di atas
kertas ampelas yang diletakkan di atas permukaan datar, dengan cara
menarik kedua model perlahan lahan dipermukaan ampelas, hanya dalam
satu arah (tidak bolak-balik)
4. Model studi dicuci di bawah air yang mengalir untuk membuang sisa-sisa
gips yang masih menempel lalu dikeringkan

Pemolesan Model Studi


1. Studi model dijemur samapi betul-betul kering dan ringan
2. Sabun mandi batangan berwarna putih diparut dan dikerok kemudian
direbus dalam air sampai mendidih dan seluruh sabun tersebut larut dan
homogen dengan air.
3. Diamkan sampai larutan sabun menjadi hangat (suam-suam kuku)
4. Masukkan studi model dalam larutan sabun dan diamkan kurang lebih 10
menit
5. Angkat model, gosok dengan kapas atau kain flannel sampai mengkilat.

Penomoran Studi Model


Guna keperluan administrasi perlu dilakukan penomoran studi model, sama
dengan penomoran pada formullir pemeriksaan dan perawatan ortodontik. Nomor
model terdiri dari 12 digit (angka) yang mengandung arti sebagai berikut
1. Dua digit pertama merupakan nomor urut pendaftaran pasien di klinik
ortodonsi
2. Digit ketiga diisi kode untuk jenis kelamin: P kode untuk pasien perempuan,
L kode untuk pasien laki-laki
3. Digit keempat dan kelima diisi umur pasien
4. Digit keenam diisi garis miring untuk memisahkan umur dengan tanggal
pencetakkan
5. Mulai digit ketujug diisi tanggal pencetakkan.
Nomor studi model ini ditempelkan pada basis model rahang atas dan
rahang bawah (boxing) bagian posterior yang sudah betul betul kering kemudian
ditutup dengan isolasi warna bening. Contoh nomor model 24P19/051207
mempunyai arti
- 24 nomor urut pendaftaran di klinik ortodonsi
- P pasien berjenis kelamin perempuan
- 19 adalah usia pasien pada saat pencetakkan
- Garis miring
- Tanggal pencetakkan : 5 Desember 2007
2. PENGISIAN KARTU STATUS PERAWATAN ORTODONSI

I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengisi rekam medis untuk pasien yang akan dilakukan
perawatan orthodonsi
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesa pada pasien dengan perawatan
orthodonsia
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan
intraoral dan pemeriksaan ekstraoral
3. Mahasiswa mampu melakukan analisis fungsional
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis radiologi
5. Mahasiswa mampu melakukan analisis studi model
6. Mahasiswa mampu menghitung diskrepansi ruang
7. Mahasiswa mampu menganalisis etiologi maloklusi dan melakukan diagnosis
maloklusi
8. Mahasiswa mampu menentukan perawatan orthodonsia yang sesuai dengan
kasus
9. Mahasiswa mampu mendesain alat orthodonsi lepasan
10. Mahasiswa mampu menentukan prognosis perawatan orthodonsia

II. Alat dan bahan


1. Studi model yang telah di boxing dan diberi nomor
2. Rekam medis perawatan orthodonsi
3. Sliding caliper
4. Spreading caliper
5. Alat diagnostik
6. Alat tulis
7. Plat gelas dengan tebal 2 mm
8. Plastik transparan atau mika
9. Spidol F (fine) dua warna (biru dan merah)
10. Alkohol atau thiner
11. Kapas
III. Ketentuan Skill Lab
1. Mahasiswa bekerja secara perorangan mengisi rekam medis orthodonsia
dengan probandus teman satu kelompok skill lab
2. Mahasiswa menggunakan alat milik sendiri yang telah ditunjukkan demi
kelancaran skill lab, kecuali alat tertentu yang digunakan perkelompok
disediakan oleh fakultas.
3. Masing-masing mahasiswa telah menyiapkan studi model dan akan
mendapat 1 bendel formulir pengisian rekam medis
4. Mahasiswa memahami dan melakukan ketentuan yang diinstruksikan
supaya tidak merusak sarana dan prasaran ruang skil lab
5. Mahasiswa menggunakan jas lab
6. Mahasiswa sudah membaca teori tentang pengisian rekam medis pasien
orthodonsi, tidak hanya dari buku modul tetapi juga textbook, jurnal maupun
sumber belajar lainnya
REKAM MEDIK PERAWATAN ORTODONTIK

No. RM : .........................
No. Model : .........................
Drg/operator : .........................

Nama : ..........................................................................................
Alamat : ..........................................................................................
..........................................................................................
Telepon/HP : ..........................................................................................

DATA PASIEN
1. Tempat/ tanggal lahir ......................................................................................... :
2. Jenis kelamin .................................................................................................... :
3. Pekerjaan .......................................................................................................... :
4. Agama .............................................................................................................. :
5. Suku .................................................................................................................. :
6. Nama ayah ........................................ :Suku : ................... usia :
7. Nama ibu ............................................ :Suku : ................... usia :
8. Pekerjaan orang tua ........................... :.............................. ...............................
9. Nama orang tua ................................. :Telp: ......................

Tanggal pendaftaran : .................. ............................... ...............................


Tanggal pencetakan : .................. ............................... ...............................

DATA MEDIK UMUM


1. Golongan darah: ...............................................................................................
2. Penyakit jantung : tidak ada/ada : .....................................................................
3. Diabetes : tidak ada/ada : ..................................................................................
4. Haemophilia: tidak ada/ada :..............................................................................
5. Hepatitis: tidak ada/ada : ....................................................................................
6. Kelainan sakuran pernafasan : tidak ada/ada : ..................................................
7. Tindakan operasi: tidak ada/ada : ......................................................................
8. Alergi terhadap obat : tidak ada/ada :.................................................................
9. Alergi terhadap makanan : tidak ada/ada : .........................................................
ANAMNESIS

• Keluhan utama :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
• Riwayat perjalanan penyakit :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
• Riwayat kesehatan oral :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi
a. Gigi Desidui:
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
b. Gigi Bercampur :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
c. Gigi Permanen :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Jenis Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan

• Riwayat Kesehatan Keluarga :


............................................................................................................................
• Riwayat Kehidupan pribadi/sosial:
............................................................................................................................
• Riwayat Kesehatan Umum :
............................................................................................................................
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
➢ Tekanan darah: ................./ .................. : hipertensi/hipotensi/normal
➢ Nadi : .................................................................................................. x/menit
➢ Pernafasan : ....................................................................................... x/menit
➢ Suhu : ......................................................................................................... °C
➢ Berat badan : ............................................................................................. Kg
➢ Tinggi badan : ............................................................................................ cm

Pemeriksaan Ekstra Oral


(kepala/muka, kulilt, mata hidung, bibir, telinga, muskulus skeletal, sistem
pengunyahan, kelenjar ludah dan limfe)
Kepala :
Indeks Kepala = Lebar kepala x 100
Panjang Kepala
Bentuk Kepala : ....................................................
Tipe Kepala : ................................................................................................
Muka :
Indeks Muka = Jarak N – Gn x 100
Lebar Bizygomatik
Bentuk Muka : .....................................................
Tipe Muka : ..................................................................................................
• Profil muka : ......................................................
• Garis simon (bidang orbital): posisi rahang terhadap bidang orbital/garis simon
Maksila : ............................................................................................
Mandibula : ............................................................................................
• Sendi Temporomandibular (TMJ): .....................................................................
• Tonus muskulus mastikasi : ..............................................................................
• Tonus muskulus labial :
Labii superior : ............................................................................................
Labii inferior : .............................................................................................
• Bibir posisi istirahat : ..........................................................................................
• Free Way Space : ..............................................................................................
Fasial Neuromuscular K. Ludah K. Limfe Tl. Rhg TMJ
Deformitas
Nyeri
Tumor
Gangguan
Fungsi
Deskripsi lesi/kelainan yang ditemukan:
(berikan ciri-ciri dan letak lesi, serta deferensial diagnosanya)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan rongga mulut (intra oral)


PETA MUKOSA DAN JARINGAN LUNAK
(Mukosa bibir, pipi, dasar mulut, lidah, gingiva, palatum, Orofaring)

Deskripsi Lesi/kelainan yang ditemukan:


(berikan ciri – ciri dan letak serta diferensial diagnosisnya)
......................................................................................................... .........................
..................................................................................................................................
Malposisi Gigi Individual :
18 : ................................................ | 28 : ...................................................
17 : ................................................ | 27 : ...................................................
16 : ................................................ | 26 : ....................................................
15[55] .............................................. | 26[55] ................................................
14[54] .............................................. | 24[64] ................................................
13[53] .............................................. | 23[63] ................................................
12[52] .............................................. | 22[62] ................................................
11[51] .............................................. | 21[61] ................................................
41[81] .............................................. | 31[71] ................................................
42[82] .............................................. | 32[72] ................................................
43[83] .............................................. | 33[73] ................................................
44[84] .............................................. | 34[74] ................................................
45[85] .............................................. | 35[75] ................................................
46: ................................................ | 36: .....................................................
47: ................................................ | 37: .....................................................
48: ................................................ | 38: .....................................................
Frenulum labii superior : .......................................................................................
Frenulum labii inferior : .......................................................................................
Torus Palatinus : tidak ada / kecil / sedang / besar /multiple
Torus mandibula : tidak ada / sisi kiri/ sisi kanan / kedau sisi
Palatum : tidak ada / ada : ..........................................................
Lidah : ......................................................................................
Fonetik : ......................................................................................
Diastema : tidak ada / ada : ..........................................................
Gigi anomali : tidak ada/ ada : ..........................................................
Gigi tiruan : tidak ada / ada : ..........................................................
Oral hygiene index : ..................... baik/sedang/buruk

Relasi Gigi Gigi pada Oklusi Sentrik :


ANTERIOR : Overjet : ................ Overbite: ...............................................
Palatal Bite : ...............................
Deep bite : ...............................
Open bite : ...............................
Edge to edge bite : ...............................
Cross bite : ...............................
POSTERIOR
Cross bite : ...............................
Open bite : ...............................
Scissor bite : ...............................
Cup to cup bite : ...............................

Relasi molar pertama kanan : .................


Relasi molar pertama kiri :. ................. :
Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas : ................................................
Garis inter insivisi sentral terhadap garis tengah wajah : ........................................

ANALISIS FUNGSIONAL
Free way space : ...........................
Path of closure : ...........................
Pola atrisi : ...........................
ANALISIS FOTO MUKA

Tampak Depan Tampak Samping

Bentuk Muka : ............................... Profil Muka : ............................

SKEMA GIGI – GIGI DARI OKLUSAL


Rahang atas Rahang Bawah

ANALISI MODEL STUDI

• Bentuk Lengkung gigi


Rahang atas :
Rahang bawah :
• Lebar Mesiodistal gigi-gigi (mm)

Rahang Atas Rahang Bawah


Gigi Kanan Kiri Normal Ket. Gigi Kanan Kiri Normal Ket.
1 7.40 – 9,75 1 4.97 – 6.60
2 6.05 – 8.10 2 5.45 – 6.85
3 7.05 – 9.32 3 6.15 – 8.15
4 6.75 – 9.00 4 6.35 – 8.75
5 6.00 – 8.10 5 6.80 – 9.55
6 9.95 – 12.10 6 10.62 – 13.05
7 8.75 – 10.87 7 8.90 – 11.37

Kesimpulan : ......................................................................
PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
• Metode Pont
Jumlah lebar mesiodistal 2 1 1 2 : ............ mm
Jarak (P1-P1) pengukuran : ............ mm
∑𝑰
Jarak P1-P1 perhitungan : = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 : ............ mm Diskrepansi : ....... mm
𝟖𝟎

Jarak M1 – M1 Pengukuran : ............. mm


∑𝑰
Jarak M1-M1 perhitungan : = 𝒙 𝟏𝟎𝟎................. mm Diskrepansi : ....... mm
𝟔𝟒

Keterangan :
............................................................................................................................
• Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : .............. mm
Jarak I – (P1-P1) pengukuran : .............. mm
Diskrepansi : ............... mm
Keterangan :
............................................................................................................................
• Motede Howes
Jarak lebar mesiodistal M1 – M1: ................. mm
Jarak P1 – P1 (tonjol) : ................. mm → indeks P : Jarak P1-P1x 100
Md M1 – M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi – gigi : ................
Jarak interfosa canina : ................. mm → indeks FC : Jarak FC x 100
Md M1 – M1
Keterangan :
............................................................................................................................
• Metode Moyers
Jumlah lebar mesiodistal 2 1 1 2 rahang bawah : ............ mm
Tabel RA Lebar 345 : ................. mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : ................. mm
Diskrepansi : .................. mm => *cukup/kurang/lebih
Ruang yang ada pada sisi kiri : ................. mm
Diskrepansi : .................. mm => *cukup/kurang/lebih
Tabel RB Lebar 345 : ................. mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : ................. mm
Diskrepansi : .................. mm => cukup/kurang/lebih
Ruang yang ada pada sisi kiri : .................. mm
Diskrepansi : .................. mm => cukup/kurang/lebih

Keterangan :
............................................................................................................................
• Metode Nance
Ro Foto Lebar 345 Kanan : .................. mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : .................. mm
Diskrepansi : .................. mm => *cukup/kurang/lebih

Ro Foto Lebar 345 Kiri : .................. mm


Ruang yang ada pada sisi kiri : .................. mm
Diskrepansi : .................. mm => *cukup/kurang/lebih

• Determinasi lengkung gigi:


Hasil penapakan

Jika gigi-gigi disusun dalam lengkung ideal, maka terdapat


*kekurangan/kelebihan ruang :
RA Kanan : ............... mm RB Kanan : ............... mm
Kiri : ............... mm Kiri : ............... mm
(*pilih salah satu)

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK/LABORATORIUM


(Tuliskan rencana dan hasil pemeriksaan, penunjang diagnostik yang akan
dilakukan)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
DIAGNOSIS
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
ANALISIS ETIOLOGI MALPOSISI DAN MALOKLUSI
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

RENCANA PERAWATAN
(Tulisakan rencana tindakan perawatan, rehabilitasi, edukasi dan tindakan lanjut)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

GAMBAR ALAT
..................................................................................................................................

PROGNOSIS
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
LEMBAR TINDAKAN
Tanggal Gigi Diagnosa Perawatan Drg/Operator
KETERENGAN:

18 : ................................................ | 28 : ...................................................
17 : ................................................ | 27 : ...................................................
16 : ................................................ | 26 : ....................................................
15[55] .............................................. | 26[55] ................................................
14[54] .............................................. | 24[64] ................................................
13[53] .............................................. | 23[63] ................................................
12[52] .............................................. | 22[62] ................................................
11[51] .............................................. | 21[61] ................................................
41[81] .............................................. | 31[71] ................................................
42[82] .............................................. | 32[72] ................................................
43[83] .............................................. | 33[73] ................................................
44[84] .............................................. | 34[74] ................................................
45[85] .............................................. | 35[75] ................................................
46: ................................................ | 36: .....................................................
47: ................................................ | 37: .....................................................
48: ................................................ | 38: .....................................................
REKAM MEDIK PERAWATAN ORTODONTIK

Data pasien : jelas


Data medik umum : jelas
Anamnesis : jelas
Keluhan utama
Isi alasan permintaan pasien menyangkut motivasi, aspek estetis, fungsi
pengunyahan, fungsi bicara dan bentuk kelainan yang sangat dirasakan sehingga
mendorong untuk minta di rawat.
Riwayat perjalanan penyakit
Penyakit yang mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan
dentofasial dan penyakit yang dapat menghambat proses perawatan ortodontik yang
akan dilakukan.
Riwayat kesehatan oral : jelas
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi:
Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengetahui riwayat pertumbuhan
dan perkembangan gigi geligi dari periode gigi susu, pergantian gigi pada periode
gigi bercampur sampai keadaan gigi pada periode gigi permanen yang dikeluhkan
sekarang ini. Jika ada riwayat yang dicurigai sebagai etiologi malokulsi, dicatat
secara lengkap sesuai dengan periode pertumbuhan gigi pasien.
Kebiasaan jelek (bad habit)
Kebiasaan yang dilakukan pada masa pertumbuhan gigi dan rahang yang
dicurigai sebagai etiologi maloklusi. Dari maloklusi yang dikeluhkan pasien, operator
harus bisa menduga kemungkinan bad habit apa yang cocok sebagai etiologi untuk
ditanyakan kepada pasien atau orang tua pasien. Jika ada riwayat, ditanyakan lebih
lanjut berapa lama bad habit Itu dilakukan, durasi, yaitu mulai kapan sampaikan
kapan bad habit Itu dilakukan, dimana dan bagaimana melakukannya (posisi dan
lokasi) keras atau lama tidaknya melakukan kebiasaan ( intensitasnya ) , berapa kali
per hari (frekuensi).
Riwayat kesehatan keluarga
Mencari etiologi maloklusi yang dikeluhkan apakah sumbernya bersifat
genetik yang diturunkan dari orang tua.
Riwayat Kehidupan Pribadi/ Sosial : jelas
Riwayat Kesehatan umum : jelas
Pemeriksaan fisik : jelas
Vital sign : jelas

Pemeriksaan Ekstra Oral :


Kepala:
Dengan jangka bentang (spreading calipers) ukurlah
• Panjang kepala (jarak glabella-occipitale) : ............................ mm
• Lebar kepala (jarak horizontal terlebar antara puncak supramastoidea dan
zygomatik kanan dan kiri : ............................. mm
Indeks kepala : lebar kepala maksimum ....... x 100
Panjang kepala maksimum

Kesimpulan:
Indeks bentuk kepala
< 74,9 dolikosefali
75,0 – 79,9 mesosefali
>80,0 brakisefali

Muka :
Dengan jangka sorong (slinding calipers) ukurlah:
• Tinggi muka (jarak vertikal Nasion – Gnathion) : ....................... mm
Dengan jangka bentang (spreading calipers) ukurlah:
• Lebar muka (jarak antara zygomatik kanan dan kiri) : ................. mm
Indeks kepala : tinggi muka (jarak vertical nasion- gnathion) x 100
Lebar byzigomatik

Kesimpulan:
Indeks bentuk kepala
X – 79,9 Hiper euriprosop
80,0 – 84,9 euriprosop
85,0 – 89,9 mesoprosop
90,0 – 94,9 leptoprosop
95,0 – Y hiperleptoprosop
Profil muka:
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi
pasien berpengaruh terhadap penampilan wajah pasien.
Pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan sejajar lantai, amati profil
muka pasien dari samping tegak lurus bidang sagital. Amati titik-titik : Glabella (GI),
bibir atas (Ulc), bibir bawah (Llc), pogonion (Pog)
Diagnosis
Jika garis GI–Ulc dan Llc–Pog membentuk
Sudut lancip → profil muka cembung
Garis lurus → profil muka lurus
Sudut tumpul → profil muka cekung

Posisi rahang terhadap bidang orbital (Garis Simon):


Pemeriksaan posisi rahang terhadap bidang orbital pasien dimaksudkan
untuk mengetahui apakah maloklusi yang diderita pasien hanya melibatkan rahang
(tipe skeletal), hanya melibatkan gigi geligi (tipe dental) atau kombinasi keduanya
(tipe dentoskeletal).
Pasien duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan. Titik orbital “O” dan
titik Tragus “Tr” ditandai dengan spidol. Dengan penggaris segitiga siku-siku,
proyeksikan sisi siku yang pendek ke titik “O” dan “Tr” untuk menggambarkan bidang
Frankfurt Horizontal Plane (FHP), dan dengan demikian sisi siku yang panjang akan
menggambarkan bidang orbital pasien. Bibir pasien ditarik dengan kaca mulut, amati
posisi penggaris terhadap permukaan gigi di daerah bukal gigi premolar atau
kaninus atas transfer posisi bidang orbital pasien sesuai dengan posisi penggaris ke
model studi dengan memberi tanda garis pada permukaan bukal gigi model atas dan
bawah. Pada saat boksing, model ditriming sehingga sudut boksing bagian samping
depan tepat pada posisi bidang orbital pasien sesuai dengan tanda spidol tadi.
Diagnosis
1. Bila posisi penggaris pada model studi tepat di permukaan labial gigi
kaninus di daerah sepertiga bagian distal, berarti posisi maksila normal, bila
berada di belakang, maksila protrusif, dan bila berada di depan berarti
maksila retrusif.
2. Bila oklusi normal, kaninus, atas akan beroklusi didaerah interdental kaninus
dan premolar pertama bawah, penggaris akan melewati tepat pada sisi distal
kaninus bawah, ini berarti posisi mandibula normal, bila posisi sisi distal
kaninus bawah berada di belakang posisi orbital pasien, mandibula protrusif
dan bila berada di depan, mandibula retrusif.

Sendi temporomandibula:
Pemeriksaan TMJ dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi
pasien sudah mengakibatkan gangguan pada TMJ? Prosedur pemeriksaan ini yaitu
pasien duduk tegak dan relaks, kedua jempol operator ditempelkan pada kondilus
pasien kanan dan kiri, pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan
pelan-pelan.
Adakah kondilus kanan dan kiri pasien berputar secara tidak simetris
antara kanan dan kiri. Jika ada berarti terdapat gangguan TMJ pada saat rotasi
mandibula. Kemudian minta pasien membuka lebar-lebar mulutdan melakukan
gerakkan membuka-menutup mulut, apakah ada pergeseran kondilus yang tidak
simetris? Jika ada, berarti terdapat gangguan pada saat translasi mandibula.
Pada saat mandibula digerak-gerakkan dirasakan, apakah ada getaran dan pasien
mendengar suara gemerisik? Jika ya, berarti ada krepitasi, dan apabila setiap
gerakan juga disertai rasa sakit, berarti ada peradangan (kondilitis).

Tonus otot mastikasi:


Tujuan pemeriksaan tonus otot pengunyahan adalah untuk mengetahui
apakah maloklusi pasien terjadi karena ada tonus otot pengunyahan yang tidak
normal? Pemeriksaan secara klinis hanya dapat mengindikasikan adanya kelainan
tersebut, diagnosa yang tepat bisa dilakukan dengan pemeriksaan elektromyografi di
bagian fisiologi RSU atau FK.
Prosedur pemeriksaan ini, yaitu dengan menempelkan kedua telapak
tangan operator pada kedua pipi pasien kanan dan kiri, pasien disuruh melakukan
gerakan pengunyahan dan menggigit kuat-kuat. Rasakan kekencangan otot pipi
(m.messester)
Diagnosis
1. Pada rahang pasien yang sempit apakah otot pipi terasa terlalu kencang?
Jika ya, kemungkinan ada hipertonus otot.
2. Pada rahang pasien yang lebar,apakahh ada otot pipi terlalu kendor? Jika ya,
hipotonus otot.
Tonus Otot Bibir
Pemeriksaan tonus otot bibir (m. Orbicularis) tujuannya sama dengan
pemeriksaan otot messester. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menempatkan
kaca mulut pada bibir bawah dan menahannya, kemudian pasien diinstruksikan
untuk menelan ludah. Rasakan kekencangan otot bibir bawah. Dengan cara yang
sama lakukan pada bibir atas. Dengan kaca mulut bibir atas sedikit diangkat,
ikemudian nstruksikan pasien untuk menelan ludah dan rasakan kekecangannya.
Diagnosis
Pada pasien yang gigi depan protrusif apakah dicurigai adanya otot bibir
yang kencang (hipertonus)?

Bibir posisi istirahat


Pemeriksaan bibir dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
incompetensi otot-otot bibir pasien pada posisi istirahat.
Diagnosis:
Pada pasien yang gigi anterior atasnya protrusif, diam-diam tanpa
sepengetahuan pasien amati posisi bibirnya, apakah menutup atau terbuka? Apakah
posisi bibir di belakang gigi anterior atas? Kemudian pasien disuruh menutup
bibirnya, apakah penutupan tampak dipaksakan? Jika ya, berarti ada incompetensi
otot bibir pasien.

Analisis Fungsional
Free Way Space:
Pengukuran free way space pasien dilakukan untuk mengetahui berapa
besar jarak interoklusal pasien pada saat posisi istirahat. Pengukuran ini berguna
untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan pada perawatan nanti. Besar
free way space normal : 2 – 4 mm. Cara pengukurannya sebagai berikut
1. Pasien duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan sejajar lantai
2. Dengan spidol beri tanda posisi titik subnassal (Sn) dan Pogonion (Pog)
3. Bibir tertutup pada posisi istirahat, dengan sliding caliper ukur jarak Sn – Pog
4. Kemudian pasien diinstruksikan beroklusi sentrik dan ukurlah kembali jarak
titik Sn – Pog
5. Catatlah selisih pengukuran tadi.
Path of closure
Path of closure merupakan arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke oklusi
sentrik. Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke oklusi sentrik berupa gerakan
engsel sederhana melewati free way space (2-4 mm) dengan arah ke atas dan ke
depan.
Pemeriksaan intra oral: jelas
Odontogram : jelas
Terutama isikan kondisi malposisi gigi geligi yang ada

Relasi gigi geligi pada oklusi sentrik:


Pengukuran dilakukan dengan sliding caliper seperti pada pengukuran free
way space, isikan dengan angka bersatuan milimeter sesuai dengan jarak yang
diukur.

Analisis foto muka:


Analisis foto dilakukan pada foto wajah pasien baik dari depan maupun
samping. Tujuannya untiuk mendapatkan data kualitatif atau data kuantitatif selain
data hasil pemeriksaan klinis. Untuk pengembalian data kualitatif dibutuhkan foto
pasien ukuran 4 x 6 cm. Di atas foto pasien diletakkan plastik transparan, dengan
spidol F( Fine) tentukan posisi anatomis yang dibutuhkan.
Tipe muka menurut Graber
Dilakukan dengan menentukan titik-titik anatomis Glabella (GI), Symphisis
(Sy), kontur bibir atas (Ulc) dan kontur bibir bawah (Llc). Dengan spidol tarik
garis (GI – Sy) sebagai referensi, kemudian tarik garis (GI – Ulc) dan garis (Sy –
Llc).
Diagnosis
Apabila titik perpotongannya berada di depan garis referensi, maka tipe
profil pasien cembung. Apabila titik perpotongan tepat berada pada garis
referensi, maka tipe profil pasien lurus/ datar. Apabila titik perpotongan berada di
belakang garis referensi, maka tipe profil pasien cekung.

Skema gigi geligi dari oklusal


Cara membuat skema ini dengan cara mengambil copy studi model
menggunakan mesin fotocopy dengan alaskertas hvs yang telah dipotong sesuai
dengan bentuk boksing rahang atas maupun rahang bawah. Atau dengan cara
mencetak foto rahang atas dan rahang bawah yang di ambil dengan menggunakan
mirror occlusal. Skema gigi geligi ini digunakan untuk melakukan analisis studi
model tentang bentuk lengkung gigi.

Analisis studi model


Bentuk lengkung gigi
Analisis lengkung gigi bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
keharmonisan antara bentuk lengkung gigi dengan bentuk muka pasien, serta
keharmonisan antara bentuk lengkung gigi atas dan lengkung gigi bawah.
Perhatikan keseimbangan sisi kanan dan kiri apakah simetris atau asimetris. Macam
–macam bentuk lengkung gigi adalah
1. Setengah elips
Puncak lengkung dari gigi C kanan ke C kiri berbentuk garis lengkung
(curved), kaki lengkung dari gigi P1 ke M2 berbentuk garis lengkung jika
diperpanjang berpotongan di posterior, gigi M2 sisi distalnya tampak mulai
berbelok mengarah ke garis tengah melengkung.
2. Parabola
Puncak lengkung curved, kaki lengkung merupakan garis lurus (straight),
menyebar (divergen) jika diperpanjang tidak bertemu diposterior.
3. U form
Puncak lengkung curved, kaki lengkung antara kanan dan kiri lurus
(straight) dan saling sejajar.
4. V form
Puncak lengkung lancip, gigi C dan I2 lurus ke depan merupakan terusan
kaki lengkung, gigi I1 saling membentuk sudut, kaki lengkung straight,
divergen
5. Trapezoid
Puncak lengkung datar, gigi C – C merupakan titik sudut dari trapesium,
kaki lengkung straight, divergen.
6. Setengah lingkaran
Bentuk ini biasanya tampak pada awal periode gigi campuran sata M1
sudah erupsi, puncak dan kaki lengkung (M1 – M1) merupakan bagian dari
setengah lingkaran.

Lebar Mesiodistal Gigi geligi


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sliding caliper yang telah
diruncingkan dan pengukuran dilakukan pada titik kontak gigi geligi.

Perhitungan-perhitungan
Metode Pont
Analisis dengan metode Pont dilakukan pada periode gigi permanen yang
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ke arah lateral di
regio interpremolar pertama dan intermolar pertama. Lebar mesiodistal gigi 21 12
sebagai predictor dan digunakan untuk menghitung lebar lengkung gigi di regio inter
P1 dan inter M1 yang ideal untuk menampung gigi. Dengan membandingkan lebar
lengkung gigi pasien yang ada pada model studi, maka dapat diketahui bahwa
pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien di regio P 1 dan M1 ke arah
lateral, normal, kurang (kontraksi) atau berlebihan (distraksi).
Ukur lebar mesiodistal keempat gigi incisivus atas, jumlahkan dan catat
pada formulir pemeriksaan. Hitung lebar lengkung gigi P1 kanan ke P1 kiri (P 1 - P1)
dan M1 kanan ke M1 (M1 - M1) kiri yang dibutuhkan dengan melihat tabel (indeks
Ponts) atau lebih tepat secara individual jika dihitung dengan rumus
1. P1-P1 perhitungan = jumlah lebar 21 12 dibagi 80 dikalikan 100, catat pada
formulir. Ukur lebar P1-P1 pada studi model dengan mengukur lebar titik
terdistal cekung mesial gigi P1 atas kanan dan kiri, jika P1 atas tidak ada
atau malposisi bisa diukur jarak puncak tonjol bukal gigi P 1 bawah kanan
dan kiri. Catat dan cari diskrepansinya, beri keterangan.
2. M1-M1 perhitungan = jumlah lebar mesiodistal 21 12 dibagi 64 dikalikan 100,
catat pada formulir. Ukur lebar M1-M1 dengan mengukur jarak titik cekung
mesial M1 atas kanan dan kiri, jika M1 atas sudah dicabut atau malposisi
ukur jarak puncak tonjol sentral pada sisi paling bukal gigi M 1 bawah kanan
dan kiri. Catat dan cari diskrepansinya, kemudian beri keterangan.
3. Keterangan dari hasil perhitungan tersebut adalah kondisi lengkung gigi
mengalami kontraksi (kurang) atau distraksi (lebih) dengan derajat ˂5 mm
yang berarti ringan, derajat 5-10 mm yang berarti sedang dan derajat ˃10
mm yang berarti berat.

Metode Korkhaus
Seperti pada Metode Pont, metode Korkhaus dimaksudkan untuk
mengetahui tinggi lengkung gigi yang ideal untuk pasien dengan lebar gigi 21 12
sebagai predictor. Tetapkan tinggi lengkung gigi yang ideal melalui tabel Korkhaus,
dan catat pada formulir. Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada studi model
dengan salah satu cara berikut
1. Memakai orthocroos (alat ukur Korkhaus).
Dengan alat ini selain dapat mengetahui tinggi lengkung gigi juga dapat
mengetahui tinggi lengkung basal pasien dengan cara
a. Alat diletakkan pada permukaan oklusal gigi dengan posisi garis
melintang tepat pada titik P1 kanan dan kiri (titik terdistal cekung
mesial). Kemudian penunjuk basal rahang didekatkan sampai
menempel pada tepi terdepan basis alveolaris setinggi apeks gigi
incisivus sentral (titik A Steiner). Catat hasil pengukuran tinggi
lengkung basal pasien. Kemudian penunjuk (pointer) ditarik pelan-
pelan ke posterior sampai setinggi permukaan labial gigi incisivus
sentral atas, catat tinggi lengkung gigi pasien.
2. Memakai penggaris dan sliding caliper.
Letakkan penggaris di atas permukaan oklusal gigi P 1 kanan dan kiri tepat
pada titik pengukuran Pont, kemudian pangkal sliding caliper ditempelkan
pada permukaan labial didekat incisal incisivus sentral kanan dan kiri (di
daerah interdental), setelah itu kaliper digeser agar terbuka sehingga
penunjuk pada pangkal pegangan mencapai posisi penggaris. Catat hasil
pengukuran pada formulir.
3. Diskrepansi tinggi lengkung gigi pasien dapat diketahui dengan
membandingkan dengan data tabel (indeks Korkhaus). Apakah
pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien ke arah anterior
dalam kondisi normal, mengalami protraksi atau retraksi?
4. Dengan membandingkan tinggi lengkung gigi dan tinggi lengkung basal
pasien dapat diketahui diskrepansi tinggi lengkung basal pasien. Ini
merupakan inklinasi gigi incisivus sentral pasien yang diukur secara linier.
Pengukuran ini berfungsi pada analisis determinasi lengkung yaitu
retrusi lengkung gigi rahang atas dapat dilakukan maksimal hingga
posisi gigi incisivus atas tegak yaitu sampai tinggi lengkung gigi sama
dengan tinggi lengkung basal atau sebesar diskrepansi tinggi
lengkung gigi basal pasien.

TABEL INDEKS PONT DAN KORKHAUS


JUMLAH JARAK P1 – P1 JARAK M1 – M1 JARAK I – INTER
LEBAR I ATAS ∑ | 𝑋 100 ∑ | 𝑋 100 P1
80 64 (KORKHAUS)
27 33,5 42,5 16
27,5 34 42,95 16,3
28 35 44 16,5
28,5 35,5 44,5 16,8
29 36 45,3 17
29,5 37 46 17,3
30 37,5 46,8 17,5
30,5 38 47,6 17,8
31 39 48,4 18
31,5 39,5 49,2 18,3
32 40 50 18,5
32,5 40,5 50,8 18,8
33 41 51,5 19
33,5 42 52,3 19,3
34 43 53 19,5
34,5 43,5 53,9 19,8
35 44 54,5 20
35,5 44,5 55,5 20,5
36 45 56,2 21

Metode Howes:
Metode Howes juga digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi
permanen yaitu untuk mengetahui lebar lengkung gigi dan lengkung basal (basis
alveolaris) pasien dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1-
M1 sebagai prediktor.
1. Ukur lebar mesiosdistal gigi geligi dari M1 kanan ke M1 kiri dan catat pada
formulir pemeriksaan
2. Ukur lebar lengkung gigi dengan mengukur jarak inter P 1 pada titik bagian
dalam tonjol bukal gigi P1 kanan dan kiri
3. Hitung indeks premolar pasien yaitu lebar inter P 1 dibagi jumlah lebar
mesiodistal gigi M1 – M1 kemudian dikalikan 100
4. Hitung lebar lengkung basal dengan mengukur jarak interforsa canina yaitu
titik pada basis alveolaris setinggi apeks gigi P1 kanan dan kiri.
5. Hitung indeks fossa canina pasien yaitu lebar interfossa canina dibagi
jumlah lebar mesiodistal gigi M1 – M1 dikalikan 100
Diagnosis:
1. Agar supaya lengkung gigi dapat menampung gigi ke dalam lengkung ideal
dan stabil, indeks premolar sekurang-kurangnya 43%
2. Agar supaya lengkung basal dapat menampung gigi ke dalam lengkung
ideal dan stabil, indeks fossa canina sekurang-kurangnya 44%
3. Apabila indeks fossa canina pasien <37%, merupakan kasus dengan
indikasi pencabutan
4. Apabila indeks fossa canina pasien diantara (37% < n < 44%), merupakan
kasus meragukan, indikasi ekspansi atau pencabutan, periksa hasil analisis
yang lain
5. Apabila indeks fossa canina < indeks premolar merupakan kontraindikasi
ekspansi

Metode Moyers:
Analisis ini digunakan untuk kasus maloklusi pada periode gigi campuran
(mixed dentition), yaitu untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P 1 dan P2
yang belum erupsi.
Ukurlah lebar mesio distal ke empat gigi incisivus permanen bawah,
jumlahkan dan catat pada formulir pemeriksaan. Catat lebar ruang yang dibutuhkan
untuk erupsi gigi C, P1, P2, sisi kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun
rahang bawah sesuai dengan tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75%.
Pada model, jika posisi gigi incisivus permanen belum normal, letakkan pada posisi
yang benar dengan mengukurkan masing-masing lebar mesiodistalnya dari posisi
median line yang benar ke arah distal. Ukur ruang yang tersedia dan catat besar
diskrepansi ruang yang ada untuk masing-masing sisi rahang.
Catatan:
Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar pertama
atas dan bawah masih end to end bite (sejajar) pada masing-masing sisi tambahkan
kebutuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I Angle (Lee Way space)
rata-rata sebesar 0,9 mm untuk rahang atas dan 1,7 mm untuk rahang bawah.

Metode Nance
Analisis ini juga berfungsi untuk mengetahui besarnya Lee Way Space
pada kasus-kasus mixed dentition.
Buat foto rontgen periapikal untuk gigi C, P1, dan P2 yang belum erupsi
pada ke empat sisi rahang. Pada foto rontgen, ukur lebar mesiodistal masing-masing
dan lakukan koreksi terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar
mesiodistal P1 sesungguhnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut P 1 : P1
Ro = M1 : M1 Ro, lebar mesiosdistal M1 yang sudah erupsi dapat langsung diukur
pada model. Jumlahkan hasil pengukuran yang sudah dikoreksi dan catat pada
formulir pemeriksaan. Jumlahkan mesiosdistal gigi desidui c, m 1, m2, lalu
bandingkan dengan hasil pengukuran dari rontgen untuk gigi C, P1 dan P2. Hasil
perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan lengkung ideal.

Determinasi Lengkung
Determinasi lengkung dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran
mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal
mungkin dari lengkung mula-mula yang ada pada pasien.
Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung
yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik
transparan di atas plat kaca kemudian membandingkan dengan jumlah lebar
mesiosdistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut.
Dengan metode ini perencanaan perawatan akan lebih mudah dilakukan
karena tidak perlu membuat model khusus (Set up model) karena langsung bisa
dilakukan pada studi model.

Bahan dan alat yang dilakukan:


1. Model studi
2. Plat kaca atau mika, tebal 2 mm
3. Plastik transparan
4. Spidol F (fine) dua warna (hijau dan merah)
5. Kaliper geser skala 0,05 mm
6. Alkohol atau thinner
7. Kapas

Cara kerja
1. Penapakan lengkung pra-koreksi (lengkung awal/lengkung mula-mula)
a. Menapak lengkung awal pada rahang atas
b. Menapak lengkung awal pada rahang bawah
c. Mengecek ketepatan hasil penapakan
2. Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung ideal)
a. Membuat lengkung ideal pada rahang atas
b. Membuat lengkung ideal pada rahang bawah
3. Pengukuran diskrepansi lengkung
a. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang atas
b. Mengukur diskrepansi lengkung ideal pada rahang bawah
4. Menetapkan cara pencarian ruang

Penjelasan
1. Penapakan lengkung pra koreksi
Lengkung prakoreksi juga disebut sebagai lengkung mula-mula atau awal
sebelum perawatan dilakukan.
a. Menapak lengkung awal pada rahang atas
• Studi model rahang atas diletakkan di atas meja datar sejajar lantai
• Plat kaca/mika diletakkan di atas permukaan oklusal gigi-gigi
• Di atas plat dilapisi plastik transparan
• Dengan pengamatan tegak lurus bidang plat, penapakan dilakukan
dengan spidol biru mengikuti lebar mesiodistal gigi (lebar mesiodistal
terbesar) dari gigi M2 kanan ke M2 kiri. Akan terbentuk lengkung yang
berkelok-kelok mengikuti posisi gigi yang tidak teratur.
• Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara membuat titik pada
puncak lengkung sesuai dengan posisi median line gigi di daerah
interdental incisivus sentral atas
• Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada kedua kaki
lengkung (kanan dan kiri) di daerah distal gigi yang paling distal yang
posisinya normal:
Contoh:
- Jika koreksi gigi akan dilakuakn hanya sampai gigi incisivus lateral
kanan dan kiri, basis lengkung gigi dbuat di distal gigi kaninus
kanan dan kiri
- Jika koreksi gigi dilakuakn hanya sampai gigi kaninus kanan dan
kiri atau kanan diperkirakan dilakukan pencabutan P 1, maka basis
lengkung dibuat di distal P2 kanan dan kiri
- Jika koreksi dilakukan sampai P2 kanan dan kiri, maka basis
lengkung dibuat di sital M1 kanan dan kiri.
• Mentranser posisi basis lengkung rahang atas ke model rahang bawah
- Model rahang atas dan bawah dioklusikan secara sentrik
- Posisi basis lengkung gigi rahang atas ditransfer ke gigi rahang
bawah dengan membuat garis pada permukaan bukal mahkota gigi
rahang bawah kanan dan kiri, tepat pada sisi distal gigi rahang atas
yang dipilih sebagai basis lengkung. Posisi basis lengkung gigi
rahang atas tidak selalu akan sama dengan posisi distal gigi
rahang bawah.
b. Menapak lengkung awal pada rahang bawah
• Plat kaca diletakkan pada permukaan oklusal model gigi rahang bawah
• Plastik transparan dibalik supaya posisi kanan dan kiri rahang atas
sesuai dengan rahang bawah , kemudian titik basis lengkung rahang
atas dihimpitkan pada posis basis yang telah dibuat pada rahang
bawah tadi
• Kemudian dilakukan penapakan dengan spidol biru mengikuti lebar
mesiodistal terlebar dari M1 kanan ke M2 kiri, terbentuk lengkung yang
berkelok-kelok mengikuti posisi gigi yang tidak teratur
• Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara membuat titik pada
puncak lengkung sesuai dengan posisi median line gigi di daerah
interdental incisivus sentral bawah
• Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada kedua kaki
lengkung kanan dan kiri, di daerah distal gigi yang paling distal yang
posisinya normal. Posisi basis lengkung rahang bawah tidak harus
sama dengan gigi rahang atas.
c. Mengecek ketepatan hasil penapakan
Untuk mengetahui ketepatan penapakan dilakukan pengecekan hasil
penapakan dengan melakukan pengukuran dengan sliding calipers.
• Jarak puncak lengkung rahang atas dan bawah harus sesuai dengan
overjet pasien
• Lebar kaki lengkung rahang atas dan bawah pada hasil penapakan
diplat kaca harus sesuai dengan lebar studi model

2. Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung ideal)


Lengkung pasca koreksi adalah lengkung ideal untuk masing-masing
pasien (individual), direncanakan oleh operator berdasarkan kondisi ideal yang
mungkin dapat dicapai dalam perawatan nanti. Dengan mengacu pada oklusi
normal, posisi dan relasi rahang serta kemampuan alat yang dipakai untuk
melakukan koreksi terhadap gigi, kemudian ditetapkan
Apakah akan melakukan koreksi medianline? Ini sulit dilakukan dengan
alat lepasan jika harus menggeser banyak gigi untuk mengoreksi garis
median line yang sedikit bergeser
Apakah akan dilakukan koreksi relasi molar pertama (klasifikasi
angle)? Ini sulit dilakukan dengan alat lepasan jika harus menggeser
banyak gigi posterior
Apakah malposisi ringan pada gigi posterior akan dikoreksi atau sudah
dianggap normal saja? Karena sulit mengoreksi gigi posterior yang
rotasi ringan dengan alat lepasan
Apakah akan melakukan retrusi gigi anterior secara maksimal untuk
mengkompensasi rahang yang protrusif? Ini dilakukan pada kasus
malokklusi tipe skeletal atau kombinasi dentoskeletal dengan koreksi
retrusi kompenasi pada gigi-gigi anterior.
Apakah lengkung ideal dibuat terlebih dahulu pada rahang atas diikuti
rahang bawah, atau sebaliknya? Ini tergantung pada posisi rahang
yang dianggap normal dan kemampuan gigi-gigi untuk
mengkompensasi diskrepansi rahang tersebut.

a. Membuat lengkung ideal pada rahang atas


• Plat kaca diletakkan pada permukaan oklusal model rahang atas dan
plastik transparan dibalik dikembalikan pada posisi semula
• Tetapkan posisi puncak lengkung ideal rahang atas yang akan dibuat
yaitu
➢ Jika tidak ada retrusi, maka puncak lengkung tetap
➢ Retrusi maksimal sampai inklinasi gigi incisivus atas tegak yaitu
dengan meletakkan titik spidol merah tepat setinggi foramen
incisivus, atau dengan mengacu pada hasil perhitungan Korkhaus,
berapa nilai normal jarak inter P1 dengan puncak I1.
➢ Retrusi sampai inklinasi gigi incisivus normal yaitu 2-4 mm di depan
foramen incisivus atau dengan mengacu pada hasil perhitungan
Korkhaus, berapa nilai normal jarak inter P1 dengan puncak I1
• Ukur besar retrusi gigi anterior atas yang telah ditetapkan dengan
mengukur posisi puncak lengkung awal ke posisi puncak lengkung
ideal dan hitung besar perubahan overjet yang terjadi dengan
mengurangi besar overjet awal dengan besar retrusi rahang atas yang
telah ditetapkan. Apabila nilainya negatif akan terjadi crossbite anterior,
jika tidak dilakukan retrusi pada rahang bawah.
• Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika
ada) hubungkan titik basis lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung
membentuk lengkung ideal rahang atas.
b. Membuat lengkung ideal pada rahang bawah:
• Plat kaca dipindahkan ke model rahang bawah. Plastik transparan
dibalik, posisi basis dipaskan pada posisi semula
• Tetapkan overjet akhir yang akan direncanakan dengan menetapkan
posisi puncak lengkung ideal rahang bawah di belakang puncak
lengkung rahang atas
• Tetapkan besar retrusi (mungkin juga protrusi) pada rahang bawah
yang harus dilakukan dengan mengukur jarak posisi titik puncak
lengkung awal ke puncak lengkung ideal rahang bawah.
• Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika ada)
hubungkan titik basis lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung
membentuk lengkung ideal rahang bawah.

3. Pengukuran diskrepansi lengkung


Diskrepansi lengkung adalah perbedaan antara panjang lengkung ideal
yang dirancang dengan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi yang akan ditempatkan
pada lengkung tersebut. Ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan apakah
perlu dilakukan koreksi median line gigi atau tidak?
• Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang atas
➢ Dari lengkung ideal yang sudah dibuat tetapkan posisi puncak
lengkung tepat pada posisi median line rahang atas. Jika perlu
dilakukan koreksi median line tetapkan posisi puncak lengkung
ideal dengan menggeser posisi median line ke posisi yang benar
sesuai dengan besar pergeseran gigi yang ada
➢ Dengan spidol F (hijau) tetapkan posisi basis kanan dan kiri
lengkung ideal (distal P2 atau distal M1) sesuai dengan posisi gigi
P2/M1 yang sebenarnya.
➢ Ukur kecukupan ruang lengkung ideal
✓ Dari median line ke basis kanan dengan menggunakan sliding
caliper, mulai tapakkan ukuran mesiodistal gigi dari I1 sampai
P2/M1, tandai dengan spidol F (merah)
✓ Kekurangan ruang sisi kanan akan diketahui dengan
membandingkan selisih jarak titik distal P2/M1 sebenarnya
(warna hijau) dengan titik distal P2/M1 setelah disusun sesuai
lengkung ideal
✓ Dari median line ke basis kiri dengan menggunakan sliding
caliper, mulai tapakkan ukuran mesiodistal gigi dari I 1 sampai
P2/M1, tanda dengan spidol F (merah)
✓ Kekurangan ruang sisi kiri akan diketahui dengan
membandingkan selisih jarak titik distal P2/M1 sebenarnya
(warna hijau) dengan titik distal P2/M1 setelah disusun sesuai
lengkung ideal.
• Mengukur diskrepansi lengkung ideal pada rahang bawah
➢ Dengan cara yang sama seperti pada rahang atas lakukan juga
pengukuran pada rahang bawah.

4. Menetapkan cara pencarian ruang


Menurut Carey apabila kekurangan ruang per sisi lengkung didapatkan:
a. Lebih besar dari setengah lebar mesiodistal gigi P1, maka cabut gigi P1,
pada sisi tersebut
b. Lebih besar dari seperempat sampai setengah lebar mesiodistal gigi
P1, dianjurkan untuk dilakukan.
- Pencabutan satu P1 pada salah satu sisi lengkung jika ada
pergeseran median line
- Pencabutan dua P2 kanan dan P2 kiri, jika lengkung gigi sudah
simetris
- Ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi jika lengkung gigi
mengalami konstraksi
c. Lebih kecil dari seperempat lebar mesiodistal gigi P1 dapat dilakukan.
- Penggrindingan lebar mesiodistal gigi anterior jika pasien tidak
rentan terhadap karies
- Ekspansi jika lengkung gigi mengalami kontraksi
Pemeriksaan penunjang diagnostik/Laboratorium
Pemeriksaan rontgen dilakukan sebagai pemeriksaan pendukung untuk
melengkapi penemuan klinis yang didapat. Jenis foto rontgen yang sering
dibutuhkan adalah
- Foto periapikal
- Foto panoramik
- Foto sefalogram untuk analisis sefalometri

Diagnosis:
Menetapkan keadaan maloklusi pasien selengkap mungkin berdasarkan
semua data yang telah dikumpulkan sehingga didapatkan gambaran menyeluruh
tentang komponen dentofasial yang mengakibatkan terjadinya maloklusi.
Maloklusi dinyatakan dalam bentuk kalimat yang diawali dengan kalimat Maloklusi
Angle Klas .......... dst.
a. Sebutkan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan gigi M1 atas dan
bawah pasien sesuai dengan klasifikasi Angle, bila perlu diberikan
keterengan divisi dan subdivisinya
b. Sebutkan tipe maloklusinya dan komponen yang dilibatkan: skeletal, dental
atau dentoskeletal
c. Sebutkan malrelasi gigi lainnya
d. Sebutkan malposisi gigi individual yang ada
e. Sebutkan jika masih ada kebiasaan buruk yang dilakuakn pasien
Analisis etiologi malposisi dan maloklusi
Analisis untuk menentukan sumber penyebab terjadinya maloklusi pada
pasien yang disimpulkan dari semua data hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Rencana perawatan
Menyatakan tentang tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses
perawatan, disusun sesuai dengan urutan kronologis tahap perawatan sesuai
dengan kasus yang dihadapi, misalnya
a. Menghilangkan kebiasaan buruk
b. Pencarian uang
c. Distribusi ruang
d. Koreksi deep overbite
e. Koreksi malposisi gigi individual
f. Koreksi lengkung gigi
g. Penutupan sisa ruang
h. Penyesuaian oklusi
i. Retainer

Gambar Desain Alat


Gambar desain alat untuk masing-masing rahang yang akan dipakai, beri
keterangan komponen alat dan ukuran diameter kawat yang digunakan. Gambar
juga didesain alat retainer yang digunakan.

Prognosis
Prognosis adalah perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan perawatan
yang akan dilakukan: baik, buruk atau meragukan. Berikan alasan yang mendukung
pernyataan tersebut. Alasan pendukung dapat dipertimbangkan dari:
a. Keadaan pasien: kasus, usia, kesehatan, kooperatifitas
b. Kemampuan operator
c. Kecanggihan alat yang dipakai
3. PEMBUATAN PLAT AKTIF

I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat pesawat orthodonsi sederhana plat aktif.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu membuat desain plat aktif
2. Mahasiswa mampu membuat komponen penjangkar pada plat aktif
3. Mahasiswa mampu membuat komponen aktif pada plat aktif
4. Mahasiswa mampu membuat komponen pasif pada plat aktif
5. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi resin akrilik self cure

II. Alat dan Bahan


1. Model kerja
2. Kawat stainless steel Ø 0,7 mm dan 0,6 mm
3. Alat tulis
4. Tang pipih
5. Tang ½ bulat
6. Tang universal
7. Tang potong
8. Modelling wax
9. Self curing acrylic
10. Cold mould seal
11. Kuas
12. Arkansas stone
13. Fraser
14. Vitlcone
15. Pumice
16. Kryt

III. Ketentuan Skill Lab


1. Mahasiswa bekerja secara perorangan untuk membuat plat aktif
2. Mahasiswa menggunakan alat milik sendiri sesuai yang ditunjukkan demi
kelancaran skill lab, kecuali alat tertenu yang digunakan per kelompok
disediakan oleh fakultas
3. Masing-masing mahasiswa akan mendapat kawat stainless steel Ø 0,6 mm
dan 0,7 mm, sekrup ekspansi rahang atas atau rahang bawah, pumice dan
kryt untuk keperluan skill lab. Apabila terjadi kegagalan mahasiswa diharap
menyediakan sendiri bahan tersebut (unit skill lab menyediakan dan
melayani pembelian bahan bagi mahasiswa yang gagal dalam
pelaksanaan skill lab)
4. Mahasiswa memahami dan melakukan ketentuan yang diinstruksikan
supaya tidak merusak sarana dan prasarana ruang skill lab
5. Mahasiswa mematuhi tata tertib skill lab
6. Mahasiswa sudah belajar mandiri mengenai desain, komponen, teknik
pembuatan plat aktif, dan manipulasi resin akrilik self curing.

IV. Dasar teori


Pesawat orthodonsi lepasan merupakan alat orthodonsia yang
didesain dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Pesawat orthodonsi
lepasan terbatas untuk menggerakkan gigi secara tipping, dan rotasi
sederhana. Pesawat orthodonsi lepasan terdiri dari komponen retentif,
komponen aktif, dan base plate.
Keberhasilan pesawat orthodonsi lepasan terutama tergantung
pada retensi yang baik. Retensi yang memadai didapatkan dari komponen wire
bernama klamer (clasp) dan diletakkan pada undercut gigi baik mesio-distal
atau bucco-lingual. Macam – macam desain klamer dibuat berdasarkan
kebutuhan klinis. Beberapa klamer yang sering digunakan adalah C klamer dan
adam klamer, sedangkan klamer lain yang adalah occlusal rest clasp, duyzing
clasp, lingual extention clasp, eyelet clasp, delta clasp, arrow-pin clasp, visick
clasp, ball end clasp, dan wrought-roach clasp.
1. Adam klamer
Adam klamer dikenalkan oleh C Phillips Adams, yang dikenal juga
dengan nama universal clasp, liverpool clasp, dan modified arrowhead clasp,
dibuat menggunakan stainless steel wire Ø 0,7 mm. Adam klamer biasa
ditempatkan pada gigi molar atau premolar, dan memiliki bagian-bagian
sebagai berikut arrowheads (U loop) di mesiobuccal dan distobuccal,
connecting bridge (bar), dan lengan retentif dengan tambahan retensi di
ujungnya (retentive arms with retentive tags).
Lebar bridge adam klamer adalah 2/3 permukaan bukal gigi. Untuk
menentukannya dibantu dengan membuat dua garis vertikal pada permukaan
bukal di sisi mesial dan sisi distal sehingga permukaan gigi terbagi menjadi 3
kolom. Menentukan letak arrowhead pada buccoproximal gigi, dibantu dengan
membuat dua garis horisontal pada permukaan bukal dan berpotongan dengan
garis vertikal, sehingga membagi permukaan gigi menjadi 3 baris. Kotak yang
dibentuk oleh garis vertikal dan horisontal pada mesiogingiva dan distogingiva
merupakan letak arrowhead, yaitu undercut gigi. Hasil akhir adam klamer harus
memenuhi poin berikut ini
a. Arrowhead harus berada di area undercut buccoproximal.
b. Arrowhead harus membentuk titik kontak bukan bidang kontak.
c. Bridge harus berada di 2/3 gigi
d. Bridge harus harus berjarak 2 mm dari permukaan gigi
e. Ketika dilihat dari samping, bridge harus membentuk sudut 45o
terhadap permukaan gigi
f. Bridge harus paralel terhadap permukaan bukal
g. Retentive arm tidak boleh mengganggu oklusi
2. Labial arch
Labial arch atau labial bow merupakan komponen pesawat orthodonsi
lepasan yang dibuat menggunakan kawat stainless steel dengan Ø 0,7 mm
untuk meretraksi gigi anterior (komponen aktif) dan menahan gigi anterior
(komponen pasif), juga berkontribusi dalam retensi pesawat orthodonsi lepasan
(komponen retentif). Labial arch memiliki bagian-bagian, yaitu horizontal arm
(horizontal bow / arch bar), vertical loop (U loop), dan retentive (kaki). Terdapat
beberapa tipe labial arch yang dapat digunakan sesuai dengan kasus yang
ada, yaitu short labial bow, long labial bow, split labial bow, robert’s retractor,
mill’s retractor, high labial bow, reverse loop labial bow, labial bow with self
straightening wires, labial bow with elastics, fitted labial bow, soldered labial
bow, rickett’s retention bow, begg retention bow, miscellaneous. Pemilihan tipe
labial arch dipengaruhi oleh
a. Jumlah gigi yang digerakkan
Empat insisivus diretraksi → short labial arch
Kaninus dikontrol selama retraksi gigi anterior → reverse loop labial
arch
b. Keparahan protusi gigi
Protusi gigi ringan → short labial bow atau long labial bow
Protusi gigi parah → robert’s retractor
c. Tujuan labial arch
Retraksi gigi anterior → robert’s retractor
Retensi → fitted labial bow atau soldered labial bow
d. Lokasi diastema (spacing) gigi
Spacing diantara gigi insisivus → short labial bow
Spacing di distal gigi kaninus → long labial bow
e. Preference of the clinician

Spring adalah komponen aktif dari pesawat orthodonsi lepasan


yang berfungsi untuk menggerakkan gigi. Spring diklasifikasikan berdasarkan
a. Arah pergerakan gigi, yaitu spring untuk menggerakkan gigi ke
mesiodistal, spring untuk menggerakkan gigi ke labial, spring untuk
menggerakkan gigi ke lingual, spring untuk melebarkan rahang.
b. Dukungan alami yang dibutuhkan untuk gerakan spring, yaitu self
supporting spring (contoh : self supporting buccal canine retractor),
guided spring (contoh : finger spring, single cantilever spring,
double cantilever spring, T spring, flapper), dan auxiliary spring
(high labial bow with apron spring).
Terdapat bermacam-macam tipe spring, yaitu finger spring, single
cantilever spring, double cantilever spring (Z spring), T spring, self supporting
buccal spring, flapper spring, apron spring, coffin spring, reverse loop canine
retractor, buccal canine retractor, palatal canine retractor, dan U loop canine
retractor. `
2. Finger spring
Finger spring digunakan untuk menggerakkan gigi ke mesial atau ke
distal dengan menggunakan kawat stainless steel Ø 0,5 mm pada gigi insisivus
dan Ø 0,6 mm pada gigi kaninus dan premolar. Bagian-bagian dari finger
spring adalah active arm, coil, dan retentive arm. Active arm harus menyentuh
sisi proksimal gigi dan beradaptasi dengan baik pada sisi labial permukaan gigi.
Coil dibuat dengan diameter internal 3mm, diposisikan di tengah-tengah antara
posisi awal dan posisi akhir gigi yang digerakkan, dan harus berada di sisi yang
berlawanan dengan arah pergerakan gigi. Retentive arm ditempatkan di bagian
palatal. Finger spring diaktifkan dengan cara membuka koil ± 3mm.
3. Cantilever spring
Cantilever spring digunakan untuk membuat gerakan rotasi dan atau
menggerakkan gigi ke arah labial dengan menggunakan kawat stainless steel
Ø 0,5 mm. Cantilever spring memiliki 3 tipe, yaitu single cantilever spring,
double cantilever spring, dan cranked spring. Double cantilever spring memiliki
dua koil dan menyerupai bentuk huruf Z ketika diaktifkan, karena itu spring ini
disebut juga sebagai Z spring. Cara mengaktivasi cantilever spring yaitu
dengan membuka koil sebesar ±2–3 mm. Pada double cantilever spring
diaktivasi dengan membuka tangkai palatal (palatal limb) kemudian
menyesuaikan tangkai ujung (free end), sehingga tegak lurus terhadap arah
pergerakan gigi.
4. Buccal retractor

V. Tahap Pelaksanaan Skill Lab


1. Persiapan model kerja
Menggunakan model hasil pencetakkan antar teman, baik rahang atas atau
rahang bawah. Pemilihan rahang akan dilakukan oleh trainer.
2. Pembuatan desain pada model kerja
Gambarlah dengan pensil pada model kerja
a. Adam Klamer pada gigi M1 kanan dan kiri sebagai penjangkar
b. Labial Arch dengan loop pada P1 kanan dan kiri
c. Finger spring, cantilever spring, double cantilever spring, dan atau
buccal retractor untuk komponen aktif pada gigi yang mengalami kasus
malposisi
3. Buatlah Adam Klamer, Labial Arch dan auxilliary spring , kemudian lakukan
fiksasi pada lengan klamer menggunakan modelling wax. Lihat kembali pada
buku modul skill lab blok biomaterial kedokteran gigi.
4. Lakukan manipulasi resin akrilik self cure
Metode manipulasi resin akrilik self cure ada beberapa cara, yaitu
a. Polimer ditaburkan di atas model kerja dengan tipis, kemudian ditetesi
monomer, hingga semua polimer terbasahi. Ulangi teknik ini selapis
demi selapis hingga ketebalan yang diinginkan.
b. Polimer dan monomer dicampur di dalam stellon pot hingga konsistensi
yang diinginkan tercapai, kemudian ditempatkan dan dibentuk di atas
model kerja dengan bantuan spatula stainless steel..
c. Monomer dioleskan pada polimer menggunakan kuas, kemudian
dioleskan pada model kerja. Ulangi teknik tersebut lapis demi lapis
hingga ketebalan yang diinginkan.
5. Biarkan hingga resin akrilik self cure setting sempurna dengan
memperhatikan peningkatan dan penurunan suhu yang terjadi, kemudian
lakukan finishing dan polishing menggunakan arkansas stone, vilt cone,
pumice dan kryt.
6. Insersikan pada pasien
a. Alat harus dapat masuk dengan pas pada rahang dan retentif
b. Alat harus stabil
c. Alat tidak melukai jaringan lunak.
4. PEMBUATAN PLAT EKSPANSI

I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat pesawat orthodonsi sederhana plat ekspansi.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu membuat desain plat ekspansi
2. Mahasiswa mampu membuat komponen penjangkar pada plat ekspansi
3. Mahasiswa mampu membuat komponen pasif pada plat ekspansi
4. Mahasiswa mampu melakukan memasang sekrup ekspansi

II. Alat dan Bahan


1. Model kerja
2. Kawat stainless steel Ø 0,7 mm dan 0,6 mm
3. Sekrup ekspansi
4. Alat tulis
5. Tang pipih
6. Tang ½ bulat
7. Tang universal
8. Tang potong
9. Modelling wax
10. Self curing acrylic
11. Cold mould seal
12. Kuas
13. Arkansas stone
14. Fraser
15. Vitlcone
16. Pumice
17. Kryt

III. Ketentuan Skill Lab


1. Mahasiswa bekerja secara perorangan untuk membuat plat ekspansi
2. Mahasiswa menggunakan alat milik sendiri sesuai yang ditunjukkan demi
kelancaran skill lab, kecuali alat tertenu yang digunakan per kelompok
disediakan oleh fakultas
3. Masing-masing mahasiswa akan mendapat kawat stainless steel Ø 0,6 mm
dan 0,7 mm, pumice dan kryt untuk keperluan skill lab. Apabila terjadi
kegagalan mahasiswa diharap menyediakan sendiri bahan tersebut (unit
skill lab menyediakan dan melayani pembelian bahan bagi mahasiswa
yang gagal dalam pelaksanaan skill lab)
4. Mahasiswa memahami dan melakukan ketentuan yang diinstruksikan
supaya tidak merusak sarana dan prasarana ruang skill lab
5. Mahasiswa mematuhi tata tertib skill lab
6. Mahasiswa sudah belajar mandiri mengenai desain, komponen, dan teknik
pembuatan plat ekspansi.

IV. Dasar teori


Dalam orthodonsi, istilah ekspansi digunakan untuk meningkatkanl
sirkumferensial lengkung gigi melalui gerakan bukal, labial atau distal gigi.
Ekspansi lengkung gigi dapat dilakukan dengan menggunakan sekrup
ekspansi atau spring seperti coffin spring. Alat ekspansi dapat dilakukan untuk
melebarkan lengkung gigi (ortodontik) maupun melebarkan lengkung basal
(ortopedik). Pemakaian alat ekspansi pada periode gigi bercampur, akan
sangat efektif dibandingkan pemakaian pada periode gigi permanen,
dikarenakan sutura palatina belum menutup dan pertumbuhan pasien masih
aktif. Pada kondisi ini, selain terjadi pelebaran pada lengkung gigi, pelebaran
akan terjadi pula pada lengkung basal. Sedangkan, pada periode gigi
permanen hanya dapat dilakukan perubahan inklinasi gigi saja, yaitu
melebarkan lengkung gigi tanpa diikuti pelebaran lengkung basal.
Sekrup ekspansi adalah berupa alat mekanis yang merupakan
komponen aktif dari pesawat orhodonsi lepasan, yang digunakan untuk
melebarkan lengkung gigi dan atau tulang alveolar sesuai yang dibutuhkan.
Sekrup ekspansi terdiri dari central body yang membagi dua bagian sama
besar, screw (ulir), satu atau dua pin penuntun dan housing (kotak) yang
terbuat dari logam. Central body memiliki empat lubang dengan jarak sama,
sehingga sekrup dapat dibuka dengan bantuan kunci sebesar ¼ putaran setiap
satu kali putar.
Ketika sekrup dibuka, dua bagian dari pesawat orthodonsi akan
terpisah dan mengaplikasikan tekanan pada gigi dan tulang alveolus. Luas
ligamen periodontal kira-kira 0,15 mm hingga 0,35 mm. Ketika sekrup ekspansi
dibuka ¼ putaran akan menghasilkan kekuatan intermitten (berselang seling)
yang dapat mendorong gigi sebesar 0,18 mm – 0,20 mm, yaitu kurang dari total
luas ligamen periodontal. Sekrup ekspansi diaktifkan ¼ putaran setiap hari atau
2 x ¼ putaran setiap minggu, disesuaikan dengan kasus dan pelebaran yang
diharapkan.
Sekrup ekspansi diklasifikasikan menjadi sekrup ekspansi skeletal,
seperti Hyrax (Hygienic Rapid Expansion) dan sekrup ekspansi dental. Sekrup
ekspansi dental terdiri dari
1. Sekrup ekspansi untuk menggerakkan satu gigi
2. Sekrup ekspansi untuk menggerakkan kelompok gigi
3. Sekrup ekspansi untuk melebarkan dua sisi lengkung gigi secar simetris
4. Sekrup ekspansi untuk ekspansi radial
5. Sekrup ekspansi untuk ekspansi tiga dimensi
6. Miscellaneous

V. Tahap Pelaksanaan Skill Lab


1. Persiapan model kerja
Menggunakan model hasil pencetakkan antar teman, baik rahang atas atau
rahang bawah. Pemilihan rahang akan dilakukan oleh trainer.
2. Pembuatan desain pada model kerja:
Gambarlah dengan pensil pada model kerja
a. Adam Klamer pada gigi M1 kanan dan kiri sebagai penjangkar
b. Labial Arch dengan loop pada P1 kanan dan kiri
c. Sekrup ekspansi sebagai alat ekspansi anterior atau lateral
3. Buatlah Adam Klamer dan Labial Arch, kemudian lakukan fiksasi pada
lengan klamer menggunakan modelling wax. Lihat kembali pada buku modul
skill lab blok biomaterial kedokteran gigi.
4. Lakukan manipulasi resin akrilik self cure
Metode manipulasi resin akrilik self cure ada beberapa macam, yaitu
Metode manipulasi resin akrilik self cure ada beberapa cara, yaitu
a. Polimer ditaburkan di atas model kerja dengan tipis, kemudian ditetesi
monomer, hingga semua polimer terbasahi. Ulangi teknik ini selapis demi
selapis hingga ketebalan yang diinginkan.
b. Polimer dan monomer dicampur di dalam stellon pot hingga konsistensi
yang diinginkan tercapai, kemudian ditempatkan dan dibentuk di atas
model kerja dengan bantuan spatula stainless steel..
c. Monomer dioleskan pada polimer menggunakan kuas, kemudian
dioleskan pada model kerja. Ulangi teknik tersebut lapis demi lapis
hingga ketebalan yang diinginkan.
5. Pasang sekrup ekspansi pada posisinya. Perhatikan arah perputaran sekrup
saat diaktivasi dengan memperhatikan gambar anak panah, perhatikan pula
apakah sekrup ekspansi akan digunakan untuk ekspansi ke anterior atau
ekspansi ke lateral. Contoh model dapat digunakan sebagai rujukan.
6. Biarkan hingga resin akrilik self cure setting sempurna dengan
memperhatikan peningkatan dan penurunan suhu yang terjadi, kemudian
lakukan finishing dan polishing menggunakan arkansas stone, vilt cone,
pumice dan kryt.
7. Insersikan pada pasien
a. Alat harus dapat masuk dengan pas pada rahang dan retentif
b. Alat harus stabil
c. Alat tidak melukai jaringan lunak.
DAFTAR PUSTAKA
Houston, W.J.B. 1997, Orthodonti Walther (Ed. 4th), Hipokrates
Rani, M.S. 1997, Removable Orthodontic Appliances : Design, construction,
application and management, India : All India Publishers & Distributors
Rosenstiel, SF., Land, MF. and Fujimoto, J. 2001. Contemporary Fixed
Prosthodontics, 3rd ed., Missouri: Mosby Company
Shillingburg, HT. 1997, Fundamental of Fixed Prosthodontics, 4th ed., Illionis:
Quintessence Publishing Co. Inc

You might also like