Professional Documents
Culture Documents
Modul Blok 16
Modul Blok 16
Blok kuratif dan rehabilitatif 2 merupakan blok ke 16 yang berada di tahun ketiga
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Semarang. Blok ini diarahkan untuk
memenuhi Standar Kompetensi Dokter Gigi pada area pemahaman pembelajaran dengan
metode student center dan juga pemenuhan kompetensi pada
Domain II: Penguasaan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi
Domain IV: Pemulihan fungsi sistem stomatognatik
Pada blok kuratif dan rehabilitatif 2 terdapat 3 departemen yang terlibat, yaitu
radiologi, ortodonsia, dan prostodonsia. Blok ini mempunyai tujuan akhir mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami mengenai radiologi pada perawatan ortodonsi, perawatan
ortodonsia, dan perawatan prostodonsia. Untuk mencapai tujuan tersebut, akan dilakukan
pembelajaran dalam temu pakar, tutorial, dan skills lab. Pada blok kuratif dan rehabilitatif 2,
mahasiswa akan berlatih mengisi rekam medis ortodonsi sebagai bahan membuat laporan
ortodonsi, termasuk menganalisis model studi dan radiologi sefalometri pada perawatan
ortodonsi, berlatih membuat pesawat ortodonsi lepasan dan mengaktivasinya, serta membuat
gigi tiruan cekat..
Atas terlaksananya kegiatan Skill Lab blok kuratif dan rehabilitatif 2 ini, kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga dengan
terlaksananya kegiatan ini, akan menjadikan sarana yang bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………
Gambaran Blok……………………………………………………………………………….
Topik Tree…………………………………………………………………………………….
Area Kompetensi………………………………………………………………………………..
Blue Print Assesment………………………………………………………………………….
Topik Pembekalan dan Skills Lab……………………………………………………………..
Petunjuk Skills Lab……………………………………………………………………………
Skills Lab Gigi Tiruan Cekat……………………………………………………….
Skills Lab Pengisian Rekam Medis Ortodonsia…………………………………………..
Skills Lab Pembuatan Plat Aktif………………………………………………………….
Skills Lab Pembuatan Plat Ekspansi…………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
GAMBARAN BLOK
Blok kuratif dan rehabilitatif 2 merupakan blok ke 16 yang berada di tahun keempat
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Semarang. Blok ini diarahkan untuk
memenuhi Standar Kompetensi Dokter Gigi pada area pemahaman pembelajaran dengan
metode student center dan juga pemenuhan kompetensi pada
Domain II: Penguasaan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi
Domain IV: Pemulihan fungsi sistem stomatognatik
Pada blok kuratif dan rehabilitatif 2 terdapat 3 departemen yang terlibat, yaitu
radiologi, biomaterial, ortodonsia, dan prostodonsia. Blok ini mempunyai tujuan akhir
mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai radiologi pada perawatan
ortodonsi, perawatan ortodonsia, dan perawatan prostodonsia. Untuk mencapai tujuan
tersebut, akan dilakukan pembelajaran dalam temu pakar, tutorial, dan skills lab. Pada blok
kuratif dan rehabilitatif 2, mahasiswa akan berlatih mengisi rekam medis ortodonsi sebagai
bahan membuat laporan ortodonsi, termasuk menganalisis model studi dan radiologi
sefalometri pada perawatan ortodonsi, berlatih membuat pesawat ortodonsi lepasan dan
mengaktivasinya, serta membuat gigi tiruan cekat..
Atas terlaksananya kegiatan blok kuratif dan rehabilitatif 2 ini, kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga dengan terlaksananya
kegiatan ini, akan menjadikan sarana yang bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
Penyusun
BAB II
AREA KOMPETENSI
BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF 2
Area kompetensi dari Standar Kompetensi Dokter Gigi 2015 yang akan dicapai pada blok ini
sebagai berikut :
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran Dan Kedokteran Gigi
Mampu menggunakan prinsip-prinsip ilmu kedokteran gigi dasar dan ilmu
kedokteran gigi terapan untuk menunjang ketrampilan dan penelitian di bidang
kedokteran gigi
Domain IV: Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik
Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, dan teoritis dalam pengembangan
keilmuan dan ketrampilan melalui pendidikan dan pendidikan berkelanjutan
sehingga mahir
BAB III
TOPIK SKILL LAB
No Topik Departemen Jumlah Metode Jumlah
tatap muka assesment sks
1 Gigi Tiruan Jembatan Prosthodonsi 1530 menit OSCE 0.63
2 Pengisian Rekam Medis 340 menit OSCE 0.14
Ortodonsia Orthodonsi
3 Pembuatan Plat Aktif 780 menit OSCE 0.28
4 Pembuatan Plat Ekspansi 610 menit OSCE 0.21
BAB IV
KONTRAK PEMBELAJARAN
B. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama kuliah diisi dengan kontrak pembelajaran lengkap dengan
penjelasan komponen penugasan dan evaluasi pembelajaran. Pertemuan selanjutnya
diisi dengan tatap muka, tutorial, praktikum, dan praktik lapangan sesuai jadwal.
2. MONEV PROSES
Monev proses dilakukan beberapa tahap sesuai dengan proses pembelajaran yang
dilakukan. Beberapa monev yang diselenggarakan antara lain : Monev Blok,
Monev Tutor, Monev Trainer, dan Monev Narasumber, Monev ujian MCQ dan
OSCE.
D. KRITERIA KELULUSAN
Mahasiswa dinyatakan lulus blok apabila nilai akhir mengacu pada standar PAP yang
berlaku di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANGdengan nilai afektif
minimal BAIK. Batasan nilai akhir mengacu pada standar Pokok Acuan Penilaian
(PAP) sebagai berikut :
No. Huruf Bobot Patokan Penilaian
1. A 4.00 Mempunyai tingkat penguasaan 75,0 – 100
%
2. B 3.00 Mempunyai tingkat penguasaan 65,0 – 74,9
%
3. C 2.00 Mempunyai tingkat penguasaan 55,0 – 64,9
%
4. D 1.00 Mempunyai tingkat penguasaan 45,0 – 54,9
%
5. E 1.00 Mempunyai tingkat penguasaan 0 – 44,9 %
Jenis pelanggaran yang dapat mengurangi nilai afektif apabila melakukan hal-
hal sebagai berikut :
No. Jenis Pelanggaran dan sanksi
1. Mahasiswa yang dengan sengaja memalsu formal dan atau material, dokumen-
dokumen sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini, dengan
mempertimbangkan berat ringannya kesalahan dari yang bersangkutan, dapat
dijatuhi sanksi akademik berupa teguran, skorsing atau pemutusan hak
studi/dikeluarkan dari Universitas.
2. Sanksi sebagaimana tersebut dalam ayat (1) Pasal ini dapat juga dijatuhkan
kepada mahasiswa yang berperilaku tidak sesuai dengan keanggotaannya dalam
masyarakat akademik ataupun karena kelalaian atau dengan sengaja telah
merugikan atau mencemarkan/ menjatuhkan nama baik Universitas.
Jenis pelanggaran lainnya yang belum termuat dalam daftar akan dibicarakan
dalam rapat tim blok dan ditetapkan kemudian.
B. BELAJAR MANDIRI
Belajar mandiri merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk mempelajari secara mandiri suatu topic tertentu
yang telah ditentukan, dengan mengacu pada berbagai jenis sumber belajar maupun
self experiencing. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelompok maupun
individual, dilaporkan dalam bentuk laporan tertulis serta presentasi. Belajar mandiri
dalam blok adalah mengeksplorasi dan mengevaluasi suatu media promosi kesehatan,
mencari kasus tentang agen-agen yang ada pada lingkungan dan jurnal ilmiah.
D. PRAKTIKUM
Praktikum merupakan metode pembelajaran yang mengkolaborasikan kemampuan
psikomotor, pengetahuan (kognitif), dan afektif (sikap) dengan menggunakan sarana
laboratorium. Mahasiswa Blok melakukan praktikum parasitologi dan mikrobiologi.
Tujuan utama praktikum dalam blok adalah mahasiswa diharapkan akan mampu
mengidentifikasi berbagai parasit dan mikroba yang berada di lingkungan, terutama di
tanah dan air.Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Laboratorium
Mikrobiologi.
E. FIELD LAB
Untuk melatih keterampilan mahasiswa, dalam blok ini mahasiswa melakukan field
lab yang memiliki tujuan utama mengidentifikasi sumber-sumber agen lingkungan
dan kesehatan, serta alur transmisi agen. Pada saat pelaksanaan field lab setiap
mahasiswa wajib melaporkan setiap kegiatannya dalam sebuah laporan.
F. SKILL LAB
Keterampilan klinik / Skill Lab adalah kegiatan pembelajaran terstruktur dan mandiri
dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi terhadap probandus yang telah disiapkan.
BUKU PANDUAN SKILL LAB
BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF 2
1. KETENTUAN UMUM
1) Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan skill lab (100%) dan hadir tepat waktu.
Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak di ijinkan mengikuti kegiatan
skills lab pada hari itu.
Mahasiwa yang hadir terlambat sebelum 15 menit tidak mendapatkan waktu tambahan.
2) Aturan berpakaian :
- Mengenakan jas laboratorium sebelum masuk ruangan dengan rapi (di kancing)
- Bagi pria wajib memakai celana panjang kain, kemeja kain tetapi bukan berbahan
jeans dan tidak ketat.
- Bagi wanita wajib memakai rok tanpa belahan dan tidak ketat serta tidak transparan
dan tidak berbahan jeans.
- Tidak diperbolehkan memakai sandal atau sepatu sandal.
- Tidak diperbolehkan berdandan berlebihan (tidak memakai perhiasan / aksesoris
berlebihan), berkuku panjang/cat kuku.
- Rambut pendek dan rapi
- Wajib menggunakan sepatu fantofel dan bukan sepatu dengan hak terlalu tinggi.
3) Tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman ke dalam ruang skill lab.
4) Berlaku tertib, tidak bersendau-gurau dan tidak membuat keributan yang akan
mengganggu kelompok lain serta dilarang mengaktifkan alat komunikasi dan barang
elektronik lainnya.
5) Sebelum dimulai kegiatan skill lab, mahasiswa wajib membuat BUKU RENCANA
KEGIATAN yang akan ditandatangani oleh instruktur, jika mahasiswa tidak membuat
BUKU RENCANA KEGIATAN maka tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan skills lab.
6) Sebelum kegiatan skills lab, trainer akan memberikan PRETEST/ WORK PLAN.
Pretest/work plan dapat diberikan secara lisan/tertulis.
7) Trainer berhak meminta mahasiswa untuk belajar dengan waktu tertentu dan atau
mengeluarkan mahasiswa yang dianggap tidak siap (akan diikutkan sesi inhal).
Mahasiswa yang belajar di ruang skill lab tidak mendapatkan waktu tambahan untuk
kegiatan ketrampilan
8) Mahasiswa wajib meminta persetujuan trainer untuk setiap tahap ketrampilan yang
dilakukan.
9) Dalam menjalankan latihan keterampilan di skill lab, setiap mahasiswa wajib berlatih
memeriksa dan diperiksa (menjadi probandus bagi teman sekelompok, pada kegiatan
skill lab yang membutuhkan probandus).
10) Untuk efisiensi waktu latihan, mahasiswa diharuskan membawa sendiri peralatan yang
sesuai dengan topik keterampilan
11) Trainer berhak menghentikan proses latihan yang sedang berlangsung dan atau
mengeluarkan mahasiswa yang dianggap belum siap atau tidak mematuhi tata tertib skill
lab.
12) Mahasiswa diwajibkan untuk aktif melihat pengumuman atau agenda kegiatan skill lab di
papan pengumuman skill lab
13) Mahasiswa tidak diperbolehkan menggunakan peralatan di ruang skill lab sebelum
kegiatan skill lab berlangsung.
14) Mahasiwa wajib menjaga kerapian dan kebersihan ruang skill lab selama dan setelah skill
lab berlangsung.
15) Setiap pengumuman akan ditempel oleh pengelola di papan pengumuman skill lab. Setiap
mahasiswa wajib aktif melihat sendiri pengumuman yang ditempel di papan
pengumuman skill lab. Tidak ada toleransi terhadap ketidaktahuan akan informasi yang
sudah ditempel di papan pengumuman.
16) Unit skill lab tidak mentolerir ketidakjujuran, kecurangan dan pelanggaran tata
tertib selama kegiatan pembelajaran.
17) Pelanggaran terhadap peraturan skill lab akan dikenai sanksi berupa teguran lisan,
referat (artikel), denda, pengurangan nilai atau pembatalan nilai dan dinyatakan
tidak lulus.
2. KETENTUAN IJIN
1) Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan skill lab sesuai jadwal (100%).
2) Ijin untuk tidak mengikuti kegiatan skill lab hanya diberikan apabila :
- Mahasiswa yang bersangkutan sakit dan dibuktikan dengan surat ijin yang ditujukan
kepada Kaprodi dengan dilampiri Surat Keterangan Dokter dan Copy Resep.
- Anggota keluarga inti (orang tua dan saudara kandung) meninggal dibuktikan secara
tertulis dengan surat ijin yang ditandatangani orang tua/wali.
- Mahasiswa yang besangkutan menikah dibuktikan dengan surat ijin yang ditujukan
kepada Kaprodi dan ditandatangani oleh orang tua/ wali dengan dilampiri undangan.
- Ibadah umroh dibuktikan dengan surat ijin yang ditandatangani orang tua/ wali
- Menjadi utusan/wakil Fakultas atau universitas dalam suatu kegiatan
kemahasiswaan resmi dibuktikan dengan surat tugas dan surat ijin yang
ditandatangani oleh Pimpinan Dekanat.
3) Bila berada di luar kota dan belum bisa menyerahkan surat ijin, harus segera
menghubungi Koordinator skill lab, maksimal 1 hari sebelum kegiatan skill lab, dan surat
ijin dapat diserahkan kemudian.
4) Bila tidak mengikuti satu kegiatan tanpa keterangan yang jelas, maka mahasiswa
tersebut dinyatakan MANGKIR/ INDISIPLINER dan tidak diperkenankan mengikuti
skill lab untuk topik tersebut sehingga dinyatakan TIDAK LULUS.
5) Mahasiswa diijinkan tidak mengikuti kegiatan skill lab maksimal sebesar 25% dari total
pertemuan skill lab tiap blok, dan diwajibkan untuk mengejar ketertinggalan dan atau
mengganti dengan inhal.
3. KETENTUAN INHAL
1) Inhal skill lab merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengganti kegiatan pembelajaran
yang telah lewat dan diperuntukkan bagi mahasiswa yang memenuhi syarat inhal.
2) Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan skill lab dikarenakan mengajukan ijin
sesuai dengan tata tertib skill lab, maka wajib mengikuti inhal dengan ketentuan
menghadap koordinator skill lab untuk mengurus keperluan inhal.
3) Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan skill lab dikarenakan tidak mematuhi tata tertib
skill lab tidak dapat mengikuti inhal, namun dapat mengikuti skill lab tambahan.
4) Mahasiswa yang seharusnya inhal tetapi tidak mengikuti inhal maka tidak
diperbolehkan mengikuti ujian osce blok yang berlangsung dan dinyatakan gugur
blok.
5) Inhal skill lab dapat diikuti oleh mahasiswa yang memenuhi ketentuan ijin skill lab.
6) Inhal skill lab hanya dapat menggantikan kegiatan skill lab sebesar 25% dari total
pertemuan skill lab tiap blok.
7) Inhal tidak perlu dilakukan jika mahasiswa dapat mengejar ketertinggalan kegiatan
ketrampilan dalam waktu skill lab yang terjadwal.
6. KETENTUAN PENILAIAN
1) Nilai skill lab akan diperhitungkan secara menyeluruh dari nilai harian, nilai ujian
(OSCE) serta nilai attitude/ sikap selama latihan (mencakup : kedisiplinan, cara
berpakaian, konsentrasi/ perhatian pada latihan, sikap terhadap dosen, staf skill lab, pasien
simulasi, sesama teman maupun terhadap fasilitas skill lab).
2) Nilai batas lulus per topik : 65
3) Nilai dalam KHS :
- > 75 :A
- 65 – 74,9 :B
- 55-64,9 :C
- < 55 : Tidak kompeten (tidak lulus)
4) Penentuan perlu tidaknya mahasiswa menjalani ujian ulang ditentukan setelah
penghitungan nilai akhir.
5) Ujian ulang (remediasi) :
- Remediasi hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang belum lulus pada ujian OSCE.
- Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian OSCE tidak diperbolehkan mengikuti ujian
REMEDIASI.
- Mahasiswa yang akan mengikuti remediasi diwajibkan mendaftar ke unit skill lab
maksimal 3 hari setelah jadwal remediasi di tetapkan.
- Nilai remediasi maksimal adalah 65 (B).
6) Mahasiswa yang gagal pada ujian ulang dinyatakan tidak lulus, dan dipersilakan
mengambil kembali topik tersebut tahun depan (mengambil program Remidiasi).
➢ Alokasi waktu tiap station 10 menit, 1 menit untuk membaca soal di dalam atau di luar
ruangan dan 9 menit waktu mahasiswa mengejarkan soal di dalam ruangan.
➢ Tidak diperkenankan berpindah station atau membaca soal sebelum waktunya.
➢ Waktu akan diatur secara sentral
Ketentuan bel :
Bel pendek I Mahasiswa membaca soal
Bel pendek II Mahasiswa mulai mengerjakab ujian
Bel pendek III Waktu kurang 3 menit
Bel panjang Waktu selesai
➢ Bila mahasiswa sudah selesai melaksanakan ujian sementara waktu masih tersisa,
mahasiswa tetap berada di dalam station (tidak keluar ruangan).
➢ Selama OSCE berlangsung, mahasiswa WAJIB untuk menjaga sopan santun dalam tutur
kata maupun sikap
➢ Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seijin panitia
penyelenggara OSCE
➢ Mahasiswa tidak diperkenankan menanyakan soal maupun jawaban kepada penguji. Jika
terdapat mahasiswa yang menanyakan soal maupun jawaban dengan penguji, mahasiswa
tersebut dianggap TIDAK LULUS dalam ujian OSCE blok tersebut
➢ Selama OSCE berlangsung, mahasiswa akan berada dalam ruang karantina. Mahasiswa
WAJIB untuk menjaga sopan santun dalam tutur kata dan sikap demi kelancaran
penyelenggaraan OSCE
➢ Mahasiswa WAJIB mengikuti seluruh rangkaian kegiatan OSCE sampai dengan selesai.
Jika terdapat mahasiswa yang berhalangan, wajib menghadap Kaprodi maksimal 1 hari
sebelum pelaksanaan OSCE
➢ Bagi mahasiswa yang ijin tidak mengikuti OSCE, WAJIB berkoordinasi dengan Kaprodi
dan membawa bukti ijin.
➢ Mahasiswa diperbolehkan pulang saat penyelenggaraan OSCE selesai
Berikut ini adalah alat dan bahan yang akan digunakan pada skill lab blok
kuratif dan rehabilitatif 2. Adapun alat dan bahan yang disediakan oleh unit skill lab
adalah sebagai berikut
1. Rekam medis ortho
2. Modelling wax
3. Spreading caliper
4. Kawat Stainless Steel dengan diameter 0.6 dan 0.7 mm
5. Resin akrilik self cured (orthoplast)
6. Cold mould seal (CMS)
7. Pumice dan kryt
8. Sekrup ekspansi RA dan RB
9. Model gigi standar
10. Gips tipe II
11. Gips tipe III
12. Gips tipe IV
13. Inlay wax
14. Stellon pot
15. Alginat
16. Exaflex monophase
17. Exaflex putty
18. Vaseline
19. Syringe
20. Masker dan handscoon
21. Casting ring
Selain alat dan bahan di atas, untuk kelancaran kegiatan pembelajaran skill
lab, maka mahasiswa diharuskan menyediakan alat dan bahan berikut ini
1. Okludator
2. Tang ½ bulat
3. Tang pipih
4. Tang universal
5. Tang potong
6. Stellon pot
7. Crown mess
8. Wax mess
9. Spatula stainless steel
10. Rubber bowl dan spatula
11. Arkansas stone kasar dan halus
12. Frasser
13. Viltcone
14. Sendok cetak no.1 dan no.3
15. Sendok cetak sebagian
16. Lampu spiritus
17. Round end tappered bur
18. Wheel diamond bur
19. Long thin tappered bur
20. Fine finishing bur
21. Rubber box
22. Sliding caliper
23. Penggaris lurus dan segitiga
24. Glass plate
25. Spatula stainless steel
26. Single side diamond disc
Bahan-bahan disediakan oleh unit skill lab untuk 1 kali pemakaian, jika terdapat
kegagalan dalam pengerjaan, maka mahasiswa diharapkan untuk menyediakan
bahan sendiri, dan dapat dibantu oleh laboran dengan mengganti biaya bahan.
1. GIGI TIRUAN JEMBATAN (FIXED BRIDGE)
Definisi:
Gigi tiruan cekat (fixed prosthesis) adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut
yang tidak dapat dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya,
restorasi ini dilekatkan/dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi
asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut (Stephen, 1998 &
Cowell, 1979)
PONTIC (PONTIK)
Dalam mempelajari pontik kita mengenal adanya jenis pontik dan bentuk
pontik, pada buku ini hanya bentuk pontik yang akan dibahas secara rinci,
sementara itu jenis pontik akan dibahas garis besarnya saja.
Jenis pontic, terdiri atas:
1. Truepontic
2. Interchangeable facing
3. Sanitary pontic
4. Pin facing
5. Modified pin facing
6. Reverse pin facing
7. Harmony pin facing
8. Porcelain fused to metal facing
Bentuk pontic, terdiri atas:
1. Saddle pontic
2. Ridge lap pontic
3. Hygienic pontic
4. Conical pontic
Saddle pontic, merupakan pontik yang paling dapat menjamin estetika karena
keseluruhan bentuk pontik tersebut mengganti seluruh bentuk gigi yang hilang.
Kejelekan dari bentuk ini sering menyebabkan inflamasi jaringan lunak di bawah
pontik tersebut. Karena pontik jenis ini menutup seluruh permukaan edentulous
ridge.
Ridge lap pontic, pontik ini tidak menempel pada edentulous ridge pada
permukaan palatinal/lingual, sedang permukaan bukal atau labialnya menempel,
pada keadaaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi
makanan tetapi tidak mengabaikan factor estetika. Biasanya untuk gigi anterior.
Hygienic pontic, pontik ini sama sekali tidak menempel pada edentulous
ridge(menggantung), sehingga self cleansing sangat terjamin. Biasanya untuk
gigi posterior bawah.
Conical pontic, pontik ini hampir sama dengan hygienic pontic tetapi pada jenis
ini ada bagian yang bersinggungan dengan edentulous ridge. Sering juga disebut
bullet atau spheroid pontic.
Tahapan Skills Lab
Pertemuan 1
1. Persiapan model kerja GTJ (penanaman elemen gigi 15 & 17 atau 25
& 27 atau 35 & 37 atau 45 & 47 pada model standar)
2. Pembuatan edentulous ridge dengan menghilangkan gigi yang akan
digantikan.
3. Penanaman model pada okludator
Pertemuan 2
Pembuatan putty index
Preparasi gigi penyangga I (gigi molar kedua) dengan desain full cast
crown dan finishing line chamfer pada bagian palatal/lingual, dan
shoulder padda bagian bukal/labial
Pertemuan 3
Preparasi gigi penyangga II (gigi premolar kedua) dengan desain full
cast crown dan finishing line chamfer pada bagian palatal/lingual, dan
shoulder padda bagian bukal/labial
Pertemuan 4
1. Persiapkan sendok cetak sebagian untuk melakukan pencetakan
dengan teknik double impression.
2. Persiapkan bahan cetak silicone (polysiloxane putty), campurkan base
dan katalis dengan cara mencampur dan meremas-remas dengan jari.
3. Letakkan bahan cetak yang sudah tercampur homogen pada sendok
cetak kemudian cetakkan pada gigi penyangga yang telah dipreparasi
hingga bahan cetak setting.
4. Setelah bahan cetak setting, lepaskan sendok cetak secara hati-hati
untuk mencegah distorsi, kemudian cetakan diperiksa dengan
seksama untuk mengecek apakah semua struktur anatomi tercetak
dengan baik.
5. Hasil cetakan pada bagian abutment dikerok menggunakan
crownmess untuk memberikan tempat bagi bahan cetak polyether
(polysiloxane monophase).
6. Siapkan alat untuk mengaduk bahan cetak (glass plate dan spatula
stainless steel), ambil base dan katalis polyether (polysiloxane
monophase) secukupnya. Campurkan base dan katalis dengan spatula
stainless steel dengan gerakan memutar.
7. Masukkan bahan cetak yang sudah tercampur homogen ke dalam
cetakan pada bagian abutment dan edentulous ridge, kemudian
cetakkan kembali pada model rahang hingga bahan cetak setting.
8. Setelah bahan cetak setting, lepaskan sendok cetak secara hati-hati
dan periksa kembali apakah semua struktur anatomi tercetak dengan
baik.
9. Pengisian bahan cetak dengan gips stone tipe IV sedikit demi sedikit
hanya pada bagian abutment dan edentulous ridge untuk pembuatan
die.
10. Rapikan die dengan trimmer.
Pertemuan 5
1. Persiapkan inlay wax untuk pembuatan model malam retainer.
2. Pemberian bahan separator (parafin atau vaselin) pada model (die).
3. Aplikasikan inlay wax yang telah dipanaskan dengan waxmess pada
abutment selapis demi selapis.
4. Perhatikan kontak mesio-distal setiap mahkota gigi penyangga dengan
gigi tetangganya serta batas model malam mahkota gigi penyangga
pada bagian servikal sesuai dengan batas preparasi yang telah dibuat.
5. Selanjutnya dilakukan carving untuk membentuk mahkota gigi
penyangga dengan crownmess. Secara keseluruhan bentuk anatomis
model malam mengikuti bentuk anatomis gigi asli.
Pertemuan 6
1. Pembuatan pontik menggunakan inlay wax dengan desain hygienic
pontic.
2. Pembuatan connector untuk menyatukan pontik dan retainer
menggunakan inlay wax. Perhatikan bagian buko-lingual kontak
proksimal tidak boleh terlalu lebar atau terlalu sempit.
3. Oklusikan rahang atas dan bawah untuk melihat ada atau tidak ada
trauma oklusi.
4. Finishing model malam gigi tiruan jembatan tiga unit dengan air dan
sabun.
Pertemuan 7
1. Pembuatan sprue menggunakan inlay wax.
2. Pemasangan sprue pada model malam gigi tiruan. Posisi sprue dipilih
sedemikian rupa sehingga logam cair dapat mengalir mengisi ruang
cetakan secepat mungkin. Panjang sprue lazimnya 6-8 mm diukur dari
model malam sampai ujung kerucut crucible former.
3. Pembuatan ventilasi menggunakan base-plate wax.
4. Pembuatan crucible former menggunakan base-plate wax. Crucible
former berbentuk kerucut dengan sudut 80°-90°. Tepi crucible former
ditempatkan kira-kira 2-5 mm di bawah tepian casting ring.
5. Menyusun sprue, model malam dan ventilasi pada crucible former
kemudian ditempatkan ke dalam casting ring.
Pertemuan 9
1. Tahap terakhir pembuatan gigi tiruan jembatan adalah pasang
percobaan (try in) dan insersi.
2. Pada tahap pasang percobaan beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah: gigi tiruan harus dapat masuk di preparasi tanpa mendorong
atau menarik gigi penyangga; kontak retainer dengan gigi sebelahnya
baik; tidak terdapat overextention atau underextention tepi retainer;
oklusi baik dan tidak terdapat kontak prematur; adaptasi terhadap
gingiva baik.
3. Setelah semua persyaratan pada saat pasang percobaan terpenuhi,
maka dapat dilakukan insersi gigi tiruan jembatan. Pada tahap insersi
harus diperhatikan jenis semen yang dipakai dan cara manipulasinya,
misalkan Glass ionomer tipe 1 atau semen polikarboksilat. Semen
dimasukkan ke dalam retainer dan dipasangkan pada gigi penyangga,
selanjutnya ditekan dengan tangkai instrumen. Kelebihan semen
dibersihkan dengan ekskavator.
SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Preparasi Gigi Penyangga I (Full Cast Crown Pada Gigi Molar Kedua)
Keterangan:
1. Preparasi bagian oklusal
0 : tidak dilakukan
SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Preparasi Gigi Penyangga II (Mahkota ¾ Pada Gigi Premolar Kedua)
Keterangan:
1. Preparasi bagian oklusal
0 : tidak dilakukan
SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Cetak Double Impression Dan Pembuatan Die
7. Finishing die
SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Pembuatan Model Malam Retainer dan Pontik
Pemberian bahan separasi Keterangan:
1.
pada die 0 : tidak dilakukan
Pembuatan model malam 1: dilakkukan tetapi
2.
mahkota ¾ pada gigi premolar salah
Pembuatan model malam full 2: dilakukan benar
3.
cast crown pada gigi molar tetapi tidak
Pembuatan model malam sempurna
4. pontik dengan desain hygienic 3: dilakukan dengan
pontic benar dan
sempurna
5. Pembuatan connector
SKOR
No. KRITERIA
0 1 2 3
Pembuatan Sprue, Crucible former, dan Pemendaman pada Casting ring
Pembuatan sprue, ventilasi dan
1.
crucible former Keterangan:
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pencetakan pada rahang secara klinis dan
melihat relasi rahang atas dan rahang bawah.
Mahasiswa mampu melakukan teknik boxing.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengelola pasien selama pencetakan
b. Mahasiswa dapat menentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan
rahang pasien
c. Mahasiswa dapat menentukan batas pencetakan
d. Mahasiswa dapat melakukan teknik pencetakan yang benar
e. Mahasiswa dapat menentukan sentrik oklusi pada pasien
f. Mahasiswa dapat menentukan hubungan oklusal pada model
g. Mahasiswa dapat membuat bite record
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengisi rekam medis untuk pasien yang akan dilakukan
perawatan orthodonsi
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesa pada pasien dengan perawatan
orthodonsia
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan
intraoral dan pemeriksaan ekstraoral
3. Mahasiswa mampu melakukan analisis fungsional
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis radiologi
5. Mahasiswa mampu melakukan analisis studi model
6. Mahasiswa mampu menghitung diskrepansi ruang
7. Mahasiswa mampu menganalisis etiologi maloklusi dan melakukan diagnosis
maloklusi
8. Mahasiswa mampu menentukan perawatan orthodonsia yang sesuai dengan
kasus
9. Mahasiswa mampu mendesain alat orthodonsi lepasan
10. Mahasiswa mampu menentukan prognosis perawatan orthodonsia
No. RM : .........................
No. Model : .........................
Drg/operator : .........................
Nama : ..........................................................................................
Alamat : ..........................................................................................
..........................................................................................
Telepon/HP : ..........................................................................................
DATA PASIEN
1. Tempat/ tanggal lahir ......................................................................................... :
2. Jenis kelamin .................................................................................................... :
3. Pekerjaan .......................................................................................................... :
4. Agama .............................................................................................................. :
5. Suku .................................................................................................................. :
6. Nama ayah ........................................ :Suku : ................... usia :
7. Nama ibu ............................................ :Suku : ................... usia :
8. Pekerjaan orang tua ........................... :.............................. ...............................
9. Nama orang tua ................................. :Telp: ......................
• Keluhan utama :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
• Riwayat perjalanan penyakit :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
• Riwayat kesehatan oral :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi
a. Gigi Desidui:
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
b. Gigi Bercampur :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
c. Gigi Permanen :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Jenis Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
PEMERIKSAAN FISIK
ANALISIS FUNGSIONAL
Free way space : ...........................
Path of closure : ...........................
Pola atrisi : ...........................
ANALISIS FOTO MUKA
Kesimpulan : ......................................................................
PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
• Metode Pont
Jumlah lebar mesiodistal 2 1 1 2 : ............ mm
Jarak (P1-P1) pengukuran : ............ mm
∑𝑰
Jarak P1-P1 perhitungan : = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 : ............ mm Diskrepansi : ....... mm
𝟖𝟎
Keterangan :
............................................................................................................................
• Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : .............. mm
Jarak I – (P1-P1) pengukuran : .............. mm
Diskrepansi : ............... mm
Keterangan :
............................................................................................................................
• Motede Howes
Jarak lebar mesiodistal M1 – M1: ................. mm
Jarak P1 – P1 (tonjol) : ................. mm → indeks P : Jarak P1-P1x 100
Md M1 – M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi – gigi : ................
Jarak interfosa canina : ................. mm → indeks FC : Jarak FC x 100
Md M1 – M1
Keterangan :
............................................................................................................................
• Metode Moyers
Jumlah lebar mesiodistal 2 1 1 2 rahang bawah : ............ mm
Tabel RA Lebar 345 : ................. mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : ................. mm
Diskrepansi : .................. mm => *cukup/kurang/lebih
Ruang yang ada pada sisi kiri : ................. mm
Diskrepansi : .................. mm => *cukup/kurang/lebih
Tabel RB Lebar 345 : ................. mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : ................. mm
Diskrepansi : .................. mm => cukup/kurang/lebih
Ruang yang ada pada sisi kiri : .................. mm
Diskrepansi : .................. mm => cukup/kurang/lebih
Keterangan :
............................................................................................................................
• Metode Nance
Ro Foto Lebar 345 Kanan : .................. mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : .................. mm
Diskrepansi : .................. mm => *cukup/kurang/lebih
RENCANA PERAWATAN
(Tulisakan rencana tindakan perawatan, rehabilitasi, edukasi dan tindakan lanjut)
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
GAMBAR ALAT
..................................................................................................................................
PROGNOSIS
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
LEMBAR TINDAKAN
Tanggal Gigi Diagnosa Perawatan Drg/Operator
KETERENGAN:
18 : ................................................ | 28 : ...................................................
17 : ................................................ | 27 : ...................................................
16 : ................................................ | 26 : ....................................................
15[55] .............................................. | 26[55] ................................................
14[54] .............................................. | 24[64] ................................................
13[53] .............................................. | 23[63] ................................................
12[52] .............................................. | 22[62] ................................................
11[51] .............................................. | 21[61] ................................................
41[81] .............................................. | 31[71] ................................................
42[82] .............................................. | 32[72] ................................................
43[83] .............................................. | 33[73] ................................................
44[84] .............................................. | 34[74] ................................................
45[85] .............................................. | 35[75] ................................................
46: ................................................ | 36: .....................................................
47: ................................................ | 37: .....................................................
48: ................................................ | 38: .....................................................
REKAM MEDIK PERAWATAN ORTODONTIK
Kesimpulan:
Indeks bentuk kepala
< 74,9 dolikosefali
75,0 – 79,9 mesosefali
>80,0 brakisefali
Muka :
Dengan jangka sorong (slinding calipers) ukurlah:
• Tinggi muka (jarak vertikal Nasion – Gnathion) : ....................... mm
Dengan jangka bentang (spreading calipers) ukurlah:
• Lebar muka (jarak antara zygomatik kanan dan kiri) : ................. mm
Indeks kepala : tinggi muka (jarak vertical nasion- gnathion) x 100
Lebar byzigomatik
Kesimpulan:
Indeks bentuk kepala
X – 79,9 Hiper euriprosop
80,0 – 84,9 euriprosop
85,0 – 89,9 mesoprosop
90,0 – 94,9 leptoprosop
95,0 – Y hiperleptoprosop
Profil muka:
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi
pasien berpengaruh terhadap penampilan wajah pasien.
Pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan sejajar lantai, amati profil
muka pasien dari samping tegak lurus bidang sagital. Amati titik-titik : Glabella (GI),
bibir atas (Ulc), bibir bawah (Llc), pogonion (Pog)
Diagnosis
Jika garis GI–Ulc dan Llc–Pog membentuk
Sudut lancip → profil muka cembung
Garis lurus → profil muka lurus
Sudut tumpul → profil muka cekung
Sendi temporomandibula:
Pemeriksaan TMJ dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi
pasien sudah mengakibatkan gangguan pada TMJ? Prosedur pemeriksaan ini yaitu
pasien duduk tegak dan relaks, kedua jempol operator ditempelkan pada kondilus
pasien kanan dan kiri, pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan
pelan-pelan.
Adakah kondilus kanan dan kiri pasien berputar secara tidak simetris
antara kanan dan kiri. Jika ada berarti terdapat gangguan TMJ pada saat rotasi
mandibula. Kemudian minta pasien membuka lebar-lebar mulutdan melakukan
gerakkan membuka-menutup mulut, apakah ada pergeseran kondilus yang tidak
simetris? Jika ada, berarti terdapat gangguan pada saat translasi mandibula.
Pada saat mandibula digerak-gerakkan dirasakan, apakah ada getaran dan pasien
mendengar suara gemerisik? Jika ya, berarti ada krepitasi, dan apabila setiap
gerakan juga disertai rasa sakit, berarti ada peradangan (kondilitis).
Analisis Fungsional
Free Way Space:
Pengukuran free way space pasien dilakukan untuk mengetahui berapa
besar jarak interoklusal pasien pada saat posisi istirahat. Pengukuran ini berguna
untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan pada perawatan nanti. Besar
free way space normal : 2 – 4 mm. Cara pengukurannya sebagai berikut
1. Pasien duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan sejajar lantai
2. Dengan spidol beri tanda posisi titik subnassal (Sn) dan Pogonion (Pog)
3. Bibir tertutup pada posisi istirahat, dengan sliding caliper ukur jarak Sn – Pog
4. Kemudian pasien diinstruksikan beroklusi sentrik dan ukurlah kembali jarak
titik Sn – Pog
5. Catatlah selisih pengukuran tadi.
Path of closure
Path of closure merupakan arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke oklusi
sentrik. Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke oklusi sentrik berupa gerakan
engsel sederhana melewati free way space (2-4 mm) dengan arah ke atas dan ke
depan.
Pemeriksaan intra oral: jelas
Odontogram : jelas
Terutama isikan kondisi malposisi gigi geligi yang ada
Perhitungan-perhitungan
Metode Pont
Analisis dengan metode Pont dilakukan pada periode gigi permanen yang
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ke arah lateral di
regio interpremolar pertama dan intermolar pertama. Lebar mesiodistal gigi 21 12
sebagai predictor dan digunakan untuk menghitung lebar lengkung gigi di regio inter
P1 dan inter M1 yang ideal untuk menampung gigi. Dengan membandingkan lebar
lengkung gigi pasien yang ada pada model studi, maka dapat diketahui bahwa
pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien di regio P 1 dan M1 ke arah
lateral, normal, kurang (kontraksi) atau berlebihan (distraksi).
Ukur lebar mesiodistal keempat gigi incisivus atas, jumlahkan dan catat
pada formulir pemeriksaan. Hitung lebar lengkung gigi P1 kanan ke P1 kiri (P 1 - P1)
dan M1 kanan ke M1 (M1 - M1) kiri yang dibutuhkan dengan melihat tabel (indeks
Ponts) atau lebih tepat secara individual jika dihitung dengan rumus
1. P1-P1 perhitungan = jumlah lebar 21 12 dibagi 80 dikalikan 100, catat pada
formulir. Ukur lebar P1-P1 pada studi model dengan mengukur lebar titik
terdistal cekung mesial gigi P1 atas kanan dan kiri, jika P1 atas tidak ada
atau malposisi bisa diukur jarak puncak tonjol bukal gigi P 1 bawah kanan
dan kiri. Catat dan cari diskrepansinya, beri keterangan.
2. M1-M1 perhitungan = jumlah lebar mesiodistal 21 12 dibagi 64 dikalikan 100,
catat pada formulir. Ukur lebar M1-M1 dengan mengukur jarak titik cekung
mesial M1 atas kanan dan kiri, jika M1 atas sudah dicabut atau malposisi
ukur jarak puncak tonjol sentral pada sisi paling bukal gigi M 1 bawah kanan
dan kiri. Catat dan cari diskrepansinya, kemudian beri keterangan.
3. Keterangan dari hasil perhitungan tersebut adalah kondisi lengkung gigi
mengalami kontraksi (kurang) atau distraksi (lebih) dengan derajat ˂5 mm
yang berarti ringan, derajat 5-10 mm yang berarti sedang dan derajat ˃10
mm yang berarti berat.
Metode Korkhaus
Seperti pada Metode Pont, metode Korkhaus dimaksudkan untuk
mengetahui tinggi lengkung gigi yang ideal untuk pasien dengan lebar gigi 21 12
sebagai predictor. Tetapkan tinggi lengkung gigi yang ideal melalui tabel Korkhaus,
dan catat pada formulir. Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada studi model
dengan salah satu cara berikut
1. Memakai orthocroos (alat ukur Korkhaus).
Dengan alat ini selain dapat mengetahui tinggi lengkung gigi juga dapat
mengetahui tinggi lengkung basal pasien dengan cara
a. Alat diletakkan pada permukaan oklusal gigi dengan posisi garis
melintang tepat pada titik P1 kanan dan kiri (titik terdistal cekung
mesial). Kemudian penunjuk basal rahang didekatkan sampai
menempel pada tepi terdepan basis alveolaris setinggi apeks gigi
incisivus sentral (titik A Steiner). Catat hasil pengukuran tinggi
lengkung basal pasien. Kemudian penunjuk (pointer) ditarik pelan-
pelan ke posterior sampai setinggi permukaan labial gigi incisivus
sentral atas, catat tinggi lengkung gigi pasien.
2. Memakai penggaris dan sliding caliper.
Letakkan penggaris di atas permukaan oklusal gigi P 1 kanan dan kiri tepat
pada titik pengukuran Pont, kemudian pangkal sliding caliper ditempelkan
pada permukaan labial didekat incisal incisivus sentral kanan dan kiri (di
daerah interdental), setelah itu kaliper digeser agar terbuka sehingga
penunjuk pada pangkal pegangan mencapai posisi penggaris. Catat hasil
pengukuran pada formulir.
3. Diskrepansi tinggi lengkung gigi pasien dapat diketahui dengan
membandingkan dengan data tabel (indeks Korkhaus). Apakah
pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien ke arah anterior
dalam kondisi normal, mengalami protraksi atau retraksi?
4. Dengan membandingkan tinggi lengkung gigi dan tinggi lengkung basal
pasien dapat diketahui diskrepansi tinggi lengkung basal pasien. Ini
merupakan inklinasi gigi incisivus sentral pasien yang diukur secara linier.
Pengukuran ini berfungsi pada analisis determinasi lengkung yaitu
retrusi lengkung gigi rahang atas dapat dilakukan maksimal hingga
posisi gigi incisivus atas tegak yaitu sampai tinggi lengkung gigi sama
dengan tinggi lengkung basal atau sebesar diskrepansi tinggi
lengkung gigi basal pasien.
Metode Howes:
Metode Howes juga digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi
permanen yaitu untuk mengetahui lebar lengkung gigi dan lengkung basal (basis
alveolaris) pasien dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1-
M1 sebagai prediktor.
1. Ukur lebar mesiosdistal gigi geligi dari M1 kanan ke M1 kiri dan catat pada
formulir pemeriksaan
2. Ukur lebar lengkung gigi dengan mengukur jarak inter P 1 pada titik bagian
dalam tonjol bukal gigi P1 kanan dan kiri
3. Hitung indeks premolar pasien yaitu lebar inter P 1 dibagi jumlah lebar
mesiodistal gigi M1 – M1 kemudian dikalikan 100
4. Hitung lebar lengkung basal dengan mengukur jarak interforsa canina yaitu
titik pada basis alveolaris setinggi apeks gigi P1 kanan dan kiri.
5. Hitung indeks fossa canina pasien yaitu lebar interfossa canina dibagi
jumlah lebar mesiodistal gigi M1 – M1 dikalikan 100
Diagnosis:
1. Agar supaya lengkung gigi dapat menampung gigi ke dalam lengkung ideal
dan stabil, indeks premolar sekurang-kurangnya 43%
2. Agar supaya lengkung basal dapat menampung gigi ke dalam lengkung
ideal dan stabil, indeks fossa canina sekurang-kurangnya 44%
3. Apabila indeks fossa canina pasien <37%, merupakan kasus dengan
indikasi pencabutan
4. Apabila indeks fossa canina pasien diantara (37% < n < 44%), merupakan
kasus meragukan, indikasi ekspansi atau pencabutan, periksa hasil analisis
yang lain
5. Apabila indeks fossa canina < indeks premolar merupakan kontraindikasi
ekspansi
Metode Moyers:
Analisis ini digunakan untuk kasus maloklusi pada periode gigi campuran
(mixed dentition), yaitu untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P 1 dan P2
yang belum erupsi.
Ukurlah lebar mesio distal ke empat gigi incisivus permanen bawah,
jumlahkan dan catat pada formulir pemeriksaan. Catat lebar ruang yang dibutuhkan
untuk erupsi gigi C, P1, P2, sisi kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun
rahang bawah sesuai dengan tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75%.
Pada model, jika posisi gigi incisivus permanen belum normal, letakkan pada posisi
yang benar dengan mengukurkan masing-masing lebar mesiodistalnya dari posisi
median line yang benar ke arah distal. Ukur ruang yang tersedia dan catat besar
diskrepansi ruang yang ada untuk masing-masing sisi rahang.
Catatan:
Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar pertama
atas dan bawah masih end to end bite (sejajar) pada masing-masing sisi tambahkan
kebutuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I Angle (Lee Way space)
rata-rata sebesar 0,9 mm untuk rahang atas dan 1,7 mm untuk rahang bawah.
Metode Nance
Analisis ini juga berfungsi untuk mengetahui besarnya Lee Way Space
pada kasus-kasus mixed dentition.
Buat foto rontgen periapikal untuk gigi C, P1, dan P2 yang belum erupsi
pada ke empat sisi rahang. Pada foto rontgen, ukur lebar mesiodistal masing-masing
dan lakukan koreksi terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar
mesiodistal P1 sesungguhnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut P 1 : P1
Ro = M1 : M1 Ro, lebar mesiosdistal M1 yang sudah erupsi dapat langsung diukur
pada model. Jumlahkan hasil pengukuran yang sudah dikoreksi dan catat pada
formulir pemeriksaan. Jumlahkan mesiosdistal gigi desidui c, m 1, m2, lalu
bandingkan dengan hasil pengukuran dari rontgen untuk gigi C, P1 dan P2. Hasil
perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan lengkung ideal.
Determinasi Lengkung
Determinasi lengkung dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran
mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal
mungkin dari lengkung mula-mula yang ada pada pasien.
Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung
yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik
transparan di atas plat kaca kemudian membandingkan dengan jumlah lebar
mesiosdistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut.
Dengan metode ini perencanaan perawatan akan lebih mudah dilakukan
karena tidak perlu membuat model khusus (Set up model) karena langsung bisa
dilakukan pada studi model.
Cara kerja
1. Penapakan lengkung pra-koreksi (lengkung awal/lengkung mula-mula)
a. Menapak lengkung awal pada rahang atas
b. Menapak lengkung awal pada rahang bawah
c. Mengecek ketepatan hasil penapakan
2. Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung ideal)
a. Membuat lengkung ideal pada rahang atas
b. Membuat lengkung ideal pada rahang bawah
3. Pengukuran diskrepansi lengkung
a. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang atas
b. Mengukur diskrepansi lengkung ideal pada rahang bawah
4. Menetapkan cara pencarian ruang
Penjelasan
1. Penapakan lengkung pra koreksi
Lengkung prakoreksi juga disebut sebagai lengkung mula-mula atau awal
sebelum perawatan dilakukan.
a. Menapak lengkung awal pada rahang atas
• Studi model rahang atas diletakkan di atas meja datar sejajar lantai
• Plat kaca/mika diletakkan di atas permukaan oklusal gigi-gigi
• Di atas plat dilapisi plastik transparan
• Dengan pengamatan tegak lurus bidang plat, penapakan dilakukan
dengan spidol biru mengikuti lebar mesiodistal gigi (lebar mesiodistal
terbesar) dari gigi M2 kanan ke M2 kiri. Akan terbentuk lengkung yang
berkelok-kelok mengikuti posisi gigi yang tidak teratur.
• Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara membuat titik pada
puncak lengkung sesuai dengan posisi median line gigi di daerah
interdental incisivus sentral atas
• Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada kedua kaki
lengkung (kanan dan kiri) di daerah distal gigi yang paling distal yang
posisinya normal:
Contoh:
- Jika koreksi gigi akan dilakuakn hanya sampai gigi incisivus lateral
kanan dan kiri, basis lengkung gigi dbuat di distal gigi kaninus
kanan dan kiri
- Jika koreksi gigi dilakuakn hanya sampai gigi kaninus kanan dan
kiri atau kanan diperkirakan dilakukan pencabutan P 1, maka basis
lengkung dibuat di distal P2 kanan dan kiri
- Jika koreksi dilakukan sampai P2 kanan dan kiri, maka basis
lengkung dibuat di sital M1 kanan dan kiri.
• Mentranser posisi basis lengkung rahang atas ke model rahang bawah
- Model rahang atas dan bawah dioklusikan secara sentrik
- Posisi basis lengkung gigi rahang atas ditransfer ke gigi rahang
bawah dengan membuat garis pada permukaan bukal mahkota gigi
rahang bawah kanan dan kiri, tepat pada sisi distal gigi rahang atas
yang dipilih sebagai basis lengkung. Posisi basis lengkung gigi
rahang atas tidak selalu akan sama dengan posisi distal gigi
rahang bawah.
b. Menapak lengkung awal pada rahang bawah
• Plat kaca diletakkan pada permukaan oklusal model gigi rahang bawah
• Plastik transparan dibalik supaya posisi kanan dan kiri rahang atas
sesuai dengan rahang bawah , kemudian titik basis lengkung rahang
atas dihimpitkan pada posis basis yang telah dibuat pada rahang
bawah tadi
• Kemudian dilakukan penapakan dengan spidol biru mengikuti lebar
mesiodistal terlebar dari M1 kanan ke M2 kiri, terbentuk lengkung yang
berkelok-kelok mengikuti posisi gigi yang tidak teratur
• Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara membuat titik pada
puncak lengkung sesuai dengan posisi median line gigi di daerah
interdental incisivus sentral bawah
• Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada kedua kaki
lengkung kanan dan kiri, di daerah distal gigi yang paling distal yang
posisinya normal. Posisi basis lengkung rahang bawah tidak harus
sama dengan gigi rahang atas.
c. Mengecek ketepatan hasil penapakan
Untuk mengetahui ketepatan penapakan dilakukan pengecekan hasil
penapakan dengan melakukan pengukuran dengan sliding calipers.
• Jarak puncak lengkung rahang atas dan bawah harus sesuai dengan
overjet pasien
• Lebar kaki lengkung rahang atas dan bawah pada hasil penapakan
diplat kaca harus sesuai dengan lebar studi model
Diagnosis:
Menetapkan keadaan maloklusi pasien selengkap mungkin berdasarkan
semua data yang telah dikumpulkan sehingga didapatkan gambaran menyeluruh
tentang komponen dentofasial yang mengakibatkan terjadinya maloklusi.
Maloklusi dinyatakan dalam bentuk kalimat yang diawali dengan kalimat Maloklusi
Angle Klas .......... dst.
a. Sebutkan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan gigi M1 atas dan
bawah pasien sesuai dengan klasifikasi Angle, bila perlu diberikan
keterengan divisi dan subdivisinya
b. Sebutkan tipe maloklusinya dan komponen yang dilibatkan: skeletal, dental
atau dentoskeletal
c. Sebutkan malrelasi gigi lainnya
d. Sebutkan malposisi gigi individual yang ada
e. Sebutkan jika masih ada kebiasaan buruk yang dilakuakn pasien
Analisis etiologi malposisi dan maloklusi
Analisis untuk menentukan sumber penyebab terjadinya maloklusi pada
pasien yang disimpulkan dari semua data hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Rencana perawatan
Menyatakan tentang tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses
perawatan, disusun sesuai dengan urutan kronologis tahap perawatan sesuai
dengan kasus yang dihadapi, misalnya
a. Menghilangkan kebiasaan buruk
b. Pencarian uang
c. Distribusi ruang
d. Koreksi deep overbite
e. Koreksi malposisi gigi individual
f. Koreksi lengkung gigi
g. Penutupan sisa ruang
h. Penyesuaian oklusi
i. Retainer
Prognosis
Prognosis adalah perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan perawatan
yang akan dilakukan: baik, buruk atau meragukan. Berikan alasan yang mendukung
pernyataan tersebut. Alasan pendukung dapat dipertimbangkan dari:
a. Keadaan pasien: kasus, usia, kesehatan, kooperatifitas
b. Kemampuan operator
c. Kecanggihan alat yang dipakai
3. PEMBUATAN PLAT AKTIF
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat pesawat orthodonsi sederhana plat aktif.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu membuat desain plat aktif
2. Mahasiswa mampu membuat komponen penjangkar pada plat aktif
3. Mahasiswa mampu membuat komponen aktif pada plat aktif
4. Mahasiswa mampu membuat komponen pasif pada plat aktif
5. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi resin akrilik self cure
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat pesawat orthodonsi sederhana plat ekspansi.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu membuat desain plat ekspansi
2. Mahasiswa mampu membuat komponen penjangkar pada plat ekspansi
3. Mahasiswa mampu membuat komponen pasif pada plat ekspansi
4. Mahasiswa mampu melakukan memasang sekrup ekspansi