You are on page 1of 11

PAPER TEKNOLOGI PASCA PANEN

PENGENDALIAN SERANGGA/ HAMA GUDANG CALLOSOBRUCHUS


CHINENSIS

OLEH:

DINA KAMILA

21051010500061

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM BANDA ACEH

2023
HAMA GUDANG CALLOSOBRUCHUS CHINENSIS

Callosobruchus chinensis (Coleoptera : Bruchidae)

Callosobruchus chinensis dari ordo coleoptera.Callosobruchus termasuk hama


gudang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di gudang
atau pada masa penyimpanan. Hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan
khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat
merugikan. Hama Callosobruchus chinensis menyebabkan kerusakan pasca penen yang
serius pada komoditas kacang hijau. Perbaikan ketahanan kacang hijau terhadap hama C.
chinensis telah lama dilakukan namun belum memberikan hasil yang memuaskan.
Klasifikasi kumbang kacang hijau atau Callosobruchus chinensis sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Bruchidae

Genus : Callosobruchus

Spesies : Callosobruchus chinensis L.

Merupakan salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang
hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji.
Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur
tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau
lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada
sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus.
Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan.

KOMODITAS SASARAN DARI HAMA GUDANG Callosobruchus chinensis

Hama Callosobruchus chinensis menyebabkan kerusakan pasca penen yang serius


pada komoditas kacang hijau. Hama ini menyerang biji-biji yang mengandung karbohidrat
dan protein. Benih yang terserang hama ini embrionya rusak dan menyebabkan keping biji
(kotiledon), bagian epikotil atau hipokotil cacat, dan menghasilkan tanaman yang tidak
normal. Penyerangan Callosobruchus chinensis diawali dengan betina bertelur pada kacang
yang hampir matang. Perbaikan ketahanan kacang hijau terhadap hama Callosobruchus
chinensis telah lama dilakukan namun belum memberikan hasil yang memuaskan. kerusakan
oleh kumbang Callosobruchus chinensis pada genotip kacang hijau rentan mencapai 80–
90%, sedang pada genotip tahan sebesar 2,4%–14,3%. Kehilangan 55–69% dari berat biji
dan 45,6–66,3% kandungan protein pada kacang hijau akibat infestasi hama bruchus. Hama
ini bersifat polifag, namun imagonya lebih menyukai komoditas kacang hiaju
Callosobruchus chinensis. salah satu hama yang penting dan penyebaranya yang paling
banyak di daerah beriklim tropis dan subtropi.

Hama gudang Callosobruchus chinensis L. merupakan serangga yang mempunyai


sifat holometabolik dimana terdiri dari stadia telur, larva, pupa dan imago. Hama pascapanen
ini yang sering menimbulkan kerusakan pada kacang hijau baik yang akan digunakan untuk
konsumsi maupun untuk benih. Untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan kerusakan
yang ditimbulkan oleh hama gudang kacang hijau dalam penyimpanan maka perlu dilakukan
pengendalian hama yang dapat dilakukan dengan cara yaitu : fisik, biologi, kimia dan
mekanik.

KRITERIA HAMA GUDANG Callosobruchus chinensis

Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah sangat penting untuk
menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Pada umumnya serangga hama gudang
dapat dibagi menjadi hama primer dan hama sekunder. Hama primer yaitu serangga hama
gudang yang mampu menyerang biji-bijian yang masih utuh, seperti Sitophilus spp.
(weevil), Rhyzopherta dominica (Iesier grain borer) dan Sitotroga cerealella. (Angoumois
grain moth). Sedangkan hama sekunder adalah serangga hama yang hanya mampu
menyerang biji-bijian yang sudah rusak, seperti Tribolium spp. (flour beetle) dan Plodiq
interpunctella (Indian meal moth).

Pembagian serangga hama gudang menjadi hama primer dan sekunder tidak
mengacu kepada arti pentingnya ditinjau dari segi ekonomi, melainkan hanya kepada urut-
urutannya menyerang produk. Serangga hama gudang yang menyerang komoditi yang
mahal dan banyak menimbulkan kerugian disebut hama ekonomi, sedangkan hama yang
tidak banyak menimbulkan kerugian disebut hama non ekonomis. Pembagian serangga
hama gudang/pantri berdasarkan perilaku cara makan adalah internal feeder, external feeder,
scavenger dan hama sekunder.

Internal Feeder, larva dari serangga kelompok ini ada di dalam biji (kernel) komoditi
yang diserang. Biasanya serangga- serangga ini menyerang biji komoditi yang masih utuh
atau belum diproses. Contohnya adalah Sitophilus spp. (weevil), Rhyzopertha dominica
(Iesser grainborer), Sitotroga cerealella (angumois grain moth). External Feeder, serangga
hama ini menyerang biji komoditi dari luar biji baik yang masih utuh maupun yang telah
diproses. Contohnya adalah Tribolium spp, Lasioderma serricorne (tobacco beetle),
Stegobium paniceum (drugstore beetle), Trogoderma granarium (khapra beetle),
Tenebroides mauritanicus (cadelle beetle), dan Plodia interpunctella (indian meal moth).
Scavenger, serangga hama ini hanya dapat menyerang bjian komoditi yang telah diproses
atau rusak secara fisik maupun akibat serangan dari serangga hama yang lain. Contohnya
adalah Oryzaephilus surinamensis (sawtootthed grain beetle) dan Anagasta kuehniella
(mediterranean flour moth). Hama sekunder, serangga hama ini hanya menyerang komoditas
yang telah rusak, lembab/busuk atau telah ditumbuhi jamur/kapang. Contohnya adalah
Tenebrio molitor (yellow mealworm) dan Alphitobius spp (lesser mealworm beetle).

Dengan demikian hama gudang yang sering menyerang biji dan termasuk hama
primer kacang hijau adalah Callosobruchus chinensis (Coleoptera: Bruchidae).

BIOLOGI HAMA GUDANG (SIKLUS HIDUP) Callosobruchus chinensis

Siklus hidup Callosobruchus chinensis L.dimulai sejak telur diletakkan sampai


menjadi imago dan meletakkan telur lagi. Telur menetas 4–8 hari. Larva dari telur yang baru
menetas langsung menggerek masuk ke dalam biji. Lama masa larva menjadi pupa berkisar
antara 10–13 hari. Imago selama beberapa hari tetap berada dalam biji selama 3–5 hari. Masa
kopulasi berkisar antara 5–8 hari. Imago betina yang keluar dari biji akan bertelur setelah
berkopulasi. Imago yang tidak berkopulasi tidak bertelur. Daur hidup Callosobruchus
chinensis L.antara 21–31 hari.

Masa kumbang hidup sangat dipengaruhi oleh aktivitas biologis selama hidupnya,
kumbang yang tidak pernah berkopulasi selama hidupnya mampu bertahan hidup 4 hari lebih
lama dibandingkan yang berkopulasi sedangkan kumbang betina yang tidak pernah
berkopulasi dapat bertahan hidup antara 4–11 hari. Dari kisaran jumlah telur yang diletakkan
oleh Callosobruchus chinensis L. betina, fertilitas rata-rata 86,5%.

Callosobruchus chinensis L. memiliki telur berbentuk lonjong, transparan dan


berwarna kuning. Masa inkubasi telur berlangsung antara 4–5 hari. Larva berwarna kuning
jernih dengan kepala berwarna coklat dan mengalami pergantian kulit hingga menjadi pupa.
Pupa berwarna putih kekuningan menyerupai serangga dewasa tetapi semua bagian
tubuhnya masih menyatu. Imago mulamula berwarna putih kekuningan pada bagian bakal
kepala terbentuk bintik-bintik coklat yang makin lama menjadi banyak dan berubah menjadi
hitam. Kumpulan bintik ini akan menjadi mata majemuk. Kemudian seluruh badannya
dimulai dari kepala secara perlahan-lahan berubah menjadi coklat. Bentuk tubuh imago
jantan lebih kecil dari pada imago betina. Imago yang telah tumbuh sempurna dan siap
melakukan kopulasi keluar dari biji kacang hijau melalui jendela berbentuk lingkaran yang
telah disiapkan sebelumnya pada saat masih berbentuk larva.
Callosobruchus chinensis L. berwarna merah kecoklatan, memiliki bintik-bintik
putih kekuningan pada bagian abdomennya. Siklus hidup C.analis ± 30-35 hari. Imago betina
dapat bertelur hingga 150 butir. Kumbang bruchus mempunyai moncong yang pendek dan
femur tungkai belakang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau
lonjong. Bruchus hampir sama dengan Caryoborus tetapi pada sayap depannya terdapat flek
hitam yang menutupi lebih dari separoh kedua sayap dengan bagian bawah dan ditengahnya
terdapat bercak “putih” yang menyilang.

Umur telur kumbang bubuk kedelai ini berkisar 6-8 hari, panjang 0,6 m dan lebar
0,35 mm, telur berbentuk lonjong, menempel pada permukaan biji atau polong. Larva terdiri
dari empat instar dengan umur 14-19 hari pada biji mm dan lebar 2,09 mm, berwarna putih
susu. Pupa berada dalam biji, berwarna putih susu ukuran panjang 3,52 mm dan lebar 2,13
mm dan umurnya 5-9 hari. Imago yang ada di dalam biji berwarna merah kecoklatan, ukuran
panjang 3,49 mm dan lebar 1,90 mm. Imago muda berada dalam biji selama 4-8 hari. Imago
yang siap kawin keluar dari biji kedelai dan mampu hidup selama 7-19 hari. Imago betina
bertelur sebanyak 64-68 butir, tergantung pada biji kacang-kacangan yang dikonsumsi saat
stadium larva.

Gambar siklus hidup pada Callosobruchus chinensis L.

Gudang tempat penyimpanan kacang hijau dapat memicu perkembangan kumbang


Callosobruchus chinensis L. akibatnya kualitas dan kuantitas menurun.
Serangga jantan dan betina melakukan perkawinan, setelah itu betina dewasa akan
bertelur (oviposit) di permukaan luar kacang. Panjang telur 0,75 mm dengan bentuk oval,
jernih, mengkilap dan melekat kuat pada permukaan kacang. Larva yang menetas dari liang
telur dari telur melalui kulit biji. Larva menggerek ke dalam endosperma kacang dan sisa
telur (cangkang) menjadi putih buram atau berwarna belang-belang karena terdapat kotoran
larva. Ada empat instar larva, semua makan di dalam endosperma biji, tempat serangga
meletakkan telur.

Lapisan kacang terlihat masih utuh namun permukaan kacang membentuk lapisan
tipis bulat berukuran 1-2 mm yang menunjukkan adanya larva yang sudah metamorfosis
menjadi pupa. Pupasi terjadi di dalam benih dan serangga dewasa muncul dengan
mengunyah dan melepaskan potongan melingkar dari kulit biji untuk membentuk lubang
berbentuk lingkaran untuk keluarnya pupa. Pupa mengalami metamorfosis di dalam biji
kacang menjadi imago dewasa yang bersayap. Imago dewasa mulai muncul dari biji setelah
memakan permukaan kulit biji. Siklus hidup kutu kacang Callosobruchus chinensis
sepenuhnya adalah 24 hari. Imago jantan mulai mencari betina untuk dikawini dan betina
menyimpan sperma dalam spermatheca (struktur 10 dalam saluran reproduksi betina untuk
menyimpan sperma). Serangga jantan akan mengejar betina sampai mereka bisa naik dan
bersanggama. Senggama umumnya dimulai dalam 10-15 menit, tetapi ada juga yang
membutuhkan waktu 30 menit hingga satu jam. Imago dewasa jantan maupun betina dewasa
membutuhkan makanan atau air dengan siklus 10-14 hari, setelah itu akan mati.

Hal ini yang menyebabkan penurunan baik kualitas maupun kuantitas dari biji dalam
penyimpanan sehingga biji menjadi tidak cocok untuk dikonsumsi manusia dengan
penurunan viabilitas untuk penanaman kembali atau untuk produksi kecambah. Pada kondisi
penyimpanan, penyerangan kacang tunggak muncul dalam kurun waktu 3-5 bulan saat
penyimpanan. Callosobruchus chinensis juga menyebabkan penurunan nilai pasar dan
pengecambahan biji.

LINGKUNGAN FISIK YANG DISENANGI HAMA GUDANG Callosobruchus


chinensis

Kondisi optimal untuk perkembangan hama kumbang kacang adalah kadar air biji
antara 12% dan 14%, suhu udara 28-300C, dengan kelembapan nisbi udara 65%-70%.
Setelah 1 minggu, kumbang kacang dikeluarkan dari botol kemudian ditutup kembali dan
dibiarkan selama 1 bulan. Pengamatan jumlah kumbang kacang yang pertama dilakukan
setelah dibiarkan 1 bulan dengan cara mengeluarkan dan menghitung semua kumbang yang
ada pada masing-masing botol kemudian ditutup kembali dan dibiarkan selama 14 hari.

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat ketahanan adalah kadar
air biji, temperatur dan kelembapan udara. Pada kadar air tertentu hama kumbang kacang
mudah menyerang yaitu pada kadar air di atas 10%, sedangkan pada kadar air di bawah 10%
hama ini jarang atau sulit menyerang. Kondisi temperatur yang optimum untuk pertumbuhan
dan perkembangan hama ini adalah antara 260C dan 310C. Kelembapan yang mendorong
berkembangnya hama ini yaitu jika di atas 65%. Selain dipengaruhi faktor genetika,
ketahanan biji terhadap hama juga dipengaruhi faktor lingkungan atau ekologi.

Dalam ketahanan lingkungan dikenal ketahanan semu (pseudoresistance) dan


ketahanan induksi. Ketahanan semu adalah ketahanan tanaman yang terjadi karena adanya
sifat tanaman yang mampu menghindari serangan hama, misalnya umur tanaman yang lebih
pendek. Ketahanan induksi merupakan ketahanan tanaman yang terjadi karena adanya
perubahan lingkungan atau adanya induksi ke dalam lingkungan tumbuh. Peubah yang
paling menentukan tingkat ketahanan biji yaitu jumlah atau tingkat kerusakan biji dan
jumlah imago yang terbentuk dan dapat berlangsung hidup. Peubah jumlah telur dan
pengurangan berat biji hanya sebagai peubah penunjang bahkan sering mengaburkan
kesimpulan. Jumlah telur yang banyak ataupun pengurangan berat biji tidak selalu
mencerminkan tingkat ketahanan terutama jika mekanisme ketahanannya adalah antibiosis.
Telur yang banyak belum tentu menghasilkan jumlah imago yang banyak. Tanaman yang
rentan dan kondisi lingkungan yang mendukung akan menyebabkan terserangnya bijibiji
tanaman ini oleh hama kumbang kacang, sebaliknya tanaman yang tahan dan kondisi
lingkungan yang tidak mendukung akan menyulitkan hama ini menyerang dan berkembang.

EKOLOGI SERANGGA HAMA GUDANG Callosobruchus chinensis

Faktor ekologi yang mempengaruhi perkembangan ataupun penurunan populasi


hama pascapanen diantaranya adalah faktor iklim. Unsur-unsur iklim mikro yang sangat
berpengaruh pada perkembangan hama gudang, yaitu: temperatur, kelembaban, kadar air
dan aerasi. Unsur-unsur ini dapat mengembangkan, melumpuhkan, menghambat
perkembangbiakan atau memusnahkan populasi hama pasca panen. Suhu lingkungan dan
kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang mempengaruhi masa perkembangan.
Kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan hama pascapanen pada batas
tertentu. Hal ini menjelaskan pengaruh suhu terhadap pemendekan masa perkembangan
serangga pascapanen. Fluktuasi suhu yang terjadi setiap harinya juga mempengaruhi
perkembangan hama pascapanen.

Serangga yang hidup pada suhu tinggi masa perkembangannya lebih singkat
daripada suhu fluktuatif walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi. Sementara itu
pada suhu rendah, masa perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fluktuatif dengan
rata-rata sama rendah. Kadar air bahan simpan mempengaruhi lama stadium larva. Kadar air
bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak
terpengaruh. Serangga memiliki kisaran suhu optimum untuk perkembangannya. Apabila
suhu optimum tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi penurunan populasi hama
pascapanen. Ketahanan hidup hama tersebut akan turun apabila hidup pada lingkungan di
luar kisaran suhu tersebut dan kematian terbanyak terjadi pada larva instar awal. Peranan
temperatur juga mempengaruhi perkembangan hidup hama pascapanen, apalagi pada
perlakuan fumigasi. Dilaporkan hama pascapanen yang hidup pada temperatur tinggi akan
lebih peka terhadap perlakuan fumigasi.

Kadar air pada biji berhubungan dengan ketahanan hidup hama pascapanen. Apabila
kadar air tinggi akan membuat kondisi lingkungan sesuai untuk perkembangan hama
pascapanen, sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup
hama pascapanen menurun bila kadar air pada biji rendah. Implikasinya, kalaupun
pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu (pendinginan), perlakuan
pengeringan dan pemanasan juga dapat dilakukan untuk pengendalian.

UPAYA PENGENDALIAN YANG TEPAT UNTUK HAMA GUDANG


Callosobruchus chinensis

Pengendalian hama gudang pada umumnya yang biasa dilakukan menggunakan


senyawa kimia nantinya menimbulkan kerusakan ekosistem, berbahaya bagi kesehatan
manusia, jika menggunakan dosis tinggi dapat membunuh musuh alami banyak efek negatif
yang ditimbulkan jika pengendalian dilakukan secara kimia. Penggunaan yang alternatif
untuk mengendalikan hama gudang yaitu insektisida nabati yang memiliki sifat mudah
terurai, tidak berbahaya terhadap lingkungan dan aman digunakan, insektisida nabati pada
hal adalah menggunakan bahan bahan yang bersifat nabati atau alami.

Saat ini pengendalian hama pasca panen pada biji kacang hijau umumnya
menggunakan insektisida sintetik seperti fenitrotion, malation, metil bromida dan parathion.
Penggunaan insektisida sintetik hasilnya menyebabkan efek samping seperti kematian
organisme bukan sasaran, terjadinya resistensi dan resurjensi, munculnya hama kedua, serta
adanya residu insektisida pada bahan pangan.

Beberapa upaya pengendalian Callosobruchus chinensis dilakukan yang bersifat


ramah lingkungan, salah satunya adalah penggunaan insektisida nabati. Insektisida nabati
biasanya diperoleh melalui metode ekstraksi untuk mendapatkan senyawa – senyawa aktif
alami yang dapat menekan populasi hama sasaran. Tumbuhan yang diketahui memiliki
sumber insektisida nabati adalah daun otikai (Alphitonia sp.) dan buah pinang (Areca
catechu L.). Upaya pengendalian larva bruchus telah banyak dilakukan di antaranya
pengendalian dengan perlakuan pada benih (seed treatment), baik dengan menggunakan
senyawa kimia seperti NaOH. insektisida, bahan nabati seperti ekstrak tanaman mimba
(Azadirachta indica), senyawa aromatik tanaman dan komponen volatilnya seperti
menthone, trans-geraniol, sitronella dan linalol, atau menjemur benih selama tiga hari di
bawah sinar matahari. Upaya di atas seringkali tidak efektif, mempengaruhi kesehatan
manusia, dan biaya tinggi. Penggunaan tanaman tahan dinilai ideal untuk melindungi
tanaman dari serangan hama.

Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan pengendalian hama


Callosobruchus chinensis. Cara yang banyak digunakan untuk mengendalikan
Callosobruchus chinensis adalah menggunakan insektisida sintetik. Pemanfaatan bahan
nabati sebagai bahan pestisida telah banyak mendapat perhatian untuk dikembangkan sebab
relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran, mudah terurai di alam, sehingga
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan, residunya relatif singkat dan hama tidak
berkembang menjadi tahan terhadap pestisida nabati.

Beberapa jenis bahan nabati telah terbukti mampu mengendalikan


Callosobruchus chinensis yaitu daun sirsak (Annona muricata), biji jarak, biji sirsak
dan lain-lain efektif menekan serangan Callosobruchus chinensis. Dalam beberapa
penelitian, digunakan serbuk gagang cengkih (Syzygium aromaticum), karena didalam
gagang cengkih mengandung senyawa aktif eugenol, eugenol asetate, flavanoid dan saponin
dan tannin. yang mampu menekan perkembangan hama kumbang Callosobruchus chinensis
tersebut. Di Maluku gagang cengkih merupakan limbah dari hasil panen, sehingga petani
mengabaikannya karena mempunyai nilai jual yang rendah. Tepung bunga dan daun cengkih
mempunyai efektivitas yang sama dengan pestisida sintetik terhadap nematoda Radopholus
similis dan Meloydogine incognita. Minyak daun cengkih yang disuling dengan uap air
mengandung 74-76% eugenol dan 0,15- 0,24 persen eugenol acetate. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak cengkih dapat berpengaruh terhadap keturunan pada
Triboliumcastaneum dan Sitophilus zeamays. Cengkih telah banyak dilaporkan dapat
menghambat pertumbuhan jamur patogenik tanaman. Ekstrak atau eugenol asal daun, bunga
dan gagang cengkih telah dibuktikan toksik terhadap Fusarium oxysporum, Fusariumsolani,
Rigidoporus lignosis, Phytophthora capsici, Sclerotiumroflsii dan Rhizoctonia solani.
Kombinasi penggunaan produk cengkih dan kompos limbah tanaman telah terbukti dalam
mengendalikan penyakit busuk batang panili (BBP) antara 75 – 85%. Cengkih mengandung
eugenol, eugenol asetat, saponin, flavonoid, tannin, karifilen, sesquiterpenol dan naftalen.

DAFTAR PUSTAKA :

Gobai, M., Oktavianus, dan Rochman, N. 2015. Daya Insektisida Ekstrak Daun Otikai

(Alphitonia Sp.) Dan Ekstrak Buah Pinang (Areca Catechu L.) Terhadap Tingkat
Kematian Serangga Hama Gudang Callosobruchus Chinensis L . Jurnal Agonida,
1(2) : 71 – 82.

Musalamah. 2005. Peningkatan Ketahanan Kacang Hijau Terhadap Hama Gudang

Callosobruchus Chinensis: Dari Pendekatan Konvensional Menuju Bioteknologi.


Jurnal Buletin Palawijaya, 1(9) : 33 - 42.

Ujianto, L., dkk,. 2011. Evaluasi Ketahanan Hibrida Hasil Persilangan Kacang Hijau Dan

Kacang Uci Terhadap Callosobruchus Chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae). Jurnal


HPT Tropikal, 11(2) : 130 – 138.

You might also like