Professional Documents
Culture Documents
PAPER TPP (02) - Dina Kamila (2105101050061)
PAPER TPP (02) - Dina Kamila (2105101050061)
OLEH:
DINA KAMILA
21051010500061
2023
HAMA GUDANG CALLOSOBRUCHUS CHINENSIS
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Merupakan salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang
hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji.
Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur
tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau
lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada
sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus.
Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan.
Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah sangat penting untuk
menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Pada umumnya serangga hama gudang
dapat dibagi menjadi hama primer dan hama sekunder. Hama primer yaitu serangga hama
gudang yang mampu menyerang biji-bijian yang masih utuh, seperti Sitophilus spp.
(weevil), Rhyzopherta dominica (Iesier grain borer) dan Sitotroga cerealella. (Angoumois
grain moth). Sedangkan hama sekunder adalah serangga hama yang hanya mampu
menyerang biji-bijian yang sudah rusak, seperti Tribolium spp. (flour beetle) dan Plodiq
interpunctella (Indian meal moth).
Pembagian serangga hama gudang menjadi hama primer dan sekunder tidak
mengacu kepada arti pentingnya ditinjau dari segi ekonomi, melainkan hanya kepada urut-
urutannya menyerang produk. Serangga hama gudang yang menyerang komoditi yang
mahal dan banyak menimbulkan kerugian disebut hama ekonomi, sedangkan hama yang
tidak banyak menimbulkan kerugian disebut hama non ekonomis. Pembagian serangga
hama gudang/pantri berdasarkan perilaku cara makan adalah internal feeder, external feeder,
scavenger dan hama sekunder.
Internal Feeder, larva dari serangga kelompok ini ada di dalam biji (kernel) komoditi
yang diserang. Biasanya serangga- serangga ini menyerang biji komoditi yang masih utuh
atau belum diproses. Contohnya adalah Sitophilus spp. (weevil), Rhyzopertha dominica
(Iesser grainborer), Sitotroga cerealella (angumois grain moth). External Feeder, serangga
hama ini menyerang biji komoditi dari luar biji baik yang masih utuh maupun yang telah
diproses. Contohnya adalah Tribolium spp, Lasioderma serricorne (tobacco beetle),
Stegobium paniceum (drugstore beetle), Trogoderma granarium (khapra beetle),
Tenebroides mauritanicus (cadelle beetle), dan Plodia interpunctella (indian meal moth).
Scavenger, serangga hama ini hanya dapat menyerang bjian komoditi yang telah diproses
atau rusak secara fisik maupun akibat serangan dari serangga hama yang lain. Contohnya
adalah Oryzaephilus surinamensis (sawtootthed grain beetle) dan Anagasta kuehniella
(mediterranean flour moth). Hama sekunder, serangga hama ini hanya menyerang komoditas
yang telah rusak, lembab/busuk atau telah ditumbuhi jamur/kapang. Contohnya adalah
Tenebrio molitor (yellow mealworm) dan Alphitobius spp (lesser mealworm beetle).
Dengan demikian hama gudang yang sering menyerang biji dan termasuk hama
primer kacang hijau adalah Callosobruchus chinensis (Coleoptera: Bruchidae).
Masa kumbang hidup sangat dipengaruhi oleh aktivitas biologis selama hidupnya,
kumbang yang tidak pernah berkopulasi selama hidupnya mampu bertahan hidup 4 hari lebih
lama dibandingkan yang berkopulasi sedangkan kumbang betina yang tidak pernah
berkopulasi dapat bertahan hidup antara 4–11 hari. Dari kisaran jumlah telur yang diletakkan
oleh Callosobruchus chinensis L. betina, fertilitas rata-rata 86,5%.
Umur telur kumbang bubuk kedelai ini berkisar 6-8 hari, panjang 0,6 m dan lebar
0,35 mm, telur berbentuk lonjong, menempel pada permukaan biji atau polong. Larva terdiri
dari empat instar dengan umur 14-19 hari pada biji mm dan lebar 2,09 mm, berwarna putih
susu. Pupa berada dalam biji, berwarna putih susu ukuran panjang 3,52 mm dan lebar 2,13
mm dan umurnya 5-9 hari. Imago yang ada di dalam biji berwarna merah kecoklatan, ukuran
panjang 3,49 mm dan lebar 1,90 mm. Imago muda berada dalam biji selama 4-8 hari. Imago
yang siap kawin keluar dari biji kedelai dan mampu hidup selama 7-19 hari. Imago betina
bertelur sebanyak 64-68 butir, tergantung pada biji kacang-kacangan yang dikonsumsi saat
stadium larva.
Lapisan kacang terlihat masih utuh namun permukaan kacang membentuk lapisan
tipis bulat berukuran 1-2 mm yang menunjukkan adanya larva yang sudah metamorfosis
menjadi pupa. Pupasi terjadi di dalam benih dan serangga dewasa muncul dengan
mengunyah dan melepaskan potongan melingkar dari kulit biji untuk membentuk lubang
berbentuk lingkaran untuk keluarnya pupa. Pupa mengalami metamorfosis di dalam biji
kacang menjadi imago dewasa yang bersayap. Imago dewasa mulai muncul dari biji setelah
memakan permukaan kulit biji. Siklus hidup kutu kacang Callosobruchus chinensis
sepenuhnya adalah 24 hari. Imago jantan mulai mencari betina untuk dikawini dan betina
menyimpan sperma dalam spermatheca (struktur 10 dalam saluran reproduksi betina untuk
menyimpan sperma). Serangga jantan akan mengejar betina sampai mereka bisa naik dan
bersanggama. Senggama umumnya dimulai dalam 10-15 menit, tetapi ada juga yang
membutuhkan waktu 30 menit hingga satu jam. Imago dewasa jantan maupun betina dewasa
membutuhkan makanan atau air dengan siklus 10-14 hari, setelah itu akan mati.
Hal ini yang menyebabkan penurunan baik kualitas maupun kuantitas dari biji dalam
penyimpanan sehingga biji menjadi tidak cocok untuk dikonsumsi manusia dengan
penurunan viabilitas untuk penanaman kembali atau untuk produksi kecambah. Pada kondisi
penyimpanan, penyerangan kacang tunggak muncul dalam kurun waktu 3-5 bulan saat
penyimpanan. Callosobruchus chinensis juga menyebabkan penurunan nilai pasar dan
pengecambahan biji.
Kondisi optimal untuk perkembangan hama kumbang kacang adalah kadar air biji
antara 12% dan 14%, suhu udara 28-300C, dengan kelembapan nisbi udara 65%-70%.
Setelah 1 minggu, kumbang kacang dikeluarkan dari botol kemudian ditutup kembali dan
dibiarkan selama 1 bulan. Pengamatan jumlah kumbang kacang yang pertama dilakukan
setelah dibiarkan 1 bulan dengan cara mengeluarkan dan menghitung semua kumbang yang
ada pada masing-masing botol kemudian ditutup kembali dan dibiarkan selama 14 hari.
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat ketahanan adalah kadar
air biji, temperatur dan kelembapan udara. Pada kadar air tertentu hama kumbang kacang
mudah menyerang yaitu pada kadar air di atas 10%, sedangkan pada kadar air di bawah 10%
hama ini jarang atau sulit menyerang. Kondisi temperatur yang optimum untuk pertumbuhan
dan perkembangan hama ini adalah antara 260C dan 310C. Kelembapan yang mendorong
berkembangnya hama ini yaitu jika di atas 65%. Selain dipengaruhi faktor genetika,
ketahanan biji terhadap hama juga dipengaruhi faktor lingkungan atau ekologi.
Serangga yang hidup pada suhu tinggi masa perkembangannya lebih singkat
daripada suhu fluktuatif walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi. Sementara itu
pada suhu rendah, masa perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fluktuatif dengan
rata-rata sama rendah. Kadar air bahan simpan mempengaruhi lama stadium larva. Kadar air
bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak
terpengaruh. Serangga memiliki kisaran suhu optimum untuk perkembangannya. Apabila
suhu optimum tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi penurunan populasi hama
pascapanen. Ketahanan hidup hama tersebut akan turun apabila hidup pada lingkungan di
luar kisaran suhu tersebut dan kematian terbanyak terjadi pada larva instar awal. Peranan
temperatur juga mempengaruhi perkembangan hidup hama pascapanen, apalagi pada
perlakuan fumigasi. Dilaporkan hama pascapanen yang hidup pada temperatur tinggi akan
lebih peka terhadap perlakuan fumigasi.
Kadar air pada biji berhubungan dengan ketahanan hidup hama pascapanen. Apabila
kadar air tinggi akan membuat kondisi lingkungan sesuai untuk perkembangan hama
pascapanen, sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup
hama pascapanen menurun bila kadar air pada biji rendah. Implikasinya, kalaupun
pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu (pendinginan), perlakuan
pengeringan dan pemanasan juga dapat dilakukan untuk pengendalian.
Saat ini pengendalian hama pasca panen pada biji kacang hijau umumnya
menggunakan insektisida sintetik seperti fenitrotion, malation, metil bromida dan parathion.
Penggunaan insektisida sintetik hasilnya menyebabkan efek samping seperti kematian
organisme bukan sasaran, terjadinya resistensi dan resurjensi, munculnya hama kedua, serta
adanya residu insektisida pada bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA :
Gobai, M., Oktavianus, dan Rochman, N. 2015. Daya Insektisida Ekstrak Daun Otikai
(Alphitonia Sp.) Dan Ekstrak Buah Pinang (Areca Catechu L.) Terhadap Tingkat
Kematian Serangga Hama Gudang Callosobruchus Chinensis L . Jurnal Agonida,
1(2) : 71 – 82.
Ujianto, L., dkk,. 2011. Evaluasi Ketahanan Hibrida Hasil Persilangan Kacang Hijau Dan