Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH Nilai Etika Dan Ham KLMPK 6
MAKALAH Nilai Etika Dan Ham KLMPK 6
NILAI DAN ETIKA PEKERJAAN SOSIAL DAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Dosen:
Di susun oleh:
Kelompok VI (enam)
TAHUN 2023
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah Nilai dan etika pekerja sosial dan hak asasi
manusia. penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah NILAI ETIKA DAN HAM PEKSOS.
Kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal 'Alamiin.
A. Latar Belakang
C. TUJUAN
Nilai jika dihubungkan dengan pekerja sosial maka nilai adalah seperangkat
prinsip etik/moral dimana pekerja sosial harus berkomitmen nilai yang paling dasar
ialah kesejahteraan sosial dan pribadi Kesejahteraan berarti suatu keadaan sejahtera
(fisik, mental, sosial, dan ekonomi) pada individu dan masyarakat.
Secara praktis nilai menjadi standar perilaku yang menjadikan orang berusaha
untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang telah diyakininya. Paling tidak ada tiga
unsur yang tidak dapat terlepas dari nilai, yaitu:
1. Bahwa nilai berhubungan dengan subjek, karena memang suatu nilai lahir dari
bagaimana subjek menilai realitas, namun bukan berarti mereduksi
keputusannya pada subjektivitas nilai dan meniadakan hal-hal lain diluar
dirinya. Nilai terkait dengan keyakinan seseorang atas sesuatu yang
mewajibkan dirinya untuk melestarikannya,
2. Bahwa nilai teraplikasi dalam tindakan praktis, artinya nilai sangat berkaitan
dengan aktivitas seseorang. Amal adalah bukti nyata bahwa seseorang telah
memiliki nilai,
3. Bahwa nilai-nilai bersifat subjektif karena penilaiannya berhubungan dengan
sifat-sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat-sifat yang dimiliki objek.
Oleh karena itu adalah lazim jika objek yang sam memiliki nilai yang berbeda
di kalangan masyarakat.
Dalam pengertian yang lebih kompleks nilai akan membantu subjek moral untuk
mengidentifikasi apakah sesuatu perilaku itu perlu atau tidak, apakah ia baik atau
buruk serta mendorongnya untuk membuat analisis dari suatu perilaku moral tertentu
yang menuju pada penyimpulan- penyimpulan sebagai landasan suatu kecenderungan
yang akan menjadi sikap yang akan menentukan corak suatu kepribadian. Nilai
dihubungkan dengan pekerjaan sosial, maka nilai adalah seperangkat prinsip
etik/moral yang fundamental dimana pekerja sosial harus berkomitmen. Etika
pekerjaan sosial merupakan etika profesi yang berfungsi membimbing, mengatur, dan
mengendalikan perilaku dalam kapasitas peranan-peranan dan status pekerjaan sosial
menggambarkan apa yang diharapkan dari para pekerja sosial di dalam penampilan
fungsi fungsi profesional mereka dan di dalam tingkah laku mereka sebagai anggota
profesi pekerjaan sosial Apa yang diharapkan dari para pekerja sosial dengan cara
tingkah laku yang dinilai di dalam fungsi fungsi dan status profesional didasarkan
pada dan berasal daripekerjaan yang mereka lakukan, untuk siapa dengan siapa
mereka bekerja dan dalam setting apa pekerjaan itu dilakukan.? Etika pekerjaan sosial
didasarkan pada beberapa premis atau dasar pemikiran tertentu tentang pekerja sosial
dan tentang klien, dan resiko-resiko bagi klien.
Setiap profesi, nilai dan etika menjadi prinsip dasar dalam praktek profesi
khususnya pekerja sosial. Apabila dihubungkan dengan pekerja sosial, nilai adalah
seperangkat prinsip etik atau moral yang fundamental dimana pekerja sosial harus
berkomitmen. (Miftahul Huda, 2009). Sesuai dengan tujuan profesi tersebut secara
umum, tidak lain menolong orang yang membutuhkan dan memecahkan masalah.
Dalam menolong dan memberikan bantuan serta pemecahan masalah dalam
pekerjaan sosial tidak hanya didukung oleh sifat kerelawanan, atau hanya berangkat
dari hal tersebut tetapi terdapat nilai dan etika yang menjadi prinsip dalam
mengaplikasikan profesinya. Pentingnya nilai dan etika dalam pekerjaan sosial karena
akan mengacu pada pedoman aturan tentang apa yang baik dan buruknya atau apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan, sehingga pemberian pertolongan dan
memecahkan masalah sosial harus dengan pendekatan secara profesionalis. Karena
profesi pekerjaan sosial sangat berhubungan dengan manusia sebagai klien atau objek
dalam keilmuanya . Maka dari itu perlu untuk memahami ruang lingkup nilai dan
etika dari sisi profesi pekerjaan sosial. Secara umum Nilai dan Etika pekerjaan sosial
diatur dalam beberapa elemen melalui kode etik profesi.
Kode etik profesi pekerjaan sosial berisi mengenai hal-hal yang berhubungan
secara langsung dengan aktivitas pekerjaan sosial secara profesional. Nilai dan Etika
dalam pekerjaan sosial menjadi pedoman dalam melaksanakan praktek-praktek yang
berkaitan dengan profesi tersebut. Seperti dalam nilai pelayanan yang pada prinsip
menjadi tugas utama dalam pekerjaan sosial. Seperti dalam UU No.11 Tahun 2009
Tentang Kesejahteraan Sosial. Pekerjaan Sosial hadir sebagai pendukung dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dalam UU tersebut telah mengamatkan kepada
pekerja sosial senantiasa menjadi pelaku aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial. Oleh karena itu, semangat profesionalisme kerja dituntut dalam bentuk
pelayanan kesejahteraan sosial. Pentingnya nilai dan etika yang membangun kode
etik dalam pekerja sosial tidak dapat dihindarkan, profesionalitas sebuah profesi juga
mengacu kepada pedoman yang mengatur tentang apa yang baik atau tidak baik, dan
apa yang benar atau salah.
Hak Asasi Manusia (HAM) secara terminologis adalah wewenang manusia yang
bersifat dasar sebagai manusia untuk mengerjakan, meninggalkan, memiliki,
mempergunakan atau menuntut sesuatu baik yang bersifat materi maupun non materi.
Leah Levin mendefinisikan "human right meaning is moral claim which are
inalienable and inherent in all human individuals by virtue of their humanity alone."
(Hak asasi manusia berarti klaim moral yang tidak dipaksakan dan melekat pada diri
individu berdasarkan kebebasan manusia). Hak itu dimiliki oleh semua manusia
sebagai manusia tanpa memandang ras, etnis, agama, dan lain-lain karena ia
merupakan bagian interen dari diri manusia dan ia bebas apa yang ingin dilakukan
dengan hak tersebut. Siapa pun tidak berhak untuk memaksa, mencabut, dan
merampas hak tersebut tanpa ada alasan yang membenarkan oleh hukum. Atas dasar
itu. HAM berdiri diatas dasar prinsip kebebasan dalam hal apapun. meskipun
demikian, kebebasan itu tidak absolut, tetapi relatif karena ia dibatasi oleh kebebasan
orang lain yang juga memiliki hak yang sama.
Pandangan HAM yang sekarang menjadi tren global bukanlah HAM berasal dari
pandangan tentang kemanusiaan yang melahirkan teori tentang etika dan humanisme.
Pandangan tentang kemanusiaan bisa ditemukan sejak zaman Yunani Kuno dalam
pemikiran etika (475 SM) selalufilsafat stoicism, Plato dengan humanisme (427-347
SM), demokritos melalui hedonisme (460-370 SM). konsep-konsep tersebut semakin
berkembang dan menyebar keperadaban Romawi dan berkembang dengan ajaran
Kristen di bawah kekaisaran Romawi. Hak Asasi Manusia (HAM) secara
terminologis adalah wewenang manusia yang bersifat dasar sebagai manusia untuk
mengerjakan, meninggalkan, memiliki, mempergunakan atau menuntut sesuatu baik
yang bersifat materi maupun non materi. Leah Levin mendefinisikan " human right
meaning is moral claim which are inalienable and inherent in all human individuals
by virtue of their humanity alone. (Hak asasi manusia berarti klaim moral yang tidak
dipaksakan dan melekat pada diri individu berdasarkan kebebasan manusia). Hak itu
dimiliki oleh semua manusia sebagai manusia tanpa memandang ras, etnis. agama,
dan lain-lain karena ia merupakan bagian interen dari diri manusia dan ia bebas apa
yang ingin dilakukan dengan hak tersebut. Siapa pun tidak berhak untuk memaksa,
mencabut, dan merampas hak tersebut tanpa ada alasan yang membenarkan oleh
hukum. Atas dasar itu. HAM berdiri diatas dasar prinsip kebebasan dalam hal
apapun. meskipun demikian, kebebasan itu tidak absolut, tetapi relatif karena ia
dibatasi oleh kebebasan orang lain yang juga memiliki hak yang sama, HAM adalah
sebuah ikhtiar untuk memuliakan manusia sebagai manusia agar satu sama lain saling
menghormati tanpa mengenal batas ras, etnis, agama, dan bangsa, adalah sebuah
ikhtiar untuk memuliakan manusia sebagai manusia agar satu sama lain saling
menghormati tanpa mengenal batas ras, etnis, agama, dan bangsa.
Karena profesi pekerja sosial sangat berhubungan dengan manusia sebagai klien
atau obyek dalam keilmuannya, maka dari itu perlu untuk memahami ruang lingkup
nilai dan etika dari sisi profesi pekerja sosial. Pentingnya nilai dan etika dalam
pekerjaan sosial karena kedua hal tersebut atau apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan, sehingga pemberian akan mengacu pada pedoman aturan tentang apa yang
baik dan buruknya pertolongan dan memecahkan masalah sosial harus dengan
pendekatan secara profesional. Nilai dan etika memberikan identitas profesional suatu
profesi, sebagai salah satu prasyarat bagi keberlangsungan profesi. Setiap profesi
pasti memiliki tujuan tertentu yang membedakannya dari profesi lainnya misalnya
meskipun sama-sama bekerja dengan anak dan keluarga, pekerja sosial dengan
keluarga memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda dengan pekerja sosial dalam
perlindungan anak.olehnya suatu profesi pasti akan memiliki seperangkat nilai dan
prinsip etik yang mengatur bagaimana pencapaian tujuan profesinya. Meskipun ada
beberapa nilai dan prinsip sama yang diyakini oleh berbagai profesi, namun tetap ada
nilai dan prinsip khas yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain yang akan
mewarnai perilaku para profesional yang terlibat didalamnya. Penerapan nilai dan
etik profesi berarti bahwa profesional mengakui dan mendukung keberlangsungan
profesi yang ditekuninya. (Syamsuddin AB, 2017).
Keberadaan dan penerapan nilai dan prinsip etik juga merupakan perwujudan
akuntabilitas profesi. Akuntabilitas profesi salah satunya dapat dilihat pada sejauh
mana profesi tersebut mengatur standar layanan serta perilaku pemberi layanan.
Pemberian layanan yang didasarkan pada nilai-nilai profesional dan etis akan dapat
meningkatkan kepercayaan publik kepada organisasi dan profesi, sebaliknya akan
mengancam keberlangsungan suatu organisasi atau profesi jika terbukti tidak
didasarkan pada standar nilai dan prinsip etik profesional.
Berikut beberapa hal yang menjadi tujuan adanya kode etik yaitu:
1. Melindungi anggota organisasi dari persaingan dalam praktik
professional.
2. Mengembangkan tugas profesional sesuai dengan kepentingan
masyarakat,
3. Merangsang pengembangan kualifikasi dan praktik pendidikan.
4. Menjalin hubungan antar sesama profesi atau sesama dan menjaga nama
baik profesi,
5. Membentuk ikatan yang kuat bagi seluruh anggota dan melindungi
profesi dari pembebanan norma hukum.
Nilai pada dasarnya merupakan suatu konsepsi abstrak terdapat pada manusia
tentang apa yang dianggap benar salah, indah tidak indah dan baik buruk. Nilai yang
berkaitan dengan benar salah disebut logika. nilai yang berkaitan dengan indah, tidak
indah dinamakan estetika, dan nilai yang berkaitan dengan baik buruk disebut etika.
Etika pada dasarnya merupakan penerapan dari nilai tentang baik buruk yang
berfungsi sebagai norma atau kaidah tingkah laku dalam hubunganya dengan orang
lain, sebagai ekspektasi atau apa yang diharapkan oleh masyarakat terhadap
seseorang sesuai dengan status dan perannya, dan etika dapat berfungsi sebagai
penuntun pada setiap orang dalam mengadakan kontrol sosial. Etika pekerjaan sosial
merupakan etika profesi yang berfungsi membimbing, mengatur, dan mengendalikan
perilaku dalam kapasitas peranan-peranan dan status pekerjaan sosial
menggambarkan apa yang diharapkan dari para pekerja sosial di dalam penampilan
fungsi-fungsi profesional mereka dan di dalam tingkah laku mereka sebagai anggota
profesi pekerjaan sosial. Etika pekerjaan sosial di dasarkan pada beberapa premis atau
dasar pemikiran tertentu tentang pekerja sosial dan tentang klien, da resiko-resiko
bagi klien.
Pentingnya peran nilai dan etika dalam pekerjaan sosial menjadikannya salah satu
landasan pengetahuan dasar yang harus dimiliki pekerja sosial. tidak mungkin
membantu menjadi profesi spesialis tanpa pengetahuan bahwa membantu orang
adalah nilai yang baik. Ketika membantu orang dianggap sebagai nilai yang baik,
maka secara etis perilaku tersebut tergerak untuk membantu seseorang yang
membutuhkan karena itulah kebenarannya. Keyakinan tentang sesuatu yang baik
membutuhkan pekerja sosial untuk melakukannya karena itu benar. Sebaliknya,
keyakinan tentang sesuatu yang buruk mencegah pekerja sosial menghindarinya
karena itu salah. Nilai dan etika pada akhirnya adalah kunci untuk memandu tindakan
yang baik atau buruk atau benar dan salah. Keyakinan tentang nilai-nilai yang benar
juga menjadi pedoman bagi pekerja sosial untuk memutuskan suatu kasus ketika ada
dilema etika dalam intervensi sosial.
Nilai dan etika merupakan salah satu dimensi inti; selain seperangkat ilmu
pengetahuan dan keterampilan, yang harus dikuasai dan diterapkan oleh pekerja
sosial atau tenaga kesejahteraan sosial untuk dapat menjalankan tugasnya secara
efektif. Pemahaman dasar mengenai nilai dan prinsip etika dalam pelayanan
pemberian bantuan, khususnya dalam konteks pelayanan untuk anak dan keluarga
rentan. Menggerakkan dan sebagai petunjuk dalam profesi pekerjaan sosial. Tanpa
nilai, perilaku dan profesi tidak memiliki pedoman tentang baik buruk dan tentu saja
benar atau salah. Disinilah peran penting nilai dan etika dalam pekerjaan sosial.
Disinilah peran penting nilai dan etika pekerjaan sosial. Nilai yang menjadi pedoman
baik atau buruk diejawantahkan dalam perilaku etik sehingga suatu perilaku dalam
profesi dianggap benar atau salah. Pentingnya peranan nilai dan etika dalam
pekerjaan sosial menjadikan keduanya sebagai salah satu pondasi pengetahuan
mendasar yang harus dimiliki oleh pekerja sosial. Tidak mungkin aktivitas
pertolongan dapat menjadi suatu spesialis tanpa adanya pengetahuan bahwa
menolong orang adalah nilai yang baik Ketika menolong orang dianggap sebagai
suatu nilai yang baik, maka secara etis perilaku digerakkan untuk menolong
seseorang membutuhkan karena itu adalah sebuah kebenaran. Keyakinan-keyakinan
sesuatu yang baik menuntun pekerja sosial untuk melakukannya karena perbuatan
tersebut adalah benar. Sebaliknya, keyakinan-keyakinan mengenai sesuatu yang
buruk mencegah pekerja sosial sehingga menghindarinya karena perbuatan tersebut
adalah salah. Nilai dan etika pada akhirnya menjadi kunci petunjuk terhadap
perbuatan baik-buruk atau salah. Keyakinan tentang nilai yang benar juga berperan
sebagai pekerja sosial untuk memutuskan sesuatu perkara ketika terjadi dilema etis
dalam melakukan intervensi sosial. Pekerja sosial untuk seringkali dihadapkan
kepada dilema etis, maka ketika dilema etis ini terjadi, nilai berperan sangat penting
untuk membuat keputusan etik yang tepat. Memberi nasehat kepada seseorang yang
mengidap kanker ganas optimis menjalani hidup adalah suatu nilai yang harus
ditegakkan. Meskipun mengidap kanker ganas tersebut menghendaki dirinya untuk
segera disuntik mati. Mempertahankan hidup kebaikan yang membantu pekerja sosial
memberikan keputusan etik yang benar dalam sebuah dilema etis. Sebelum
mengambil suatu keputusan etik, pekerja sosial terlebih dahulu harus melakukan
identifikasi terhadap nila-nilai yang berkaitan dengan keputusan tersebut. Sebab nilai-
nilai tersebut adalah unsur utama dalam pengambilan keputusan etik. Nilai- nilai yang
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etik antara lain adalah nilai pribadi,
nilai-nilai masyarakat, dan nilai-nilai profesionalitas secara sinergis ketiganya
menjadi pertimbangan yang sangat penting untuk mengambil keputusan etik dalam
pekerja sosial.
1. Nilai Pribadi, Setiap orang pasti memiliki nilai yang diyakini secara
individu dan terus-menerus melekat dalam dirinya hingga akhir hayat.
Nilai tersebut dapat berasal dari budaya maupun keyakinan agama yang
dianut oleh seseorang. Setiap keputusan etik pada dasarnya dipengaruhi
oleh nilai-nilai profesional tersebut. Namun demikian, pekerja sosial harus
mampu mengkomunikasikan nilai personalnya dengan nilai yang ada pada
masyarakat maupun nilai profesionalitas. Pekerja sosial harus dengan
tepat dapat menentukan kapan secara egois menerapkan nilai pribadinya
atau kapan secara bijak mengharmoniskan dengan nilai lain ketika terjadi
pertentangan nilai.
2. Nilai masyarakat, Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses pengambilan etik
dari pekerja sosial. Kuatnya kepercayaan terhadap sesuatu yang benar dan
salah dalam masyarakat acap kali menjadi faktor yang sangat penting
dalam proses pengambilan keputusan etik. Namun demikian dalam
konteks tertentu, pekerja sosial dapat membuat keputusan etik yang sama
sekali bertentangan dengan nilai yang dianut secara umum.
3. Nilai Profesional, Nilai profesional dalam hal ini kode etik lebih banyak
berperan sebagai panduan ketika terjadi konflik nilai dan etik. Dalam
praktiknya pekerja sosial tidak dapat melepaskan nilai profesional. Oleh
sebab itu, nilai-nilai profesional sangat membantu pekerja sosial dalam
membuat suatu keputusan-keputusan etik, terutama ketika terjadi
kebingungan dalam dilema etik. Beberapa hal tersebut menjadi penting
dan harus dipertimbangankan oleh kita dalam setiap pengambilan
keputusan.
Nilai dan etika pekerjaan sosial menjadi salah satu fondasi atau cara kerja yang
menunjukkan moralitasnya terhadap klien. Karena didalam praktik yang dilakukan
oleh manusia, karena khususnya etika itu menunjukkan kepada manusia yang
bertindak melakukan pekerjaan itu dengan sengaja dan sadar agar tidak melanggar
etika dan moralitas sebagai manusia. Dengan menunjukkan etikanya dalam
menangani klien, maka seorang pekerja sosial tidak akan memberikan pelayanan
yang salah dan mempertahankan martabat dan tanggung jawabnya sebagai seorang
yang bekerja dengan kedisiplinannya. Nilai dalam pekerjaan sosial merupakan bentuk
kepribadian dan profesionalnya selaku pekerjaan sosial. Nilai kepribadian yang
terkandung untuk terus menunjukkan tanggung jawabnya atas setiap klien yang
ditanganinya. Sedangkan nilai profesionalnya untuk menunjukkan cara kerjanya yang
benar-benar professional yang sudah ditekankan dalam kode etiknya.
Dalam praktik pekerja sosial dilingkup hipnoterapi juga tidak akan jauh dari nilai
dan kode etiknya dalam bekerja saat menangani klien. Etika sudah menjadi prinsip
dalam setiap langkah yang dilakukan saat bertatapan dengan klien, bahkan pelayanan
terhadap klien yang dilakukan dalam hipnoterapis ini lebih menunjukkan tanggung
jawabnya. Karena bagaimana tidak. seorang klien itu akan ditangani dengan
pergeseran pikiran kesadarannya ke dalam pikiran bawah sadarnya. Sehingga
bagaimana caranya untuk memberikan pelayanan yang sangat efektif dan aktualitas
agar klien tidak menimbulkan pikiran negatif atas card kerja hipnoterapi. Dalam
hipnoterapis juga seorang pekerja sosial harus mengedepankan etika dan nilainya,
karena kliennya akan mengalami ketidaksadarannya yang maksimal dan akan
ditangani dengan cara yang bersifat sugesti. Artinya bagaimana seorang klien itu akan
lebih menerima rangsangan katakata atau kalimat yang diberikan untuk
mempengaruhi pikirannya dengan tujuan agar klien untuk memberikan masalahnya
yang akan disembuhkan atau diberikan pelayanan oleh pekerja sosial. Sehingga
bagaimana seorang pekerja sosial benar-benar menjadi kolega yang baik dalam
menangani klien untuk lebih menjaga kerahasiaan atau privasi klien, ketika klien
akan menceritakan permasalahannya kepada seorang terapis.
Oleh karena itu, semua pola permasalahan yang dihadapi klien, harus disimpan
sebaik-baik mungkin oleh seorang pekerja sosial. Dengan begitu, maka seorang
terapis yang bekerja sebagai pekerja sosial sosial di dalam lingkup hipnoterapi ini,
akan terlihat bertanggung jawab atas profesinya, dan memberikan pelayanan yang
sebaik mungkin terhadap kliennya. Karena seorang terapis harus mampu untuk
menjaga martabat dan jiwa profesinya yang terikat dalam kedisiplinan keilmuan.
Dimana dalam proses berpikir dalam pikiran bawah sadar yang akan terjadi oleh
klien. maka dengan sangat cepat untuk menerima semua stimulus yang disampaikan
oleh terapis sampai kemudian klien harus meresponnya, dan semua proses berpikir
yang sangat komprehensif ini terjadi untuk merekonstruksi pikiran yang sudah
tersimpan sebelumnya di dalamnya otak klien. Pentingnya peranan nilai dan etika
dalam pekerjaan sosial menjadikan keduanya sebagai pekerjaan sosial tidak memiliki
aktivitas profesional, terutama dalam hal pengawasan. Pengawasan adalah kegiatan
yang sangat dipengaruhi oleh infrastruktur dan hubungan variabel. Dengan kata lain,
kinerja akan sebagus perhatian yang telah dibayarkan kepada variabel-variabel yang
tampaknya asing (Bernard 2005). Tiga kualitas yang mendasari relasi supervision
yang baik: keaslian, saling hormat dan berfikir positif, serta saling investasi atau
keterbukaan untuk saling belajar. Telah dipastikan bahwa adanya kode nilai etika
tersendiri yang harus dipegang teguh oleh seorang supervisor ketika bekerja dengan
pekerja sosial yang sedang menangani kliennya, antara lain meliputi:
Secara umum nilai dan etika pekerjaan sosial diatur dalam beberapa elemen
melalui kode etik profesi. Kode etik profesi pekerjaan sosial berisi mengenai hal-hal
yang berhubungan secara langsung dengan aktivitas pekerjaan sosial secara
profesional. Nilai dan Etika dalam pekerjaan sosial menjadi pedoman dalam
melaksanakan praktek-praktek yang berkaitan dengan profesi tersebut. Seperti dalam
nilai pelayanan yang pada prinsip menjadi tugas utama dalam pekerjaan sosial.
Seperti dalam UU No.11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. Pekerjaan Sosial
hadir sebagai pendukung dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dalam UU
tersebut telah mengamatkan kepada pekerja sosial senantiasa menjadi pelaku aktif
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, semangat
profesionalisme kerja dituntut dalam bentuk pelayanan kesejahteraan sosial. Pada
prinsipnya nilai yang menjadi cakupan pekerjaan sosial ialah: pertama Nilai
pelayanan, bahwa setiap pekerja sosial memahami secara holistik sebagai bentuk
pelayan yang memberikan bantuan atau menolong bagi seseorang yang mengalami
permasalahan sosial, nantinya pelayanan tersebut mengantarkannya pada pemecahan
masalah. Kedua Nilai keadilan sosial, sebagai bentuk pelayanan, prinsip keadilan
sosial menjadi kunci utama, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan.
Ketiga Nilai martabat, setiap pekerja sosial harus memahami perbedaan martabat dan
harga diri setiap orang/klien. Keempat Nilai pentingnya relasi antar manusia, setiap
pekerja sosial harus mengakui relasi antar manusia sebagai kepentingan yang utama.
Kelima Nilai integritas, pekerja sosial harus menunjukkan sikap dan tingkah laku
yang bermartabat dan dapat dipercaya. Keenam Nilai kompetensi, pekerja sosial
bekerja dalam ruang lingkup yang sesuai dengan kompetensinya dan selalu berusaha
meningkatkan keahliannya.
Nilai dan Etika dalam profesi pekerjaan Sosial yang acuan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban. Secara personal setiap pekerja sosial harus
memahami nilai etika sebagai bentuk komitmen secara kelembagaan dalam melayani
atau menghadapi klien yang mengalami permasalahan sosial. Dalam menghadapi
klien, setiap pekerja sosial memberi kesempatan dan menghargai klien untuk
menentukan/mengambil keputusan dirinya sendiri. Selain komitmen secara
kelembagaan, komitmen juga harus ditumbuhkan antara pekerja sosial dan klien
untuk menciptakan bentuk pelayanan yang efektif. Perbedaan dan karakteristik
filsafat sosial, termasuk disiplin pekerjaan sosial ditandai oleh serangkaian orientasi
nilai-nilai dasar, norma-norma dan prinsip-prinsip etik yang diakui secara umum oleh
pekerja-pekerja sosial professional. Beberapa nilai dan norma telah diterima sebagai
petunjuk (pedoman) praktek pertolongan pekerjaan sosial. Dalam filsafat
profesionalnya, pekerja sosial tetap memberikan perhatian nilai yang lebih besar bagi
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar hidup dan perwujudan diri klien. Pekerja
sosial memberikan perhatian pada kebebasan dan kecukupan. Juga memberi prioritas
yang tinggi bagi nilai- nilai pribadi dan sosial tertentu yang idealistic yang meliputi:
keberfungsian sosial yang optimal, self determination, dan perwujudan diri, martabat
dan harga diri individu, demokrasi, keadilan, persamaan tanggung jawab sosial dan
integritas ekologi.
Pekerjaan sosial adalah profesi yang mendasarkan dirinya pada nilai. Nilai-nilai
yang diimplementasikan dalam praktik pekerjaan sosial secara tidak langsung
sebenarnya telah menghormati hak-hak manusia sebagai fokus dari profesi pekerjaan
sosial ini. Hak asasi manusia tidak hanya menjadi dominasi profesi hukum atau
politik saja (Apsari, 2015), tetapi pekerjaan sosial pun menggunakan HAM terutama
jika dilihat dari 3 generasi HAM sebagaimana yang dijelaskan oleh Ife (2001) dalam
Apsari (2015: 6-7) yaitu:
Generasi Pertama, nama; Hak Sipil dan Politik, asal Liberisme, contoh
Tiga Generasi Hak Asasi Hak untuk memilih, kebebasan berpidato,
pengadilan yang lebih adil, kebebasan dari penyiksaan, kekerasan:hak
untuk perlindungan dari hukum; kebebasan dari diskriminasi, lembaga:
Lembaga Bantuan Hukum; Amnesty Internasional, profesi dominan:
Hukum, Pekerjaan Sosial; Pengawasan Hak Asasi; bekerja dengan.
Generasi kedua, nama; Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, asal Sosialisme:
Demokrasi Sosial. contoh Hak untuk pendidikan perumahan kesehatan
pekerjaan pendapatan yang cukup jaminan, kebebasan berpidato.
pengadilan yang lebih adil, kebebasan dari penyiksaan, kekerasan; hak
untuk perlindungan dari hukum; kebebasan dari diskriminasi, lembaga:
Lembaga Bantuan Hukum; Amnesty Internasional, profesi dominan:
Pekerjaan Sosial; Layanan langsung: Manajemen Negara Kesejahteraan,
Pengembangan Kebijakan dan Advokasi, Penelitian.
Generasi ketiga, nama; Hak Kolektif, asal; Ekonomi; Studi Pembangunan:
Ideologi hijau, contoh Hak untuk perkembangan ekonomi dan kekayaan,
mendapat-kan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi, har-moni sosial,
lingkungan yang sehat, air bersih, lembaga: Lembaga perkemba-ngan
ekonomi; proyek masyarakat, Greenpeace, profesi dominan;
Pengembangan Masyarakat, Pekerjaan Sosial; Pengemba-ngan
Masyarakat. Sosial ekonomi, politik, budaya, lingkungan, personal/
spiritual. Hal ini menunjukkan bahwa dalam praktiknya profesi pekerjaan
sosial selalu mempertimbangkan hak asasi manusia, terutama bagi
kelompok populasi yang rentah mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai
dengan HAM. Landasan konsep tiga generasi hak tersebut digunakan oleh
seorang pekerja sosial profesional untuk menentukan peran dan fungsinya
sebagai fasilitator pencapaian hak seseorang. Namun demikian, seringkali
bahasa hak adalah terkesan indivialistis, sangat egois. Ungkapan "saya
menuntut hak saya", "kami menuntut hak kami" seolah tanpa
mempertimbangkan keberadaan hak orang lain.
Jika HAM bersifat universal, maka seorang individu tidak hanya berhak
untuk mendapatkan hak-haknya, tetapi juga harus menghormati hak orang lain
dan memungkinkan orang lain untuk mendapatkan hak-haknya tersebut.
Menerima kerangka hak, berarti tidak dapat diartikan hanya sikap egois pada
bagian diri individu saja, menuntut hanya untuk diri sendiri sambil tidak
menghargai hak orang lain. Ife (2008) menyebutkan adanya kritik terhadap
HAM salah satunya adalah keegois-an, yang menyebutkan bahwa individu
menyebutkan dirinya berhak untuk sesuatu, padahal sesuatu tersebut hanya
menunjukkan keinginan dirinya saja, seperti hak untuk jalan-jalan dengan
fasilitas mewah, hak untuk mendengarkan radio dengan suara keras, yang
sebenarnya tidak mempengaruhi jati diri orang tersebut sebagai manusia. Ini
menunjukkan ada keterkaitan kewajiban setiap anggota masyarakat untuk
menghormati dan mendukung hak-hak orang lain. Dalam hal ini, HAM tidak
bersifat individualistik, tetapi juga membentuk dasar untuk kolektivisme: a).
Masyarakat diselenggarakan bersama oleh saling menghormati HAM semua
warganya dan didasarkan pada gagasan saling membutuhkan, b). Saling
mendukung dan kesejahteraan kolektif. Dengan demikian, berbicara mengenai
konsep HAM, artinya tidak hanya berbicara mengenai apa yang diperlukan
untuk membuat seseorang menjadi manusia sepenuhnya, tapi mereka juga
perlu untuk menjadikan manusia sebagai satu masyarakat yang sepenuhnya
manusia. Kita tidak hanya memiliki HAM untuk kepentingan diri kita sendiri,
tetapi untuk kepentingan masyarakat di mana kita hidup dan untuk ke-
manusia- an secara keseluruhan. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengupas
apa itu praktik pekerjaan sosial berbasis hak dan bagaimana praktik pekerjaan
sosial berbasis hak dapat diimplementasikan oleh para pekerja sosial
profesional.
Hubungan antara nilai moral dan hak asasi manusia adalah bahwa nilai adalah
penghayatan terhadap segala sesuatu yang dianggap baik, dan moral adalah aturan
yang menentukan nilai baik melalui penegakan etika Lalu etika dan nilai ada
kaitannya dengan hak asasi manusia (HAM). Bila etika dan nilai berjalan lancar,
maka penanganan hak asasi manusia (HAM) dapat dilaksanakan dengan benar.
Masyarakat menganggap nilai dan etika sebagai pedoman hidup manusia dalam
bermasyarakat. ku manusia tidak akan memiliki kebebasan penuh, karena dalam
proses pencarian makna hidup terdapat nilai dan struktur moral sebagai pedoman.
Sistem nilai dan etika yang dikemukakan oleh kelompok masyarakat. Namun,
kedatangan Pancasila sebagai sumber nilai akan membuat setiap nilai dan tatanan
moral yang ada menjadi penuh vitalitas. Pancasila telah diakui sebagai perekat kokoh
yang juga dapat menjembatani kemungkinan konflik yang timbul dari perbandingan
nilai dan etika yang ada. Para penyelenggara negara masih banyak yang memiliki
sikap represif yang jauh dari nilai dan etika yang dijadikan pedoman hidup dalam
berperilaku di masyarakat. Sebagai salah satu faktor penentu dalam proses dinamis
kehidupan warga negara, kekuasaan menjadi pemegang tunggal dari semua proses
asimilasi, konfrontasi dan adaptasi nilai, untuk memenangkan kepentingan diri
sendiri dan kelompok masyarakatnya. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) erat
kaitannya dengan kepentingan kekuasaan. Dominasi kekuasaan dalam sistem hukum
tidak disertai dengan contoh sikap dan nilai moral warga negara yang masih
paternalistik. Warga negara dihadapkan pada seperangkat nilai dan etika, "salah itu
benar, benar itu salah".
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seseorang atau sekelompok orang, baik
sengaja maupun tidak sengaja, secara hukum mengurangi, membatasi, dan
menghalangi perbuatan seseorang yang dilindungi undang- undang 1945. Belakangan
ini banyak media massa yang kerap memberitakan berbagai kasus terkait pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bentuk hak asasi manusia dan persyaratan
perlindungan. Misalnya, ada kasus penahanan sewenang-wenang terhadap individu,
pemerkosaan, pembantaian dan penghilangan paksa, serta penyiksaan. Pelanggaran
ham menyebabkan penderitaan yang luar biasa. Selain itu, ada bentuk- bentuk
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) lainnya yang disebut dengan penindasan hak
politik dan diskriminasi dalam penegakan hukum. Abdul Hakim Garuda Nusantara
(1998: 7). Seperti kita ketahui, banyak pelanggaran HAM di Indonesia yang belum
terselesaikan. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia belum dapat
diselesaikan secara hukum dan masih menjadi tanda tanya bagi banyak orang, antara
lain tragedi Trisakti, kasus Marsinah, kasus Munir, pembantaian Muslim Tanjung
Priuk, serta masih banyak lagi kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
yang terjadi belum teratasi sampai saat ini. Kasus kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia seharusnya dikupas sampai ke akar akarnya agar korban dan keluarga
korban menerima keadilan.Namun dalam banyak kasus yang belum terselesaikan,
pemerintah harus mengakui dan membuat pengumuman resmi kepada keluarga
korban pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu. Ada banyak kasus pelanggaran
hak asasi manusia oleh mesin negara melalui badan-badan angkatan bersenjata atau
menerapkan kebijakan diskriminatif. Namun, pemerintah tidak sepenuhnya
menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lalu dan meminta maaf.
tetapi mengesampingkan kemungkinan penyelesaian pelanggaran hak asasi di masa
lalu.
Dengan demikian bahwa hak asasi manusia dan pekerjaan sosial merupakan suatu
hal yang saling berkaitan, dimana pekerjaan sosial di dalam prakteknya mendasarkan
etika pada hak asasi manusia. Dalam praktek pekerjaan sosial, permasalahan yang
muncul adalah hak asasi manusia yang seperti apa yang dapat diterapkan sebagai
etika praktek pekerjaan sosial.nilai etika dan hak asasi manusia yang saling
berhubunga dan saling Perhatian dan tidak dapat dipisahkan dari memuliakan dan
menghargai semua orang dan sesuai dengan HAM, meliputi perhatian pada
determinasi diri, memelihara partisipasi, melayani dan mengidentifikasi orang, dan
mengembangkan kekuatan. Hubungan nilai etika dengan HAM yaitu bahwa nilai
merupakan suatu penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap baik, sementara etika
merupakan sebuah aturan yang dijalankan melalui kode etik untuk menentukan nilai
yang baik. Dan hubungannya dengan HAM bahwa ketika etika dan nilai sudah
berlangsung secara baik maka akan dapat mewujudkan sebuah perlakuan terhadap
HAM dengan baik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Nilai etika pekerjaan sosial dan ham adalah profesi pertolongan yang tertuju
kepada masyarakat dalam membantu menyelesaikan permasalah-permasalah yang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
AB Syamsuddin (2003). Benang-benang putih nilai dan etika hak asasi manusia
pekerjaan sosial, batu raya no.3 Makassar