You are on page 1of 2

Nama: Arhamnee S Aulia

NIM: 217222044
TPA IV
Bagian I
1. Agar suatu akta dapat dikatakan akta autentik syaratnya adalah akta tersebut harus
dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dan dibuat dihadapan dan
oleh pejabat yang berwenang.
2. Akta autentik sebagai alat pembuktian yang sempurna karena Akta otentik merupakan
suatu bukti yang mengikat dalam arti apa yang tertulis dalam akta haruslah dianggap
benar dan dipercaya oleh hakim. Akta otentik juga memberikan suatu bukti yang
sempurna karena tidak memerlukan suatu penambahan alat bukti lainnya,
sebagaimana halnya dengan saksi. Dengan kata lain, akta otentik memiliki kekuatan
pembuktian secara lahiriah, formal dan materiil.
3. Pengertian hukum perkawinan yang dikenal di Indonesia:
a. Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 menyatakan:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang Wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
berharga dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 26 menyatakan: “memandang soal
perkawinan hanya dalam hubungan-hubungan perdata, yang hanya memuat ikatan
lahiriah dan tidak memandang unsur agama.
c. Perkawinan menurut huku adat: perkawinan adalah suatu peristiwa yang sangat
penting dalam kehidupan Masyarakat adat, sebab perkawinan bukan hanya
menyangkut kedua mempelai, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-
saudaranya, bahkan keluarga masing-masing. Dalam hukum adat perkawinan itu
bukan peristiwa penting bagi mereka yang masih hidup saja, tetapi juga
merupakan peristiwa penting dan sangat berarti serta yang sepenuhnya mendapat
perhatian dan diikuti oleh arwah-arwah leluhur kedua belah pihak.
d. Perkawinan menurut hukum islam: perkawinan merupakan sunnatullah
sebagaimana firman Allah dalam surat Yasin ayat 36, perkawinan merupakan
perjanjian suci untuk mencapai satu niat, tujuan, usaha, hak, kewajiban, dan
perasaan.
4. Perbedaan izin kawin, pencegahan perkawinan, penolakan perkawinan, pembatalan
perkawinan, larangan perkawinan:
a. Izin kawin: izin kawin adalah pemberian hak kepada seorang untuk menikah
meski belum mencapai batas minimum usia pernikahan. Dispensasi izin kawin
diberikan oleh pengadilan negeri/agama/mahkamah syari’ah kepada calon
suami/istri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan demi
memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.
b. Pencegahan perkawinan: suatu usaha untuk menghindari atau membatalkan
perkawinan sebelum perkawinan itu berlangsung karena bertentangan dengan
ketentuan undang-undang. Pihak yang dapat melakukan pencegahan perkawinan
adalah keluarga garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah, saudara, wali nikah,
wali pengampu, dan suami atau istri (lain).
c. Penolakan perkawinan: penolakan pelaksanaan perkawinan yang dilakukan oleh
Pegawai Pencatat Perkawinan (PPN) karena tidak terpenuhinya syarat-syarat
untuk melangsungkan perkawinan.
d. Pembatalan perkawinan: yaitu tindakan pengadilan berupa putusan yang
menyatakan menganggap perkawinan yang telah dilakukan sebagai peristiwa yang
tidak sah atau dianggap tidak pernah ada.
e. Larangan perkawinan: antara mereka yang perkawinannya telah dibubarkan
karena putusan hakim setelah pisah meja dan ranjang atau karena perceraian,
kecuali setelah lewat waktu satu tahun sejak pembubaran perkawinan mereka
yang terakhir. Perkawinan yang kedua kalinya antara orang-orang yang sama
dilarang.
5. Macam-macam harta benda yang dikenal:
a. Harta bersama: harta bersama adalah harta yang diperoleh sepanjang perkawinan
berlangsung, sejak perkawinan dilangsungkan hingga berakhirnya perkawinan.
b. Harta bawaan: harta yang dikuasi oleh masing-masing suami istri, masing masing
suami istri berhak sepenuhnya atas harta bawaannya.
c. Harta perolehan: harta yang diperoleh oleh suami atau istri setelah terjadi ikatan
perkawinan, merupakan harta yang diperoleh melalui hibah, hadiah, dan warisan.
6. Terjadinya pembubaran harta gono-gini disebabkan karena perceraian, kematian,
adanya perjanjian kawin, adanya perselisihan atau konflik pada pasangan, dan
keputusan bersama suami istri.

You might also like