You are on page 1of 5

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

INTEGRATED LEARNING (IL)


PRODI SARJANA KEBIDANAN STIKES BAKTI UTAMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama Mahasisiwa : Nur Khasanah


NIM : 12110220005
Mata Kuliah : Ketrampilan Dasar Kebidanan
Jenis Kompetensi : Ketrampilan Dasar Kebidanan
Perasat : Pemasangan Infus
Semester/Kelompok : II

A. Latar Belakang (Alasan apa yang mendasar persat tersebut dilakukan ditinjau dari
aspek fisiologi & patofisiologi serta dampak jika tidak dilakukan)
Pemasangan infus (pemberian cairan intravena) merupakan tindakan pada kondisi
gawat darurat yang sangat menentukan keselamatan hidup pasien (Riyadi S & Harmoko,
2012). Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu
patuh pada standar yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan kesehatan yang
bermutu (Priharjo,2008).
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi
elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah
dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi cairan
intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam
penanganan dan perawatan pasien. Berbagai cairan mempunyai manfaat dan tujuan yang
berbeda-beda. Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan
kristaloid, koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik.
Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak
menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada
pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih
perlu dicegah.

Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan
hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan
isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman
dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis
metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5%
digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.
Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme
laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat
dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat
terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya
laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi
dalam hati menjadi bikarbonat.
Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti
kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian. Total cairan
tubuh bervariasi menurut umur, berat badan dan jenis kelamin. Lemak tubuh juga
berpengaruh terhadap cairan, semakin banyak lemak, semakin kurang cairannya. Ada
dua bahan yang terlarut di dalam cairan tubuh yaitu elektrolit dan non-elektrolit.
Dampak jika kita tidak melakukan pemasangan infus pada pasien yang kekurangan
cairan yaitu pasien akan merasa lemas dan memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
Kesadaran pasien juga akan semakin menurun.
B. Tujuan (Menggambarkan pencapaian dari perasat yang dilakukan secara khusus)
1. Untuk mengganti kehilangan cairan akut
2. Untuk mengganti kebutuhan cairan harian
C. Indikasi (Sasaran/objek dari tindakan)
1. Pasien yang kekurangan cairan dalam tubuh
2. Pasien yang kesadarannya menurun
D. Kontra Indikasi (Sasaran/objek yang tidak boleh dilakukan tindakan)
1. Pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal
E. Persiapan Alat & Bahan (Kebutuhan yang harus disediakan sesuai SOP)
1) Baki yang telah dialasi
2) Perlas dan pengalas
3) Handuk kecil
4) Bengkok
5) Tiang infus
6) Torniquet
7) Kapas alkohol
8) Cairan infus
9) Infus set
10) Abbocath
11) Plester/hipafik
12) Kassa steril
13) Gunting plester
14) Jam tangan
15) Handscoon
16) Lembar catatan, alat tulis
F. Prosedur Pelaksanaan (Urutan sistematika dari tindakan)
A. Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan verifikasi data
B. Tahap Orientasi
1 Memberi salam
2 Menjelaskan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3 Melakukan informed consent
4 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
5 Menjaga privacy klien
6 Mencuci tangan
7 Memastikan persiapan Alat :
- Baki yang telah dialasi
- Perlas dan pengalas
- Handuk kecil
- Bengkok
- Tiang infus
- Torniquet
- Kapas alkohol
- Cairan infus
- Infus set
- Abbocath
- Plester/hipafik
- Kassa steril
- Gunting plester
- Jam tangan
- Handscoon
- Lembar catatan, alat tulis
C. Tahap Kerja
1 Memakai handscoon
2 Mengatur posisi pasien
3 Memasang perlak pengalas
4 Menggantungkan flabot pada tiang infus
5 Membukan kemasan steril infus set
6 Mengatur klem
7 Menusukkan pipa saluran infus kedalam botol cairan & tabung tetesan diisi
setengah dengan cara memencet tabung tetesan infus
8 Membuka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada
selang infus lalu tutup kembali klem
9 Mencari dan memilih vena yang akan dipasang infus
10 Meletakkan torniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk *
11 Mendesinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alkohol secara sirkuler *
12 Menusukkan jarum abbocth ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas sudut 200 -300*
13 Menahan vena yang akan ditusuk 2-3 cm dibawah tempat penusukan
dengan tangan non dominan kemudianmenusukkan jarum perlahan-lahan.
Pastikan masuk kedalam pembuluh vena yang ditandai dengan keluarnya darah
*
14 Menarik sedikit jarum dan memasukkan seluruh abocath
15 Melepaskan jarum pada abocath sambil melakukan deep pada vena diatas
tabung abocath dan menghubungkan pangkal abocath dengan ujung selang *
16 Melepaskan torniquet dan longgarkan klem sambil memastikan adanya
tetesan infus*
16 Bila tetesan sudah lancar, pangkal abocath direkatkan pada kulit dengan
plester untuk melakukan fiksasi *
17 Mengatur tetesan sesuai kebutuhan
18 Menutup bekas tempat tusukan dengan kassa steril dan di fiksasi dengan
plester
D. Tahap Terminasi
1 Mengevaluasi hasil tindakan
2 Memberikan kesempatan untuk bertanya/sharing dan memberikan umpan
balik segera dan tepat
3 Berpamitan dengan pasien
4 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
5 Mencuci tangan
6 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan/rekam medic
7 Mendokumentasikan hasil kegiatan
G. Kesimpulan, saran, dan advice (Evaluasi hasil pengetahuan, sikap, tindakan, serta
prosedur tindakan)

H. Daftar Pustaka (Semua sumber bacaan yang digunakansebagai bahan acuan dalam
penulisan)

Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Modul Skillab A. Jilid 1. Pemasangan Infus. FK.UNSOED. 2013.

Pati,
Dosen Juni 2021
Pendampin Praktikan
g

(Nur

You might also like